Penggunaan Metode Inkuiri Berbantuan Media Konkrit untuk

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa SDN Banioro, peneliti berusaha semaksimal
mungkin menggunakan berbagai cara agar penyampaian materi pelajaran pada siswa
dapat dengan mudah diterima dan dipahami sebagai hasil penemuan mereka sendiri.
Pada bagian ini akan dibahas berbagai penjelasan yang berhubungan dengan
pembelajaran IPA, metode inkuiri, media konkrit, dan hasil belajar IPA.
2.1.1 Pembelajaran IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetap
juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi
wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta
prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan seharihari.
Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung
untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar
secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat
membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang
alam sekitar, dengan demikian siswa tidak hanya menghafal ilmu pengetahuan saja,
namun siswa juga melihat, mengalami dan melakukan sesuatu IPA didefinisikan sebagai
kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing.
Standar Isi dalam Peraturan Pemerintah RI No. 22 Tahun 2006 bahwa “IPA
berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan
hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsipsaja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Selain itu, IPA juga merupakan ilmu yang
bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam
tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini
7
8
menunjukkan
bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan
pembelajaran IPA yang empirik dan faktual.
Pembelajaran yang nyata ada di lapangan dan up to date (yang terbaru). IPA
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusa melalui
pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu
dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Ditingkat
SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, Lingkungan,
Teknologi, dan Masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang
dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah
secara bijaksana.
Dengan demikian, siswa tidak hanya menerima materi saja, namun diberikan
kesempatan untuk membuat rancangan IPA nya sendiri dan membuat rancangan itu ke
dalam sebuah bentuk karya, dalam hal ini siswa mengembangkan kreativitasnya.
Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inkuiri)
untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta
mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu
pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara
langsung melalui penggunaan dan pengembangan ketrampilan proses dan sikap ilmiah.
Dengan demikian pembelajaran IPA menjadi bermakna bagi siswa, karena
kreativitasnya dikembangkan sehingga tingkat berfikir kognitif yang dimiliki siswa
menjadi tinggi. Inilah yang diharapkan melalui KTSP.
2.1.1.1 Tujuan Pembelajaran IPA
Mendasarkan pada latar belakang pembelajaran IPA, maka Mata Pelajaran IPA di
SD/MI diarahkan untuk bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut:
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan yang Maha Esa berdasarkan
keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
9
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling
mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan
masyarakat.
4. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar memecahkan
masalah dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan
melestarikan lingkungan alam.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk
melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. (Peraturan Pemerintah RI No. 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi).
8. Tujuan tersebut menuntut taraf berfikir tingkat tinggi, pengembangan sikap dan
ketrampilan yang memadai dari siswa, oleh karena itu pengembangan metode
inkuiri sangat dibutuhkan.
2.1.1.2 Ruang Lingkup IPA
Pembelajaran IPA memiliki ruang lingkup bahan kajian yang luas, untuk itu perlu
ada pembatasan ruang lingkup pembelajaran IPA khusus SD/MI yakni meliputi aspekaspek berikut:
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan
interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas.
3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bumi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan
pesawat sederhana.
4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda
langit lainnya.
(Peraturan Pemerintah RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi) Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar.
Pencapaian tujuan IPA yang telah ditetapkan oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP) tersebut harus dimiliki oleh
kemampuan peserta didik yang
10
berstandar nasional dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam
Kompetensi Dasar (KD). Standar kompetensi (SK) merupakan ketentuan pokok
untuk dijabarkan lebih lanjut dalam serangkaian kemampuan untuk melaksanakan tugas
atau pekerjaan secara efektif. Penjabaran lebih lanjut ke dalam kompetensi dasar.
Kompetensi dasar adalah kemampuan minimal yang diperlukan untuk melaksanakan
tugas atau pekerjaan dengan efektif. Kompetensi
dasar
ini
merupakan
standar
minimum yang secara nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam
pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD
didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan,
bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Oleh karena itu,
dalam pembelajaran di satuan pendidikan harus mengacu pada SK dan KD yang
diterbitkan oleh BSNP.
2.1.2 Metode Inkuiri
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di tingkat Sekolah Dasar berfungsi untuk
memberikan pengetahuan tentang lingkungan alam, mengembangkan keterampilan
wawasan dan kesadaran teknologi dalam kaitan dengan pemanfaatannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Banyak sekali model-model pembelajaran yang dapat digunakan seorang guru
dalam menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didiknya. Salah satu metode
pembelajaran tersebut adalah metode inkuiri.
Metode inkuiri menurut Nanang dan Cucu (2009: 45) merupakan suatu
rangkaian pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan
peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis
sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan
sebagai wujud adanya perubahan perilaku. Metode inkuiri memberikan kesempatan
kepada siswa untuk belajar mengembangkan potensi intelektualnya dalam jalinan
kegiatan yang disusunnya sendiri untuk menemukan sesuatu. Siswa didorong untuk
bertindak aktif mencari jawaban atas masalah-masalah yang dihadapinya dan
menarik kesimpulan sendiri melalui proses berpikir ilmiah yang kritis, logis, dan
sistematis. Siswa tidak lagi bersifat dan bersikap pasif, menerima dan menghafal
11
pelajaran yang diberikan oleh gurunya (Hidayati, Pengembangan Pembelajaran IPS
SD).
Menurut Piaget (Wafi, 2009: 16) metode inkuiri merupakan suatu metode yang
mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas
agar dapat melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan
pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan
penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang
ditemukannya dengan yang ditentukan peserta didik.
Menurut B. Joyce and M. Weil (1996: 22) metode inkuiri adalah sebuah metode
yang intinya melibatkan siswa kedalam masalah asli dan menghadapkan mereka dengan
sebuah penyelidikan, membantu mereka mengidentifikasi konseptual atau metode
pemecahan masalah yang terdapat dalam penyelidikan, dan mengarahkan siswa
mencari jalan keluar dari masalah tersebut.
Menurut Wina Sanjaya (2008: 54)
mengemukakan
metode
inkuiri
adalah
rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan
analitis untuk
mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab
antara guru dan siswa.
2.1.2.1 Macam-macam metode inkuiri
Menurut Nanang dan Cucu (2009: 48), metode inkuiri dibagi menjadi tiga jenis
berdasarkan besarnya bimbingan yang diberikan guru kepada siswanya. Ketiga jenis
metode itu adalah:
1. Inkuiri terbimbing.
Metode inkuiri terbimbing merupakan metode dimana guru membimbing siswa
melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu
diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap
pemecahannya. Metode inkuiri terbimbing ini digunakan bagi siswa yang kurang
berpengalaman belajar dengan metode inkuiri. Dengan metode ini siswa belajar lebih
beorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami
konsep-konsep pelajaran. Pada metode ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas
12
yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual
agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.
2. Inkuiri bebas.
Pada metode ini, siswa diberi kebebasan untuk menentukan sendiri masalah
yang akan dimiliki, menemukan dan menyelesaikan masalah secara mandiri,
merancang prosedur atau langkah-langkah yang akan diperlukan. Selama proses
pembelajaran, guru hanya sedikit memberikan bimbingan. Salah satu keuntungan
dari metode ini adalah adanya kemungkinan siswa dalam memecahkan masalah dan
mempunyai alternatif pemecahan masalah lebih dari satu, karena tergantung
bagaimana cara mereka mengkonstruksikan jawabannya sendiri.
3. Inkuiri bebas yang dimodifikasi.
Dalam metode ini, guru membatasi bimbingan agar siswa berupaya terlebih
dahulu secara mandiri, dengan harapan agar siswa menemukan sendiri jawaban.
Namun, apabila siswa tidak dapat menyelesaikan masalahnya, maka bimbingan
dapat diberikan secara tidak langsung yaitu dengan cara memberikan contohcontoh yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi, atau melalui diskusi
dengan siswa dalam kelompok lain.
2.1.2.2 Langkah-langkah metode inkuiri
Menurut E. Mulyasa (dalam Siti 2009: 56), Metode inkuiri merupakan metode
penyelidikan yang melibatkan proses mental dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Mengajukan pertanyaan-pertanyan dengan fenomena alam.
2. Merumuskan masalah yang ditemukan.
3. Merumuskan hipotesis.
4. Merancang dan melakukan eksperimen.
5. Mengumpulkan dan menganalisis data.
6. Penarik kesimpulan mengembangkan sikap ilmiah, yakni: objektif, jujur, hasrat ingin
tahu, terbuka, berkemauan dan tanggung jawab.
Menurut Wina Sanjaya (2008: 66), secara umum proses pembelajaran
dengan menggunakan metode inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
13
1. Orientasi.
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran
yang responsif. Pada langkah ini mengondisikan agar siswa siap melaksanakan
proses pembelajaran. Langkah orientasi merupakan langkah penting, keberhasilan
Metode ini sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktifitas menggunakan
kemampuannya dalam memecahkan masalah. Beberapa hal yang dapat dilakukan
dalam tahap orientasi adalah:
a) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh
siswa.
b) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa
untuk
mencapai tujuan.
c) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar.
d) Merumuskan masalah.
e) Merumuskan masalah merupakan langkah yang membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka-teki.
f) Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk
memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada
jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat.
Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran
inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman
yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses
berpikir.
2. Merumuskan Hipotesis.
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji.
Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara
yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak
(berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan
yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau
dapat
merumuskan
berbagai
permasalahan yang dikaji.
3. Mengumpulkan Data.
perkiraan
kemungkinan
jawaban
dari
suatu
14
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk
menguji hipotesis yang diajukan. Dalam metode inkuiri, mengumpulkan data
merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual.
Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam
belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan
potensi berpikirnya.
4. Menguji Hipotesis.
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan
data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis
juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran
jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus
didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
5. Merumuskan Kesimpulan.
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh
berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat
sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.
Menurut Soewarso (2010: 26), langkah-langkah yang digunakan
dalam
pembelajaran dengan metode inkuiri adalah sebagai berikut:
1. Memperkenalkan masalah. Pada tahap ini, guru memberikan suatu masalah yang
akan diselesaikan.
2. Mengumpulkan data. Pada tahap ini diharapkan semua siswa bertanya kepada
guru. Jika siswa mendapat kesulitan dalam mengajukan pertanyaan, maka guru
harus membantunya dengan memberikan suatu pernyataan yang berhubungan
dengan tahap pertama.
3. Menganalisis data. Pada tahap ini siswa bekerja secara individu atau secara
kelompok.
4. Membuat hipotesa.
5. Menguji hipotesa. Pada tahap ini siswa akan menguji kebenaran hipotesa.
6. Membuat kesimpulan. Pada tahap ini, baik individu atau kelompok siswa membuat
kesimpulan. Setelah itu siswa melaporkan hasil diskusi.
15
Menurut Bruce Joyce dan Marsha Weil (2008: 43), ada lima tahap pelaksanaan
inkuiri yang berangkat dari fakta sampai terjadinya suatu teori. Lima tahapan tersebut
adalah:
1. Menghadapkan pada permasalahan. Pada tahap guru memberi permasalahan
dan menjelaskan prosedur pelaksanaan inkuiri pada siswa.
2. Pengumpulan data dan verifikasi. Pada tahap siswa mengumpulkan data atau
informasi tentang peristiwa atau masalah yang telah mereka lihat atau alami,
dengan
mengajukan
pertanyaan
sedemikian
rupa
sehingga
guru
hanya
menjawabnya atau tidak.
3. Pengumpulan data eksperimentasi. Pada tahap ini siswa mengajukan faktor
atau unsur baru kedalam permasalahan agar dapat melihat apakah peristiwa itu
dapat terjadi secara berbeda.
4. Mengorganisir, formulasi dan penjelasan. Pada tahap ini guru meminta siswa untuk
mengorganisir data dan menyusun suatu penjelasan. Artinya, data tersebut
telah diorganisir kemudian dideskripsikan sehingga menjadi suatu paparan hasil
temuannya.
5. Analisis proses inkuiri. Pada tahap ini siswa diminta untuk menganalisis proses
inkuiri.
Dari keempat pendapat tentang langkah-langkah pembelajaran inkuiri tersebut
intinya sama, mulai dari memperkenalkan masalah, mengumpulkan data, sampai
dengan menarik suatu kesimpulan, sehingga dapat disimpulkan bahwa langkahlangkah pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:
1. Memperkenalkan masalah.
2. Mengumpulkan data.
3. Menganalisis data.
4. Membuat hipotesa.
5. Menguji hipotesa.
6. Membuat kesimpulan.
16
Berdasarkan beberapa penjelasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
metode inkuiri merupakan sebuah metode pembelajaran yang berpusat pada siswa
yang mampu menciptakan siswa yang cerdas, terampil dan berpengetahuan luas serta
dapat bekerja sesuai dengan prosedur sehingga dapat menemukan jawaban sendiri
dari masalah yang dikaji. Pengetahuan dan ketrampilan siswa tidak diperoleh dari
hasil mengingat fakta tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya. Dengan
metode ini siswa dilatih untuk selalu berpikir kritis karena membiasakan siswa
memecahkan masalah sendiri.
Metode ini bertujuan untuk melatih kemampuan siswa dalam meneliti,
menjelaskan fenomena dan memecahkan masalah secara ilmiah. Seperti langkahlangkah pembelajaran inkuiri yang dikemukan oleh para ahli diatas, mulai dari orientasi,
kemudian siswa melakukan verifikasi dan ekperimentasi, siswa mengumpulkan data
dari kegiatan eksperimentasi sampai dengan menyimpulkan, guru hanya bertindak sebagai
fasilitator, nara sumber dan penyuluh kelompok. Tujuan utama pembelajaran ini adalah
untuk menolong siswa dalam mengembangkan disiplin intelektual dan kemampuan
berpikir dengan
memberikan
pertanyaan-pertanyaan, menyelesaikan masalah dan
menarik kesimpulan secara mandiri.
Pada prinsipnya, inkuiri adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa, maka
peranan guru adalah sebagai pembimbing, stimulator dan fasilitator. Sedangkan siswa
dalam pembelajaran inkuiri adalah sebagai pengambil inisiatif dalam menentukan
sesuatu. Siswa aktif menggunakan cara mereka sendiri, dengan demikian diharapkan
mereka mempunyai keberanian untuk mengajukan masalah, merespon masalah, dan
berpikir untuk
menyelesaikan
masalah
atau
menemukan
jawabannya
melalui
penyelidikan atau percobaan secara mandiri.
Untuk keefektifan waktu pembelajaran serta meminimalisir kesalahan yang
dikarenakan siswa masih miskin pengalaman dan merupakan hal yang baru dalam
melakukan kegiatan praktikum, maka dalam kegiatan ini peneliti lebih memilih metode
inkuiri terbimbing, yaitu gurulah yang berperan dalam menentukan permasalahan dan
tahap-tahap pemecahannya, dan siswa menyelesaikan masalah secara diskusi kelompok
dan menarik kesimpulan secara mandiri.
17
2.1.3 Media Konkrit
Arif S. Sadiman (1999: 6) yang mengutip pendapat Gagne menyebut media
“berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk
belajar”. National Education Association (NEA) dalam Abdul Halim (2002: 11)
mendefinisikan media sebagai benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca,
atau dibicarakan dan dipergunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Senada dengan itu
Russefendi (1993: 141) menyatakan bahwa media merupakan alat bantu untuk
mempermudah siswa memahami konsep IPA.
Pendapat-pendapat di atas memiliki kesamaan yaitu media adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima, sehingga
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa serta diharapkan hasil
belajar siswa dapat ditingkatkan setelah menggunakan media. Menurut Wina Sanjaya
(2006: 171) media yang digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran.
Secara umum anak usia Sekolah Dasar mempunyai kecenderungan belajar mulai
dari hal-hal konkret, memandang sesuatu secara keseluruhan dan utuh melalui kegiatan
manipulatif secara bertahap dan pemahaman yang lebih kompleks.
Menurut Soetarjo (1998: 3), proses belajar mengajar dengan Metode keterampilan
proses adalah proses belajar mengajar yan direncanakan sedemikian rupa sehingga siswa
dapat menemukan sendiri fakta-fakta, konsep dan teori-teori dengan keterampilan proses
dan sikap siswa itu sendiri. Siswa diberi kesempatan uuntuk terlibat langsung dalam
kegiatan pembelajaran.
Menurut Ristasa (2005 : 5), “ … untuk setiap permasalahan yang harus dijawab
melalui proses belajar aktif yang melibatkan siswa untuk berpikir kreatif, siswa dibimbing
untuk mengamati peristiwa yang terjadi, mencari keterangan, menganalisis dan membuat
kesimpulan. Mengajar adalah membina bagaimana siswa belajar, bagaimana berpikir dan
bagaimana cara mencari informasi. Sehingga pembelajaran yang memanfaatkan
lingkungan sebagai sumber belajar dapat menciptakan suasana belajar siswa aktif dan
kreatif serta mengembangkan kemampuan berpikir. Jadi posisi guru harus berada di
antara siswa dengan sumber belajar yang berperan sebagai motivator dan fasilitator.
Menurut Gagne (dalam Noehi Nasution dan AA Ketut Budiastra, 2007: 73)
mendefinisikan alat peraga sebagai komponen sumber belajar di lingkungan siswa yang
18
dapat merangsang siswa untuk belajar. Alat peraga sebagai alat bantu dalam
pembelajaran mempunyai fungsi untuk memperjelas dan memudahkan siswa untuk
memahami suatu konsep. Sehingga siswa akan lebih tertarik dalam mengikuti
pembelajaran pada akhirnya dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi
sehingga mampu meningkatkan pula hasil belajar siswa.
Berdasar pendapat dari Carl Rogers, yang mengonsepsikan pembelajaran sebagai
upaya untuk menjadi seseorang yang lebih otonom, lebih spontan dan lebih yakin pada
dirinya sehingga guru perlu membimbing peserta didik melalui prinsip kebebasan
membimbing. Dengan bimbingan yang diberikan guru akan memacu motivasi peserta didik
dalam menerima konsep yang diberikan guru sehingga dapat meningkatkan hasil belajar
yang optimal.
2.1.4 Hasil Belajar
2.1.4.1 Pengertian Belajar
Menurut Gagne (Udin S. Winataputra, 2008: 3.30) belajar adalah suatu proses
dimana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.
Terapat tiga (3) atribut pokok (ciri utama) belajar, yaitu : proses, perubahan tingkah laku,
dan pengalaman.
1) Belajar sebagai proses adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan
merasakan.
2) Belajar perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar ialah perubahan yang dihasilkan
dari pengalaman (interaksi dengan lingkungan) dimana proses mental dan emosional
terjadi.
3) Belajar sebagai pengalaman ialah siswa mengalami, dalam arti belajar terjadi di dalam
interaksi individu dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
Sesuai dengan pendapat Gagne, Mohammad Surya (1996 : 9) berpendapat
pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
19
2.1.4.2 Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah perubahan positif yang terjadi pada diri seseorang sebagai hasil
dari proses yang relatif terus-menerus dijalani dari berbagai latihan dan pengalaman. Hal
ini dilandasi pendapat Varmon A. Magnesen (dalam Cipto Waluyo, 2003 : 13) yang
menyatakan “ … siswa belajar 10 % dari apa yang mereka baca, 20 % dari apa yang
mereka dengar, 30 % dari apa yang mereka lihat, 50 % dari apa yang mereka lihat dan
dengar, 70 % dari apa yang mereka katakan, 90 % dari apa yang mereka katakan dan
lakukan “.
Menurut Gagne, yang dikutip oleh Dahar (1998: 163) bahwa hasil belajar yang
dicapai meliputi lima kemampuan, yaitu: (1) kemampuan intelektual, (2) Informasi verbal,
(3) sikap, (4) keterampilan motorik, dan (5) strategi kognitif.
Mengajar adalah suatu pekerjaan profesional, yang menuntut kemampuan yang
kompleks untuk dapat melakukannya. Menurut Bruce Joyce dan Marsha Weil (Oemar
Hamalik, 2010: 44) hakikat mengajar adalah membantu para pelajar memperoleh
informasi, ide keterampilan, nilai, cara berpikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya dan
cara-cara bagaimana belajar.
Peran guru dalam pembelajaran adalah membantu siswa merasakan untuk
melakukan apa yang mereka inginkan kapanpun mereka mau. Menurut Houston, Clift,
Freiberg, dan Warmer (Udin S. Winataputra, 2008: 3.3) terdapat 5 yang menentukan
efektifitas mengajar bagi pengajar, yaitu :
1.) Ekspetasi pengajar tentang kemampuan pebelajar (siswa) yang akan dikembangkan
2.) Keterampilan pengajar dalam pengelolaan kelas
3.) Jumlah waktu yang digunakan pebelajar untuk melakukan tugas-tugas belajar yang
bersifat akademik
4.) Kemampuan pengajar dalam mengambil keputusan pembelajaran.
5.) Variasi metode mengajar yang dipakai oleh pengajar.
2.2 Kajian Hasil-hasil Penelitian Yang Relevan
Berdasarkan Abstrak hasil PTK dari saudara Kuswoyo dengan judul “Peningkatan
Hasil Belajar Siswa Pembelajaran IPA Tentang Hubungan Antara Bagian Bunga dan
Fungsinya Melalui Metode Pembelajaran Inkuiri Pada Siswa Kelas IV SD N Sikayu” Tahun
20
2009 dapat diambil kesimpulan bahwa keberhasilan peningkatan hasil belajar siswa dapat
dilakukan melalui penerapan metode inkuiri dan juga dengan memberikan bimbingan dan
alat peraga konkret serta dalam kelompok kecil karena perserta didik terlibat langsung
dalam suatu percobaan tentang suatu hal, mengamati proses serta menuliskan hasil
percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh
guru sehingga peserta didik lebih mudah dalam memahami materi. Dengan demikian
tingkat keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran mengalami kenaikan dan hasil
belajar siswa ikut meningkat.
Dasar yang kedua adalah hal Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan oleh
saudara Turasman dengan judul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Tentang SifatSifat Benda Cair Melalui Penggunaan Alat Peraga Konkrit Pada Siswa Kelas IV SD
NEGERI ROWOREJO” Tahun 2008 diambil kesimpulan bahwa tujuannya adalah
meningkatan prestasi belajar siswa dan motivasi siswa melalui media konkrit melalui
percobaan langsung sehingga anak lebih mudah memahami materi. Dengan demikian
anak akan termotivasi dan prestasi belajarnya akan meningkat.
2.3 Kerangka Pikir
Susana yang terjadi pada keseharian pada setiap proses pembelajaran yang
berlangsung di kelas, adalah pembelajaran yang berpusat pada guru. Guru mendominasi
seluruh waktu pembelajaran dengan menyampaikan materi IPA melalui ceramah.
Kadang-kadang saja di tengah-tengah ceramah, guru menyelipkan pertanyaan-pertanyaan
yang harus dijawab siswa. Respon siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan guru,
adalah mengantuk, tidak segera dapat peduli dengan situasi yang ada baik yang
diadakan oleh guru atau siswa yang lain, sehingga siswa cenderung untuk pasif saja.
Kondisi ini jika siswa diberi pertanyaan atau tes, hasilnya tidak dapat mengerjakan
secara optimal, sehingga skor yang diperoleh rendah.
Perubahan paradigma pembelajaran menuntut siswa aktif, agar kompetensi yang
diharapkan dalam kurikulum 2006 dapat tercapai. Suatu pembelajaran akan efektif bila
siswa aktif berpartisipasi atau melibatkan diri secara langsung dalam proses
pembelajaran. Siswa diharapkan dapat menemukan sendiri atau memahami sendiri
konsep yang telah diajarkan yaitu dengan mengalami langsung.
21
Pembelajaran dengan metode konvensional yang pada umumnya dilaksanakan oleh
guru masih kurang memperhatikan ketercapaian kompetensi siswa. Guru masih dominan
sehingga membuat siswa menjadi pasif. Siswa tidak mengalami
pengalaman belajar sendiri untuk mendapatkan pengalaman baru dalam kegiatan
belajar mengajar di sekolah, akibatnya hasil belajar siswa rendah.
Untuk mengatasi paradigma di atas, guru mencoba menerapkan suatu Metode
pembelajaran inkuiri. Metode pembelajaran inkuiri adalah Metode inkuiri merupakan
sebuah Metode pembelajaran yang berpusat pada siswa yang mampu menciptakan siswa
yang cerdas, terampil dan berpengetahuan luas serta dapat bekerja sesuai dengan
prosedur sehingga dapat menemukan jawaban sendiri dari masalah yang dikaji.
Pengetahuan dan keterampilan siswa tidak diperoleh dari hasil mengingat fakta
tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya. Dengan Metode ini
siswa dilatih untuk selalu berpikir kritis karena membiasakan siswa memecahkan
masalah sendiri.
Metode ini bertujuan untuk menghadapkan siswa untuk mengetahui beberapa
manfaat dari berbagai macam energi yang ada dalam pelajaran, serta dapat mengetahui
sendiri manfaat dari energi-energi lain yang dapat di sekitar lingkungan mereka.
Sedangkan hasil yang diharapkan adalah optimal. Oleh karena itu, untuk mengukurnya
keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, maka pengukuran dilakukan
dengan unjuk kerja dan tes formatif. Skor pencapaian pengukuran ini akan menunjukkan
kenaikan skor yang membaik.
Dengan diterapkannya pembelajaran yang menggunakan metode inkuiri ini,
suasana pembelajaran tidak membosankan, siswa dapat aktif dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran sehingga dapat mempengaruhi hasil belajarnya.
2.4. Hipotesis Tindakan
Mempertimbangkan dengan masalah-masalah tersebut di atas dapat disusun
hipotesis tindakan sebagai berikut:
1. Jika penggunaan metode inkuiri berbantuan media konkrit dilaksanakan dengan baik,
maka dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam tentang sumber energi
22
dan kegunaannya pada siswa kelas 3 SDN Banioro Kecamatan Karangsambung
Semester 2 tahun pelajaran 2012/2013.
2. Berdasarkan sintaks metode inkuiri berbantuan media konkrit untuk meningkatkan hasil
belajar Ilmu Pengetahuan Alam tentang Sumber Energi dan Kegunaannya pada siswa
kelas 3 SDN Banioro Kecamatan Karangsambung Semester 2 tahun pelajaran
2012/2013 dapat dilakukan dengan tahapan: (1) Tahap orientasi, (2) tahap verifikasi,
(3) tahap eksperimentasi, (4) tahap merumuskan peristiwa yang terjadi, (5) tahap
analisis proses penelitian.
Download