BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Untuk meningkatkan hasil belajar siswa SDN Banioro, peneliti berusaha semaksimal mungkin menggunakan berbagai cara agar penyampaian materi pelajaran pada siswa dapat dengan mudah diterima dan dipahami sebagai hasil penemuan mereka sendiri. Pada bagian ini akan dibahas berbagai penjelasan yang berhubungan dengan pembelajaran IPA, metode inkuiri, media konkrit, dan hasil belajar IPA. 2.1.1 Pembelajaran IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetap juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan seharihari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar, dengan demikian siswa tidak hanya menghafal ilmu pengetahuan saja, namun siswa juga melihat, mengalami dan melakukan sesuatu IPA didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Standar Isi dalam Peraturan Pemerintah RI No. 22 Tahun 2006 bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsipsaja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Selain itu, IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini 7 8 menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang empirik dan faktual. Pembelajaran yang nyata ada di lapangan dan up to date (yang terbaru). IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusa melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Ditingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Dengan demikian, siswa tidak hanya menerima materi saja, namun diberikan kesempatan untuk membuat rancangan IPA nya sendiri dan membuat rancangan itu ke dalam sebuah bentuk karya, dalam hal ini siswa mengembangkan kreativitasnya. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inkuiri) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan ketrampilan proses dan sikap ilmiah. Dengan demikian pembelajaran IPA menjadi bermakna bagi siswa, karena kreativitasnya dikembangkan sehingga tingkat berfikir kognitif yang dimiliki siswa menjadi tinggi. Inilah yang diharapkan melalui KTSP. 2.1.1.1 Tujuan Pembelajaran IPA Mendasarkan pada latar belakang pembelajaran IPA, maka Mata Pelajaran IPA di SD/MI diarahkan untuk bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya. 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 9 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. 4. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar memecahkan masalah dan membuat keputusan. 5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam. 6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. (Peraturan Pemerintah RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi). 8. Tujuan tersebut menuntut taraf berfikir tingkat tinggi, pengembangan sikap dan ketrampilan yang memadai dari siswa, oleh karena itu pengembangan metode inkuiri sangat dibutuhkan. 2.1.1.2 Ruang Lingkup IPA Pembelajaran IPA memiliki ruang lingkup bahan kajian yang luas, untuk itu perlu ada pembatasan ruang lingkup pembelajaran IPA khusus SD/MI yakni meliputi aspekaspek berikut: 1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. 2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas. 3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bumi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana. 4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. (Peraturan Pemerintah RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Pencapaian tujuan IPA yang telah ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) tersebut harus dimiliki oleh kemampuan peserta didik yang 10 berstandar nasional dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam Kompetensi Dasar (KD). Standar kompetensi (SK) merupakan ketentuan pokok untuk dijabarkan lebih lanjut dalam serangkaian kemampuan untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan secara efektif. Penjabaran lebih lanjut ke dalam kompetensi dasar. Kompetensi dasar adalah kemampuan minimal yang diperlukan untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan efektif. Kompetensi dasar ini merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Oleh karena itu, dalam pembelajaran di satuan pendidikan harus mengacu pada SK dan KD yang diterbitkan oleh BSNP. 2.1.2 Metode Inkuiri Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di tingkat Sekolah Dasar berfungsi untuk memberikan pengetahuan tentang lingkungan alam, mengembangkan keterampilan wawasan dan kesadaran teknologi dalam kaitan dengan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari. Banyak sekali model-model pembelajaran yang dapat digunakan seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didiknya. Salah satu metode pembelajaran tersebut adalah metode inkuiri. Metode inkuiri menurut Nanang dan Cucu (2009: 45) merupakan suatu rangkaian pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku. Metode inkuiri memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mengembangkan potensi intelektualnya dalam jalinan kegiatan yang disusunnya sendiri untuk menemukan sesuatu. Siswa didorong untuk bertindak aktif mencari jawaban atas masalah-masalah yang dihadapinya dan menarik kesimpulan sendiri melalui proses berpikir ilmiah yang kritis, logis, dan sistematis. Siswa tidak lagi bersifat dan bersikap pasif, menerima dan menghafal 11 pelajaran yang diberikan oleh gurunya (Hidayati, Pengembangan Pembelajaran IPS SD). Menurut Piaget (Wafi, 2009: 16) metode inkuiri merupakan suatu metode yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar dapat melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditentukan peserta didik. Menurut B. Joyce and M. Weil (1996: 22) metode inkuiri adalah sebuah metode yang intinya melibatkan siswa kedalam masalah asli dan menghadapkan mereka dengan sebuah penyelidikan, membantu mereka mengidentifikasi konseptual atau metode pemecahan masalah yang terdapat dalam penyelidikan, dan mengarahkan siswa mencari jalan keluar dari masalah tersebut. Menurut Wina Sanjaya (2008: 54) mengemukakan metode inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. 2.1.2.1 Macam-macam metode inkuiri Menurut Nanang dan Cucu (2009: 48), metode inkuiri dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya bimbingan yang diberikan guru kepada siswanya. Ketiga jenis metode itu adalah: 1. Inkuiri terbimbing. Metode inkuiri terbimbing merupakan metode dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Metode inkuiri terbimbing ini digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan metode inkuiri. Dengan metode ini siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran. Pada metode ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas 12 yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri. 2. Inkuiri bebas. Pada metode ini, siswa diberi kebebasan untuk menentukan sendiri masalah yang akan dimiliki, menemukan dan menyelesaikan masalah secara mandiri, merancang prosedur atau langkah-langkah yang akan diperlukan. Selama proses pembelajaran, guru hanya sedikit memberikan bimbingan. Salah satu keuntungan dari metode ini adalah adanya kemungkinan siswa dalam memecahkan masalah dan mempunyai alternatif pemecahan masalah lebih dari satu, karena tergantung bagaimana cara mereka mengkonstruksikan jawabannya sendiri. 3. Inkuiri bebas yang dimodifikasi. Dalam metode ini, guru membatasi bimbingan agar siswa berupaya terlebih dahulu secara mandiri, dengan harapan agar siswa menemukan sendiri jawaban. Namun, apabila siswa tidak dapat menyelesaikan masalahnya, maka bimbingan dapat diberikan secara tidak langsung yaitu dengan cara memberikan contohcontoh yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi, atau melalui diskusi dengan siswa dalam kelompok lain. 2.1.2.2 Langkah-langkah metode inkuiri Menurut E. Mulyasa (dalam Siti 2009: 56), Metode inkuiri merupakan metode penyelidikan yang melibatkan proses mental dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1. Mengajukan pertanyaan-pertanyan dengan fenomena alam. 2. Merumuskan masalah yang ditemukan. 3. Merumuskan hipotesis. 4. Merancang dan melakukan eksperimen. 5. Mengumpulkan dan menganalisis data. 6. Penarik kesimpulan mengembangkan sikap ilmiah, yakni: objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, berkemauan dan tanggung jawab. Menurut Wina Sanjaya (2008: 66), secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: 13 1. Orientasi. Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Langkah orientasi merupakan langkah penting, keberhasilan Metode ini sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktifitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahap orientasi adalah: a) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa. b) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. c) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. d) Merumuskan masalah. e) Merumuskan masalah merupakan langkah yang membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. f) Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir. 2. Merumuskan Hipotesis. Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai permasalahan yang dikaji. 3. Mengumpulkan Data. perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu 14 Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam metode inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. 4. Menguji Hipotesis. Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan. 5. Merumuskan Kesimpulan. Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan. Menurut Soewarso (2010: 26), langkah-langkah yang digunakan dalam pembelajaran dengan metode inkuiri adalah sebagai berikut: 1. Memperkenalkan masalah. Pada tahap ini, guru memberikan suatu masalah yang akan diselesaikan. 2. Mengumpulkan data. Pada tahap ini diharapkan semua siswa bertanya kepada guru. Jika siswa mendapat kesulitan dalam mengajukan pertanyaan, maka guru harus membantunya dengan memberikan suatu pernyataan yang berhubungan dengan tahap pertama. 3. Menganalisis data. Pada tahap ini siswa bekerja secara individu atau secara kelompok. 4. Membuat hipotesa. 5. Menguji hipotesa. Pada tahap ini siswa akan menguji kebenaran hipotesa. 6. Membuat kesimpulan. Pada tahap ini, baik individu atau kelompok siswa membuat kesimpulan. Setelah itu siswa melaporkan hasil diskusi. 15 Menurut Bruce Joyce dan Marsha Weil (2008: 43), ada lima tahap pelaksanaan inkuiri yang berangkat dari fakta sampai terjadinya suatu teori. Lima tahapan tersebut adalah: 1. Menghadapkan pada permasalahan. Pada tahap guru memberi permasalahan dan menjelaskan prosedur pelaksanaan inkuiri pada siswa. 2. Pengumpulan data dan verifikasi. Pada tahap siswa mengumpulkan data atau informasi tentang peristiwa atau masalah yang telah mereka lihat atau alami, dengan mengajukan pertanyaan sedemikian rupa sehingga guru hanya menjawabnya atau tidak. 3. Pengumpulan data eksperimentasi. Pada tahap ini siswa mengajukan faktor atau unsur baru kedalam permasalahan agar dapat melihat apakah peristiwa itu dapat terjadi secara berbeda. 4. Mengorganisir, formulasi dan penjelasan. Pada tahap ini guru meminta siswa untuk mengorganisir data dan menyusun suatu penjelasan. Artinya, data tersebut telah diorganisir kemudian dideskripsikan sehingga menjadi suatu paparan hasil temuannya. 5. Analisis proses inkuiri. Pada tahap ini siswa diminta untuk menganalisis proses inkuiri. Dari keempat pendapat tentang langkah-langkah pembelajaran inkuiri tersebut intinya sama, mulai dari memperkenalkan masalah, mengumpulkan data, sampai dengan menarik suatu kesimpulan, sehingga dapat disimpulkan bahwa langkahlangkah pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut: 1. Memperkenalkan masalah. 2. Mengumpulkan data. 3. Menganalisis data. 4. Membuat hipotesa. 5. Menguji hipotesa. 6. Membuat kesimpulan. 16 Berdasarkan beberapa penjelasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa metode inkuiri merupakan sebuah metode pembelajaran yang berpusat pada siswa yang mampu menciptakan siswa yang cerdas, terampil dan berpengetahuan luas serta dapat bekerja sesuai dengan prosedur sehingga dapat menemukan jawaban sendiri dari masalah yang dikaji. Pengetahuan dan ketrampilan siswa tidak diperoleh dari hasil mengingat fakta tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya. Dengan metode ini siswa dilatih untuk selalu berpikir kritis karena membiasakan siswa memecahkan masalah sendiri. Metode ini bertujuan untuk melatih kemampuan siswa dalam meneliti, menjelaskan fenomena dan memecahkan masalah secara ilmiah. Seperti langkahlangkah pembelajaran inkuiri yang dikemukan oleh para ahli diatas, mulai dari orientasi, kemudian siswa melakukan verifikasi dan ekperimentasi, siswa mengumpulkan data dari kegiatan eksperimentasi sampai dengan menyimpulkan, guru hanya bertindak sebagai fasilitator, nara sumber dan penyuluh kelompok. Tujuan utama pembelajaran ini adalah untuk menolong siswa dalam mengembangkan disiplin intelektual dan kemampuan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan, menyelesaikan masalah dan menarik kesimpulan secara mandiri. Pada prinsipnya, inkuiri adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa, maka peranan guru adalah sebagai pembimbing, stimulator dan fasilitator. Sedangkan siswa dalam pembelajaran inkuiri adalah sebagai pengambil inisiatif dalam menentukan sesuatu. Siswa aktif menggunakan cara mereka sendiri, dengan demikian diharapkan mereka mempunyai keberanian untuk mengajukan masalah, merespon masalah, dan berpikir untuk menyelesaikan masalah atau menemukan jawabannya melalui penyelidikan atau percobaan secara mandiri. Untuk keefektifan waktu pembelajaran serta meminimalisir kesalahan yang dikarenakan siswa masih miskin pengalaman dan merupakan hal yang baru dalam melakukan kegiatan praktikum, maka dalam kegiatan ini peneliti lebih memilih metode inkuiri terbimbing, yaitu gurulah yang berperan dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya, dan siswa menyelesaikan masalah secara diskusi kelompok dan menarik kesimpulan secara mandiri. 17 2.1.3 Media Konkrit Arif S. Sadiman (1999: 6) yang mengutip pendapat Gagne menyebut media “berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar”. National Education Association (NEA) dalam Abdul Halim (2002: 11) mendefinisikan media sebagai benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan dan dipergunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Senada dengan itu Russefendi (1993: 141) menyatakan bahwa media merupakan alat bantu untuk mempermudah siswa memahami konsep IPA. Pendapat-pendapat di atas memiliki kesamaan yaitu media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima, sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa serta diharapkan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan setelah menggunakan media. Menurut Wina Sanjaya (2006: 171) media yang digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran. Secara umum anak usia Sekolah Dasar mempunyai kecenderungan belajar mulai dari hal-hal konkret, memandang sesuatu secara keseluruhan dan utuh melalui kegiatan manipulatif secara bertahap dan pemahaman yang lebih kompleks. Menurut Soetarjo (1998: 3), proses belajar mengajar dengan Metode keterampilan proses adalah proses belajar mengajar yan direncanakan sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan sendiri fakta-fakta, konsep dan teori-teori dengan keterampilan proses dan sikap siswa itu sendiri. Siswa diberi kesempatan uuntuk terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Ristasa (2005 : 5), “ … untuk setiap permasalahan yang harus dijawab melalui proses belajar aktif yang melibatkan siswa untuk berpikir kreatif, siswa dibimbing untuk mengamati peristiwa yang terjadi, mencari keterangan, menganalisis dan membuat kesimpulan. Mengajar adalah membina bagaimana siswa belajar, bagaimana berpikir dan bagaimana cara mencari informasi. Sehingga pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dapat menciptakan suasana belajar siswa aktif dan kreatif serta mengembangkan kemampuan berpikir. Jadi posisi guru harus berada di antara siswa dengan sumber belajar yang berperan sebagai motivator dan fasilitator. Menurut Gagne (dalam Noehi Nasution dan AA Ketut Budiastra, 2007: 73) mendefinisikan alat peraga sebagai komponen sumber belajar di lingkungan siswa yang 18 dapat merangsang siswa untuk belajar. Alat peraga sebagai alat bantu dalam pembelajaran mempunyai fungsi untuk memperjelas dan memudahkan siswa untuk memahami suatu konsep. Sehingga siswa akan lebih tertarik dalam mengikuti pembelajaran pada akhirnya dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi sehingga mampu meningkatkan pula hasil belajar siswa. Berdasar pendapat dari Carl Rogers, yang mengonsepsikan pembelajaran sebagai upaya untuk menjadi seseorang yang lebih otonom, lebih spontan dan lebih yakin pada dirinya sehingga guru perlu membimbing peserta didik melalui prinsip kebebasan membimbing. Dengan bimbingan yang diberikan guru akan memacu motivasi peserta didik dalam menerima konsep yang diberikan guru sehingga dapat meningkatkan hasil belajar yang optimal. 2.1.4 Hasil Belajar 2.1.4.1 Pengertian Belajar Menurut Gagne (Udin S. Winataputra, 2008: 3.30) belajar adalah suatu proses dimana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Terapat tiga (3) atribut pokok (ciri utama) belajar, yaitu : proses, perubahan tingkah laku, dan pengalaman. 1) Belajar sebagai proses adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan. 2) Belajar perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar ialah perubahan yang dihasilkan dari pengalaman (interaksi dengan lingkungan) dimana proses mental dan emosional terjadi. 3) Belajar sebagai pengalaman ialah siswa mengalami, dalam arti belajar terjadi di dalam interaksi individu dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Sesuai dengan pendapat Gagne, Mohammad Surya (1996 : 9) berpendapat pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 19 2.1.4.2 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah perubahan positif yang terjadi pada diri seseorang sebagai hasil dari proses yang relatif terus-menerus dijalani dari berbagai latihan dan pengalaman. Hal ini dilandasi pendapat Varmon A. Magnesen (dalam Cipto Waluyo, 2003 : 13) yang menyatakan “ … siswa belajar 10 % dari apa yang mereka baca, 20 % dari apa yang mereka dengar, 30 % dari apa yang mereka lihat, 50 % dari apa yang mereka lihat dan dengar, 70 % dari apa yang mereka katakan, 90 % dari apa yang mereka katakan dan lakukan “. Menurut Gagne, yang dikutip oleh Dahar (1998: 163) bahwa hasil belajar yang dicapai meliputi lima kemampuan, yaitu: (1) kemampuan intelektual, (2) Informasi verbal, (3) sikap, (4) keterampilan motorik, dan (5) strategi kognitif. Mengajar adalah suatu pekerjaan profesional, yang menuntut kemampuan yang kompleks untuk dapat melakukannya. Menurut Bruce Joyce dan Marsha Weil (Oemar Hamalik, 2010: 44) hakikat mengajar adalah membantu para pelajar memperoleh informasi, ide keterampilan, nilai, cara berpikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya dan cara-cara bagaimana belajar. Peran guru dalam pembelajaran adalah membantu siswa merasakan untuk melakukan apa yang mereka inginkan kapanpun mereka mau. Menurut Houston, Clift, Freiberg, dan Warmer (Udin S. Winataputra, 2008: 3.3) terdapat 5 yang menentukan efektifitas mengajar bagi pengajar, yaitu : 1.) Ekspetasi pengajar tentang kemampuan pebelajar (siswa) yang akan dikembangkan 2.) Keterampilan pengajar dalam pengelolaan kelas 3.) Jumlah waktu yang digunakan pebelajar untuk melakukan tugas-tugas belajar yang bersifat akademik 4.) Kemampuan pengajar dalam mengambil keputusan pembelajaran. 5.) Variasi metode mengajar yang dipakai oleh pengajar. 2.2 Kajian Hasil-hasil Penelitian Yang Relevan Berdasarkan Abstrak hasil PTK dari saudara Kuswoyo dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pembelajaran IPA Tentang Hubungan Antara Bagian Bunga dan Fungsinya Melalui Metode Pembelajaran Inkuiri Pada Siswa Kelas IV SD N Sikayu” Tahun 20 2009 dapat diambil kesimpulan bahwa keberhasilan peningkatan hasil belajar siswa dapat dilakukan melalui penerapan metode inkuiri dan juga dengan memberikan bimbingan dan alat peraga konkret serta dalam kelompok kecil karena perserta didik terlibat langsung dalam suatu percobaan tentang suatu hal, mengamati proses serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru sehingga peserta didik lebih mudah dalam memahami materi. Dengan demikian tingkat keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran mengalami kenaikan dan hasil belajar siswa ikut meningkat. Dasar yang kedua adalah hal Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan oleh saudara Turasman dengan judul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Tentang SifatSifat Benda Cair Melalui Penggunaan Alat Peraga Konkrit Pada Siswa Kelas IV SD NEGERI ROWOREJO” Tahun 2008 diambil kesimpulan bahwa tujuannya adalah meningkatan prestasi belajar siswa dan motivasi siswa melalui media konkrit melalui percobaan langsung sehingga anak lebih mudah memahami materi. Dengan demikian anak akan termotivasi dan prestasi belajarnya akan meningkat. 2.3 Kerangka Pikir Susana yang terjadi pada keseharian pada setiap proses pembelajaran yang berlangsung di kelas, adalah pembelajaran yang berpusat pada guru. Guru mendominasi seluruh waktu pembelajaran dengan menyampaikan materi IPA melalui ceramah. Kadang-kadang saja di tengah-tengah ceramah, guru menyelipkan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab siswa. Respon siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan guru, adalah mengantuk, tidak segera dapat peduli dengan situasi yang ada baik yang diadakan oleh guru atau siswa yang lain, sehingga siswa cenderung untuk pasif saja. Kondisi ini jika siswa diberi pertanyaan atau tes, hasilnya tidak dapat mengerjakan secara optimal, sehingga skor yang diperoleh rendah. Perubahan paradigma pembelajaran menuntut siswa aktif, agar kompetensi yang diharapkan dalam kurikulum 2006 dapat tercapai. Suatu pembelajaran akan efektif bila siswa aktif berpartisipasi atau melibatkan diri secara langsung dalam proses pembelajaran. Siswa diharapkan dapat menemukan sendiri atau memahami sendiri konsep yang telah diajarkan yaitu dengan mengalami langsung. 21 Pembelajaran dengan metode konvensional yang pada umumnya dilaksanakan oleh guru masih kurang memperhatikan ketercapaian kompetensi siswa. Guru masih dominan sehingga membuat siswa menjadi pasif. Siswa tidak mengalami pengalaman belajar sendiri untuk mendapatkan pengalaman baru dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, akibatnya hasil belajar siswa rendah. Untuk mengatasi paradigma di atas, guru mencoba menerapkan suatu Metode pembelajaran inkuiri. Metode pembelajaran inkuiri adalah Metode inkuiri merupakan sebuah Metode pembelajaran yang berpusat pada siswa yang mampu menciptakan siswa yang cerdas, terampil dan berpengetahuan luas serta dapat bekerja sesuai dengan prosedur sehingga dapat menemukan jawaban sendiri dari masalah yang dikaji. Pengetahuan dan keterampilan siswa tidak diperoleh dari hasil mengingat fakta tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya. Dengan Metode ini siswa dilatih untuk selalu berpikir kritis karena membiasakan siswa memecahkan masalah sendiri. Metode ini bertujuan untuk menghadapkan siswa untuk mengetahui beberapa manfaat dari berbagai macam energi yang ada dalam pelajaran, serta dapat mengetahui sendiri manfaat dari energi-energi lain yang dapat di sekitar lingkungan mereka. Sedangkan hasil yang diharapkan adalah optimal. Oleh karena itu, untuk mengukurnya keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, maka pengukuran dilakukan dengan unjuk kerja dan tes formatif. Skor pencapaian pengukuran ini akan menunjukkan kenaikan skor yang membaik. Dengan diterapkannya pembelajaran yang menggunakan metode inkuiri ini, suasana pembelajaran tidak membosankan, siswa dapat aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga dapat mempengaruhi hasil belajarnya. 2.4. Hipotesis Tindakan Mempertimbangkan dengan masalah-masalah tersebut di atas dapat disusun hipotesis tindakan sebagai berikut: 1. Jika penggunaan metode inkuiri berbantuan media konkrit dilaksanakan dengan baik, maka dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam tentang sumber energi 22 dan kegunaannya pada siswa kelas 3 SDN Banioro Kecamatan Karangsambung Semester 2 tahun pelajaran 2012/2013. 2. Berdasarkan sintaks metode inkuiri berbantuan media konkrit untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam tentang Sumber Energi dan Kegunaannya pada siswa kelas 3 SDN Banioro Kecamatan Karangsambung Semester 2 tahun pelajaran 2012/2013 dapat dilakukan dengan tahapan: (1) Tahap orientasi, (2) tahap verifikasi, (3) tahap eksperimentasi, (4) tahap merumuskan peristiwa yang terjadi, (5) tahap analisis proses penelitian.