Templat tugas akhir S1

advertisement
GAMBARAN FUNGSI JANTUNG KELINCI DOMESTIK
PADA PEMBIUSAN JANGKA PANJANG XYLAZINKETAMIN DENGAN PENCITRAAN EKHOKARDIOGRAFI
SEPTIANA EKA SARI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Gambaran Fungsi
Jantung Kelinci Domestik pada Pembiusan Jangka Panjang Xylazin-Ketamin
dengan Pencitraan Ekhokardiografi adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Septiana Eka Sari
NIM B04090006
ABSTRAK
SEPTIANA EKA SARI. Gambaran Fungsi Jantung Kelinci Domestik pada
Pembiusan Jangka Panjang Xylazin-Ketamin dengan Pencitraan Ekhokardiografi.
Dibimbing oleh RR SOESATYORATIH dan DENI NOVIANA.
Anestetika kombinasi xylazin-ketamin telah banyak digunakan dalam
operasi minor maupun mayor pada hewan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh pemberian anestesi jangka panjang xylazin-ketamin
terhadap dinamika atau kinerja jantung kelinci domestik yang dinilai
menggunakan pencitraan ekhokardiografi. Penelitian ini menggunakan 5 ekor
kelinci jantan dewasa. Kombinasi xylazin-ketamin diberikan secara intra
muscular untuk induksi dan intra vena melalui metode drip selama 7 jam untuk
maintenance. Evaluasi performa jantung dinilai dengan pencitraan
ekhokardiografi Motion-mode. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan
anestetika xylazin-ketamin memberikan pengaruh terhadap jantung kelinci berupa
penurunan nilai LVW (left ventricular wall), HR (heart rate), SV (stroke volume),
CO (cardiac output), FS (fractional shortening), dan EF (ejection fraction) serta
terjadi peningkatan nilai LVID (left ventricular internal dimention), EDV (end
diastolic volume) dan ESV (end systolic volume). Hal ini menandakan terjadi
penurunan kinerja jantung akibat pemberian anestesi jangka panjang xylazinketamin yang akan menghambat pelepasan norepinephrine melalui penekanan
sistim saraf simpatis. Kesimpulan penelitian ini adalah anestesi jangka panjang
xylazin-ketamin akan mengakibatkan penurunan kinerja jantung.
Kata kunci: anestetika, ekhokardiografi, jangka panjang, jantung, xylazinketamin.
ABSTRACT
SEPTIANA EKA SARI. Echocardiographic Evaluation of Rabbit’s Heart
Performace During Long-Term Anesthesia of Xylazine-Ketamine. Supervised by
RR SOESATYORATIH and DENI NOVIANA.
Combination of xylazine-ketamine are commonly used anesthesia in
veterinary medicine either in the minor or mayor surgery. The purpose of this
study was to determine the effect of long-term anesthesia xylazine-ketamine
combination on heart dynamics or performace of domestic rabbit’s assessed using
Motion-mode echocardiography imaging. Xylazine-ketamine was administered to
the male adult rabbit intra muscular for induction and through intra vena drip
method for 7 hours maintenance. Evaluation of heart performance was assessed
by Motion-mode echocardiography imaging. The results showed that
administration of long-term anesthesia causes effect on the rabbit heart such as
decrease of LVW (left ventricular wall), HR (heart rate), SV (stroke volume), CO
(cardiac output), FS (fractional shortening), and EF (ejection fraction) value and
increase of LVID (left ventricular internal dimention), EDV (end diastolic
volume) dan ESV (end systolic volume) value. These results clearly showed the
decrease of cardiac performance due to administration of long-term anesthesia
that will inhibit the release of norepinephrine through the pressure of the
sympathetic nervous system. The conclusion of this study is the long-term
anesthesia xylazine-ketamine will result in a decrease of cardiac performance.
Keywords: anesthetica, echocardiography, heart, long-term, xylazine-ketamine.
GAMBARAN FUNGSI JANTUNG KELINCI DOMESTIK
PADA PEMBIUSAN JANGKA PANJANG XYLAZINKETAMIN DENGAN PENCITRAAN EKHOKARDIOGRAFI
SEPTIANA EKA SARI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Gambaran Fungsi Jantung Kelinci Domestik pada Pembiusan
Jangka
Panjang
Xylazin-Ketamin
dengan
Pencitraan
Ekhokardiografi
Nama
: Septiana Eka Sari
NIM
: B04090006
Disetujui oleh
Drh Rr Soesatyoratih, MSi
Pembimbing I
Drh Deni Noviana, PhD
Pembimbing II
Diketahui oleh
Drh Agus Setiyono, MS, PhD, APVet
Wakil Dekan
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli sampai Agustus 2012 ini ialah
Gambaran Fungsi Jantung Kelinci Domestik pada Pembiusan Jangka Panjang
Xylazin-Ketamin dengan Pencitraan Ekhokardiografi.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Bambang Pontjo Priosoeryanto,
MS, PhD APVet yang telah sabar membimbing selama kuliah, serta terima kasih
kepada Ibu drh Rr Soesatyoratih MSi dan Bapak drh Deni Noviana PhD selaku
pembimbing yang telah membimbing dan membantu dalam menyelesaikan tugas
akhir ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr drh Gunanti MS
selaku kepala Bagian Bedah dan Radiologi, serta seluruh Staf Bedah dan
Radiologi yang telah mengijinkan penulis melakukan penelitian di laboratorium
radiologi serta terima kasih kepada PT Karindo Alkestron yang telah
memfasilitasi alat USG selama penelitian berlangsung. Penghargaan penulis
sampaikan kepada teman-teman penelitian drh Sitaria Fransiska Siallagan MSi,
Alfian Raudani Rahman, dan Kevin Timotius Tan, seluruh teman-teman yang
telah membantu selama penelitian ini dilaksanakan Nindya, Ilmi, Ridha, Neta, ka’
Ari, serta teman-teman paus yang telah membantu dan mendukung penulis Dwi
Utari Rahmiati, Rahayu Woro Wiranti, Yusti Maulida, dan terima kasih kepada
Cinthyarindi TL yang telah membantu dan memberi dukungan selama menulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Sirajuddin yang telah
menjadi Abah terbaik, ibu Nurjanah yang telah menjadi Mamah terbaik, dan Adik
tersayang Muhammad Rizal Hidayatullah serta seluruh keluarga, atas segala doa,
motivasi dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi penulis, yang membaca dan yang
berkepentingan.
Bogor, Februari 2014
Septiana Eka Sari
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
2
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
3
METODE
3
Bahan
3
Alat
3
Waktu dan Tempat Penelitian
3
Prosedur
4
Analisis Data
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
SIMPULAN DAN SARAN
6
14
Simpulan
14
Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
15
RIWAYAT HIDUP
17
DAFTAR TABEL
1 Hasil pengamatan jantung pada kelinci domestik yang diberikan
kombinasi anestesi jangka panjang xylazin-ketamin
6
DAFTAR GAMBAR
1 Teknik pengukuran intraventricular septum (IVS), left ventricular
internal dimension (LVID), left ventricular posterior wall (LVW), d
(diastol), dan s (sistol) pada kelinci white New Zealand
2 Ketebalan nilai IVSs (interventricular septum in systole), IVSd
(interventricular septum in diastole), LVWs (left ventricular posterior
wall in systole), LVWd (left ventricular posterior wall in diastole)
selama pemberian anestesi jangka panjang xylazin-ketamin pada kelinci
domestik.
3 Pengamatan nilai LVIDs (left ventricular internal dimension in systole)
dan LVIDd (left ventricular internal dimension in diastole) selama
pemberian anestesi jangka panjang kombinasi xylazin-ketamin pada
kelinci domestik
4 Pengamatan nilai EDV (end-diastolic volume) dan ESV (end-sistolic
volume) selama pemberian anestesi jangka panjang kombinasi xylazinketamin pada kelinci domestik.
5 Pengamatan nilai EDV (end-diastolic volume), ESV (end-sistolic
volume) dan SV (stroke volume) selama pemberian anestesi jangka
panjang kombinasi xylazin-ketamin pada kelinci domestik.
6 Pengamatan nilai heart rate selama pemberian anestesi jangka panjang
kombinasi xylazin-ketamin pada kelinci domestik.
7 Pengamatan nilai cardiac output pada pemberian anestesi jangka
panjang kombinasi xylazin-ketamin pada kelinci domestik.
8 Nilai fractional shortening selama pemberian anestesi jangka panjang
kombinasi xylazin-ketamin pada kelinci domestik.
9 Nilai EF (ejection fraction) selama pemberian anestesi jangka panjang
kombinasi xylazin-ketamin pada kelinci domestik.
5
6
8
8
9
10
11
12
13
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Anestesi adalah penghilangan sensasi yang terkontrol, terjadi depresi atau
penekanan pada sistem saraf pusat yang bersifat reversibel (Welsh 2003).
Anestetika telah dikenal sejak lama sebagai upaya dalam mempermudah dokter
melakukan tindakan operasi. Tindakan anestesi banyak dilakukan dalam operasi
ringan maupun berat. Perkembangan teknik operasi yang semakin pesat
menyebabkan kebutuhan anestetika selama operasi meningkat. Selain memiliki
efek menghilangkan rasa sakit, anestetika juga dapat memberikan efek negatif
terhadap tubuh jika diberikan dalam waktu yang cukup lama. Efek-efek inilah
yang perlu diperhatikan ketika anestesi diberikan dalam waktu yang cukup lama.
Anestesi yang baik harus mampu menjaga kestabilan semua fungsi
fisiologis tubuh pasien sebaik mungkin (Tranquilli et al. 2007). Anestesi yang
ideal diharapkan seminimal mungkin mendepres atau menekan sistem respiratori
dan kardiovaskular, muscle relaxant yang baik, ekonomis, tidak iritan dan tidak
toksik (Mohammed et al. 2011). Anestesi tunggal yang seperti ini jarang tersedia,
sehingga dapat digunakan lebih dari satu obat sebagai kombinasi untuk mencapai
efek yang diharapkan.
Saat ini banyak sekali jenis anestetika yang beredar dan digunakan dalam
dunia kedokteran hewan, sehingga diperlukan pemahaman seorang dokter hewan
terhadap anestetika yang akan digunakan (Kilic 2004). Anestetika yang beredar
dapat diberikan secara tunggal atau kombinasi. Contoh anestetika yang
dikombinasikan pemberiannya adalah xylazin dan ketamin (Amarpal et al. 2010).
Ketamin adalah agen anestetika non-barbiturat yang memberikan efek pada
sistem kardiovaskular (Jung dan Jung 2012). Ketamin mempunyai efek
anestetikum dan disosiasi (Struck et al. 2011). Ketamin menghambat gama amino
butyric acid (GABA), serotonin, norepineprin dan dopamine pada sistem saraf
pusat. Efek ketamin pada sistem kardiovaskular adalah peningkatan cardiac
output (CO), denyut jantung, peningkatan tekanan pada aorta dan peningkatan
tekanan pada arteri paru-paru (Baumgartner et al. 2010). Efek negatif akibat
pemberian ketamin adalah halusinasi, menimbulkan kejang otot dan muscle
relaxant yang buruk (Kilic 2004). Ketamin sering dikombinasikan dengan
sedatikum. Sedatikum yang sering dikombinasikan dengan ketamin adalah
xylazin (Sloan et al. 2011).
Xylazin memilik sifat sedatif, analgesi, sebagai muscle relaxant, dan
menyebabkan efek hipnotik pada hewan domestik (Egwu et al. 2011). Efek
xylazin pada sistem kardiopulmonari adalah penurunan denyut jantung, penurunan
cardiac output (CO), dan penurunan laju respirasi (Li et al. 2012). Menurut Cruz
et al. (2011) efek xylazin dapat menyebabkan bradikardia, hipotensi, dan cardiac
output (CO), serta depresi respiratori.
Kombinasi xylazin-ketamin telah banyak digunakan pada kedokteran
hewan. Kelebihan yang dimiliki yaitu ekonomis dan cara pemberian yang
fleksibel, induksi yang cepat dan pemulihannya juga cepat karena ketamin
termaksuk short acting anesthesia. Menurut Qi et al. (2007) efek negatif
kombinasi xylazin-ketamin adalah menyebabkan penurunan denyut jantung dan
2
dilatasi jantung. Baumgartner et al. (2010) menambahkan bahwa kombinasi
xylazin-ketamin dapat menyebabkan penurunan tekanan darah, penurunan denyut
jantung, dan penurunan cardiac output.
Kombinasi xylazin-ketamin banyak memberikan pengaruh terhadap organ
tubuh, sehingga banyak peneliti yang melakukan penelitian untuk melihat
pengaruh kombinasi obat ini pada hewan. Target penelitian yang bisa dilihat
adalah efek kombinasi xylazin-ketamin terhadap jantung. Jantung merupakan
suatu organ yang penting dalam sistem kardiovaskular. Jantung dan pembuluh
darah bertanggung jawab terhadap sistem sirkulasi yang akan mengantarkan O2
dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan
serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan hasil metabolisme lainnya ke ginjal
(Ware 2007). Jantung berfungsi memompakan darah ke seluruh tubuh dalam
melakukan metabolisme. Kinerja jantung dipengaruhi oleh beban diastolik
(preload), beban sistolik (afterload), dan kontraktilitas jantung (Djer dan
Madiyono 2000). Siklus jantung yang normal akan membantu terpenuhinya
kebutuhan oksigen sel-sel tubuh. Siklus jantung yang normal terdiri dari dua fase
yaitu sistol dan diastol yang berulang untuk menjaga terpenuhinya cardiac output.
Jantung memiliki empat ruangan, dua ruang ventrikel berupa ventrikel kanan dan
ventrikel kiri serta memiliki dua ruang atrium berupa atrium kanan dan atrium
kiri. Ventrikel memiliki dua fungsi yaitu systolic ejection dan diastolic filling.
Kinerja ventrikel kiri sangat berpengaruh pada kemampuan antara dua siklus ini
(Nagueh et al. 2009).
Ekhokardiografi adalah suatu teknik pencitraan jantung untuk melihat
dinamika jantung melalui gambaran ultrasound yang dapat direfleksikan atau
yang disebut dengan ekho. Teknik ini bersifat aman, non invasif, dan dapat
memberikan gambaran diagnosis anatomik jantung dan hemodinamik yang pasti
(Noviana et al. 2012). Penggunaan ekhokardiografi untuk mengevaluasi struktur
internal dan dimensi kiri jantung telah dilakukan pada anjing (Noviana et al.
2011, Soesatyoratih 2011), kucing (Noviana dan Kurniawan, 2013) dan kelinci
(Dimitrov et al. 2011). Terdapat dua teknik penampilan pada pencitraan
ekhokardiografi yaitu Brightness mode (B-mode) dan Motion mode (M-mode)
(Pennick dan d’Anjou 2008).
Performa jantung dapat terganggu akibat efek penggunaan anestetika.
Penggunaan anestetika tergantung pada lamanya proses operasi yang dilakukan,
semakin lama waktu operasi maka penggunaan anestetika semakin banyak
sehingga hal ini akan berpengaruh pada jantung hewan. Penelitian mengenai
anestesi jangka panjang telah banyak dilakukan namun belum ada yang
mengamati pengaruh pemberian anastesi jangka panjang terhadap kinerja jantung
yang diukur menggunakan pencitraan ekhokardiografi Motion-mode.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian anestesi
jangka panjang kombinasi xylazin-ketamin terhadap kinerja atau dinamika
jantung kelinci domestik yang dinilai menggunakan pencitraan ekhokardiografi
Motion-mode.
3
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
pengaruh pembiusan anestesi jangka panjang kombinasi xylazin-ketamin terhadap
kinerja atau dinamika jantung kelinci melalui pengamatan ketebalan otot jantung,
dimensi ruang jantung, curah jantung, dan kekuatan kontraksi.
METODE
Penelitian ini dilakukan terhadap kelinci domestik melalui perlakuan
pemberian anestesi kombinasi xylazin-ketamin jangka panjang selama 7 jam.
Selama pemberian anestesi jangka panjang dilakukan pengamatan terhadap
parameter jantung dengan menggunakan alat ultrasonografi (USG) setiap 2 jam,
mulai dari jam ke-0 (menit ke-5 sampai menit ke-30 setelah induksi obat bius
xylazin ketamin), jam ke-1, jam ke-3, jam ke-5 dan jam ke-7.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain ketamin 10%,
xylazin 1%, 5 ekor kelinci jantan domestik umur rata-rata 1 tahun dan berat badan
1.8-2.5 kg, Ultrasonic gel, antibiotika enrofloxacine 1 mg/ml sebagai antibakteri,
ivermectin 10 mg/ml sebagai antiparasitik, mebendazole 500 mg/tablet sebagai
antelmintik, dan cairan infus NaCl 0.9%.
Alat
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini antara lain USG Sonodop S6X
dengan probe linear dengan frekuensi 5-7.5 MHz, software Image J®, syringe 1
ml, syringe 3 ml, infusion pump JMS OT-701, selang infus, dan IV catheter 24G.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2012, bertempat di
Laboratorium Bagian Bedah dan Radiologi, Departemen Klinik Reproduksi dan
Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
4
Prosedur Penelitian
Tahap persiapan
Hewan coba sebanyak 5 ekor kelinci, diaklimatisasi selama tiga hari yang
bertujuan untuk menyeragamkan kondisi kelinci. Selama proses aklimatisi, kelinci
diberikan antibiotika enrofloxacine secara injeksi intramuskular (IM) dengan
dosis 5 mg/kg BB dua kali sehari (Plumb 2005). Anti ektoparasitika ivermectin
juga diberikan secara injeksi subkutan dengan dosis 0.02 mg/kg BB sekali
pemberian dan anthelmintika mebendazol per oral dengan dosis 50 mg/kg BB
sekali pemberian (Plumb 2005).
Tahap percobaan
Kelinci diinduksi dengan anestesi kombinasi xylazin-ketamin secara
intramuskular dengan dosis xylazin 5 mg/kg BB dan ketamin 45 mg/kg BB
(Plumb 2005). Pencukuran dilakukan segera setelah hewan teranestesi dan
dilakukan pengambilan data pertama. Daerah pencukuran adalah thorak sebelah
kanan. Ekhokardiografi dilakukan dengan menggunakan probe linear frekuensi 57.5 MHz pada posisi right parasternal view (RPS). Pengambilan data dilakukan
dengan pencitraan B-mode dan M-mode. Pencitraan B-mode digunakan untuk
melihat potongan struktur jantung yang diambil atau untuk mendeteksi struktur
jantung pada daerah yang diambil. Pencitraan M-mode digunakan untuk
mendapatkan ukuran yang akurat dari kontraktilitas, ukuran ruang sistolik dan
diastolik, dan ketebalan dinding jantung (Noviana et al. 2012).
Setelah induksi diberikan, maintenance berupa cairan infus NaCl 0.9% yang
dicampur dengan xylazin dan ketamin dengan dosis xylazin 0.04 mg/kg/menit dan
ketamin 0.4 mg/kg/menit mulai diberikan dengan aliran 6 ml/kg/jam selama 7 jam
(Taylor et al. 2010). Pengambilan data dilakukan pada jam ke-0, jam ke-1, jam
ke-3, jam ke-5, dan jam ke-7.
Pengukuran hasil ekhokardiografi (sonogram) dilakukan dengan
menggunakan aplikasi piranti lunak komputer pada mesin USG dengan parameter
yang diamati intraventricular septum in systole (IVSs), intraventricular septum in
diastole (IVSd), left ventricular internal dimension in systole (LVIDs), left
ventricular internal dimension in diastole (LVIDd), left ventricular wall in systole
(LVWs), left ventricular wall in diastole (LVWd), dan heart rate (HR). Data-data
tersebut kemudian digunakan untuk melakukan perhitungan, end diastolic volume
(EDV), end systolic volume (ESV), stroke volume (SV), cardiac output (CO),
fractional shortening (FS), dan ejection fraction (EF) yang didapatkan
berdasarkan rumus. Rumus-rumus yang digunakan adalah sebagai berikut
(Elshahed et al. 2008, Noviana dan Kurniawan 2013, Rottman et al. 2003):
EDV =
ESV =
(
(
)
)
SV = EDV – ESV
FS =
CO = SV x HR
EF =
x 100
x 100
Pengukuran gambar yang dilakukan dengan menggunakan USG yang
sebelumnya setelah disebutkan dapat dilihat seperti pada gambar 1.
5
Gambar 1 Teknik pengukuran intraventricular septum (IVS), left ventricular internal
dimension (LVID), left ventricular wall (LVW), d (diastol), dan s (sistol) pada
kelinci white New Zealand (Pelosi et al. 2011).
Prosedur Analisis Data
Hasil data penelitian ini akan disajikan dalam bentuk rataan ± standar
deviasi dalam bentuk deskriptif dan diuji dengan metode Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan analisis statistik ANOVA® yang dilanjutkan dengan uji
Duncan.
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penggunaan ketamin yang dikombinasikan dengan obat bius lain banyak
digunakan pada kelinci (Vachon 1999). Ketamin biasanya dikombinasikan dengan
alpha-2-adrenoceptor contohnya xylazin (Amarpal et al. 2010). Pengaruh
kombinasi obat bius ini akan memberikan pengaruh negatif terhadap sistem
kardiovaskular. Hasil pengamatan terhadap kinerja jantung kelinci yang diberikan
anestesi jangka panjang kombinasi xylazin-ketamin pada kelinci domestik dapat
dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 Hasil pengamatan jantung pada kelinci domestik yang diberikan
kombinasi anestesi jangka panjang xylazin-ketamin
Parameter
Jam ke-0
Jam ke-1
Jam ke-3
Jam ke-5
Jam ke-7
IVSs (cm)
0.30±0.04b
0.27±0.03a
0.27±0.04a
0.27±0.05a
0.27±0.03a
IVSd (cm)
0.23±0.03b
0.22±0.04a
0.22±0.04a
0.22±0.03a
0.20±0.03a
b
a,b
a,b
a,b
LVWs (cm)
0.34±0.06
0.31±0.05
0.31±0.07
0.31±0.05
0.29±0.03a
b
a,b
a,b
a,b
LVWd (cm)
0.27±0.04
0.25±0.06
0.25±0.05
0.25±0.04
0.23±0.04a
a
a
a
a
LVIDs (cm)
0.83±0.15
0.84±0.16
0.83±0.24
0.83±0.25
1.00±0.24a,b
a
a
a
a,b
LVIDd (cm)
1.19±0.18
1.19±0.22
1.20±0.23
1.22±0.25
1.29±0.24a,b
a
a
a
a
EDV (ml)
3.43±1.37
3.55±1.72
3.58±1.82
3.75±1.99
4.38±1.84a,b
a
a
a,b
a,b
ESV (ml)
1.31±0.59
1.38±0.76
1.45±1.15
1.74±1.08
2.30±1.27b
a
a
a
a,b
SV (ml)
2.13±1.15
2.17±1.22
2.13±1.01
2.01±1.19
2.08±0.83a,b
b
a,b
a,b
a
HR (kali/menit) 149.47±36
121.27±42
118.77±25
107.63±20
102.03±34a
a,b
a
a
a
CO (ml/menit) 294.12±120.93 262.58±193.58 246.33±163.90 244.56±150.26 210.38±133.56a
FS (%)
31.62±10.17b
31.16±8.21b
30.37±9.48b
29.06±12.29b
23.70±7.79a
c
b
b
b
EF (%)
62.77±14.24
61.07±12.58
60.73±14.22
53.71±19.05
47.40±13.31a
Keterangan: IVSs (intraventricular septum in systole), IVSd (intraventricular septum in diastole),
LVWs (left ventricular wall in systole), LVWd (left ventricular wall in diastole), LVIDs (left
ventricular internal dimension in systole), LVIDd (left ventricular internal dimension in diastole),
EDV (end-diastolic volume), ESV (end-sistolic volume), SV (stroke volume), HR (heart rate), CO
(cardiac output), FS (fractional shortening), EF (ejection fraction), a,b,c huruf berbeda
menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (P<0.05) pada baris yang sama.
Berdasarkan tabel 1 hasil pengukuran atau parameter yang diambil dapat
digambarkan pada Gambar 2 sampai Gambar 9.
Gambar 2 Ketebalan nilai IVSs (interventricular septum in systole), IVSd
(interventricular septum in diastole), LVWs (left ventricular wall in
systole), LVWd (left ventricular wall in diastole) selama pemberian
anestesi jangka panjang xylazin-ketamin pada kelinci domestik.
7
Hasil pengukuran yang dilakukan pada jantung kelinci domestik
didapatkan hasil IVS (interventricular septum) dan LVW (left ventricular wall)
saat sistol maupun diastol pada waktu yang telah ditentukan yaitu pada jam ke-0,
jam ke-1, jam ke-3, jam ke-5, dan jam ke-7. Pengukuran hasil IVSs pada jam ke-0
didapatkan nilai 0.30 ± 0.04 cm, sedangkan nilai IVSd 0.23 ± 0.03 cm. Pelosi et
al. (2011) menyebutkan nilai kisaran normal IVSs dan IVSd pada kelinci New
Zealand white adalah nilai IVSs 0.298-0.592 cm dan nilai IVSd 0.211-0.282 cm,
sehingga hasil pengukuran IVS saat sistol dan diastol pada jam ke-0 masih dalam
kisaran normal. Hasil pengukuran LVW pada jam ke-0 didapatkan nilai LVWs
0.34 ± 0.06 cm dan LVWd 0.27 ± 0.04 cm. Menurut Pelosi et al. (2011) nilai
kisaran normal dari LVWs dan LVWd adalah nilai LVWs 0.250-0.543 cm dan
nilai LVWd 0.189-0.363 cm, sehingga hasil pengukuran pada jam ke-0 nilai
LVWS dan LVWd masih dalam kisaran normal. Perbedaan nilai kisaran normal
IVS dan LVW ini dapat terjadi karena perbedaan jenis kelinci yang digunakan
pada penelitian.
Nilai IVSs dan nilai IVSd pada jam ke-1 terjadi penurunan yang signifikan
(P<0.05) tetapi pada jam ke-3, jam ke-5, dan jam ke-7 tidak terjadi penurunan
yang signifikan (P>0.05). Hal ini terjadi karena IVS bukanlah otot yang aktif
bergerak dan hanyalah pembatas antara ventrikel kanan dan ventrikel kiri
sehingga penurunan nilai IVS cenderung hanya pengaruh dari kontraksi dinding
ventrikel (Moon et al. 1997, Baumgartner et al. 2010).
Nilai LVWs dan LVWd pada jam ke-1, jam ke-3, dan jam ke-5 tidak
mengalami penurunan nilai yang signifikan (P>0.05) tetapi terjadi penurunan nilai
yang signifikan (P<0.05) antara jam ke-0 dan jam ke-7. Penurunan nilai ini terjadi
karena xylazin yang digunakan bekerja pada reseptor alpha-2-adrenoceptor yang
akan menghambat pelepasan norepinephrine melalui penekanan sistim saraf
simpatis. Aktifitas transmitter norepinephrine menyebabkan konstriksi pembuluh
darah dan meningkatkan kekuatan kontraksi miokardium sehingga frekuensi
jantung juga meningkat. Ketika aktifitas norepinephrine dihambat, hal ini akan
mengakibatkan penurunan kekuatan kontraksi miokardium serta vasodilatasi
pembuluh darah yang berakibat pada penurunan kekuatan pembuluh darah dalam
menyalurkan darah yang mengandung oksigen untuk tubuh (Ganong 1995, Ware
2007). Hal inilah yang menyebabkan nilai LVW pada saat sistol dan diastol
mengalami penurunan. Menurut Rottman et al. (2003) anestesi kombinasi
xylazin-ketamin akan menurunkan nilai LVW.
Penggunaan xylazin-ketamin juga akan berpengaruh terhadap LVID baik
pada saat sistol maupun diastol. Nilai LVIDd adalah ukuran maksimal ventrikel
kiri pada saat diastol sedangkan LVIDs adalah ukuran minimal ventrikel kiri pada
saat sistol. Nilai-nilai LVIDd dan LVIDs pada jam ke-0 hingga jam ke-7 dapat
dilihat pada Gambar 3.
8
Gambar 3 Pengamatan nilai LVIDs (left ventricular internal dimension in systole) dan
LVIDd (left ventricular internal dimension in diastole) selama pemberian
anestesi jangka panjang kombinasi xylazin-ketamin pada kelinci domestik.
Berdasarkan nilai LVID pada tabel 1 dapat dilihat terjadi peningkatan
nilai walaupun tidak secara signifikan (P>0.05). Peningkatan ini diakibatkan oleh
pemberian kombinasi obat bius xylazin-ketamin yang berefek pada kerja jantung.
Menurut Rottman et al. (2003) penggunaan xylazin-ketamin akan meningkatkan
nilai LVID. Hal ini disebabkan karena pemberian sediaan xylazin akan
menyebabkan penurunan kekuatan kontraksi miokardium. Ketika terjadi
penurunan ketebalan dinding ventrikel kiri maka secara langsung nilai dimensi
internal jantung meningkat. Semakin lama terjadi hal ini akan menyebabkan
peningkatan dimensi internal jantung. Hal inilah yang menyebabkan nilai LVIDs
dan LVIDd terjadi peningkatan.
Nilai end-diastolic volume (EDV) maupun end-sistolic volume (ESV)
dipengaruhi oleh besarnya atau nilai dari dimensi internal ruang ventrikel jantung,
sedangkan nilai dari dimensi internal ruang ventrikel jantung sangat bergantung
terhadap kontraksi dari otot jantung (Rottman et al. 2003). Nilai EDV juga
dipengaruhi oleh jumlah darah yang kembali ke jantung dan secara langsung akan
mempengaruhi derajat pengisian selama diastol. Pengaruh penggunaan kombinasi
xylazin-ketamin dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Pengamatan nilai EDV (end-diastolic volume) dan ESV (end-sistolic volume)
selama pemberian anestesi jangka panjang kombinasi xylazin-ketamin pada
kelinci domestik.
9
Berdasarkan tabel 1 terlihat peningkatan nilai EDV walaupun tidak
signifikan (P>0.05) dan peningkatan nilai ESV secara signifikan (P<0.05) pada
jam ke-7. Ketika kekuatan kontraksi jantung menurun maka jumlah darah yang
dikeluarkan akan turun dari biasanya atau dalam keadaan normal. Kontraksi dari
otot jantung secara tidak langsung akan mempengaruhi nilai volume akhir
diastolik maupun volume akhir sistolik. Penggunaan xylazin pada penelitian ini
akan bekerja pada reseptor alpha-2-adrenoceptor yang menghambat pelepasan
norephinephrine. Ketika aktifitas norepinephrine dihambat oleh kerja xylazin
maka akan mengakibatkan penurunan kekuatan kontraksi miokardium. Selain itu
dihambatnya aktifitas norepinephrine mengakibatkan vasodilatasi pembuluh
darah yang akan berakibat pada menurunnya kekuatan pembuluh darah dalam
menyalurkan oksigen. Alasan inilah yang menyebabkan terjadinya penurunan
denyut jantung yang berakibat pada peningkatan volume akhir diastolik (EDV)
dan volume akhir sistolik (ESV) (Ganong 1995, Ware 2007).
Stroke volume adalah jumlah darah yang dipompakan saat vetrikel satu
kali berkontraksi. Pengukuran stroke volume akan bergantung pada volume akhir
diastol dan volume akhir sistol. Menurut Rottman et al. (2003) peningkatan atau
penurunan stroke volume bergantung pada kontraksi otot jantung dan pembuluh
darah vena atau pembuluh darah balik pada atrium kanan selanjutnya menuju
ventrikel kanan. Ketika kontraksi otot jantung melemah, kekuatan otot ventrikel
kiri dalam memompa darah akan terjadi penurunan. Hal ini berakibat pada
penurunan stroke volume dan cardiac output. Obat bius yang bekerja pada
reseptor alpha-2-adrenoceptor seperti xylazin, akan menghambat pelepasan
norepinephrine. Penghambatan ini akan mengakibatkan penurunan kontraksi
miokardium yang menyebabkan frekuensi jantung juga menurun (Ganong 1995,
Ware 2007). Pengaruh xylazin-ketamin pada stroke volume dapat dilihat pada
Gambar 5.
Gambar 5 Pengamatan nilai EDV (end-diastolic volume), ESV (end-sistolic volume) dan
SV (stroke volume) selama pemberian anestesi jangka panjang kombinasi
xylazin-ketamin pada kelinci domestik.
Berdasarkan data pada tabel 1 terlihat penurunan stroke volume secara
tidak signifikan (P>0.05). Penurunan stroke volume ini bergantung dari nilai EDV
dan ESV yang dapat dilihat pada gambar 5. Nilai EDV bergantung saat derajat
pengisian selama diastol. Pemberian kombinasi obat bius xylazin-ketamin
10
menyebabkan peningkatan dimensi ruang jantung (LVIDd dan LVIDs) yang
berakibat pada peningkatan nilai EDV disertai penurunan kontraksi ventrikel kiri.
Selanjutnya akan terjadi penurunan nilai stroke volume sehingga jumlah darah
yang tertahan di ventrikel kiri semakin banyak dan mengakibatkan nilai ESV
meningkat.
Jantung bekerja melalui mekanisme secara berulang dan berlangsung terus
menerus yang disebut sebagai sebuah siklus jantung atau yang lebih dikenal
dengan sebutan denyut jantung. Melalui mekanisme bergantian, jantung
berkontraksi untuk mengosongkan isi jantung dan melakukan relaksasi guna
pengisian darah. Secara siklus, jantung melakukan sebuah periode sistol yaitu
periode saat jantung berkontraksi dan mengosongkan darah di ventrikel, serta
periode diastol yaitu periode jantung melakukan relaksasi dan pengisian darah
pada jantung. Kedua atrium berelaksasi dan berkontraksi secara bersamaan, begitu
juga dengan kedua ventrikel juga berkontraksi dan berelaksasi secara bersamaan
(Mohrman dan Lois 2010).
Siklus jantung mencakup periode dari akhir sistol dan diastol sampai akhir
sistol dan diastol berikutnya. Kontraksi jantung mengakibatkan perubahan tekanan
dan volume darah. Sistem kerja jantung akan terjadi gangguan jika diberikan obatobat termasuk anestetika. Penggunaan anestetika dapat memberikan pengaruh
terhadap fungsi jantung termasuk heart rate. Heart rate adalah periode jantung
melakukan siklus (sistol dan diastol) yang dihitung per menit (Ganong 1995).
Pengaruh kombinasi xylazin-ketamin pada heart rate dapat dilihat pada Gambar
6.
Gambar 6 Pengamatan nilai heart rate selama pemberian anestesi jangka panjang
kombinasi xylazin-ketamin pada kelinci domestik.
Gangguan akibat penggunaan kombinasi xylazin-ketamin berpengaruh
terhadap parameter jantung salah satunya heart rate. Menurut Baumgartner et al.
(2010) penggunaan xylazin-ketamin akan menurunkan heart rate. Penurunan
heart rate ini dikibatkan oleh pengaruh xylazin yang digunakan pada penelitian
ini. Xylazin akan menekan sistem saraf simpatis dengan bekerja pada reseptor
alpha-2-adrenoceptor yang selanjutnya akan menghambat pelepasan
norepinephrine. Ketika aktifitas norepinephrine dihambat, akan menyebabkan
penurunan kekuatan kontraksi miokardium sehingga frekuensi jantung juga
menurun. Selain itu, xylazin juga berefek pada vasodilatasi pembuluh darah yang
berakibat pada penurunan kekuatan pembuluh darah dalam menyalurkan darah
11
untuk tubuh (Ganong 1995, Ware 2007). Berdasarkan data pada tabel 1 terlihat
bahwa terjadi penurunan heart rate kelinci secara signifikan (P<0.05) dari jam ke0 hingga jam ke-7. Penurunan ini bisa dipengaruhi oleh menurunnya kontraksi
otot jantung yang disebabkan oleh efek xylazin.
Cardiac output atau curah jantung merupakan volume darah yang
dipompa oleh ventrikel per menit. Pada keadaan normal jumlah darah yang
dipompakan oleh ventrikel kanan dan ventrikel kiri sama besarnya. Penggunaan
anestesi tentu akan mempengaruhi parameter jantung terutama cardiac output
yang akan sangat berpengaruh terhadap tubuh. Efek penggunaan anestesi
kombinasi xylazin-ketamin bisa terhadap cardiac output dapat dilihat pada
Gambar 7.
Gambar 7 Pengamatan nilai cardiac output pada pemberian anestesi jangka panjang
kombinasi xylazin-ketamin pada kelinci domestik.
Berdasarkan data pada tabel 1 dapat terlihat bahwa mulai jam ke-0 hingga
jam ke-7 terjadi penurunan cardiac output kelinci, penurunan ini bisa dipengaruhi
oleh menurunnya kontraksi otot jantung yang disebabkan oleh efek xylazin. Nilai
cardiac output bergantung pada nilai heart rate dan stroke volume. Ketika terjadi
penurunan heart rate dan stroke volume, hal ini akan mengakibatkan penurunan
cardiac output.
Nilai atau volume cardiac output setiap individu tidak selalu sama,
bergantung pada aktivitas tubuh. Cardiac output dapat meningkat atau menurun
dalam berbagai keadaan. Cardiac output akan dipengaruhi oleh aliran darah balik
ke vena, kontraksi otot jantung, tekanan pada pembuluh balik (David 2010).
Fractional shortening (FS) atau fraksi pemendekan adalah indeks atau
parameter yang sering digunakan untuk melihat fungsi ventrikel kiri. Fraksi
pemendekan adalah persentase perubahan dimensi ventrikel kiri dari fase diastol
ke fase sistol dan digunakan untuk memperkirakan kontraksi ventrikel (Ware
2007). Menurut Cornell et al. (2004) FS digunakan secara luas sebagai indikator
fungsi sistolik ventrikel kiri. Ketika ventrikel tidak terisi secara sempurna selama
diastol akan menyebabkan penurunan nilai FS. Nilai FS juga dipengaruhi oleh
kontraksi otot jantung.
Pengaruh xylazin-ketamin terhadap nilai FS yang dapat dilihat pada
Gambar 8.
12
Gambar 8 Nilai fractional shortening selama pemberian anestesi jangka panjang
kombinasi xylazin-ketamin pada kelinci domestik.
Hasil pengukuran nilai FS (fractional shortening) pada penggunaan
kombinasi xylazin-ketamin pada jam ke-0 didapatkan hasil 31.62 ± 10.17, tidak
terdapat perbedaan yang nyata pada jam ke-1, jam ke-3, dan jam ke-5 dengan nilai
berturut-turut 31.16 ± 8.21, 30.37 ± 9.48, dan 29.06 ± 12.29. Nilai FS pada jam
ke-0, jam ke-1, dan jam ke-3 masih dalam kisaran normal sesuai dengan
pernyataan Pelosi et al. (2011) yang menyatakan nilai FS normal kelinci 30.13 ±
2.98.
Penurunan nilai FS secara signifikan (P<0.05) mulai terlihat pada jam pada
jam ke-7. Penurunan nilai FS berarti terjadi penurunan fungsi jantung
(Baumgartner et al. 2010). Penurunan ini diakibatkan oleh pemberian jangka
panjang xylazin-ketamin yang menurunkan kontraksi jantung. Sediaan xylazin
yang digunakan akan bekerja pada reseptor alpha-2-adrenoceptor yang akan
menghambat pelepasan norepinephrine melalui penekanan sistem saraf simpatis.
Kekuatan kontraksi ventrikel kiri baik pada saat sistol maupun pada saat diastol
sangat bergantung pada inervasi sistem saraf simpatis (Ganong 1995). Penekanan
sistem saraf simpatis menyebabkan penurunan kontraksi ventrikel kiri sehingga
nilai LVIDd dan LVIDs meningkat (Rottman et al. 2003). Jika semakin lama
terjadi hal ini akan menyebabkan penurunan fungsi sistolik ventrikel kiri sehingga
terjadi penurunan nilai FS.
Pengukuran kemampuan fungsi ventrikel kiri tidak hanya dari FS tetapi
juga dengan EF (ejection fraction). Ejection fraction adalah presentase darah yang
dikeluarkan dari ventrikel selama sistol dan berhubungan dengan nilai volume
akhir diastol (Bengur et al. 1991). Parameter ini tidak hanya memperlihatkan
kemampuan ventrikel kiri tetapi juga akan memperlihatkan volume pada ventrikel
kiri dan fungsi valvular (Amiel et al. 2012). Penggunaan xylazin-ketamin akan
berpengaruh pada fungsi jantung sehingga hal ini juga akan menyebabkan jumlah
darah yang dikeluarkan dari jantung menurun. Pengaruh kombinasi xylazinketamin terhadap EF dapat dilihat pada Gambar 9.
13
Gambar 9 Nilai EF (ejection fraction) selama pemberian anestesi jangka panjang
kombinasi xylazin-ketamin pada kelinci domestik.
Nilai ejection fraction pada jam ke-0 62.77 ± 14.24 terlihat perbedaan yang
nyata (P<0.05) dengan nilai pada jam ke-1, jam ke-3, dan jam ke-5 berturut-turut,
61.07 ± 12.58, 60.73 ± 14.22, dan 53.71 ± 19.05. Selain itu terlihat perbedaan
yang nyata (P<0.05) juga pada jam ke-7. Nilai ejection fraction pada jam ke-7
kurang dari kisaran normal yaitu 47.40% sedangkan menurut Pelosi et al. (2011)
nilai kisaran normal ejection fraction adalah 50-75%. Menurut Baumgartner et al.
(2010) penggunaan xylazin-ketamin akan berpengaruh terhadap kerja jantung.
Penurunan nilai ejection fraction terjadi karena pemberian kombinasi jangka
panjang xylazin-ketamin. Xylazin yang digunakan akan bekerja pada reseptor
alpha-2-adrenoceptor menghambat pelepasan norepinephrine. Penghambatan ini
akan berakibat pada penurunan kekuatan kontraksi miokardium (Ganong 1995,
Ware 2007). Hal ini akan berpengaruh terhadap kerja jantung sehingga
mengakibatkan persentase darah yang keluar dari ventrikel kiri akan menurun,
serta nilai EDV dan ESV meningkat (Ganong 1995).
14
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Anestesi jangka panjang xylazin-ketamin pada kelinci mengakibatkan
penurunan ketebalan intraventricular septum dan left ventricle wall serta
peningkatan nilai left ventricular internal dimension yang berpengaruh terhadap
fungsi jantung berupa peningkatan EDV, ESV dan penurunan stroke volume,
heart rate, cardiac output, fractional shortening dan ejection fraction. Semua
perubahan ini menunjukkan bahwa anestesi jangka panjang xylazin-ketamin akan
mengakibatkan penurunan kinerja jantung pada kelinci domestik selama masa
pengamatan.
Saran
Pengamatan terhadap fungsi jantung sebaiknya diperhatikan ketika
melakukan pembiusan jangka panjang menggunakan kombinasi obat bius xylazinketamin selama masa pengamatan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Amarpal P, Kinjavdekar HP, Aithal AM, Pawde, Jasmit S, Rahul U. 2010.
Evaluation of xylazine, acepromazine and medetomidine with ketamine for
general anaesthesia in rabbits. Scand. J. Lab. Anim. Sci. 3(37): 223-230.
Amiel JB, Ana G, Gwenaelle L, Marc C, Bruno F, Nicolas P, Anthony D, Benoît
M, Philippe V. 2012. Assessment of left ventricular ejection fraction using an
ultrasonic stethoscope in critically ill patients. Crit. Care. 16:1-7.
Baumgartner C, Bollerhey M, Ebner J, Laacke-Singer L, Schuster T, Erhardt W.
2010. Effects of ketamine-xylazine intravenous bolus injection on
cardiovascular function in rabbits. Can. J. Vet. Res. 74: 200-208.
Bengur AR, Rebecca S, Roger PV, John CF. 1991. Left ventricular ejection
fraction measured with doppler color flow mapping techniques. Am J Cardiol
68:1-5.
Cornell CC, Kittleson MD, Della Torre P, Haggstrom J, Lombard CW, Pedersen
HD, Vollmar A, Wey A. 2004. Allometric Scalling of M-mode Variables in
Normal Adult Dogs. J. Vet. Intern. Med. 18:311-321.
Cruz FS, Adriano BC, Melissa M, Romulo RA. 2011. Sedative and
cardiopulmonary effects of buprenorphine and xylazine in horses. Can. J. Vet.
Res. 75: 35-41.
David BY. 2010. Control of Cardiac Output. San Rafael (CA): Morgan &
Claypool Life Sciences Publisher. Hlm 50-75.
Dimitrov R, Vladova D, Stamatova K, Kostov D, Stefanov M. 2011.
Transthoracal two-dimensional ultrasonographic anatomical study of the heart
in the rabbit (Oryctolagus cuniculus). Trakia J. Sci. 9(3): 45-50.
Djer MM, Madiyono B. 2000. Tatalaksana penyakit jantung bawaan. Sari
Pediatri. 2(3): 155-162.
Egwu GO, Gideon DM, Saka S, Patrick AO, Gladys TA. 2011. The effect of
vitamin C at varying times on physiological parameters in rabbits after xylazine
anaesthesia. Vet. Ital. 47(1): 97-104.
EIshahed GS, Mohamed IA, Nagham SEB, Hanan MK, Magdy Fl, Ousama AS.
2008. Evaluation of right and left ventricular systolic and diastolic function in
patients with type I diabetes using echocardiography and tissue
dopplerimaging. Suez Canal Univ Med J. 1(11): 65 -74.
Ganong WF. 1995. Fisiologi Kedokteran. M. Djauhari W, penerjemah; M.
Djauhari W, editor. Jakarta (ID): ECG. Terjemahan dari: Review Of Medical
Physiology. Ed ke-17. Hlm 529-556.
Jung I, Jung SH. 2012. Vasorelaxant mechanisms of ketamine in rabbit renal
artery. Korean J Anesthesiol. 63(6): 533-539.
Kilic N. 2004. A comparison between medetomidine-ketamine and xylazineketamine anaesthesia in rabbits. Turk J Vet Anim Sci. 28: 921-926.
Li P, Han H, Zhai X, He W, Sun L, Hou J. 2012. Simultaneous HPLC-UV
determination of ketamine, xylazine, and midazolam in canine plasma. J.
Chromatogr. Sci. 50: 108-113.
16
Mohammed AA, Sayed MA, Abdelnabi MA. 2011. A new protocol of anesthesia
using thiopental, diazepam and xylazine in white new zealand rabbits.
Australian Aust. J. Basic & Appl. Sci. 5(9): 1296-1300.
Mohrman DE and Lois JH. 2010. Cardiovascular Physiology. New York (US):
McGraw Hill Professional. Hlm 462-466.
Moon MR, Ann FB, Abe D, Masashi K, George TD, Srdjan DN, Craig M, Neil
BI. 1997. Septal function during left ventricular unloading. Circulation. 95:
1320-1327.
Nagueh SF, Chair, Christopher PA, Thierry CG, Paolo NM, Jae KO, Otto AS,
Alan DW, Frank AF, Patricia AP, Arturo E. 2009. Recommendations for the
evaluation of left ventricular diastolic function by echocardiography. Eur. J.
Echocardiogr. 10: 165-193.
Noviana D, Kurniawan LKL. 2013. Heart size evaluation of indonesian domestic
house cat by motion mode echocardiography imaging. Hayati J Biosci. 20(1):
40-46.
Noviana D, Paramitha D, Wulansari R. 2011. Motion mode and two dimensional
echocardiographic measurements of cardiac dimensions of indonesian mongrel
dogs. Hayati J Biosci. 18(1): 1-5.
Noviana D, Sabdi HS, Mokhamad FU, Riki S. 2012. Diagnosis Ultrasonografi
Pada Hewan Kecil. Bogor (ID): IPB Pr. Hlm 101-112.
Pelosi A, Linda S, Jean G, Danielle F, Sandeep K, George S, and Jack R. 2011.
Cardiac tissue doppler and tissue velocity imaging in anesthetized new zealand
white rabbits. J Am Assoc Lab Anim Scie. 50(3): 317-321
Pennick D, d’Anjou MA. 2008. Atlas of Small Animal Ultrasonography. Ed
pertama. Iowa (USA): Blackwell Publishing. Hlm 241-243.
Plumb DC. 2005. Plumb’s Veterinary Drug Handbook. Iowa (USA): Blackwell
Publishing. Hlm 439-443.
Qi XZ, Ming AM, Xiao JD. 2007. Optimizing dosage of ketamine and xylazine in
murine echocardiography. Clin Exp Pharmacol Physiol. 34: 499–507.
Rottman JN, Gemin N, Michelle K, Zhizhang W, Wei Z, Mark EA, Ernest CM.
2003.
Temporal
Changes
in
Ventricular
Function
Assessed
Echocardiographically in Conscious and Anesthetized Mice. J. Am. Soc.
Echocardiogr. 16(11): 1150-1157.
Sloan RC, Rosenbaum M, O’Roukr D, Oppelt K, Frasier CR, Waston CA, Allan
AG, Brown DA. 2011. High doses of ketamine-xylazine anesthesia reduce
cardiac ischemia-reperfusion injury in guinea pigs. J Am Assoc Lab Anim Sci.
50(3): 349-354.
Soesatyoratih. 2011. Profil Ekhokardiografi Motion-mode Anjing Kampung pada
Pemberian Kombinasi Obat Bius Xylazine-Ketamine dan ZolazepamTiletamine [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Struck MB, Karl AA, Harvey ER, August HB. 2011. Effect of a short-term fast on
ketamine-xylazine Anesthesia in Rats. J Am Assoc Lab Anim Sci. 50(3): 344348.
Tranquilli WJ, Thurmon JC, Grimm KA. 2007. Lumb & Jones’ Veterinary
Anesthesia and Analgesia. 4th ed. USA (US): Blackwell Publishing. Hlm 5214.
17
Taylor DK, Lee V, Mook D, Huerkamp MJ. 2010. Rabbits. Di dalam: Ballard B,
Cheek R. editor. Exotic Animal Medicine for the Veterinary Technician. 2nd
ed. USA: Blackwell Publishing. Hlm 255-277.
Vachon P. 1999. Self-mutilation in rabbits following intramuscular ketaminexylazine-acepromazine injections. Can Vet J. 40: 581-582.
Ware WA. 2007. Cardiovascular Disease in Small Animal Medicine. London
(UK): Manson Publishing. Hlm 10-24.
Welsh E. 2003. Anaesthesia for Veterinary Nurses. United Kingdom (UK):
Blackwell Science Ltd. Hlm 4-6.
18
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Bima pada tanggal 1 September 1992. Penulis
merupakan Puteri pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Sirajuddin dan
Nurjanah. Penulis memulai pendidikan di SDN 1 Sila dan lulus pada 2004.
Penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Bolo dan lulus pada tahun 2007.
Penulis menempuh Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Bolo dan lulus pada
tahun 2009. Penulis diterima masuk Fakultas Kedokteran Hewan, Institut
Pertanian Bogor melalui jalur USMI pada tahun 2009.
Selama mengikuti pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan Institut
Pertanian Bogor penulis aktif di Himpro Hewan Kesayangan Satwa Akuatik dan
Eksotik. Selain itu jug penulis aktif di IMAKAHI (ikatan mahasiswa kedokteran
hewan Indonesia).
Download