1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Stainless Steel didefinisikan sebagai alloy yang terbentuk dari besi dan karbon dengan konsentrasi antara 0.5 % - 2 %. Stainless Steel adalah suatu steel yang mengandung lebih dari 11 % kromium, biasanya diantara 11,5% - 27%, dan bisa juga mengandung nikel, vanadium, molybdenum dan niobium dalam jumlah terbatas, kerena itu stainless steel disebut juga baja tahan karat (DA Silaen, 2015). Stainless Steel secara mendasar bukanlah logam mulia seperti halnya emas (Au) & Platina (Pt) yang hampir tidak mengalami korosi karena pengaruh kondisi lingkungan, Kromium nantinya akan membentuk lapisan pelindung antikorosi (protective layer) atau kromium-oksida bersama dengan oksigen yang berasal dari udara atau air (Sulaeman, 2012). Karena Stainless Steel lebih tahan terhadap korosi banyak diaplikasikan dalam berbagai bidang kehidupan, seperti bidang industri, alat-alat medis dan rumah tangga,salah satu contohnya yaitu di aplikasikan pada Bipolar plate stack PEM fuel cell. Salah satu type stainless steel yang banyak digunakan yaitu Stainless Steel type 316, Stainless steel 316 secara khusus efektif pada lingkungan yang mengandung tingkat keasaman cukup tinggi, melindungi dari korosi yang disebabkan oleh sulfur, belerang, klorida, asam cuka, asam formiat, dan asam tartarat, juga terhadap asam sulfat dan klorida alkali.Stainless Steel type 316 adalah chromium-nickel stainless steel yangmengandung 2-3% molybdenum. Kandungan Molybdenum meningkatkan ketahanan terhadap korosisertaketahanan terhadap suhu tinggi (Mohammad, 2014). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2 Meskipun Stainless Steel dikenal sebagai campuran logam yang tahan korosi, namun proses pembuatan yang berbeda-beda menghasilkan kualitas yang berbedabeda juga sehingga akan mempengaruhi tingkat ketahanan korosi dan tidak membuat stainless steel tidak dapat mengalami korosi. Pada nyatanya Stainless Steel dapat mengalami Korosi sumuran (pitting corrosion) (Mohandas, 2015). Korosi didefinisikan sebagai penurunan mutu logam akibat reaksi elektrokimia dengan lingkungannya. Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi. Peristiwa korosi sendiri merupakan proses elektrokimia, yaitu proses reaksi kimia) yang melibatkan adanya aliran listrik (Mohandas, 2015). Berdasarkan studi literatur di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peranan Inhibitor Arabic Gum terhadap stainless steel 316 dilingkungan larutan asam sulfat (H2SO4). Untuk memperlambat reaksi korosi pada umumnya digunakan proteksi pelapisan (coating) dan Inhibitor anorganik, namun Inhibitor anorganik berdampak beracun dan pencemaran terhadap lingkungan. Oleh sebab itu ada beberapa peneliti menggunakan Inhibitor hijau (Green Inhibitor) dimana pemakaian ini aman dan tidak berdampak terhadap lingkungan. Contoh Green Inhibitor seperti karbohidrat, aloe vera dan salah satunya Arabic Gum yang biasa digunakan dilingkungan asam sulfat untuk proteksi baju atau steel (Patni Neha, 2013).Inhibitor Arabic Gum, Arabic Gum atau Gum Acacia (GA) adalah partikular yang menarik karena aman digunakan, mempunyai kelarutan tinggi. Selain itu, arabic gum mempunyai senyawa organik dan ditemukan dapat menjadi Inhibitor yang baik untuk baja ringan (Abu-Dalo, 2012). 1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Terjadinya korosi pada logam Stainless Steel 316. 2. Proteksi korosi pada umumnya digunakan coating dan inhibitor anorganik dimana akan berdampak beracun dan pencemaran terhadap lingkungan, sehingga solusinya menggunakan Green Inhibitor. 1.3 TUJUAN PENELITIAN 1. Untuk mendapatkan konsentrasi Inhibitor Arabic Gum yang optimal dalam menurunkan laju korosi pada Stainless Stell 316. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 3 2. Untuk mengetahui morfologi permukaan logam Stainless Steel 316 setelah dilapisi Inhibitor Arabic Gum. 1.4 BATASAN DAN RUANG LINGKUP PENELITIAN 1. Logam yang di amati Stainless Stell 316 dengan luas permukaan 1x1 cm2. 2. Larutan yang digunakan H2SO4 (Asam Sulfat) dengan konsentrasi (0,1 M, 0,3 M, 05 M). 3. Inhibitor Arabic Gum yang digunakan yaitu dengan konsentrasi (1%, 2%, 3%). 4. Waktu perendaman yaitu selama (1, 3, 5) hari. 1.5 SISTEMATIKA PENULISAN Tugas akhir ini disajikan dalam beberapa bab dengan tujuan untuk memudahkan pemaparan masalah dan membentuk alur pembahasan analisa yang mudah dipahami. BAB I merupakan uraian singkat berisikan tentang latar bekanag permasalahan, maksud dan tujuan penelitian, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.BAB II menjelaskan tujuan dan manfaat yang merupakan penjabaran teori tentang tujuan serta teori-teori yang mendukung. Selain itu, bab ini berisi bahasan tujuan umum, tujuan khusus dan manfaat. BAB III menjelaskan tentang metode-metode pembhasan yang dipakai dalam menyelesaikan proses penelitian serta pengambilan data dan bagian proses pelaksanaan tugas akhir dari tahap awal sampai tahap akhir. BAB IV menjelaskan hasil yanng dicapai dan potensi khusus proses pengujian karakterisasi, proses pelapisan, proses pengujian. BAB V berisi tentang kesimpulan dari hasil analisa yang telah dilakukan serta saran, agar pada penelitian berikutnya bisa menjadi lebih baik dan membuahkan hasil yang lebih maksimal. http://digilib.mercubuana.ac.id/