3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Cocor Bebek (Bryophyllum pinnatum) 1. Sistematika Tumbuhan Kingdom : Plantae Sub kingdom : Tracheobionta Super divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub kelas : Rosidae Ordo : Rosales Famili : Crassulaceae Genus : Kalanchoe Spesies : Kalanchoe blossfeldiana Poeln. Synonim Bryophyllum pinnatum, Bryophyllum calycinum. (DepKes RI, 2000). 2. Deskripsi Tanaman Cocor bebek (Bryophyllum pinnatum) merupakan jenis tanaman herbal, dengan tinggi pohon mencapai 30-100 meter. Cocor bebek merupakan tanaman asli dari Madagaskar. Kesamaan iklim dan cuaca yang hampir sama dengan Indonesia, membuat cocor bebek tumbuh subur dan semakin dikenal oleh masyarakat sebagai bahan obat alternatif. Cocor bebek termasuk pada suku Crassulaceae, tanaman ini tersebar di daerah tropis, ditanam di halaman rumah sebagai tanaman hias yang berguna atau tumbuh liar di semak, tepi jalan, dan tempat-tempat lain yang tanahnya berbatu pada daerah panas dan kering. Tanaman cocor bebek tidak hanya dimanfaatkan sebagai tanaman hias, tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk pengobatan karena daun cocor bebek mengandung saponin, flavonoid, dan tanin. Daun cocor bebek berbentuk memanjang atau bulat telur dengan ujung tumpul tepi bergerigi. Ekstrak Daun Cocor..., Elis Yuliya Sandi, Fakultas Farmasi UMP, 2013 3 4 Setiap helai daunnya tebal, dan mengandung banyak air. Selain itu, tangkai daunnya bersayap dan dapat dikembangbiakkan sebagai tanaman atau bibit baru. Jika daunnya dipetik akan membentuk kuncup-kuncup anak tanaman dalam toreh-toreh pinggiran daunnya. Cocor bebek mempunyai batang yang tegak, dan pangkalnya berkayu dengan bentuk segi empat tumpul atau membulat. (DepKes RI, 2000). 3. Kandungan Kimia Daun cocor bebek mengandung saponin, flavonoid, dan tanin yang berpotensi sebagai obat wasir, obat sakit kepala, penurun panas, obat batuk, dan peluruh air seni (DepKes RI, 2000). 4. Khasiat Daun cocor bebek secara empiris berkhasiat sebagai obat batuk, sakit kepala, obat wasir, peluruh air seni, dan menurunkan panas (DepKes RI, 2000). 5. Penelitian Sebelumnya Aibinu et al., (2007) menyatakan bahwa ekstrak etanol daun cocor bebek efektif terhadap Staphylococcus aureus, Enterococcus faecalis, Bacillus subtilis, E coli, E coli ATTC 25922, Pseudomonas aeruginosa, Klebseilla pneumoniae, Shigella flexneri, Salmonella paratyphi, Citrobacter spp, Candida albicans pada konsentrasi MIC cocor bebek antara 0,8 % - 51,2 %. B. Pengawet Pengawet digunakan untuk menghambat pertumbuhan mikroba yang dapat masuk secara tidak sengaja selama atau setelah proses produksi. Pengawet antimikroba yaitu zat yang ditambahkan pada sediaan obat untuk mencegah kontaminasi mikroba. Pengujian efektifitas pengawet antimikroba yang ditambahkan pada sediaan dosis ganda yang dibuat dengan dasar atau bahan Ekstrak Daun Cocor..., Elis Yuliya Sandi, Fakultas Farmasi UMP, 2013 5 pembawa berair seperti produk-produk parental, telinga, hidung, dan mata (Anonim, 1995). Zat pengawet terdiri dari senyawa organik dan anorganik, beberapa contoh pengawet organik yang sering digunakan yaitu asam propionat, asam benzoat, dan asam sorbat. Zat pengawet organik lebih banyak digunakan dari pada anorganik karena bahan ini lebih mudah dibuat. Zat pengawet anorganik contohnya sulfit, nitrit, dan nitrat (Wisnu, 2008). C. Sirup Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa. Kadar sakarosa (C12H22O11) tidak kurang dari 64 % dan tidak lebih dari 66 % (Anonim, 1979). Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti gula dengan atau tanpa penambahan bahan pewangi dan zat obat (Ansel, 1989). Dalam perkembangannya banyak sekali pengertian mengenai sirup. Sirup adalah sediaan cair kental untuk pemakaian dalam, yang minimal mengandung 90 % sakarosa (Voight, 1995). D. Kondisi Dipaksakan (Stress Condition) Metode yang cepat dan sensitif dalam menentukan ketidakstabilan tidak tersedia sehingga formulator terpaksa menunggu lama pada kondisi penyimpanan yang berbeda-beda sebelum gejala kestabilan menjadi nyata. Untuk mempercepat kondisi kestabilan ini maka dipaksakan yaitu dibekukan sampai mencair, merupakan cara yang berguna untuk uji kestabilan. Perlakuan ini menunjang pertumbuhan partikel dan menunjang kemungkinan keadaan selama penyimpanan dalam waktu lama pada suhu kamar (Lachman et al., 1989). Siklus suhu yang digunakan berbeda, pada berbagai laboratorium ada yang menggunakan suhu -5⁰ dan 40⁰ C masing-masing 24 jam yang dilakukan selama 24 siklus, sedangkan laboratorium lainnya menggunakan suhu 5⁰ dan 35⁰ masing-masing 12 jam yang dilakukan selama 10 siklus. Siklus suhu dapat juga dilakukan pada suhu 4⁰ C masing-masing 48 jam selama 6-8 siklus (Lachman et Ekstrak Daun Cocor..., Elis Yuliya Sandi, Fakultas Farmasi UMP, 2013 6 al, 1989). Ketidakstabilan pada pemberian kondisi dipaksakan ini dapat dihubungkan dengan “shelf life” yang normal yaitu 12-18 bulan pada suhu kamar (Lachman et al., 1986). E. Metode Analisis 1. Uji Angka Lempeng Total Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Paling Mungkin atau Most Probable Number (MPN) yaitu Metode analisis kuantitatif (Enumerasi) digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba yang terdapat pada suatu sampel. Uji Angka Lempeng Total (ALT) dan lebih tepatnya ALT aerob mesofil atau anaerob mesofil menggunakan media padat dengan hasil akhir yang ditunjukan dengan adanya koloni yang dapat diamati secara visual dan dihitung, interpretasi hasil berupa angka dalam koloni/100mL. Cara yang sering digunakan antara lain dengan cara tuang, cara tetes, dan cara sebar (BPOM RI, 2008). Metode kuantitatif dapat dilakukan dengan beberapa tahap: a. Homogenisasi Sampel Sebagai tahap pendahuluan dalam pengujian yang berguna untuk membebaskan sel bakteri yang kemungkinan terlindungi partikel sampel dan untuk mendapatkan distribusi bakteri sebaik mungkin. Untuk sampel berupa cair cukup dicampur dengan pengenceran dan dikocok sampai homogen. b. Tahap Pengenceran Tahap ini berfungsi untuk meningkatkan kembali sel-sel bakteri yang mungkin kehilangan vitalitasnya yang disebabkan kondisi didalam sampel yang kurang menguntungkan. Pengenceran suspensi sampel dilakukan untuk mendapatkan koloni yang tumbuh secara terpisah sehingga dapat dihitung dengan mudah. Umumnya pengencer yang digunakan yaitu pepton water 0,1 %, buffer fosfat atau larutan ringers (4 kali kuat), dan pepton 0,1 % plus Nacl 0,85 %. Ekstrak Daun Cocor..., Elis Yuliya Sandi, Fakultas Farmasi UMP, 2013 7 c. Tahap Pencampuran dengan Media (Padat/Cair) Media padat yang digunakan umumnya adalah Plate Count Agar (PCA) atau Nutrient Agar (NA) sedangkan untuk inokulasi suspensi homogenat sampel kedalam media, tergantung dengan metode yang dipilih dan kesesuaian dengan sifat sampel dan mikroba yang mungkin ada dalam sampel. d. Tahap Inkubasi dan Pengamatan Suhu dan lama waktu inkubasi dan kondisi dibuat sedemikian rupa disesuaikan dengan sifat mikroba (kondisi aerob atau anaerob). e. Intepretasi Hasil Jumlah koloni mikroba yang tumbuh diintepretasikan sebagai hasil. 2. Uji Angka Kapang/Khamir Total Uji angka kapang digunakan untuk menetapkan angka kapang dalam makanan. Kapang merupakan mikroorganisme multiseluler (bersel banyak) yang memiliki ukuran mikroskopis sampai makroskopis. Berbentuk benangbenang dan memiliki eukarotik, memiliki dinding sel yang kaku dan terdiri dari hifa (kumpulan benang-benang). Kapang bukan merupakan kelompok taksonomi yang resmi, sehingga anggota-anggota dari kapang tersebar kedalam filum Glomeromycota, Ascomyta, dan Basidiomycota. Prinsip uji angka Kapang pada makanan dan minuman sesuai metode analisis mikrobiologi (MA PPOM 62/MIK/06) yaitu pertumbuhan kapang/khamir setelah cuplikan diinokulasikan pada media yang umum digunakan yaitu Potato Dextrose Agar (PDA) dan diinkubasi pada suhu 20-25⁰ C (BPOM, 2006). 3. Identifikasi Staphylococcus aureus Untuk identifikasi Staphylococcus aureus media yang digunakan yaitu media Bpagar dan Manitol Salt Agar (MSA), hasil pengamatan berupa koloni berwarna hitam mengkilat dan dikelilingi daerah keruh (opaque) untuk media BP agar, sedangkan pada media MSA hasilnya berbentuk koloni cembung, warna kuning, dan warna media berubah menjadi jernih. Ekstrak Daun Cocor..., Elis Yuliya Sandi, Fakultas Farmasi UMP, 2013