TEMU ILMIAH IPLBI 2014 Sistem Struktur Rumah Adat Barat Rattenggaro Cindy F. Tanrim, Mellisa Stefani Y, Cynthia K, Wenny Stefanie, Jessica Wijaya L Sejarah dan Teori Arsitektur/kota, Prodi Arsitektur, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Petra. Abstrak Rumah adat dari Sumba Barat yang dikenal dengan rumah menara, dibagi menjadi 3 bagian yaitu bagian bawah (kali kambunga), bagian tengah atau (uma dei), dan bagian atas (uma deta). Ketiga bagian ini memiliki sistem struktur yang saling terintegrasi dari pondasi hingga sistem struktur atapnya sehingga rumah adat Uma ini dapat berdiri dengan bentuk yang unik dan menjadi bagian dari warisan kebudayaan masyarakat Sumba Barat. Terutama rumah adat Sumba Barat yang berada di pesisir pantai, yang memiliki atap yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Sumba Barat di daerah pegunungan. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui keseluruhan sistem struktur rumah Adat Sumba Barat di daerah pesisir pantai (Ratenggaro) dari pondasi hingga atapnya serta penerapannya dengan dengan material dan tenaga lokal. Metode penelitian yang digunakan adalah eksplorasi pustaka dengan menggunakan literatur dari buku dan jurnal. Dari data-data yang ada, ditemukan bahwa sebagian besar struktur utama rumah adat ini menggunakan join sendi dan elemen stabiltas pada atap yang tinggi menggunakan bracing horisontal dan bracing vertikal. Diharapkan dari hasil penelitian ini, sistem struktur rumah adat di Ratenggaro dapat diterapkan pada arsitektur modern sehingga terjadi perkembangan arsitektur nusantara. Selain itu, hal ini juga diharapkan dapat menjadi pembelajaran bagi kaum muda dan menjadi kebanggaan bagi bangsa ini. Kata-kunci : Struktur, Rumah Adat, Rimah Menara, Sumatra Barat, Rattengaro Pengantar Rumah adat dari Sumba Barat yang dikenal dengan rumah menara adalah salah satu rumah adat yang menarik untuk dibahas. Rumah adat ini memiliki ciri khas dari bentuk atap yang tinggi dengan sistem struktur yang menggunakan material lokal dan tenaga manusia untuk membangunnya. Secara keseluruhan ditinjau dari segi aspek arsitekturalnya, semua rumah adat mempunyai keunikan dan daya tarik tersendiri untuk ditelaah dan dipelajari lebih lanjut serta dikembangkan dan diberikan informasi selengkap-lengkapnya kepada masyarakat dari segi bentuk bangunan, fungsi ruang hingga sistem strukturnya. Dalam menata kampung adat, masyarakat Sumba selalu mengaitkan tata ruang dengan fenomena alam (menyesuaikan dan menggunakan orientasi yang terkait dengan peredaran matahari-bulan, arah angin, arah gunung-laut, dsb.), serta meggunakan bentukbentuk dasar (archetype) seperti lingkaran, elips, segi empat sebagai simbol-simbol kehidupannya. (Windadari, dkk, 2006) Menurut kepercayaan masyarakat Sumba, dunia terbagi menjadi tiga bagian yaitu dunia atas sebagai tempat para dewa dan arwah leluhur, dunia tempat kehidupan manusia dan dunia bawah sebagai tempat hewan. Kepercayaan ini terwujudkan dalam struktur rumah adat sumba yaitu bagian atap menara (uma deta) yang melambangkan dunia atas, ruang dalam rumah (uma dei) sebagai tempat kehidupan dan kolong rumah (kali kambunga) sebagai tempat hewan. (Windadari, dkk, 2006) Secara struktural, rumah ini juga terbagi menjadi bagian atas yaitu atap, bagian tengah adalah lantai, dan bagian bawah adalah pondasi. Selain ketiga elemen struktural itu, ada juga elemen non-struktural yaitu dinding. Rumah adat yang dikenal rumah adat menara menjadi bahan/objek yang menarik untuk dianalisis dari segi konstruksi bangunan yang tinggi dalam menahan beban angin, penggunaan material Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2014 | C_7 Sistem Struktur Rumah Adat Barat Rattenggaro lokal, dan menggunakan tenaga manusia untuk membangunnya. Tinjauan Pustaka Pulau sumba adalah pulau di provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Pulau ini terdiri dari empat kabupaten: Kabupaten Sumba Barat, Kabupaten Sumba Barat Daya, Kabupaten Sumba Tengah, dan Kabupaten Sumba Timur. Setiap kabupaten memiliki atap menara dengan ketinggian yang berbeda-beda, namun yang paling tinggi dimiliki oleh Kampung Ratenggaro yang terletak di Sumba Barat Daya yang letaknya di pinggir pantai. Kampung Ratenggaro disebut juga Desa Seribu Menara karena dari tepi pantai terlihat atap-atap menara yang menjulang tinggi. RATENGGARO Gambar 1. Lokasi Kampung Ratenggaro Gambar 2. Atap Rumah Adat Ratenggaro di Tepi Pantai, Sumba Barat Daya 2. Bagian Tengah : Kolom dan Dinding Struktur rumah adat sumba pada umumnya, terdiri dari 4 (empat) buah kolom utama (dapa koko pongga). Kolom tersebut menopang konstruksi atap menara. Kolom-kolom lainnya menopang atap jurai. Kolom tersebut terbuat dari pokok kayu utuh/dolken yang sekaligus berfungsi sebagai pondasi. Kolom utama terbuat dari pokok kayu kadiambil. Kolom-kolom penopang atap jurai terbuat dari kayu biasa (tidak harus kayu kadiambil). Kolom-kolom tersebut berdiri langsung diatas tanah atau hanya ditanam 50 cm kedalam tanah, kemudian diurung batu cadas. (windadari, dkk, 2006) 1. Bagian Atas: Atap Struktur atap sumba di kampung Ratenggaro memiliki 7 lapis gording sebagai simbol 7 lapis langit yang melambangkan keterbukaan terhadap Tuhan. Balok utama (ring balok/ gording pertama) menggunakan balok kayu kelapa, sedangkan jurai dan balok-balok pembagi (gording dan kaso) menggunakan bambu utuh. Struktur ruang didalamnya terdiri dari 6 tingkatan yang berfungsi sebagai loteng utama. Ring balok dan gording pertama/murpalat menggunakan balok kayu kelapa. Jurai dan balok pembagi berfungsi sebagai gording dan kaso yang menggunakan bambu utuh. Rangka atap menara berdiri diatas empat buah kolom utama. Sedangkan rangka atap jurai berhubungan dengan konstruksi menara yang pada pengakhirannya ditopang oleh kolom-kolom dari kayu dolken. C_8 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2014 Gambar 3. (a) 4 Kolom utama (b) Join Tumpuan Kolom dan Balok Konstruksi dinding umumnya terbuat dari bambu dan kayu, namun di Sumba barat konstruksi dinding umumnya menggunakan bambu. Dinding di ratenggaro terbuat dari bambu utuh yang disusun mendatar /horisontal. Hubungan antar dinding dan pasak/ dilubangi melalui sebuah bambu dengan jarak interval ± 150 cm. Pemasangan dinding bambu dengan tiang bambu, yang berfungsi sebagai kolom praktis, dilakukan dengan cara diikat dengan tali yang terbuat dari akar gantung pohon (kahikara) yang didapat dari hutan. Dinding Cindy F. Tanrim rumah di Ratenggaro tidak dilengkapi jendela. Udara masuk melalui kisi-kisi bambu yang digunakan pada dinding dan lantai rumah. Setiap 2 meter dinding diberi kolom praktis (vertikal) bambu yang diikat di bambu horisontalnya. (windadari, dkk, 2006) penelitihan menghasilkan data hasil eksplorasi. deskriptif dari Metode Pengumpulan Data Data-data diperoleh dari survey lapangan, wawancara dengan penduduk sekitar, dan penggambilan gambar kamera. Jika data yang dibutuhkan tidak terdapat pada lokasi saat survey, maka dilakukan wawancara lebih mendalam. Gambar terkait diambil dari referensi. Metode Analisis Data Gambar 4. Dinding dan Kisi-Kisi yang Memasukan Cahaya dan Angin Analisa data dilakukan melalui pengamatan terhadap lapangan. Foto-foto yang diambil digunakan untuk mempermudah dalam menganalisa struktur bangunan dan proses pembangunannya. 3. Bagian Bawah : Lantai Analisis dan Pembahasan Pembalokan Lantai rumah adat di pulau Sumba terdiri dari balok anak dan balok induk yang menggunakan material kayu. Pada bagian atasnya ditutup dengan susunan bambu yang berfungsi sebagai penutup lantai. Ketinggian teras Rumah ± 100 cm dari permukaan tanah datar, sehingga dibutuhkan beberapa anak tangga yang juga terbuat dari bambu untuk mencapai lantai. Ketinggian teras kedalam rumah ± 30 cm. Pembalokan ditumpangkan pada kolom. Hubungan kolom dengan balok diikat dengan akar gantung. Kolom dan balok lantai terbuat dari kayu dolken. (windadari, dkk, 2006) 1. Bagian Atas: Atap Kepercayaan masyarakat Sumba barat membagi rumah tradisionalnya menjadi 3 bagian yang masing-masing memiliki struktur yang terintegrasi. Atap pada rumah Sumba berbentuk limasan sederhana. Atap pada rumah Sumba hanya menggunakan nok, jurai, gording dan sebagai struktur pembentuk atapnya tanpa menggunakan kuda-kuda maupun tiang untuk menahan ketinggian atap rumah tersebut. Bentuk atap yang tinggi menjadikan rumah ini tidak stabil akibat beban lateral yang diterimanya. Kestabilan pada atap rumah adat Sumba Barat yang berada di sekitar pesisir pantai dicapai dengan penambahan bracing horisontal pada setiap gordingnya. Gambar 5. Penutup Lantai Bambu dan Pembalokan Lantai Metode Berdasarkan tujuan penelitihan dan perumusan masalah, maka penelitihan yang diterapkan adalah “Metode Penelitihan Kualitatif”.Prosedur Gambar 6. Bracing Vertikal Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2014| C_9 Sistem Struktur Rumah Adat Barat Rattenggaro Peletakan bracing horisontal pada setiap gording diperlukan karena rumah Sumba suku Ratenggaro ini memiliki atap yang tinggi dan berada di sekitar pesisir pantai sehingga harus menahan beban angin yang lebih besar. Bracing ini digunakan untuk menjaga kestabilan atap dari beban angin yang cukup besar serta membantu penyaluran beban menuju ke elemen pengaku vertikal. Inilah yang membedakan struktur atap rumah adat Sumba Barat di daerah pesisir pantai dengan rumah adat Sumba Barat yang berada di daerah pegunungan. Atap yang sangat tinggi tidak memungkin untuk distabilkan hanya dengan bracing vertikal karena akan menimbulkan lendutan pada atap. Gording pada atap rumah Sumba Barat di sekitar pesisir pantai sebanyak 7 buah gording. Dimana setiap gording memiliki bracing horisontal sebagai elemen stabilitas. Setelah gording dan bracing dipasang, selanjutnya pemasangan reng dilanjutkan sebagai elemen konstruksi atapnya. Dan pemasangan yang terakhir adalah alang-alang sebagai material lokal penutup atap. Gambar 7. Bracing Horisontal dan Bracing Vertikal 2. Bagian Tengah : Kolom dan Dinding Kolom yang terbesar dengan kualitas material yang paling baik pada rumah ini merupakan 4 buah kolom utama yang terletak pada bagian tengah rumah atau yang disebut dengan dapa koko pongga. 4 buah kolom utama ini berfungsi untuk menopang konstuksi utama atap menara dari rumah tersebut. Sedangkan kolom-kolom lain yang ukurannya lebih kecil dan kualitas materialnya lebih rendah dari 4 kolom utama disebut dengan kambaniru. Kolom-kolom tersebut berfungsi untuk menopang jurai dan balok-balok konstruksi lantai. Gambar 8. Denah Peletakan Kolom Struktural Kolom-kolom utama kemudian disatukan menggunakan balok kayu besar yang terbuat dari balok kayu kepala. Konstruktusi ini juga merupakan konstruksi lantai pada ruang marapu pada bagian atap atau atas bangunan. Join antar kolom dan balok kayu merupakan join sendi tanpa ikatan tetapi hanya coakan pada kolom dan balok diletakkan di atasnya. Setelah itu kemudian disusunlah kayu-kayu di atasnya sebagai pelat lantai untuk ruang marapu. Gambar 9. Join Sendi Kolom Balok dan Konstruksi Lantai pada Ruang Marapu. Dinding rumah adat ini menggunakan bambubambu yang disusun secara horisontal yang kemudian dikakukan oleh kayu-kayu yang berdiri secara vertikal dengan jarak tertentu sehingga bidang dinding itu menjadi kuat dan tidak mudah melendut. Jenis sambungan dinding seperti ini menggunakan sistem lock, dimana bambu-bambu dikakukan/dikunci oleh kayu yang berdiri secara vertikal dengan cara diikat. Dari segi arsitektural, bambu yang disusun secara horisontal tersebut membuat rumah menara ini menjadi sejuk karena ada celah antar lubang bambu yang sehingga dapat terjadi pertukaran udara tanpa harus membuat sebuah bukaan yang lebar. 3. Bagian Bawah : Lantai dan pondasi Bagian bawah atau pondasi pada rumah Sumba menggunakan tiang yang ditancapkan sedalam 50 cm ke dalam tanah yang kemudian diurug C_10 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2014 Cindy F. Tanrim dengan batu cadas agar tidak mudah rubuh. Dengan kata lain, sistem pondasi yang digunakan pada rumah tradisional Sumba ini merupakan pondasi dengan sistem join sendi terbatas. Pondasi dengan join sendi ini, sebagai salah satu penyelesaian masalah struktur bangunan terhadap gempa. Secara keseluruhan, sistem struktur dari rumah adat sumba barat ini menggunakan struktur rangka. Penyaluran sistem struktur rangka adalah penyaluran gaya melalui balok dan kolom dimana join antara kolom dan balok pada rumah ini adalah join sendi yang hanya diikat dengan menggunakan rotan dan akar gantung. Beban dari atap bangunan disalurkan menuju ke kolom dan balok hingga pondasi dan kemudian beban tersebut di salurkan menuju ke tanah. Gambar 11. Detail Pondasi dengan Join Sendi Lantai rumah adat sumba tidak menempel langsung kepada tanah melainkan menggunakan lantai panggung. Balok-balok pendukung lantai rumah ini bertumpu pada kolom-kolom yang juga berfungsi untuk menopang jurai atap. Kolom-kolom tersebut dihubungkan dengan balok lantai dengan cara diikat menggunakan akar gantung sehingga dapat dikatakan bahwa struktur penyambung kolom dan balok pada rumah ini adalah dengan menggunakan join sendi. Tahapan pembangunan atap rumah adat sumba barat : Gambar 12. Sistem penyaluran beban Perlu dihargai masyarakat-masyarakat Sumba dengan kerja keras mereka mendirikan rumah adat ini dan membutuhkan tenaga manusia yang besar. Kolom-kolom utama yang tinggi didirikan menggunakan tenaga manusia. Bukan hanya itu, konstruksi atap diangkat secara bersama-sama ke atas 4 kolom utama setelah dirangkai di bawah. Tanpa perlu teknologi yang canggih, warga Sumba telah dapat mendirikan bangunan yang berhasil memberikan daya tarik tersendiri bagi kebudayaan bangsa indonesia. Hal ini perlu diketahui oleh masyarakat Indonesia yang menggabaikan peran rumah adat sebagai unsur kebudayaan yang unik. Bagian ini berisi hasil analisis dan interpretasi atau diskusi hasil analisis. Hasil analisis dapat ditampilkan dalam bentuk diagram, gambar, tabel atau bentuk ilustrasi lain yang mudah dipahami dan dikomunikasikan. Interpretasi dapat berupa ramuan dari hasil analisis, kajian teori dan pemikiran peneliti. Uraikan secara terstruktur, lengkap dan padat, sehingga pembaca dapat mengikuti alur analisis dan interpretasi peneliti. Kesimpulan Empat buah tiang utama Konstruksi atap utama Atap menara Penutup atap Struktur rumah tradisional sumba secara garis besar menggunakan struktur rangka pada Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2014| C_11 Sistem Struktur Rumah Adat Barat Rattenggaro bagian tegah dan atas rumah tersebut dimana rangka-rangka yang berupa kolom dan balok tersebut disambung dengan join sendi. Sama halnya dengan bagian bawah rumah menggunakan join sendi dimana kolom-kolom pada rumah tersebut hanya ditancapkan ke dalam tanah dan ditahan menggunakan batu cadas di sekelilingnya (join sendi) agar saat terjadi gerakan, bangunan ini tetap dapat sedikit bergerak tetapi tidak rubuh. Rumah tradisional sumba juga sudah mengenal elemen stabilitas seperti yang terlihat pada atap rumah tersebut dimana terdapat bracing yang digunakan untuk memberi kestabilan pada atap rumah yang tergolong tinggi. Elemen-elemen struktur rumah sumba ini dipilih dari material-material yang berada di sekitar mereka dengan kualitas yang disesuaikan dengan fungsi dari elemen-elemen struktural tersebut. Pembangunan rumah adat ini sangat sederhana dengan menggunakan tenaga dan pikiran manusia tanpa menggunakan teori perhitungan. Masyarakat Sumba telah mampu mengatasi masalah-masalah struktur yang timbul hanya dengan sistem struktur dan material-material yang tergolong sederhana. Penyelesaian struktur tersebut dapat dikembangkan dan dipelajari lebih lanjut agar sistem-sistem tersebut dapat diterapkan pada arsitektur modern sehingga kebudayaan Indonesia dapat dilestarikan dan berguna untuk perkembangan arsitektur nusantara serta dapat menjadi pembelajaran bagi anak-anak kaum muda sekarang bahwa tidak semua material dan bangunan-bangunan lokal memiliki kualitas yang buruk. Rumah adat di Indonesia juga telah dikagumi dan menjadi sorotan bagi bangsabangsa lain sehingga kita dapat bangga menjadi bangsa Indonesia. Daftar Pustaka Ririk Windadari, M. I.,et all (2006). ARSITEKTUR TRADISIONAL SUMBA. Jakarta: penerbit universitas Trisakti. amazingsumba.wordpress.com. (2013). Kampung Ratenggaro, Sumba Barat Daya [Online]. Tersedia:http://amazingsumba.wordpress.com/2013 /04/12/kampung-ratenggaro-sumba-barat-dayaC_12 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2014 indonesia-traditional-megalithic-village-white-sandbeach [12 April 2013]. arsitektur.blog.gunadarma.ac.id. (2008). Arsitektur Rumah Adat Pulau Sumba [Online]. Tersedia:http://arsitektur.blog.gunadarma.ac.id/?pa ged=2 [28 November 2012]. elangbani.blogspot.com. (2012). Objek Arsitektur Ditinjau dari Firmitasnya [Online].Tersedia: http://elangbani.blogspot.com/2012/11/objekarsitektur-ditinjau-dari.html [10 November 2012]. www.dewimagazine.com. (2013). Restorasi ala Yori [Online]. Tersedia: http://www.dewimagazine.com/art.culture/news/res torasi.ala.yori/003/001/188. www.flickr.com. (2013). Tersedia:http://www.flickr.com/photos/naonishimiya /8672823542/ [15 November 2013].