Konsentrasi Albumin dan Globulin Darah Itik ………………………………………. Fahri Jati KONSENTRASI ALBUMIN DAN GLOBULIN DARAH ITIK DENGAN PERBEDAAN IMBANGAN ELEKTROLIT RANSUM YANG DIPELIHARA INTENSIF MINIM AIR LEVEL OF ALBUMIN AND GLOBULIN BLOOD ADMINISTERED OF ELECTROLYTE BALANCE DIFFERENCE IN FEED ON DUCK UNDER WATER MINIMUM Fahri Jati Wardhana*, A. Mushawwir.**, dan D. Rusmana** Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun 2015 **Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Email: [email protected] Abstrak Penelitian tentang konsentrasi albumin dan globulin darah itik yang diberi imbangan elektrolit ransum telah dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2014. Dilaksanakan di Kandang Unggas dan di laboratorium Fisiologi dan Biokimia Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui pengaruh imbangan elektrolit ransum terhadap konsentrasi albumin dan globulin darah itik. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan 6 macam dan 4 kali ulangan. Berdasarkan hasil percobaan yang terlihat konsentrasi dari albumin dan globulin menunjukkan hasil yang berbeda nyata dan penurunan pada imbangan elektrolit hingga 300 mEq/kg pada ransum. Kata kunci : itik, imbangan elektrolit, albumin, globulin. Abstract Study on the concentration albumin and globulin of duck which was administered a difference of electrolyte balance, conducted from July 2014 to September 2014, in Poultry Cage, Padjajaran University Faculty of Animal Husbandry and analyzed at physiology and Biochemical Laboratory Universitas Padjajaran Faculty of Animal Husbandry. The proposes of this study was to determine the effect of ransum electrolyte balance on concentration albumin and globulin. In this study used the experimental methods, completely randomized design (CRD) 6 reatments and 4 times replication. Based on of result in this experiment showed different results concentrastion of albumin and globulin presented a descent of level with admistered electrolyte balance to 300 mEq/kg feed. Keyword : duck, electrolyte balance, albumin, globulin. Konsentrasi Albumin dan Globulin Darah Itik ………………………………………. Fahri Jati 1. PENDAHULUAN Faktor lingkungan terutama temperatur dan ketersediaan air menjadi hal utama yang menentukan kemampuan komponen utama yang terlibat dalam sistem pengaturan suhu tubuh, yaitu : (1) sensor-reseptor suhu, (2) unit pengontrol suhu yang mengendalikan respon efektor, termoregulasi pada ternak itik. Termoregulasi merupakan upaya ternak dalam mengantisipasi perubahan suhu lingkungan terhadap suhu dalam tubuhnya. Beberapa organ yang turut berinteraksi dalam proses termoregulasi antara lain dan (3) efektor, yaitu organ atau jaringan yang menyelenggarakan respon sebagai jawaban terhadap cekaman suhu dingin dan panas. Konsumsi pakan yang menurun dan ketersediaan air yang kurang tentu menjadi jantung, sistem sirkulasi, hati, ginjal dan sistem syaraf pusat. Konsumsi air dan pakan dengan kandungan mineralnya menjadi faktor utama dalam mempertahankan kondisi cairan tubuh. pemicu utama bagi ketidakseimbangan elektrolit cairan tubuh bagi ternak itik yang dipelihara di daerah panas dan minim air. Namun demikian bukan berarti bahwa kondisi ini menjadi tantangan bagi Lingkungan di dalam tubuh yang turut dipengaruhi dengan proses termoregulasi ini ialah cairan tubuh baik di dalam sel (intraselluler) maupun di luar sel (ekstraselluler) yang terkait dengan pH, suhu tubuh, komposisi ion-ion dalam sel dan di pengembangan ternak itik di daerah panas dengan minim air, justru merupakan peluang pengembangan, bahwa elektrolit cairan tubuh memang sangat penting karena mempengaruhi tekanan osmotik cairan tubuh dan selanjutnya mempengaruhi luar sel, dan konsentrasi zat-zat makanan yang sangat mudah berubah karena pengaruh lingkungan di luar tubuh dapat mempengaruhi lingkungan di dalam tubuh. Apabila suhu udara meningkat, suhu tubuh permeabilitas membran sel. Oleh karena itu untuk mempertahankan tekanan osmotik sebagai satu sistem yang sangat esensial maka protein pun menjadi sumber elekrolit. Ini tentu merupakan peluang untuk juga sedikit meningkat. Sebagai respon terhadap perbedaan suhu permukaan dengan suhu di dalam tubuh maka akan terjadi penurunan konsumsi ransum, performan yang suboptimal, berkurangnya aktivitas, mencari tempat memanfaatkan protein tertentu sebagai pengganti sebagian mineral elektrolit. Kekurangan elektrolit mineral akan berdampak kepada performans ternak secara keseluruhan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini sekaligus akan diteliti dampak dingin, bertambahnya laju pernafasan, dan ketidakseimbangan mineral elektrolit dan beberapa tingkah laku lain. Kesemuanya ini dilakukan melalui suatu proses yang dikenal dengan homeostasis. D asarnya terdapat 3 profil protein tertentu terutama albumin dan globulin dalam kondisi berbagai level mineral yang diberikan dalam ransum. Konsentrasi Albumin dan Globulin Darah Itik ………………………………………. Fahri Jati 2. BAHAN DAN METODE 1) Ternak Percobaan Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah 120 ekor itik Cihateup, Kandang dilengkapi dengan tempat ransum (round feeder), tempat air minum (round waterer). 3) Peralatan penelitian fase starter yang dialokasikan ke dalam 24 unit kandang masing – masing sebanyak 5 ekor. Itik tersebut dipelihara selama 2 bulan. Peralatan yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut : 2) Kandang dan Perlengkapan Kandang percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah 24 unit dan setiap unitnya terbuat dari bilah bambu dengan ukuran panjang 90 cm, lebar 60, dan tinggi 50 cm untuk kapasitas 5 ekor. Setiap kandang diberi nomor sesuai perlakuan dan ulangan. Lampu listrik berukuran 60 watt sebanyak 24 buah untuk 24 unit kandang diletakkan dengan jarak awal sekitar 15 cm di atas permukaan litter yang berfungsi sebagai penerangan maupun induk buatan. Lampu listrik mulai dinyalakan pada hari pertama dan dinaikan setiap satu minggu sekali secara bertahap. Listrik dimatikan setelah itik tumbuh bulu sempurna pada umur tiga minggu. 1. Tempat pakan dan minum 2. Timbangan skala 20 kg menimbang ransum untuk 3. Timbangan digital untuk menimbang elektrolit 4. Ember plastik untuk menyimpan ransum 5. Spuit (sringer) 10mL untuk mengambil darah itik 6. Kertas label 7. Corong untuk saringan sampel. 4) Ransum Penelitian Bahan pakan penyusun ransum terdiri dari jagung, bungkil kedelai tepung ikan, dedak padi, NH4Cl, Na2CO3, topmix, DCP, metionin, NaCl. Kandungan energi metabolis dan zat makanan bahan pakan penyusun dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi Zat-zat Makanan dan Energi Metabolisme Bahan Pakan yang Digunakan EM Ca P Lys Met SK LK (kkal/kg (%) (%) (%) (%) (%) (%) ) 9,00 3370 0,22 0,17 0,26 0,18 2,05 3,90 Jagung 47,00 2700 0,32 0,29 2,69 0,62 6,00 0,90 Bungkil Kedelei 50,00 3080 5,11 2,88 4,51 1,63 1,00 10,00 Tepung Ikan 12,00 2200 0,12 1,50 0,00 0,00 12,00 13,00 Dedak padi NH4Cl Na2CO3 0,00 0,00 40,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 CaCO3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,30 0,30 0,00 0,00 Topmix 0,00 0,00 23,30 18,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Discalcium phospat 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 90,00 0,00 0,00 Metionin NaCl Keterangan: Hasil Analisa Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Bahan Pakan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2010 Bahan Pakan PK (%) Konsentrasi Albumin dan Globulin Darah Itik ………………………………………. Fahri Jati 5) Peubah yang Diamati Peubah yang diukur pada percobaan ini adalah konsentrasi albumin dan globulin darah. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 1) Pengaruh Perlakuan Terhadap Albumin Darah Itik Tabel 2. Contras Test Polynomial Pengaruh Perlakuan Konsentrasi Albumin Darah Perlakuan Rata–rata konsentrasi albumin (mg/g) Signifikansi R1 1,8325 a R2 1,6875 R3 1,5950 R4 1,5525 R5 1,5075 e cR6 1,5075 e Keterangan : b c d Abjad yang berbeda pada kolom signifikansi menunjukkan perbedaan yang nyata (p < 0,05) Albumin merupakan salah satu protein darah yang paling banyak ditemukan. Albumin ini memiliki berat molekul yang tinggi dibandingan dengan beberapa jenis protein lain yang terdapat dalam darah (Kim dalam mengimbangi peningkatan ion mineral. Sekaligus potensial aksi tersebut memdorong peningkatan produksi hormon corticosterone dan aldosterone. Sisi lain, penyebab penurunan dkk., 2015). Terkait dengan penurunan konsentrasi albumin dapat disebabkan mekanisme katabolisme protein albumin. Mashaly dkk. (2004) melaporkan bahwa dalam batas tertentu pemberian ion mineral dapat meningkatkan kadar albumin darah, albumin ditingkatan imbangan elektrolit hingga 300 mEq/kg (R5) adalah satu mekanisme peran hormon corticosterone sebagai dampak gangguan laju lintas air, dalam rangka upaya mempertahankan tekanan osmotik darah yang terganggu sebagai dampak stimulasi potensial aksi sebagai dampak pengeluaran ion mineral sistem syaraf ke sistem syaraf tepi (SST), sehingga sel-sel memproduksi banyak albumin untuk mempertahankan buffer darah bersama dengan air melalui urin atau feses sebagai dampak konsentrasi ion mineral berlebih, maka menyebabkan peran ion Konsentrasi Albumin dan Globulin Darah Itik ………………………………………. Fahri Jati mineral mengalami penurun fungsi. Tekanan osmotik sangat penting bagi cairan tubuh, oleh karena itu untuk menjaga tekanan tersebut maka bukan hanya ion mineral yang terutama mineralocorticoid (khususnya aldosterone). Konsentrasi corticosterone yang tinggi menstimulasi anabolisme glukosa dari memiliki peranan dalam mempertahankan tekanan osmotik tetapi juga dibantu oleh beberapa molekul penting seperti albumin. Namun demikian, efek corticosterone menekan sintesis albumin sehingga kadarnya menurun seiring dengan pemberian level ion precursor non karbohidrat sehingga steroid dan asam-asam lemak diperuntukkan dalam sintesis glukosa. Dalam keadaan ini sangat mungkin glukosa yang berperan penting dalam menjaga osmolaritas cairan tubuh dibandingkan albumin (Mashaly dkk., 2004). mineral sebagai dampak penurunan fungsi hormone steroid yang berperan dalam menjaga retensi mineral diginjal. Kim dkk. (2015) mengemukakan bahwa keseimbangan asam basa (molaritas) cairan tubuh sangat Kenyataan ini menunjukkan bahwa imbangan elektrolit semakin tinggi tidak menunjukkan keseimbangan peran hormonal dalam rangka mempertahankan osmolaritas cairan tubuh, sehingga peran glukosa penting dijaga, dalam keadaan level corticosterone meningkat secara bersamaan menekan laju sintesis hormon steroid menjadi sangat penting mempertahankan osmolaritas dibandingkan albumin. dalam tersebut 2) Pengaruh Perlakuan Terhadap Globulin Darah Itik Tabel. 3 Contras Test Polynomial Pengaruh Perlakuan Konsentrasi Globulin Darah Perlakuan Rata–rata konsentrasi globulin (mg/g) R1 2,1725 R2 2,1525 R3 2,1375 R4 2,1300 R5 2,1175 e R6 2,1200 e Signifikasi a b c d Keterangan : Abjad yang berbeda pada kolom signifikansi menunjukkan perbedaan yang nyata (p < 0,05) Konsentrasi Albumin dan Globulin Darah Itik ………………………………………. Fahri Jati Kondisi ini akan berdampak terhadap ketahanan tubuh ternak itik tersebut. Diketahui bahwa globulin adalah precursor zat imun yaitu immunoglobulin. Globulin memiliki peran terhadap immunitas, karena menurut Hiks dkk. (1998) dan Frandson (1992) antibodi merupakan globulin gamma. Namun pada saat cekaman stressor, kenaikan glukokortikoid juga sekaligus mengganggu immunitas. Roche dkk. (2008) melaporkan bahwa peningktan glukokotikoid menurunkan immunitas sebagai dampak katabolisme protein (albumin dan globulin serta asam-asam amimo) yang meningkat, sehingga kadar protein globulin menurun. menyebabkan akumulasi dan aktivasi leukosit serta protein plasma yang terjadi pada saat infeksi, keracunan maupun kerusakan sel. 4. KESIMPULAN DAN SARAN 1) Kesimpulan a. b. Imbangan elektrolit (ion mineral) dalam ransum memberikan pengaruh dan perbedaan yang nyata terhadap konsentrasi albumin dan globulin darah itik. Semakin tinggi imbangan elektrolit hingga 300 mEq/kg menyebabkan penurunan kadar albumin dan globulin secara nyata. Faktor lain yang dapat menjadi alasan utama penurunan globulin adalah dampak penghambatan hormonal terutama hormone steroid dari adrenal. Terkait dengan hal ini maka dapat dijelaskan bahwa 2) Saran Disarankan agar pemberian imbangan elektrolit bagi ternak itik tidak melebihi kadar 300 mEq/kg untuk mencegah pengurangan air bagi itik akan mempersulit pelepasan panasnya, yang menyebabkan peningkatan hormon cortisol. Hormon ini menyebabkan rasio lymphosit dengan neutrophil akan berubah. Aengwanich penurunan albumin dan globulin secara berlebihan. Penurunan kedua protein ini secara berlebihan menjadi indikator terdapatnya stress selluler yang terjadi terutama di dalam ginjal yaitu kerusakan (2007) mengemukakan bahwa rasio lymphosit terhadap neutrophil yang berubah. Konsentrasi ion mineral yang tinggi juga dapat menyebabkan negrosis sel-sel ginjal meningkat. Kondisi ini meningkatkan mekanisme inflamasi semakin tinggi dalam jaringan. ginjal ternak itik. Abbas dkk. (2010) mengemukakan bahwa inflamasi merupakan sebuah reaksi yang kompleks dari sistem imun tubuh pada jaringan vaskuler yang DAFTAR PUSTAKA Abbas, M. H. 2009. Fisiologi Pertumbuhan Ternak. Andalas University Press, Padang. Aengwanich, W. 2007.Effects of High Environmental Temperature on Blood Indices of Thai Indigenous Chickens, Thai Indigenous Chickens Crossbred and Broilers. International Poult. Sci. 6, 427-430. Konsentrasi Albumin dan Globulin Darah Itik ………………………………………. Fahri Jati Kim, Y.I., J. M. Park, Y. H. Lee, M. Lee, D. Y. Choi, dan W. S. Kwak. 2015. Effect of By-product Feed-based Silage Feeding on the Performance, Blood Metabolites, and Carcass Characteristics of Hanwoo Steers (a Field Study). Asian Australas. J. Anim. Sci. 28:180-187. Hicks, T. A. , J. J. Mc Glone , C. S. Whisnant , H. G. Kattesh , and R. L. Norman. 1998. Behavioral, endocrine, immune, and performance measures for pigs exposed to acute stress. J. Anim. Sci. 76 : 474 – 483. Frandson, R.D. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah mada University Press. Yogyakarta Mashaly, M.M., G.L. Hendricks, M.A. Kalama, A.E. Gehad, A.O. Abbas,and P.H. Patterson. 2004. Effect of heat stress on production parameters and immune responses of commercial laying hens. Poult.Sci. 83:889-894. Roche, Rondeau, Ranjan Singh, Tarnus an Bourdon, 2008. The Antioxidant Propertis Of Serum Albumin. Laboratoire de Biochimie et Ge´ne´tique Mole´culaire (LBGM), Universite´ de La Re´union, Saint Denis de La Re´union, France.