I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk dan kualitas hidup masyarakat berbanding lurus dengan peningkatan kebutuhan akan protein hewani. Pemenuhan kebutuhan akan protein hewani dapat diperoleh dari berbagai jenis hewan ternak seperti itik. Menurut data Roadmap Pembibitan Lokal 2012, Direktorat Jendral Pembibitan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, kebutuhan daging itik terus meningkat dari tahun 2010-2014. Kebutuhan daging itik di Indonesia tahun 2014 sekitar 17,0 ribu ton. Sedangkan ketersediaan daging itik di Indonesia tahun 2014 hanya 12,2 ribu ton. Sehingga Indonesia masih kekurangan daging itik di Indonesia sekitar 4,8 ribu ton. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan mengembangkan dan memanfaatkan potensi sumber daya ternak lokal yang terdapat di Indonesia salah satunya adalah jenis itik yang terdapat didaerah Kamang Magek Bukittinggi Provinsi Sumatra Barat. Itik Kamang memiliki ciri khusus ada garis melengkung putih diatas mata putih. Warna bulu cenderung coklat tua, dengan warna paruh kehitaman (Mito dan Johan, 2011). Berdasarkan hasil penelitian Arsih (2013) itik Kamang betina memiliki warna bulu kepala lebih didominasi berwarna coklat tua putih (73,33%), warna bulu leher didominasi warna coklat muda (66,67%), warna bulu dada didominasi warna coklat muda (48,89%), warna bulu sayap didomninasi warna coklat muda coklat tua (70%). Warna bulu punggung didominasi warna coklat tipis coklat muda (71,11%). Warna bulu paha didominasi warna coklat tipis (40%) dan warna bulu ekor didominasi warna coklat muda (41,11%). 1 Pada pemeliharaan ternak itik, umumnya peternak belum memperhatikan luas kandang padahal tingkat satuan luas kandang berhubungan dengan pertumbuhan itik karena adanya persaingan dalam mengambil pakan yang pada akhirnya dapat menentukan konsumsi pakan, pertambahan bobot badan konversi pakan dan kualitas darah itik. Setiap varietas itik mempunyai tingkat satuan luas kandang yang berbeda dalam pemeliharaannya. Kandang yang terlalu sempit dapat mengakibatkan peningkatkan akumulasi zat karbondioksida serta penurunan kadar oksigen di dalam kandang yang dapat menyebabkan pertumbuhan yang lambat serta itik rentan terhadap penyakit hingga dapat mengakibatkan kematian pada anak itik (Pinky, 2012). Satuan luas kandang juga memberikan pengaruh terhadap gambaran darah itik karena akan mempengaruhi proses fisiologis dalam tubuh itik. Hasil penelitian Effendi (2009) menjelaskan bahwa darah itik Bayang menunjukkan jumlah eritrosit, nilai hematokrit dan kadar hemoglobin darah itik Bayang fase starter pada luas kandang 0,48 m2/ekor masing- masing 2,46 juta/mm2, 31,28% dan 16,56 g/100 ml darah nyata lebih tinggi dari jumlah eritrosit, nilai hematokrit dan kadar hemoglobin pada luas kandang 0,08 m2/ekor masing – masing 2,33 juta/mm2, 27,4% dan 15,81 g/100 ml darah (Effendi, 2009). Luas kandang sangat erat kaitannya dengan kebutuhan protein dalam ransum itik, karena luas kandang adalah salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi protein dalam ransum. Jika luas kandang kecil maka ransum yang dikonsumsi akan sedikit sehingga protein yang terkonsumsi sedikit begitu juga sebaliknya. 2 Nutrien yang berperan besar dalam pertumbuhan organ dan produksi adalah protein (Sudaryani dan Santoso, 1994). Pemberian protein adalah cara yang terbaik dilakukan agar produktifitasnya meningkat. Pemberian protein dalam ransum untuk itik lokal belum diketahui secara pasti, hanya berdasarkan pada kebiasaan dan keinginan peternak saja. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya pemberian pakan dengan kandungan protein yang meningkat dengan level protein 13%, 15%, 17%, 19% dan 21% akan meningkatkan kadar total protein plasma (Utari et al, 2013). Status nutrisi memberikan pengaruh terhadap gambaran darah. Hal ini sesuai dengan penjelasan Swenson (1997) bahwa jumlah eritrosit dipengaruhi oleh status nutrisi, volume darah, spesies dan ketinggian tempat. Menurut Whittow (2000) nilai hematokrit juga dipengaruhi oleh status nutrisi, umur, dan jenis kelamin. Berbeda dengan eritrosit dan hematokrit, kadar hemoglobin dalam darah tidak dipengaruhi oleh status nutrisi (Arifin, 1989). Dari uraian tersebut penulis tertarik dengan penelitian tentang” Pengaruh Luas Kandang dan Pemberian Beberapa Level Protein terhadap Jumlah Eritrosit, Kadar Hemoglobin dan Nilai Hematokrit Itik Kamang Betina fase Starter. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimanakah pengaruh luas kandang dan pemberian beberapa level protein terhadap gambaran darah itik Kamang betina fase starter? 3 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh interaksi luas kandang tertentu dan pemberian beberapa level protein terhadap gambaran darah itk Kamang betina fase starter. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil yang diperoleh dari penelitian digunakan sebagai informasi tentang luas kandang dan level protein ransum itik periode strater yang tepat berkaitan dengan gambaran darah itik Kamang betina fase starter. 1.5 Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini adalah luas kandang dan pemberian beberapa level protein berpengaruh terhadap gambaran darah itik Kamang betina fase starter. 4