ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN PREEKLAMSIA

advertisement
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN
PREEKLAMSIA BERAT DI RSUD dr. SOEKARDJO
KOTA TASIKMALAYA
LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai
Gelar Ahli Madya Kebidanan
Oleh :
PIPIT NURAFIFAH KHALILAH
NIM. 13DB277029
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS
2016
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN PREEKLAMSIA
BERAT DI RSUD dr. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA1
Pipit Nurafifah Khalilah2Hani Septiani3Heni Heryani4
INTISARI
Preeklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria akibat
kehamilan, setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
Preeklamsia diklasifikasikan kedalam penyakit hipertensi yang disebabkan
karena kehamilan. Penyebab dari kelainan ini masih kurang dimengerti. Kejadian
preeklamsia dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko preeklamsia meliputi status
primigravida (kehamilan pertama), kehamilan kembar, diabetes, hipertensi yang
telah ada sebelumnya, preeklamsia pada kehamilan sebelumnya, riwayat
preeklamsia dalam keluarga. Preeklamsia merupakan salah satu penyebab
utama kematian maternal di Indonesia.
Tujuan penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memperoleh
pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada kehamilan
dengan preeklamsia berat dengan menggunakan pendekatan proses
manajemen kebidanan. Asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan preeklamsia
berat ini dilakukan selama 6 hari dari tanggal 9 April 2016 sampai dengan 15
April 2016 di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya.
Dari hasil penyusunan laporan tugas akhir ini mendapatkan gambaran
dan pengalaman nyata dalam pembuatan asuhan kebidanan pada ibu hamil
dengan preeklamsia berat. Hasilnya keadaan ibu membaik dan tekanan darah
ibu mulai stabil namun masih perlu pemantauan. Oleh karena itu, diperlukan
suatu pencegahan yakni dengan memberikan makanan yang rendah garam.
Kesimpulan dari hasil pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan
preeklamsia berat di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya dilaksanakan cukup
baik.
Kata Kunci
: Preeklamsia Berat
Kepustakaan
: 22 buku (2005-2015), 2 jurnal, 1 website
Halaman
: i-xi, 53 halaman, 11 lampiran
1
Judul Penulisan Ilmiah2Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis 3Dosen
STIKes Muhammadiyah Ciamis4Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan
adalah
merupakan
suatu
proses
merantai
yang
berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi pelepasan sel telur, migrasi
spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi)
pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi
sampai aterm. (Manuaba, 2010).
Ada beberapa tanda bahaya dalam
kehamilan, salah satunya adalah bengkak pada muka dan tangan, disertai
sakit kepala hebat dan pandanga mata kabur. Hal ini merupakan tanda
preeklamsia. (Sarwono, 2010).
Preeklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria akibat
kehamilan, setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan. Penyebab terjadinya preeklampsia tidak hanya disebabkan oleh
satu faktor saja, melainkan banyak faktor yang menyebabkan terjadinya
preeklamsia dan eklamsia (multiple causation). Diabetes melitus, mola
hidatidosa, kehamilan ganda, hidrops fetalis, umur lebih dari 35 tahun dan
obesitas merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya preeklamsia
(Trijatmo, 2007).
Salah satu penyebab kematian pada ibu hamil adalah preeklamsia
berat. Preeklamsia/eklamsia merupakan salah satu penyebab utama
morbiditas dan mortalitas perinatal di Indonesia. Kejadian preeklamsia
dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko preeklamsia meliputi status
primigravida (kehamilan pertama), kehamilan kembar, diabetes, hipertensi
yang telah ada sebelumnya, preeklamsia pada kehamilan sebelumnya,
riwayat preeklamsia dalam keluarga (Linda J. Heffner, Danny J. Schust,
2005).
Angka kematian ibu (AKI) merupakan barometer pelayanan kesehatan
suatu Negara. Berdasarkan pengamatan World Health Organization (WHO),
di tahun 2015 setiap hari sekitar 830 perempuan meninggal karena
komplikasi kehamilan dan kelahiran anak. Penyebab utama kematian adalah
perdarahan, hipertensi, infeksi, dan penyebab tidak langsung, sebagian
1
2
besar karena interaksi antara kondisi medis yang sudah ada sebelumnya
dan saat kehamilan. Dari 830 kasus kematian ibu setiap hari, 550 terjadi di
sub-Sahara Afrika dan 180 di Asia Selatan, dibandingkan dengan 5 di
negara-negara maju. ( WHO, 2015 ).
Berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
pada tahun 2012, angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih sangat tinggi.
AKI dari 228 pada 2007 menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup pada
tahun 2013 sedangkan target yang ingin di capai Pemerintah dalam
menurunkan AKI pada tahun 2015 yang merupakan sasaran Millenium
Development Goals (MDG’s) yaitu AKI sebesar 102/100.000 kelahiran hidup.
(Kemenkes, 2014).
Pemerintah telah mencanangkan peningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir untuk
menurunkan angka kematian ibu. Pada ibu hamil yang memiliki resiko tinggi
jelas membutuhkan fasilitas kesehatan yang memadai, maka ibu hamil harus
berada di tempat yang dekat dengan fasilitas kesehatan beberapa hari
sebelum proses persalinan (Admin, 2010).
Laporan MDG’s (Millenium Development Goals) 2007, disebutkan ada
tiga solusi yang dianggap paling efektif untuk menekan AKI, yakni pelayanan
antenatal, persalinan oleh tenaga kesehatan, dan pelayanan dasar dan
komprehensif. Dari ketiga solusi tersebut, pelayanan antenatal memiliki
peran yang signifikan untuk menekan AKI, karena pelayanan antenatal
(ANC) merupakan tahap awal pencegahan terjadinya kematian ibu (Depkes
RI, 2010).
Menurut Sarwono (2006) angka kematian ibu dapat diturunkan bila ibu
hamil melakukan antenatal care (ANC). Asuhan antenatal mempunyai tujuan
yaitu memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang bayi, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik,
mental dan sosial ibu dan bayi, mengenali secara dini adanya komplikasi
yang mungkin terjadi selama hamil.
Angka Kematian Ibu (AKI) di provinsi Jawa Barat mencapai 758
per 100.000 kelahiran hidup dengan penyebab kematian perdarahan
(31,7%) Hipertensi dalam kehamilan (29,3%) Infeksi (5,6%) Partus lama
(0,64%) Abortus (0,12%) Lain – lain (32,5%). (Pogi Jabar, 2013).
3
Berdasarkan pemantauan rutin Dinkes Kota Tasikmalaya
bahwa
jumlah angka kematian ibu di wilayah Kota Tasikmalaya mengalami turun
naik dari tahun ke tahun. Pada tahun 2015 penyebab utama AKI sebanyak
20 kasus, sedangkan untuk kasus preeklamsia berat pada tahun 2015
sebanyak 269 orang. (Dinkes Tasikmalaya, 2016).
Menurut data ANC tahun 2015 di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya,
kunjungan ibu hamil mencapai 1293 ibu hamil. Sedangkan data ibu hamil
yang mengalami komplikasi preeklamsia berat sebanyak 169 orang ibu
hamil. (RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya, 2016).
Kehamilan dengan preeklamsia adalah kehamilan yang ditandai
dengan adanya hipertensi, proteinuria dan edema yang timbul selama
kehamilan atau sampai 48 jam postpartum. Preeklamsia dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu primigravida atau >10 tahun sejak kelahiran terakhir,
kelahiran pertama dengan pasangan yang baru, riwayat preeklamsia
sebelumnya, riwayat keluarga dengan preeklamsia, kehamilan kembar
tertentu, adanya proteinuria, umur >40 tahun, dan obesitas. Perempuan
yang memiliki banyak faktor dengan riwayat penyakit yang buruk dan
sebelumnya mengalami preeklamsia sejak dini meningkatkan resiko 20%.
(Robson dan Jason,2012).
Menurut hasil penelitian Rozikhan (2007), yang berjudul faktor-faktor
risiko terjadinya preeklamsia berat di rumah sakit dr. h. soewondo kendal
yang dilakukan di Rumah Sakit Dr. H. Soewondo Kendal di dapatkan faktorfaktor risiko yang mempengaruhi terjadinya preeklamsia berat seperti umur,
paritas dan riwayat hipertensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur <
20 tahun angka kejadian preeklamsia berat sebesar 12 (75,0%) dari 16 ibu
hamil dan usia > 35 tahun angka kejadian preeklamsia berat sebesar 10
(76,9%) dari 13 ibu hamil. Sedangkan pada usia 20-35 tahun angka kejadian
preeklamsia berat sebesar 78 (45,6%) dari 171 ibu hamil, dari hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa ibu hamil dengan usia < 20 tahun dan > 35 tahun
cenderung mengalami preeklamsia berat lebih besar.
Dan hasil penelitian Nurulia, Rizanda, Yusrawati (2013), yang berjudul
Hubungan Faktor Risiko dengan Kejadian Pre-Eklampsia Berat di RSUP Dr.
M. Djamil Padang bahwa proporsi primigravida yang menderita preeklamsia
1,52 kali lebih banyak daripada primigravida yang tidakk preeklamsia.
4
Proporsi ibu yang berusia dalam kategori usia resiko tinggi (< 20 tahun dan >
35 tahun) dan menderita preeklamsia 4,43 kali lebih banyak daripada yang
tidak menderita preeklamsia. Setelah dilakukan analisis melalui uji chi
square, disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status
gravida dan usia ibu dengan kejadian preeklamsia (p < 0,05).
Belum ada kesepakatan dalam strategi pencegahan preeklampsi
terutama preeklamsia berat (PEB). Beberapa penelitian menunjukkan
pendekatan nutrisi (diet rendah garam, diet tinggi protein, suplemen kalsium,
magnesium) atau medikamentosa (teofilin, antihipertensi, diuretic, aspirin)
dapat mengurangi kemungkinan timbulnya preeklampsi. Dalam hal ini
preeklamsia merupakan penyakit dalam kehamilan yang membuat wanita
hamil menjadi merasa lemah, maka hal tersebut sebagaimana dijelaskan
dalam al-Quran surat Luqman ayat 14 yang berbunyi :
Artinya : Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada
dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan
lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu.
Maka makna yang dikaitkan dengan kasus diatas bahwa ibu hamil
yang menderita preeklamsia berat itu akan merasa lemah yang bertambah,
karena hampir semua organ reproduksi dan organ lainnya mengalami
perubahan dan semua itu membuat ibu hamil yang menderita preeklamsia
menjadi tidak nyaman. Berdasarkan dari uraian di atas penulis tertarik untuk
mengambil studi kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil
dengan Preeklamsia Berat di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan data diatas, maka penulis membuat suatu rumusan
masalah sebagai berikut “ Bagaimana Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil
G5P4A0 Dengan Preeklamsia Berat di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya
?“
5
C. Tujuan
1.
Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil G5P4Ao dengan
preeklamsia berat di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya, secara mandiri
dan berkolaborasi dengan pendekatan manajemen kebidanan menurut
Varney dan didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
2.
Tujuan Khusus
a.
Melakukan pengumpulan data pada ibu hamil G5P4A0 dengan
preeklamsia berat
b.
Melakukan interpretasi data serta merumuskan diagnosa kebidanan
dengan masalah pada ibu hamil G5P4A0 dengan preeklamsia berat
c.
Mengiidentifikasikan diagnosa potensial atau masalah ibu hamil
G5P4A0 dengan preeklamsia berat
d.
Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera pada ibu hamil
G5P4A0 dengan preeklamsia berat
e.
Menyusun rencana asuhan kebidanan pada ibu hamil G5P4A0
dengan preeklamsia berat
f.
Melaksanakan perencanaan secara efisien dan aman pada ibu
hamil G5P4A0 dengan preeklamsia berat
g.
Mengevaluasi pada penatalaksanaan asuhan kebidanan pada ibu
hamil G5P4A0 dengan preeklamsia berat
D. Manfaat
1.
Bagi Ibu
Dengan melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil, ibu dapat
melewati persalinan tanpa terjadi komplikasi, melahirkan bayi dengan
sehat.
2.
Bagi Lahan Praktik
Dapat mempertahankan semua pelayanan yang sudah maksimal
dan meningkatkan pelayanan kebidanan pada klien, sehingga klien
dapat merasa puas dan senang atas pelayanan yang telah diberikan
6
3.
Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan menghasilkan
lulusan bidan yang profesional dan mandiri, juga sebagai penambah
bahan kepustakaan yang dapat di jadikan studi banding bagi studi kasus
selanjutnya
komprehensif.
mengenai
pendokumentasian
kebidanan
secara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Teori
1. Kehamilan
a.
Definisi
Kehamilan adalah merupakan suatu proses merantai yang
berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi pelepasan sel telur,
migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot,
nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh
kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2010).
b.
Pembagian Kehamilan
Kehamilan dibagi menjadi tiga triwulan yaitu triwulan pertama
(0 sampai 12 minggu), triwulan kedua (13 samapi 28 minggu), dan
triwulan ketiga (29 sampai 42 minggu). (Manuaba, 2010).
c.
Tanda dan Gejala Kehamilan
Tanda dan gejala kehamilan menurut Sarwono Prawirohardjo
(2010) dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
1)
Tanda Tidak Pasti/ Tanda Presumtif
a)
Amenore (Tidak datang bulan)
Setelah
ovum
dikeluarkan
dari folikel deGraf
matang di ovarium, maka folikel ini akan berubah menjadi
korpus luteum yang berperan dalam siklus menstruasi dan
mengalami degenerasi setelah terjadinya menstruasi. Bila
ovum dibuahi oleh spermatozoa maka korpus luteum akan
dipertahankan oleh korionik gonadotropin yang dihasilkan
oleh sinsiotrofoblas di sekitar blastokis menjadi korpus
luteus kehamilan. Kehamilan menyebabkan dinding dalam
uterus (endometrium) tidak dilepaskan sehingga amenore
dianggap sebagai tanda kehamilan, namun tidak datang
haid dapat juga terjadi pada wanita dengan penyakit kronik,
tumor
hipofise,
perubahan
faktor-faktor
lingkungan,
malnutrisi dan (yang paling sering) gangguan emosional
terutama pada mereka yang tidak ingin hamil atau malahan
7
8
mereka
yang
sangat
ingin
hamil
(dikenal
dengan
pseudocyesis atau hamil semu. (Rukiyah, 2009).
b)
Mual dan Muntah (emesis)
Pengaruh estrogen dan progesterone menyebabkan
pengeluaran asam lambung yang berlebihan. Mual dan
muntah terutama pada pagi hari yang dissebut morning
sickness. Akibat mual dan muntah dapat mengurangi nafsu
makan. Mual dan muntah tidak dapat dikatakan sebagai
tanda pasti kehamilan karena penyakit metabolik lain dapat
pula menimbulkan gejala yang serupa. Emesis pada
kehamilan digolongkan normal apabila terjadinya tidak
lebih dari trimester pertama. (Rukiyah, 2009).
c)
Payudara tegang.
Konsentrasi tinggi estrogen dan progesteron yang
dihasilkan oleh plasenta menimbulkan perubahan pada
payudara (tegang dan membesar) serta somatomatrofin
menimbulkan defosit lemak, air, garam pada payudara.
Namun payudara yang tegang dan membesar juga dapat
terjadi pada wanita pengguna kontrasepsi hormonal,
penderita tumor otak atau ovarium, pengguna rutin obat
penenang, dan hamil semu (pseudocyesis). (Rukiyah,
2009).
d)
Pigmentasi Kulit
Efek
stimulasi
melanosit
yang
peningkatan
hormon
estrogen
dan
dipicu
oleh
progesteron
menyebabkan pigmentasi kulit pada area wajah (dahi,
hidung, pipi, dan leher) yang disebut dengan chloasma
gravidarum. Pada dinding perut dinamakan (striae lividae,
striae nigra, linea alba makin hitam), dan sekitar payudara
(hiperpigmentasi areola mamae). Area atau daerah kulit
yang mengalami hiperpigmentasi akan kembali menjadi
normal setelah kehamilan berakhir. Pengecualian terjadi
pada striae dimana area hiperpigmentasi akan memudar
9
tetapi guratan pada kulit akan menetap dan berwarna putih
keperakan. (Rukiyah, 2009).
e)
Rasa lelah (fatigue)
Kondisi ini disebabkan oleh menurunnya Basal
Metabolic Rate (BMR) dalam trimester pertama kehamilan.
(Rukiyah, 2009).
f)
Sering Miksi
Desakan uterus yang semakin besar mengarah
kedepan menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh
dan sering miksi. (Rukiyah, 2009).
g)
Konstipasi dan Obstipasi
Pengaruh
progesteron
dapat
menghambat
peristaltik usus menyebabkan kesulitan dalam buang air
besar. Konstipasi juga dapat disebabkan pola makan.
(Rukiyah, 2009).
h)
Ngidam
Wanita
tertentu,
hamil
keinginan
sering
yang
menginginkan
demikian
disebut
makanan
ngidam.
(Rukiyah, 2009).
i)
Pingsan
Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala
(sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan
menimbulkan sinkop atau pingsan. Keadaan ini akan
menghilang setelah usia kehamilan 16 minggu. (Rukiyah,
2009).
j)
Pigmentasi kulit.
Keluarnya
melanophore
stimulating
hormone
hipofisis anterior menyebabkan pigmentasi kulit di sekitar
pipi (kloasma gravidarum), pada dinding perut (strie livide,
strie nigra, linea alba makin hitam), dan di sekitar payudara
(hiperpregmentasi areola mamae, puting susu makin
menonjol, kelenjar Montgomery menonjol, pembuluh darah
manifes sekitar payudara). (Manuaba, 2010).
10
k)
Epulis.
Hipertropi gusi yang disebut epulis, dapat terjadi bila
hamil. (Rukiyah, 2009).
l)
Varises atau penampakan pembuluh darah vena.
Karena pengaruh estrogen dan progesteron terjadi
penampakan pembuluh darah vena, terutama bagi mereka
yang mempunyai bakat. Penampakan pembuluh darah itu
terjadi di sekitar genetalia eksterna, kaki, betis, dan
payudara.
Penampakan
pembuluh
darah
ini
dapat
menghilang setelah persalian. (Sarwono, 2008).
2)
Tanda Kemungkinan Hamil. (Sarwono, 2010).
a)
Rahim membesar
Terjadi perubahan bentuk, besar dan konsistensi
rahim. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa
uterus
membesar
dan
makin
lama
makin
bundar
bentuknya.
b)
Reaksi Kehamilan Positif
Tujuan
dari
pemeriksaan
ini
adalah
untuk
mengetahui kadar hormone hCG (chorionic gonadotropin)
dalam urine.
c)
Tanda Piscasecks
Yaitu
pembesaran
uterus
kesalah
satu
arah
sehingga menonjol jelas kearah pembesaran tersebut.
d)
Goodell sign
Jika dilakukan pemeriksaan palpasi diperut dengan
cara menggoyang-goyangkan disalah satu sisi, maka akan
terasa pantulan disisi lain (tanda hegar).
Konsistensi rahin dalam kehamilan berubah menjadi
lunak, terutama daerah ismus.
e)
Braton Hicks
Bila uterus dirangsang akan mudah berkonsentrasi.
f)
Tanda Chadwiks
Yaitu dinding vagina yang mengalami kongesti, atau
warna kebiru-biruan.
11
3)
Tanda Pasti Hamil. (Rukiyah, 2009).
Digunakan untuk menegakkan diagnosa pada kehamilan.
a)
Terasa gerakan janin
Pada
primigravida
mulai
terasa
pada
usia
kehamilan 18 minggu dan multigravida terasa pada usia
kehamilan 16 minggu.
b)
Teraba bagian-bagian janin
Yaitu pemeriksaan dengan cara palpasi menurut
Leopold pada akhir trimester ke II
c)
DJJ (Denyut jantung Janin), dapat didengar dengan:
(1) Fetal electrocardiograph pada kehamilan 12 minggu
(2) System Doppler pada kehamilan 12 minggu
(3) Stetoskop linec pada kehamilan 18-20 minggu.
d)
Pada pemeriksan dengan USG dapat terlihat gambaran
janin berupa kantong janin, panjang janin, dan diameter
biparietalis hingga dapat diperkirakan tuanya kehamilan.
d.
Kebutuhan Dasar Ibu Hamil (Ari Sulistyawati, 2013).
1)
Kebutuhan Nutrisi
Wanita
hamil harus
betul-betul mendapat
perhatian
susunan dietnya, terutama mengenai jumlah kalori, protein
yang berguna untuk pertumbuhan janin dan kesehatan Ibu.
Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan anemia, abortus,
partus prasmaturus, inersia uteri, perdarahan pasca salin,
sepsis
puerpueralis
dan
lain-lain.
Sedangkan
makanan
berlebihan dapat menyebabkan gemuk. Preeklamsi janin besar
dan lain-lain. Ibu perlu minum 6-8 gelas cairan sehari.
Peningkatan kalori yang dibutuhkan oleh ibu hamil adalah 285
kalori / hari. Makanan yang di kosumsi harus banyak
mengandung protein dan diberikan FE (SF 200 mg 3 x sehari).
Makanan yang seimbang harus mengandung unsur sumber
energi, sumber pembangun dan sumber pengatur.
a)
Sumber Energi
WHO
menganjurkan
jumlah
tambahan
energi
sebesar 150 kkl sehari pada trimester I, 350 kkl sehari
12
pada trimester II dan III. Sekitar 60% dari seluruh kalori
yang diperlukan oleh ibu hamil berasal dari karbohidrat.
Sedangkan ibu hamil dianjurkan mengkomsumsi makanan
yang mengandung lemak, tidak lebih dari 20% dari seluruh
kebutuhan kalori per hari. Kebutuhan kalori bagi ibu hamil
sebanyak 15% dari seluruh kalori yang berasal dari protein.
b)
Sumber Pembangun.
Kebutuhan protein akan ibu hamil meningkat
sampai 68%. Jumlah protein yang harus tersedia sampai
pada akhir kehamilan diperkirakan sebanyak 925 gram
yang tertimbun dalam jaringan ibu, plasenta suta janin.
Asupan protein tambahan pada ibu hamil sebesar 30 gram
sehari.
c)
Sumber Pengatur.
(1) Kebutuhan zat besi selama kehamilan sekitar 1000 mg
dimana 500 mg ditransfer ke janin, 300mg untuk ibu
dan 200 mg hilang karena ekskresi. Rata-rata
kebutuhan zat besi sehari adalah 7 mg. Pemberian
suplemen zat besi kepada ibu hamil minimal 90 tablet
(tablet 60 mg zat besi).
(2) Asam folat. Asam folat kebutuhannya selama hamil
berlipat ganda.
Vitamin-vitamin. Vitamin B, vitamin C, dan vitamin D
juga perlu diperhatikan pemenuhannya untuk menunjang
proses penyerapan zat makanan lainnya.
2)
Kebutuhan Eleminasi.
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing
tertekan oleh uterus yang
mulai membesar sehingga timbul
sering kencing. Pada waktu hamil mungkin juga terjadi
obstipasi yang disebabkan oleh karena kurang gerak badan.
Perislltik usus kurang karena hormon dan tekanan pada rectum
oleh kepala. Untuk menghindari terjadinya obstipasi ini
sebaiknya makan sayur-sayuran dan buah-buahan, minum
yang banyak dan gerak badan yang cukup.
13
3)
Kebutuhan Respirasi.
Selama kehamilan, fungsi paru tidak mengalami gangguan.
Kecepatan pernafasan selama kehamilan tidak mengalami
perubahan secara bermakna. Volume tidal selama kehamilan
mengalami peningkatan secara progresif dan volume residual
mangalami sedikit penurunan. Pernafasan normal 20-24x /
menit.
4)
Kebutuhan Seksual.
Bila ada riwayat abortus sebaiknya hubungan seksual
ditunda sampai kehamilan 16 minggu. Pada umumnya koitus
diperbolehkan pada masa kehamilan . Jika dilakukan dengan
hati-hati . Koitus sebaiknya dihentikan pada akhir kehamilan
karena
dapat
menimbulkan
rasa
sakit,
perdarahan
menimbulkan rasa sakit. Pendarahan menimbulkan kontraksi
uterus dan dapat pula menimbulkan infeksi serta memecahkan
ketuban.
5)
Kebersihan dan Pakaian
Kebersihan harus selalu dijaga selama hamil. Baju
hendaknya yang longgar dan mudah dipakai. Jika telah sering
hamil, pemakaian stagen untuk menunjang otot-otot perut.
Sepatu dan alas kaki lain dengan tumit yang tinggi sebaikanya
jangan dipakai oleh karena titik berat wanita hamil berubah
sehingga
mudah
menyebabkan
tergelincirdan
pembendungan
jatuh.
vena
Selain
dan
itu
bisa
mempercepat
timbulnya varices. Kebersihan bada mengurangi kemungkinan
infeksi.
6)
Perawatan Gigi.
Pada TW I mengalami enek dan muntah. Keadaan ini
menyebabkan perawatan gigi tidak diperhatikan dengan baik
sehingga timbul karies dan gingivitis. Jika kerusakan gigi tidak
diperhatikan dengan baik bisa terjadi komplikasi seperti nefritis
septikimia, sepsis septikimia, sepsis puerpueralis karena infeksi
rongga mulut menahun.
14
7)
Imunisasi.
Ibu
hamil yang
belum
pernah mendapat imunisasi
sebelumnya atau pada waktu akan menjadi pengantin maka
perlu mendapat 2 kali suntikan TT dengan jarak minimal satu
bulan. Bila sudah pernah maka cukup diberikan sekali dalam
kehamilan.
8)
Istirahat atau Tidur.
Selama hamil, tubuh ibu butuh tidur selama 6-8 jam sehari.
Ibu hamil perlu istirahat atau tidur paling sedikit 1 jam pada
siang hari dengan kaki ditempatkan lebih tinggi dari tubuhnya.
Tidur, istirahat dan bersantai sangat bermanfaat bagi ibu hamil,
agar tetap kuat dan tidak mudah terkena penyakit.
Wanita
hamil boleh melakukan pekerjaanya sehari-hari di rumah,
dikantor ataupun di pabrik asal bersifat ringan.
e.
Tanda Bahaya Dalam Kehamilan
Menurut
Rukiyah
(2009),
tanda-tanda
bahaya
pada
masa
kehamilan adalah :
1) Perdarahan pervaginam
Pada awal kehamilan, perdarahan yang tidak normal
adalah merah, perdarahan banyak, atau perdarahan dengan
nyeri (berarti abortus, KET, mola hidatidosa). Pada kehamilan
lanjut,
perdarahan
yang
tidak
normal
adalah
merah,
banyak/sedikit, nyeri (berarti plasenta previa dan solusio
plasenta).
2) Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala yang hebat menunjukan suatu masalah yang
serius adalah sakit kepala yang hebat, yang menetap dan tidak
hilang dengan istirahat. Kadang-kadang, dengan sakit kepala
yang
hebat
tersebut,
ibu
mungkin
menemukan
bahwa
penglihatannya menjadi kabur atau terbayang. Sakit kepala
yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari preeklamsia.
3) Perubahan visual secara tiba-tiba (pandangan kabur, rabun
senja)
Masalah
visual
yang
mengindikasikan
keadaan
15
mengancam
jiwa adalah perubahan visual mendadak ,
misalnya pandangan kabur atau terbayang.
4) Nyeri Abdomen Yang Hebat
Nyeri yang hebat, menetap, dan tidak hilang setelah
beristirahat. Hal ini bisa berarti appendicitis, kehamilan ektopik,
aborsi, penyakit radang panggul, persalinan preterm, gastritis,
penyakit kantung empedu, abrupsi plasenta, infeksi saluran
kemih, atau infeksi lain.
5) Bengkak Pada Muka atau Tangan
Bengkak bisa menunjukan adanya masalah serius jika
muncul
pada
muka
dan
tangan,
tidak
hilang
setelah
beristirahat, dan disertai dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini
dapat merupakan pertanda anemia, gagal jantung, atau
preeklamsia.
6) Gerakan janin tidak teraba
Apabila ibu hamil tidak merasakan gerakan janin sesudah
usia kehamilan 22 minggu atau selama persalinan, maka perlu
waspada terhadap kemungkinan gawat janin atau bahkan
kematian janin dalam uterus. Gerakan janin berkurang atau
bahkan hilang dapat juga terjadi pada solusio plasenta
f.
Standar Minimal Asuhan Antenatal Care (14 T), yaitu :
1)
Ukur Berat badan dan Tinggi Badan ( T1 ). Dalam keadaan
normal kenaikan berat badan ibu dari sebelu hamil dihitung dari
TM I sampai TM III yang berkisar anatar 9-13,9 kg dan
kenaikan berat badan setiap minggu yang tergolong normal
adalah 0,4 - 0,5 kg tiap minggu mulai TM II. Pengukuran tinggi
badan ibu hamil dilakukan untuk mendeteksi faktor resiko
terhadap kehamilan yang sering berhubungan dengan keadaan
rongga panggul.
2)
Ukur Tekanan Darah ( T2). Tekanan darah yang normal 110/80
- 140/90 mmHg, bila melebihi 140/90 mmHg perlu diwaspadai
adanya Preeklamsia.
3)
Ukur Tinggi Fundus Uteri ( T3 ) Tujuan pemeriksaan TFU
menggunakan tehnik Mc. Donald adalah menentukan umur
16
kehamilan
berdasarkan
minggu
dan
hasilnya
bisa
di
bandingkan dengan hasil anamnesis hari pertama haid terakhir
(HPHT) dan kapan gerakan janin mulai dirasakan. TFU yang
normal
harus
sama
dengan
UK
dalam
minggu
yang
dicantumkan dalam HPHT.
4)
Pemberian Tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (
T4 )
5)
Pemberian Imunisasi TT ( T5 ) Imunisasi Tetanus Toxoid harus
segera di berikan pada saat seorang wanita hamil melakukan
kunjungan yang pertama dan dilakukan pada minggu ke-4.
6)
Pemeriksaan Hb ( T6 ) Pemeriksaan Hb pada Bumil harus
dilakukan pada kunjungan pertama dan minggu ke 28. bila
kadar Hb < 11 gr% Bumil dinyatakan Anemia, maka harus
diberi suplemen 60 mg Fe dan 0,5 mg As. Folat hingga Hb
menjadi 11 gr% atau lebih.
7)
Pemeriksaan VDRL (Veneral Disease Research Lab.) ( T7 )
pemeriksaan dilakukan pada saat Bumil datang pertama kali
daambil spesimen darah vena kurang lebih 2 cc. apabila hasil
test positif maka dilakukan pengobatan dan rujukan.
8)
Pemeriksaan Protein urine ( T8 ) dilakukan untuk mengetahui
apakah pada urine mengandung protein atau tidak untuk
mendeteksi gejala Preeklamsia.
9)
Pemeriksaan Urine Reduksi ( T9 ) untuk Bumil dengan riwayat
DM. bila hasil positif maka perlu diikuti pemeriksaan gula darah
untuk memastikan adanya DMG.
10) Perawatan Payudara ( T10 ) senam payudara atau perawatan
payudara untuk Bumil, dilakukan 2 kali sehari sebelum mandi
dimulai pada usia kehamilan 6 Minggu.
11) Senam Hamil ( T11 )
12) Pemberian Obat Malaria ( T12 ) diberikan kepada Bumil
pendatang dari daerah malaria juga kepada bumil dengan
gejala malaria yakni panas tinggi disertai mengigil dan hasil
apusan darah yang positif.
17
13) Pemberian Kapsul Minyak Yodium ( T13 ) diberikan pada
kasus gangguan akibat kekurangan Yodium di daerah endemis
yang dapat berefek buruk terhadap Tumbuh kembang Manusia.
14) Temu wicara / Konseling ( T14 ). (Sarwono, 2012).
2. Preeklamsia Berat
a.
Pengertian
Preeklamsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan
dapat terjadi ante, intra, dan postpartum (Sarwono, 2009).
Preeklamsia berat ialah preeklamsia dengan tekanan darah sistolik
> 160 mmHg dan tekanan darah diastolik > 110mmHg disertai
proteinurian lebih 5g/24 jam (Sarwono, 2009). Preeklamsia berat
adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya
hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan atau
edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Rukiyah, 2010).
b.
Diagnosis
Diagnosa dini harus diutamakan bila diinginkan angka
morbiditas dan mortilitas rendah bagi ibu dan anaknya. Walaupun
terjadinya preeklampsi sukar dicegah, namun preeklamsia berat
dan eklamsia biasanya dapat dihindarkan dengan mengenal secara
dini penyakit itu dan dengan penanganan secara sempurna.
Diagnosis diferntial antara preeklamsia dengan hipertensi
menahun atau penyakit ginjal tidak jarang menimbulkan kesukaran.
Pada hipertensi menahun adanya tekanan darah yang meninggi
sebelum hamil, pada kehamilan muda, atau 6 bulan postpartum
akan sangat berguna untuk membuat diagnosis. Pemeriksaan
fuduskopi juga berguna karena perdarahan dan eksudat jarang
ditemukan
pada
preeklamsia,
kelainan
tersebut
biasanya
menunjukkan hipertensi menahun. Untuk diagnosis penyakit ginjal
saat timbulnya proteinuria pada preeklampsi jarang timbul sebelum
trimester 3, sedang pada penyakit ginjal timbul lebih dahulu. Test
fungsi ginjal juga banyak berguna, pada umumnya fungsi ginjal
normal pada preeklampsi ringan. (Rukiyah, 2010).
18
c.
Etiologi
Menurut Mochtar (2007), Etiologi penyakit ini sampai saat ini
belum diketahui dengan pasti. Banyak teori-teori dikemukakan oleh
para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya. Oleh karena
itu disebut ”Penyakit teori”, namun belum ada yang memberikan
jawaban yang memuaskan. Teori yang sekarang dipakai sebagai
penyebab preeklamsia adalah teori ”iskemia plasenta”. Namun teori
ini belum dapat menerangkan semua hal yang bertalian dengan
penyakit ini. Teori yang dapat diterima haruslah dapat menerangkan
: (a) Mengapa frekuensi menjadi tinggi pada: primigravida,
kehamilan ganda, hidramnion,dan molahidatidosa; (b) Mengapa
frekuensi bertambah seiring dengan tuanya kehamilan ,umumnya
pada triwulan ke III; (c) Mengapa terjadi perbaikan keadaan
penyakit, bila terjadi kematian janin dalam kandungan; (d) Mengapa
frekuensi menjadi lebih rendah pada kehamilan berikutnya; dan (e)
Penyebab timbulnya hipertensi, proteinuria, edema dan konvulsi
sampai koma. Dari hal-hal tersebut diatas, jelaslah bahwa bukan
hanya satu faktor, melainkan banyak faktor yang menyebabkan preeklamsia dan eklamsia.
Adapun teori-teori yang dihubungkan dengan terjadinya
preeklamsia adalah :
1)
Peran prostasiklin dan tromboksan
Pada preeklamsia dan eklamsia didapatkan kerusakan
pada endotel vaskular, sehingga terjadi penurunan produksi
prostsiklin (PGI 2) yang pada kehamilan normal meningkat,
aktifasi pengumpulan dan fibrinolisis, yang kemudian akan
digant trombin dan plasmin, trombin akan mengkonsumsi anti
trombin III, sehingga terjadi deposit fibrin. Aktifasi trombosit
menyebabkan pelepasan tromboksan (TXA2) dan serotonin,
sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel. (Ai yeyeh
rukiah, 2010).
2)
Peran faktor imunologis
Menurut Rukiyah (2010), Preeklamsia sering terjadi
pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi pada kehamilan
19
berikutnya. Hal ini dapat ditererangkan bahwa pada kehamilan
pertama pembentukan blocking antibodies terhadap antigen
plasenta tidak sempurna, yang semakin sempurna pada
kehamilan berikutnya. Beberapa data yang mendukung adanya
sistem imun pada penderita PE-E, beberapa wanita dengan
PE-E mempunyai komplek imun dalam serum, beberapa studi
juga mendapatkan adanya aktifasi sistem komplemen pada PEE diikuti proteinuria.
3)
Faktor genetik
Beberapa bukti menunjukkan peran faktor genetik pada
kejadian PE-E antara lain : (1) preeklamsia hanya terjadi pada
manusia;
(2)
terdapatnya
kecenderungan
meningkatnya
frekuensi PE-E pada anak-anak dari ibu yang menderita PE-E;
(3) kecenderungan meningkatnya frekuensi PE-E pada anak
dan cucu ibu hamil dengan riwayat PE-E dan bukan pada ipar
mereka; (4) peran renin-angiotensin-aldosteron sistem (RAAS).
Yang jelas preeklamsia merupakan salah satu penyebab
kematian pada ibu hamil, disamping infeksi dan perdarahan,
Oleh sebab itu, bila ibu hamil ketahuan beresiko, terutama
sejak awal kehamilan, dokter kebidanan dan kandungan akan
memantau lebih ketat kondisi kehamilan tersebut.
Beberapa penelitian menyebutkan ada beberapa faktor
yang dapat menunjang terjadinya preeklamsia dan eklamsia.
Faktor-faktor tersebut antara lain, gizi buruk, kegemukan, dan
gangguan aliran darah kerahim. Faktor resiko terjadinya
preeklamsia, preeklamsia umumnya terjadi pada kehamilan
yang pertama kali, kehamilan di usia remaja dan kehamilan
pada wanita diatas usia 40 tahun. Faktor resiko yang lain
adalah riwayat tekanan darah tinggi yang kronis sebelum
kehamilan,
riwayat
mengalami
preeklamsia
sebelumnya,
riwayat preeklamsia pada ibu atau saudara perempuan,
kegemukan,mengandung lebih dari satu orang bayi, riwayat
kencing manis, kelainan ginjal, lupus atau rematoid artritis. (Ai
yeyeh rukiah, 2010).
20
d.
Patofisiologi
Menurut Mochtar (2007) Pada preeklamsia terjadi spasme
pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Pada biopsi
ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerolus. Pada beberapa
kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat
dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam
tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik, sebagai
usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi
jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan
edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan
dalam ruangan intertisial belum diketahui penyebabnya, mungkin
karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh
spasme arteriola sehingga terjadi perubahan glomerolus.
e.
Predisposisi (Rukiyah, 2010).
Wanita hamil cenderung dan mudah mengalami preeklamsia
bila terjadi faktor-faktor sebagai berikut :
1)
Nulipara
2)
Kehamilan Ganda
3)
Usia <20 tahun atau >35 tahun
4)
Riwayat preeklamsia pada kehamilan sebelumnya
5)
Riawayat pada keluarga pernah mengalami preeklamsia
6)
Penyakit ginjal, diabetes militus, dan hipertensi yang sudah ada
sebelum kehamilan
7)
f.
Obesitas
Perubahan Pada Organ Organ
Menurut Mochtar (2007) pada penderita preeklamasi dapat
terjadi perubahan pada organ-organ, antara lain :
1)
Otak
Pada preeklamsia aliran darah dan pemakaian oksigen
tetap dalam batas-batas normal. Pada eklamsia, resistensi
pembuluh darah meninggi, ini terjadi pula pada pembuluh darah
otak. Edema yang terjadi pada otak dapat menimbulkan
kelainan serebral dan gangguan visus, bahkan pada keadaan
lanjut dapat terjadi perdarahan.
21
2)
Plasenta dan rahim
Aliran darah menurun ke plasenta dan menyebabkan
gangguan plasenta, sehingga terjadi gangguan pertumbuhan
janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada
preeklamsia dan eklamsia sering terjadi peningkatan tonus
rahim dan kepekaanya terhadap rangsang, sehingga terjadi
partus prematus.
3)
Ginjal
Filtrasi glomerolus berkurang oleh karena aliran ke ginjal
menurun.
Hal
ini
menyebabkan
filtrasi
natrium
melalui
glomerolus menurun, sebagai akibatnya terjadilah retensi
garam dan air. Filtrasi glomerolus dapat turun sampai 50% dari
normal sehingga pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria dan
anuria.
4)
Paru-paru
Kematian ibu pada preeklamsia dan eklamsia biasanya
disebabkan oleh edema paru yang menimbulkan decompensasi
cordis. Bisa pula karena terjadinya aspirasi pnemonia, atau
abses paru. (Sarwono, 2010).
5)
Mata
Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme
pembuluh darah. Bila terdapat hal-hal tersebut, maka harus di
curigai terjadinya preeklamsia berat. Pada eklamsia dapat
terjadi ablasio retina yang disebabkan odema intra-okuler dan
merupakan salah satu indikasi untuk melakukan terminasi
kehamilan. Gejala lain yang dapat menunjukkan tanda preeklamsia
berat
adalah
adanya
skotoma,
diplopia,
dan
ambliopia. Hal ini disebabkan adanya perubahan peredaran
darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri,atau di dalam
retina. (Sarwono, 2010).
6)
Keseimbangan air dan elektrolit
Pada preeklamsia ringan biasanya tidak dijumpai
perubahan yang nyata pada metabolisme air, elektrolit,
kristaloit, dan protein serum. Jadi, tidak terjadi gangguan
22
keseimbangan elektrolit. Gula darah, kadar natrium bikarbonat
dan pH darah berada berada pada batas normal. Pada preeklamsia berat dan eklamsia, kadar gula darah naik sementara,
asam laktat dan asam organik lainya naik,sehingga cadangan
alkali akan turun. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh
kejang-kejang.
Setelah
konvulsi
selesai
zat-zat
organik
dioksidasi, dan dilepaskan natrium yang lalu bereaksi dengan
karbonik sehingga terbentuk natrium bikarbonat. Dengan
demikian
cadangan
alkali
dapat
kembali
pulih
normal.
(Sarwono, 2010).
g.
Tanda dan Gejala Preeklamsia Berat
1)
Tekanan darah sistolik >160 mmHg dan Tekanan darah
diastolik >110 mmHg
h.
2)
Peningkatan kadar enzim hati atau/dan ikterus
3)
Trombosit <100.000/mm3
4)
Oliguria <400 ml/24 jam
5)
Proteinuria >3 gr/liter
6)
Nyeri epigastrum
7)
Skotoma dan gangguan visus lain atau nyeri frontal yang berat
8)
Perdarahan retina
9)
Odem pulmonum. (Sarwono, 2010).
Penanganan Preeklamsia Berat
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejalagejala preklamsia berat selama perawatan dibagi menjadi :
1)
Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi
ditambah pengobatan medicinal.
2)
Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan
ditambah pengobatan medicinal.
a)
Perawatan Aktif, sedapat mungkin sebelum perawatan aktif
pada
setiap
penderita
dilakukan
pemeriksaan
fetal
assessment yakni pemeriksaan Nonstress test (NST) dan
Ultrasonografi (USG), dengan indikasi :
Ibu : usia kehamilan 37 minggu atau lebih, adanya tandatanda atau gejala impending eklamsia, kegagalan terapi
23
konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi
kenaikan desakan 24 jam perawatan medicinal, ada gejalagejala status duo ( tidak ada perbaikan ).
Janin : hasil fetal assessment jelek ( NST & USG ) : adanya
tanda Intra Uterine Growt Retardation (IUGR)
Hasil Laboratorium : adanya “HELP Syndrome” (hemolisis
dan peningkatan fungsi hepar, trombositopenia.
b)
Pengobatan medisinal pasien preeklamsia berat (dilakukan
di rumah sakit dan atas instruksi dokter), yaitu : segera
masuk rumah sakit, tirah baring miring ke satu, tanda vital
diperiksa setiap 30 menit, refleks patela setiap jam, infus
dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL
(60-125 cc/jam), berikan antasidan, diet cukup protein,
rendah karbohidrat, lemak, garam, pemberian obat anti
kejang : MgSO4, diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada
tanda-tanda edema paru, payah jantung kongesif atau
edema anasrka. Diberikan furosemid injeksi 40 mg/IM.
c)
Antihipertensi diberikan bila : tekanan darah sistolik labih
dari 180 mmHg, diastolik lebih dari 110 mmHg atau
3)
Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya, dapat
diberikan obat-obat antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu),
catapres injeksi. Dosis yang biasa dipakai 5 ampul dalam 500cc
cairan infus atau press disesuaikan dengan tekanan darah.
4)
Bila tidak tersedia anti hipertensi parenteral dapat diberikan
tablet anti hipertensi secara sublingual diulang selang 1 jam,
maksimal 4-5 kali. Bersama dengan awal pemberian sublingual
maka obat yang sama mulai diberikan secara oral (Syakib
Bakri,1997)
5)
Pengobatan jantung jika ada indikasinya yakni ada tanda –
tanda menjurus payah jantung, diberikan digitalis cepat dengan
cedilanid D.
6)
Lain-lain : konsul bagian penyakit dalam/jantung, mata; obatobat antipiretik diberikan bila suhu rectal lebih 38,5 0c dapat
dibantu dengan pemberian kompres dingin atau alkohol atau
24
xylomidon 2cc IM; antibiotik diberikan atas indikasi. Diberikan
ampicilin 1 gr/6jam/IV/hari; anti nyeri bila penderita kesakitan
atau gelisah karena kontraksi uterus. Dapat diberikan petidin
HCL 50-75 mg sekali saja, selambat-lambatnya 2 jam sebelum
janin lahir. (Sarwono, 2010).
i.
Protab Penanganan Awal Preeklamsia Berat
1)
Dosis awal yaitu 10ml MgSo4 40% (4gr) IV selama 10 menit
2)
Dosis pemeliharaan yaitu segera lanjutkan dengan 15ml
MgSo4 40% (6gr) dalam larutan RL atau D5 2:1 selama 6 jam
(Sarwono, 2005).
B. Teori Manajemen Kebidanan
1.
Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan
dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu
keputusan berfokus pada klien (Varney, 2007).
Proses manajemen terdiri dari 7 langkah yang berurutan dimana
setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan
pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ke tujuh
langkah
tersebut
membentuk
suatu
kerangka
lengkap
yang
diaplikasikan dalam situasi apapun. Akan tetapi setiap langkah dapat
diuraikan lagi menjadi lebih langkah-langkah yang lebih rinci bisa
berubah sesuai dengan kebutuhan pasien. Ke tujuh langkah tersebut
adalah :
a.
Langkah I
Pada
: Pengkajian Data
langkah
ini
dilakukan
pengkajian
dengan
mengumpulkan semua data yang di perlukan untuk mengevaluasi
keadaan klien secara lengkap, yaitu :
1)
Riwayat kesehatan
2)
Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya
3)
Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya
25
4)
Meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan
hasil studi
b.
Langkah II
: Interpretasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap
diagnosis
atau
masalah
dan
kebutuhan
klien
berdasarkan
interpretasi data yang benar atas dasar data-data yang telah
dikumpulkan.
c.
Langkah III
: Mengidentifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosis
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang
telah di identifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien.
Masalah potensial yang mungkin terjadi pada ibu adalah eklamsia.
d.
Langkah IV
: Mengidentifikasi Tindakan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan/ dokter
untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
e.
Langkah V
: Menyusun Rencana Tindakan
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh,
ditentukan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi atau data
dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
f.
Langkah VI
: Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di
langkah kelima harus dilaksanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi dari klien, atau
anggota tim kesehatan lainnya.
g.
Langkah VII
: Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan
apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosis.
26
Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif
dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagai rencana
tersebut lebih efektif sedang sebagian belum efektif. (Soepardan,
2008).
2.
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)
Menurut Helen Varney, alur berpikir bidan saat menghadapi klien
meliputi tujuh langkah, agar diketahui orang lain apa yang telah
dilakukan oleh seorang bidan melalui proses berfikir sistematis, maka
dilakukan pendokumentasian dalam bentuk SOAP yatu :
a.
Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan
data klien dan keluarga melalui anamnese sebagai langkah I
Varney.
b.
Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik
klien, hasil laboratorium dan diagnostik lain yang dirumuskan dalam
data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney .
c.
Analisa data
Menggambarkan
pendokumentasian
hasil
analisa
dan
interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi
diagnosa/
masalah,
antisipasi
diagnosa/
masalah
potensial,
perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultan/
kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah 2, 3, dan 4 Varney.
d.
Penatalaksanaan
Menggambarkan
pendokumentasian
dari
perencanaan,
tindakan implementasi (I) dan evaluasi (E) berdasarkan analisa
sebagai langkah 5, 6, 7 Varney. (Soepardan, 2008).
C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Preeklamsia Berat
Proses manajemen terdiri dari 7 langkah yang berurutan dimana
setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan
pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ke tujuh langkah
tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang diaplikasikan dalam
situasi apapun. Akan tetapi setiap langkah dapat diuraikan lagi menjadi lebih
27
langkah-langkah yang lebih rinci bisa berubah sesuai dengan kebutuhan
pasien. (Rukiyah, 2009).
a.
Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data
klien dan keluarga melalui anamnese sebagai langkah I Varney. Hasil
anamnese yaitu pasien mengeluh nyeri kepala menetap, gangguan
penglihatan, dan nyeri ulu hati (Varney, 2007).
b.
Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik
klien, hasil laboratorium dan diagnostik lain yang dirumuskan dalam data
fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney .
a)
Pemeriksaan fisik umum
b)
Pemeriksaan penunjang,data ini akan memberikan bukti gejala
klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis.
Hasil Pemeriksaan
a)
Pemeriksaan fisik secara umum: Dalam keadaan normal tekanan
darah dalam kehamilan trimester terakhir sistolik tidak melebihi
140 mmHg, dan diastolik tidak melebihi 90 mmHg. Bila terdapat
tekanan darah melebihi diatas maka kemungkinan adanya
preeklamsia (Marmi dkk, 2011).
b)
Pemeriksaan penunjang: Dalam pemeriksaan penunjang ibu hamil
dengan preeklamsia dilakukan pemeriksaan laboratorium yang
meliputi pemeriksaan proteinuria serta pengambilan sampel darah
untuk pemeriksaan trombosit. Selain itu dilakukan pemeriksaan
fungsi hati (SGPT/ SGOT). Pada ibu hamil dengan preeklamsia
berat dan pemeriksaan fungsi ginjal untuk mengetahui serum
kreatinin dan serum asam urat (Varney, 2007). Pemeriksaan USG
lebih awal (25-28 minggu) juga diperlukan untuk menilai
pertumbuhan
janin
serta
mengetahui
kesejahteraan
janin
(Kurniawati, 2009).
c.
Analisa data
Menggambarkan
pendokumentasian
hasil
analisa
dan
interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi diagnosa/
masalah, antisipasi diagnosa/ masalah potensial, perlunya tindakan
28
segera oleh bidan atau dokter, konsultan/ kolaborasi dan atau rujukan
sebagai langkah 2, 3, dan 4 Varney. Data dasar yang sudah
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau
diagnosa yang spesifik. diagnosa yang di tegakkan bidan dalam lingkup
praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa
kebidanan. Pada laporan akhir ini diagnosis yang dapat ditegakkan
adalah G5P4A0 hamil 28 minggu dengan Preeklamsia Berat. Diagnosis
dapat ditegakkan dari data-data yang diperoleh saat pengumpulan data.
Pada kasus ibu hamil dengan pre-eklampsia diagnosis potensial
yang didapat adalah kemungkinan terjadinya eklampsia (Yulianingsih,
2009). Antisipasi yang dilakukan oleh bidan adalah observasi tekanan
darah setiap satu jam serta menganjurkan ibu untuk bedrest dengan
posisi tidur miring ke kiri (Varney, 2007).
d.
Penatalaksanaan
Menurut Walyani (2015), bahwa penatalaksanaan merupakan
rencana dan tindakan yang akan diberikan termasuk asuhan mandiri,
kolaborasi, tes diagnosis atau laboratorium serta konseling untuk tindak
lanjut.
Penatalaksanaanya :
1.
Memberitahu
ibu
hasil
pemeriksaan
bahwa
ibu
mengalami
preeklamsia berat
2.
Mengobservasi keadaan umum dan produksi urine ibu.
3.
Mengobservasi Vital Sign ibu, terutama tekanan darah tiap jam.
4.
Memposisikan ibu yang nyaman, yaitu tidur miring ke kiri.
5.
Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi anti hipertensi,
anti kejang dan infus RL.
6.
Berkolaborasi dengan laboratorium untuk pemeriksaan darah
lengkap dan proteinuria.
7.
Berkolaborasi dengan bagian radiologi untuk dilakukan USG.
8.
Berkolaborasi dengan tim gizi untuk pemberian diet makanan.
Evaluasi :
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah
benar-benar telah dipenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana
29
rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif
dalam pelaksanaannya (Varney, 2007).
Evaluasi atau hasil yang diharapkan dari asuhan ibu hamil dengan
preeklamsia adalah tekanan darah menurun, pemeriksaan laboratorium
mengindikasikan perbaikan penyakit, dan janin dalam keadaan baik
(Varney, 2007).
Alur pikir bidan
Pencatatan dari Asuhan Kebidanan
Dokumentasi Kebidanan
Proses Manajemen kebidanan
7 Langkah Varney
5 langkah
kompetensi bidan
Pengumpulan data dasar
Data
Interprestasi data dasar
Mengidentifikasi masalah
atau diagnose potensial
Mengidentifikasi dan
menetapkan kebutuhan
yang memerlukan
penanganan segera
SOAP NOTES
Subjektif Objektif
Assessmen tatau
diagnosis
Analisa Data
Penatalaksanan:
Konsul
Merencanaka nasuhan
yang komprehensif atau
menyeluruh
Perencanaan
Melaksanakan
perencanaan dan
pelaksanaan
Pelaksanaan
Evaluasi
Evaluasi
Tes diagnostik/Lab
Rujukan
Pendidikan/Konselin
g
Followup
Gambar 2.1 : Bagan skema langkah-langkah proses manajemen
30
D. Kewenangan Bidan Atau Landasan Hukum
Permenkes
No.1464/Menkes/per/X/2010
berdasarkan
Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010
tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan, kewenangan yang dimiliki
bidan meliputi :
Pasal 9
Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan
pelayanan yang meliputi :
1.
Pelayanan kesehatan ibu
2.
Pelayanan kesehatan anak
3.
Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
Kewenangan bidan dalam memberikan pelayanan pada ibu hamil telah
disebutkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.900/Menkes/SK/VII/2002 Pasal 15 dan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 Pasal 13 yaitu : asuhan
antenatal terintegrasi dilakukan dibawah supervise dokter. Jadi, untuk
pelayanan pada ibu hamil patologi dengan preeklamsia berat dilakukan
sistem kolaborasi. ( Novvi Karlina, 2014).
E. Tinjauan Islam Tentang Kehamilan
Kehamilan
adalah
merupakan
suatu
proses
merantai
yang
berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi pelepasan sel telur, migrasi
spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi)
pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi
sampai aterm (Manuaba, 2010). Ada beberapa tanda bahaya dalam
kehamilan, salah satunya adalah bengkak pada muka dan tangan, disertai
sakit kepala hebat dan pandanga mata kabur. Hal ini merupakan tanda
preeklamsia. (Sarwono, 2010).
Dalam hal ini preeklamsia merupakan penyakit dalam kehamilan yang
membuat ibu hamil merasa lemah. Hampir semua organ reproduksi maupun
organ lainnya mengalami perubahan dan semua itu membuat wanita hamil
merasa tidak nyaman. Maka telah dijelaskan dalam surah Luqman ayat 14
yang berbunyi :
31
Artinya : Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada
dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan
lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu.
Maka makna yang dikaitkan dengan kasus diatas bahwa ibu hamil
yang menderita preeklamsia berat itu akan merasa lemah yang bertambah,
karena hampir semua organ reproduksi dan organ lainnya mengalami
perubahan dan semua itu membuat ibu hamil yang menderita preeklamsia
menjadi tidak nyaman.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran Surah Al-Luqman Ayat 14
Admin. (2010). Asuhan Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Nuha Medika
Dinkes Kota Tasikmalaya.(2015). Angka Kematian Ibu. Tasikmalaya : Dinkes
Astuti, Hutari Puji. (2012). Asuhan Kebidanan Ibu I (Kehamilan).Yogyakarta :
Rohima Press
Kemenkes RI. (2014). Angka Kematian Ibu. Jakarta : Kemenkes RI
Kusmiyati Yuni, Wahyuningsih Heni Puji, Sujiyatini (2009). Perawatan Ibu Hamil
(Asuhan Ibu Hamil). Yogyakarta : Fitramaya
Manuaba, I,G,B. (2007). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana. Jakarta : EGC
Manuaba, I.B. (2010). Buku Ajar Obstetri Patologi. Jakarta : EGC
Mochtar, R. (2007). Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC
Karima, Nurulia Muthi dkk. (2013). Hubungan Faktor Risiko dengan Kejadian
Pre-Eklampsia Berat di RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Karlina, Novvi, dkk. (2014). Etikolegal Dalam Praktik Kebidanan. Jakarta : IN
MEDIA
Nugroho, T. (2012). Obsgyn dan Ginekologi Untuk Kebidanan Dan Keperawatan.
Yogyakarta : Nuha Medika
Prawirohardjo, S. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP.
Rianto, agus.(2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogjakarta :
Nuha Medika
Robson, Elizabeth S dan Jason Waugh. (2012). Patologi Pada Kehamilan.
Jakarta : EGC
Rozikhan. (2007). Faktor-Faktor Risiko Terjadinya Preeklampsia Berat Di Rumah
Sakit Dr. H. Soewondo Kendal.
Rukiyah, Ai Yeyeh. (2010).AsuhanKebidananIV Patologi.Jakarta : TIM
Rukiyah, Lia Yulianti. Dkk. (2009).AsuhanKebidanan1Kehamilan.Jakarta : TIM
Saiffudin. (2006). Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo
Sarwono. (2012). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka
Sarwono. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka
Sarwono. (2006). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka
52
53
Sulistyawati, Ari. (2013). Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta :
Salemba Medika
Varney. (2007). Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC
Tasikmalaya, RSUD. (2015). Jumlah Ibu Hamil Dan Jumlah Ibu Hamil Dengan
Preeklamsia Berat. Tasikmalaya : RSUD
Tresnawati, F. (2012). Asuhan Kebidanan. Jakarta : PT Prestasi Pustaka Raya
Trijatmo, Rachimhadhi. (2007). Preeklamsia Dan Eklamsia, Dalam : Buku Ilmu
Kebidanan, Sarwono Prawirohardjo. Jakarta : YBPSP
Walyani, ES. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta : Pustaka
Baru Press
Wiknjosastro, H. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
WHO. (2015). Maternal Mortality Rate Are Down 44% Since 1990-UN. New York:
tersedia dalam http://www.who.int [diakses pada 20 April 2016].
Download