ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN PREEKLAMSIA BERAT DI RSUD dr. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan Oleh : PIPIT NURAFIFAH KHALILAH NIM. 13DB277029 PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016 ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN PREEKLAMSIA BERAT DI RSUD dr. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA1 Pipit Nurafifah Khalilah2Hani Septiani3Heni Heryani4 INTISARI Preeklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria akibat kehamilan, setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Preeklamsia diklasifikasikan kedalam penyakit hipertensi yang disebabkan karena kehamilan. Penyebab dari kelainan ini masih kurang dimengerti. Kejadian preeklamsia dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko preeklamsia meliputi status primigravida (kehamilan pertama), kehamilan kembar, diabetes, hipertensi yang telah ada sebelumnya, preeklamsia pada kehamilan sebelumnya, riwayat preeklamsia dalam keluarga. Preeklamsia merupakan salah satu penyebab utama kematian maternal di Indonesia. Tujuan penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada kehamilan dengan preeklamsia berat dengan menggunakan pendekatan proses manajemen kebidanan. Asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan preeklamsia berat ini dilakukan selama 6 hari dari tanggal 9 April 2016 sampai dengan 15 April 2016 di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya. Dari hasil penyusunan laporan tugas akhir ini mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata dalam pembuatan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan preeklamsia berat. Hasilnya keadaan ibu membaik dan tekanan darah ibu mulai stabil namun masih perlu pemantauan. Oleh karena itu, diperlukan suatu pencegahan yakni dengan memberikan makanan yang rendah garam. Kesimpulan dari hasil pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan preeklamsia berat di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya dilaksanakan cukup baik. Kata Kunci : Preeklamsia Berat Kepustakaan : 22 buku (2005-2015), 2 jurnal, 1 website Halaman : i-xi, 53 halaman, 11 lampiran 1 Judul Penulisan Ilmiah2Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis 3Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis4Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan adalah merupakan suatu proses merantai yang berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi pelepasan sel telur, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. (Manuaba, 2010). Ada beberapa tanda bahaya dalam kehamilan, salah satunya adalah bengkak pada muka dan tangan, disertai sakit kepala hebat dan pandanga mata kabur. Hal ini merupakan tanda preeklamsia. (Sarwono, 2010). Preeklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria akibat kehamilan, setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Penyebab terjadinya preeklampsia tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja, melainkan banyak faktor yang menyebabkan terjadinya preeklamsia dan eklamsia (multiple causation). Diabetes melitus, mola hidatidosa, kehamilan ganda, hidrops fetalis, umur lebih dari 35 tahun dan obesitas merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya preeklamsia (Trijatmo, 2007). Salah satu penyebab kematian pada ibu hamil adalah preeklamsia berat. Preeklamsia/eklamsia merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal di Indonesia. Kejadian preeklamsia dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko preeklamsia meliputi status primigravida (kehamilan pertama), kehamilan kembar, diabetes, hipertensi yang telah ada sebelumnya, preeklamsia pada kehamilan sebelumnya, riwayat preeklamsia dalam keluarga (Linda J. Heffner, Danny J. Schust, 2005). Angka kematian ibu (AKI) merupakan barometer pelayanan kesehatan suatu Negara. Berdasarkan pengamatan World Health Organization (WHO), di tahun 2015 setiap hari sekitar 830 perempuan meninggal karena komplikasi kehamilan dan kelahiran anak. Penyebab utama kematian adalah perdarahan, hipertensi, infeksi, dan penyebab tidak langsung, sebagian 1 2 besar karena interaksi antara kondisi medis yang sudah ada sebelumnya dan saat kehamilan. Dari 830 kasus kematian ibu setiap hari, 550 terjadi di sub-Sahara Afrika dan 180 di Asia Selatan, dibandingkan dengan 5 di negara-negara maju. ( WHO, 2015 ). Berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2012, angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih sangat tinggi. AKI dari 228 pada 2007 menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2013 sedangkan target yang ingin di capai Pemerintah dalam menurunkan AKI pada tahun 2015 yang merupakan sasaran Millenium Development Goals (MDG’s) yaitu AKI sebesar 102/100.000 kelahiran hidup. (Kemenkes, 2014). Pemerintah telah mencanangkan peningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir untuk menurunkan angka kematian ibu. Pada ibu hamil yang memiliki resiko tinggi jelas membutuhkan fasilitas kesehatan yang memadai, maka ibu hamil harus berada di tempat yang dekat dengan fasilitas kesehatan beberapa hari sebelum proses persalinan (Admin, 2010). Laporan MDG’s (Millenium Development Goals) 2007, disebutkan ada tiga solusi yang dianggap paling efektif untuk menekan AKI, yakni pelayanan antenatal, persalinan oleh tenaga kesehatan, dan pelayanan dasar dan komprehensif. Dari ketiga solusi tersebut, pelayanan antenatal memiliki peran yang signifikan untuk menekan AKI, karena pelayanan antenatal (ANC) merupakan tahap awal pencegahan terjadinya kematian ibu (Depkes RI, 2010). Menurut Sarwono (2006) angka kematian ibu dapat diturunkan bila ibu hamil melakukan antenatal care (ANC). Asuhan antenatal mempunyai tujuan yaitu memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi, mengenali secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil. Angka Kematian Ibu (AKI) di provinsi Jawa Barat mencapai 758 per 100.000 kelahiran hidup dengan penyebab kematian perdarahan (31,7%) Hipertensi dalam kehamilan (29,3%) Infeksi (5,6%) Partus lama (0,64%) Abortus (0,12%) Lain – lain (32,5%). (Pogi Jabar, 2013). 3 Berdasarkan pemantauan rutin Dinkes Kota Tasikmalaya bahwa jumlah angka kematian ibu di wilayah Kota Tasikmalaya mengalami turun naik dari tahun ke tahun. Pada tahun 2015 penyebab utama AKI sebanyak 20 kasus, sedangkan untuk kasus preeklamsia berat pada tahun 2015 sebanyak 269 orang. (Dinkes Tasikmalaya, 2016). Menurut data ANC tahun 2015 di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya, kunjungan ibu hamil mencapai 1293 ibu hamil. Sedangkan data ibu hamil yang mengalami komplikasi preeklamsia berat sebanyak 169 orang ibu hamil. (RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya, 2016). Kehamilan dengan preeklamsia adalah kehamilan yang ditandai dengan adanya hipertensi, proteinuria dan edema yang timbul selama kehamilan atau sampai 48 jam postpartum. Preeklamsia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu primigravida atau >10 tahun sejak kelahiran terakhir, kelahiran pertama dengan pasangan yang baru, riwayat preeklamsia sebelumnya, riwayat keluarga dengan preeklamsia, kehamilan kembar tertentu, adanya proteinuria, umur >40 tahun, dan obesitas. Perempuan yang memiliki banyak faktor dengan riwayat penyakit yang buruk dan sebelumnya mengalami preeklamsia sejak dini meningkatkan resiko 20%. (Robson dan Jason,2012). Menurut hasil penelitian Rozikhan (2007), yang berjudul faktor-faktor risiko terjadinya preeklamsia berat di rumah sakit dr. h. soewondo kendal yang dilakukan di Rumah Sakit Dr. H. Soewondo Kendal di dapatkan faktorfaktor risiko yang mempengaruhi terjadinya preeklamsia berat seperti umur, paritas dan riwayat hipertensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur < 20 tahun angka kejadian preeklamsia berat sebesar 12 (75,0%) dari 16 ibu hamil dan usia > 35 tahun angka kejadian preeklamsia berat sebesar 10 (76,9%) dari 13 ibu hamil. Sedangkan pada usia 20-35 tahun angka kejadian preeklamsia berat sebesar 78 (45,6%) dari 171 ibu hamil, dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ibu hamil dengan usia < 20 tahun dan > 35 tahun cenderung mengalami preeklamsia berat lebih besar. Dan hasil penelitian Nurulia, Rizanda, Yusrawati (2013), yang berjudul Hubungan Faktor Risiko dengan Kejadian Pre-Eklampsia Berat di RSUP Dr. M. Djamil Padang bahwa proporsi primigravida yang menderita preeklamsia 1,52 kali lebih banyak daripada primigravida yang tidakk preeklamsia. 4 Proporsi ibu yang berusia dalam kategori usia resiko tinggi (< 20 tahun dan > 35 tahun) dan menderita preeklamsia 4,43 kali lebih banyak daripada yang tidak menderita preeklamsia. Setelah dilakukan analisis melalui uji chi square, disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status gravida dan usia ibu dengan kejadian preeklamsia (p < 0,05). Belum ada kesepakatan dalam strategi pencegahan preeklampsi terutama preeklamsia berat (PEB). Beberapa penelitian menunjukkan pendekatan nutrisi (diet rendah garam, diet tinggi protein, suplemen kalsium, magnesium) atau medikamentosa (teofilin, antihipertensi, diuretic, aspirin) dapat mengurangi kemungkinan timbulnya preeklampsi. Dalam hal ini preeklamsia merupakan penyakit dalam kehamilan yang membuat wanita hamil menjadi merasa lemah, maka hal tersebut sebagaimana dijelaskan dalam al-Quran surat Luqman ayat 14 yang berbunyi : Artinya : Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Maka makna yang dikaitkan dengan kasus diatas bahwa ibu hamil yang menderita preeklamsia berat itu akan merasa lemah yang bertambah, karena hampir semua organ reproduksi dan organ lainnya mengalami perubahan dan semua itu membuat ibu hamil yang menderita preeklamsia menjadi tidak nyaman. Berdasarkan dari uraian di atas penulis tertarik untuk mengambil studi kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Preeklamsia Berat di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan data diatas, maka penulis membuat suatu rumusan masalah sebagai berikut “ Bagaimana Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil G5P4A0 Dengan Preeklamsia Berat di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya ?“ 5 C. Tujuan 1. Tujuan Umum Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil G5P4Ao dengan preeklamsia berat di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya, secara mandiri dan berkolaborasi dengan pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney dan didokumentasikan dalam bentuk SOAP. 2. Tujuan Khusus a. Melakukan pengumpulan data pada ibu hamil G5P4A0 dengan preeklamsia berat b. Melakukan interpretasi data serta merumuskan diagnosa kebidanan dengan masalah pada ibu hamil G5P4A0 dengan preeklamsia berat c. Mengiidentifikasikan diagnosa potensial atau masalah ibu hamil G5P4A0 dengan preeklamsia berat d. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera pada ibu hamil G5P4A0 dengan preeklamsia berat e. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada ibu hamil G5P4A0 dengan preeklamsia berat f. Melaksanakan perencanaan secara efisien dan aman pada ibu hamil G5P4A0 dengan preeklamsia berat g. Mengevaluasi pada penatalaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil G5P4A0 dengan preeklamsia berat D. Manfaat 1. Bagi Ibu Dengan melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil, ibu dapat melewati persalinan tanpa terjadi komplikasi, melahirkan bayi dengan sehat. 2. Bagi Lahan Praktik Dapat mempertahankan semua pelayanan yang sudah maksimal dan meningkatkan pelayanan kebidanan pada klien, sehingga klien dapat merasa puas dan senang atas pelayanan yang telah diberikan 6 3. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan menghasilkan lulusan bidan yang profesional dan mandiri, juga sebagai penambah bahan kepustakaan yang dapat di jadikan studi banding bagi studi kasus selanjutnya komprehensif. mengenai pendokumentasian kebidanan secara BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Teori 1. Kehamilan a. Definisi Kehamilan adalah merupakan suatu proses merantai yang berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi pelepasan sel telur, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2010). b. Pembagian Kehamilan Kehamilan dibagi menjadi tiga triwulan yaitu triwulan pertama (0 sampai 12 minggu), triwulan kedua (13 samapi 28 minggu), dan triwulan ketiga (29 sampai 42 minggu). (Manuaba, 2010). c. Tanda dan Gejala Kehamilan Tanda dan gejala kehamilan menurut Sarwono Prawirohardjo (2010) dibagi menjadi 3 bagian, yaitu : 1) Tanda Tidak Pasti/ Tanda Presumtif a) Amenore (Tidak datang bulan) Setelah ovum dikeluarkan dari folikel deGraf matang di ovarium, maka folikel ini akan berubah menjadi korpus luteum yang berperan dalam siklus menstruasi dan mengalami degenerasi setelah terjadinya menstruasi. Bila ovum dibuahi oleh spermatozoa maka korpus luteum akan dipertahankan oleh korionik gonadotropin yang dihasilkan oleh sinsiotrofoblas di sekitar blastokis menjadi korpus luteus kehamilan. Kehamilan menyebabkan dinding dalam uterus (endometrium) tidak dilepaskan sehingga amenore dianggap sebagai tanda kehamilan, namun tidak datang haid dapat juga terjadi pada wanita dengan penyakit kronik, tumor hipofise, perubahan faktor-faktor lingkungan, malnutrisi dan (yang paling sering) gangguan emosional terutama pada mereka yang tidak ingin hamil atau malahan 7 8 mereka yang sangat ingin hamil (dikenal dengan pseudocyesis atau hamil semu. (Rukiyah, 2009). b) Mual dan Muntah (emesis) Pengaruh estrogen dan progesterone menyebabkan pengeluaran asam lambung yang berlebihan. Mual dan muntah terutama pada pagi hari yang dissebut morning sickness. Akibat mual dan muntah dapat mengurangi nafsu makan. Mual dan muntah tidak dapat dikatakan sebagai tanda pasti kehamilan karena penyakit metabolik lain dapat pula menimbulkan gejala yang serupa. Emesis pada kehamilan digolongkan normal apabila terjadinya tidak lebih dari trimester pertama. (Rukiyah, 2009). c) Payudara tegang. Konsentrasi tinggi estrogen dan progesteron yang dihasilkan oleh plasenta menimbulkan perubahan pada payudara (tegang dan membesar) serta somatomatrofin menimbulkan defosit lemak, air, garam pada payudara. Namun payudara yang tegang dan membesar juga dapat terjadi pada wanita pengguna kontrasepsi hormonal, penderita tumor otak atau ovarium, pengguna rutin obat penenang, dan hamil semu (pseudocyesis). (Rukiyah, 2009). d) Pigmentasi Kulit Efek stimulasi melanosit yang peningkatan hormon estrogen dan dipicu oleh progesteron menyebabkan pigmentasi kulit pada area wajah (dahi, hidung, pipi, dan leher) yang disebut dengan chloasma gravidarum. Pada dinding perut dinamakan (striae lividae, striae nigra, linea alba makin hitam), dan sekitar payudara (hiperpigmentasi areola mamae). Area atau daerah kulit yang mengalami hiperpigmentasi akan kembali menjadi normal setelah kehamilan berakhir. Pengecualian terjadi pada striae dimana area hiperpigmentasi akan memudar 9 tetapi guratan pada kulit akan menetap dan berwarna putih keperakan. (Rukiyah, 2009). e) Rasa lelah (fatigue) Kondisi ini disebabkan oleh menurunnya Basal Metabolic Rate (BMR) dalam trimester pertama kehamilan. (Rukiyah, 2009). f) Sering Miksi Desakan uterus yang semakin besar mengarah kedepan menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh dan sering miksi. (Rukiyah, 2009). g) Konstipasi dan Obstipasi Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus menyebabkan kesulitan dalam buang air besar. Konstipasi juga dapat disebabkan pola makan. (Rukiyah, 2009). h) Ngidam Wanita tertentu, hamil keinginan sering yang menginginkan demikian disebut makanan ngidam. (Rukiyah, 2009). i) Pingsan Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan sinkop atau pingsan. Keadaan ini akan menghilang setelah usia kehamilan 16 minggu. (Rukiyah, 2009). j) Pigmentasi kulit. Keluarnya melanophore stimulating hormone hipofisis anterior menyebabkan pigmentasi kulit di sekitar pipi (kloasma gravidarum), pada dinding perut (strie livide, strie nigra, linea alba makin hitam), dan di sekitar payudara (hiperpregmentasi areola mamae, puting susu makin menonjol, kelenjar Montgomery menonjol, pembuluh darah manifes sekitar payudara). (Manuaba, 2010). 10 k) Epulis. Hipertropi gusi yang disebut epulis, dapat terjadi bila hamil. (Rukiyah, 2009). l) Varises atau penampakan pembuluh darah vena. Karena pengaruh estrogen dan progesteron terjadi penampakan pembuluh darah vena, terutama bagi mereka yang mempunyai bakat. Penampakan pembuluh darah itu terjadi di sekitar genetalia eksterna, kaki, betis, dan payudara. Penampakan pembuluh darah ini dapat menghilang setelah persalian. (Sarwono, 2008). 2) Tanda Kemungkinan Hamil. (Sarwono, 2010). a) Rahim membesar Terjadi perubahan bentuk, besar dan konsistensi rahim. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa uterus membesar dan makin lama makin bundar bentuknya. b) Reaksi Kehamilan Positif Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui kadar hormone hCG (chorionic gonadotropin) dalam urine. c) Tanda Piscasecks Yaitu pembesaran uterus kesalah satu arah sehingga menonjol jelas kearah pembesaran tersebut. d) Goodell sign Jika dilakukan pemeriksaan palpasi diperut dengan cara menggoyang-goyangkan disalah satu sisi, maka akan terasa pantulan disisi lain (tanda hegar). Konsistensi rahin dalam kehamilan berubah menjadi lunak, terutama daerah ismus. e) Braton Hicks Bila uterus dirangsang akan mudah berkonsentrasi. f) Tanda Chadwiks Yaitu dinding vagina yang mengalami kongesti, atau warna kebiru-biruan. 11 3) Tanda Pasti Hamil. (Rukiyah, 2009). Digunakan untuk menegakkan diagnosa pada kehamilan. a) Terasa gerakan janin Pada primigravida mulai terasa pada usia kehamilan 18 minggu dan multigravida terasa pada usia kehamilan 16 minggu. b) Teraba bagian-bagian janin Yaitu pemeriksaan dengan cara palpasi menurut Leopold pada akhir trimester ke II c) DJJ (Denyut jantung Janin), dapat didengar dengan: (1) Fetal electrocardiograph pada kehamilan 12 minggu (2) System Doppler pada kehamilan 12 minggu (3) Stetoskop linec pada kehamilan 18-20 minggu. d) Pada pemeriksan dengan USG dapat terlihat gambaran janin berupa kantong janin, panjang janin, dan diameter biparietalis hingga dapat diperkirakan tuanya kehamilan. d. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil (Ari Sulistyawati, 2013). 1) Kebutuhan Nutrisi Wanita hamil harus betul-betul mendapat perhatian susunan dietnya, terutama mengenai jumlah kalori, protein yang berguna untuk pertumbuhan janin dan kesehatan Ibu. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan anemia, abortus, partus prasmaturus, inersia uteri, perdarahan pasca salin, sepsis puerpueralis dan lain-lain. Sedangkan makanan berlebihan dapat menyebabkan gemuk. Preeklamsi janin besar dan lain-lain. Ibu perlu minum 6-8 gelas cairan sehari. Peningkatan kalori yang dibutuhkan oleh ibu hamil adalah 285 kalori / hari. Makanan yang di kosumsi harus banyak mengandung protein dan diberikan FE (SF 200 mg 3 x sehari). Makanan yang seimbang harus mengandung unsur sumber energi, sumber pembangun dan sumber pengatur. a) Sumber Energi WHO menganjurkan jumlah tambahan energi sebesar 150 kkl sehari pada trimester I, 350 kkl sehari 12 pada trimester II dan III. Sekitar 60% dari seluruh kalori yang diperlukan oleh ibu hamil berasal dari karbohidrat. Sedangkan ibu hamil dianjurkan mengkomsumsi makanan yang mengandung lemak, tidak lebih dari 20% dari seluruh kebutuhan kalori per hari. Kebutuhan kalori bagi ibu hamil sebanyak 15% dari seluruh kalori yang berasal dari protein. b) Sumber Pembangun. Kebutuhan protein akan ibu hamil meningkat sampai 68%. Jumlah protein yang harus tersedia sampai pada akhir kehamilan diperkirakan sebanyak 925 gram yang tertimbun dalam jaringan ibu, plasenta suta janin. Asupan protein tambahan pada ibu hamil sebesar 30 gram sehari. c) Sumber Pengatur. (1) Kebutuhan zat besi selama kehamilan sekitar 1000 mg dimana 500 mg ditransfer ke janin, 300mg untuk ibu dan 200 mg hilang karena ekskresi. Rata-rata kebutuhan zat besi sehari adalah 7 mg. Pemberian suplemen zat besi kepada ibu hamil minimal 90 tablet (tablet 60 mg zat besi). (2) Asam folat. Asam folat kebutuhannya selama hamil berlipat ganda. Vitamin-vitamin. Vitamin B, vitamin C, dan vitamin D juga perlu diperhatikan pemenuhannya untuk menunjang proses penyerapan zat makanan lainnya. 2) Kebutuhan Eleminasi. Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga timbul sering kencing. Pada waktu hamil mungkin juga terjadi obstipasi yang disebabkan oleh karena kurang gerak badan. Perislltik usus kurang karena hormon dan tekanan pada rectum oleh kepala. Untuk menghindari terjadinya obstipasi ini sebaiknya makan sayur-sayuran dan buah-buahan, minum yang banyak dan gerak badan yang cukup. 13 3) Kebutuhan Respirasi. Selama kehamilan, fungsi paru tidak mengalami gangguan. Kecepatan pernafasan selama kehamilan tidak mengalami perubahan secara bermakna. Volume tidal selama kehamilan mengalami peningkatan secara progresif dan volume residual mangalami sedikit penurunan. Pernafasan normal 20-24x / menit. 4) Kebutuhan Seksual. Bila ada riwayat abortus sebaiknya hubungan seksual ditunda sampai kehamilan 16 minggu. Pada umumnya koitus diperbolehkan pada masa kehamilan . Jika dilakukan dengan hati-hati . Koitus sebaiknya dihentikan pada akhir kehamilan karena dapat menimbulkan rasa sakit, perdarahan menimbulkan rasa sakit. Pendarahan menimbulkan kontraksi uterus dan dapat pula menimbulkan infeksi serta memecahkan ketuban. 5) Kebersihan dan Pakaian Kebersihan harus selalu dijaga selama hamil. Baju hendaknya yang longgar dan mudah dipakai. Jika telah sering hamil, pemakaian stagen untuk menunjang otot-otot perut. Sepatu dan alas kaki lain dengan tumit yang tinggi sebaikanya jangan dipakai oleh karena titik berat wanita hamil berubah sehingga mudah menyebabkan tergelincirdan pembendungan jatuh. vena Selain dan itu bisa mempercepat timbulnya varices. Kebersihan bada mengurangi kemungkinan infeksi. 6) Perawatan Gigi. Pada TW I mengalami enek dan muntah. Keadaan ini menyebabkan perawatan gigi tidak diperhatikan dengan baik sehingga timbul karies dan gingivitis. Jika kerusakan gigi tidak diperhatikan dengan baik bisa terjadi komplikasi seperti nefritis septikimia, sepsis septikimia, sepsis puerpueralis karena infeksi rongga mulut menahun. 14 7) Imunisasi. Ibu hamil yang belum pernah mendapat imunisasi sebelumnya atau pada waktu akan menjadi pengantin maka perlu mendapat 2 kali suntikan TT dengan jarak minimal satu bulan. Bila sudah pernah maka cukup diberikan sekali dalam kehamilan. 8) Istirahat atau Tidur. Selama hamil, tubuh ibu butuh tidur selama 6-8 jam sehari. Ibu hamil perlu istirahat atau tidur paling sedikit 1 jam pada siang hari dengan kaki ditempatkan lebih tinggi dari tubuhnya. Tidur, istirahat dan bersantai sangat bermanfaat bagi ibu hamil, agar tetap kuat dan tidak mudah terkena penyakit. Wanita hamil boleh melakukan pekerjaanya sehari-hari di rumah, dikantor ataupun di pabrik asal bersifat ringan. e. Tanda Bahaya Dalam Kehamilan Menurut Rukiyah (2009), tanda-tanda bahaya pada masa kehamilan adalah : 1) Perdarahan pervaginam Pada awal kehamilan, perdarahan yang tidak normal adalah merah, perdarahan banyak, atau perdarahan dengan nyeri (berarti abortus, KET, mola hidatidosa). Pada kehamilan lanjut, perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak/sedikit, nyeri (berarti plasenta previa dan solusio plasenta). 2) Sakit kepala yang hebat Sakit kepala yang hebat menunjukan suatu masalah yang serius adalah sakit kepala yang hebat, yang menetap dan tidak hilang dengan istirahat. Kadang-kadang, dengan sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau terbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari preeklamsia. 3) Perubahan visual secara tiba-tiba (pandangan kabur, rabun senja) Masalah visual yang mengindikasikan keadaan 15 mengancam jiwa adalah perubahan visual mendadak , misalnya pandangan kabur atau terbayang. 4) Nyeri Abdomen Yang Hebat Nyeri yang hebat, menetap, dan tidak hilang setelah beristirahat. Hal ini bisa berarti appendicitis, kehamilan ektopik, aborsi, penyakit radang panggul, persalinan preterm, gastritis, penyakit kantung empedu, abrupsi plasenta, infeksi saluran kemih, atau infeksi lain. 5) Bengkak Pada Muka atau Tangan Bengkak bisa menunjukan adanya masalah serius jika muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan disertai dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini dapat merupakan pertanda anemia, gagal jantung, atau preeklamsia. 6) Gerakan janin tidak teraba Apabila ibu hamil tidak merasakan gerakan janin sesudah usia kehamilan 22 minggu atau selama persalinan, maka perlu waspada terhadap kemungkinan gawat janin atau bahkan kematian janin dalam uterus. Gerakan janin berkurang atau bahkan hilang dapat juga terjadi pada solusio plasenta f. Standar Minimal Asuhan Antenatal Care (14 T), yaitu : 1) Ukur Berat badan dan Tinggi Badan ( T1 ). Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari sebelu hamil dihitung dari TM I sampai TM III yang berkisar anatar 9-13,9 kg dan kenaikan berat badan setiap minggu yang tergolong normal adalah 0,4 - 0,5 kg tiap minggu mulai TM II. Pengukuran tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk mendeteksi faktor resiko terhadap kehamilan yang sering berhubungan dengan keadaan rongga panggul. 2) Ukur Tekanan Darah ( T2). Tekanan darah yang normal 110/80 - 140/90 mmHg, bila melebihi 140/90 mmHg perlu diwaspadai adanya Preeklamsia. 3) Ukur Tinggi Fundus Uteri ( T3 ) Tujuan pemeriksaan TFU menggunakan tehnik Mc. Donald adalah menentukan umur 16 kehamilan berdasarkan minggu dan hasilnya bisa di bandingkan dengan hasil anamnesis hari pertama haid terakhir (HPHT) dan kapan gerakan janin mulai dirasakan. TFU yang normal harus sama dengan UK dalam minggu yang dicantumkan dalam HPHT. 4) Pemberian Tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan ( T4 ) 5) Pemberian Imunisasi TT ( T5 ) Imunisasi Tetanus Toxoid harus segera di berikan pada saat seorang wanita hamil melakukan kunjungan yang pertama dan dilakukan pada minggu ke-4. 6) Pemeriksaan Hb ( T6 ) Pemeriksaan Hb pada Bumil harus dilakukan pada kunjungan pertama dan minggu ke 28. bila kadar Hb < 11 gr% Bumil dinyatakan Anemia, maka harus diberi suplemen 60 mg Fe dan 0,5 mg As. Folat hingga Hb menjadi 11 gr% atau lebih. 7) Pemeriksaan VDRL (Veneral Disease Research Lab.) ( T7 ) pemeriksaan dilakukan pada saat Bumil datang pertama kali daambil spesimen darah vena kurang lebih 2 cc. apabila hasil test positif maka dilakukan pengobatan dan rujukan. 8) Pemeriksaan Protein urine ( T8 ) dilakukan untuk mengetahui apakah pada urine mengandung protein atau tidak untuk mendeteksi gejala Preeklamsia. 9) Pemeriksaan Urine Reduksi ( T9 ) untuk Bumil dengan riwayat DM. bila hasil positif maka perlu diikuti pemeriksaan gula darah untuk memastikan adanya DMG. 10) Perawatan Payudara ( T10 ) senam payudara atau perawatan payudara untuk Bumil, dilakukan 2 kali sehari sebelum mandi dimulai pada usia kehamilan 6 Minggu. 11) Senam Hamil ( T11 ) 12) Pemberian Obat Malaria ( T12 ) diberikan kepada Bumil pendatang dari daerah malaria juga kepada bumil dengan gejala malaria yakni panas tinggi disertai mengigil dan hasil apusan darah yang positif. 17 13) Pemberian Kapsul Minyak Yodium ( T13 ) diberikan pada kasus gangguan akibat kekurangan Yodium di daerah endemis yang dapat berefek buruk terhadap Tumbuh kembang Manusia. 14) Temu wicara / Konseling ( T14 ). (Sarwono, 2012). 2. Preeklamsia Berat a. Pengertian Preeklamsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra, dan postpartum (Sarwono, 2009). Preeklamsia berat ialah preeklamsia dengan tekanan darah sistolik > 160 mmHg dan tekanan darah diastolik > 110mmHg disertai proteinurian lebih 5g/24 jam (Sarwono, 2009). Preeklamsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Rukiyah, 2010). b. Diagnosis Diagnosa dini harus diutamakan bila diinginkan angka morbiditas dan mortilitas rendah bagi ibu dan anaknya. Walaupun terjadinya preeklampsi sukar dicegah, namun preeklamsia berat dan eklamsia biasanya dapat dihindarkan dengan mengenal secara dini penyakit itu dan dengan penanganan secara sempurna. Diagnosis diferntial antara preeklamsia dengan hipertensi menahun atau penyakit ginjal tidak jarang menimbulkan kesukaran. Pada hipertensi menahun adanya tekanan darah yang meninggi sebelum hamil, pada kehamilan muda, atau 6 bulan postpartum akan sangat berguna untuk membuat diagnosis. Pemeriksaan fuduskopi juga berguna karena perdarahan dan eksudat jarang ditemukan pada preeklamsia, kelainan tersebut biasanya menunjukkan hipertensi menahun. Untuk diagnosis penyakit ginjal saat timbulnya proteinuria pada preeklampsi jarang timbul sebelum trimester 3, sedang pada penyakit ginjal timbul lebih dahulu. Test fungsi ginjal juga banyak berguna, pada umumnya fungsi ginjal normal pada preeklampsi ringan. (Rukiyah, 2010). 18 c. Etiologi Menurut Mochtar (2007), Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori-teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya. Oleh karena itu disebut ”Penyakit teori”, namun belum ada yang memberikan jawaban yang memuaskan. Teori yang sekarang dipakai sebagai penyebab preeklamsia adalah teori ”iskemia plasenta”. Namun teori ini belum dapat menerangkan semua hal yang bertalian dengan penyakit ini. Teori yang dapat diterima haruslah dapat menerangkan : (a) Mengapa frekuensi menjadi tinggi pada: primigravida, kehamilan ganda, hidramnion,dan molahidatidosa; (b) Mengapa frekuensi bertambah seiring dengan tuanya kehamilan ,umumnya pada triwulan ke III; (c) Mengapa terjadi perbaikan keadaan penyakit, bila terjadi kematian janin dalam kandungan; (d) Mengapa frekuensi menjadi lebih rendah pada kehamilan berikutnya; dan (e) Penyebab timbulnya hipertensi, proteinuria, edema dan konvulsi sampai koma. Dari hal-hal tersebut diatas, jelaslah bahwa bukan hanya satu faktor, melainkan banyak faktor yang menyebabkan preeklamsia dan eklamsia. Adapun teori-teori yang dihubungkan dengan terjadinya preeklamsia adalah : 1) Peran prostasiklin dan tromboksan Pada preeklamsia dan eklamsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskular, sehingga terjadi penurunan produksi prostsiklin (PGI 2) yang pada kehamilan normal meningkat, aktifasi pengumpulan dan fibrinolisis, yang kemudian akan digant trombin dan plasmin, trombin akan mengkonsumsi anti trombin III, sehingga terjadi deposit fibrin. Aktifasi trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan (TXA2) dan serotonin, sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel. (Ai yeyeh rukiah, 2010). 2) Peran faktor imunologis Menurut Rukiyah (2010), Preeklamsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi pada kehamilan 19 berikutnya. Hal ini dapat ditererangkan bahwa pada kehamilan pertama pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna, yang semakin sempurna pada kehamilan berikutnya. Beberapa data yang mendukung adanya sistem imun pada penderita PE-E, beberapa wanita dengan PE-E mempunyai komplek imun dalam serum, beberapa studi juga mendapatkan adanya aktifasi sistem komplemen pada PEE diikuti proteinuria. 3) Faktor genetik Beberapa bukti menunjukkan peran faktor genetik pada kejadian PE-E antara lain : (1) preeklamsia hanya terjadi pada manusia; (2) terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi PE-E pada anak-anak dari ibu yang menderita PE-E; (3) kecenderungan meningkatnya frekuensi PE-E pada anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat PE-E dan bukan pada ipar mereka; (4) peran renin-angiotensin-aldosteron sistem (RAAS). Yang jelas preeklamsia merupakan salah satu penyebab kematian pada ibu hamil, disamping infeksi dan perdarahan, Oleh sebab itu, bila ibu hamil ketahuan beresiko, terutama sejak awal kehamilan, dokter kebidanan dan kandungan akan memantau lebih ketat kondisi kehamilan tersebut. Beberapa penelitian menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat menunjang terjadinya preeklamsia dan eklamsia. Faktor-faktor tersebut antara lain, gizi buruk, kegemukan, dan gangguan aliran darah kerahim. Faktor resiko terjadinya preeklamsia, preeklamsia umumnya terjadi pada kehamilan yang pertama kali, kehamilan di usia remaja dan kehamilan pada wanita diatas usia 40 tahun. Faktor resiko yang lain adalah riwayat tekanan darah tinggi yang kronis sebelum kehamilan, riwayat mengalami preeklamsia sebelumnya, riwayat preeklamsia pada ibu atau saudara perempuan, kegemukan,mengandung lebih dari satu orang bayi, riwayat kencing manis, kelainan ginjal, lupus atau rematoid artritis. (Ai yeyeh rukiah, 2010). 20 d. Patofisiologi Menurut Mochtar (2007) Pada preeklamsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerolus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan intertisial belum diketahui penyebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan glomerolus. e. Predisposisi (Rukiyah, 2010). Wanita hamil cenderung dan mudah mengalami preeklamsia bila terjadi faktor-faktor sebagai berikut : 1) Nulipara 2) Kehamilan Ganda 3) Usia <20 tahun atau >35 tahun 4) Riwayat preeklamsia pada kehamilan sebelumnya 5) Riawayat pada keluarga pernah mengalami preeklamsia 6) Penyakit ginjal, diabetes militus, dan hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan 7) f. Obesitas Perubahan Pada Organ Organ Menurut Mochtar (2007) pada penderita preeklamasi dapat terjadi perubahan pada organ-organ, antara lain : 1) Otak Pada preeklamsia aliran darah dan pemakaian oksigen tetap dalam batas-batas normal. Pada eklamsia, resistensi pembuluh darah meninggi, ini terjadi pula pada pembuluh darah otak. Edema yang terjadi pada otak dapat menimbulkan kelainan serebral dan gangguan visus, bahkan pada keadaan lanjut dapat terjadi perdarahan. 21 2) Plasenta dan rahim Aliran darah menurun ke plasenta dan menyebabkan gangguan plasenta, sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada preeklamsia dan eklamsia sering terjadi peningkatan tonus rahim dan kepekaanya terhadap rangsang, sehingga terjadi partus prematus. 3) Ginjal Filtrasi glomerolus berkurang oleh karena aliran ke ginjal menurun. Hal ini menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerolus menurun, sebagai akibatnya terjadilah retensi garam dan air. Filtrasi glomerolus dapat turun sampai 50% dari normal sehingga pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria dan anuria. 4) Paru-paru Kematian ibu pada preeklamsia dan eklamsia biasanya disebabkan oleh edema paru yang menimbulkan decompensasi cordis. Bisa pula karena terjadinya aspirasi pnemonia, atau abses paru. (Sarwono, 2010). 5) Mata Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Bila terdapat hal-hal tersebut, maka harus di curigai terjadinya preeklamsia berat. Pada eklamsia dapat terjadi ablasio retina yang disebabkan odema intra-okuler dan merupakan salah satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain yang dapat menunjukkan tanda preeklamsia berat adalah adanya skotoma, diplopia, dan ambliopia. Hal ini disebabkan adanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri,atau di dalam retina. (Sarwono, 2010). 6) Keseimbangan air dan elektrolit Pada preeklamsia ringan biasanya tidak dijumpai perubahan yang nyata pada metabolisme air, elektrolit, kristaloit, dan protein serum. Jadi, tidak terjadi gangguan 22 keseimbangan elektrolit. Gula darah, kadar natrium bikarbonat dan pH darah berada berada pada batas normal. Pada preeklamsia berat dan eklamsia, kadar gula darah naik sementara, asam laktat dan asam organik lainya naik,sehingga cadangan alkali akan turun. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh kejang-kejang. Setelah konvulsi selesai zat-zat organik dioksidasi, dan dilepaskan natrium yang lalu bereaksi dengan karbonik sehingga terbentuk natrium bikarbonat. Dengan demikian cadangan alkali dapat kembali pulih normal. (Sarwono, 2010). g. Tanda dan Gejala Preeklamsia Berat 1) Tekanan darah sistolik >160 mmHg dan Tekanan darah diastolik >110 mmHg h. 2) Peningkatan kadar enzim hati atau/dan ikterus 3) Trombosit <100.000/mm3 4) Oliguria <400 ml/24 jam 5) Proteinuria >3 gr/liter 6) Nyeri epigastrum 7) Skotoma dan gangguan visus lain atau nyeri frontal yang berat 8) Perdarahan retina 9) Odem pulmonum. (Sarwono, 2010). Penanganan Preeklamsia Berat Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejalagejala preklamsia berat selama perawatan dibagi menjadi : 1) Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah pengobatan medicinal. 2) Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah pengobatan medicinal. a) Perawatan Aktif, sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita dilakukan pemeriksaan fetal assessment yakni pemeriksaan Nonstress test (NST) dan Ultrasonografi (USG), dengan indikasi : Ibu : usia kehamilan 37 minggu atau lebih, adanya tandatanda atau gejala impending eklamsia, kegagalan terapi 23 konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan 24 jam perawatan medicinal, ada gejalagejala status duo ( tidak ada perbaikan ). Janin : hasil fetal assessment jelek ( NST & USG ) : adanya tanda Intra Uterine Growt Retardation (IUGR) Hasil Laboratorium : adanya “HELP Syndrome” (hemolisis dan peningkatan fungsi hepar, trombositopenia. b) Pengobatan medisinal pasien preeklamsia berat (dilakukan di rumah sakit dan atas instruksi dokter), yaitu : segera masuk rumah sakit, tirah baring miring ke satu, tanda vital diperiksa setiap 30 menit, refleks patela setiap jam, infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL (60-125 cc/jam), berikan antasidan, diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, garam, pemberian obat anti kejang : MgSO4, diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah jantung kongesif atau edema anasrka. Diberikan furosemid injeksi 40 mg/IM. c) Antihipertensi diberikan bila : tekanan darah sistolik labih dari 180 mmHg, diastolik lebih dari 110 mmHg atau 3) Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya, dapat diberikan obat-obat antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu), catapres injeksi. Dosis yang biasa dipakai 5 ampul dalam 500cc cairan infus atau press disesuaikan dengan tekanan darah. 4) Bila tidak tersedia anti hipertensi parenteral dapat diberikan tablet anti hipertensi secara sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5 kali. Bersama dengan awal pemberian sublingual maka obat yang sama mulai diberikan secara oral (Syakib Bakri,1997) 5) Pengobatan jantung jika ada indikasinya yakni ada tanda – tanda menjurus payah jantung, diberikan digitalis cepat dengan cedilanid D. 6) Lain-lain : konsul bagian penyakit dalam/jantung, mata; obatobat antipiretik diberikan bila suhu rectal lebih 38,5 0c dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin atau alkohol atau 24 xylomidon 2cc IM; antibiotik diberikan atas indikasi. Diberikan ampicilin 1 gr/6jam/IV/hari; anti nyeri bila penderita kesakitan atau gelisah karena kontraksi uterus. Dapat diberikan petidin HCL 50-75 mg sekali saja, selambat-lambatnya 2 jam sebelum janin lahir. (Sarwono, 2010). i. Protab Penanganan Awal Preeklamsia Berat 1) Dosis awal yaitu 10ml MgSo4 40% (4gr) IV selama 10 menit 2) Dosis pemeliharaan yaitu segera lanjutkan dengan 15ml MgSo4 40% (6gr) dalam larutan RL atau D5 2:1 selama 6 jam (Sarwono, 2005). B. Teori Manajemen Kebidanan 1. Pengertian Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien (Varney, 2007). Proses manajemen terdiri dari 7 langkah yang berurutan dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ke tujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang diaplikasikan dalam situasi apapun. Akan tetapi setiap langkah dapat diuraikan lagi menjadi lebih langkah-langkah yang lebih rinci bisa berubah sesuai dengan kebutuhan pasien. Ke tujuh langkah tersebut adalah : a. Langkah I Pada : Pengkajian Data langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang di perlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu : 1) Riwayat kesehatan 2) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya 3) Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya 25 4) Meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil studi b. Langkah II : Interpretasi Data Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi data yang benar atas dasar data-data yang telah dikumpulkan. c. Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah di identifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien. Masalah potensial yang mungkin terjadi pada ibu adalah eklamsia. d. Langkah IV : Mengidentifikasi Tindakan segera Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan/ dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. e. Langkah V : Menyusun Rencana Tindakan Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi atau data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. f. Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah kelima harus dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi dari klien, atau anggota tim kesehatan lainnya. g. Langkah VII : Evaluasi Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosis. 26 Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagai rencana tersebut lebih efektif sedang sebagian belum efektif. (Soepardan, 2008). 2. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP) Menurut Helen Varney, alur berpikir bidan saat menghadapi klien meliputi tujuh langkah, agar diketahui orang lain apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan melalui proses berfikir sistematis, maka dilakukan pendokumentasian dalam bentuk SOAP yatu : a. Subjektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien dan keluarga melalui anamnese sebagai langkah I Varney. b. Objektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney . c. Analisa data Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi diagnosa/ masalah, antisipasi diagnosa/ masalah potensial, perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultan/ kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah 2, 3, dan 4 Varney. d. Penatalaksanaan Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan, tindakan implementasi (I) dan evaluasi (E) berdasarkan analisa sebagai langkah 5, 6, 7 Varney. (Soepardan, 2008). C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Preeklamsia Berat Proses manajemen terdiri dari 7 langkah yang berurutan dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ke tujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang diaplikasikan dalam situasi apapun. Akan tetapi setiap langkah dapat diuraikan lagi menjadi lebih 27 langkah-langkah yang lebih rinci bisa berubah sesuai dengan kebutuhan pasien. (Rukiyah, 2009). a. Subjektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien dan keluarga melalui anamnese sebagai langkah I Varney. Hasil anamnese yaitu pasien mengeluh nyeri kepala menetap, gangguan penglihatan, dan nyeri ulu hati (Varney, 2007). b. Objektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney . a) Pemeriksaan fisik umum b) Pemeriksaan penunjang,data ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis. Hasil Pemeriksaan a) Pemeriksaan fisik secara umum: Dalam keadaan normal tekanan darah dalam kehamilan trimester terakhir sistolik tidak melebihi 140 mmHg, dan diastolik tidak melebihi 90 mmHg. Bila terdapat tekanan darah melebihi diatas maka kemungkinan adanya preeklamsia (Marmi dkk, 2011). b) Pemeriksaan penunjang: Dalam pemeriksaan penunjang ibu hamil dengan preeklamsia dilakukan pemeriksaan laboratorium yang meliputi pemeriksaan proteinuria serta pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan trombosit. Selain itu dilakukan pemeriksaan fungsi hati (SGPT/ SGOT). Pada ibu hamil dengan preeklamsia berat dan pemeriksaan fungsi ginjal untuk mengetahui serum kreatinin dan serum asam urat (Varney, 2007). Pemeriksaan USG lebih awal (25-28 minggu) juga diperlukan untuk menilai pertumbuhan janin serta mengetahui kesejahteraan janin (Kurniawati, 2009). c. Analisa data Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi diagnosa/ masalah, antisipasi diagnosa/ masalah potensial, perlunya tindakan 28 segera oleh bidan atau dokter, konsultan/ kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah 2, 3, dan 4 Varney. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik. diagnosa yang di tegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan. Pada laporan akhir ini diagnosis yang dapat ditegakkan adalah G5P4A0 hamil 28 minggu dengan Preeklamsia Berat. Diagnosis dapat ditegakkan dari data-data yang diperoleh saat pengumpulan data. Pada kasus ibu hamil dengan pre-eklampsia diagnosis potensial yang didapat adalah kemungkinan terjadinya eklampsia (Yulianingsih, 2009). Antisipasi yang dilakukan oleh bidan adalah observasi tekanan darah setiap satu jam serta menganjurkan ibu untuk bedrest dengan posisi tidur miring ke kiri (Varney, 2007). d. Penatalaksanaan Menurut Walyani (2015), bahwa penatalaksanaan merupakan rencana dan tindakan yang akan diberikan termasuk asuhan mandiri, kolaborasi, tes diagnosis atau laboratorium serta konseling untuk tindak lanjut. Penatalaksanaanya : 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu mengalami preeklamsia berat 2. Mengobservasi keadaan umum dan produksi urine ibu. 3. Mengobservasi Vital Sign ibu, terutama tekanan darah tiap jam. 4. Memposisikan ibu yang nyaman, yaitu tidur miring ke kiri. 5. Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi anti hipertensi, anti kejang dan infus RL. 6. Berkolaborasi dengan laboratorium untuk pemeriksaan darah lengkap dan proteinuria. 7. Berkolaborasi dengan bagian radiologi untuk dilakukan USG. 8. Berkolaborasi dengan tim gizi untuk pemberian diet makanan. Evaluasi : Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah dipenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana 29 rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya (Varney, 2007). Evaluasi atau hasil yang diharapkan dari asuhan ibu hamil dengan preeklamsia adalah tekanan darah menurun, pemeriksaan laboratorium mengindikasikan perbaikan penyakit, dan janin dalam keadaan baik (Varney, 2007). Alur pikir bidan Pencatatan dari Asuhan Kebidanan Dokumentasi Kebidanan Proses Manajemen kebidanan 7 Langkah Varney 5 langkah kompetensi bidan Pengumpulan data dasar Data Interprestasi data dasar Mengidentifikasi masalah atau diagnose potensial Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera SOAP NOTES Subjektif Objektif Assessmen tatau diagnosis Analisa Data Penatalaksanan: Konsul Merencanaka nasuhan yang komprehensif atau menyeluruh Perencanaan Melaksanakan perencanaan dan pelaksanaan Pelaksanaan Evaluasi Evaluasi Tes diagnostik/Lab Rujukan Pendidikan/Konselin g Followup Gambar 2.1 : Bagan skema langkah-langkah proses manajemen 30 D. Kewenangan Bidan Atau Landasan Hukum Permenkes No.1464/Menkes/per/X/2010 berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi : Pasal 9 Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi : 1. Pelayanan kesehatan ibu 2. Pelayanan kesehatan anak 3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana Kewenangan bidan dalam memberikan pelayanan pada ibu hamil telah disebutkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.900/Menkes/SK/VII/2002 Pasal 15 dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 Pasal 13 yaitu : asuhan antenatal terintegrasi dilakukan dibawah supervise dokter. Jadi, untuk pelayanan pada ibu hamil patologi dengan preeklamsia berat dilakukan sistem kolaborasi. ( Novvi Karlina, 2014). E. Tinjauan Islam Tentang Kehamilan Kehamilan adalah merupakan suatu proses merantai yang berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi pelepasan sel telur, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2010). Ada beberapa tanda bahaya dalam kehamilan, salah satunya adalah bengkak pada muka dan tangan, disertai sakit kepala hebat dan pandanga mata kabur. Hal ini merupakan tanda preeklamsia. (Sarwono, 2010). Dalam hal ini preeklamsia merupakan penyakit dalam kehamilan yang membuat ibu hamil merasa lemah. Hampir semua organ reproduksi maupun organ lainnya mengalami perubahan dan semua itu membuat wanita hamil merasa tidak nyaman. Maka telah dijelaskan dalam surah Luqman ayat 14 yang berbunyi : 31 Artinya : Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Maka makna yang dikaitkan dengan kasus diatas bahwa ibu hamil yang menderita preeklamsia berat itu akan merasa lemah yang bertambah, karena hampir semua organ reproduksi dan organ lainnya mengalami perubahan dan semua itu membuat ibu hamil yang menderita preeklamsia menjadi tidak nyaman. DAFTAR PUSTAKA Al-Quran Surah Al-Luqman Ayat 14 Admin. (2010). Asuhan Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Nuha Medika Dinkes Kota Tasikmalaya.(2015). Angka Kematian Ibu. Tasikmalaya : Dinkes Astuti, Hutari Puji. (2012). Asuhan Kebidanan Ibu I (Kehamilan).Yogyakarta : Rohima Press Kemenkes RI. (2014). Angka Kematian Ibu. Jakarta : Kemenkes RI Kusmiyati Yuni, Wahyuningsih Heni Puji, Sujiyatini (2009). Perawatan Ibu Hamil (Asuhan Ibu Hamil). Yogyakarta : Fitramaya Manuaba, I,G,B. (2007). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta : EGC Manuaba, I.B. (2010). Buku Ajar Obstetri Patologi. Jakarta : EGC Mochtar, R. (2007). Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC Karima, Nurulia Muthi dkk. (2013). Hubungan Faktor Risiko dengan Kejadian Pre-Eklampsia Berat di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Karlina, Novvi, dkk. (2014). Etikolegal Dalam Praktik Kebidanan. Jakarta : IN MEDIA Nugroho, T. (2012). Obsgyn dan Ginekologi Untuk Kebidanan Dan Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika Prawirohardjo, S. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP. Rianto, agus.(2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogjakarta : Nuha Medika Robson, Elizabeth S dan Jason Waugh. (2012). Patologi Pada Kehamilan. Jakarta : EGC Rozikhan. (2007). Faktor-Faktor Risiko Terjadinya Preeklampsia Berat Di Rumah Sakit Dr. H. Soewondo Kendal. Rukiyah, Ai Yeyeh. (2010).AsuhanKebidananIV Patologi.Jakarta : TIM Rukiyah, Lia Yulianti. Dkk. (2009).AsuhanKebidanan1Kehamilan.Jakarta : TIM Saiffudin. (2006). Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo Sarwono. (2012). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono. (2006). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka 52 53 Sulistyawati, Ari. (2013). Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta : Salemba Medika Varney. (2007). Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC Tasikmalaya, RSUD. (2015). Jumlah Ibu Hamil Dan Jumlah Ibu Hamil Dengan Preeklamsia Berat. Tasikmalaya : RSUD Tresnawati, F. (2012). Asuhan Kebidanan. Jakarta : PT Prestasi Pustaka Raya Trijatmo, Rachimhadhi. (2007). Preeklamsia Dan Eklamsia, Dalam : Buku Ilmu Kebidanan, Sarwono Prawirohardjo. Jakarta : YBPSP Walyani, ES. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta : Pustaka Baru Press Wiknjosastro, H. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. WHO. (2015). Maternal Mortality Rate Are Down 44% Since 1990-UN. New York: tersedia dalam http://www.who.int [diakses pada 20 April 2016].