Pengaruh Bakteri Inokulum Lactobacillus Plantarum terhadap

advertisement
Pengaruh Bakteri Inokulum Lactobacillus Plantarum terhadap
Peningkatan Silase Rumput Gajah Sebagai Pakan Ternak
Disusun Oleh :
Linda Ariastuti (H0509037)
Nurhidayah Pitadewi (H0509043)
Trisni Ayu S (H0509069)
Saseno Sugiyarto(H05059057)
Sulaiman (H0509065)
JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lactobacillus adalah genus bakteri gram-positif , anaerobik fakultatif atau
mikroaerofilik. Genus bakteri ini membentuk sebagian besar dari kelompok
bakteri asam laktat, dinamakan demikian karena kebanyakan anggotanya dapat
merubah laktosa dan gula lainnya menjadi asam laktat. Kebanyakan dari bakteri
ini umum dan tidak berbahaya bagi kesehatan. Dalam manusia, bakteri ini dapat
ditemukan di dalam vagina dan sistem pencernaan, dimana mereka
bersimbiosis dan merupakan sebagian kecil dari flora usus. Banyak spesies dari
Lactobacillus memiliki kemampuan membusukkan materi tanaman yang sangat
baik. Produksi asam laktatnya membuat lingkungannya bersifat asam dan
mengganggu pertumbuhan beberapa bakteri merugikan. Beberapa anggota
genus ini telah memiliki genom sendiri.
Banyak laktobasili bersifat tak umum, bakteri ini bekerja secara
metabolisme homofermentatif (hanya membentuk asam laktat dari gula,
bandingkan dengan laktobasili heterofermentatif yang dapat membentuk alkohol
atau asam laktat dari gula) dan juga aerotoleran, walaupun tak memiliki sama
sekali rantai pernafasan. Aerotoleransi ini bergantung pada mangan dan telah
diteliti (dan dijelaskan) sebagai Lactobacillus plantarum. Banyak Lactobacillus
tidak memerlukan besi untuk pertumbuhan dan memiliki toleransi hidrogen
peroksida yang sangat tinggi.
Dilihat dari metabolismenya, spesies Lactobacillus dapat dibagi menjadi
tiga kelompok:

Homofermentatif obligat (Kelompok I)
o

L. acidophilus, L. delbrueckii, L. helveticus, L. salivarius
Heterofermentatif fakultatif (Kelompok II)
o

L. casei, L. curvatus, L. plantarum, L. sakei
Heterofermentatif obligat (Kelompok III)
o
L. brevis, L. buchneri, L. fermentum, L. reuteri
Silase merupakan hijauan pakan ternak yang menggunakan tekhnologi
fermentasi. Kualitas dan nilai nutrisi silase dipengaruhi sejumlah faktor seperti
spesies tanaman yang dibuat silase, fase pertumbuhan dan kandungan bahan
kering saat panen, mikroorganisme yang terlibat dalam proses dan penggunaan
bahan tambahan (additive).
B. Tinjauan Pustaka
Pembuatan silase merupakan salah satu cara yang sangat berguna untuk
tetap menggunakan materi tanaman dengan kualitas nutrisi yang tinggi sebagai
pakan ternak di sepanjang waktu, tidak hanya untuk musim kemarau (Ohmomo
et al., 2002a)
Prinsip pembuatan silase adalah fermentasi hijauan oleh bakteri asam laktat
secara anaerob. Bakteri asam laktat akan menggunakan karbohidrat yang terlarut
dalam air (water soluble carbohydrate, WSC) dan menghasilkan asam laktat.
Asam ini akan berperan dalam penurunan pHsilase (Ennahar, et al., 2003).
Produk inokulum komersial yang beredar di pasaransebagian besar
produksi
luar
negeri.
Indonesia
sangat
terbuka
kesempatan
untuk
mengembangkan inokulum dengan menggunakan isolat bakteri asam laktat lokal.
Tingginya keanekaragaman mikroorganisme yang ada di Indonesia khususnya
BAL sangat memungkinkan untuk ditemukannnya isolat potensial melalui
skrining yang efektif. Tahap selanjutnya isolat potensial tersebut dapat
dikembangkan sebagai inokulum silase (Ridwan dan Widyastuti, 2001).
Peranan lain dari inokulum BAL diduga adalah sebagai probiotik, karena
inokulum BAL masih dapat bertahan hidup di dalam rumen ternak (Weinberg et
al., 2004).
BAB II
PEMBAHASAN
Beberapa jenis Lactococcus berperan membentuk lingkungan asam pada
permulaan fermentasi silase, dan selanjutnya menjadi mikroorganisme yang dominan.
Prinsip dasar pembuatan silase memacu terjadinya kondisi anaerob dan asam dalam
waktu singkat. Ada 3 hal paling penting agar diperoleh kondisi tersebut yaitu
menghilangkan udara dengan cepat, menghasilkan asam laktat yang membantu
menurunkan pH, mencegah masuknya oksigen kedalam silo dan menghambat
pertumbuhan jamur selama penyimpanan.
Fermentasi silase dimulai saat oksigen telah habis digunakan oleh sel tanaman.
Bakteri menggunakan karbohidrat mudah larut untuk menghasilkan asam laktat
dalam menurunkan pH silase. Tanaman di lapangan mempunyai pH yang bervariasi
antara 5 dan 6, setelah difermenatsi turun menjadi 3.6- 4.5. Penurunan pH yang cepat
membatasi pemecahan protein dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme
anaerob merugikan seperti enterobacteria dan clostridia. Produksi asam laktat yang
berlanjut akan menurunkan pH yang dapat menghambat pertumbuhan semua bakteri.
Pembuatan silase rumput gajah dilakukan dengan berbagai cara. Jumlah koloni
BAL setelah suasana asam cukup stabil yaitu pH antara 3,8-4,2 atau sesudah proses
ensilase berakhir, pada umumnya mengalami penurunan. Penambahan inokulum pada
HMT dimaksudkan untuk menjamin pertumbuhan BAL agar dapat mencapai 105-106
cfu/g hijauan. Asam yang dihasilkan oleh BAL itu sendiri akan terakumulasi dan
menghambat pertumbuhan populasi
bakteri selanjutnya.
Populasi BAL tertinggi terdapat pada kontrol, sehingga BAL yang tumbuh
merupakan BAL yang ada secara alami pada rumput gajah. Pada perlakuan dengan
inokulum tunggal 1BL-2 jumlah bakteri BAL yang tumbuh setelah ensilase umumnya
turun 1-2 digit, sedangkan pada inokulum tunggal 1A-2 turun sekitar 4-5 digit dan
pada inokulum campuran turun sekitar 1-3 digit. Hal ini disebabkan produksi asam
dari inokulum tunggal 1A-2 lebih banyak dibandingkan dengan inokulum tunggal
1BL-2. terlihat bahwa pH silase yang dihasilkan dengan perlakuan inokulum tunggal
1A-2 lebih rendah (3,67-4,18) dengan nilai terendah terjadi pada perlakuan
konsentrasi 1%, dibandingkan dengan inokulum tunggal 1BL-2 (pH 3,94- 4,59) dan
inokulum campuran (pH 3,86-5,16).
Secara keseluruhan pemberian inokulum BAL baik tunggal maupun campuran
pada konsentrasi 0,1%, 0,3%, dan 0,5% memberikan hasil silase yang baik yaitu
dengan pH antara 4,0-4,5. Kualitas silase yang baik selalu diperlihatkan dengan
didapatkannya pH yang optimum. Oleh sebab itu, dengan menjaga kondisi
lingkungan tetap anaerob dan asam (pH sekitar 4), silase dapat disimpan dalam
jangka waktu yang lama tanpa kerusakan. Johnson et al. (2005) melaporkan
penggunaan vakum pada silo plastik skala laboratorium dengan inokulum
menghasilkan pH 3.94 (p<0.001) dan tanpa inokulum. Hal ini menunjukan bahwa
inokulum sangat berperan dalam proses fermentasi silase.
BAB III
PENUTUP
Penggunaan inokulum Lactobacillus plantarum 1A-2 dan Lactobacillus
plantarum 1BL-2 dengan berbagai variasi dan konsentrasi memberikan berpengaruh
cukup baik terhadap kualitas silase sebagai pakan ternak. Inokulum tunggal 1A-2
menghasilkan pH yang lebih rendah dan kandungan asam laktat. Kehilangan bahan
kering, dengan penambahan inokulum tunggal memberikan jumlah kehilangan yang
relatif kecil. Dan penambahan inokulum sangat berpengaruh pada fermentasi silase.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus.2008.http://jajo66.wordpress.com/2008/06/02/prinsip-dasar-pembuatansilase.(diakses pada tanggal 6 mei 2010).
Ratnakomala,Shanti.2006.Jurnal Pengaruh Inokulum Lactobacillus plantarum pada
silase rumput gajah. (Diakses pada tanggal 6 mei 2010).
Download