1 PENDAHULUAN Latar Belakang Musim kemarau di

advertisement
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Musim kemarau di Indonesia menjadi permasalahan yang cukup
berat bagi peternak. Hal tersebut dikarenakan sulitnya memenuhi
kebutuhan pakan hijauan yang berkualitas untuk ternak, terutama ternak
ruminansia. Nilai gizi pakan ternak menurut Hanafi (2008) dapat
ditingkatkan dengan mengolah pakan hijauan menjadi hijauan kering
(hay), hijauan awetan (silase), atau pengolahan dengan ditambah urea
(amoniasi). Pengawetan hijauan dengan pembuatan silase bertujuan agar
pemberian hijauan sebagai pakan ternak, dapat berlangsung secara
merata sepanjang tahun.
Silase hijauan dapat menjadi pakan alternatif, karena produksi
hijauan cukup melimpah saat musim hujan. Silase adalah pakan yang
difermentasi dengan bakteri asam laktat (BAL). Asam laktat yang
dihasilkan BAL dapat menurunkan pH bahan pakan, sehingga kualitas
bahan pakan dapat dipertahankan. Asam-asam organik yang dihasilkan
BAL menurut Hanafi (2008) dapat menghambat pertumbuhan bakteri
pembusuk. Nuraida (2011) menyatakan bahwa bakteri asam laktat juga
dapat menghasilkan senyawa antimikrobia seperti bakteriosin, reuterin,
hidrogen peroksida, dan diasetil.
1
Pengolahan pakan hijauan menjadi silase, dapat mempertahankan
nutrisi yang terdapat di dalam pakan hijauan untuk jangka waktu yang
lebih lama. Kushartono dan Iriani (2005) menyatakan bahwa penyimpanan
pakan hijauan dengan cara silase tidak menurunkan nilai gizi bahan
pakan. Silase limbah tanaman jagung yang disimpan selama dua bulan
dengan penambahan molases 1%, dedak 3%, dan EM4, menaikan kadar
protein kasar sebesar 15%. Kondisi silase juga masih bagus pada lama
penyimpanan tiga bulan, yang ditandai dengan warnanya yang hijau
segar, tidak ada kontaminasi jamur, dan baunya segar. Sutoyo (2014)
menambahkan bahwa silase daun singkong tanpa adanya bahan
tambahan, dapat disimpan sampai enam bulan dalam kondisi tertutup
rapat.
Pemberian pakan silase pada ternak juga dapat meningkatkan
performa ternak. Performa sapi potong jenis SO (Sumba-Ongole) dengan
bobot 250 sampai 300 kg menjadi meningkat setelah pakannya diganti
dengan silase rumput. Kenaikan bobot badan sapi ketika masih
menggunakan pakan rumput segar hanya 1,1 sampai 1,2 kg per hari,
sedangkan rata-rata kenaikan bobot badan setelah menggunakan pakan
silase rumput menjadi 1,67 kg per hari. Selain itu jumlah pemberian pakan
menjadi menurun untuk mendapatkan hasil yang sama (Zulfa, 2014).
Kenaikan
performa
ternak
menyababkan
kualitas
ternak
menjadi
meningkat, sehingga dapat berpengaruh terhadap nilai jual ternak di
2
pasaran. Jumlah pemberian pakan yang lebih sedikit juga dapat
menurunkan biaya pakan.
Fermentasi yang terjadi selama pembuatan silase, merupakan
proses pemecahan senyawa organik yang terdapat di dalam bahan pakan
hijauan, menjadi senyawa sederhana dengan melibatkan mikroorganisme.
Tujuan fermentasi adalah untuk meningkatkan kandungan nutrisi suatu
produk, sehingga menjadi lebih baik dan untuk menurunkan zat anti
nutrisi. Teknologi fermentasi anaerob dapat memanfaatkan starter BAL.
Penambahan BAL dapat mempercepat proses fermentasi (Prabowo,
2011). Lamid (2008) menambahkan bahwa penggunaan BAL yang
diinokulasikan pada silase hijauan, bertujuan untuk mencapai pH kritis (pH
4) lebih awal, sehingga dihasilkan silase hijauan yang berkualitas.
Kebutuhan starter dapat dipenuhi dengan mengembangbiakkan
BAL seperti Lactobacillus plantarum. Kualitas starter akan semakin baik
jika bakteri tumbuh dengan optimal, sehingga perlu adanya rekayasa
media pertumbuhan. Bakteri asam laktat dapat ditumbuhkan pada
berbagai macam media, salah satunya dengan dedak halus. Dedak halus
adalah hasil sisa penggilingan padi yang ketersediaannya cukup banyak
di Indonesia. Penggunaan dedak halus sebagai media tanam, akan
menghasilkan
starter
dalam
bentuk
serbuk,
sehingga
dalam
penggunaannya, tidak perlu lagi menambahkan air ke dalam silase.
Prabowo (2011) menyatakan bahwa media fermentasi dibagi menjadi tiga,
yaitu media padat dengan kadar air 12% sampai 60%, semi padat dengan
3
kadar air 65% sampai 80%, dan media cair dengan kadar air lebih dari
80%.
Nutrisi dalam media pertumbuhan harus mencukupi kebutuhan
bakteri
untuk
berkembangbiak.
Kandungan
nutrisi
media
dapat
ditingkatkan dengan menambahkan bahan tambahan seperti molases.
Menurut
Agus
(2008),
proses
penggilingan
batang
tebu
akan
menghasilkan molases sebanyak 3%. Kandungan di dalam molases
menurut Risvank (2012) adalah monosakarida seperti glukosa, fruktosa,
dan gula lain. Kandungan gula dalam molases diharapkan dapat
meningkatkan perkembangbiakkan bakteri, sehingga asam laktat yang
dihasilkan juga meningkat.
Starter merupakan bahan tambahan dalam pembuatan pakan
fermentasi. Penambahan starter dalam pembuatan pakan silase dapat
meningkatkan biaya pembuatan pakan silase. Meningkatnya biaya pakan
dapat berakibat pada meningkatkan biaya total produksi ternak, karena
biaya pakan merupakan komponen terbesar dari biaya produksi ternak.
Tumober et al. (2014) menyatakan bahwa persentase biaya pakan dalam
usaha ternak sapi di Kecamatan Suluun Tareran, Kabupaten Minahasa
Selatan adalah sebesar 50,20% dari biaya total produksi ternak. Ningsih
(2010) menambahkan bahwa persentase biaya pakan pada usaha ternak
sapi potong di Desa Wonorejo, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten
Malang sebesar 60,78% dari biaya total produksi ternak.
4
Perhitungan biaya produksi starter diperlukan untuk mengetahui
harga starter per unit, sehingga dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan penggunaan starter dalam pembuatan pakan fermentasi.
Biaya pembuatan starter dapat ditekan serendah mungkin dengan
memproduksi starter secara mandiri, memanfaatkan bahan baku yang
murah dan mudah diperoleh di lingkungan sekitar. Biaya produksi starter
yang rendah, menjadikan produksi starter secara mandiri dapat dilakukan
oleh peternak tradisional atau peternak rakyat di Indonesia. Djajalogawa
dan Pambudy (2003) menyatakan bahwa peternak rakyat ialah peternak
yang pada umumnya hanya memiliki ternak dengan jumlah dua sampai
tiga ekor. Pemeliharaan ternak dilakukan secara mandiri oleh anggota
keluarga. Metode pemeliharaan dilakukan secara tradisional seperti
digembalakan di ladang dan di tempat-tempat lain yang banyak terdapat
rumput. Ternak yang dipelihara juga dikandangkan di kandang yang
sederhana.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui level penambahan
molases yang optimal, agar diperoleh starter BAL (L. plantarum) dengan
kualitas terbaik. Mengetahui biaya produksi per unit starter BAL yang
menggunakan media tanam berbasis dedak halus, sebagai bahan
pertimbangan kelayakan produksi dan penggunaan starter di peternakan
tradisional.
5
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah diperoleh starter BAL (L. plantarum)
dengan kualitas terbaik. Starter BAL yang dihasilkan dapat digunakan
dalam pembuatan pakan silase di peternakan tradisional, sehingga
peternak dapat menyediakan pakan berkualitas sepanjang tahun dengan
mempertimbangkan biaya produksi.
6
Download