52 implementation of discovery learning model to improve

advertisement
Kosmas Sobon
IMPLEMENTATION OF DISCOVERY LEARNING MODEL TO IMPROVE
LEARNING RESULT OF NATURAL SCIENCE AT FIFTH GRADE OF SD N
LELANG BANGGAI SUBDISTRICT
Kosmas Sobon, S.Fil, M.Pd
Email:[email protected]
Abstract
This research aims to descibe the improvement of student learning result in learning
science by implementation of discovery learning model at fifth grade of SDN Lelang, Banggai
Subdistrict. This research is a Classroom Action Research (CAR) in two cycles. Each cycle
consisted of four steps namely planning, action, observation and reflection. The techniques
of data collecting were test, interview, observation and documentation. The results showed
that: (1) skill of teaching teacher in the first cycle 77,5% with good criteria and in second cycle
obtained 86% with very good criteria; (2) student learning result in the first cycle 58,33% and
the second cycle 83%. Based on the result of the research, it can be concluded that
implementation of discovery learning model can improve Learning Result of Natural Science
at Fifth Grade of SD N Lelang Banggai Subdistrict. Suggestions in this study was that:1)
experimental methods could become as a teacher’s way to improve the quality of natural
science learning in elementary school.2) in using discovery learning model, teacher have to
follow stages well so that learning result can be successful.
Key Words: discovery learning model, Learning result, IPA
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan peningkatan hasil belajar IPA melalui
penerapan model pembelajaran discovery learning kelas V SDN Lelang Kecamatan Banggai.
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari
empat tahap, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan
data adalah tes, wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa: (1) keterampilan mengajar guru dalam siklus I 77,5% dengan kriteria baik dan pada
siklus II 86% dengan kriteria sangat baik; (2) hasil belajar siswa pada siklus I 58,33% dan
siklus II 83%. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Lelang
Kecamatan Banggai. Adapun saran dalam penelitian ini adalah 1) model pembelajaran
discovery learning dapat dijadikan sarana atau cara dari seorang guru untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran IPA. 2) dalam menggunakan model pembelajaran discovery learning
guru harus mengikuti langkah-langkah dengan baik supaya hasil belajar dapat berhasil.
Kata Kunci: Model discovery learning, Hasil Belajar, IPA
52
Jurnal Autentik, Vol.1, No.2, Juli 2017: 52-62
ISSN 2548-9119
PENDAHULUAN
Era global harus didukung oleh
peningkatan sumber daya manusia
sebagai
pelaksana
kemajuan.
Sehubungan dengan itu, pendidikan
merupakan tonggak utama kemajuan
sumber daya manusia. Hal ini senada
dengan Undang-undang Sisdiknas Nomor
20 Tahun 2003, yang menyatakan bahwa:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar
peserta
didik
secara
aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian
diri,
kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara”
Dari uraian ini jelas bahwa
pendidikan merupakan upaya yang
terorganisir dan memiliki makna bahwa
pendidikan dilakukan oleh usaha sadar
manusia, punya dasar dan tujuan yang
jelas, serta memiliki tahapan dan
komitmen bersama di dalam proses
pendidikan. Artinya guru dituntut untuk
mampu menciptakan manusia-manusia
yang berkompoten dibidangnya masingmasing. Namun kenyataan banyak
kendala yang dialami guru dalam proses
pembelajaran yang salah satunya adalah
daya serap siswa yang sangat terbatas
sehingga untuk mengatasi hal ini
diperlukan model pembelajaran yang
sesuai dan cocok dalam proses
pembelajaran.
Kurikulum 2006 (KTSP) yang
diperbarui dengan Kurikulum 2013
semestinya dilaksanakan secara utuh
pada
setiap
sekolah.
Namun
kenyataannya dalam pelaksanaan
pembelajaran disekolah masih kurang
memperhatikan kompetensi siswa. Pada
tuntutan Kurikulum 2013 dalam
pelaksanaan pembelajaran di kelas guru
hanya sebagai fasilitator dan siswa
sebagai pemain, sehingga siswa dapat
mengembangkan kompetensi mereka dan
memiliki kecakapan hidup (life skill) untuk
bekal hidup dan penghidupannya sebagai
insan mandiri. Namun dengan melihat
situasi dan kondisi yang ada dilapangan
pemerintah kemudian berinisiatif untuk
menggunakan kembali Kurikulum KTSP.
PP 28 Tahun 1993 menjelaskan
tentang pendidikan dasar, guru selalu
dianggap sebagai pihak yang bertanggung
jawab dalam mencapai suatu keberhasilan
pendidikan terutama dalam meningkatkan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran.
Guru sebagai pendidik tenaga
professional sebagaimana yang tercantum
dalam
Undang-Undang
Sistem
Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun
2003 BAB XI Pasal 39 ayat 2 bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses
pembalajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan bimbingan dan pelatihan serta
melakukan penelitian dan pengabdian
pada masyarakat. Berfungsi untuk
menanamkan kemampuan dasar bagi
setiap warga Negara Indonesia yang
masih berada dalam batas usia sekolah
dasar.
Pendidikan dasar menjadi landasan
utama
untuk
mengembangkan
kemampuan, mutu kehidupan, harkat dan
martabat manusia dalam upaya
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Dengan kata lain, pendidikan dasar
memberikan bekal kemampuan dasar
kepada siswa untuk mengembangkan
kehidupanya sebagai pribadi, anggota
masyarakat, dan warga Negara serta
mempersiapkan siswa untuk mengikuti
pendidikan menengah. Singkatnya,
sekolah dasar merupakan salah satu
wadah pendidikan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan dan tujuan
pembangunan
nasional.
Ilmu
Penerapan Model Pembelajaran Dicovery Learning untuk Meningkatkan.......
53
Kosmas Sobon
Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah satu
mata pelajaran di sekolah dasar (SD).
IPA mempunyai hubungan yang
sangat luas dengan kehidupan manusia.
IPA memiliki peranan yang sangat penting
dalam pembentukan kepripadian siswa.
Karena melalui pembelajaran IPA, siswa
diperkenalkan dengan berbagai konsep
tentang dunia dan lingkungan sekitarnya.
Untuk itu siswa harus diberi kesempatan
untuk melakukan penelusurannya dengan
berbagai objek yang dipelajari. Artinya
siswa sebagai subjek pendidikan, dituntut
supaya aktif dalam belajar mencari
informasi dan mengeksplorasikan sendiri
dengan apa yang dialaminya setiap hari.
Guru hanya berperan sebagai fasilitator
dan pembimbing kearah pengoptimalan
pencapaian ilmu pengetahuan yang
dipelajari. Dari uraian diatas dapat
diasumsikan bahwa mata pelajaran IPA
mempunyai nilai yang strategis dan
penting dalam mempersiapkan sumber
daya manusia yang unggul dan handal.
Namun kenyataannya, berdasarkan
hasil observasi dan wawancara dengan
guru yang mengajarkan mata pelajaran
IPA kelas V di SDN Lelang Kecamatan
Banggai Kabupaten Banggai Laut
menunjukkan bahwa hasil pembelajaran
IPA masih tergolong rendah. Hal ini terlihat
dari hasil tes ujian semester ganjil tahun
pelajaran 2016/2017. Dari 12 jumlah siswa
yang ada hanya 4 siswa yang lulus atau
33,33% dan yang lainnya 8 siswa atau
66,67% belum memenuhi standar KKM.
Hasil akhir belajar siswa awal
menunjukkan bahwa nilai IPA paling
rendah adalah 50 sedangkan yang paling
tinggi 85.
Kesulitan yang dialami siswa dalam
proses pembelajaran IPA kelas V di SDN
Lelang Kecamatan Banggai disebabkan
oleh berbagai faktor antara lain: (a)
Sumber daya manusia (guru) masih
sangat rendah. Hal ini dapat terlihat
54
Jurnal Autentik, Vol.1, No.2, Juli 2017: 52-62
dengan penguasaan guru tentang strategi
dan model-model pembelajaran tergolong
rendah. Guru jarang sekali menggunakan
model-model pembelajaran dalam proses
pembelajaran IPA. (b) Pada umumnya
model pembelajaran dalam mata
pelajaran IPA di SDN Lelang selalu
terpusat pada guru (teacher-centered) dan
monoton
sehingga
terkesan
membosankan. (c) Pembelajaran IPA
selama ini terkesan siswa hanya sebagai
pencatat materi ajar. Artinya siswa hanya
dibekali dengan catatan-catatan dan tugas
baik dikelas maupun dirumah. Dengan
kata lain pengalaman dan proses
penemuan dari siswa belum mendapat
perhatian oleh guru. (d) Guru tidak pernah
menggunakan media pembelajaran
dikelas. Hal ini mempengaruhi rendahnya
motivasi dan aktivitas siswa dalam
pembelajaran IPA
Berdasarkan penjelasan diatas dan
pengamatan tentang pelaksanaan
pembelajaran IPA di kelas V SDN Lelang
Kecamatan Banggai Kabupaten Banggai
Laut Provinsi Sulawesi Tengah maka
dapat ditegaskan bahwa hasil belajar dan
proses pembelajaran IPA di SDN Lelang
Kecamatan Bnaggai belum sesuai dengan
yang di harapkan.
Dari uraian tersebut maka peneliti
tertarik mengambil judul penelitian yaitu
“Penerapan Model pembelajaran
Discovery Learning Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas V SDN
Lelang Kecamatan Banggai.
Berdasarkan latar belakang tersebut,
maka rumusan masalah yang ada
dirumuskan sebagai berikut: (1)
Bagaimana
menerapkan
model
pembelajaran Discovery Learning dalam
mata pelajaran IPA pada siswa kelas V
SDN Lelang Kecamatan Banggai? (2)
Apakah model pembelajaran Discovery
Learning dapat meningkatkan hasil belajar
ISSN 2548-9119
IPA pada siswa kelas V SDN Lelang
Kecamatan Banggai?
Adapun tujuan penelitian tindakan
kelas ini adalah untuk menjelaskan: (1)
Penerapan model pembelajaran Discovery
Learning dalam mata pelajaran IPA pada
siswa kelas V di SDN Lelang Kecamatan
Banggai; (2) Meningkatkan hasil belajar
siswa dalam mata pelajaran IPA melalui
model pembelajaran discovery learning
kelas V di SDN Lelang Kecamatan
Banggai.
Penemuan (Discovery) merupakan
suatu model pembelajaran yang
dikembangkan berdasarkan pandangan
konstruktivisme. Model ini menekankan
pentingnya pemahaman atau ide-ide
penting terhadap suatu disiplin ilmu,
melalui keterlibatan siswa secara aktif
dalam proses pembelajaran. Discovery
Learning mempunyai prinsip yang sama
dengan inkuiri (inquiry) dan proplem
solving. Belajar menemukan suatu
pembelajaran yang melibatkan siswa
dalam pemecahan masalah untuk
mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan (Eni Arinawati,2012:2).
Discovery Learning lebih menekankan
ditemukanya konsep atau prinsip yang
sebelumnya diketahui. Pada Discovery
Learning masalah yang diperhadapkan
kepada siswa semacam masalah yang
direkayasa oleh guru (Imas &
Berlin,2014:65).
Konsep belajar Discovery Learning
merupakan pembentukan kategorikategori atau konsep-konsep yang dapat
memungkinkan terjadinya generalisasi.
Sebagaimana
teori
Bruner
(Trianto,2007:33) tentang kategorisasi
yang dampak dalam discovery, bahwa
discovery adalah pembentukan kategori
atau sering disebut sistem coding. Bruner
mementingkan partisipasi aktif dari setiap
siswa dalam proses belajar dan mengenal
dengan baik adanya perbedaan
kemampuan (Trianto,2007:33). Untuk
menunjang proses belajar lingkungan
perlu memfasilitasi rasa ingin tahu pada
tahap eksplorasi. Lingkungan ini
dinamakan
discovery
learning
environment, yaitu lingkungan dimana
siswa dapat melakukan eksplorasi,
penemuan baru yang belum dikenal atau
pengertian yang mirip dengan yang sudah
diketahui (Slameto,2010:11). Lingkungan
seperti ini bertujuan agar siswa dalam
proses belajar dapat berjalan dengan baik
dan lebih kreatif.
Pada pembelajaran menemukan
(discovery learning) bahan ajar tidak
disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa
dituntut melakukan berbagai kegiatan
menghimpun informasi, membandingkan,
mengkategorikan,
menganalisis,
mengintegrasikan dan mengorganisasikan
bahan serta membuat kesimpulankesimpulan (Imas & Berlin,2014:65).
Bruner mengatakan bahwa proses belajar
akan berjalan dengan baik dan kreatif jika
guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menemukan suatu konsep,
teori aturan, atau pemahaman melalui
contoh-contoh yang ia jumpai dalam
kehidupannya. Sehubungan dengan hal
tersebut tujuan discovery learning
menurut Bruner (Susanto,2013:98) adalah
hendaknya guru memberikan kesempatan
kepada muridnya untuk menjadi seorang
problem solver, seorang scientist, historia,
atau ahli matematika. Artinya melalui
kegiatan tersebut siswa akan menguasai,
menerapkan, serta menemukan hal-hal
yang bermanfaat bagi dirinya.
Berdasarkan beberapa definisi
tentang pembelajaran discovery learning
tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa
pembelajaran discovery learning
merupakan sebuah model pembelajaran
yang membantu siswa untuk menemukan
suatu konsep,teori atau pemahaman
sendiri melalui suatu pengalaman hidup
Penerapan Model Pembelajaran Dicovery Learning untuk Meningkatkan.......
55
Kosmas Sobon
sehari-hari. Artinya model pembelajaran
discovery memungkinkan dengan cepat
seorang peserta didik dapat berkembang,
kraetif, aktif, dan lebih mudah memperoleh
konsep yang kuat serta dapat dipercaya.
Melalui model pembelajaran discovery
learning peserta didik sudah dilatih dan
mulai belajar sebagai peneliti-peneliti.
Menurut Syah (2004:244) dalam
mengaplikasikan metode discovery
learning dikelas, ada beberapa prosedur
yang harus dilaksanakan dalam kegiatan
belajar mengajar secara umum sebagai
berikut:
a. Stimulation (stimulasi/pemberian
ransangan)
Stimulasi
berfungsi
untuk
menyediakan kondisi interaksi belajar
yang dapat mengembangkan dan
membantu siswa dalam mengeksplorasi
bahan. Sehubungan hal tersebut, Bruner
memberikan stimulation dengan
menggunakan teknik bertanya, yaitu
dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan yang dapat menghadapkan
siswa pada kondisi internal untuk
mendorong eksplorasi. Artinya guru harus
menguasai teknik-teknik dalam pemberian
stimulasi.
b.Problem statement (pernyataan/
identifikasi masalah)
Setalah stimulasi, guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin
agenda-agenda masalah yang relevan
dengan bahan pelajaran, kemudian salah
satunya dipilih dan dirumuskan dalam
bentuk hipotesis (Syah,2004:244)
c. Data collection (pengumpulan data)
Guru memberikan informasi kepada
siswa untuk mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya yang relevan untuk
membuktikan benar atau tidaknya
hipotesis (Syah,2004:244). Artinya anak
didik diberi kesempatan untuk
mengumpulkan berbagai informasi yang
56
Jurnal Autentik, Vol.1, No.2, Juli 2017: 52-62
relevan, membaca literatur, mengamati
objek, wawancara dengan nara sumber,
melakukan uji coba sendiri dan
sebagainya.
d. Data processing (pengolahan data)
Menurut
Syah
(2004:244)
pengolahan data merupakan kegiatan
mengolah data dan informasi yang telah
diperoleh para siswa baik melalui
wawancara, observasi dan sebagainya
lalu ditafsirkan.
e. Verification (pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan
pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya
hipotesis yang diterapkan tadi dengan
temuan alternative dihubungkan dengan
hasil data processing (Syah, 2004:244).
f. Generalization (menarik kesimpulan/
generalisasi)
Tahap ini adalah proses menarik
sebuah kesimpulan-kesimpulan yang
dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku
untuk semua kejadian atau masalah yang
sama dengan memperhatikan hasil
verifikasi (Syah,2004:244)
Pembelajaran IPA di sekolah dasar
sangat berhubungan dengan pengalaman
langsung melalui pengamatan, diskusi dan
penyelidikan sederhana. Dengan
demikian,maka pembelajaran IPA
menumbuhkan sikap ilmiah siswa yang
diindikasikan dengan merumuskan
masalah, menarik kesimpulan, sehingga
mampu
berpikir
kritis
melalui
pembelajaran IPA. Untuk lebih jelas, Carin
dan Sund (1993) mendefinisikan “IPA
sebagai pengetahuan yang sistematis dan
tersusun secara teratur, berlaku umum
(universal), dan berupa kumpulan data
hasil observasi dan eksperimen”.
Sehubungan dengan definisi IPA,
Wahyana (dalam Trianto, 2012:136)
menyatakan “IPA adalah suatu kumpulan
pengetahuan tersusun secara sistematik,
dan dalam penggunaannya secara umum
ISSN 2548-9119
terbatas pada gejala-gejala alam”. Yang
serupa dirumuskan oleh Fowler yakni “IPA
adalah pengetahuan sistematis dan
dirumuskan, yang berhubungan dengan
gejala-gejala kebendaan dan didasarkan
terutama atas pengamatan dan dedukasi”.
Nawawi (dalam Susanto,2013:5)
menegaskan “hasil belajar dapat diartikan
sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam
mempelajari materi pelajaran di sekolah
yang dinyatakan dalam skor yang
diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah
materi pelajaran tertentu.” Sedangkan S.
Nasution (dalam Kunandar, 2012:276)
berpendapat “hasil belajar adalah suatu
perubahan pada individu belajar, tidak
hanya mengenai pengetahuan, tetapi juga
membentuk kecakapan dan penghayatan
dalam diri pribadi individu yang belajar.
Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh
siswa setelah mengikuti suatu materi
tertentu dari mata pelajaran yang berupa
data kuantitatif dan kualitatif.
Menurut Arikunto (dalam Ekawarna,
2013:70) yang dimaksud dengan “hasil
belajar adalah suatu hasil yang diperoleh
siswa setelah setelah mengikuti proses
pengajaran yang dilakukan oleh guru.
Hasil belajar ini biasanya dinyatakan
dinyatakan dalam bentuk angka, huruf
atau kata-kata baik, sedang, dan kurang”.
Begitu pula menurut Hamalik (dalam
Ekawarna,2013:70) hasil belajar adalah
perubahan tingkah laku pada diri siswa,
yang dapat diamati dan diukur dalam
bentuk perubahan pengetahuan, sikap,
dan keterampilan. Djamarah dan Zain
(2013:107) menegaskan setiap proses
belajar mengajar selalu menghasilkan
hasil belajar . masalah yang dihadapi
adalah tingkat prestasi (hasil) belajar yang
telah dicapai. Sehubungan dengan hal
inilah keberhasilan proses belajar
mengajar itu dibagi atas beberapa tingkat
atau taraf.
Menurut Susanto (2013:12) hasil
belajar siswa dipengaruhi oleh dua hal
yaitu: (1) siswa
:
dalam
arti
kemampuan berpikir atau tingkah laku
intelektual, motivasi, minat, dan kesiapan
siswa baik jasmani maupun rohani (2)
Lingkungan : yaitu sarana dan prasarana,
kompetensi guru,kreativitas guru, sumbersumber belajar, metode serta dukungan
lingkungan, keluarga dan lingkungannya.
Selanjutnya menurut Wasliman (dalam
Susanto,2013:13) “sekolah merupakan
salah satu factor yang ikut menentukan
hasil belajar. Semakin tinggi kemampuan
belajar siswa dan kualitas pengajaran di
sekolah, maka semakin tinggi pula hasil
belajar siswa.
Pendapat yang senada juga
dikemukakan oleh Ruseffendi (dalam
Susanto,2013:14) mengidentifikasi faktorfaktor yang mempengaruhi hasil belajar
kedalam sepuluh macam, yaitu
kecerdasan, kesiapan anak, bakat anak,
kemauan belajar, minat anak, model
penyajian materi, pribadi dan sikap guru,
suasana belajar, kompetensi guru,dan
kondisi belajar. Hal ini sejalan dengan apa
yang dikatakan oleh Sudjana (dala
Susanto,2013:15) bahwa hasil belajar
yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh
dua faktor utama yaitu faktor dari dalam
diri siswa dan faktor yang datang dari luar
diri siswa atau faktor lingkungan.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Trianto
(2011:14) menegaskan “penelitian
tindakan kelas merupakan salah satu
bentuk penelitian kualitatif yang dilakukan
seseorang secara individual atau secara
kolektif yang bertujuan untuk mengubah
atau memperbaiki berbagai hal tentang
permasalahan yang mendesak dalam
suatu komunitas atau kelompok tersebut”.
Singkatnya, penelitian tindakan kelas
Penerapan Model Pembelajaran Dicovery Learning untuk Meningkatkan.......
57
Kosmas Sobon
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
oleh guru atau bersama-sama dengan
orang lain (kolaborasi) yang bertujuan
untuk memperbaiki atau meningkatkan
mutu proses pembelajaran dikelasnya.
Penelitian Tindakan Kelas ini
dilaksanakan di SDN Lelang Kecamatan
Banggai Kabupaten Banggai Laut
Sulawesi Tengah. Penelitian ini
dilaksanakan pada kelas V Sekolah Dasar
semester ganjil, yakni bulan September
sampai dengan November 2016 untuk
Tahun Pelajaran 2016/2017. Siklus I
dilaksanakan dalam dua kali pertemuan
yakni tanggal 27 Oktober 2016 dan tanggal
2 November 2016. Selanjutnya Siklus II
dilaksanakan dalam satu kali pertemuan
yaitu tanggal 08 November 2016.
Subjek penelitian ini adalah siswa
kelas V SDN Lelang Kecamatan Banggai
dengan jumlah siswa adalah 12 siswa
yang terdiri dari 7 laki-laki dan 5
perempuan. Kelas ini dipilih sebagai
subyek penelitian untuk memperbaiki dan
meningkatkan hasil belajar siswa yang
pada semester sebelumnya tidak
memenuhi standar KKM yang sudah
ditentukan.
Jenis data dalam penelitian ini adalah
data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif
adalah data yang diperoleh lewat lembar
observasi aktivitas belajar siswa melalui
lembar observasi. Sedangkan jenis data
kuantitatif adalah data hasil belajar siswa
yang diperoleh melalui hasil ujian/tes
tertulis yang dilakukan siswa.
Adapun yang menjadi sumber data
dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
hasil belajar siswa. Hasil belajar ini
diperoleh dari hasil kerja lewat tes/ujian
hasil belajar melalui pembelajaran metode
discovery learning. Sumber data lain yang
dapat ditemukan dalam penelitian ini
adalah berupa hasil pengamatan, catatan
lapangan berupa lembar observasi,
58
Jurnal Autentik, Vol.1, No.2, Juli 2017: 52-62
dokumentasi dari setiap tindakan
pembelajaran.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pra Siklus
Dalam latar belakang telah diuraikan
bahwa hasil observasi dan wawancara
dengan guru yang mengajarkan mata
pelajaran IPA kelas V di SDN Lelang
Kecamatan Banggai Kabupaten Banggai
Laut menunjukkan bahwa hasil
pembelajaran IPA masih tergolong rendah
Berdasarkan tabel dan gambar
tersebut yang merupakan hasil ujian
kondisi awal nampak jelas bahwa rari 12
jumlah siswa yang ada hanya 4 siswa yang
lulus atau 33,33% dan yang lainnya 8
siswa atau 66,67% belum memenuhi
standar KKM. Hasil akhir belajar siswa
awal menunjukkan bahwa nilai IPA paling
ISSN 2548-9119
rendah adalah 50 sedangkan yang paling
tinggi 85.
penerapan model discovery learning
diperoleh data sebagai berikut:
B. Hasil Penelitian Siklus I
Berdasarkan hasil penelitian pada
siklus I maka nilai skor dan persentasi hasil
belajar siswa adalah 846/1200 x 100% =
70,5%. Secara keseluruhan, hasil belajar
siswa dalam pembelajaran IPA melalui
penerapan model discovery learning
diperoleh data sebagai berikut:
Berdasarkan diagram di atas dapat
diketahui bahwa persentase ketuntasan
hasil belajar pada siklus I sebesar 58,33%
sedangkan siswa yang tidak tuntas
sebesar 41,67%. Dengan kata lain terjadi
peningkatan 25% ketuntasan hasil belajar
siswa bila dibandingkan sebelum
penerapan model pembelajaran discovery
learning.
C. Hasil Penelitian Siklus II
Berdasarkan hasil penelitian pada
siklus I maka nilai skor dan persentasi hasil
belajar siswa adalah 984/1200 x 100% =
82%. Secara keseluruhan, hasil belajar
siswa dalam pembelajaran IPA melalui
Berdasarkan diagram di atas dapat
diketahui bahwa persentase ketuntasan
hasil belajar pada siklus II sebesar 83%
sedangkan siswa yang tidak tuntas
sebesar 17%. Dengan kata lain terjadi
peningkatan 24,67% ketuntasan hasil
belajar siswa bila dibandingkan pada hasil
belajar siswa siklus I yang hanya mencapai
58,33%
D.Rekapitulasi Nilai Siklus I dan II
Berdasarkan tabel tersebut
Berdasarkan tabel tersebut
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
keterampilan guru dari siklus I ke siklus II
sebesar 8,5%. Peningkatan hasil belajar
dari pelaksanaan pra siklus ke siklus I
sebesar 25% sedangkan dari siklus I ke
Penerapan Model Pembelajaran Dicovery Learning untuk Meningkatkan.......
59
Kosmas Sobon
siklus II hasil belajar meningkat menjadi
24,67%.
Persentase keterampilan guru
siklus I 77,5% dan siklus II 86. Begitu pun
dalam hasil belajar siswa terjadi
peningkatan dari pra siklu ke siklus I dan
ke siklus II. Persentase hasil belajar pra
siklus 33,33%, siklus I 58,33% dan siklus
II 83%
E. Pembahasan
1. Ketrampilan Mengajar Guru
Berdasarkan hasil pengamatan
langsung pada proses pembelajaran IPA
melalui penerapan pembelajaran
discovery learning konkrit terdapat 10
aspek ketrampilan mengajar guru yang
diamati baik siklus I maupun siklus II
ketrampilan guru mengalami peningkatan
dengan masing-masing mendapatkan
kriteria baik. Hal ini bisa terlihat pada
pencapaian skor yang diperoleh pada
siklus I dan siklus II. Misalnya dalam siklus
II ada beberapa indikator yang mendukung
bahwa guru membuat materi ajar dan
mempunyai ketrampilan mampu
menjelaskan materi pelajaran, bukti
tersebut menegaskan bahwa guru sudah
menguasai bahan ajar.
Penguasaan bahan ajar merupakan
salah satu indikator yang sangat penting
bagi proses kegiatan belajar-mengajar di
kelas. Hal ini sesuai dengan pendapat
Slameto (2010:95) yakni :” guru harus
menguasai bahan pelajaran sebaik
mungkin, sehingga dapat membuat
perencanaan pelajaran dengan baik,
memikirkan variasi metode, cara
memecahkan persoalan dan membatasi
bahan, membimbing siswa kearah tujuan
yang diharapkan, tanpa kehilangan
kepercayaan terhadap dirinya.” Hal yang
sama pula diungkapkan oleh Aqib
(2010:85) yaitu :” Guru Sekolah Dasar
adalah guru kelas, artinya guru harus
dapat mengajarkan berbagai materi
60
Jurnal Autentik, Vol.1, No.2, Juli 2017: 52-62
pelajaran. Guru tidak hanya dituntut untuk
menyelesaikan bahan pelajaran yang
telah ditetapkan, tetapi guru harus
menguasai dan menghayati secara
mendalam semua materi yang akan
diajarkan.”
Indikator
lain
yang
turut
mempengaruhi peningkatan dan hasil
belajar
adalah
persiapan
dan
perencanaan. Salah satu tahap yang
sangat penting dalam penelitian tindakan
kelas adalah perencanaan sebelum
pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
Persiapan perencanaan seperti ; membuat
skenario pembelajaran, RPP, media
pembelajaran, materi ajar, instrument
penilaian dan LKS.
Disamping indikator yang disebutkan
di atas, ketrampilan guru dalam
memberikan penguatan kepada siswa
juga sangat membantu tercapainya suatu
pembelajaran. Karena bagi peserta didik
di tingkat Sekolah Dasar faktor pujian,
penguatan atau hadiah dalam bentuk
apapun sangat dibutuhkan dan dapat
membangkitkan semangat.
Indikator lain yang merupakan aspek
dalam penilaian keterampilan guru adalah
kemampuan memberikan kesimpulan dan
penguatan kepada siswa. Bagi peserta
didik di tingkat sekolah dasar faktor pujian,
penguatan, atau hadiah dalam bentuk apa
pun sangat dibutuhkan dan dapat
membangkitkan semangat belajar. Inilah
yang dibuat oleh guru setiap siklus. Dalam
siklus I, guru memberikan hadiah kepada
siswa atau kelompok yang memperoleh
nilai baik seperti gerakan tepuk tangan,
acungan jempol. Di samping itu pada
siklus I guru juga memberikan penguatan
kepada kelompok yang tampil baik dalam
bentuk snack/gula-gula kepada mereka
lalu dibagikan kepada teman-teman. Hal
yang sama pula penguatan diberikan
kepada siswa yang berpretasi dalam siklus
II yaitu kelompok yang mendapat nilai baik
ISSN 2548-9119
diberikan buku tulis masing-masing satu
buah. Hal ini sanada dengan apa yang
diungkapkan oleh Slameto (2010:96)
bahwa “guru harus berani memberikan
pujian. Pujian yang diberikan dengan
tepat, dapat mengakibatkan siswa
mempunyai sikap yang positif, daripada
guru guru selalu mengkritik dan mencela.
Pujian dan penguatan dapat menjadi
motivasi belajar siswa dengan positif.”
2. Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan data hasil belajar siswa
ditemukan bahwa terjadi peningkatan baik
dalam siklus I maupuan dalam siklus II.
Adapun instrumen yang dipakai untuk
mengukur ketuntasan siswa melalui tes
tertulis pada saat setiap pembelajaran
selesai. Dari data yang ada menunjukkan
bawah peningkatan hasil belajar dari
pelaksanaan pra siklus ke siklus I sebesar
25% sedangkan dari siklus I ke siklus II
hasil belajar meningkat menjadi 24,67%.
Dengan kata lain hasil belajar siswa terjadi
peningkatan dari pra siklus ke siklus I dan
ke siklus II. Persentase hasil belajar pra
siklus 33%, siklus I 58,33% dan siklus II
83%.
Dengan melihat data-data yang ada
ketuntasan belajar klasikal melalui
pembelajaran discovery learning pada
pembelajaran IPA kelas V SDN Lelang
Kec. Banggai telah sesuai dengan target
yang direncanakan. Pada indikator
keberhasilan pencapaian ketuntasan
belajar maksimal 75% dan pada siklus II
diperoleh 83% berarti penelitian sudah
berhasil pada siklus II.
.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Keterampilan guru dalam penerapan
pembelajaran discovery learning pada
mata pelajaran IPA mengalami
peningkatan. Pada siklus I dengan
persentasi 77,5% dengan kriteria baik.
Pada siklus II dengan persentase 86%
masuk dalam kriteria baik
2. Pembelajaran IPA penerapan
pembelajaran discovery learning pada
siswa kelas V SD Lelang Kec. Banggai
dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Hal ini ditunjukkan dengan data
hasil belajar siswa pada siklus I 58,33%
dan siklus II 83%. Hasil belajar IPA
siswa sudah memenuhi indikator
keberhasilan yaitu sekurangkurangnya ketuntasan klasikal
mencapai 75% dengan KKM IPA kelas
V pada SDN Lelang Kec. Banggai
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, ada
beberapa hal yang harus guru lakukan
yaitu:
1. Guru hendaknya dapat menggunakan
pembelajaran discovery learning
dalam setiap kegiatan pembelajaran
IPA demi peningkatan kualitas
pembelajaran pada mata pelajaran IPA
di sekolah dengan menggunakan
langkah-langkah yang ada dengan baik
dan benar
2. Dalam penerapan pembelajaran
discovery learning siswa hendaknya
dapat selalu berperan aktif dan berani
mengemukakan pendapatny
Penerapan Model Pembelajaran Dicovery Learning untuk Meningkatkan.......
61
Kosmas Sobon
DAFTAR PUSTAKA
Arinawati, Eni. St. Y. Slamet, Chumdari. 2014. “Pengaruh Model Pembelajaran Discovery
Learning Terhadap hasil belajar Matematika ditinjau dari Motivasi Belajar.” Jurnal
PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Djamarah, Syaiful Bahari dan Aswan Zain. 2013. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Ekawarna. 2013. Penelitian Tindakan Kelas, Edisi Revisi. Jakarta: Referensi GP Press
Group.
K. Imas & S. Berlin. 2014. Sukses Mengimplikasikan Kurikulum 2013; Memahami
Berbagai Aspek dalam Kurikulum 2013. Kata Pena.
Kementerian Pendidikan Nasional. 2009. Undang-undang Republik Indonesia Nomor
20 Tahun 2003 tentang Ssistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Biro Hukum
Kunandar. 2012. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan
Profesi Guru. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Slameto. 2010. Belajar & Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Syah, M. 2004. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Banadung: PT Remaja
Rosdakarya.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Trianto. 2007. Tipe Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi
Pustaka Publisher.
Trianto. 2011. Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research) Teori & Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Trianto.2012. Tipe pembelajaran Terpadu, Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: PT. Bumi Aksara
62
Jurnal Autentik, Vol.1, No.2, Juli 2017: 52-62
Download