Manusia di Hadapan Allah Ditulis oleh Manati I. Zega Senin, 27 April 2009 23:40 Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang sedemikian cepat dapat membawa manusia kepada pemahaman yang keliru tentang keberadaannya. Manusia menganggap bahwa dirinya mampu mengatasi seluruh persoalan di dalam hidup ini, tanpa kecuali. Manusia mengangkat dirinya sedemikian tingginya sehingga menyebabkan adanya kecenderungan untuk menolak segala sesuatu yang berasal dari luar dirinya, termasuk Tuhan. Di satu pihak, di banyak belahan bumi ini manusia diperlakukan sewenang- wenang, seolah-olah tidak ada harganya. Manusia diperlakukan dengan kejam dan tanpa perikemanusiaan. Manusia memang diciptakan sebagai mahluk yang mulia, tetapi tetap sebagai ciptaan. Manusia tidak mungkin lepas dari penciptanya yaitu Tuhan. Betapapun cerdas dan pandainya manusia ia adalah mahluk ciptaan, sebetapapun hinanya manusia, dia adalah ciptaan Allah yang mulia. Bagaimana sebaiknya kita memandang manusia, kita akan teliti lebih jauh. Manusia Diciptakan Allah Ada sebagian orang yang berpendapat bahwa manusia merupakan hasil dari proses evolusi (baik yang menyertakan Tuhan/evolusi theistik ataupun yang tidak menyertakan Tuhan/evolusi atheistik). adalah : Beberapa keterangan yang mendukung manusia sebagai ciptaan Tuhan 1. Ajaran Alkitab sendiri. Alkitab menjelaskan, Allah "menciptakan" manusia (Kejadian 1:27; 5:1; Ulangan 4:32; Mazmur 104:30; Yesaya 45:12; I Korintus 11:9) dan Allah "menjadikan" dan "membentuk" manusia (Kejadian 1:26; 2:22; 6:6-7; Mazmur 100:3; 103:14; I Timotius 2:13). Mengenai bagian tubuhnya, manusia diciptakan dari debu tanah dan mengenai jiwanya manusia diciptakan dengan nafas Allah (Kejadian 2:7; Ayub 33:4; Pengkhotbah 12:7). 2. Adam dan Hawa diciptakan langsung oleh Allah. Hawa diciptakan dari rusuk Adam (Kejadian 2:21-22; I Korintus 11:8). Bahasa yang dipakai dalam Kejadian 2 tidak mengizinkan suatu penafsiran lain, dan jika Hawa secara langsung dibentuk oleh Tuhan, sangatlah masuk akal untuk beranggapan bahwa Adam juga langsung diciptakan oleh Tuhan. 3. Manusia berasal dari debu dan kembali kepada debu. Bila debu dalam Kejadian 2:7 ditafsirkan sebagai manusia yang telah berkembang dari binatang, maka istilah kembali menjadi tanah dalam Kejadian 3:19 pastilah berarti bahwa manusia menjadi binatang lagi. Jelas sekali pandangan semacam ini tidak dapat diterima. 4. Manusia menjadi mahluk yang hidup Ketika manusia diciptakan maka ia menjadi mahluk hidup, dan bukan sebelumnya. 1/4 Manusia di Hadapan Allah Ditulis oleh Manati I. Zega Senin, 27 April 2009 23:40 Manusia bukan menjadi mahluk hidup yang berasal dari mahluk hidup lainnya. Manusia Sebagai Citra Allah Alkitab menjelaskan bahwa manusia diciptakan sebagai citra Allah. Manusia diciptakan serupa dan segambar dengan Allah (Kejadian 1:26). Hal Ini adalah kenyataan yang ditulis dalam Alkitab, bukan hasil gagasan manusia. Apa artinya apabila dikatakan manusia sebagai citra Allah? Artinya adalah: 1. Keserupaan itu bukan secara jasmani. Allah adalah Roh sehingga tidak memiliki anggota-anggota tubuh seperti manusia. Apabila Alkitab menggunakan gaya bahasa Personifikasi untuk Allah, hal ini disebabkan karena keterbatasan akal manusia untuk bisa memahami Allah secara sempurna. Gaya bahasa itu digunakan untuk mempermudah pemahaman manusia terhadap sifat-sifat Allah yang sempurna. Contoh beberapa penggunaan gaya bahasa personifikasi untuk Allah, antara lain: Mazmur 17:15 - menjadi puas dengan rupaMu; Yesaya 59:1-2 - tangan TUHAN ... dan pendengaranNya; Mazmur 8:7 - buatan tanganMu. 2. Keserupaan itu secara mental Allah adalah Roh, jiwa manusia adalah roh juga. Sifat sifat hakiki dari roh ialah akal budi, hati nurani, dan kehendak. Roh adalah unsur yang mampu bernalar, bersifat moral dan oleh karena itu juga berkehendak bebas. Ketika menciptakan manusia sebagai citraNya Allah menganugerahkan kepadanya sifat-sifat yang dimiliki Nya sendiri sebagai Roh. Dengan demikian manusia berbeda dengan semua mahluk lain yang mendiami bumi ini, serta berkedudukan jauh lebih tinggi dari pada mereka (Mazmur 8). Manusia diberi kemampuan intelektual yang tinggi tersirat dalam perintah untuk mengusahakan Taman Eden serta memeliharanya (Kejadian 2:15), juga perintah untuk menguasai bumi beserta isinya (Kejadian 1:26, 28) dan dalam pernyataan bahwa manusia memberi nama kepada segala binatang di bumi (Kejadian 2:19-20). Kesamaan dengan Allah ini tidak dapat dihapuskan dan karena kesamaan tersebut memungkinkan manusia memperoleh penebusan, maka kehidupan manusia yang belum dilahirkan baru juga berharga (Kejadian 9:6; I Korintus 11:7; Yakobus 3:9). 3. Keserupaan itu secara moral Ketika Allah melakukan pembaharuan dalam hidup manusia maka manusia baru itu "diciptakan menurut kehendak Allah dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya" (Efesus 4:24). Jadi pada mulanya manusia memiliki baik kebenaran maupun kekudusan. Atas dasar kebenaran dan kekudusan inilah manusia dapat bersekutu dengan Allah (Kejadian 1 dan 2) yang tidak dapat memandang kelaliman (Habakuk 1:13). Keserupaan secara moral ini menyebabkan manusia dapat membedakan yang baik dengan yang buruk. Sehebat apapun kejahatan manusia, ia masih mempunyai kemampuan untuk membedakan yang baik dan buruk. 2/4 Manusia di Hadapan Allah Ditulis oleh Manati I. Zega Senin, 27 April 2009 23:40 4. Keserupaan itu secara sosial. Allah memiliki sifat sosial, maka Ia menganugerahkan kepada manusia sifat sosial. Akibatnya manusia selalu mencari sahabat untuk bersekutu dengannya. Pertama tama manusia menemukan persahabatan ini dengan Allah sendiri. Kejadian 3:8 menjelaskan bahwa manusia berkomunikasi dengan Penciptanya. Allah telah menciptakan manusia untuk dirinya sendiri dan manusia menemukan kepuasan tertinggi dalam persekutuan dengan Tuhannya. Allah juga menganugerahkan persahabatan manusiawi. Tuhan menciptakan wanita untuk menjadi sahabat pria, agar persekutuan ini menjadi sangat mesra maka perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki laki. Manusia Jatuh Dalam Dosa Adam adalah nenek moyang seluruh umat manusia. Kita semua merupakan keturunan alamiah dari Adam artinya semua orang lahir sebagai orang berdosa. Akibat dosa adalah: 1. Hubungan antara manusia dengan Allah menjadi putus. Karena Allah suci maka ketika manusia jatuh ke dalam dosa manusia diusir dari hadapanNya. Manusia yang berdosa tidak mungkin bercampur dengan Allah yang suci. Ini menyebabkan manusia kehilangan sumber kehidupannya. 2. Hubungan antara manusia dengan sesamanya menjadi rusak. Allah menciptakan manusia agar manusia bisa saling mengasihi, tetapi ketika jatuh ke dalam dosa manusia justru saling membenci bahkan membunuh. Perasaan iru hati, amarah, mementingkan diri sendiri dllnya, sebenarnya merupakan refleksi dari hubungan yang rusak itu. 3. Hubungan manusia dengan alam menjadi tidak harmonis. Manusia diperintahkan oleh Tuhan untuk mengelola bumi ini dengan bijaksana untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Tetapi ketika manusia jatuh ke dalam dosa manusia dengan serakah mengeksploitasi alam ini secara sewenang-wenang sehingga alam semakin tidak bersahabat dengan manusia dari tahun ke tahun. Walaupun ketiga akibat dosa tersebut sama beratnya tetapi titik tolak dari segala sesuatunya adalah pemberontakan manusia terhadap Allah, yang mengakibatkan kematian atau maut itu (Roma 3:23; 6:23). Kematian itu ada tiga macam yaitu : 1. Kematian Rohani. Hal ini terjadi ketika manusia memberontak kepada Allah. Mati rohani ini sudah pernah dialami oleh semua manusia yang pernah hidup di atas muka bumi ini, kecuali Yesus Kristus. Mati rohani ini menyebabkan manusia tidak dapat lagi berkomunikasi dengan Tuhan Allah penciptanya. Untuk mengatasi masalah ini maka manusia perlu bertobat, menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya pribadi. Allah tidak menawarkan jalan lain, kecuali melalui Yesus (Yohanes 14:6). Ketika 3/4 Manusia di Hadapan Allah Ditulis oleh Manati I. Zega Senin, 27 April 2009 23:40 manusia menerimaNya maka manusia yang kekal (II Korintus 5:17). tersebut akan dijadikan baru, menerima hidup 2. Kematian Jasmani. Kematian ini akan dialami oleh semua orang, kecuali beberapa orang yang atas kehendak Tuhan tidak mengalami kematian jasmani, seperti Henokh dan Elia. Kematian ini tidak akan dialami juga oleh orang orang percaya yang masih hidup ketika Tuhan Yesus Kristus datang untuk kedua kalinya di dunia ini, mereka akan mengalami pengangkatan (! Tesalonika 4 : 13-18). 3. Kematian Kekal atau Kematian Kedua. Istilah ini biasanya dikenakan kepada penghukuman kekal. Orang yang mengalami kematian kekal artinya mereka yang akan mengalami kesengsaraan selama-lamanya (Wahyu 20:11-15). Kematian ini hanya bisa dihindari kalau ada pertobatan dalam hidup orang tersebut. Kebalikan dari kematian kekal adalah hidup kekal yang akan dikaruniakan kepada setiap orang yang mengalami kelahiran baru. Jadi, Tuhan menciptakan manusia sebagai citra Allah, mahluk yang mulia. Namun karena dosa masuk dalam hidupnya, maka citra tersebut menjadi rusak. Satu-satunya cara untuk memperbaiki citra yang rusak tersebut manusia perlu bertobat, percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi. Dengan melihat kenyataan tersebut di atas maka penting sekali sebagai orang yang telah percaya, untuk membawa manusia berdosa Tuhan, agar mereka juga diperbaharui dan memperoleh keselamatan. bagi kita, di hadapan Solo, 24 Pebruari 2003 Manati I. Zega 4/4