Ilmu Pengetahuan Tanpa Iman, Bagaimana Jadinya? Ditulis oleh Manati I. Zega Senin, 27 April 2009 23:56 Bisa dibayangkan apa yang akan terjadi terhadap dunia ini seandainya tidak ada orang pintar, tidak ada orang yang memiliki ilmu pengetahuan, dan tidak ada penemuan di bidang teknologi. Semuanya serba alami, seperti sediakala ketika Allah menciptakan dunia ini. Tidak ada sekolah dan tidak ada orang yang ingin sekolah. Kira-kira apa yang akan terjadi dengan dunia ciptaan Allah yang mulia ini? Sebaliknya, apa yang terjadi dengan dunia ini seandainya hanya dipenuhi dengan para ilmuwan, para penemu di bidang tekhnologi, sementara mereka tidak kenal Tuhan? Mereka tidak mengakui adanya Allah, Pencipta dunia ini dengan segala isinya. Mereka berkata bahwa dunia ini terjadi secara spontan dan sebagai hasil "evolusi". Mereka juga menyetujui teori evolusi, yang diprakarsai Charles Darwin. Mereka tidak mengakui mujizat dan semua tanda-tanda ajaib yang dikerjakan Allah dalam sepanjang sejarah kehidupan. Seandainya demikian, bayangkan apa yang akan menimpa planet bumi ini? Kemungkinan besar, dunia ini akan diisi dengan para Ilmuwan pengkhianat Allah. Akan muncul para Ilmuwan "jahat" yang setiap saat menyakiti Penciptanya. Apa pula yang akan terjadi, seandainya dunia ini hanya diisi oleh orang-orang yang sungguh-sungguh beriman kepada Tuhan, tetapi tidak punya pengetahuan dan tidak mau mengikuti perkembangan zaman, tidak tahu membaca dan menulis, sebab bagi mereka belajar seperti itu hanyalah melelahkan badan dan tiada artinya? Apa yang akan terjadi bila orang-orang menutup diri dengan dunia di sekitarnya dan hanya memikirkan hal-hal yang berhubungan surga? Mereka tidak mau peduli dengan lingkungannya, yang penting adalah memikirkan hal-hal yang berhubungan dengan surga. Mereka lupa daratan dan berpikir seolah-olah mereka sudah di surga. Coba Anda tenang sejenak, dan renungkanlah kira-kira apa yang akan seandainya keadaan kita seperti itu. terjadi Kondisi semacam ini, mengajak kita untuk memikirkan lebih dalam, bahkan ada hubungan yang erat antara Iman dan Ilmu Pengetahuan. Allah memang bercita-cita agar semua manusia ciptaanNya tetap beriman kepadaNya. Di dalam diri Allah terpancar satu kerinduan agar manusia tetap mengakui Dia sebagai Pencipta, Tuhan dan Juruselamat. Bagamana dengan ilmu pengetahuan? Apakah Allah benci dengan ilmu pengetahuan? Hal ini perlu dipahami lebih dulu sebelum kita melangkah lebih jauh untuk membahasnya. Allah Pencipta Ilmu Pengetahuan Sejak awalnya, Allah mencipta manusia segambar dengan Dia, yang sering disebut "Imago Dei". Kesegambaran (citra) manusia dengan Allah terlihat dalam tingkat intelektual yang diberikan oleh Pencipta itu sendiri, dan tidak dimiliki oleh ciptaan lain. Allah melengkapi manusia dengan pikiran-pikiran jernih yang mampu melihat kebesaran dan keagunan karya Pencipanya. Dari pikiran yang jernih inilah, timbul 1/4 Ilmu Pengetahuan Tanpa Iman, Bagaimana Jadinya? Ditulis oleh Manati I. Zega Senin, 27 April 2009 23:56 berbagai ide yang menghasilkan penemuan-penemuan di bidang teknologi. Allah menciptakan otak yang begitu cerdas dan tajam untuk mendapatkan dan menemukan sesuatu. Dari sini terlihat sangat jelas, bahkan Allah sangat senang dengan ilmu pengetahuan, karena ilmu itu sendiri bersumber dari Dia. Allah memberikan mandat kepada manusia agar dapat mengembangkan ilmu bagi kemuliaanNya. Di sinilah letak permasalahan yang harus diperhatikan dengan baik. Ada para ilmuwan, para sarjana yang tidak menggunakan ilmu pengetahuan yang diberikan itu untuk kemuliaanNya. Ilmu yang diberikanNya tidak digunakan secara bertanggung jawab dan proporsional. Pikiran dan ide yang diberikanNya digunakan untuk merusak. Pada dasarnya ilmu pengetahuan bersifat relatif. Relatif, maksudnya tergantung oknum yang menggunakannya. Kalau digunakan untuk maksud baik dan berguna maka Allah sangat menyenanginya. Segala sesuatu Tuhan berikan dengan maksud membawa keagungan bagi Sang Pencipta. Sarjana, Ilmuwan Kristen dan Pergumulannya. Bagaimanakah para Ilmuwan Kristen menyikapi perkembangan ilmu pengetahuan yang begitu pesat? Bagaimana para Ilmuwan Kristen bersikap terhadap para Ilmuwan lain yang menolak intervensi Allah di dalam segala penemuan mereka, dan berpendapat bahwa Allah itu tidak ada? Bagaimana sesungguhnya kriteria seorang sarjana yang berbobot, baik secara imani, maupun secara akademis? Prof. Dr. Stanley Health dalam bukunya "Sains, Iman dan Teknologi" berpendapat bahwa seorang ilmuwan yang berbobot harus memenuhi dua kriteria pemikiran penting. Yang pertama, pemikiran yang imani, dan yang kedua, harus memiliki kemampuan akademis yang kuat dan ilmiah. Secara imani, seorang sarjana yang berbobot harus mengakui kedaulatan dan kemahakuaaan Tuhan sebagai Pencipta. Dia juga harus mengakui bahwa Alkitab dan segala sesuatu yang tertulis di dalamnya adalah firman Allah tanpa salah. Dia harus mengakui, bahwa semua data yang tertulis dalam Alkitab benar dan akurat dan data itu tidak dapat disangkal secara ilmiah. Selain itu juga seorang sarjana yang berbobot harus memiliki tingkat yang tinggi, dan dapat dipertanggungjawabkan. intelektual Lebih lanjut, pendiri Institut Alkitab Tiranus (IAT), Bandung ini berpendapat, "Apa saja yang bertentangan dengan Alkitab pasti salah. Meskipun banyak sarjana mengganggapnya benar". Dengan tegas lagi, Doktor dalam tiga bidang disiplin ilmu ini (Teknologi, Penggembalaan dan Teologi), menyatakan bahwa "seorang Kristen (ilmuwan) yang mengabaikan Alkitab dalam aktivitas ilmiahnya tidak dapat dibenarkan dari sudut kesarjanaan atau pun dari sudut kepercayaan". Jelas di sini, bahwa Ilmuwan Kristen tidak boleh mengabaikan firman Allah dalam setiap aktivitas ilmiah apapun 2/4 Ilmu Pengetahuan Tanpa Iman, Bagaimana Jadinya? Ditulis oleh Manati I. Zega Senin, 27 April 2009 23:56 yang dilakukannya. Dia harus menunjukkan loyalitasnya terhadap sebagai firman Allah yang hidup dan menghidupkan. otoritas Alkitab Konflik batin yang sangat serius akan melanda Ilmuwan yang tidak mengakui dan tidak memasukkan data Ilmu pengetahuan yang terdapat dalam Alkitab. Mengapa? Karena data yang terdapat dalam Kitab Suci bersumber dari Allah sendiri, yang tidak dapat disangkal kebenarannya. Sumber segala ilmu pengetahuan sejati adalah dari Allah, yang dituangkan melalui pewahyuan kekal yang sekarang ini didapatkan di dalam Alkitab. Allah Tidak Mau Dicelehkan Persoalan yang timbul ketika Allah memberikan pemikiran yang cemerlang kepada manusia adalah, manusia seringkali sombong dan tidak tahu diri. Allah diabaikan bahkan dimasukkan ke dalam "kota" dan Allah tidak diizinkan untuk intervensi. Kejadian pasal 11 salah satu bukti nyata, yang menunjukkan bahwa manusia lupa diri dan mengganggap dirinya sebagai Allah. Manusia merencanakan untuk mengkhianatiNya dengan segala tindakan yang sungguh menyakiti hatiNya. Manusia mendirikan menara Babel yang tingginya sampai ke langit, guna menyamai Allah. Tujuan akhir dari semuanya itu, yakni manusia ingin mencuri kemuliaan Allah. Allah yang seharusnya mendapat kemuliaan tersebut, tetapi manusia itu sendiri berusaha menyaingiNya agar kemuliaan itu menjadi miliknya. Kesombongan mendorong manusia untuk menjadi seperti Allah baik dalam pikiran maupun tidakannya. Manusia seringkali tidak mau menerima kenyataan bahwa dia adalah ciptaan yang harus tunduk kepada kemahakuasaan penciptanya. Manakala perasaan itu timbul seorang Ilmuwan Kristen, seorang sarjan Kristen harus berhati-hati, supaya Tuhan tidak disakiti dengan keputusan-keputusan yang tidak bertanggung jawab. Sifat kesombongan hanyalah sebuah permainan setan untuk menipu manusia agar mereka tidak menghormati dan menghargai Allahnya. Teologia dan Ilmu Pengetahuan Hal yang sangat penting dan serius untuk dipahami adalah bagaimana teologia Kristen memandang ilmu pengetahuan? Apa kata Alkitab tentang ilmu pengetahuan dan bagaimana ilmu pengetahuan yang sejati didapatkan oleh orang percaya? Pada dasarnya teologi Kristen menerima kehadiran ilmu pengetahuan dan pembangunannya. Prinsipnya, ilmu pengetahuan diciptakan Allah sendiri. Alkitab menjelaskan, bahwa "takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan" - Amsal 1:7. Dengan jelas disebutkan bahwa mengenal Tuhan dengan benar, takut akan Tuhan adalah permulaan segala ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang sejati dan benar terjadi apabila ada keseimbangan antara Iman dan Ilmu Pengetahuan. Iman kepada Allah Sang Pencipta tidak boleh digeser dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan boleh maju tetapi Tuhan tetap pada posisi sebagai Tuhan. Tuhan adalah Tuhan yang layak 3/4 Ilmu Pengetahuan Tanpa Iman, Bagaimana Jadinya? Ditulis oleh Manati I. Zega Senin, 27 April 2009 23:56 di-Tuhankan, sedangkan ilmu pengetahuan tidak punya kekuatan untuk menyelesaikan persoalan manusia yang mendasar dan hakiki. Contoh, kemajuan ilmu kedokteran yang telah canggih sekalipun terbatas untuk menangani kasus-kasus penyakit yang sulit untuk ditemukan diagnosis dan obatnya. Penyakit AIDS belum tuntas, muncullah SARS yang juga belum ditemukan secara ilmiah cara pengobatannya. Tetapi, seringkali penyakit seperti itu disembuhkan dengan ajaib melalui doa yang dipanjatkan dalam Nama Tuhan Yesus Kristus. Kesembuhan Ilahi masih berlaku hingga hari ini. Sebagai rohaniwan, berulang kali menyaksikan keajaiban terjadi tatkala orang beriman berseru kepada Tuhan. Persoalan-persoalan kehidupan yang berat sekalipun dapat diatasi bersama-sama dengan Tuhan. Mengapa? Karena Tuhan punyai kekuatan maha dahsyat yang melebihi kekuatan dan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih sekalipun. Dari pemahaman ini, kita diajak untuk memikirkan kembali hubungan yang begitu erat antara ilmu pengetahuan dengan iman yang ditujukan kepada Tuhan kita, Yesus Kristus. Solo, 10 April 2003 Manati I. Zega 4/4