BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Adat Dan Hukum adat 2.1.1

advertisement
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Adat Dan Hukum adat
2.1.1 Pengertian Adat
Secara etimologi, adat berasal dari bahasa Arab yang berarti kebiasaan.
Jadi secara etimologi adat dapat didefinisikan sebagai perbuatan yang dilakukan
berulang-ulang lalu menjadi kebiasaan yang tetap dan dihormati orang, maka
kebiasaan itu menjadi adat. Adat merupakan kebiasaan-kebiasaan yang tumbuh
dan terbentuk dari suatu masyarakat atau daerah yang dianggap memiliki nilai
dan dijunjung serta di patuhi masyarakat pendukungnya.
Di Indonesia tentang segi kehidupan manusia tersebut menjadi aturanaturan hukum yang mengikat yang disebut hukum adat. Adat telah melembaga
dalam kehidupan masyarakat baik berupa tradisi, adat istiadat , upacara, dan
sebagainya, yang mampu mengendalikan perilaku masyarakat
dalam wujud
perasaan senang atau bangga, dan peranan tokoh adat yang menjadi tokoh
masyarakat menjadi cukup penting.
Adat atau kebiasaan dapat diartikan sebagai Tingkah laku seseoarang yang
terus-menerus dilakukan dengan cara tertentu dan diikuti oleh masyarakat luar
dalam waktu yang lama. Dengan demikian unsur-unsur terciptanya adat
adalahAdanya tingkah laku seseorang, Dilakukan terus-menerus, Adanya dimensi
waktu, dan Diikuti oleh orang lain/ masyarakat.
Pengertian adat-istiadat menyangkut sikap dan kelakuan seseorang yang
diikuti oleh orang lain dalam suatu proses waktu yang cukup lama, ini
menunjukkan begitu luasnya pengertian adat-iatiadat tersebut. Tiap-tiap
masyarakat atau Bangsa dan Negara memiliki adat-istiadat sendiri-sendiri, yang
satu satu dengan yang lainnya pasti tidak sama.
Adat-istiadat dapat mencerminkan jiwa suatu masyarakat atau bangsa dan
merupakan suatu kepribadian dari suatu masyarakat atau bangsa. Tingkat
peradaban, cara hidup yang modern sesorang tidak dapat menghilangkan tingkah
laku atau adat-istiadat yang hidup dan berakar dalam masyarakat.
Adat selalu menyesuaikan diri dengan keadaan dan kemajuan zaman,
sehingga adat itu tetap kekal, karena adat selalu menyesuaikan diri dengan
kemajuan masyarakat dan kehendak zaman. Adat-istiadat yang hidup didalam
masyarakat erat sekali kaitannya dengan tradisi-tradisi rakyat dan ini merupakan
sumber pokok dari pada hukum adat.
Syah (Dalam Nurlin Ibrahim 2009: 5) mengemukakan bahwa adat
adalah kaidah-kaidah sosial yang tradisional yang sakral ini berarti
bahwa adalah ketentuan leluhur dan ditaati secara turun temurun. Ia
merupakan tradisi yang mengatur masyarakat penduduk asli indonesia
yang dirasakan oleh anggota-anggotanya sangat mengikat. Sebagai
kaidah-kaidah sosial yang dianggap sakral, maka pelaksanaan adat ini
hendaknya dilaksanakan berdasarkan norma-norma adat yang berlaku
disetiap daerah dengan tanpa memperhatikan adanya stratifikasi dalam
kehidupan masyarakat.
Adat istiadat mempunyai ikatan dan pengaruh yang kuat dalam
masyarakat. Kekuatan mengikatnya tergantung pada masyarakat (atau, bagian
masyarakata) yang mendukung adat istiadat tersebut yang terutama berpangkal
tolak pada perasaan keadilannya (soekanto, 2011: 73).
Secara lebih khusus M.Nasroen (soerjono soekanto, 1981: 70).
Menjelaskan adat merupakan suatu sistim pandangan hidup yang
kekal, segar serta aktual, oleh karena didasarkan pada:
1. Ketentuan-ketentuan yang terdapat pada alam yang nyata dan juga
pada nilai positif, teladan baik serta keadaan yang berkembang.
2. Kebersamaan dalam arti, seseorang untuk kepentingan bersama dan
kepentingan bersama untuk seseorang.
3. Kemakmuran yang merata
4. Pertimbangan pertentangan yakni pertentangan dihadapi secara nyata
dengan mufakat berdasarkan alur dan kepatutan
5. Meletakan sesuatu pada tempatnya dan menempuh jalan tengah
6. Menyesuaikan diri dengan kenyataan
7. Segala sesuatunya berguna menurut tempat, waktu dan keadaan.
Adat juga merupakan pencerminan daripada kepribadian sesuatu bangsa,
merupakan salah satu penjelmaan dari pada jiwa bangsa yang bersangkutan dari
abad keabad. Oleh karena itu maka tiap bangsa didunia memiliki adat kebiasaan
sendiri-sendiri yang satu dengan yang lainnya tidak sama. Justru ketidaksamaan
inilah kita dapat mengatakan bahwa adat itu merupakan unsure yang terpenting
yang memberikan identitas kepada bangsa yang bersangkutan.Tingkatan
peradaban maupun cara penghidupan yang modern ternyata tidak mampu
melenyapkan adat kebiasaan yang hidup dalam masyarakat paling-paling terlihat
dalam proses kemajuan zaman.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa adat
merupakan kebiasaan-kebiasaan, aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh
masyarakat adat yang memuat kebiasaan-kebiasaan, nilai –nilai dan normanorma hukum lainnya yang saling mempengaruhi dan menjadi suatu system yang
hidup dalam suatu masyarakat tertentu. Dengan demikian dapat adat merupakan
aturan yang berlaku pada suatu masyarakat, agar anggota masyarakat dapat
menyesuaikan perbuatannya dengan tata kelakuan yang dibuatnya tersebut.
2.1.2 Pengertian Hukum adat
Pengertian Hukum adat adalah Bisa diartikan sebagai Wujud gagasan
kebudayaan yang terdiri atas nilai-nilai budaya, norma, hukum, dan aturan-aturan
yang satu dengan lainnya berkaitan menjadi suatu sistem dan memiliki sanksi riil
yang sangat kuat. Hukum adat adalah juga merupakan sistem hukum yang dikenal
dalam lingkungan kehidupan sosial di Indonesia dan negara-negara Asia lainnya
seperti Jepang, India, dan Tiongkok.
Hukum adat adalah hukum asli bangsa Indonesia. Sumbernya adalah
peraturan-peraturan hukum tidak tertulis yang tumbuh dan berkembang dan
dipertahankan dengan kesadaran hukum masyarakatnya.
Karena peraturan-peraturan ini tidak tertulis dan tumbuh kembang, maka
hukum adat memiliki kemampuan menyesuaikan diri dan elastis. Selain itu
dikenal pula masyarakat hukum adat yaitu sekelompok orang yang terikat oleh
tatanan hukum adatnya sebagai warga bersama suatu persekutuan hukum karena
kesamaan tempat tinggal ataupun atas dasar keturunan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adat adalah aturan (perbuatan
dsb) yg lazim diturut atau dilakukan sejak dahulu kala; cara (kelakuan dsb) yg
sudah menjadi kebiasaan; wujud gagasan kebudayaan yg terdiri atas nilai-nilai
budaya, norma, hukum, dan aturan yg satu dengan lainnya berkaitan menjadi
suatu sistem. Karena istilah Adat yang telah diserap kedalam Bahasa Indonesia
menjadi kebiasaan maka istilah hukum adat dapat disamakan dengan hukum
kebiasaan.
Menurut Harjito Notopuro (Dewi Wulansari, 2010: 4) Hukum adat
adalah hukum tak tertulis, hukum kebiasaan dengan ciri khas yang
merupakan pedoman kehidupan rakyat dalam menyelenggarakan tata
keadilan dan kesejahtraan masyarakat dan bersifat kekeluargaan
Menurut Raden Soepomo ( Dewi Wulansari, 2010: 4) Hukum adat
adalah sinonim dari hukum yang tidak tertulis di dalam peraturan
legislatif, hukum yang hidup sebagai konvensi dibadan-badan hukum
negara (Parlemen, Dewan Propinsi, dan sebagainya), hukum yang
hidup sebagai peraturan kebiasaan yang dipertahankan didalam
pergaulan hidup, baik dikota maupun di desa-desa.
Oleh karena itu hukum adat merupakan bagian dari adat atau adat istiadat,
maka dapatlah dikatakan, bahwa hukum adat merupakan konkritisasi dari pada
kesadaran hukum, khususnya pada masyarakat-masyarakat dengan struktursosial
dan kebudayaan sederhana. Pengertian Hukum adat lebih sering diidentikkan
dengan kebiasaan atau kebudayaan masyarakat setempat di suatu daerah.
Mungkin belum banyak masyarakat umum yang mengetahui bahwa hukum adat
telah menjadi bagian dari sistem hukum nasional Indonesia, sehingga
pengertianhukum adat juga telah lama menjadi kajian dari para ahli hukum.
Hukum Adat adalah aturan kebiasaan manusia dalam hidup bermasyarakat.
Maka dilihat dari perkembangan hidup manusia, terjadinya hukum itu mulai dari
pribadi manusia yang diberi Tuhan akal pikiran dan perilaku. Perilaku yang terus
menerus dilakukan perorangan menimbulkan “kebiasaan pribadi”. Apabila
kebiasaan pribadi itu ditiru oleh orang lain, maka ia akan juga menjadi kebiasaan
orang itu. Lambat laun diantara orang yang satu dan orang yang lain di dalam
kesatuan masyarakat melakukan perilaku kebiasaan tadi. Kemudian apabila
seluruh anggota masyarakat melakukan perilaku kebiasaan tadi, maka lambat laun
kebiasaan itu menjadi “Adat” dari masyarakat itu. Adat adalah kebiasaan
masyarakat, dan kelompok-kelompok masyarakat lambat laun menjadikan adat itu
sebagai adat yang seharusnya berlaku bagi semua anggota masyarakat, sehingga
menjadi “Hukum Adat”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa hukum adat adalah sesuatu yang mempunyai
nilai dan kekuatan hukum, yaitu kaidah-kaidah asli sebagai endapan kesusilaan
yang hidup yang berkembang di dalam masyarakat adat atau kelompok-kelompok
rakyat Indonesia dan keberadaannya diakui oleh mereka.Sejak awal manusia
diciptakan telah dikarunia akal, pikiran dan prilaku yang ketiga hal ini mendorong
timbulnya “kebiasaan pribadi “, dan apabila kebiasaan ini ditiru oleh orang lain,
maka ia akan menjadi kebiasaan orang itu dan seterusnya sampai kebiaasaan itu
menjadi adat, jadi adat adalah kebiasaan masyarakat yang harus dilaksanakan oleh
masyarakat yang bersangkutan sehingga menjadi hukum adat.
2.1.3 Ciri Khas Hukum adat
Soekanto (Dalam Nurlin Ibrahim, 2009: 10) pada umumnya adat
memiliki ciri-ciri khas sebagai berikut :
1. Keagamaan (Magiscg Religious)
Adat menghendaki agar setiap manusia percaya dan taqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan mengakui segala sesuatu
terjadi karena berkat dan rahmat Tuhan, dan yang ada di muka bumi
tidak ada yang kekal abadi selalu, ada awal ada akhirnya. Oleh karena
itu hukum adat selalu menghendaki agar setiap perbuatan mendapat
ridho dari Tuhan dan di jauhkan dari segala ancaman kemarahan
Tuhan.
2. Kebersamaan (Comunal)
Sifat kebersamaan dalam hukum adat ini mengandung arti
bahwa manusia menurut hukum adat merupakan makhluk dalam
ikatan kemasyarakatan yang erat seluruh lapisan makhluk diliputi oleh
rasa kebersamaan anggota baik sesama keluarga, kerabat, tetangga
yang didasarkan pada tolong-menolong saling membantu satu sama
lain.
3.
4.
5.
6.
7.
Sifat-sifat kebersamaan dapat dilihat dari kenyataan seharihari, seperti hukum kampong, rukun tetangga atau rukun warga, di
mana jika ada yang sakit atau meninggal dunia maka berduyunduyunlah para tetangga mendatangi sanak saudara untuk turut serta
berduka cita.
Serba kongkrit
Serba kongkrit mengandung hubungan-hubungan hukum
dilakukan tidak samar-samar antara kata dan perbuatan berjalan serasi,
jelas dan nyata. Misalnya dalam perjanjian jual beli, perjanjian baru
terjadi jika jelas dan nyata pembeli telah membayar harganya dan
penjual telah menyerahkan barang yang telah dijualnya.
Sangat visual
Hukum adat bercorak sangat visual mengandung arti
hubungan-hubungan hukum itu dianggap terjadi jika sudah ada tanda
ikatan yang nampak, jika belum ada tanda-tanda maka hubungan itu
baru merupakan omong kosong saja, baru sekedar menyampaikan
keinginan atas menaruh perhatian.
Tidak dikodifikasi
Hal ini mengandung arti tidak dihimpun dalam suatu atau
beberapa kitab undang-undang menurut system tertentu, sebagaimana
halnya dengan hukum yang berasal dari Eropa. Hal ini tidak berarti
bahwa tidak ada hukum adat yang tertulis dan dibuat menjadi buku,
namun tidak sedikit hukum adat yang tidak pernah dicatat, dibukukan
menurut cara setempat.
Traditional
Traditional disini mengandung arti turun-temurun sejak dahulu
hingga sekarang tetap dipertahankan dan dihormati, misalnya orang
Minangkabau tetap mempertahankan Datauk Parpatihman Sebatan.
Hukum adat yang traditional ini disesuaikan dengan tradisi
kepercayaana alam saat ini masih besar pengaruhnya terhadap alam
pikiran masyarakat.
Dapat berubah dan mampu menyesuaikan diri
Perubahan hukum dilakukan tidak dengan cara melengkapi
atau menghilangkan ketentuan yang ada, tetapi membiarkan saja
membuat ketentuan-ketentuan yang baru. Hal ini juga
menggambarkan bahwa adat mudah dan mampu menyesuaikan
dengan keadaan yang baru. Kemampuan menyesuaikan diri ini bukan
saja dikarenakan sifat hukum yang tidak tertulis dan tidak
dikualifikasi melainkan karena sifat keterbukaannya.
2.2 Pengertian Persepsi Masyarakat Tentang Adat Perkawinan
2.2.1 Pengertian Masyarakat
.
Manusia merupakan bagian dari kehidupan mahluk sosial yang ada
dimuka bumi. Kumpulan dari manusia inilah yang kemudian dikenal dengan
masyarakat. Pengertian masyarakat itu sendiri adalah sebagai sebuah kesatuan
yang terjadi antara dua manusia yang berada dalam sebuah dalam jangka waktu
tertentu.Kondisi umum yang menyebabkan munculnya masyarakat sendiri salah
satunya disebabkan adanya naluri alami manusia sebagai mahluk sosial sehingga
manusia itu tidak bisa hidup sendiri. Tanpa adanya hubungan dengan manusia lain
Menurut Linton (Harsojo, 1999: 126) bahwa masyarakat adalah setiap
kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama
sehingga mereka dapat mengorganisasikan dirinya dan berpikir
tentang dirinya sebagai satu kesatuan social dengan batas-batas
tertentu. Selain itu menurut J.L. Gillin dan J.P Gillin (Harsojo, 1999:
126) mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang
terbesar yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan
persatuan yang sama.
Hidup bermasyarakat adalah sangat penting bagi manusia karena ia tidak
sempurna dan tidak dapat hidup sendirian secara berkelanjutan tanpa mengadakan
hubungan dengan sesamanya dalam masyarakat. Dalam hal ini bukan sekedar
dalam pengertian biologis, tetapi benar-benar ia dapat berfungsi sebagai manusia
yang mampu bermasyarakat dan kebudayaan.
Pada dasarnya, masyarakat bukan sekedar sekumpulan manusia semata
tanpa ikatan, akan tetapi terdapat hubungan fungsional antara satu dengan yang
lainnya. Sistim individu mempunyai kesadaran akan keberadannya ditengahtengah individu yang lainnya. Sistem pergaulan akan didasarkan atas kebiasaan
dalam kehidupan sehari-hari dapat terjalin dengan baik. Untuk lebih diarahkan
pada pemahan yang jelas tentang arti dari masyarakat.
Menurut Maclver (Harsojo: 127) bahwa masyarakat adalah satu sistem
dari cara kerja dan prosedur, dari otoritas dan saling bantu-membantu
yang meliputi kelompok-kelompok dan pembagian sosial lain, sistem
dari pengawasan tingkah laku manusia dan kebebasan. Sistem yang
kompleks yang selalu berubah, atau jaringan dari relasi sosial itulah
yang dinamai masyarakat.
Pada kehidupan masyarakat, manusia dituntut untuk lebih mengedepankan
kepentingan kelompok dari pada kepentingan diri sendiri. Dalam tatanan
implementasi, setiap individu harus menyadari bahwa dia merupakan bagian yang
tak terpisahkan dari unsur kemasyarakatan sehingga setiap tingkah laku
perbuatannya harus melalui berbagai pertimbangan sehingga tidak mengabaikan
statusnyasebagai salah satu unsur dalam masyarakat.
Hidup bermasyarakat sangat penting bagi manusia, ia tidak sempurna dan
tidak dapat hidup sendiri secara berkelanjutan tanpa mengadakan hubungan
dengan sesamanya dalam masyarakat. Sebagaimana hubungan individu dalam
masyarakat yang pada hakekatnya merupakan fungsional, sekaligus sebagai
kolektif yang terbuka dan saling ketergantungan antara satu dengan yang lain.
Menurut Auguste comte (Abdul Syani, 1995: 46) masyarakat
merupakan kelompok-kelompok mahluk hidup dengan realitas-realitas
baru yang berkembang menurut pola perkembangan yang tersendiri.
Masyarakat dapat membentuk kepribadian yang khas bagi manusia,
sehingga tanpa adanya kelompok , manusia tidak akan mampu untuk
dapat berbuat banyak dalam kehidupannya.
Secara ringkas, kumpulan individu baru dapat disebut sebagai masyarakat
jika telah memenuhi empat syarat utama, yaitu: a). Dalam kumpulan manusia
harus ada ikatan perasaan dan kepentingan; (b) mempunyai tempat tinggal atas
daerah yang sama dan atau mempunyai kesatuan ciri kelompok tertentu; (c) hidup
bersama dalam jangka waktu yang cukup lama; (d) dalam kehidupan bersama itu
terdapat aturan-aturan atau hukum yang mengatur perilaku mereka dalam
mencapai tujuan kepentingan bersama.
Dapat disimpulkan bahwa masyarakat bukan sekedar kumpulan manusia
semata tanpa ikatan, akan tetapi terdapat hubungan fungsional antara satu sama
lainnya. Setiap individu mempunyai kesadaran akan keberadaannyaditengahtengah individu yang lain. Hidup bermasyarakat sangat penting bagi manusia ia
tidak sempurna dan tidak dapat hidup sendirian secara berkelanjutan tanpa
mengadakan hubungan dengan sesamanya dalam masyarakat.
2.2.2 Pengertian Persepsi
Persepsi adalah proses internal yang kita lakukan untuk memilih,
mengevaluasi dan mengorganisasikan rangsangan dari lingkungan eksternal.
Dengan kata lain, persepsi adalah cara kita mengubah energi-energi fisik
lingkungan kita menjadi pengalaman yang bermakna. Secara umum dipercaya
bahwa orang-orang berperilaku sedemikian rupa sebagai hasil dari cara mereka
mempersepsi dunia yang sedemikian rupa pula.
Berbicara mengenai persepsi setiap ahli akan mempunyai pandangan yang
berbeda-beda. Oleh karena itu, harus disesuaikan dengan ruang lingkup kajian
disiplin ilmu masing-masing ahli serta objek kajian yang hendak diamati untuk
mengkaji masalah ini penulis mencoba menganalisis berdasarkan teori-teori dan
kajian psikologi sosial.
Menurut
Moskowitz
dan
Ogel(Dalam
http://www.psychologymania.com)persepsi merupakan proses yang
integrated dari individu terhadap stimulus yangp diterimanya. Dengan
demikian dapat dikemukakan bahwa persepsi itu merupakan proses
pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima
oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang
berarti dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu.
Melalui persepsi, seseorang terus menerus melakukan hubungan dengan
lingkungan dan orang hain. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera
penglihat, pendengar, peraba, perasa dan penciuman. Persepsi tiap-tiap individu
tentang sesuatu akan berbeda-beda karena persepsi seseorang terhadap sesuatu
akan mempengaruhi pikirannya. Persepsi akan memungkinkan manusia memberi
penilaian terhadap suatu kondisi tertentu karena ranggsangan (stimulus) yang
diberikan. Penilaian seseorang mengenai rangsangan tersebut dilakukan melalui
proses kognitif.
Abdul syani (dalam Renol Hasan, 2008:5) berpendapat bahwa
persepsi adalah suatu proses aktif, komunikator menyerap, mengatur
dan menafsirkan pengalamanya secara selektif. Persepsi
mempengaruhi komunikasi antr budaya. Persepsi individu hakikatnya
dibentuk oleh budaya karena ia menerima pengetahuan dari generasi
sebelumnya. Pengetahuan yang diperolehnya itu digunakan untuk
member makna terhdap fakta, peristiwa dan gejala yang dihadapinya.
Persepsi merupakan salah satu aspek kognitif manusia yang sangat
penting. Hal ini memungkinkan manusia untuk mengetahui dan memahami dunia
sekelilingnya. Persepsi diawali melalui sebuah penginderaan dari stimulus yang
diterima seseorang, stimulus tersebut dilanjutkan sebagai sebuah proses persepsi
untuk kemudian diinterpretasikan. Dengan persepsi, manusia dapat menangkap
dan memaknai berbagai fenomena, informasi atau data yang senantiasa
mengitarinya. Riset mengenai persepsi menunjukkan bahwa individu yang
berbeda dapat melihat hal yang sama namun memahaminya secara berbeda.
Individu menginterpretasikan apa yang dilihat dan menyebutnya sebagai realitas.
Persepsi sebagai sebuah konstruk psikologis akan sulit diartikan secara
utuh atau dijabarkan dengan tepat dalam sebuah rumusan, namun dari pendapat
beberapa ahli diatas dapat penulis simpulkan bahwa persepsi merupakan
tanggapan atau penilaian seseorang terhadap rangsangan (stimulus) yang diterima
melalui alat inderanyanya, dimana rangsangan itu dapat berupa fenomena, benda
mati, maupun individu lain.
Selain persepsi stimulus dapat datang dari luar, tetapi juga datang dalam
individu yang bersangkutan. Karena persepsi merupakan aktivitas yang integrate
dalam diri individu, maka apa yang ada dalam diri individu akan ikut aktif dalam
persepsi. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam persepsi dapat dikemukakan
karena perasaan, kemampuan berpikir, pengalaman-pengalaman individu tidak
sama, maka dalam mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan
berbeda antara individu satu dengan individu lain.
Mahluk sebagai mahluk sosial yang sekaligus juga sekaligus juga sebagai
mahluk individual memiliki perbedaan antara satu individu dengan individu
lainnya. Adanya perbedaan ini menyebabkan seseorang menyenangi sebuah
objek, sedangkan orang lain belum tentu menyenanginya. Hal ini tergantung pada
persepsi atau tanggapan masing-masing orang.
Persepsi pada hakikatnya adalah merupakan proses penilaian seseorang
terhadap
obyek
tertentu.
Persepsi
merupakan
aktivitas
menginderaan,
mengintegrasikan dan memberikan penilaian padda objek-objek fisik maupun
objek sosial, yang ada dilingkunagannya. Sensasi-sensasi dari lingkunagan akan
dioalh bersama-samadengan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya baik hal itu
berupa harapan-harapan, nilai-nilai, sikap, ingatan, dan lain-lain. Persepsi
merupakan proses psikologis dan hasil dari penginderaan serta proses terakhir dari
kesadaran sehingga membentuk proses berfikir.
Jadi dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses yang menyangkut
masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia. yang kemudian
diinterpretasikan sehingga individu dapat memahami dan mengerti tentang
stimulus yang diterimanya tersebut. Proses menginterpretasikan stimulus ini
biasanya dipengaruhi pula oleh pengalaman dan proses belajar individu. Selain itu
juga Persepsi merupakan suatu proses mengatur dan mengartikan informasi
sensoris untuk memberikan makna. yang biasa kita sebut dengan 'pemikiran
seseorang.
2.2.3 Pengertian Perkawinan
Perkawinan merupakan suatu langkah yang sangat penting dalam proses
pengintegrasian manusia dalam tata alam. Hal ini harus memenuhi semua syarat
yang ditetapkan oleh tradisi untuk masuk kedalam tata alam sakral ( suci).
Upacara perkawinan bukan saja proses meninggalkan taraf hidup yang lama dan
menuju yang baru dalam diri seseorang, melainkan merupakan penegasan dan
pembaruan seluruh tata alam dari seluruh masyarakat.
Perkawinan adalah perilaku mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, agar
hidup di dalam dunia berkembang baik. Perkawinan bukan hanya terjadi
dikalangan manusia tetapi juga pada tumbuhan dan hewan. Manusia adalah
mahluk yang berakal dan perkawinan merupakan salah satu budaya beraturan
yang mengikuti perkembangan manusia dalam kehidupan bermasyarakat.
Perkawinan merupakan satu hal yang sakral, dan sangat penting serta
mulia untuk mengatur kehidupan rumah tangga dan masyarakat secara umum.
Tanpa perkawinan tidak mungkin seorang laki-laki dan seorang perempuan dapat
membentuk dan mengatur rumah tangga secara tertib dan teratur. Demikian pula
tanpa adanya pengikat yakni perkawinan, tentulah anak yang dilahirkan tidak akan
memiliki status yang jelas.
Menurut Bachtiar (dalam http://www.sarjanaku.com), Definisi
Perkawinanadalah pintu bagi bertemunya dua hati dalam naungan
pergaulan hidup yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama,
yang di dalamnya terdapat berbagai hak dan kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh masing-masing pihak untuk mendapatkan
kehidupan yang layak, bahagia, harmonis, serta mendapat keturunan.
Perkawinan itu merupakan ikatan yang kuat yang didasari oleh
perasaan cinta yang sangat mendalam dari masing-masing pihak untuk
hidup bergaul guna memelihara kelangsungan manusia di bumi.
Perkawinan dalam hal ini dipandang sebagai suatu jalan menuju pintu
perkenalan dan menyampaikan pertolongan antara yang satu dengan yang lain.
Dengan adanya ikatan perkawinan maka hubungan kerjasama yang baik antara
kedua belah pihak diharapkan akan dapat terlaksanakan dengan baik.
Menurut
Kartono
(dalam
http://www.sarjanaku.com),
Pengertianperkawinan merupakan suatu institusi sosial yang diakui
disetiap kebudayaan atau masyarakat. Sekalipun makna perkawinan
berbeda-beda, tetapi praktek-prakteknya perkawinan dihampir semua
kebudayaan cenderung sama perkawinan menunujukkan pada suatu
peristiwa saat sepasang calon suami-istri dipertemukan secara formal
dihadapan ketua agama, para saksi, dan sejumlah hadirin untuk
kemudian disahkan secara resmi dengan upacara dan ritual-ritual
tertentu
Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pengertian pernikahan
adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami
isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Perkawinan dianggap sah apabila
dilakukan menurut hukum perkawinan masing-masing agama dan kepercayaan
serta tercatat oleh lembaga yang berwenang menurut perundang-undangan yang
berlaku. Perkawinan adalah salah satu bentuk ibadah yang kesuciannya perlu
dijaga oleh kedua belah pihak baik suami maupun istri. Perkawinan bertujuan
untuk membentuk keluarga yang bahagia sejahtera dan kekal selamanya.
Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena
menikah / kawin adalah sesuatu yang sakral dan dapat menentukan jalan hidup
seseorang.
Jadi dapat disimpulkan bahwa perkawinan merupakan ikatan lahir dan
batin antara laki-laki dan perempuan sebagai suami istri dan juga merupakan salah
satu bentuk ibadah yang kesuciannya perlu dijaga oleh kedua belah pihak baik
suami maupun istri yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan
kekal didalamnya dan dapat menentukan jalan hidup seseorang karena perkawinan
merupakan sesuatu yang sakral,
2.2.4 Syarat-syarat Perkawinan
Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami-isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (UU No. 1 Tahun
1974 Tentang Perkawinan).Suatu perkawinan baru dapat dikatakan perkawinan
sah apabila memenuhi syarat-syarat perkawinan dan dilakukan menurut hukum
masing-masing agamanya serta dicatat menurut peraturan perundang-undangan.
Menurut UU No. 1 Tahun 1974 syarat-syarat perkawinan tercantum pada
pasal 6 sebagai berikut:
1) Perkawinan harus dilakukan menurut hukum agama.
2) Perkawinan harus dicatat menurut peraturan perundangan.
3) Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai.
4) Untuk melangsungkan pernikahan seorang yang belum mencapai umur 21
harus mendapat izin orang tua.
Syarat-syarat perkawinan menurut pasal 7 UU No. 1 Tahun 1974 yaitu:
1) Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19
tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun.
2) Dalam hal penyimpangan terhadap ayat (1) pasal ini dapat meminta
dispensasi kepada pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh kdua
orang tua pihak pria maupun pihak wanita.
3) Ketentuan-ketentuan mengenai keadaan salah seorang atau kedua orang
tua tersebut dalam pasal 6 ayat (3) dan (4) UU ini, berlaku yang dalam hal
permintaan dispensasi tersebut ayat (2) pasal ini dengan tidak mengurangi
yang dimaksud dalam pasal 6 ayat (6).
1.2.5
Tujuan Perkawinan
Menurut Soemijati (dalamhttp://www.sarjanaku.com) tujuan perkawinan
adalah untuk memenuhi tuntutan hajat tabiat kemanusiaan, berhubungan antara
laki-laki dan perempuan dalam rangka mewujudkan keluarga bahagia dengan
dasar cinta dan kasih sayang, memperoleh keturunan yang sah dengan mengikuti
ketentuan-ketentuan yang telah diatur oleh hukum.
Menurut Bachtiar (dalam http://www.sarjanaku.com), membagi
lima tujuan perkawinan yang paling pokok adalah:
1. Memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat, dengan
mendirikan rumah tangga yang damai dan teratur
2. Mengatur potensi kelamin
3. Menjaga diri dari perbuatan-perbuan yang dilarang agama
4. Menimbulkan rasa cinta antara suami-isteri
5. Membersihkan keturunan yang hanya bisa diperoleh dengan jalan
pernikahan
Tujuan perkawinan menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 adalah
membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa.
Dari kalimat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1) Perkawinan itu adalah untuk membentuk keluarga yaitu mendapatkan
keturunan, karena suatu keluarga tentunya terdiri dari suami istri dan anakanaknya.
2) Perkawinan itu untuk selama-lamanya, hal ini dapat kita tarik dari kata
“kekal”.
3) Perkawinan itu bertujuan untuk mencapai kebahagiaan.
Tujuan perkawinan yang diinginkan dalam Undang-Undang No. 1 Tahun
1974 bila kita rasakan adalah sangat ideal karena tujuan perkawinan itu tidak
hanya melihat dari segi lahiriah saja tetapi sekaligus terdapat adanya suatu
pertautan batin antara suami dan istri yang ditujukan untuk membina suatu
keluarga atau rumah tangga yang kekal dan bahagia bagi keduanya dan yang
sesuai dengan kehendak Tuhan Yang Maha Esa.
Bahwa dengan melangsungkan perkawinan akan diperoleh kebahagiaan,
baik materiil maupun spirituil. Kebahagiaan yang ingin dicapai bukanlah
kebahagiaan yang sifatnya sementara saja, tetapi kebahagiaan yang kekal,
karenanya perkawinan yang diharapkan juga adalah perkawinan yang kekal, yang
dapat berakhir dengan kematian.
Tujuan perkawinan menurut Hukum Islam adalah untuk memenuhi hajat
dan tabiat kemanusiaan berhubungan antara laki-laki dan perempuan dalam
rangka mewujudkan suatu keluarga yang bahagia dengan dasar cinta kasih sayang
untuk memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat dengan mengikuti
ketentuan-ketentuan yang telah diatur dalam syariat.
Tujuan perkawinan menurut Hukum Adat adalah untuk melahirkan
generasi muda, melanjutkan garis hidup orang tua, mempertahankan derajat
memasuki inti sosial dalam masyarakat dan untuk memenuhi kebutuhan hidup
secara
individu.Menurut
Bambang Suwondo mengatakan bahwa tujuan
perkawinan menurut Hukum Adat ialah secara sosiologi untuk memperoleh
pengakuan dari masyarakat setempat.
Download