BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seorang atlet badminton harus selalu tampil prima dalam setiap pertandingan untuk mencapai hasil yang optimal. Kondisi fisik adalah salah satu persyaratan yang sangat diperlukan dalam usaha meningkatkan prestasi atlet (Sarjoto, 1990). Kondisi fisik yang buruk dan latihan yang kurang senantiasa akan menyebabkan penampilan atlet baik yang profesional maupun amatir, pada saat menjalani pertandingan tidak akan maksimal. Masalah utama yang sering ditemui atlet yang sedang berlatih dengan keras adalah kelelahan atau ketidakmampuan untuk memulihkan rasa lelah, dari satu latihan ke latihan berikutnya. Kelelahan merupakan salah satu faktor yang berkaitan dengan stamina dan penampilan. Banyak atlet yang mudah mengalami kelelahan fisik pada saat pertandingan, maupun pada saat melakukan latihan (Susilowati, 2010). Kelelahan fisik pada atlet dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti emosional, lingkungan fisik, latihan, dan gizi. Gizi memberikan peranan yang tidak kalah penting dari faktor lainnya. Faktor gizi dapat menunjang proses biologik dalam tubuh dan tentunya ada kaitannya dengan proses kelelahan yang dialami oleh seorang atlet dalam melakukan latihan (Laursen, 2005). Banyak atlet yang mencegah kelelahan dengan mengkonsumsi suplemen maupun obat-obatan. Padahal dalam sisi medis belum tentu suplemen tersebut dapat berpengaruh positif terhadap tubuh dalam jangka pendek. Peran makanan belum tentu bisa digantikan oleh berbagai suplemen yang dibuat secara kimiawi. Tipe suplemen energi bisa jadi memberikan manfaat pada awalnya, namun pada akhirnya kita akan merasa kelelahan juga. Oleh karena itu, atlet dituntut untuk memilih dan mengkonsumsi makanan yang dapat mencegah maupun menunda kelelahan otot (Purwanti, 2008). Karbohidrat adalah salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai sumber energi atau bahan bakar tubuh yang utama. Glukosa yang 1 dihasilkan dari karbohidrat dapat menyediakan energi dalam bentuk ATP melalui proses glikolisis secara aerobik maupun anaerobik. Glikolisis anaerobik atau sering disebut sistem asam laktat akan menghasilkan produk asam laktat. Akumulasi asam laktat dalam otot dan darah inilah yang selanjutnya dapat mengakibatkan terjadinya kelelahan otot. Kelelahan otot juga dikarenakan simpanan glikogen yang turun secara drastis. Oleh karena itu, penting untuk memberikan makanan yang dapat mencegah terjadinya penurunan simpanan glikogen secara drastis dengan memperhatikan aspek nilai indeks glikemik makanan. Saat ini ada sebanyak 57 klub bulutangkis di DI Yogyakarta, di bawah naungan PB PBSI DIY. Klub – klub badminton tersebut yang ada di kota sebanyak 21 klub, 19 di Sleman, empat di Bantul, lima di Kulon Progo, dan enam di Gunungkidul. Ada 600 atlet yang aktif, dan secara keseluruhan ada 1.300 atlet di Daerah Istimewa Yogyakarta. PB Manunggal merupakan salah satu klub di wilayah Bantul, Yogyakarta dimana dominasi atlet badminton terpusat di klub ini dan telah banyak berkompetisi dalam kejuaraan yang diadakan di wilayah Yogyakarta (Syaifullah, 2012). Perolehan prestasi yang didapat oleh PB Manunggal yang terlihat dari salah satu kompetisi antar klub badminton yakni Djarum Multi Cabang V di Kulon Progo tahun 2012. Kejuaraan ini diikuti 204 peserta dari 30 klub Se-DIY. Dimana pada sektor tunggal remaja putra dominasi perolehan juara dipegang oleh Klub Pamungkas yang berasal dari sleman, dan atlet PB Manunggal hanya mampu menembus babak kedua, sedangkan sektor tunggal putri telah gugur dibabak pertama dan disektor ganda hanya mampu menembus di babak kedua. Padahal hampir 60% dari jumlah atlet yang bertanding dalam kejuaraan ini berasal dari Klub Manunggal Bantul. Kelemahan dalam penurunan prestasi ini disebabkan oleh penampilan atlet yang kurang fit dan faktor kelelahan fisik yang mendera atlet (Triangga, 2012). Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang jenis karbodirat ditinjau dari nilai indeks glikemik yang dapat menunda kelelahan otot saat latihan maupun pertandingan pada atlet badminton. 2 B. Perumusan Masalah Apakah ada pengaruh pemberian makanan indeks glikemik rendah atautinggi terhadap kelelahan otot pada atlet badminton? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh pemberian makanan indeks glikemik rendah atau tinggi terhadap kelelahan otot pada atlet badminton. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui respon atau perubahan kadar glukosa atlet pada saat sebelum dan setelah diberikan makanan indeks glikemik rendah atau tinggi, dan setelah anaerobic shuttle test. b. Mengetahui respon perubahan kadar laktat atlet pada saat sebelum dan setelah anaerobic shuttle test, setelah atlet diberikan makanan indeks glikemik rendah atau tinggi. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi atlet : a. Dapat memberikan pengetahuan tentang jenis makanan yang mengandung karbohidrat yang dapat menunda kelelahan otot pada saat latihan maupun pertandingan. b. Dapat memberikan pengetahuan tentang pemilihan dan pengaturan menu makanan yang sesuai dengan aktivitas olahraga yang dilakukan. 2. Bagi pelatih dan klub : a. Dengan pengaturan makanan yang baik, diharapkan dapat memberikan prestasi bagi atlet maupun klub. b. Dapat membuat pelatih lebih memperhatikan kondisi pemain terutama menyangkut masalah gizi. 3 E. Keaslian Penelitian 1. Chyntia (2010) melakukan penelitian yang berjudul ―Pengaruh Pemberian Suplemen Besi terhadap Kelelahan Otot”. Pada penelitian ini dilakukan tes wingate untuk mengetahui kelelahan otot yang terjadi pada fase anaerob dengan menilai parameter anaerobic fatigue (AF) dan tes ergometer sepeda pada fase aerob dengan menilai perbandingan rerata nilai VO2Max. Penelitian eksperimental dengan post test only controlled group design. Subjek penelitian adalah 48 orang laki-laki usia 19-21 tahun Mahasiswa FK UNDIP yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan, dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok kontrol dan perlakuan.Kelompok perlakuan diberi suplemen besi seminggu sebelum dilakukan tes wingate. Pengukuran dengan menggunakan tes wingate untuk menilai kelelahan otot pada fase anaerob dan tes ergometer sepeda untuk menilai kelelahan pada fase aerob. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa pemberian suplemen besi 1 minggu sebelum latihan tidak berpengaruh terhadap kelelahan otot fase anaerob yang dinyatakan dalam nilai IF (index fatigue) dan kelelahan otot fase aerob yang dinyatakan dalam nilai VO2max . Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama mengukur kelelahan otot sebagai variabel terikat. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada variabel bebas. 2. Penelitian ini dilakukan Ching-Lin Wu dan Clyde Williams (2006) dengan judul ―A Low Glycemic Index Meal Before Exercise Improves Endurance Running Capacity in Men―. Penelitian ini melihat pengaruh mengkonsumsi makanan dengan indeks glikemikrendah dan tinggi, 3 jam sebelum latihan pada intensitas ketahanan lari. Subjek penelitian ini adalah 8 laki-laki pelari yang dipilih acak dan terpisah selama 7 hari. Penelitian ini menggunakan desain ekperimental. Hasil dari penelitian ini adalah mengkonsumsi makanan dengan indeks glikemik rendah 3 jam sebelum latihan memberikan hasil ketahanan fisik yang lebih besar daripada mengkonsumsi makanan dengan indeks glikemik tinggi. 4 Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel bebas yang sama yakni makanan dengan nilai indeks glikemik rendah atau tinggi, dan juga metode yang hampir sama dalam mengukur indikator ketahanan fisik hanya saja berbeda dalam hal subjek dan variabel terikat penelitian. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Ching-Lin Wu et al., (2003) ini berjudul ―The Influence Of High-Carbohydrate Meals With Different Glycemic Indices On Substrate Utilisation During Subsequent Exercise‖. Penelitian ini dirancang untuk melihat pengaruh makanan tinggi karbohidrat dan berbeda nilai indeks glikemik selama latihan berikutnya. Subjek dalam penelitian ini adalah pelari laki-laki sebanyak 9 orang dengan rata-rata usia 26,8 dan berat badan ratarata 74,4 kg, dan rata-rata VO2max 58,1 ml/kg/mnit. Metode dengan desain eksperimental 3 kali percobaan yakni diberikan makanan rendah indeks glikemik, tinggi indeks glikemik, dan keadaan puasa, subjek mengkonsumsi makanan tersebut 3 jam sebelum latihan 60 menit lari pada treatmill denganVO2max 65%. Hasil kesimpulan dari penelitian ini adalah makanan karbohidrat dengan indeks glikemik tinggi dan rendah menghasilkan oksidasi lemak lebih rendah daripada keadaan puasa. Sedangkan makanan dengan indeks glikemik rendah menghasilkan nilai oksidasi lemak lebih besar daripada makanan indeks glikemik tinggi. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel bebas yang sama yakni makanan dengan indeks glikemik rendah dan tinggi, dan juga metode yang hampir sama dalam mengukur indikator ketahanan fisik hanya saja berbeda dalam hal subjek. 5