39 TALENTA PSIKOLOGI Vol. I. No. 1, Februari 2012 PENDEKATAN PERILAKU KOGNITIF DALAM PELATIHAN KETERAMPILAN MENGELOLA KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM Anne Fatma¹, Sri Ernawati¹ ¹Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sahid Surakarta Email : [email protected] [email protected] Abstract This research aimed to understand the effectiveness of Training on the Skill of Managing Public Speaking Anxiety Using Cognitive-Behavioral Approach, on the way it can reduce the level of Public Speaking Anxiety. The experiment design used in this research is Non-randomized Pre-test and Post-test Control Group Design, with the subjects were 20 undergraduate students of Sahid University Surakarta experiencing public speaking anxiety. The result of statistical analysis using the Mann-Whitney’s test are : there was significantly different level of public speaking anxiety between the experimental group and control group at pre-test and post-test, with z = -2,374 (p<0,01). The phi square is 0,5388. It means that the training gave 53,88% on reducing the level of public speaking anxiety. The model of Training on the Skill of Managing Public Speaking Anxiety Using Cognitive-Behavioral Approach was effective to reduce the level of public speaking anxiety. So, it was matched with the hypothesis of this research. Keywords : Cognitive-Behavioral Approach, Training, Public Speaking Anxiety 40 TALENTA PSIKOLOGI Vol. I. No. 1, Februari 2012 Abstrak Penelitian ini bertujuan memahami efektivitas pelatihan dalam mengurangi level kecemasan berbicara di depan umum melalui pendekatan perilaku kognitif. Desain eksperimen menggunakan Non Random Pre-test dan Post-test terhadap kelompok control, dengan jumlah subjek sebanyak 20 orang mahasiswa Universitas Sahid Surakarta yang memiliki pengalaman berbicara di depan umum. Hasil dari Mann-Whitney’s test yaitu adanya signifikasi perbedaan antara kelompok control pada pre-test dan post-test, dengan nilai Z = - 2,374 (p<0,01). Sedangkan phi kuadrat sebesar 0,5388. Artinya bahwa melalui pelatihan 53,88 % mampu mengurangi tingkat kecemasan seseorang saat berbicara di depan umum. Model yang digunakan dalam pelatihan adalah pendekatan perilaku kognitif sehingga nyata dampaknya bagi pengurangan tingkat kecemasan. Dimana hal ini juga sesuai dengan hipotesa yang disajikan. Kata kunci : Kecemasan Berbicara di Depan Umum, Pelatihan, Pendekatan Perilaku Kognitif. 41 TALENTA PSIKOLOGI Vol. I. No. 1, Februari 2012 depan PENGANTAR Komunikasi adalah suatu hal yang sangat penting dan tidak mungkin dihindari dalam kehidupan manusia sebagai mahluk sosial. Di dalam masyarakat, individu yang mampu berbicara dengan baik di depan umum akan mempunyai nilai lebih di mata orang lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan Whalen (1968) bahwa individu yang mampu berkomunikasi dengan baik di depan lebih umum pintar, akan lebih dianggap menarik, dan mampu menjadi pemimpin. Orang yang kurang mampu berkomunikasi dengan baik di depan umum mempunyai kemungkinan lebih besar untuk gagal dalam presentasi karena tidak dapat mempengaruhi orang lain, meskipun ia mempunyai ide yang bagus. Kemampuan berbicara di depan umum juga sangat penting untuk mencapai kesuksesan dalam dunia kerja. Kemampuan berbicara adalah salah satu pengukur kesuksesan dalam mencari pekerjaan dan kemajuan karir (Fordham & Gabbin, 1996). Oleh karena itu, sudah selayaknya kemampuan berbicara di umum dilatih sebelum seseorang memasuki pasar kelompok sejak siap kerja. yang dini untuk Sebagai mengenyam pendidikan tinggi, mahasiswa dituntut untuk mampu menuangkan ide dan pikirannya secara lisan, termasuk pada saat mereka diminta untuk tampil berbicara di Kompetensi depan umum. mahasiswa dalam berbicara di depan umum telah menjadi yang suatu tuntutan sewajarnya sebagai bekal di dunia kerja dan kehidupan bermasyarakat. Kenyataan 75% menunjukkan mahasiswa bahwa di Amerika mengalami kecemasaan berbicara di depan umum Menurut dalam (Thomas, 2005). Wallechinsky survei untuk (1977) meranking sepuluh besar ketakutan manusia, sebanyak 41% menyatakan bahwa berbicara di depan umum merupakan ketakutan sebagai yang tertinggi, pembanding, memilih sementara hanya kematian 19% sebagai ketakutan yang tertinggi. Pada tahun 1991, Chicago Tribune melakukan polling tentang sumber ketakutan terbesar manusia. Hasilnya, ketakutan untuk berbicara di depan 42 TALENTA PSIKOLOGI Vol. I. No. 1, Februari 2012 umum menjadi tertinggi sumber ketakutan (Whalen,1968). Surakarta dan Magister Profesi Croskey Psikologi (1993) melaporkan 14% siswa kursus sejumlah public speaking di Washington State mengalami University mengganggu pada saat berbicara di yang kecemasan tinggi mengalami saat diminta UGM Yogyakarta, mahasiswa masih kecemasan yang dirasa depan umum. berbicara di depan umum. Pembahasan Penelitian oleh Rahayu mahasiswa Islam yang dkk. Akta Negeri dilakukan (2003) kecemasan mengenai berbicara di depan pada umum tidak dapat dilepaskan dari IV Universitas wacana kecemasan secara umum. (UIN) Malang Menurut data 45,56% kecemasan adalah respon individu mahasiswa mempunyai kecemasan terhadap tinggi, mahasiswa menakutkan. Kecemasan adalah rasa mempunyai kecemasan sedang, dan yang muncul terkait dengan bahaya, 20,23% termasuk adanya keinginan untuk menghasilkan 35,27% mahasiswa kecemasan mempunyai rendah dalam hal berbicara di depan umum. pernyataan situasi-situasi Leary, yang terlepas dan terhindar dari bahaya (Lazarus, 1976). Kondisi bahaya yang dimaksudkan di sini adalah bahaya Berdasarkan hasil penelitian Suwandi (2004) di Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma, 32,8% mahasiswa mengalami kecemasan sedang, 48,3% mahasiswa mengalami kecemasan tinggi, dan 12,1% mahasiswa kecemasan mengalami sangat tinggi dalam situasi berbicara di depan umum. Berdasarkan hasil wawancara peneliti mahasiswa observasi di Universitas dan komunitas Sahid yang bersifat serangan psikis, terkait dengan terhadap identitas seseorang. Reaksi yang muncul pada saat cemas antara lain adalah perasaan yang tidak jelas, tidak berdaya, dan tidak pasti dilakukan. apa Lebih yang lanjut akan menurut Lazarus (1991), kecemasan muncul ketika makna eksistensial seseorang terganggu atau terancam sebagai hasil dari ketidakmampuan fisik, konflik 43 TALENTA PSIKOLOGI Vol. I. No. 1, Februari 2012 intrapsikis, dan peristiwa yang sulit dan Ruffner (1978) mendefinisikan didefinisikan. Apa yang ditakutkan kecemasan berbicara di depan umum lebih bersifat simbolik daripada nyata. sebagai kecemasan yang timbul dalam Strongman upaya (2003) karakteristik menjelaskan mengatasi situasi sebagai berbicara di depan umum. Kecemasan rasa takut yang sumbernya tidak berbicara di depan umum adalah jelas distres. suatu hal yang normal, bahkan dapat dalam dikatakan sehat apabila kecemasan sehari-hari. tersebut mendorong seseorang untuk dan kecemasan untuk menimbulkan Kecemasan sering menghadapi timbul masalah Kecemasan dikatakan normal jika mempersiapkan diri sebaik mungkin tidak berlebihan dan muncul pada untuk situasi yang sesuai (Calhoun dan ditakutkannya, namun Acocella, yang 1990), misalnya ketika mengantisipasi terlalu menghadapi situasi baru. Menurut berbicara Burgoon menghambat dan Ruffner kecemasan untuk (1978), bahkan dibutuhkan memotivasi seseorang mempersiapkan diri dengan Namun kecemasan merugikan jika menguras tenaga mengakibatkan kecil, tidak berdaya dikatakan berlebihan, dengan sia-sia, seseorang berharga, (Calhoun dan merasa dan tidak Acocella, pada saat umum akan seseorang untuk Faktor yang mempengaruhi kecemasan umum berbicara di dapat digolongkan depan menjadi dua, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu (pengalaman, berbicara, efikasi positif 1990). kecemasan tinggi depan yang menunjukkan kapasitas dirinya. baik untuk menghadapi situasi tertentu. di apa keterampilan harga diri, atau sendiri diri, asertivitas, kemampuan berpikir negatif, dan kemampuan berpikir rasional), dan Kecemasan semacam ini faktor yang berasal dari luar dapat menghambat kegiatan sehari- (jumlah, sikap, familiaritas, status, hari mengganggu hubungan evaluasi, dan perbedaan audiens). individu dengan orang lain. Burgoon Menurut Ayres (1990), jika faktor dan 44 TALENTA PSIKOLOGI Vol. I. No. 1, Februari 2012 audiens menjadi penyebab menimbulkan perasaan takut atau timbulnya kecemasan berbicara di cemas, yang kemudian akan berimbas depan pada perilaku (Ayres, 1992). Di dalam umum, diperbaiki kondisi ini dapat dengan cara mengubah audiens (fokus Namun jika pada audiens). faktor Pendekatan Perilaku-Kognitif, komponen kognitif ditujukan untuk penyebab mengubah pikiran-pikiran salah yang kecemasan bersumber pada proses menjadi penyebab masalah (Martin kognitif dan perilaku pembicara, & Pear, 1996), yang antara lain maka penyelesaian masalah dilakukan dengan proses : difokuskan pada pembicara. 1. Identifikasi cara berpikir yang Menurut kognisi Bandura (1986), proses berpikir adalah seseorang tentang situasi tertentu. Berdasarkan berpikir teori kognitif, menentukan seseorang merasa (Corsini & cara bagaimana dan salah. 2. Mengubah diri negatif menjadi positif. 3. Mempertanyakan kepercayan- berbuat kepercayaan 1989). fungsional. Wedding, pernyataan yang tidak Dengan kata lain, cara seseorang memaknai hubungan antara dirinya dengan lingkungan di sekitarnya akan berpengaruh terhadap perasaan dan perilakunya. Sebagai contoh, jika seseorang mempunyai pikiran yang 4. Koreksi verbal atas pandangan dan proses berpikir yang tidak fungsional. 5. Mempertanyakan asumsi- asumsi yang salah. negatif tentang situasi berbicara di depan umum, maka pikiran negatif tersebut akan perasaan mempengaruhi dan 6. Menginstruksikan diri sendiri untuk mengantisipasi situasi. perilakunya sehubungan dengan situasi tersebut. Pikiran berbicara negatif di tentang depan umum situasi akan Berdasarkan teori Perilaku yaitu Kondisioning Operan, suasana 45 TALENTA PSIKOLOGI Vol. I. No. 1, Februari 2012 hati tergantung dari perasaan yang proses belajar diasosiasikan terhadap peristiwa atau kognitif seperti situasi tertentu (Wolpe, 1958). thought, dan konsep Asosiasi tertentu terhadap dipelajari observasi dan (Hergenhahn & Sebagai pada berdasarkan pengalaman Olson, contoh, pernah jika dihujani kritik saat umum, situasi imagery, fantasy, self dasar bahwa dengan keyakinan beserta alasan mereka melakukannya adalah sama penting dengan apa yang mereka lakukan itu sendiri. di depan akan situasi tersebut Pendapat ini didukung oleh pernyataan dari dkk. (1992) bahwa Perilaku-Kognitif rasa elemen-elemen dipermalukan dapat Craighead dan Kadzin yang dikutip oleh Woody sebagai suatu hukuman, sehingga takut image, klien atas apa yang mereka lakukan dan ejekan ia mengasosiasikan modifikasi seseorang berbicara maka 2001). dan Pendekatan menggabungkan dari Pendekatan menjadi penghambat untuk berbicara Perilaku dan Pendekatan Kognitif. di 2002). Pendekatan keterampilan seseorang pentingnya melakukan sesuatu juga lingkungan depan umum Kurangnya dalam (Ayres, Perilaku menekankan peristiwa dalam dan pembentukan akan menimbulkan rasa takut dan perilaku. cemas. menekankan pentingnya cara berpikir Komponen behavioral di dalam Pendekatan Perilaku-Kognitif dalam didasarkan Menurut pada reinforcement penerapan pemberian positif perilaku secara langsung. yang Pendekatan Kognitif pembentukan perilaku. Pendekatan Perilaku- dengan Kognitif, proses berpikir maupun spesifik peristiwa itu sendiri sama pentingnya Reber (dalam dalam pembentukan perilaku, Sundberg, 2002) menjelaskan bahwa perilaku yang maladaptif bersumber Pendekatan Perilaku-Kognitif dari kesalahan dalam berpikir pada awalnya dari saat berakar perilaku berkembang yang pendekatan kemudian dengan menambahkan memaknai peristiwa dan lingkungan. Oleh karena itu, fokus dari Pendekatan Perilaku-Kognitif 46 TALENTA PSIKOLOGI Vol. I. No. 1, Februari 2012 adalah modifikasi fungsi berpikir Kognitif dalam penanganan kasus di dan penyelesaian yang lapangan sangat beragam. Kalodner menimbulkan (dalam Gladding, 2000) mengatakan maupun bahwa tidak ada definisi tunggal diharapkan masalah akan perubahan kognitif perubahan perilaku. Oemarjoedi tentang Terapi Perilaku-Kognitif, (2004) berusaha menjelaskan dengan termasuk di dalamnya teori, teknik lebih Pendekatan terapi, maupun strategi penelitian. diarahkan Pada umumnya pendekatan Perilaku- rinci bahwa Perilaku-Kognitif dapat pada fungsi berpikir, bertindak, dengan terstruktur, berorientasi tujuan, dan dalam membatasi waktu, misalnya dengan modifikasi merasa, dan menekankan peran otak Kognitif bersifat direktif, menganalisis, memutuskan, bertanya, menggunakan sistem home berbuat, dan memutuskan kembali. assignment dan praktek; serta fokus Tujuan dari Pendekatan Perilaku- pada kemampuan mengatasi masalah. Kognitif adalah mengajak klien untuk menentang pikiran yang dengan menampilkan bukti-bukti yang bertentangan dengan keyakinan mereka tentang masalah Berdasarkan salah yang Perilaku-Kognitif, maladaptif terbentuk Pendekatan perilaku dan yang kurang efektif karena pengaruh lingkungan dan cara berpikir yang dihadapi. kurang Menurut Sundel (2005), diri rasional dalam sendiri dan lingkungan. Pendekatan Perilaku-Kognitif dapat Kecemasan difokuskan pada dua hal. Fokus umum antara lain dipengaruhi oleh pertama adalah mengubah kognisi faktor penguatan (reinforcement) dari dengan harapan perubahan perilaku lingkungan, kurangnya keterampilan dapat mengikutinya. Fokus ke dua dalam berbicara di depan umum, adalah mengubah perilaku dengan peniruan, dan cara berpikir yang harapan kurang rasional. Oleh karena itu, perubahan kognisi dapat mengikutinya. Kenyataannya, penerapan dari pendekatan Perilaku- penanganan berbicara menyikapi terhadap di depan kecemasan berbicara di depan umum setidaknya 47 TALENTA PSIKOLOGI Vol. I. No. 1, Februari 2012 dilakukan berdasarkan faktor penyebab tersebut. anggota dapat membuat belajar suasana untuk positif dalam kelompok dengan cara mendengar Pendekatan Perilaku-Kognitif dapat dilakukan secara individual maupun di dalam dalam kelompok. penelitian dilakukan ini, dengan Di pelatihan pendekatan kelompok. aktif, perhatian, memperlihatkan dan saling memberi masukan. Anggota yang mempunyai kelebihan atau mengalami kemajuan lebih pesat dapat menjadi model bagi anggota yang lain. Keuntungan pendekatan kelompok (Prawitasari, 1999) adalah : 1. secara Peserta dapat belajar 4. Kesempatan untuk memberi dan menerima di dalam kelompok dapat menumbuhkan suasana positif di bersosialisasi dengan anggota yang antara anggotanya, sehingga muncul lain dengan cara saling memberi perasaan dan Rasa menerima diterima dan dimengerti. kebersamaan ini akan umpan balik. masukan yang menumbuhkan penghargaan diri dan didapat dari anggota kelompok yang keyakinan anggota terhadap dirinya mengalami permasalahan yang sama sendiri, akan kepercayaan kepada orang lain. Komentar dan lebih dipercaya dan mudah dicerna. juga Pelatihan 2. Di dalam kelompok, anggota pendidikan akan belajar menggunakan yang baru. mikrokosmik meningkatkan melatih perilakunya Kelompok merupakan sosial. Apabila adalah jangka proses pendek prosedur yang sistematis dan terorganisasi. Peserta pelatihan mempelajari pengetahuan dan seseorang dapat berubah di dalam keterampilan tertentu untuk tujuan kelompok, tertentu (Sikula, dalam Purwandari, diharapkan ia dapat berubah di dunia yang lebih luas. 1997). Metode pelatihan lebih difokuskan untuk melatih perilaku 3. Kelompok menjadi sarana untuk yang melatih keterampilan sosial. Sesama nilai, sikap, spesifik. Pengubahan dan insight nilaitidak 48 TALENTA PSIKOLOGI Vol. I. No. 1, Februari 2012 diutamakan, berbeda pelatihan yang akan digunakan untuk mengurangi kecemasan mengubah belief system (Goldstein, berbicara di 1981). subjek mahasiswa didasarkan pada psikoterapi yang dengan bertujuan Penjelasan untuk ini dapat dipahami mengingat bahwa proses tiga pengubahan Kognitif, yaitu : dilakukan belief secara system harus mendalam proses depan waktu relatif Perilaku- 1. Observasi diri relatif lama, berbeda dengan proses jangka Modifikasi pada dan berkesinambungan dalam waktu yang pelatihan yang dilakukan umum Sebagai tahap dalam mengubah perilaku, pendek. mengenali cara awal untuk klien harus berpikir, merasa, Menurut Kirkpatrick (dalam Salas dan bertindak (Meichenbaum dalam & Cannon-Bowers, 2001) pelatihan Oemarjoedi, 2004). Observasi diri adalah suatu metode pembelajaran atau pemantauan yang dengan bertujuan untuk mengubah diri cara dilakukan meningkatkan aspek kognitif, afektif, dan hasil sensitivitas ketrampilan atau keahlian. Metode perasaan, perilaku, pelatihan sesuai untuk menerapkan fisiologis. Pemantauan pendekatan Perilaku-Kognitif yang efektif jika disertai dengan evaluasi bertujuan untuk mengubah kognisi diri dan pengukuhan diri (Prawitasari, dan melatih perilaku tertentu pada 1999). Umpan balik dari pelatih seseorang. Pentingnya memasukkan maupun peserta pelatihan merupakan pendekatan kognitif dalam pelatihan sarana bagi untuk melakukan evaluasi keterampilan sosial juga ditekankan diri yang realistis. Pemantauan atas oleh kemajuan Kelly (1982). Penjelasan terhadap diri pikiran, dan sendiri diri reaksi akan (misalnya tersebut menjadi dasar bagi peneliti simtom untuk hilang) pada saat proses pelatihan atau menggunakan metode pelatihan dengan dasar Pendekatan setelah Perilaku-Kognitif. pengukuh Di dalam penelitian ini, kecemasan berkurang atau pelatihan yang mengatasi kecemasan. merupakan efektif untuk 49 TALENTA PSIKOLOGI Vol. I. No. 1, Februari 2012 2. Menyusun dialog internal baru Pemikiran-pemikiran negatif otomatis tersebut kemudian Berdasarkan teori kognitif, cara seseorang memaknai lingkungan sangat berpengaruh terhadap kondisi emosinya. kurang Cara berpikir rasional yang dalam menyikapi diri sendiri dan lingkungannya dapat menimbulkan perilaku yang maladaptif dan kurang efektif. Pada umumnya kecemasan berbicara di depan umum bukan disebabkan oleh ketidakmampuan sering individu, disebabkan oleh tetapi pikiran- pikiran negatif yang tidak rasional. Pikiran-pikiran negatif seseorang akan memunculkan negatif dengan sebagai mendapatkan fungsi dalam Oleh karena itu salah satu cara untuk mengatasi kecemasan berbicara adalah dengan mengubah pola pikir yang negatif menjadi umum tidak pola umpan balik dari berkala dengan disertai keterampilan baru untuk mengubah dialog internal menjadi lebih rasional dan positif, maka seseorang akan mendapatkan insight baru. Supaya subjek lebih fokus terhadap langkah-langkah penyelesaian masalah dan bukan pada pemikiran negatif, maka teknik instruksi diri juga ditambahkan di dalam pelatihan ini. 3. Belajar keterampilan baru situasi muncul kecemasan (Devito, 1984). yang untuk orang lain. Melalui pemantauan diri Penyebab berbicara di muka umum, sehingga depan berdiskusi ramalan-ramalan keterlibatannya di cara dirasionalkan rasional pikir tersebut positif yang rasional (Rahayu, 2004). Seseorang dapat memantau cara berpikirnya dengan cara menyadari dialog internal di dalam dirinya sendiri (self talk). munculnya kecemasan berbicara di depan umum tidak terlepas dari faktor kurangnya keahlian subjek (Croskey dalam Devito, 1995). Keahlian didapatkan melalui proses pembelajaran baik berupa transfer ilmu, latihan, dan umpan balik Keterampilan dari orang baru yang lain. dimiliki subjek akan meningkatkan perasaan mampu, karena setidaknya subjek mempunyai bekal untuk mengelola dirinya pada saat menghadapi situasi 50 TALENTA PSIKOLOGI Vol. I. No. 1, Februari 2012 tersebut. Pelatihan ini menjadi penguatan dari lingkungan, yang di wadah bagi subjek untuk berlatih dalam menghadapi dengan Pendekatan Perilaku-Kognitif depan situasi umum subjek berbicara dan di mendorong untuk menerapkan penelitian dengan metode Pelatihan ini dilakukan pelatihan, yaitu Keterampilan Mengelola keterampilan baru yang diajarkan di Kecemasan Berbicara di Depan luar pelatihan. Umum. Diharapkan pelatihan yang dilakukan di dalam penelitian ini Ketiga proses dasar tersebut diaplikasikan dalam paket pelatihan yang berisi sub-sub pelatihan: pemantauan diri, relaksasi, identifikasi dialog internal, membuat dialog internal dapat mengurangi kecemasan pada saat berbicara di depan umum. Hipotesis adalah : penelitian Pelatihan ini Keterampilan baru, Mengelola Kecemasan Berbicara di instruksi diri, exposure, dan pelatihan Depan Umum dengan Pendekatan presentasi diri. Penguatan positif juga Perilaku-Kognitif dilakukan dalam penelitian ini dengan menurunkan kecemasan berbicara di pemberian reward. depan umum. Berdasarkan Pendekatan efektif untuk METODE Perilaku-Kognitif, baik lingkungan, proses belajar, seseorang memaknai maupun kejadian di sekitarnya, mempunyai peran yang sama besar dalam memperkuat perilaku tertentu. Oleh karena itu diasumsikan bahwa kecemasan berbicara di depan umum dapat dikurangi dengan cara mengubah cara pandang, berlatih keterampilan menghadapi depan situasi umum, berbicara Penelitian ini menggunakan cara di dan mendapatkan jenis penelitian eksperimen, dengan rancangan eksperimen Pre-test & Post-test Subjek Control penelitian Group ini Design. adalah 20 orang mahasiswa Universitas Sahid Surakarta yang mengalami kecemasan berbicara di depan umum (berdasarkan hasil screening menggunakan Berbicara di Skala Depan Kecemasan Umum). 51 TALENTA PSIKOLOGI Vol. I. No. 1, Februari 2012 Adapun alat yang digunakan dalam penelitian perlengkapan di ini yaitu pelatihan, Skala Kecemasan Berbicara di Depan Umum, dan modul pelatihan yang mencakup : lembar pemantauan diri, lembar target, lembar reaksi Persiapan Penelitian Tahap awal yang pelaksanaan penelitian adalah persiapan penelitian yang akan dilakukan meliputi beberapa tahap, yaitu : 1. Observasi dan wawancara audiens dan pemecahan masalah, awal untuk identifikasi dan lembar penemuan observasi presenter, lembar relaksasi, lembar pernyataan masalah yang terjadi. persetujuan, lembar instruksi diri, lembar evaluasi pelatihan, berbagai 2. Penyusunan rancangan macam permainan, materi pelatihan, penelitian dan dan panduan untuk trainer. pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan, Pengukuran berbicara di kecemasan depan umum modul terkait permasalahan yang ada. pada dilakukan sebanyak 3. Adaptasi Skala Kecemasan dua kali, yaitu sebelum pelatihan Berbicara di Depan Umum dari (pre-test) Utami (1991). penelitian ini dan setelah pelatihan (post-test), menggunakan Kecemasan Berbicara di Skala 4. Seleksi trainer dan observer Depan Trainer yang dipilih dalam Umum. Hasil pengukuran dianalisis secara kuantitatif menggunakan Uji penelitian ini adalah trainer dengan dan observer yang berprofesi Mann-Whitney. sebagai Analisis kualitatif berdasarkan hasil monitoring individual Psikolog dan mempunyai pengalaman dalam terhadap memandu pelatihan. subjek penelitian dilakukan untuk mendukung hasil analisis kuantitatif. 5. Simulasi pelatihan dan revisi modul pelatihan. PROSEDUR 6. Uji coba alat ukur (SKBDU). 52 TALENTA PSIKOLOGI Vol. I. No. 1, Februari 2012 Uji coba Skala Kecemasan pelatihan dan penandatanganan Berbicara di Depan Umum kesepakatan kontrak pelatihan. (SKBDU) tanggal dilakukan pada Oktober 2007 15 8. Penentuan Peserta Pelatihan. terhadap 150 orang mahasiswa Pertemuan yang diadakan di Universitas Universitas Sahid Surakarta Muhammadiyah Surakarta (UMS) dari berbagai pada fakultas 2007. tanggal 31 Oktober dan jurusan. uji reliabilitas tujuan, garis besar rencana setelah menghasilkan koefisien pelatihan, hak dan tanggung Cronbach sebesar 0,942. jawab peserta pelatihan, dan Perhitungan juga menentukan waktu dan 7. Screening terhadap subjek yang memenuhi lokasi kriteria dari kelompok sebagai di atas hipotetik) dan Mahasiswa pelatihan (mempunyai SKBDU eksperimen Pelaksanaan Penelitian Pre-test terhadap kelompok Usahid yang terjaring dalam screening untuk kelompok kontrol. 24 Oktober 2007. Pengambilan sebagai pre-test. dilakukan menjadi dua kelompok, yaitu pada tanggal 22 sampai dengan tersebut juga berfungsi Sistem membagi 20 orang subjek mahasiswa Universitas Sahid dilakukan data pelatihan. undian penelitian. Pemberian SKBDU pada Peneliti menjelaskan peserta skor rerata diminta kesediaannya untuk mengikuti pelatihan. eksperimen maupun kelompok kontrol sebelumnya telah dilakukan pada saat screening. Pelatihan dilaksanakan selama dua hari, yaitu tanggal 5 dan 19 November 2007. Pelatihan Hari Pertama Mereka diminta untuk hadir Sesi 1. pada pertemuan pra pelatihan untuk membahas rencana 1. Tema : Memahami kecemasan 53 TALENTA PSIKOLOGI Vol. I. No. 1, Februari 2012 2. Tujuan : Memahami kondisi Sesi 1 apa saja yang dapat memicu munculnya kecemasan pada saat berbicara di depan umum 1. Tema : presentasi 2 2. Tujuan : menghadapi kecemasan dan melatih 3. Metode : sharing, tugas, ketrampilan berbicara diskusi 4. Metode : praktek Sesi 2. Sesi 2 1. Tema : mengubah cara berpikir 2. Tujuan : membangun dialog internal yang lebih konstruktif 3. Metode : ceramah, permainan, tugas, diskusi 1. Tema : pelatihan presentasi diri 2. Tujuan : menambah ketrampilan dalam mempresentasikan diri di depan umum Sesi 3. 3. Metode : ceramah, permainan, praktek, diskusi, umpan balik 1. Tema : pelatihan relaksasi 2. Tujuan : mengontrol reaksi fisiologis kecemasan 3. Metode : ceramah, praktek, tugas, diskusi Sesi 4 1. Tema : presentasi 1 2. Tujuan : menghadapi kecemasan dan melatih ketrampilan berbicara 3. Metode : permainan, praktek Pelatihan Hari Kedua Post-test dan evaluasi pelatihan dilaksanakan pada tanggal 23 November 2008 di Universitas Sahid Surakarta. 54 TALENTA PSIKOLOGI Vol. I. No. 1, Februari 2012 Tabel 1. Rangkuman Skor Pre-test, Skor Post-test, dan Selisih Skor Post-test Pre-test SKBDU Skor SKBDU Nilai z Taraf p Signifikansi Gain Score -2,374 0,003 p < 0,01 Pre-test Score -1,175 0,12 p > 0,05 Post-test Score -1,669 0,0475 p < 0,05 2,374 dengan taraf signifikansi 0,003 (p<0,01). Hal ini menunjukkan HASIL perbedaan tingkat kecemasan yang Pembahasan dari hasil signifikan penelitian yang telah dilakukan ini perlakuan meliputi dua bagian yaitu hasil eksperimen dan kelompok kontrol. analisis data kelompok dan hasil analisis data individual. sebelum dan antara sesudah kelompok Berdasarkan U test Mann- Berikut Whitney yang dilakukan pada skor uraian hasil analisis masing-masing pre-test, tidak ada perbedaan skor data : yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Nilai z yang dihasilkan sebesar - A. Analisis data kelompok 1,175, Hasil perolehan skor Skala Kecemasan Berbicara di Depan 0,12 dengan taraf signifikansi (p>0,01). menunjukkan Hal bahwa perbedaan maupun signifikan antara kelompok kontrol kontrol point ada Umum dari kelompok eksperimen kelompok starting tidak ini berdasarkan pre-test dan post-test dan dapat dilihat pada Tabel 1. Perbedaan skor awal antara kedua Uji Mann-Whitney kelompok yang kelompok tersebut eksperimen. tidak dilakukan berdasarkan selisih skor memberikan pengaruh yang berarti SKBDU dua kelompok tersebut. terhadap skor post-test. Skor z yang dihasilkan adalah - 55 TALENTA PSIKOLOGI Vol. I. No. 1, Februari 2012 Penghitungan skor post-test dan nilai phi kuadrat 0,5388 kelompok kontrol dan kelompok (53,88%). Jika kelompok eksperimen eksperimen dengan dibandingkan dengan uji U dari kelompok Mann-Whitney menghasilkan nilai kontrol, sumbangan efektif faktor z pelatihan sebesar -1,669 signifikansi dengan sebesar taraf 0,0475 terhadap kecemasan subjek adalah 53,88%. (p<0,05). Hasil penghitungan ini Penurunan menguatkan sebesar terhadap hasil penghitungan selisih skor penurunan kecemasan subjek 46,12% disebabkan kelompok faktor kontrol dan kelompok eksperimen faktor yang asertivitas, dan efikasi diri) dan sebelumnya Terdapat perbedaan kelompok yang dilakukan. skor antara di luar penelitian, oleh internal faktor (harga eksternal yaitu diri, (familiaritas mendapatkan terhadap kelompok, jumlah peserta perlakuan dengan kelompok yang pelatihan, tingkat kesulitan tugas, tidak mendapatkan perlakuan. dan formalitas pelatihan). Sumbangan efektif pelatihan terhadap penurunan kecemasan skor subjek B. Analisis data individual dilakukan dengan mencari nilai phi kuadrat 2 (Φ ). Penghitungan dengan tabel dilakukan kontingensi. kelompok eksperimen, subjek yang Pada jumlah Data individual diperoleh dari keterangan subjek, observasi pada masing-masing subjek dari setiap pertemuan, serta lembar evaluasi pelatihan. peningkatan ranking sesudah post- kemajuan yang test peserta pelatihan sangat beragam. subjek ada 7 mengalami orang, yang sedangkan tidak mengalami peningkatan ranking sejumlah 3 Sembilan Tingkat dicapai subjek oleh mengalami penurunan skor kecemasan, hanya subjek satu orang yang mempunyai skor kelompok kontrol tidak ada yang tetap. Berdasarkan kategorisasi, lima mengalami subjek orang. Sepuluh orang peningkatan ranking. Nilai phi yang didapat sebesar 0,734 mengalami kecemasan yang cukup penurunan berarti 56 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 1, Februari 2012 sehingga tingkat kecemasan seberapa besar kemampuan mereka mereka menurun dari kecemasan dan tinggi menjadi sedang dan rendah, pencapaian target. dua orang peserta tetap masuk dalam kurang Peserta realistis dalam pelatihan yang kelompok tingkat kecemasan sedang mempunyai target setelah merasa berhasil pelatihan. tetap masuk Tiga dalam subjek kelompok tingkat kecemasan tinggi. kecil dan melakukan presentasi dengan baik pada hari pertama (mendapatkan penghargaan Perubahan skor kecemasan yang realistis setelah atau masukan yang berarti dari pelatihan peserta lain) umumnya melaporkan dialami oleh subjek yang termasuk bahwa kecemasannya menurun dan dalam kelompok kecemasan targetnya dapat sedang. Penulis menyimpulkan pelatihan melaporkan peningkatan bahwa subjek dengan dicapai. Peserta tingkat rasa percaya diri pada presentasi kecemasan sedang kurang sensitif hari kedua kecuali dua orang yang terhadap pelatihan yang diberikan mengaku tidak suka berbicara di karena depan umum. mengelola kecemasan berbicara di tidak mampu menyusun kalimat depan umum. dengan baik, dan itu menyulitkan mereka lebih terampil Tujuan mereka mengikuti pelatihan lebih terfokus pada peningkatan Berdasarkan Berdasarkan uraian di atas, penulis pencapaian merasa mereka pada saat presentasi. keterampilan melakukan presentasi. Mereka hal-hal mencoba menyimpulkan yang dapat mendukung target yang ditentukan oleh subjek penurunan kecemasan subjek, yaitu : pada awal pelatihan, lima subjek kepribadian, penerimaan diri, mengaku berhasil mencapai target kemampuan memahami diri, dan lima peserta lain tidak berhasil keterbukaan mencapai kedisiplinan target. menurunkan Target untuk kecemasan pada terhadap masukan, untuk keterampilan dan menerapkan hasil umumnya tidak dapat dicapai oleh pelatihan, kegigihan, subjek kemampuan menentukan yang kurang memahami melatih dan target 57 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 1, Februari 2012 secara realistis. dengan analisis berkurangnya kecemasan PEMBAHASAN kualitatif berupa tanda-tanda ketika fisik berbicara di depan kelas pada pelatihan hari Berdasarkan analisis data kedua. Kondisi ini terlihat pada kuantitatif yang menggunakan uji U berkurangnya dari Mann Whitney terhadap selisih yang berlebihan, getaran suara, dan skor wajah yang memerah. Kesadaran maupun skor SKBDU, gerakan-gerakan diperoleh hasil yang menunjukkan akan bahwa yang untuk berkomunikasi juga menjadi menggunakan Pendekatan Perilaku- indikator adanya kemajuan pada Kognitif ini peserta pada pelatihan dapat menurunkan tingkat kecemasan depan umum eksperimen. berbicara pada Sumbangan pelatihan terhadap kontak mata pelatihan. dan inisiatif Pada sesi di presentasi hari kedua, kebanyakan kelompok peserta pelatihan lebih kooperatif efektif saat diminta untuk tampil. Peserta penurunan yang sebelumnya menolak untuk tingkat kecemasan sebesar 53,88%. tampil lebih mudah diajak bekerja Hal sama.. Peserta yang merasa bahwa ini menunjukkan bahwa pelatihan yang diberikan efektif untuk menurunkan kecemasan berbicara dirinya mempunyai kecenderungan tingkat untuk panik dan lupa pada apa di depan yang akan dikatakan melaporkan umum. bahwa pelatihan yang telah diikuti Selain adanya perbedaan dapat membuat mereka lebih tenang ranking pada selisih skor SKBDU dalam berpikir. Pada saat evaluasi, antara kedua kelompok, penurunan ada skor SKBDU pada sembilan orang memberikan subjek kelompok eksperimen, dan peneliti untuk memperbanyak sesi penurunan kategorisasi kecemasan presentasi agar kemampuan pada lima orang subjek, penurunan berbicara dan mengelola tingkat kecemasan kecemasan pada peserta setelah pelatihan dapat dijelaskan beberapa menunjukkan peserta masukan lebih yang kepada terasah. bahwa Ini peserta 58 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 1, Februari 2012 menyadari pentingnya berlatih berbicara di depan umum untuk mengelola kecemasan yang Artinya, tujuan menyertainya. pelatihan agar mengurangi peserta dapat perilaku depan umum yang dilakukan oleh peneliti. 2. Pendekatan kelompok Yalom (1985) menyebutkan salah satu kelebihan pendekatan menghindar kelompok adalah self disclosure untuk berbicara di depan umum (membuka diri). Membuka diri dapat dicapai. dilakukan dengan menceritakan Hal-hal lain yang mendukung apa yang dirasakan, keberhasilan pelatihan antara lain : yang 1. Modul pelatihan mengatasi Rancangan pelatihan banyak dialami kesulitan dan cara kesulitan-kesulitan tersebut. Setelah mendengar mengacu kepada terapi perilaku anggota lain dalam kelompok berupa terapi mengemukakan terapi kognitif relaksasi dan yang telah maka seseorang dilakukan oleh Utami (1991) mempunyai maupun merasa Purnamaningsih dan masalahnya yang masalah akan bahwa dia tidak Utami (1996). Pada penelitian sendirian dalam menghadapi tersebut, Terapi Relaksasi dan masalah tersebut. Dalam Terapi kelompok juga terjadi Kognitif efektif untuk mengurangi kecemasan berbicara pencerahan di menemukan depan umum. Konsep pelatihan ini disusun berdasarkan penting Pendekatan dapat Perilaku-Kognitif akan apabila seseorang sesuatu tentang yang dirinya. Ia menerima dukungan dan yang efektif untuk mengatasi berbagi masalah dengan orang permasalahan lain. psikologis, termasuk kecemasan sosial dan Kelompok eksperimen terdiri kecemasan berbicara di depan dari 10 orang (format kelompok umum. kecil). Hal mempengaruhi ini juga ikut efektivitas pelatihan kecemasan berbicara di Perubahan kelompok kecil perilaku lebih pada efektif dibandingkan pada kelompok besar 59 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 1, Februari 2012 karena perlakuan terhadap subjek Kondisi lebih perasaan mampu pada diri (Prawitasari, 1999). sebagian peserta pada saat 3. Trainer presentasi merata Trainer dan intensif mempunyai latar ini merasa menimbulkan sehingga lebih mereka percaya diri, belakang profesi Psikolog dan bahkan merasa perlu untuk ikut mempunyai pelatihan lagi. pengalaman memandu pelatihan. Mereka mampu menyampaikan materi 6. Kesempatan mempraktekkan hasil pelatihan dengan jelas, dapat mengatasi Pelaksanaan pelatihan pada hari keterbatasan ke materi, dan dua hampir bersamaan memandu pelatihan dengan cara dengan mulainya Ujian Tengah yang menarik. Semester di Universitas Sahid 4. Peserta Surakarta. Banyak Meskipun ada beberapa subjek peserta yang harus dimotivasi terlebih giliran untuk mempresentasikan dulu untuk berlatih berbicara di tugas kuliah, sehingga mereka depan mempunyai kesempatan untuk kelas, peserta pada dasarnya pelatihan cukup kooperatif. Kesungguhan dan yang diantara mendapatkan mempraktekkan yang telah keterampilan didapatkan pada partisipasi aktif peserta pelatihan hari pertama. Secara menentukan hasil pelatihan kebetulan ada acara seminar dan (Salas & Cannon-Bowers, 2001). 5. Tema presentasi yang ringan Berdasarkan sebagian laporan peserta lokakarya yang diikuti beberapa dari pasca peserta Kesempatan mempraktekkan pelatihan. subjek untuk keterampilan pelatihan, tema presentasi yang yang ringan dan berkisar pada diri kehidupan sendiri berpengaruh terhadap efektivitas memudahkan untuk menyusun apa mereka yang disampaikan pada saat presentasi. telah oleh diajarkan nyata di juga pelatihan. Pelatihan yang diberikan 60 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 1, Februari 2012 efektif untuk menurunkan kecemasan mempengaruhi perubahan skor berbicara di depan umum, dengan subjek adalah histori (Cook & sumbangan efektif sebesar 53,88%. Campbell, 1979), yaitu ketika ada Meskipun perlu kejadian tertentu pada subjek di dicermati adanya faktor-faktor yang antara pre-test dan post-test yang dapat mengancam validitas internal mempengaruhi peningkatan atau penelitian ini, yaitu : penurunan kecemasan subjek. demikian 1. Proses maturasi Penurunan Analisis skor yang pada kelompok bukan saja perlakuan melalui terjadi eksperimen dipengaruhi yang oleh diberikan pelatihan, tapi berdasarkan data hasil individual observasi dan wawancara dilakukan pada subjek kelompok eksperimen memonitor apakah untuk efek histori dapat mengancam validitas internal hasil juga dipengaruhi oleh adanya penelitian. Efek histori juga dapat proses kematangan alamiah mempengaruhi dalam perkembangan subjek SKBDU pada (Cook & Campbell, 1979). waktu berusaha sesingkat menentukan mungkin antara pre-test dan post-test. Jarak waktu satu bulan post-test antara pre-test diharapkan kelompok skor kontrol, tapi tidak ada keterangan yang Sebagai langkah antisipasi, peneliti penurunan mendukung karena tidak dilakukan monitoring terhadap kelompok kontrol. 3. Efek Testing dan Pengukuran pada pre-test dan dapat post-test dengan menggunakan memperkecil kemungkinan adanya alat ancaman proses maturasi terhadap menjadi validitas internal hasil penelitian. validitas internal penelitian (Cook Tidak & Campbell, 1979). terhadap dilakukan efek monitoring maturasi pada ukur sama dapat ancaman terhadap Subjek dapat mengingat isi kelompok kontrol. alat 2. Efek Histori sehingga Faktor lain di luar pelatihan dapat yang ukur memberikan berikut responnya, spontanitas jawaban dalam akan 61 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 1, Februari 2012 berkurang. Skala yang terdiri dari sesi 45 Hasil aitem dapat memperkecil pelatihan yang observasi berbeda. didiskusikan kemungkinan bagi subjek untuk bersama oleh observer setelah mengingat pernyataan dan jawaban pelatihan berakhir. pada tes sebelumnya. Kondisi ini berbeda dengan skala dengan 5. Faktor-faktor yang telah diteliti pengaruhnya terhadap jumlah item sedikit yang relatif kecemasan berbicara di depan mudah untuk diingat oleh subjek. umum seperti: jenis kelamin, Ada kemungkinan subjek berusaha harga diri, kemampuan berpikir memberikan kesan dalam positif, asertivitas, dan efikasi Peneliti diri. Pelatih melakukan kontrol positif mengerjakan post-test. berusaha mengantisipasi jenis kelamin dengan cara kemungkinan ini dengan menyeimbangkan jumlah laki- memberikan penjelasan kepada laki dan perempuan dalam satu subjek agar mereka menjawab kelompok. dengan jujur dan dilakukan termasuk apa dalam adanya, melaporkan Antisipasi ini terhadap kelompok eksperimen maupun kelompok perubahan kontrol. kecemasan yang dialami. kelompok terdiri dari lima orang 4. Efek kesalahan observer perempuan dan lima orang laki- Peneliti bertindak sebagai laki. Masing-masing Faktor observer. Untuk mengantisipasi kemampuan kesalahan, asertivitas, subjektivitas, kemungkinan mendukung maka penilaian tujuan observasi dilakukan oleh juga dengan yang dalam yang penelitian, tidak peneliti, observer hal ini merangkap peran trainer co-trainer atau dan harga berpikir dan diri, positif, efikasi diri tidak dikontrol dalam penelitian ini. Selain faktor pelatihan, hanya faktor-faktor tapi memberikan lain terhadap juga SKBDU pada kelompok kontrol. sebagai pada ini juga sumbangan penurunan skor SIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan 62 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 1, Februari 2012 adanya penurunan tingkat kecemasan reward berbicara di depan meningkatkan kelompok umum yang pada mendapatkan yang diri Kecemasan mengelola Umum di dengan Depan Pendekatan Perilaku-Kognitif. mendapatkan Setelah pelatihan, subjek rasa untuk percaya diri dan mengurangi rasa cemas pada Pelatihan Keterampilan Mengelola Berbicara efektif subjek. Baik kemampuan kecemasan peningkatan maupun pengetahuan keterampilan dan sama-sama mendukung kemajuan yang dicapai kelompok eksperimen lebih sadar oleh dalam subjek tahu benar seberapa besar memantau diri dan subjek penelitian mengontrol perilaku mereka untuk kemampuannya, meningkatkan membandingkan kemampuan apabila tidak dirinya dengan berbicara di depan forum. Subjek orang lain yang kelompok eksperimen juga terlihat kemampuan yang lebih aktif dan percaya diri pada berbicara, presentasi yang ke dua. hasil yang besar dalam jangka waktu Penelitian ini menemukan telah memiliki baik dalam dan tidak menargetkan yang singkat. Melatih keterampilan adanya karakteristik subjek yang berbicara tidak dapat mendukung secara instan. berbicara membutuhkan kemajuan penampilan subjek pada yang terus saat presentasi, berkesinambungan, disertai dengan penurunan kecemasan dan skor mendorong yaitu semangat umpan konsistensi, pihak-pihak lain. kelebihan pada dan saat kekurangan diri berbicara, dan kemampuan untuk target realistis. yang berhasil yang menilai menentukan muncul Perasaan setelah balik Hasil diharapkan dapat presentasi dijadikan adalah dan dan masukan dari dari penelitian dapat ini menambah diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Kelemahan penelitian baik proses khasanah keilmuan Psikologi dan subjek dapat menyelesaikan tugas dengan Keterampilan menerus untuk meningkatkan kemampuan, ketepatan dilakukan hendaknya perbaikan dapat untuk 63 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 1, Februari 2012 melakukan penelitian selanjutnya harapan dapat dengan interpersonal communication book. New York : Harper Collins College Publisher. menyempurnakan kekurangan dalam penelitian ini. DAFTAR RUJUKAN Ayres, J. (1990). Situational factors and audiency anxiety. Communication Education. 39, 283-291 Burgoon, M. & Ruffner, M. (1978). Human communication : a revision of approaching speech /communication. New York : Rineheart & Winston. Corsini, R. J. & Wedding, D. (1989). Current psychotherapies. Illinois: F. E. Peacock Publishers, Inc. Croskey, J.C. (1993). An Introduction to rhetorical communication apprehension. New Jersey: Prentice Hall Inc. Croskey, J.C., Simpson, T.J., & Richmond, V.P. (1982). Biological sex and communication apprehension. Communication Quarterly. 30: 2. Devito, J.A., (1984). The elements of public speaking. New York: Harper and Row Publisher. Devito, J.A., (1995). The Fordham, D.R., & Gabbin, A.L. (1996). Skills versus apprehension: empirical evidence on oral communication. Bussiness Communication Quarterly. 59, 88-97. Gladding, S.T. (2000). Counseling, a comprehensive profession. Upper Saddle River : Prentice Hall Inc. Goldstein, A. P. 1981. Psychological skill training: the structured learning technique. New York : Pergamon Press. Lamb, D.H. (1972). Speech anxiety: towards a theoretical conceptualization and preliminary scale development. Speech Monographs. 39, 62-67. Lazarus, R.S. (1976). Patterns of adjustment and human effectiveness. Tokyo: McGraw Hill Kogakusha. Lazarus, R.S. (1991). Emotion and adaptation. New York : University Press. Martin, G. & Pear, J. (1996). Behavior modification : what it is and how to do it. 5th edition. Upper Saddle River : Prentice Hall International, Inc. Kelly, J.A. 1982. training. Social skill 64 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 1, Februari 2012 New York : Springer Publishing Company, Inc. Oemarjoedi, A.K. (2004). Pendekatan cognitive behavior dalam psikoterapi. Jakarta: Creative Media. Patterson, C.H. (1986). Theories of counseling and psychotherapy. New York : Harper & Row. Pfeiffer, J.W., & Ballew, A.C. 1988. UA training technologies series. California : University Associates, Inc. Prawitasari, J. E. (1999).Pendekatan kelompok. Materi Kuliah Psikoterapi(Tidak Diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM. Purwan dari. (1997). Pelatihan strategi berteman untuk mengurangi kecenderungan perilaku menarik diri remaja awal. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Program Pasca Sarjana UGM. Rahayu, I.T, Ardani, T. A.& Sulistyaningsih. (2003). Hubungan pola pikir positif dengan kecemasan berbicara di depan umum. Jurnal Psikologi UNDIP. 1, 2, 131143 Rahayu, I. T. (2004). Pengaruh pelatihan pengembangan diri terhadap peningkatan berpikir positif dan penurunan kecemasan berbicara di depan umum. Tesis (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Salas, E. & Cannon-Bowers, J.A. (2001). The science of training : a decade of progres, Annual Review Psychology. Vol. 52, 471499. Spielberger, C.D. (1966). Theory and research on anxiety. New York: Academic Press. Strongman, K.T. (2003). The psychology of emotion : from everyday life to theory. West Sussex : John Wiley & Sons Ltd. Sundberg, N.D., Wineberger, A.A. & Taplin, J.R. (2002). Clinical psychology : envolving theory, practice, and research. New Jersey : Prentice Hall Inc. Sundel, M. & Sundel, S.S. (2005). Behavior change in the human services, behavioral and cognitive principles and application. Thousand Oaks : Sage Publications. Suwandi. (2004). Hubungan efikasi diri dan konsep diri dengan kecemasan berbicara di depan umum mahasiswa teologi terapan universitas sanata dharma. Tesis (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. 65 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 1, Februari 2012 Thomas, C. (2005). Conquering speech anxiety. supplemental chapter for confidence in public speaking. http://www.roxbury.net/cps6 chape.pdf. (28 Juni 2006). Utami, M.S. (1991). Pengaruh terapi kognitif dan relaksasi untuk mengurangi kecemasan berbicara di depan umum. Tesis (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Uiversitas Gadjah Mada. Wallechinsky, D., Wallace, D. & Wallace, H. (1977). The book of list. New York: Bantam Books. Whalen, J.D. (1996). I see what you mean. Thousand Oaks : Sage Publications. Wiederhold, B. K. & Wiederhold, M.D. (2005). Virtual reality and anxiety disorders : advances in evaluation and treatment. Washington D.C. : American Psychological Association. Woody, R. H., La Voie, J. C. & Epps, S. (1992). School psychology, a developmental and social systems approach. Boston : Allyn and Bacon. Yalom, I. D. (1985). The theory and practice of group psychotherapy. New York : Basic Book