Interaksi Obat Pada Pasien Geriatri yang Menderita Penyakit

advertisement
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Interaksi Obat Pada Pasien Geriatri yang Menderita
Penyakit Jantung dan Penyakit Dalam di Instalasi Rawat
Inap B Teratai Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)
Fatmawati Periode Oktober-November 2012
SKRIPSI
EVA YULIANI
NIM : 108102000071
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
JANUARI 2013
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Interaksi Obat Pada Pasien Geriatri yang Menderita
Penyakit Jantung dan Penyakit Dalam di Instalasi Rawat
Inap B Teratai Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)
Fatmawati Periode Oktober-November 2012
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untukmemperoleh gelar Sarjana Farmasi
EVA YULIANI
NIM : 108102000071
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
JANUARI 2013
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar
Nama
: Eva Yuliani
NIM
: 108102000071
Tanda Tangan
:
Tanggal
: 15 Januari 2013
iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Nama
: EVA YULIANI
NIM
: 108102000071
Judul
: Interaksi Obat Pada Pasien Geriatri yang Menderita Penyakit
Jantung dan Penyakit Dalam di Instalasi Rawat Inap B Teratai
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Periode OktoberNovember 2012
Disetujui Oleh :
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Delina Hasan, M.Kes, Apt
NIP. 195602101987032003
Dra. Alfina Rianti, M.Pharm, Apt
NIP. 196212191990022001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Farmasi
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Drs.Umar Mansur, M.Sc, Apt
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh
Nama
NIM
Program Studi
Judul Tesis
:
: Eva Yuliani
: 108102000071
: Strata-1 Farmasi
: Interaksi Obat Pada Pasien Geriatri yang
Menderita Penyakit Jantung dan Penyakit Dalam
di Instalasi Rawat Inap B Teratai Rumah Sakit
Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Periode
Oktober-November 2012
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Prof. Dr. (hc). dr. MK. Tadjudin, Sp.And
v
ABSTRAK
Nama
: Eva Yuliani
Program Studi : Strata -1 Farmasi
Judul
: Interaksi Obat Pada Pasien Geriatri yang Menderita Penyakit
Jantung dan Penyakit Dalam di Instalasi Rawat Inap BTeratai
Rumah
Sakit
Umum
Pusat
(RSUP)
Fatmawati
PeriodeOktober-November 2012
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi obat dengan obat, interaksi
obat dengan makanan dan minuman dan interaksi obat dengan penyakit pada
pasien geriatri yang menderita penyakit jantung dan penyakit dalam di Instalasi
Rawat Inap B Teratai RSUP Fatmawati. Penelitian yang dilakukan bersifat
observasional dan pengambilan data dilakukan secara prospektif selama bulan
Oktober sampai November 2012. Hasil pengamatan menunjukkan penyakit
kardiovaskular merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh pasien
geriatri dan obat untuk penyakit kardiovaskular merupakan obat-obatan yang
paling banyak dikonsumsi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 8% dari 100
orang pasien geriatri yang diamati mengalami interaksi obat. Pasien geriatri yang
mengkonsumsi lima macam obat atau lebih merupakan pasien yang paling banyak
mengalami interaksi obat. Hasil pengamatan menunjukkan adanya 13 kasus
interaksi obat, dimana6 kasus merupakan interaksi obat dengan obatdan 7 kasus
merupakan interaksi obat dengan penyakityang terjadi pada pasien geriatri, dan
dari hasil pengamatan tidak ditemukan adanya interaksi obat dengan makanan dan
minuman. Kasus interaksi obat dengan obat yang terjadi adalah interaksi antara
captopril dengan furosemid (50%), ondansetron dengan tramadol (33,33%) dan
captopril dengan valsartan (16,67%). Adapun kasus interaksi obat dengan
penyakit yang terjadi adalah interaksi antara furosemid dengan penyakit ginjal
(57,14%), captopril, lisinopril dan valsartan dengan penyakit ginjal (masingmasing 14,29%). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa semua interaksi obat
yang terjadi termasuk dalam interaksi obat dengan level kemaknaan klinis 3,
dimana diperlukan suatu tindakan untuk meminimalkan risiko dari interaksi
tersebut.
Kata Kunci : Interaksi obat dengan obat, interaksi obat dengan makanan dan
minuman, interaksi obat dengan penyakit, pasien geriatri
vi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRACT
Name
: Eva Yuliani
Program Study : Strata-1 Pharmacy
Title
: Drug Interactions in Geriatric Patients Suffering
Cardiovascular and Internal Disease of Teratai B Inpatient
Installation in FatmawatiGeneral Hospital Center Period
October-November 2012
This study aimed to determine the drug-drug interactions, drug-food and drink
interactions and drug-disease interactions in geriatric patients suffering
cardiovascular and internal disease of Teratai B Inpatient installation in
FatmawatiGeneral Hospital Center. Anobservational prospective study was
conducted during October and November 2012. The results of this study showed
that cardiovascular disease is the most commonly disease in geriatric patients and
then the class of drugs most commonly used was related to cardiovascular system.
The results showed that 8% of 100 geriatric patients experienced drug
interactions. Geriatric patients who consumed five or more drugs are the most
patient experiencing drug interactions. The results showed the existence of13
cases of drugs interactions, of wich 6 cases were drug-drug interactionsand 7
cases were drug-disease interactions that occur in geriatric patients, the results of
observations did not found any drug-food and drink interactions. The cases of
drug-drug interactions were interaction that occur between captopril with
furosemide (50%), tramadol with ondansetron (33.33%) and captopril with
valsartan (16.67%). The cases of drug-disease interactions were interaction that
occur between furosemide with renal disease (57.14%), captopril, lisinopril and
valsartan with renal disease (each 14.29%). All the drug interactions that occur
were included in the drug interactions with clinical significance level 3 wich is
need a treatment to minimize the risk of interactions.
Keywords : Drug-drug interactions, drug-food and drink interactions, drug-disease
interactions, geriatric patients
vii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan
segala rahmat-Nya kepada kita semua, khususnya penulis dalam menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Interaksi Obat Pada Pasien Geriatri yang Menderita
Penyakit Jantung dan Penyakit Dalam di Instalasi Rawat Inap B Teratai Rumah
Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Periode Oktober-November 2012” ini.
Shalawat dan salam senantiasa terlimpah kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW, teladan bagi umat manusia dalam menjalani kehidupan.
Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian di Instalasi Rawat Inap B
Teratai RSUP Fatmawati, serta teori yang didapat dari berbagai literatur. Dalam
menyelesaikan masa perkuliahan sampai penulisan skripsi ini tentu banyak
berbagai kesulitan dan halangan yang menyertai, sehingga penulis tidak terlepas
dari doa, bantuan dan bimbingan banyak pihak. Oleh karena itu, ucapan terima
kasih penulis haturkan kepada:
1.
Ibu Dr. Delina Hasan, M.Kes, Apt sebagai Pembimbing I dan ibu Dra. Alfina
Rianti, M.Pharm, Apt sebagai Pembimbing II yang telah memberikan ilmu,
nasehat, waktu, tenaga, dan pikiran selama penelitian dan penulisan skripsi
ini.
2.
Kementerian Agama Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan “Beasiswa Santri Jadi Dokter” selama
menempuh pendidikan di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Bapak Prof. Dr. (hc). dr. MK. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4.
Bapak Drs. Umar Mansur, M.Sc, Apt selaku ketua Program Studi Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
5.
Ibu Zilhadia, M.Si, Apt selaku pembimbing akademik yang telah memberikan
arahan selama masa perkuliahan.
viii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6.
Bapak dan Ibu staf pengajar, serta karyawan yang telah memberikan
bimbingan dan bantuan selama menempuh pendidikan di Program Studi
Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
7.
Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Junaidi dan Ibunda Rahmawati yang
selalu ikhlas tanpa pamrih memberikan kasih sayang, dukungan
moral,
material, nasehat-nasehat, serta lantunan doa di setiap waktu.
8.
Yuk Pit, Dewi, Lena dan Nashri yang selalu memberikan arahan, semangat
dan dukungan.
9.
Ibu dan Bapak perawat serta kakak-kakak dokter residen di RSUP Fatmawati
yang telah memberikan bantuan selama penulis melakukan penelitian.
10. Teman-teman di Program Studi Farmasi: Mega, Megawati, Inda, Zulfa, Febri
serta teman-teman beta lactam tercinta dan alcoolique atas semangat dan
kebersamaan kita selama perkuliahan berlangsung. Semoga ukhuwah yang
telah terjalin tidak pernah putus dan akan terus berlanjut.
11. Teman seperjuangan selama penelitian di RSUP Fatmawati: Bonita atas
bantuan yang telah diberikan.
12. Semua pihak yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian dan
penulisan yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari
Allah SWT. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
ini, oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini.
Dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Jakarta, Januari 2013
Penulis
ix
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Eva Yuliani
NIM
: 108102000071
Program Studi
: Strata-1 Farmasi
Fakultas
: Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Jenis Karya
: Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah
saya, dengan judul :
INTERAKSI OBAT PADA PASIEN GERIATRI YANG MENDERITA
PENYAKIT JANTUNG DAN PENYAKIT DALAM DI INSTALASI
RAWAT INAP B TERATAI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT (RSUP)
FATMAWATI PERIODE OKTOBER-NOVEMBER 2012
untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital
Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.
Demikian pernyataan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal : 15 Januari 2013
Yang menyatakan,
(Eva Yuliani)
x
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................
v
ABSTRAK ........................................................................................................ vi
ABSTRACT ...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................
x
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
DAFTAR ISTILAH ......................................................................................... xvi
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................
1.1 Latar Belakang ..............................................................................
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................
1.3 Tujuan Penelitian ..........................................................................
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................
1.5 Ruang Lingkup .............................................................................
1
1
2
2
3
3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................
2.1 Interaksi Obat ................................................................................
2.1.1 Pengertian Interaksi Obat ..................................................
2.1.2 Mekanisme Interaksi Obat ................................................
2.1.3 Jenis Interaksi Obat ...........................................................
2.1.4 Level Kemaknaan Klinis Interaksi Obat ...........................
2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Obat ..........
2.1.6 Pasien yang Rentan Terhadap Interaksi Obat ...................
2.2 Geriatri ..........................................................................................
2.2.1 Pengertian Geriatri ............................................................
2.2.2 Demografi Populasi Lanjut Usia .......................................
2.2.3 Kesehatan Pada Pasien Geriatri ........................................
2.2.4 Perubahan Penting Pada Pasien Geriatri dalam
Hubungannya dengan Obat ...............................................
2.2.5 Penggunaan Obat Secara Rasional Pada Pasien Geriatri ..
2.2.6 Polifarmasi Pada Pasien Geriatri.......................................
4
4
4
4
8
10
10
12
12
12
13
13
13
15
16
BAB 3 KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, HIPOTESIS
............................................................................................................................ 18
3.1 Kerangka Konsep .......................................................................... 18
3.2 Definisi Operasional ..................................................................... 18
3.3 Hipotesis ....................................................................................... 19
xi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN .........................................................
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................
4.1.1 Lokasi ................................................................................
4.1.2 Waktu ................................................................................
4.2 Desain Penelitian ..........................................................................
4.3 Populasi dan Sampel .....................................................................
4.3.1 Populasi............ .................................................................
4.3.2 Sampel............... ........................................................ .......
4.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ........................................................
4.4.1 Kriteria Inklusi ..................................................................
4.4.2 Kriteria Ekslusi .................................................................
4.5 Pengumpulan Data ........................................................................
4.6 Cara Kerja .....................................................................................
4.7 Analisis Data .................................................................................
20
20
20
20
20
20
20
20
21
21
21
21
21
22
BAB 5 HASILDAN PEMBAHASAN .............................................................
5.1 Hasil Penelitian .............................................................................
5.1.1 Karakteristik Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap B
Teratai RSUP Fatmawati Periode Oktober-November
2012...................................................................................
5.1.2 Gambaran Interaksi Obat Pada Pasien Geriatri di
Instalasi Rawat Inap B Teratai RSUP Fatmawati
Periode Oktober-November 2012 .....................................
5.2 Pembahasan ..................................................................................
5.2.1 Keterbatasan Penelitian .....................................................
5.2.2 Pembahasan Hasil Penelitian ............................................
23
23
23
27
31
31
31
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 37
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 37
5.2 Saran .............................................................................................. 37
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... ... 39
LAMPIRAN.................................................................................... .................. 42
xii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
4.1 Jenis Obat yang Digunakan oleh Pasien Geriatri ..................................... 23
4.2 Jenis Makanan dan Minuman yang dikonsumsi oleh Pasien Geriatri ...... 23
4.3 Jenis Penyakit yang Diderita oleh Pasien Geriatri .................................... 24
4.4 Distribusi Pasien Geriatri yang Mengalami Interaksi Obat Berdasarkan
Identifikasi Secara Literatur ..................................................................... 24
4.5 Distribusi Pasien Geriatri yang Mengalami Interaksi Obat Berdasarkan
Hasil Pengamatan ..................................................................................... 25
4.6 Distribusi Pasien Geriatri Berdasarkan Jenis Kelamin ............................. 25
4.7 Distribusi Pasien Geriatri yang Mengalami Interaksi Obat Berdasarkan
Jenis Kelamin............................................................................................ 25
4.8 Distribusi Pasien Geriatri Berdasarkan Usia ............................................ 26
4.9 Distribusi Pasien Geriatri yang Mengalami Interaksi Obat Berdasarkan
Usia ........................................................................................................... 26
4.10 Distribusi Pasien Geriatri Berdasarkan Jumlah Macam Obat yang
Digunakan ................................................................................................. 26
4.11 Distribusi Pasien Geriatri yang Mengalami Interaksi Obat Berdasarkan
Jumlah Macam Obat yang Digunakan ...................................................... 27
4.12 Jumlah Kasus Interaksi Obat Berdasarkan literatur.................................. 27
4.13 Jumlah Kasus Interaksi Obat Berdasarkan Hasil Pengamatan ................ 28
4.14 Kasus Interaksi Obat dengan Obat ........................................................... 28
4.15 Kasus Interaksi Obat dengan Penyakit ..................................................... 29
4.16 Kasus Interaksi Obat yang Tidak Dapat Diamati ..................................... 29
4.17 Kasus Interaksi Obat yang Dapat Diamati................................................ 30
xiii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar 3.
Gambar 4.
Gambar 5.
Halaman
Diagram jumlah pasien geriatri yang mengalami interaksi obat .. 42
Diagram jumlah pasien geriatri berdasarkan jenis kelamin .......... 42
Diagram jumlah pasien geriatri berdasarkan usia ......................... 43
Diagrram jumlah pasien geriatri berdasarkan jumlah macam
obat yang digunakan ..................................................................... 43
Diagram jumlah kasus interaksi obat ............................................ 44
xiv
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8.
Lampiran 9.
Halaman
Diagram Distribusi Karakteristik Pasien Geriatri dan
Diagram Gambaran Interaksi Obat Pada Pasien Geriatri ............ 42
Hasil Identifikasi Kasus Interaksi Obat yang Terjadi
Berdasarkan Literatur .................................................................. 45
Rekomendasi Terhadap Beberapa Kasus Interaksi Obat............. 47
Surat Izin Melakukan Penelitian di RSUP Fatmawati ................ 48
Informed Consent ........................................................................ 50
Panduan Pertanyaan Wawancara Pasien ..................................... 52
Data Pasien Geriatri ..................................................................... 53
Data Rekapitulasi Interaksi Obat Pada Pasien Geriatri
Berdasarkan Literatur .................................................................. 67
Data Kasus Interaksi Obat yang Terjadi Pada Pasien Geriatri .... 72
xv
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR ISTILAH
ACS
AKI
CAD
CAP
CHF
CKD
CLD
DM
GEA
ISK
NSTEMI
PPOK
TB
Acute Coronary Syndrome
Acute Kidney Injury
Coronary Artery Disease
Community Acquired Pneumonia
Chronic Heart Failure
Chronic Kidney Disease
Chronic Lung Disease
Diabetes Melitus
Gastroenteritis Akut
Infeksi Saluran Kemih
Non-ST Segment Elevation Myocardial Infarction
Penyakit Paru Obstruktif Kronis
Tuberkolosis
xvi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada usia 60 tahun ke atas terjadi proses penuaan yang bersifat universal
berupa kemunduran dari fungsi biosel, jaringan, organ, bersifat progresif,
perubahan
secara
bertahap,
akumulatif
dan
intrinsik.
Proses
penuaan
menyebabkan terjadinya perubahan pada berbagai organ di dalam tubuh seperti
sistem
gastrointestinal,
sistem
genitouria,
sistem
imunologis,
sistem
serebrovaskular, sistem saraf pusat dan sebagainya (Direktorat Bina Farmasi
Komunitas dan Klinik, 2004). Oleh sebab itu, penyakit pada populasi usia lanjut
berbeda perjalanan dan penampilannya dengan yang terdapat pada populasi lain,
dimana penyakit bersifat multipatologik, degeneratif, saling terkait, kronis,
cenderung menyebabkan kecacatan lama sebelum terjadinya kematian dan dalam
pengobatan sering terdapat polifarmasi (Martono, 2009). Pada lanjut usia yang
menderita lebih dari satu penyakit dan mendapat berbagai macam obat secara
bersamaanmerupakan kelompok yang rentan terhadap interaksi obat (Thanacoody,
2012; Bressler et al., 2003). Resiko interaksi obat meningkat sesuai dengan
jumlah obat yang diresepkan dan pasien geriatri biasanya mendapatkan obat yang
lebih banyak dibandingkan pasien usia lainnya (Mallet et al., 2007).
Reaksi efek samping obat, termasuk interaksi obat pada pasien geriatri
merupakan masalah yang umum terjadi di rumah sakit dan merupakan penyebab
penting pada tingkat morbiditas dan mortalitas (Routledge et al., 2003;Hilmer et
al., 2008). Menurut penelitian Monita Cahya Ningsih (2004) tentang interaksi
obat pada pasien di poliklinik geriatri Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo
didapatkan rata-rata pasien mendapatkan 5 macam obat secara bersamaan dan
diketahui 68% dari 150 pasien teridentifikasi mengalami interaksi obat dan 11,6%
dari interaksi obat tersebut dianggap sebagai interaksi yang menuntut perhatian
klinik.
Suatu penelitian tentang interaksi obat-obat di Mexico yang melibatkan
624 pasien rawat jalan dengan umur lebih dari 50 tahun menunjukkan adanya
80% pasien yang mendapat resep dengan satu atau lebih interaksi obat dan 3,8%
1
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2
dari pasien tersebut mendapat kombinasi obat dengan interaksi yang harus
dihindari (Doubova et al., 2007).
Suatu penelitian terbaru oleh Neto et al (2012) di Brazil tentang interaksi
obat yang melibatkan 433 pasien geriatri rawat jalan menunjukkan 6,5% dari total
pasien berpotensi mengalami paling sedikit satu macam interaksi obat dan
didapatkan bahwasanya pasien geriatri yang mengkonsumsi lima macam obat atau
lebih memiliki resiko interaksi obat yang secara signifikan lebih tinggi
dibandingkan mereka yang mengkonsumsi tiga sampai empat macam obat.
Berdasarkan masalah-masalah tentang interaksi obat pada pasien geriatri
yang biasanya mendapatkan resep obat polifarmasi sebagaimana yang dijelaskan
di atas, maka penelitian tentang interaksi obat pada pasien geriatri yang menderita
penyakit jantung dan penyakit dalam di Instalasi Rawat Inap B Teratai Rumah
Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati ini perlu dilakukan.
1.2 Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang di atas, maka disusunlah rumusan
masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah gambaran interaksi obat dengan obat yang terjadi pada
pasien geriatri yang menderita penyakit jantung dan penyakit dalam di
instalasi rawat inap B Teratai RSUP Fatmawati?
2. Bagaimanakah gambaran interaksi obat dengan makanan dan minuman
yang terjadi pada pasien geriatri yang menderita penyakit jantung dan
penyakit dalam di instalasi rawat inap B Teratai RSUP Fatmawati?
3. Bagaimanakah gambaran interaksi obat dengan penyakit yang terjadi
pada pasien geriatri yang menderita penyakit jantung dan penyakit dalam
di instalasi rawat inap B Teratai RSUP Fatmawati?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Mengetahui gambaran lengkap tentang interaksi obat yang terjadi
pada pasien geriatri yang menderita penyakit jantung dan penyakit
dalam di instalasi rawat inap B Teratai RSUP Fatmawati
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3
1.3.2
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui interaksi obat dengan obat yang terjadi pada
pasien geriatri yang menderita penyakit jantung dan penyakit
dalam di instalasi rawat inap B Teratai RSUP Fatmawati
2. Untuk mengetahui interaksi obat dengan makanan dan minuman
yang terjadi pada pasien geriatri yang menderita penyakit jantung
dan penyakit dalam di instalasi rawat inap B Teratai RSUP
Fatmawati
3. Untuk mengetahui interaksi obat dengan penyakit yang terjadi
pada pasien geriatri yang menderita penyakit jantung dan
penyakit dalam di instalasi rawat inap B Teratai RSUP Fatmawati
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1
Manfaat Secara Metodologi
Metode yang digunakan pada penelitian ini diharapkan dapat
digunakan untuk penelitian mengenai interaksi obat pada kasus
penyakit dan pengobatan lainnya
1.4.2
Manfaat Secara Aplikatif
1.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi adanya
interaksi obat pada pasien geriatri bagi apoteker, dokter dan
tenaga kesehatan lainnya di RSUP Fatmawati
2.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi
apoteker, dokter dan tenaga kesehatan lainnya dalam memilih
obat-obatan yang tepat untuk pasien geriatri
1.5 Ruang Lingkup
Penelitian ini hanya dibatasi pada interaksi obat dengan obat, interaksi obat
dengan makanan dan minuman dan interaksi obat dengan penyakit. Penelitian
dilakukan di instalasi rawat inap B Teratai RSUP Fatmawati pada pasien
geriatri yang menderita penyakit jantung dan penyakit dalam dengan besar
sampel minimal 97 orang selama waktu penelitian bulan Oktober-November
2012.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Interaksi Obat
2.1.1
Pengertian Interaksi Obat
Interaksi obat dikatakan terjadi ketika efek suatu obat berubah karena
keberadaan suatu obat lain, obat herbal, makanan, minuman atau karena adanya
agen kimia lingkungan (Baxter, 2008). Tatro (1996) mendefinisikan interaksi obat
sebagai fenomena yang terjadi ketika efek dan atau farmakokinetik dari suatu obat
berubah karena adanya pemberian obat yang lain. Efek dari kombinasi obat dapat
bersifat additive atau meningkatkan efek dari satu atau lebih obat, antagonis
terhadap efek dari satu atau lebih obat maupun pengaruh-pengaruh lain terhadap
efek dari satu atau lebih obat (Thanacoody, 2012). Interaksi obat dianggap penting
secara klinik jika berakibat meningkatkan toksisitas dan atau mengurangi
efektivitas obat yang berinteraksi (Setiawati, 2007)
2.1.2
Mekanisme Interaksi obat (Setiawati, 2007)
Mekanisme interaksi obat dapat terjadi secara farmaseutik atau
inkompatibitas, farmakokinetik dan farmakodinamik.
2.1.2.1 Interaksi Farmaseutik (Setiawati, 2007)
Interaksi farmaseutik atau inkompatibilitas terjadi di luar tubuh sebelum obat
diberikan antara obat yang tidak dapat bercampur (inkompatibel). Pencampuran
obat tersebut menyebabkan terjadinya interaksi langsung secara fisik atau
kimiawi, yang hasilnya mungkin terlihat sebagai pembentukan endapan,
perubahan warna dan mungkin juga tidak terlihat secara visual. Interaksi ini
biasanya mengakibatkan inaktivasi obat (Setiawati, 2007).
2.1.2.2 Interaksi Farmakokinetik (Setiawati, 2007)
Interaksi farmakokinetik terjadi jika salah satu obat mempengaruhi
absorbsi, distribusi, metabolisme atau ekskresi obat kedua, sehingga kadar plasma
4
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5
obat kedua meningkat atau menurun. Akibatnya, terjadi peningkatan toksisitas
atau penurunan efektivitas obat tersebut.
a. Mempengaruhi Absorpsi (Tatro, 2009)
Kebanyakan interaksi yang dapat mengubah absorpsi obat terjadi di salura
cerna. Terdapat banyak mekanisme dimana suatu obat secara teori dapat
mengubah absorpsi dari obat lain. Termasuk di dalamnya mengubah aliran darah
splanchnic, motilitas saluran cerna, pH saluran cerna, kelarutan obat, metabolisme
di saluran cerna, flora saluran cerna ataupun mukosa saluran cerna. Namun
sebagian besar interaksi yang penting secara klinis melibatkan pembentukan dari
complex yang tidak dapat diabsorpsi.
b. Mempengaruhi Distribusi (Tatro, 2009)
Ikatan dengan protein: setelah diserap, obat dibawa oleh darah ke jaringan
dan reseptor. Jumlah obat yang dapat berikatan dengan reseptor ditentukan oleh
absorpsi, metabolisme, akskresi dan ikatan dengan situs yang tidak aktif, serta
afinitas obat terhadap reseptor dan aktifitas intrinsik obat. Yang perlu diperhatikan
adalah obat yang terikat kuat pada albumin plasma dan potensi perpindahan obat
dari situs ikatan dengan albumin karena adanya pemberian obat lain yang juga
berikatan kuat dengan albumin. Mekanisme inilah yang banyak digunakan untuk
menjelaskan banyak interaksi. Perpindahan obat dari ikatan dengan situs yang
tidak aktif dapat meningkatkan konsentrasi serum dari obat aktif tanpa adanya
perubahan yang nyata pada konsentrasi total serum. Namun interaksi ini tidak
terlalu penting secara klinis karena cepatnya pencapaian kesetimbangan yang
baru.
Ikatan dengan reseptor: situs ikatan dengan selain albumin terkadang
penting dalam interaksi obat. Sebagai contoh, penggantian tempat digoxin oleh
quinidine dari situs ikatan di otot rangka dapat meningkatkan konsentrasi serum
digoksin.
c. Mempengaruhi Metabolisme (Tatro, 2009)
Untuk mencapai efek sistemik, obat harus mencapai situs reseptor, yang
berarti obat tersebut harus mampu melintasi membran plasma lipid. Oleh karena
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6
itu, obat tersebut setidaknya harus larut di dalam lipid. Peran metabolisme adalah
mengubah senyawa aktif yang larut di dalam lipid menjadi senyawa tidak aktif
yang larut di dalam air sehingga dapat diekskresikan secara efisien. Sebagian
besar enzim terdapat di permukaan endotelium hati. Suatu enzim mikrosomal hati
yang penting yaitu isoenzim sitokrom p-450 yang bertanggung jawab dalam
oksidasi kebanyakan obat dan merupakan enzim yang paling sering di induksi
oleh suatu obat lain.
Induksi
enzim
adalah
merangsang
peningkatan
aktivitas
enzim.
Peningkatan aktivitas enzim disebabkan karena peningkatan jumlah keberadaan
enzim. Terdapat sekitar 400 obat dan bahan kimia yang merupakan agen
penginduksi
enzim
pada
hewan.
Secara
klinis,
fenobarbital,
fenitoin,
karbamazepin dan rifampisin merupakan obat penginduksi enzim terbesar. Untuk
obat yang dimetabolisme oleh enzim yang diinduksi, diperlukan peningkatan
dosis saat digunakan bersama dengan obat penginduksi enzim dan dosis
diturunkan ketika obat tersebut dihentikan.
Sedangkan penghambatan enzim metabolisme obat umumnya dapat
mengurangi laju metabolisme suatu obat. Hal ini dapat mengakibatkan
peningkatan konsentrasi serum obat tersebut dan terutama jika obat tersebut
memiliki indeks terapi sempit maka dapat berpotensi toksik.
d. Mempengaruhi Ekskresi (Tatro, 2009)
Interaksi yang mempengaruhi ekskresi umumnya mempengaruhi transport
aktif di dalam tubulus ataupun efek pH pada transport pasif dari asam lemah dan
basa lemah. Dalam kasus terbaru, ada sedikit obat yang secara klinis dipengaruhi
oleh perubahan pH urin, seperti fenobarbital dan salisilat. Perubahan presentasi
sodium pada ginjal mempengaruhi ekskresi dan level serum lithium.
2.1.2.3 Interaksi Farmakodinamik
Interaksi farmakodinamik adalah interaksi dimana efek dari suatu obat
diubah oleh obat lain pada tempat aksinya. Terkadang obat-obat tersebut bersaing
secara langsung pada reseptor tertentu, tetapi reaksi sering kali terjadi secara tidak
langsung dan melibatkan mekanisme fisiologis. Interaksi ini juga dapat diartikan
sebagai interaksi antara obat yang bekerja pada sistem reseptor, tempat kerja atau
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
7
sistem fisiologik yang sama sehingga terjadi efek yang aditif, sinergistik atau
antagonistik, tanpa terjadi perubahan kadar obat dalam plasma. Interaksi
farmakodinamik merupakan sebagian besar dari interaksi obat yang penting dalam
klinik (Setiawati, 2007).
a.
Efek Aditif atau Sinergis (Baxter, 2008)
Dua obat yang memiliki efek farmakologis yang sama dan diberikan pada
saat yang bersamaan dapat menyebabkan efek aditif. Efek aditif dapat muncul
baik sebagai efek utama maupun sebagai efek samping obat tersebut. Hal seperti
ini dapat digambarkan dengan istilah aditif, penjumlahan, sinergi atau potensiasi.
Kata ini memiliki definisi farmakologis yang sering digunakan sebagai sinonim
karena dalam prakteknya sering sangat sulit untuk mengetahui sejauh mana
aktivitas/efektifitas obat menjadi lebih besar atau lebih kecil.
b.
Efek Antagonis (Baxter, 2008; Thanacoody, 2012)
Berbeda dengan interaksi aditif, ada beberapa obat yang kerjanya
bertentangan satu sama lain. Obat dengan aksi agonis pada tipe reseptor tertentu
dapat berinteraksi dengan obat antagonis pada reseptor tersebut. Ada banyak dari
interaksi yang terjadi pada situs reseptor, kebanyakan digunakan untuk
keuntungan dalam terapeutik. Antagonis spesifik dapat digunakan untuk
membalikkan efek dari obat lain pada situs reseptor.
c.
Sindrom Serotonin (Thanacoody, 2012)
Menurut Boyer and Shannon (2005) sindrom serotonin berhubungan
dengan kelebihan serotonin yang disebabkan oleh penggunaan suatu obat,
overdosis atau adanya interaksi antar obat. Meskipun kasus yang parah jarang
terjadi, kasus ini menjadi semakin mudah dikenali pada pasien yang menerima
kombinasi obat serotonergik.
Sindrom serotonin dapat terjadi ketika dua atau lebih obat yang
mempengaruhi serotonin diberikan pada saat bersamaan atau penggunaan obat
serotonergik lain setelah penghentian salah satu obat serotonergik. Sindrom ini
ditandai dengan gejala termasuk kebingungan, disorientasi, gerakan yang
abnormal, refleks berlebihan, demam, berkeringat, diare, hipotensi ataupun
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
8
hipertensi. Diagnosis ditegakkan jika tiga atau lebih gejala tersebut muncul dan
tidak ditemukannya penyebab lain.
d.
Interaksi Obat atau uptake neurotransmitter (Baxter, 2008)
Aksi sejumlah obat untuk mencapai situs aksi pada neuron adrenergik
dapat dicegah dengan adanya obat lain. Antidepresan trisiklik mencegah reuptake
noradrenalin ke neuren adrenergik
perifer.
Pasien
yang menggunakan
antidepresan trisiklik dan diberi noradrenalin secara parenteral menunjukkan
peningkatan respon seperti hipertensi dan takikardi. Efek antihipertensi dari
klonidin juga dapat dihambat oleh antidepresan trisiklik, salah satu penyebabnya
yaitu terjadinya penghambatan uptake klonidin pada SSP.
2.1.3
Jenis Interaksi Obat
2.1.3.1 Interaksi Obat-Obat
Interaksi obat-obat dapat terjadi ketika dua obat atau lebih diberikan pada
saat yang bersamaan. Interaksi obat-obat dapat meningkatkan atau menurunkan
efek terapetik ataupun efek samping suatu obat (Moscou dan Snipe, 2009).
Interaksi antar obat dapat berakibat menguntungkan ataupun merugikan. Interaksi
yang menguntungkan misalnya penisilin dengan probenesid, dimana probenesid
menghambat sekresi penisilin di tubuli ginjal sehingga meningkatkan kadar
penisilin di dalam plasma dan dengan demikian dapat meningkatkan
efektivitasnya dalam terapi gonore. Sedangkan interaksi yang merugikan
contohnya interaksi parasetamol dengan fenobarbital yang dapat meningkatkan
resiko hepatotoksisitas (Setiawati, 2007).
2.1.3.2 Interaksi Obat-Makanan dan Minuman
Telah diketahui bahwa makanan dapat menyebabkan perubahan klinis
yang penting dalam absorpsi obat melalui efek terhadap motilitas saluran cerna
atau dengan ikatan obat (Baxter, 2008). Oleh karena itu, beberapa obat tidak boleh
digunaan bersamaan dengan makanan. Dua contoh yang umum terjadi yaitu
interaksi tyramin dalam makanan dengan MAOI dan interaksi antara grapefruit
juice dengan Ca channel blocker felodipin (Thanacoody, 2012).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
9
2.1.3.3 Interaksi Obat-Herbal
Ekstrak Glycyrrhizin glabra (liquorice) yang digunakan dalam pengobatan
gangguan pencernaan dapat menyebabkan interaksi yang signifikan pada pasien
yang mengkonsumsi digoksin ataupun diuretik. Beberapa produk herbal
mengandung senyawa antiplatelet dan antikoagulan yang dapat meningkatkan
resiko pendarahan ketika digunakan bersama dengan aspirin atau warfarin
(Thanacoody, 2012).
Interaksi obat dengan herbal yang paling banyak dibahas adalah yang
melibatkan St John’s wort (ekstrak Hypericum) yang digunakan untuk depresi
(Thanacoody, 2012). Bukti menunjukkan bahwa herbal ini dapat menginduksi
sitokrom P450 isoenzim CYP3A4 dan juga dapat menginduksi glikoprotein-P.
Oleh karena itu, St John’s wort dapat menurunkan level siklosforin dan digoksin
(Baxter, 2008).
2.1.3.4 Interaksi Obat-Penyakit
Interaksi obat dengan penyakit dikatakan terjadi ketika suatu obat yang
digunakan memiliki potensi untuk membuat penyakit yang telah ada sebelumnya
menjadi semakin parah. Pasien geriatri sangat rentan terhadap interaksi ini karena
mereka sering memiliki beberapa penyakit kronis dan menggunakan beberapa
jenis obat (Lindblad at al., 2005).
Menurut Shimp and Masan (1993), dalam pustaka medik interaksi obat
dengan penyakit sering disebut sebagai kontraindikasi absolut dan relatif.
Kontraindikasi absolut adalah risiko terapi yang menyebabkan penyakit tertentu,
jelas
kerugiannya
melebihi
manfaatnya.
Dengan
kontraindikasi
realtif,
keseimbangan risiko dan manfaat harus dikaji secara individu. Contoh umum dari
kotraindikasi relatif mencakup kehamilan, menyusui, gagal ginjal dan gagal hati
(Siregar dan Kumolosasi, 2006).
2.1.3.5 Interaksi Obat-Uji Laboratorium
Shimp and Masan (1993) menyatakan bahwa interaksi obat dengan uji
laboratorium terjadi apabila obat mempengaruhi akurasi uji diagnostik. Interaksi
ini dapat terjadi melalui gangguan kimia. Misalnya, laksatif antrakuinon dapat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
10
mempengaruhi uji urin untuk urobilinogen atau oleh perubahan zat yang diukur
(Siregar dan Kumolosasi, 2006).
2.1.4
Level Kemaknaan Klinis Interaksi Obat (Direktorat Bina Farmasi
Komunitas dan Klinik, 2004; Tatro, 2009)
a.
Level 1
Hindari Kombinasi, risiko yang merugikan pasien lebih besar dari manfaat
b.
Level 2
Sebaiknya hindari kombinasi, penggunaan kombinasi hanya dapat dilakukan pada
keadaan khusus. Penggunaan obat alternatif dapat dilakukan jika memungkinkan.
Pasien harus dipantau dengan sebaik-baiknya jika obat tetap diberikan
c.
Level 3
Minimalkan risiko, ambil tindakan yang perlu untuk meminimalkan resiko
d.
Level 4
Tidak dibutuhkan tindakan. Risiko yang mungkin timbul relatif kecil. Potensi
bahaya
pada
pasien
rendah
dan
tidak
ada
tindakan
spesifik
yang
direkomendasikan. Tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya interaksi
obat.
e.
Level 5
Tidak dibutuhkan tindakan. Kejadian interaksi tersebut diragukan atau tidak ada
kejadian interaksi yang menyebabkan terjadinya efek klinik.
2.1.5
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Interaksi Obat (Tatro, 2009)
Dalam studi tentang interaksi obat, merupakan suatu yang umum terjadi
jika ditemukan banyaknya variasi respon pasien terhadap regimen obat yang
sama. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi variasi respon tersebut
diantaranya:
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
11
a.
Usia
Anak-anak dan lanjut usia memiliki resiko interaksi obat yang tinggi. Studi
menunjukkan bahwa terhitung sekitar 25% dari semua resep ditujukan untuk
pasien lanjut usia, selain itu juga pasien lanjut usia secara ekstensif menggunakan
obat tanpa resep. Pasien lanjut usia juga mungkin memiliki penyakit kronis
lainnya maupun penurunan fungsi organ.
b.
Genetik
Sebagai contoh, toksisitas karena efek penghambatan isoniazid terhadap
metabolisme fenitoin terlihat lebih signifikan pada asetilator lambat isoniazid
c.
Penyakit
Keadaan penyakit seperti kerusakan fungsi ginjal, fungsi hati dan hipoalbumin
dapat mempengaruhi respon terhadap berbagai obat yang sedang digunakan.
d.
Konsumsi alkohol
Intoleransi alkohol akut (reaksi disulfiram) muncul pada pasien yang
mengkonsumsi alkohol saat dalam pengobatan dengan suatu obat, termasuk
sefamandol, sefoperazon, sefotetan, moksalaktam dan metronidazole. Penggunaan
alkohol secara kronik dapat menyebabkan perubahan yang mempengaruhi
metabolisme obat terutama induksi enzim.
e.
Merokok
Merokok dapat meningkatkan aktivitas enzim metabolisme obat di hati. Merokok
dapat merangsang metabolisme teofilin dan mexiletine. Seorang perokok
membutuhkan dosis yang lebih besar untuk mencapai level serum terapetik.
f.
Makanan
Makanan dapat mempengaruhi absorpsi obat (seperti susu dan tetrasiklin), aksi
obat (tyramine dalam makanan dan MAOI) dan eliminasi obat (protein dalam
makanan dan pH urin).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
12
g.
Lingkungan
Faktor lingkungan seperti adanya beberapa pestisida dapat mengubah efek enzim
metabolisme di hati.
2.1.6
Pasien Yang Rentan Terhadap Interaksi Obat
Menurut Tatro (2009), pasien yang rentan terhadap interaksi obat adalah:
1.
Pasien lanjut usia (Pasien Geriatri)
2.
Pasien dengan penyakit akut
3.
Pasien dengan penyakit yang tidak stabil
4.
Pasien yang mempunyai gangguan fungsi ginjal dan hati
5.
Pasien yang dirawat oleh lebih dari satu dokter
6.
Pasien dengan terapi yang tergantung obat
Menurut Thanacoody (2012), pasien yang beresiko mengalami interaksi
obat adalah mereka dengan penyakit hati atau penyakit ginjal, pasien yang berada
dalam perawatan intensif, penerima transplantasi, pasien yang menjalani prosedur
bedah yang rumit dan mereka yang dirawat oleh lebih dari satu dokter.
2.1 Geriatri
2.2.1
Pengertian Geriatri
Menua adalah proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi
seorang yang frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem fisiologis
dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian (Setiati
dkk, 2006). Constantinides (1994) mendefinisikan menua (= menjadi tua = aging)
adalah suatu proses menghilangnya perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan
memperbaiki kerusakan yang diderita (Darmojo, 2009).
Beberapa istilah lain yang perlu dikemukakan terkait dengan proses menua
adalah gerontologi, geriatri dan longevity. Gerontologi adalah ilmu yang
mempelajari proses menua dan semua aspek biologi, sosiologi dan sejarah, yang
terkait dengan penuaan. Geriatri merujuk pada pemberian pelayanan kesehatan
untuk usia lanjut. Geriatri merupakan cabang ilmu kedokteran yang mengobati
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
13
kondisi dan penyakit yang dikaitkan dengan proses menua dan usia lanjut. Pasien
geriatri adalah pasien lanjut usia dengan multipatologi (penyakit ganda).
Longevity merujuk pada lama hidup seorang individu (Setiati dkk, 2006).
2.2.2
Demografi Populasi Lanjut Usia (Darmojo, 2009)
Menurut UN-Population Division, Department of Economic and Social
Affairs (1999) jumlah populasi lanjut usia (lansia) ≥ 60 tahun diperkirakan hampir
mencapai 600 juta orang dan diproyeksikan menjadi 2 milyar pada tahun 2050.
Menurut laporan data demografi penduduk internasional yang dikeluarkan
oleh Bureau of the Cencus USA (1993), dilaporkan bahwa Indonesia pada tahun
1990 – 2025 akan mempunyai kenaikan jumlah lanjut usia sebesar 414%, suatu
angka paling tinggi di dunia.
Menurut WHO (1989) Pertambahan penduduk lansia di Indonesia dan
Brazil diproyeksikan naik masing-masing melebihi 20 juta orang, sedang
kenaikan kira-kira setengah jumlah tersebut terjadi masing-masing di Meksiko,
Nigeria dan Pakistan. Indonesia diramalkan beranjak dari urutan ke-10 pada tahun
1980 menjadi urutan ke-5 atau 6 pada tahun 2020 sebagai negara yang banyak
jumlah populasi lansianya.
2.2.3
Kesehatan Pada Pasien Geriatri (Darmojo, 2009)
Penyakit atau keluhan yang umum diderita oleh pasien geriatri adalah
penyakit
reumatik,
hipertensi,
penyakit
jantung,
penyakit
paru
(dyspnea/bronchitis), diabetes melitus, jatuh (falls), paralisis/lumpuh separuh
badan, TBC paru, patah tulang dan kanker.
Penyakit-penyakit yang diderita oleh pasien geriatri kebanyakan bersifat
endogenik, multipel, kronik, bergejala atipik, tanpa mernyebabkan imunitas tetapi
menjadi lebih rentan terhadap penyakit/komplikasi yang lain.
2.2.4
Perubahan Penting Pada Pasien Geriatri dalam Hubungannya dengan
Obat
Pada pasien geriatri, berbagai perubahan fisiologik pada organ dan sistem
tubuh akan mempengaruhi tanggapan tubuh terhadap obat. Berbagai perubahan
tersebut dalam istilah farmakologik dikenal sebagai perubahan dalam hal
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
14
farmakokinetik, farmakodinamik dan hal khusus lain yang mengubah perilaku
obat di dalam tubuh (Martono dkk, 2009).
a.
Perubahan Farmakokinetik (Supartondo dan Roosheroe, 2006)
Farmakokinetik terdiri dari absorbsi distribusi, metabolisme dan ekskresi.
Setelah diabsorbsi, obat melewati hati dan mengalami metabolisme pintas awal.
Bila tahap ini menurun, sisa dosis obat yang masuk dalam darah dapat melebihi
perkiraan dan mungkin menambah efek obat, bahkan sampai efek yang
merugikan. Pada obat dengan metabolisme pintas awal yang tinggi ada perbedaan
yang besar antara dosis intravena (rendah) dan dosis oral (tinggi).
Makanan dan obat lain dapat mempengaruhi absorbsi obat yang diberikan
secara oral. Distribusi obat dipengaruhi oleh berat badan dan komposisi tubuh,
yaitu cairan tubuh, massa otot, fungsi dan peredaran darah berbagai organ, juga
organ yang mengatur ekskresi obat. Kadar albumin plasma memastikan kadar
obat bebas dalam sirkulasi. Hal ini memerlukan pedoman menyesuaikan dosis
obat dengan berat badan untuk meningkatkan rasio resiko pada pasien geriatri
yang kurus. Metabolisme di hati dipengaruhi oleh umur, genotipe, gaya hidup,
curah jantung, penyakit dan interaksi antar obat. Mengecilnya massa hati dan
proses menua dapat mempengaruhi metabolisme obat. Untuk obat yang
ekskresinya terutama melalui ginjal pedoman bersihan kreatinin 24 jam penting
diperhatikan untuk memperkirakan dosis awal. Kadar kreatinin serum tidak
menggambarkan fungsi ginjal karena massa otot berkurang pada proses menua.
GFR (Glom. Filtr. Rate) lebih penting dan jika turun sampai 10-50 ml/menit,
dosis obat harus disesuaikan.
b.
Perubahan Farmakodinamik (Martono dkk, 2009).
Farmakodinamik adalah pengaruh obat terhadap tubuh. Obat menimbulkan
rentetan reaksi biokimiawi dalam sel mulai dari reseptor sampai dengan efektor.
Di dalam sel terjadi proses biokimiawi yang menghasilkan respon selular. Respon
selular pada pasien geriatri secara keseluruhan menurun. Penurunan ini sangat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
15
menonjol pada mekanisme respon homeostatik yang berlangsung secara
fisiologis.
Pada umumnya, obat-obat yang cara kerjanya merangsang proses
biokimiawi selular intensitas pengaruhnya akan menurun, misalnya agonis beta
untuk terapi asma bronkial diperlukan dosis yang lebih besar, padahal dengan
dosis yang lebih besar maka efek sampingnya akan lebih besar pula. Index terapi
obat menurun. Sebaliknya obat-obat yang cara kerjanya menghambat proses
biokimiawi seluler, pengaruhnya akan menjadi nyata sekali terlebih dengan
mekanisme regulasi homeostasis yang melemah, efek farmakologi obat dapat
sangat
menonjol
sehingga
toksik.
Misalnya
obat-obat
antagonis
beta,
antikolinergik, antipsikotis, antiansietas dan lain-lain. Dengan demikian index
terapi obatnya menurun, seolah terjadi peningkatan kepekaan farmakodinamik.
c.
Hal Khusus Lain (Supartondo dan Roosheroe, 2006)
Faktor lain yang berperan pada pemberian obat ialah multipatologi
(adanya lebih dari satu penyakit) pada pasien geriatri.
2.2.5
Penggunaan Obat Secara Rasional Pada Pasien Geriatri (Martono
dkk, 2009)
Pengobatan pada pasien geriatri perlu mendapatkan perhatian dokter dan tenaga
kesehatan lainnya, mengingat beberapa hal berikut:

Penyakit pada pasien geriatri cenderung terjadi pada banyak organ dan pasien
cenderung mengunjungi banyak dokter, sehingga pemberian obat cenderung
bersifat polifarmasi

Polifarmasi menyangkut biaya yang besar untuk pembelian obat. Juga
meningkatkan resiko lebih banyaknya kejadian interaksi obat, efek samping
obat (ESO) dan reaksi sampingan yang merugikan.

Proses menua yang fisiologis menyebabkan perubahan farmakokinetik dan
farmakodinamik obat, juga menurunkan fungsi dari berbagai organ, sehingga
tingkat keamanan obat dan efektifitas obat berubah dibanding usia muda.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
16
Ada tiga faktor yang menjadi acuan dasar dalam peresepan obat:
1. Diagnosis dan patofisiologi penyakit
2. Kondisi tubuh/organ
3. Farmakologi klinik obat
Menurut WHO (1995) tepat indikasi, tepat pasien, tepat dosis (cara dan
lama pemberian) serta waspada ESO adalah lima kriteria pokok pemakaian obat
secara rasional yang telah diterima secara mondial.
2.2.6
Polifarmasi Pada Pasien Geriatri (Supartondo dan Roosheroe, 2006;
Thanacoody, 2012)
Ada beberapa definisi untuk istilah polifarmasi, diantaranya meresepkan
obat melebihi indikasi klinis, pengobatan yang mencakup paling tidak satu obat
yang tidak perlu dan penggunaan empirik lima obat atau lebih.
Polifarmasi pada pasien lanjut usia sukar dihindari dengan beberapa
alasan, diantaranya:
1.
Banyaknya penyakit yang diderita oleh pasien geriatri dan biasanya
merupakan penyakit kronis
2.
Obat yang dikonsumsi diresepkan oleh beberapa dokter
3.
Gejala yang dirasakan pasien tidak jelas
4.
Penambahan obat baru untuk menghilangkan efek samping obat
Resiko terjadinya interaksi obat meningkat sejalan dengan jumlah obat
yang diresepkan. Pasien dengan penyakit kritis dan pasien geriatri beresiko tinggi
untuk mengalami interaksi obat bukan hanya karena mengkonsumsi obat yang
lebih banyak, tetapi juga karena adanya gangguan mekanisme homeostatik yang
tidak memungkinnya untuk menetralkan beberapa efek yang tidak diinginkan.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
17
Berdasarkan teori yang tercantum dalam tinjauan pustaka, disusun kerangka teori
sebagai berikut:
Penyakit dan
fungsi organ
(hati dan ginjal)
Obat
Pasien geriatri





Interaksi obat
Efek Interaksi
Obat
Makanan
Alkohol
Lingkungan
Genetik
Merokok
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 3
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep
Penyakit
Pasien geriatri
Obat
Interaksi obat
dengan obat
Efek Interaksi obat
dengan obat
Interaksi obat
dengan makanan
dan minumann
Efek Interaksi obat
dengan makanan
dan minumann
Interaksi obat
dengan Penyakit
Efek Interaksi
obat dengan
penyakit
Makanan
dan
minuman
3.2 Definisi Operasional

Pasien geriatri: Pasien yang berusia ≥ 60 tahun

Penyakit: Penyakit jantung dan penyakit dalam yang diderita oleh setiap
pasien geriatri di Instalasi Rawat Inap B Teratai RSUP Fatmawati

Makanan: Makanan yang dikonsumsi oleh setiap pasien geriatri yang
menderita penyakit jantung dan penyakit dalam di Instalasi Rawat Inap B
Teratai RSUP Fatmawati

Obat:Obat yang diresepkan dan diberikan secara bersamaan pada setiap
pasien geriatri yang menderita penyakit jantung dan penyakit dalam di
Instalasi Rawat Inap B Teratai RSUP Fatmawati

Interaksi obat dengan obat: Interaksi obat dengan obat yang
teridentifikasi dan efeknya terjadi sesuai dengan yang tertulis di
literaturpada pasien geriatri yang menderita penyakit jantung dan
penyakit dalam di Instalasi Rawat Inap B Teratai RSUP Fatmawati

Interaksi obat dengan makanan dan minuman: Interaksi obat dengan
makanan dan minuman yang teridentifikasi dan efeknya terjadi sesuai
18
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
19
dengan yang tertulis di literatur pada pasien geriatri yang menderita
penyakit jantung dan penyakit dalam di Instalasi Rawat Inap B Teratai
RSUP Fatmawati

Interaksi obat dengan penyakit: Interaksi obat dengan penyakit yang
teridentifikasi dan efeknya terjadi sesuai dengan yang tertulis di
literaturpada pasien geriatri yang menderita penyakit jantung dan
penyakit dalam di Instalasi Rawat Inap B Teratai RSUP Fatmawati

Instalasi Rawat Inap B Teratai: Salah satu instalasi rawat inap di rumah
sakit umum pusat Fatmawati yang terdiri dari lantai 4, 5 dan 6 gedung
teratai, dimana lantai 4 melayani pasien bedah, lantai 5 melayani pasien
penyakit dalam dan lantai 6 melayani pasien penyakit jantung dan syaraf.
3.3 Hipotesis
1. Ada interaksi antara obat dengan obat pada pasien geriatri yang menderita
penyakit jantung dan penyakit dalam di Instalasi Rawat Inap B Teratai
RSUP Fatmawati
2. Ada interaksi antara obat dengan makanan dan minuman pada pasien
geriatri yang menderita penyakit jantung dan penyakit dalam di Instalasi
Rawat Inap B Teratai RSUP Fatmawati
3. Ada interaksi antara obat dengan penyakit pada pasien geriatri yang
menderita penyakit jantung dan penyakit dalam di Instalasi Rawat Inap B
Teratai RSUP Fatmawati
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.1.1
Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap B Teratai RSUP
Fatmawati
4.1.2
Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Oktober-November 2012
4.2 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional dan
pengambilan data dilakukan secara prospektif.
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1
Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien geriatri yang
menderita penyakit jantung dan penyakit dalamdi instalasi rawat inap
B Teratai RSUP Fatmawati
4.3.2
Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah semua pasien geriatri yang
menderita penyakit jantung dan penyakit dalamdi instalasi rawat inap
B Teratai RSUP Fatmawati yang memenuhi kriteria inklusi. Jumlah
minimal sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro
dan Ismael, 2010):
n = Zα2x PQ
d2
Keterangan:
n
: Estimasi besar sampel
Zα
: Nilai untuk derajat kemaknaan 5% yaitu 1,96
P
:0,5 (Proporsi)
20
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
21
Q
:1 – P = 0,5
d
: Nilai untuk ketepatan relatif 10% yaitu 0,1
:
Sehingga akan didapat perhitungan sebagai berikut:
n = (1,96)2 x (0,5 x 0,5) = 97 orang
0,12
Jadi, minimal sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97 orang
pasien geriatri.
4.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
4.4.1
Kriteria Inklusi
1. Pasien dengan umur ≥ 60 tahun
2. Pasien dirawat di Instalasi Rawat Inap B Teratai RSUP Fatmawati
3. Pasien menderita penyakit jantung dan atau penyakit dalam
4. Pasien mendapat ≥ 2 macam obat secara bersamaan
5. Pasien bersedia menjadi subjek dalam penelitian ini
4.4.2
Kriteria Eksklusi
1. Pasien dirawat atau meninggal kurang dari 48 jam perawatan
2. Pasien di rawat di ruang high care
4.5 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan didapat dari:
1. Rekam medik pasien
2. Catatan obat di depo farmasi
3. Wawancara pasien dan atau keluarga pasien
4.6 Cara Kerja
1. Peneliti mengambil data dari rekam medik pasien setiap hari. Data yang
diambil meliputi:
a. Nama, usia, jenis kelamin
b. Diagnosis penyakit
c. Obat-obatan yang digunakan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
22
2. Identifikasi interaksi obat berdasarkan literatur dengan menggunakan
literatur Drug Interaction Facts tahun 2009, Stockley’s Drug Interaction
edisi 8 tahun 2008, drug-druginteractionschecker dan Drug Information
Handbook tahun 2009.
3. Observasi dan atau wawancara pasien dilakukan untuk mengetahui efek
interaksi obat yang terjadi dibandingkan dengan yang tertulis di literatur
4.7 Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang ada,
antara lain:
1. Jenis obat, makanan dan minuman, dan penyakit pada pasien geriatri di
Instalasi Rwat Inap B Teratai RSUP Fatmawati Periode OktoberNovember 2012
2. Jumlah pasien geriatri yang mengalami interaksi obat
3. Jenis kelamin pasien geriatri yang mengalami interaksi obat
4. Usia pasien geriatri yang mengalami interaksi obat
5. Jumlah obat yang digunakan oleh pasien geriatri yang mengalami
interaksi obat
6. Jumlah kasus interaksi obat yang terjadi pada pasien geriatri
7. Kasus interaksi obat dengan obat yang terjadi pada pasien geriatri
8. Kasus interaksi obat dengan penyakit yang terjadi pada pasien geriatri
9. Kasus interaksi obat yang efeknya tidak dapat diamati
10. Kasus interaksi obat yang efeknya dapat diamati
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1
Karakteristik Pasien Geriatri yang Menderita Penyakit Jantung dan
Penyakit Dalam di Instalasi Rawat Inap B Teratai RSUP Fatmawati
Periode Oktober-November 2012
1. Obat, Makanan dan Minuman, dan Penyakit
Tabel 4.1 Jenis Obat yang digunakan oleh pasien geriatri
Jenis Obat
Obat Penyakit Kardiovaskular
Obat Penyakit Saluran Pencernaan
Vitamin, Mineral dan Suplemen
Antibiotik
Antikoagulan, Antitrombotik dan Hemostatik
Antiemetik
Analgetik dan Antipiretik
Obat Penyakit Saluran Pernafasan
Obat Diabetes Melitus
NSAID
dll
Jumlah Kasus
134
132
91
70
63
56
36
20
20
14
13
649
%
20,65
20,34
14,02
10,79
9,71
8,63
5,55
3,08
3,08
2,16
2,00
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa obat untuk penyakit kardiovaskular
merupakan obat yang paling banyak digunakan oleh pasien geriatri yaitu
hampir 21% dari 649 jumlah jenis obat yang digunakan.
Tabel 4.2 Jenis Makanan dan Minuman yang dikonsumsi oleh pasien geriatri
Makanan dan Minuman
Nasi
Lauk pauk (telur/tahu/tempe/sop/ayam/ikan)
Buah (pisang/pepaya/melon/semangka)
Air putih
Teh
Susu
23
%
100
5
1
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
24
Tabel di atas menunjukkan bahwa pasien geriatri yang diamati
mengkonsumsi makanan dan minuman yang sama, tetapi hanya 5 orang
pasien yang mengkonsumsi teh dan 1 orang yang mengkonsumsi susu.
Tabel 4.3 Jenis penyakit yang diderita oleh pasien geriatri
Jenis Penyakit
Kardiovaskular
Penyakit Ginjal
Penyakit Saluran Pencernaan
Diabetes Melitus
Hematologi
Penyakit Paru
Penyakit Hati
Penyakit Infeksi
Asam urat dan Reumatik
Jumlah Kasus
83
54
52
34
33
31
17
4
3
311
%
26,69
17,36
16,72
10,93
10,61
9,97
5,47
1,29
0,96
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa penyakit jantung dan pembuluh darah
merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh pasien geriatri yaitu
hampir 27% dari 311 jumlah jenis penyakit.
2. Pasien Geriatri yang Mengalami Interaksi Obat
Tabel 4.4Jumlah pasien geriatri yang mengalami interaksi obat berdasarkan
identifikasi secara literatur
Pasien
Dengan Interaksi Obat
Tanpa interaksi Obat
N
61
39
100
%
61
39
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa berdasarkan identifikasi interaksi obat
secara literatur, didapatkan 61% dari 100 pasien geriatri mengalami
interaksi obat. Adapun literatur yang digunakan adalah Drug Interaction
Facts tahun 2009, Stockley’s Drug Interaction edisi 8 tahun 2008, drugdruginteractionschecker dan Drug Information Handbook tahun 2009.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
25
Tabel 4.5Jumlah pasien geriatri yang mengalami interaksi obat berdasarkan hasil
pengamatan
Pasien
Dengan Interaksi Obat
Tanpa interaksi Obat
N
8
92
100
%
8
92
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa berdasarkan hasil pengamatan,
didapatkan 8% dari 100 pasien geriatri mengalami interaksi obat.
3. Jenis Kelamin
Tabel 4.6 Jumlah pasien geriatri berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin
Laki – laki
Perempuan
N
52
48
100
%
52
48
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 100 pasien geriatri yang diamati,
52% adalah laki – laki dan selebihnya adalah perempuan.
Tabel 4.7Jumlah pasien geriatri yang mengalami interaksi obat berdasarkan jenis
kelamin
Jenis Kelamin
Laki – laki
Perempuan
N
4
4
8
%
50
50
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 8 pasien geriatri yang mengalami
interaksi obat, masing-masing 50% adalah laki-laki dan perempuan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
26
4. Usia
Tabel 4.8Jumlah pasien geriatri berdasarkan usia
Usia (Tahun)
60 - 64
65 - 69
70 - 74
75 - 79
≥ 80
N
43
26
20
7
4
100
%
43
26
20
7
4
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 100 pasien geriatri yang diamati,
43% berusia antara 60-64 tahun dan selebihnya berusia ≥ 65 tahun.
Tabel 4.9Jumlah pasien geriatri yang mengalami interaksi obat berdasarkan usia
Usia (Tahun)
60 - 64
65 - 69
70 - 74
75 - 79
≥ 80
N
5
2
1
8
%
62,5
25
12,5
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 8pasien geriatri yang mengalami
interaksi obat, 62,5% berusia antara 60-64 tahun dan selebihnya berusia
antara 65-79 tahun.
5. Jumlah Macam Obat yang Digunakan
Tabel 4.10Jumlah pasien geriatri berdasarkan jumlah macam obat yang digunakan
Jumlah Macam Obat
2
3–4
≥5
N
2
11
87
100
%
2
11
87
100
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
27
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 100 pasien geriatri yang diamati,
87% mendapatkan ≥ 5 macam obat dan selebihnya mendapatkan 2-4
macam obat.
Tabel 4.11 Jumlah pasien geriatri yang mengalami interaksi obat berdasarkan
jumlah macam obat yang digunakan
Jumlah Macam Obat
2
3–4
≥5
N
1
7
8
%
12,5
87,5
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 8 pasien geriatri yang mengalami
interaksi obat, sekitar 87,5% mendapatkan ≥ 5 macam obat dan hanya
sekitar 12,5% mendapatkan 4 macam obat.
5.1.2
Gambaran Interaksi Obat Pada Pasien Geriatri yang Menderita
Penyakit Jantung dan Penyakit Dalam di Instalasi Rawat Inap B
Teratai RSUP Fatmawati Peride Oktober-November 2012
1. Jumlah Kasus Interaksi Obat
Tabel 4.12 Jumlah kasus interaksi obat berdasarkan literatur
Interaksi Obat
Interaksi Obat-Obat
Interaksi Obat-Makanan dan Minuman
Interaksi Obat-Penyakit
Jumlah Kasus
114
49
40
203
%
56,16
24,14
19,70
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 203 kasus interaksi obat yang
terjadi berdasarkan literatur, sekitar 56% diantaranya adalah interaksi obat
dengan obat, sekitar 24% adalah interaksi obat dengan makanan dan
minuman dan hampir 20% adalah interaksi obat dengan penyakit. Adapun
kasus interaksi obat yang terjadi berdasarkan literatur dapat dilihat pada
lampiran 1.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
28
Tabel 4.13 Jumlah kasus interaksi obatberdasarkan hasil pengamatan
Interaksi Obat
Interaksi Obat-Obat
Interaksi Obat-Makanan dan Minuman
Interaksi Obat-Penyakit
Jumlah Kasus
6
7
13
%
46,15
53,85
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 13 kasus interaksi obat yang
didapat berdasarkan hasil pengamatan, sekitar 46% diantaranya adalah
interaksi obat dengan obat dan hampir 54% adalah interaksi obat dengan
penyakit. Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya kasus interaksi obat
dengan makanan dan minuman.
2. Kasus Interaksi Obat dengan Obat
Tabel 4.14 Kasus interaksi obat dengan obat
Interaksi Obat
Captopri - Furosemid
Ondansetron - Tramadol
Captopril - Valsartan
Efek
Terjadi peningkatan kadar
serum ureum dan serum
kreatinin
Efek tramadol menurun
(nyeri pada pasien tidak
hilang)
Terjadi peningkatan kadar
serum ureum dan serum
kreatinin
Level Kemaknaan
Klinis
Jumlah
Kasus
%
3
3
50
3
2
33,33
3
1
16,67
6
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 6 kejadian kasus interaksi obat
dengan obat yang efeknya terjadi pada pasien geriatri sesuai dengan yang
tertulis di literatur, dimana masing-masing 50% adalah interaksi antara
captopril-furosemid, sekitar 33% adalah interaksi antara ondansetrontramadol, dan hampir 17% adalah interaksi antara captopril-valsartan.
Hasil pengamatan kadar serum ureum dan serum kreatinin pada pasien
dapat dilihat pada lampiran 9.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
29
3. Kasus Interaksi Obat dengan Penyakit
Tabel 4.15 Kasus interaksi obat dengan penyakit
Interaksi Obat
Efek
Furosemid -Penyakit ginjal
Captopril -Penyakit ginjal
Lisinopril - Penyakit ginjal
Valsartan - Penyakit ginjal
Terjadi peningkatan
kadar serum ureum
dan serum kreatinin
Terjadi peningkatan
kadar serum ureum
dan serum kreatinin
Terjadi peningkatan
kadar serum ureum
dan serum kreatinin
Terjadi peningkatan
kadar serum ureum
dan serum kreatinin
Level Kemaknaan
Klinis
Jumlah
Kasus
%
3
4
57,14
3
1
14,29
3
1
14,29
3
1
14,29
7
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 7 kejadian kasus interaksi obat
dengan penyakit yang efeknya terjadi pada pasien geriatri sesuai dengan
yang tertulis di literatur, dimana sekitar 57% adalah interaksi antara
furosemid dengan penyakit ginjal dan masing-masing sekitar 14% adalah
interaksi antara captopril, lisinopril dan valsartan dengan penyakit ginjal.
Hasil pengamatan kadar serum ureum dan serum kreatinin pada pasien
dapat dilihat pada lampiran 9.
4. Kasus Interaksi Obat yang Diamati
Tabel 4.16 Kasus interaksi obat yang tidak dapat diamati
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Interaksi Obat
Domperidon - Paracetamol
Allopurinol - Captopril
Bicnat - Sukralfat
CaCO3 -Sukralfat
Amlodipin - Simvastatin
Captopril - Digoksin
Clopidogrel - Omeprazole
Amlodipin – Gangguan hati
Parameter yang Diamati
Kecepatan absorbsi paracetamol
Jumlah leukosit
Efek sukralfat
Efek sukralfat
Kadar metabolit aktif simvastatin
Kadar digoksin dalam plasma
Semakin parahnya infark miokard
Risiko dosis berlebih
Tabel di atas menunjukkan beberapa interaksi obat yang parameter yang
seharusnya diamati pada pasien geriatri tidak dapat diamati oleh peneliti.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
30
Tabel 4.17 Kasus interaksi obat yang dapat diamati
No
Interaksi Obat
Parameter yang Diamati
1
Captopril - Furosemid
Tekanan darah dan fungsi ginjal
2
3
4
5
6
7
8
9
Amlodipine - Captopril
Aspirin - Captopril
Aspirin - Clopidogrel
Captopril - Insulin
Captopril - Suplemen Kalium
Amlodipine - Aspirin
Suplemen Kalium - Valsartan
Amlodipine - CaCO3
Tekanan darah
Tekanan darah
PT dan INR
Kadar glukosa darah
Kadar kalium darah
Tekanan darah
Kadar kalium darah
Tekanan darah
10
Captopril - Valsartan
Tekanan darah dan fungsi ginjal
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Aspirin - Insulin
CaCO3 - Captopril
Captopril - Spironolacton
Ondansetron - Tramadol
Simvastatin - Warfarin
Allopurinol - Sukralfat
Amiodaron - Warfarin
Amlodipine - Ketorolac
Aspirin - Bisoprolol
Captopril - Ketorolac
Furosemid -Warfarin
Captopril –Nasi, lauk pauk dan
Makanan yang mengandung Kalium
Valsartan - Makanan yang
mengandung Kalium
Ciprofloxacin - Minuman yang
mengandung caffein
Kadar glukosa darah
Tekanan darah
Kadar kalium darah
Efek analgesik tramadol
PT dan INR
Efek allopurinol
PT dan INR
Tekanan darah
Tekanan darah
Tekanan darah dan fungsi ginjal
PT dan INR
Tekanan darah dan kadar
kalium darah
Kadar kalium darah
25
Captopril - Penyakit ginjal
Fungsi ginjal
26
Furosemid - Penyakit ginjal
Fungsi ginjal
27
Valsartan - Penyakit ginjal
Fungsi ginjal
28
Suplemen Kalium - Penyakit ginjal
Kadar kalium darah
29
Lisinopril - Penyakit ginjal
Fungsi ginjal
22
23
24
30 Levofloxacin - Penyakit ginjal
31 Aspirin - Gangguan hati
32 Bisoprolol - Diabetes melitus
33 Metyl Prednisolon - Diabetes melitus
34 Suplemen Kalium - Gagal jantung
Ket: (-) Tidak teramati pada pasien
Parameter yang
Teramati Pada Pasien
Kadar serum ureum
dan serum kreatinin
Kadar serum ureum
dan serum kreatinin
Nyeri pada pasien
-
Efek samping caffein
Fungsi ginjal
Fungsi hati
Kadar glukosa darah
Kadar glukosa darah
Kadar kalium darah
Kadar serum ureum
dan serum kreatinin
Kadar serum ureum
dan serum kreatinin
Kadar serum ureum
dan serum kreatinin
Kadar serum ureum
dan serum kreatinin
-
Tabel di atas menunjukkan beberapa interaksi obat yang parameter yang
seharusnya diamati pada pasien geriatri dapat diamati oleh peneliti.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
31
5.2 Pembahasan
5.2.1
Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini masih banyak variabel lain yang belum diukur. Hal ini
karena adanya keterbatasan waktu penelitian, keterbatasan dana penelitian dan
keterbatasan pengetahuan peneliti.Hasil pengamatan dilapangan menunjukkan
bahwa tidak semua efek dari interaksi obat dapat diamati oleh peneliti.
5.2.2
Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian tentang interaksi obat pada pasien geriatri ini dilakukan di
Instalasi Rawat Inap B Teratai RSUP Fatmawati selama periode bulan Oktober
sampai November 2012 dan didapatkan 100 orang pasien geriatri yang memenuhi
kriteria inklusi sebagai sampel. Hasil pengamatan menunjukkan bahwasanya obatobat untuk penyakit kardiovaskular merupakan obat yang paling banyak
digunakan oleh subjek penelitian (pasien geriatri), dimana terlihat juga bahwa
penyakit yang paling banyak diderita adalah penyakit kardiovaskular.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis 1 dan 3 terbukti, dimana
ada interaksi antara obat dengan obat dan obat dengan penyakit pada pasien
geriatri yang menderita penyakit jantung dan penyakit dalam di Instalasi Rawat
Inap B Teratai RSUP Fatmawati, dan hipotesis 2 tidak terbukti karena tidak
ditemukannya interaksi antara obat dengan makanan dan minuman.
Berdasarkan identifikasi interaksi obat secara literatur, didapatkan pasien
geriatri yang mengalami interaksi obat lebih banyak (61 pasien) dibandingkan
dengan pasien geriatri yang tidak mengalami interaksi obat. Hasil pengamatan
terhadap efek interaksi obat tersebut pada pasien geriatri didapatkan bahwa pasien
geriatri yang tidak mengalami interaksi obat jauh lebih banyak dibandingkan
dengan pasien geriatri yang mengalami interaksi obat (8 pasien), dimana jumlah
pasien geriatri yang mengalami interaksi obat dengan jenis kelamin perempuan
dan jenis kelamin laki-laki adalah sama banyak, yaitu masing-masing 4 pasien.
Pada penelitian ini, pasien geriatri yang berusia antara 60-69 tahun lebih
banyak mengalami interaksi obat dibandingkan pasien geriatri dengan umur 70
tahun atau lebih. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ningsih
(2004), Restalita (2010) dan Soherwardi et al (2012) dimana juga didapatkan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
32
bahwa pasien geriatri yang berusia antara 61-70 tahun lebih banyak mengalami
interaksi obat dibandingkan dengan pasien geriatri usia lainnya. Akan tetapi,
jumlah pasien yang mengalami interaksi obat berdasarkan usia sebanding dengan
jumlah pasien yang diamati berdasarkan usia, dimana sebagian besar pasien
geriatri yang diamati pada penelitian ini berusia antara 60-69 tahun.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pasien geriatri yang paling banyak
mengalami interaksi obat adalah pasien geriatri yang mendapatkan lima macam
obat atau lebih (polifarmasi). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Doubova et al (2007), Ningsih (2004) dan Restalita (2010) dimana juga
didapatkan bahwa pasien geriatri yang paling banyak mengalami interaksi obat
adalah pasien geriatri yang mendapatkan resep obat polifarmasi. Menurut
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik (2004), multipatologi merupakan
salah satu karakteristik pasien geriatri, yang menyebabkannya mendapatkan obat
lebih dari 2 macam, lebih dari 3 macam atau bahkan lebih dari 4 macam. Hal ini
dapat meningkatkan risiko terjadinya interaksi obat, sesuai dengan hasil penelitian
sebelumnya yang menyebutkan bahwa risiko terjadinya interaksi obat meningkat
dengan meningkatnya jumlah obat yang diresepkan per pasien (Ningsih, 2004;
Yeni, 2010; Neto et al., 2012).
Interaksi obat pada pasien geriatri yang diamati pada penelitian ini adalah
interaksi obat dengan obat, interaksi obat dengan makanan dan minuman dan
interaksi obat dengan penyakit. Dari hasil identifikasi interaksi obat berdasarkan
literatur didapatkan 203 kasus interaksi obat dengan obat, interaksi obat dengan
makanan dan minuman dan interaksi obat dengan penyakit (Lampiran 1),
sedangkan hasil pengamatan menunjukkan adanya 13 kasus interaksi obat dengan
obat dan interaksi obat dengan penyakit yang efeknya terjadi pada pasien geriatri
yang menderita penyakit jantung dan penyakit dalam di instalasi rawat inap B
Teratai RSUP Fatmawati sesuai dengan yang tertulis di literatur.
Perbedaan jumlah interaksi obat yang diidentifikasi berdasarkan literatur
dengan jumlah interaksi obat hasil pengamatan dilapangan ini disebabkan karena
beberapa dari interaksi yang diidentifikasi berdasarkan literatur efeknya dapat
diamati tetapi tidak terjadi pada pasien geriatri yang diamati, selain itu juga
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
33
disebabkan karena tidak semua efek dari interaksi obat yang teridentifikasi secara
literatur efeknya dapat diamati dan dapat diukur oleh peneliti.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dari 6kejadian kasus interaksi obat
dengan obat yang yang efeknya terjadi pada pasien geriatri sesuai dengan yang
tertulis di literatur, 3 diantaranya adalah interaksi antara captopril dengan
furosemid. Secara teoritis, captopril merupakan obat antihipertensi yang bekerja
menghambat angiotensin converting enzyme (ACE) dan furosemid merupakan
obat antihipertensi yang bekerja dengan cara mengurangi retensi air dan garam
sehingga mengurangi volume ekstraseluler (Nafrialdi, 2007). Penggunaan
bersama captopril dengan furosemid pada beberapa pasien dapat meningkatkan
risiko hipotensi. Selain itu, penggunaan bersamaan keduanya juga dapat
memperburuk
fungsi
ginjal
pasien
(Baxter,
2008).
Hasil
pengamatan
menunjukkan tiga orang pasien dengan interaksi obat ini mengalami peningkatan
kadar serum ureum dan serum kreatinin selama limahari sampaidua minggu
penggunaan obat secara bersamaan. Dari hasil penelitian dapat diambil
kesimpulan bahwa interaksi obat ini termasuk dalam interaksi level kemaknaan
klinis 3, dimana diperlukan suatu tindakan untuk meminimalkan risiko dari
interaksi obat ini. Adapun tindakan yang direkomendasikan adalah pemantauan
fungsi ginjal pasien secara berkala, penggantian atau bahkan penghentian
penggunaan obat tersebut pada pasien jika terjadi penurunan fungsi ginjal yang
signifikan (Drug Information Handbook, 2009).
Interaksi obat dengan obat lainnya yang terjadi adalah interaksi antara
ondansetron dengan tramadol. Secara teoritis, tramadol bekerja dengan
meningkatkan efek ambilan norefinefrin dan serotonin dan ondansetron bekerja
dengan menghambat efek serotonin-mediated dari tramadol, sehingga efek
analgetik tramadol menurun (Baxter, 2008). Hasil pengamatan menunjukkan dua
orang pasien yang menggunakan kedua obat ini secara bersamaan mengeluh tetap
merasa nyeri meski telah mengkonsumsi obat. Dari hasil penelitian dapat diambil
kesimpulan bahwa interaksi obat ini termasuk dalam interaksi level kemaknaan
klinis 3, dimana diperlukan suatu tindakan untuk meminimalkan risiko dari
interaksi obat ini. Adapun tindakan yang direkomendasikan adalah penyesuaian
dosis tramadol jika digunakan bersama ondansetron, yaitu menjadi dua kali dosis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
34
normal, atau penggantian ondansetron dengan obat antiemetik lainnya (Baxter,
2008).
Interaksi obat dengan obat lainnya juga terjadi antara captopril dengan
valsartan. Secara teoritis, penggunaan bersama captopril dengan valsartan pada
beberapa pasien dapat meningkatkan risiko hipotensi. Selain itu, penggunaan
keduanya bersamaan jugadapat memperburuk fungsi ginjal pasien (Baxter, 2008).
Hasil pengamatan menunjukkan satu orang yang menggunakan kombinasi kedua
obat tersebut mengalami peningkatan kadar serum ureum dan serum kreatinin
selama tiga hari penggunaan obat secara bersamaan. Dari hasil penelitian dapat
diambil kesimpulan bahwa interaksi obat ini termasuk dalam interaksi level
kemaknaan klinis 3, dimana diperlukan suatu tindakan untuk meminimalkan
risiko dari interaksi obat ini. Adapun tindakan yang direkomendasikan adalah
pemantauan fungsi ginjal pasien secara berkala, penggantian atau bahkan
penghentian penggunaan obat tersebut pada pasien jika terjadi penurunan fungsi
ginjal yang signifikan (Drug Information Handbook, 2009).
Adapun kasus interaksi obat dengan penyakit yang efeknya terjadi pada
pasien geriatri sesuai dengan yang tertulis di literatur adalah interaksi yang
melibatkan penyakit ginjal dengan beberapa obat, yaitu furosemid, captopril,
lisinopril dan valsartan. Interaksi ini terjadi karena obat-obat tersebut dapat
memperburuk penyakit ginjal yang telah ada sebelumnya yang terlihat dari
meningkatnya kadar serum ureum dan serum kreatinin (Drug Information
Handbook, 2009).
Hasil
pengamatan menunjukkan empat orang
yang
menggunakan furosemid dan masing-masing satu orang yang menggunakan
captopril, lisinopril dan valsartan, dan sebelumnya telah mengalami gangguan
fungsi ginjal, mengalami peningkatan kadar serum ureum dan serum kreatinin
selama empat sampai lima hari penggunaan obat-obat tersebut. Dari hasil
penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa semua interaksi obat dengan penyakit
yang terjadi ini termasuk dalam interaksi level kemaknaan klinis 3, dimana
diperlukan suatu tindakan untuk meminimalkan risiko dari interaksi tersebut.
Adapun tindakan yang direkomendasikan adalah pemantauan fungsi ginjal pasien
secara berkala atau bahkan penghentian penggunaan obat tersebut pada pasien jika
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
35
terjadi penurunan fungsi ginjal yang signifikan (Drug Information Handbook,
2009).
Meskipun ada beberapa faktor lain yang menyebabkan peningkatan kadar
serum ureum dan serum kreatinin pada pasien geriatri yang diamati, namun
interaksi obat yang terjadi juga dapat menjadi salah satu faktor penyebab
peningkatan tersebut sehingga sebaiknya tetap menjadi perhatian para ahli medis
di rumah sakit.
Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya kasus interaksi obat dengan
makanan dan minuman yang efeknya terjadi pada pasien geriatri sesuai dengan
yang tertulis di literatur. Identifikasi berdasarkan literatur menunjukkan adanya 49
kasus interaksi obat dengan makanan dan minuman. Adapun kasus interaksi obat
dengan makanan dan minuman yang paling banyak terjadi berdasarkan
identifikasi secara literatur adalah interaksi antara captopril dengan nasi, lauk
pauk dan makanan yang mengandung kalium dan valsartan dengan makanan yang
mengandung kalium
seperti
pisang. Menurut
literatur, captopril
dapat
meningkatkan kadar kalium darah dengan menghambat sistem renin-aldosteron
angiotensin dan valsartan dapat meningkatkan kadar kalium darah dengan
menghambat angiotensin II yang menginduksi sekresi aldosteron sehingga efek
ini sinergis dengan makanan yang mengandung kalium dan dapat menyebabkan
hiperkalemia (drugs.com-druginteractionschecker).
Menurut Dietitians of Canada (2006), satu buah pisang mengandung
211mg kalium. Sedangkan menurut Kumar et al(2012), satu buah pisang ukuran
medium mengandung kalium sebesar 350 mg dan mampu mencukupi 23% dari
total kalium yang diperlukan oleh tubuh perhari. Adapun rekomendasi intake
kalium dari makanan adalah kira-kira 50 mEq/hari, yaitu setara dengan 1,955
g/hari (Brophy dan Gehr, 2005).
Adapun interaksi obat dengan minuman yang terjadi berdasarkan
identifikasi secara literatur adalah interaksi antara levofloxacin dengan minuman
yang mengandung caffein seperti teh. Menurut literatur, ciprofloxacin dapat
menghambat enzim metabolisme caffein sehingga menyebabkan kadar caffein
dalam plasma meningkat dan meningkatkan risiko timbulnya efek samping
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
36
caffein seperti timbulnya sakit kepala, gemetar dan insomnia pada pasien
(drugs.com-druginteractionschecker).
Semua kasus interaksi obat dengan makanan dan minuman yang terjadi
berdasarkan literatur pada penelitian ini efeknya tidak terjadi pada pasien geriatri
yang diamati.Hal ini dapat terjadi karena makanan yang mengandung kalium dan
minuman yang mengandung caffein yang dikonsumsi oleh pasien adalah masih
dalam jumlah yang sedikit sehingga tidak menimbulkan efek yang signifikan
terhadap kondisi klinis pasien..
Hasil pengamatan pada penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
informasi kepada dokter dan farmasis di rumah sakit Fatmawati mengenai adanya
kejadian interaksi obat pada pasien geriatri, dan beberapa dari interaksi tersebut
memerlukan perhatian khusus, sehingga diharapkan kasus interaksi obat pada
pasien geriatri dapat berkurang, sehingga tujuan pengobatan dapat tercapai dan
angka morbiditas dan mortalitas juga menurun.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Pada penelitian ini, didapatkan adanya interaksi antara obat dengan obat
dan interaksi antara obat dengan penyakit pada pasien geriatri yang
menderita penyakit jantung dan penyakit dalamdi Instalasi Rawat Inap B
Teratai RSUP Fatmawatidan tidak didapatkan adanya interaksi antara obat
dengan makanan dan minuman
2. Hasil pengamatan pada penelitian ini menunjukkan bahwa:
1) Ada 8% dari subjek penelitian (pasien geriatri) yang mengalami
interaksi obat
2) Sebagian besar pasien geriatri yang mengalami interaksi obat adalah
pasien geriatri yang mendapatkan 5 macam obat atau lebih
3) Kasus interaksi obat dengan obat yang terjadi pada pasien geriatri yaitu
interaksi antara captopril dengan furosemid, ondansetron dengan
tramadol dan captopril dengan valsartan
4) Kasus interaksi obat dengan penyakit yang terjadi pada pasien geriatri
yaitu interaksi antara penyakit ginjal dengan furosemid, captopril,
lisinopril dan valsartan
5) Semua interaksi obat dengan obat dan interaksi obat dengan penyakit
yang didapatkan pada penelitian ini termasuk dalam interaksi obat
dengan level kemaknaan klinis 3, dimana diperlukan suatu tindakan
untuk meminimalkan risiko dari interaksi tersebut
6.2 Saran
1. Kepada dokter agar lebih berhati-hati dalam menulis resep terutama untuk
obat-obat kombinasi khususnya kepada pasien geriatri sehingga risiko
terjadinya interaksi obat dapat diminimalkan
2. Kepada apoteker agar lebih berhati-hati dalam melayani resep, perlu
dilihat apakah terdapat interaksi obat pada resep tersebut, sehingga
interaksi obat yang terjadi dapat teridentifikasi lebih awal
37
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
38
3. Kepada peneliti selanjutnya agar dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai interaksi obat tidak hanya pada pasien geriatri tetapi juga pada
kasus pasien dan penyakit lainnya.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR PUSTAKA
American Pharmacists Association, 2009. Drug Information Handbook. A
Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals. U.S.A:
Lexi-Comp.
Baxter, Editor, 2008. Stockley’s Drug Interactions. Eighth Edition. London:
Pharmaceutical Press, 1, 9, 10, 11.
Brophy, Gehr, 2005. Renal Disorders: Disorders of Potassium and Magnesium
Homeostasis. Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach-Dipiro. United
States: The McGraw-Hill Companies.
Darmojo, 2009. Teori Proses Menua. Dalam Buku: Martono HH dan Pranarka K,
Editor. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi Keempat. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI, 3.
Darmojo 2009. Demografi dan Epidemiologi Populasi Lanjut Usia. Dalam Buku:
Martono HH dan Pranarka K, Editor. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia
Lanjut). Edisi Keempat. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 35, 37, 38, 46, 53, 54.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2004. Pedoman Pelayanan
Farmasi (Tata Laksana Terapi Obat) Untuk Pasien Geriatri. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI, 1, 57.
Dietitians of Canada, 2006. Potassium Content of Selected Fruit. Canada:
Dietitians of Canada.
Hilmer, Gnjidic, 2008. The Effects of Polypharmacy in Older Adults.Australia:
Department of Clinical Pharmacology, Department of Aged Care and
Rehabilitation, Northern Clinical School.
Martono, 2009. Pelayanan Kesehatan Pada Usia Lanjut. Dalam Buku: Martono
HH dan Pranarka K, Editor. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut).
Edisi Keempat. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 709.
Martono, Nasution , Andayani, 2009.Penggunaan Obat Secara Rasional Pada
Usia Lanjut. Dalam Buku: Martono HH dan Pranarka K, Editor. Buku Ajar
Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi Keempat. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI, 772, 776.
39
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
40
Moscou, Snipe, 2009. Pharmacology For Pharmacy Technicians. Kanada: Mosby
Elsevier, 54.
Nafrialdi, 2007. Antihipertensi. Dalam Buku: Sulistia Gan Gunawan, Rianto
Setiabudy, Nafriadi, Elysabeth, Editor. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta:
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI, 341-360.
Ningsih, 2004. Skripsi: Interaksi Obat Pada Pasien di Poliklinik Geriatri Perjan
RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Depok.
Restalita, 2010. Skripsi: Evaluasi Interaksi Obat Pada Peresepan Pasien Lanjut
Usia di Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok. Depok.
Sastroasmoro, Ismael, 2010. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi
Ke-3. Jakarta: Sagung Seto, 313.
Setiati, Harimurti, Roosheroe, 2006. Proses Menua dan Implikasi Kliniknya.
Dalam Buku: Sudoyo Aru W, Setiyohadi Bambang, Alwi Idrus, Simadibrata
Marcellus, Setiati Siti, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Ed 4. Jakarta :
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 1335.
Setiawati, 2007. Interaksi Obat. Dalam Buku: Sulistia Gan Gunawan, Rianto
Setiabudy, Nafriadi, Elysabeth, Editor. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta:
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI, 862, 863, 866, 872.
Siregar, Kumolosasi, 2006. Farmasi Klinik Teori dan Penerapan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 120.
Supartondo, Roosheroe, 2006.Pedoman Memberi Obat Pada Pasien Geriatri
Serta Mengatasi Masalah Polifarmasi. Dalam Buku: Sudoyo Aru W, Setiyohadi
Bambang, Alwi Idrus, Simadibrata Marcellus, Setiati Siti, editor. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Ed 4. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FK UI, 1427.
Tatro, Editor, 2009. Drug Interaction Facts. Fifth Edition. United States of
America: Wolters Kluwer Company.
Thanacoody, 2012. Drug Interactions. Dalam Buku: Walker R dan Whittlesea,
Editor. Clinical Pharmacy and Therapeutics. Fifth Edition. London: Churchill
Livingstone Elsevier, 50, 51, 57, 58, 59, 119-131.
Yeni, 2010. Skripsi: Evaluasi Interaksi Obat di Ruang Intensive Care Unit (ICU)
RSUP Fatmawati Periode Bulan Maret-April 2010. Depok.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
41
Bressler, Bahl, 2003. Principles of Drug Therapy for the Elderly Patient. Mayo
Clin Proc;78, 1564-1577.
Doubova, Morales, Arreola, Ortega, 2007. Potential drug-drug and drug-disease
interactions in prescriptions for ambulatory patients over 50 years of age in
family medicine clinics in Mexico City. BMC Health Services Research; 7,147.
Drugs. Drug Interaction Checker. In: www.drugs.com/drug_interactions.html.
Kumar, Bhowmik, Duraivel, Umadevi, 2012. Traditional and Medicinal Uses of
Banana. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry; 1(3), 57-70.
Lindblad, Artz, Pieper, Sloane, Hajjar, Ruby, Schmader, Hanlon, 2005. Potential
drug-disease interactions in frail, hospitalized elderly veterans. Ann
Pharmacother; 39, 412-417.
Mallet, Spinewine, Huang, 2007. Prescribing In Elderly People 2. The challenge
of managing drug interactions in elderly people, 185-191.
Neto, Nobili, Junior, Pilger, Guidoni, Baldoni, Souza, Freitas, Tettamanti, Gaeti,
Cuman, 2012. Incidence and Predictors of Adverse Drug Reactions Caused by
Drug-Drug Interactions in Elderly Outpatients: A Prospective Cohort Study. J
Pharm Pharmaceut Sci;15(2), 332,343.
Netto, Silva, Filho, Rocha, Junior, 2011. Assessment of Drug Interactions in
Elderly Patients of a Family Health Care Unit in Aracaju (Brazil): a Pilot Study.
African Journal of Pharmacy and PharmacologyVol. 5(7), pp. 812-818.
Routledge, O’Mahony, Woodhouse, 2003. Adverse drug reactions in elderly
patients. British Journal of Clinical Pharmacology; 57(2), 121-126.
Suherwardi, Chogtu, Faizal, 2012. Surveillance of the Potential Drud-Drug
Interactions in the Medicine Department of a Tertiary Care Hospital. Journal of
Clinical and Diagnostic Research; 6(7), 1258-1261.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
42
Lampiran 1. Diagram Distribusi Karakteristik Pasien Geriatri dan Diagram
Gambaran Interaksi Obat Pada Pasien Geriatri
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
92%
Berdasarkan
literatur
61%
Berdasarkan
hasil
pengamatan
39%
8%
Dengan Interaksi Obat
Tanpa Interaksi Obat
Gambar 1. Diagram jumlah pasien geriatri yang mengalami interaksi obat
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Pasien
keseluruhan
52%
50%
48%
50%
Pasien dengan
interaksi obat
Laki - Laki
Perempuan
Gambar 2. Diagram jumlah pasien geriatri berdasarkan jenis Kelamin
43
(Lanjutan)
100%
90%
80%
70%
60%
62,50%
Pasien
keseluruhan
50%
40%
43%
30%
20%
26% 25%
10%
20%
0%
7%12,50%
4% 0%
0%
60 - 64
tahun
65 - 69
tahun
70 - 74
tahun
75 - 79
tahun
≥ 80 tahun
Pasien
dengan
interaksi
obat
Gambar 3. Diagram jumlah pasien geriatri berdasarkan usia
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
87% 87,50%
Pasien
keseluruhan
Pasien dengan
interaksi obat
2%
0%
2 macam
11% 12,50%
3 - 4 macam
≥ 5 macam
Gambar 4. Diagram jumlah pasien geriatri berdasarkan jumlah macam obat yang
digunakan
44
(Lanjutan)
100,00%
90,00%
80,00%
70,00%
60,00%
50,00%
40,00%
56,16%
53,85%
46,15%
Yang
Bermakna
Klinis
30,00%
20,00%
24,14%
10,00%
19,70%
0%
0,00%
IO - Obat
Berdasarkan
literatur
IO - Makanan dan
minuman
IO - Penyakit
Gambar 5. Diagram jumlah kasus interaksi obat
45
Lampiran 2. Hasil Identifikasi Kasus Interaksi Obat yang Terjadi
Berdasarkan Literatur
1. Kasus Interaksi obat dengan obat
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
Interaksi Obat
Captopril - Furosemid
Amlodipine - Captopril
Aspirin - Captopril
Aspirin - Clopidogrel
Captopril - Insulin
Domperidone - Paracetamol
Captopril - Suplemen Kalium
Amlodipine - Aspirin
Allopurinol - Captopril
Suplemen Kalium - Valsartan
Amlodipine - CaCO3
Bicnat - Sukralfat
CaCO3 - Sukralfat
Captopril - Valsartan
Aspirin - Insulin
CaCO3 - Captopril
Amlodipine - Simvastatin
Captopril - Digoxin
Captopril - Spironolacton
Ondansetron - Tramadol
Simvastatin - Warfarin
Allopurinol - Sukralfat
Amiodaron - Warfarin
Amlodipine - Ketorolac
Aspirin - Bisoprolol
Captopril - Ketorolac
Clopidogrel - Omeprazole
Furosemid -Warfarin
Level Kemaknaan Klinis
Kasus
%
3
2
4
4
2
4
1
1
1
2
4
14
11
11
9
8
8
7
4
4
4
3
3
3
3
3
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
1
114
12,28
9,65
9,65
7,89
7,01
7,01
6,14
3,51
3,51
3,51
2,63
2,63
2,63
2,63
2,63
1,75
1,75
1,75
1,75
1,75
1,75
0,88
0,88
0,88
0,88
0,88
0,88
0,88
100
46
(Lanjutan)
2. Kasus Interaksi obat dengan makanan dan minuman
No
1
2
3
Interaksi Obat
Level Kemaknaan Klinis
Kasus
%
-
37
75,51
-
11
22,45
-
1
2,04
49
100
Captopril –Nasi, lauk pauk dan
Makanan yang mengandung
Kalium
Valsartan - Makanan yang
mengandung Kalium
Ciprofloxacin - Minuman yang
mengandung caffein
3. Kasus Interaksi obat dengan penyakit
No
Interaksi Obat
Level Kemaknaan Klinis
Kasus
%
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Captopril - Penyakit ginjal
Furosemid - Penyakit ginjal
Valsartan - Penyakit ginjal
Suplemen Kalium - Penyakit ginjal
Lisinopril - Penyakit ginjal
Levofloxacin - Penyakit ginjal
Amlodipine - Gangguan hati
Aspirin - Gangguan hati
Bisoprolol - Diabetes melitus
Metyl Prednisolon - Diabetes melitus
Suplemen Kalium - Gagal jantung
-
14
10
7
2
1
1
1
1
1
1
1
40
35
25
17,5
5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
100
47
Lampiran 3. Rekomendasi Terhadap Beberapa Kasus Interaksi Obat
No
Interaksi Obat
1
Bicnat - Sukralfat
2
CaCO3 - Sukralfat
3
Amlodipine - CaCO3
4
CaCO3 - Captopril
5
Tramadol - Ondansetron
6
Allopurinol - Sukralfat
7
Clopidogrel - Omeprazole
Rekomendasi
Membedakan waktu penggunaan obat (Sukralfat
diberikan 1 jam sebelum makan, bicnat 1 jam setelah
makan)
Membedakan waktu penggunaan obat (Sukralfat
diberikan 1 jam sebelum makan, CaCO3 segera
setelah makan)
Membedakan waktu penggunaan obat (Amlodipine
diberikan 1 jam sebelum makan, CaCO3 segera
setelah makan)
Membedakan waktu penggunaan obat (Captopril
diberikan 1 jam sebelum makan, CaCO3 segera
setelah makan)
Penyesuaian dosis tramadol jika digunakan bersama
ondansetron (menjadi 2 kali dosis normal)
Membedakan waktu penggunaan obat (Sukralfat
diberikan 1 jam sebelum makan, allopurinol segera
setelah makan)
Penggunaan obat golongan PPI yang lebih aman jika
digunakan bersama clopidogrel, yaitu lansoprazole
atau pantoprazole.
N
%
3
20
3
20
3
20
2
13,33
2
13,33
1
6,67
1
6,67
15
100
48
Lampiran 4. Surat Izin Melakukan Penelitian di RSUP Fatmawati
49
(Lanjutan)
50
Lampiran 5. Informed Consent
Informed Consent
I.
Judul
Interaksi Obat Pada Pasien Geriatri yang Menderita Penyakit Jantung dan
Penyakit Dalam di Instalasi Rawat Inap BTeratai RSUP Fatmawati
II.
Peneliti
Peneliti bernama Eva Yuliani, mahasiswa program S1 Program Studi Farmasi
FKIK UIN Syarif Hidayatullah yang sedang menyelesaikan tugas akhir.
III.
Penjelasan Singkat Tentang Penelitian
Peneliti akan mengumpulkan informasi yang berasal dari rekam medik pasien
yang telah menandatangani formulir pernyataan persetujuan berpartisipasi
dalam penelitian. Pasien juga akan diobservasi dan diwawancarai jika perlu
untuk mengertahui dan memantau efek dari interaksi obat yang terjadi.
51
(Lanjutan)
Pernyataan Persetujuan Berpartisipasi Dalam Penelitian
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama
:
Usia
:
Alamat
:
Saya menyadari bahwa keikutsertaan diri saya dalam penelitian ini adalah
sukarela. Saya setuju akan memberikan izin kepada peneliti untuk
memperoleh informasi yang berkaitan dengan penelitian ini baik bersumber
dari catatan medis, maupun hasil wawancara dengan diri saya.
Demikianlah pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak ada
paksaan dari pihak manapun.
Jakarta, Oktober 2012
Yang membuat pernyataan
(
)
52
Lampiran 6. Panduan Pertanyaan Wawancara Pasien
1. Data Pasien Geriatri
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Data Pasien Geriatri
Uraian
Nama
Usia
Jenis Kelamin
Berat Badan
Diagnosis Penyakit
Obat-Obat yang digunakan
Makanan yang dikonsumsi
Minuman yang dikonsumsi (teh/susu)
2. Data Efek Interaksi Obat Pada Pasien*
No
Uraian
Keterangan
Tanda-tanda hiperkalemia
1
Lemah/lesu
2
Paralisis
Denyut jantung tidak teratur (Rekam Medik)
3
4
Kebingungan
Tanda-tanda perdarahan
1
Bengkak
Lemas
2
Keluar darah dari hidung
3
4
Keluar darah saat menggosok gigi
5
Urin dan BAB merah/coklat
Tanda-tanda efek samping caffein
1
Sakit kepala
2
Gemetar
3
Insomnia
4
Gelisah
*Pertanyaan untuk pasien yang mengalami interaksi obat dengan
hiperkalemia/perdarahan/risiko efek samping caffein meningkat
efek
53
Lampiran 7. Data Pasien Geriatri
Pasien
No
Usia
(Tahun)
Jenis Kelamin
Diagnosis
1
62
Perempuan
2
62
Laki-laki
CKD
3
67
Laki-laki
Hepatitis
Gangren diabetik
AKI
4
70
Laki-laki
5
66
Laki-laki
6
67
Perempuan
AKI
Hipertensi
PPOK
Konstipasi
Hematemesis
melena
Anemia
Hipertensi
AKI
Iskemia
Ketosis DM
Hipertensi
AKI
Anemia
Obat
Paracetamol 3X500 mg
Domperidone 3x10 mg
Simvastatin 1x10 mg
Captopril 2x6,25 mg
KSR 3x1 tab
Warfarin 1x2 mg
Ciprofloxacin inj 2x200 mg
Valsartan 1x80 mg
Cilostazol 2x50 mg
Insulin 1x28 unit
Asam folat 1x15 mg
Vit B12 3x50 mcg
CaCO3 3x500 mg
Paracetamol 3x1000 mg
Bicnat 3x1000 mg
Tramadol inj 3x50 mg
Omeprazole inj 2x20 mg
Curcuma 3x200 mg
Domperidone 3x10 mg
Lansoprazole 1x30 mg
Loratadine
Ciprofloxacine inj 1x200 mg
Vit K inj 3x10 mg
Cefotaxime inj 3x500 mg
Metronidazole inj 3x500 mg
Asam folat 1x15 mg
Vit B12 3x50 mcg
Captopril 2x12,5 mg
Omeprazole 1x20 mg
Domperidone 3x10 mg
Ceftriaxone inj 1x2 gr
Amlodipine 1x10 mg
Captopril 2x12,5 mg
Asam traneksamat inj 3x250
mg
Vit K inj 3x10 mg
Cefotaxime inj 3x500 mg
Amlodipine 1x10 mg
Captopril 3x25 mg
Valsartan 1x80 mg
Domperidone 3x10 mg
Ceftriaxone inj 2x2gr
Ranitidine inj 2x50 mg
Metronidazole inj 3x500 mg
Jumlah
R/
10
7
8
6
5
7
54
(Lanjutan)
Usia
(Tahun)
Jenis Kelamin
No
7
62
Laki-laki
8
68
Perempuan
9
74
Laki-laki
10
65
Laki-laki
11
76
Perempuan
12
64
Laki-laki
13
64
Laki-laki
14
73
Laki-laki
Diagnosis
Dispenueu
CKD
TB paru putus obat
DM Tipe 2
Hipertensi
Chronic Lever
Disease
DM Tipe 2
AKI
Hipertensi
Cardiovaskular
disease
CHF
Hipertensi
DM Tipe 2
ISK
Dispepsia
Sus. Tumor gaster
hiperurisemia
DM Tipe 2
CAP
Anemia
Trombositopenia
Gastritis akut
Obat
Kalitake 3x5 gr
Amlodipine 1x10 mg
Allopurinol 1x100 mg
Vit B12 3x50 mcg
Domperidone 3x10 mg
Captopril 2x12,5 mg
Neurodex 1x1 tab
Asam folat 1x15 mg
Furosemide inj 3x40 mg
Ceftriaxone inj 2x2 gr
Diazepam 2x2 mg
Warfarin 1x1 mg
Lansoprazole 1x30 mg
Bisoprolol 2x2,5 mg
Allerten Q 2x1 tab
Curcuma 3x200 mg
Asam folat 1x10 mg
Glucosamine 1x250 mg
Paracetamol 3x500 mg
Hyosin butyl Br 3x1 tab
Gliquidon 2x1 tab
Meloxicam 1x1 tab
Ondansetron inj 1x8 mg
Ranitidine inj 2x50 mg
Amoidaron HCL 2x200 mg
Neurodex 1x1 tab
Asam tranexamat 3x250 mg
Furosemide inj 3x40 mg
Ceftriaxone inj 2x1 gr
Aspirin 1x80 mg
Simvastatin 1x10 mg
Asam folat 1x15 mg
Captopril 3x12,5 mg
Kalium aspartat 1x300 mg
ISDN 3x5 mg
Paracetamol 3x500 mg
Domperidone 3x10 mg
Ambroxol 3xC1
Valsartan 1x80 mg
Furosemid inj 2x20 mg
Ceftriaxone inj 1x2 gr
Cefixime 2x200 mg
KSR 1x1tab
Paracetamol 4x500 mg
Sohobion 1x1tab
Omeprazole inj 1x20 mg
Vit C inj 1x200 mg
Paracetamol 3x500 mg
Vit K inj 3x10 mg
Asam tranexamat inj 3x250 mg
Ceftriaxone inj 1x2 gr
Jumlah
R/
10
5
9
5
3
9
6
4
55
(Lanjutan)
No
Usia
(Tahun)
Jenis Kelamin
15
64
Perempuan
16
62
Laki-laki
17
61
Perempuan
18
69
Laki-laki
19
60
Perempuan
20
69
Laki-laki
21
66
Perempuan
Diagnosis
CAP
Trombositopenia
AKI
Hiponatremia
Hepatomegali
Angina pektoris
CKD
Anemia
Dispepsia
Hipoalbumin
Hipokalemia
Dyspenueu
CKD
Gastritis
CAP
Anemia
Hipertensi
Hipoalbumin
Obstruksi usus
parsial
UAP
CHF
Hipertensi
Obat
Paracetamol 3x500 mg
Curcuma 3x200 mg
Domperidone 3x10 mg
Valsartan 1x40 mg
Simvastatin 1x10 mg
Azitromisin 1x500 mg
Ranitidine inj 2x50 mg
Ceftriaxone inj 1x2 gr
Amlodipine 1x10 mg
Valsartan 1x80 mg
ISDN 3x5 mg
Vit K inj 3x10 mg
Asam tranexamat inj 3x250 mg
Ondansetron inj3x4 mg
Domperidone 3x10 mg
Paracetamol 3x1000 mg
Sulfas ferosus 1x300 mg
Curcuma 3x200 mg
Simvastatin 1x10 mg
Tramadol inj 3x50 mg
Cefotaxime inj 3x1 gr
Ranitidine inj 2x50 mg
Ondansetron inj 3x4 mg
Ciprofloxacin inj 2x200 mg
Domperidone 3x10 mg
Clonidin 2x0,15 mg
Asam folat 1x15 mg
Bicnat 3x500 mg
Vit B12 3x50 mcg
OBH 3xC1
Ondansetron inj 3x4 mg
Furosemid inj 2x20 mg
Ranitidin inj 2x50 mg
Ceftriaxone inj 1x2 gr
Sukralfat 4xC1
Ambroxol 3xC1
Vit K inj 3x10 mg
Azitromisin 1x500 mg
Captopril 3x15 mg
Omeprazole inj 2x40 mg
Asam tranexamat inj 3x500 mg
Ondansetron inj 3x4 mg
Ceftriaxone inj 2x2 gr
Vit K inj 3x10 mg
Asam tranexamat inj 3x250 mg
Ranitidine inj 2x50 mg
Ketorolac inj 2x10 mg
Sohobion 1x1 tab
Bisoprolol 2x2,5 mg
ISDN 3x5 mg
Jumlah
R/
8
6
10
10
9
5
2
56
(Lanjutan)
No
Usia
(Tahun)
Jenis Kelamin
22
62
Laki-laki
23
71
Laki-laki
24
74
Perempuan
25
71
Perempuan
26
60
Perempuan
27
63
Perempuan
28
65
Perempuan
Diagnosis
CHF
CKD
DM Tipe 2
CHF
Hipertensi
Geriatric problem
Gastritis
CHF
CAP
DM Tipe 2
Chronic Liver
Disease
CKD
Susp CAP
Hipertensi
Hipertensi
Obat
Asam folat 1x15 mg
CaCO3 3x500 mg
Simvastatin 1x10 mg
Aspirin 1x80 mg
Captopril 3x12,5 mg
Vit B12 3x50 mcg
Neurodex 2x1 tab
Furosemide inj 2x40 mg
ISDN 3x5 mg
Captopril 2x12,5 mg
Warfarin 1x1 mg
Simvastatin 1x10 mg
Laxadine 3xC1
Furosemide inj 1x20 mg
Amlodipine 1x10 mg
Simvastatin 1x10 mg
Sohobion 1x1 tab
Asam folat 2x5 mg
Valsartan 1x40 mg
Citicoline inj 2x500 mg
Piracetam inj 4x3 gr
Sukralfat 3xC1
Vit K inj 3x10 mg
Azitromisin 1x500 mg
Asam tranexamat inj 3x500 mg
Cefotaxime inj 3x1 gr
Omeprazole inj 2x40 mg
Spironolakton 1x100 mg
Domperidone 3x10 mg
Ursodeoxycholic acid 3x250
mg
Curcuma 3x400 mg
Sistenol 3x1 tab
Lactulosa 3x10 mg
Simvastatin 1x20 mg
Aspirin 1x80 mg
Vit B6 2x10 mg
Vit B12 2x50 mcg
Asam folat 2x5 mg
Captopril 3x12,5 mg
Citicoline inj 2x1 gr
Ondansetron inj 3x4 mg
Ranitidine inj 2x50 mg
Simvastatin 1x20 mg
Neurodex 1x1 tab
Captopril 3x25 mg
Asam folat 2x5 mg
Paracetamol 3x500 mg
Citicoline 3x250 mg
Amlodipine 1x10 mg
Ranitidine inj 2x50 mg
Jumlah
R/
8
6
7
6
6
9
8
57
(Lanjutan)
No
Usia
(Tahun)
Jenis Kelamin
29
60
Laki-laki
30
64
Perempuan
31
63
Laki-laki
32
69
Laki-laki
33
72
Perempuan
34
62
Perempuan
35
61
Perempuan
Diagnosis
Dm Tipe 2
Hipertensi
CKD
Gang. Fungsi hati
DM Tipe 2
CHF
Susp. Cardiac
sirosis
Trombositopenia
DM Tipe 2
Dislipidemia
TB Paru
Hipertensi
Stress ulcer
Anemia
CAP
AKI
Hipertensi
CAP
AKI
Hipertensi
Chronic Liver
Disease
Hiponatremia
CKD
Stress ulcer
TB paru
Hipertensi
Hipokalemia
Anemia
CAD
Obat
Citicoline 2x100 mg
Insulin 3x5 unit
ISDN 3x5 mg
Aspirin 1x80 mg
Ceftriaxone inj 2x1 gr
Ranitidine inj 2x50 mg
Citicoline inj 2x1 gr
Furosemide inj 2x20 mg
Captopril 2x6,25 mg
ISDN 1x5 mg
Kalium aspartat 1x300 mg
Simvastatin 1x20 mg
Captopril 2x12,5 mg
Ambroxol syr 3xC1
Azitromisin 3x500 mg
Cefixime 2x200 mg
Insulin 3x12 unit
Paracetamol 3x500 mg
Azitromisin 1x500 mg
Sukralfat syr 3xC1
Lactulosa syr 3x3xC1
OBH syr 3xC1
Curcuma 3x200 mg
Captopril 3x25 mg
Amlodipine 1x10 mg
Allopurinol 1x100 mg
Ambroxol syr 3xC1
Captopril 3x12,5 mg
Asam folat 1x15 mg
Vit B12 3x50 mcg
Bicnat 3x500 mg
CaCO3 3x500 mg
Curcuma 3x200 mg
Sukralfat syr 3xC1
Domperidone 3x10 mg
Amlodipine 1x10 mg
Sukralfat syr 4xC1
Ambroxol syr 3xC1
Simvastatin 1x10 mg
Asam folat 1x15 mg
CaCO3 3x500 mg
Bicnat 3x500 mg
Vit B12 3x50 mcg
KSR 3x600 mg
Lactulosa syr 3xC1
Valsartan 1x80 mg
Paracetamol 3x500 mg
Jumlah
R/
2
5
4
6
9
10
11
58
(Lanjutan)
No
Usia
(Tahun)
Jenis Kelamin
36
63
Laki-laki
37
62
Perempuan
38
80
Perempuan
39
61
Laki-laki
40
61
Laki-laki
41
69
Perempuan
42
65
Laki-laki
Diagnosis
Susp CAP
DM Tipe 2
NSTEMI
Anemia
Hipertensi
CKD
Hipoglikemia
CHF
CAP
Susp massa
intraabdomen
Anemia
Dispepsia
Dehidrasi
Anemia
AKI
Leukositosis
hipertensi
Ketosis DM
Anemia
AKI
Hiponatremia
Hipertensi
CKD
Hipokalemia
DM Tipe 2
Hipertensi
Peningkatan enzim
transaminase
Faringitis akut
Obat
Insulin kelipatan 5 unit
Simvastatin 1x20 mg
Vit B6 2x10 mg
Vit B12 2x50 mcg
Asam folat 2x5 mg
Citicoline inj 3x500 mg
ISDN 3x5 mg
Aspirin 1x80 mg
Clopidogrel 1x75 mg
Simvastatin 1x20 mg
Laxadine syr 1xC1
Bisoprolol 1x2,5 mg
Captopril 2x21,5 mg
Furosemide inj 1x20 mg
Captopril 3x25 mg
Ambroxol syr 3xC1
Dexamethason 3x0,5 mg
KSR 3x600 mg
ISDN 3x5 mg
Paracetamol k/p 500 mg
Sukralfat syr 3xC1
Domperidone 3x10 mg
Captopril 2x25 mg
Asam folat 1x15 mg
Vit B12 3x50 mcg
Sukralfat syr 3xC1
Ranitidine inj 2x50 mg
Insulin 3x4 unit
Lantus 1x8 unit
Captopril 2x12,5 mg
Domperidone 3x10 mg
Ondansetron k/p 8 mg
Sukralfat syr 4xC1
Omeprazole inj 2x40 mg
Bicnat 2x500 mg
Asam folat 1x15 mg
Vit B12 3x50 mcg
Amlodipine 1x5 mg
Valsartan 1x80 mg
Heparin 2x2500 unit
Levofloxacin 1x500 mg
Actrapid kelipatan 5 unit
Domperidone 3x10 mg
Captopril 2x25 mg
Amlodipine 1x10 mg
Aspirin 1x80 mg
ISDN 3x5 mg
Acetyl sistein syr 3xC1
Ranitidine inj 2x50 mg
Ceftriaxone inj 1x2 gr
Jumlah
R/
6
8
7
6
7
7
9
59
(Lanjutan)
No
Usia
(Tahun)
Jenis Kelamin
43
81
Laki-laki
44
71
Laki-laki
45
64
Laki-laki
46
71
Perempuan
47
66
Laki-laki
48
60
Perempuan
49
72
Perempuan
Diagnosis
Anemia
Dispepsia
Sus. Malignancy
Hiponatremia
CHF
CAP
Hipokalemia
NSTEMI
NSTEMI
Hipertensi
Susp TB Paru
Anemia
Hematemesis
melena
Hematemesis
melena
Hipertensi
Hiperurisemia
CKD
TB paru putus obat
Observasi febris
Obat
Domperidone 3x10 mg
Ranitidine 2x50 mg
Sukralfat syr 3xC1
ISDN 2x5 mg
Aspirin 1x80 mg
Clopidogrel 1x1gr
Diazepam 1x2 mg
Simvastatin 1x10 mg
Diltiazem3x30 mg
Valsartan 1x80 mg
Loratadin syr 3xC1
Endostein syr 3xC1
Bromheksin syr 3x3xC1
Omeprazole 1x20 mg
Captopril 2x6,25 mg
ISDN 3x5 mg
Warfarin 1x1 mg
KSR 1x600 mg
Allopurinol 3x100 mg
Furosemid inj 1x40 mg
Asetil sistein 3xC1
Curcuma 3x250 mg
Laxadine syr 3xC1
Sukralfat syr 3xC1
Ranitidin inj 2x50 mg
Ceftriaxone inj 2x2 gr
Omeprazole inj 1x1
Asam traneksamat inj 3x1
Vit K inj 3x1
Omeprazole 2x20 mg
Domperidone 3x10 mg
Amlodipine 1x10 mg
Sukralfat syr 3xC1
Curcuma 3x200 mg
Allopurinol 1x100 mg
Domperidone 3x10 mg
Ceftriaxone inj 2x2 gr
Furosemid inj 1x20 mg
Imboost forte 2xC1
Paracetamol 3x1
Alprazolam 2x1
Curcuma 3x1
Methioson 3x1
Amitriptilin 1x ½
Allopurinol 3x100 mg
Cefotaxime inj 2x1
Jumlah
R/
3
11
6
9
4
6
7
60
(Lanjutan)
No
Usia
(Tahun)
Jenis Kelamin
50
60
Laki-laki
51
60
Perempuan
52
68
Laki-laki
53
63
Laki-laki
54
72
Laki-laki
55
73
Laki-laki
56
65
Laki-laki
57
60
Laki-laki
Diagnosis
Susp demam
thypoid
Gastritis
Hiponatremia
CKD
CAD
Hematemesis
melena
Anemia
CAP
AKI
Dispepsia
Peningkatan enzim
transaminase
Dispepsia
DM Tipe 2
CHF
CKD
Hipokalemia
AKI
Myelodisplasia
Hematemesis
melena
Hipertensi
CKD
Peningkatan enzim
transaminase
Dispepsia
UAP
NSTEMI
Obat
Paracetamol 3x500 mg
Domperidone 3x10 mg
Sukralfat syr 3xc1
Ceftriaxone inj 3x1 gr
Ranitidine inj 2x50 mg
Ondansetron inj 3x4 mg
Aspirin 1x80 mg
Domperidone 3x10 mg
Allopurinol 1x100 mg
Captopril 2x6,25 mg
Furosemid inj 1x40 mg
Ranitidin inj 2x50 mg
Amoxicillin 2x1000 mg
Paracetamol 3x1000 mg
Domperidone 3x10 mg
Allopurinol 2x100 mg
Ceftriaxone inj 1x2 gr
Ranitidin inj 2x50 mg
Furosemid inj 1x40 mg
HepaQ 3x1 tab
Clindamisin 3x1 tab
Metyl prednisolon 2-0-2
Neurodex 2x1 tab
Ondansetron inj 2x4 mg
Ranitidin inj 2x50 mg
Gliseril trinitrat 2x1 tab
Warfarin 1x1/2 tab
Amiodaron HCl 1x1/2 tab
Simvastatin 1x10 mg
Kalium aspartat 1x1 tab
Asam folat 1x3 tab
Allopurinol 1x100 mg
Paracetamol 3x500 mg
Azitromisin 1x1 tab
Ceftriaxone inj 1x2 gr
Ranitidin inj 2x50 mg
Tramadol inj 3x1
Cefotaxime inj 2x1 gr
Vit K inj 3x1 gr
Asam traneksamat inj 3x50 mg
Omeprazole inj 2x40 mg
Sukralfat syr 3xC1
Lactulax syr 3xC1
Domperidon 3x10 mg
Insulin dosis 30 cc kelipatan 3
Aspirin 1x80 mg
ISDN 3x5 mg
Clopidogrel 1x75 mg
Simvastatin 1x10 mg
Diazepam 1x5 mg
Meloxicam 1x10 mg
Laxadine syr 1xC1
Jumlah
R/
6
6
7
6
5
7
8
7
61
(Lanjutan)
No
Usia
(Tahun)
Jenis Kelamin
58
69
Perempuan
59
60
Perempuan
60
72
Laki-laki
61
65
Perempuan
62
64
Perempuan
63
66
Perempuan
Diagnosis
NSTEMI
Hipertensi
Anemia
CKD
CKD
DM Tipe 2
Hipertensi
CAP
Dispepsia
NSTEMI
CHF
CKD
DM Tipe 2
NSTEMI
CAP
DM Tipe 2
Hipertensi
Anemia
Dispepsia
Gastritis
CKD
Obat
ISDN 3x10 mg
Lisinopril 1x5 mg
Clopidogrel 1x75 mg
Diazepam 3x2 mg
Simvastatin 1x10 mg
Amlodipin 1x5 mg
Valsartan 1x80 mg
Dexamethason 2x0,5 mg
Loratadine 1x10 mg
Allopurinol 1x100 mg
Furosemid inj 2x40 mg
Domperidone 3x10 mg
Omeprazole 2x40 mg
Asam folat 1x15 mg
Vit B12 3x50 mcg
Bicnat 3x500 mg
CaCO3 3x500 mg
Sukralfat syr 3xC1
Furosemid 1x20 mg
Bisoprolol 1x2,5 mg
Amlodipin 1x10 mg
Ceftriaxone 1x2 gr
ISDN 3x10 mg
Clopidogrel 1x75 mg
Simvastatin 1x10 mg
Aspirin 1x80 mg
Sukralfat syr 3xC1
Clopidogrel 1x75 mg
Aspirin 1x80 mg
Simvastatin 1x10 mg
ISDN 3x5 mg
Fursemid 1x40 mg
Captopril 3x12,5 mg
OBH syr 3xC1
Azitromisin 1x500 mg
Ambroxol syr 3xC1
Sukralfat syr 3xC1
Lactulax syr 3xC1
Domperidon 3x10 mg
Domperidon 3x10 mg
Paracetamol 3x500 mg
Ceftriaxone inj 1x2 gr
Insulin dosis kelipatan 5 unit
Amlodipin 1x10 mg
CaCO3 3x500 mg
Bicnat 3x500 mg
Vit B12 3x50 mcg
Asam folat 1x15 mg
Clonidin 2x0,15 mg
Domperidon 3x10 mg
Ceftriaxone 1x2 gr
Ondansetron inj 1x4 mg
Ranitidin inj 2x50 mg
Jumlah
R/
11
11
5
7
9
10
62
(Lanjutan)
No
Usia
(Tahun)
Jenis Kelamin
64
62
Laki-laki
65
75
Perempuan
66
62
Perempuan
67
72
Perempuan
68
76
Laki-laki
69
72
Perempuan
70
60
Perempuan
71
61
Perempuan
Diagnosis
DM Tipe 2
CKD
Hipertensi
Dispepsia
CHF
CAP
Gastritis
Dispepsia
DM Tipe 2
Ketosis DM
CAP
Dispepsia
Ec viral infection
CHF
DM Tipe 2
Dispepsia
Peningkatan enzim
transaminase
Melena
Hipertensi
Dispepsia
ACS
Melena
Sus. CLD
Leukositosis
Stroke trombosis
Obat
Neurobion 1x1 tab
Omeprazole 2x20 mg
Furosemid 1x40 mg
Ceftriaxone inj 2x2 gr
Ondansetron inj 3x4 mg
Insulin 3x5 unit
Captopril 3x2,5 mg
Kalium aspartat 1x300 mg
Laxadyne syr 3xC1
Furosemid 1x40 mg
Vit K inj 1x1 gr
Asam traneksamat inj 1x50 mg
Ondansetron inj 3x4 mg
Omeprazole inj 2x40 mg
Lactulac syr 3xC1
Inpepsa syr 4xC1
Captopril 2x12,5 mg
Insulin kelipatan 5 U
Paracetamol 3x500 mg
Azitromisin 1x500 mg
Domperidon 3x10 mg
Ranitidin inj 2x50 mg
Cefotaxime 3x1 gr
Ondansetron inj 3x4 mg
Insulin dose 4x1
Cotrimoxazol 2x960 mg
Simvastatin 1x20 mg
Aspirin 1x80 mg
Domperidon 3x10 mg
Sukralfat syr 3xC1
New diatab 2 tab jika perlu
Curcuma 3x200 mg
Furosemid in 1x40 mg
Ranitidin inj 2x50 mg
Sukralfat syr 4xC1
Lactulac syr 3xC1
Captopril 3x25 mg
Amlodipin 1x10 mg
Clonidin 3x0,15 mg
Omeprazol 3x40 mg
Ondansetron 3x4 mg
Domperidon 3x10 mg
Omeprazole 2x40 mg
Sukralfat syr 3xC1
Ranitidin inj 2x50 mg
Ondansetron inj 3x4 mg
Aspirin 1x80 mg
Simvastatin 1x20 mg
Sohobion 1x500 mg
Brain act inj 500 mg
Jumlah
R/
6
4
8
7
9
7
5
4
63
(Lanjutan)
No
Usia
(Tahun)
Jenis Kelamin
72
76
Laki-laki
73
61
Perempuan
74
75
Laki-laki
75
82
Laki-laki
76
61
Perempuan
77
62
Perempuan
Diagnosis
CKD
Hipertensi
Dispepsia
Hipokalemia
DM Tipe 2
CAP
Dispepsia
Hipertensi
Hipokalemia
CKD
Dispepsia
Anemia
Hiponatremia
Syndrom dispepsia
Anemia
Hipokalemia
Hipertensi
Melena
Hematuria
Dyspneue
Dispepsia
Obat
Amlodipin 1x10 mg
CaCO3 3x500 mg
Bicnat 3x500 mg
Vit B12 3x50 mcg
Asam folat 1x15 mg
Omeprazole 2x40 mg
Ondansetron 3x4 mg
Tramadol 3x37,5 mg
Paracetamol 3x325 mg
Furosemid inj 2x40 mg
Azitromisin 1x500 mg
Amlodipin 1x5 mg
Fluimuicyl syr 3xCII
Sukralfat syr 4xCII
Omeprazole 2x20 mg
Valsartan 1x80 mg
Domperidon 3x10 mg
Aspirin 1x80 mg
Ceftriaxone inj 2x2 gr
Insulin 1x12 U
Bicnat 3x500 mg
Vit B12 3x50 mcg
Asam folat 3x5 mg
NaCl 3x500 mg
Omeprazole 2x20 mg
Valsartan 1x80 mg
Aspirin 1x80 mg
Kalitake 3x1 sachet
Ambroxol syr 3xC1
Cefoperazone inj 3x1 gr
Furosemid inj 2x40 mg
Ondansetron inj 3x4 mg
Ceftriaxone inj 2x2 gr
Sukralfat syr 4xC1
Laxadyne syr 3xC1
NaCl caps 3x300 mg
Omeprazole inj 1x40 mg
Ondansetron inj 3x4 mg
Ranitidin inj 2x50 mg
KSR 2x600 mg
Valsartan 1x160 mg
Sukralfat syr 4xC1
Paracetamol 3x500 mg
Ceftriaxone inj 1x2 gr
Ondansetron inj 3x4 mg
Omeprazole inj 1x40 mg
Curcuma 3x200 mg
Hp pro 3x1 tab
Domperidon 3x10 mg
Ranitidin inj 2x50 mg
Jumlah
R/
10
10
13
6
7
4
64
(Lanjutan)
No
Usia
(Tahun)
Jenis Kelamin
78
69
Laki-laki
79
66
Laki-laki
80
64
Perempuan
81
82
Laki-laki
82
70
Laki-laki
83
70
Perempuan
84
65
Laki-laki
85
62
Laki-laki
86
64
Laki-laki
Diagnosis
Hematemesis
Trombositopenia
Hematemesis
melena
Hipertensi
Hematemesis
melena
Dispepsia
DM Tipe 2
CKD
Anemia
Hipertensi
Pansitopenia
Dispepsia
Malnutrisi
Spondiloarthritis
Melena
Anemia
CHF
CKD
Hepatomegali
Hematemesis
melena
Diare akut
Hipertensi
Iskemia
Obat
Sukralfat syr 3xC1
Lactulac syr 2xC1
Omeprazole inj 2x40 mg
Vit K inj 3x1 gr
Asam traneksamat inj 3x500
mg
Captopril 3x25 mg
Amlodipin 1x10 mg
Sukralfat syr 3xC1
Sukralfat syr 3xC1
Laxadyne syr 1xC1
Omeprazole inj 2x40 mg
Vit K inj 3x1 gr
Sukralfat syr 4xC1
Laxadyne syr 3xC1
NaCl 3x500 mg
Ciprofloxacin 3x500 mg
Ondansetron 3x4 mg
Ranitidin 2x50 mg
Amlodipin 3x10 mg
Captopril 2x25 mg
Paracetamol 3x100 mg
Omeprazol 2x20 mg
Domperidon 3x10 mg
Bicnat 3x500 mg
Vit B12 3x50 mcg
Asam folat 3x5 mg
Insulin dosis kelipatan 3
Alprazolam 1x0,5 mg
Omeprazole 1x20 mg
Sukralfat syr 4xC1
Ceftriaxone 1x2 gr
Ondansetron 3x4 mg
Aspirin 1x80 mg
Ranitidin 2x15 mg
Clopidogrel 1x75 mg
Metampiron 3x500 mg
Lansoprazol 1x30 mg
Amlodipin 1x5 mg
Diazepam 3x2 mg
Meloxicam 2x15 mg
Simvastatin 1x20 mg
Sukralfat syr 4xC1
Amiodaron 1x200 mg
Kalium aspartat 3x300 mg
Furosemid inj 2x40 mg
Omeprazole inj 1x40 mg
New diatab 3x2 tab
Metronidazol 3x500 mg
Cefotaxime inj 3x1 gr
Omeprazole inj 2x40 mg
Asam traneksamat 3x250 mg
Ondansetron inj 3x8 mg
Jumlah
R/
5
3
4
6
9
5
8
6
6
65
(Lanjutan)
No
Usia
(Tahun)
Jenis Kelamin
87
69
Perempuan
88
67
Perempuan
89
72
Laki-laki
90
73
Laki-laki
91
70
Perempuan
92
69
Perempuan
93
69
Perempuan
94
62
Perempuan
Diagnosis
CAP
DM Tipe 2
Dispepsia
Iskemia
DM Tipe 2
CKD
Dispepsia
Hipertensi
HipoNa
CHF
Hipokalemia
GEA
Dispepsia
Riw Hernia
HipoNa
Ascites
Trombositopenia
Dispepsia
Anemia
Hipoalbumin
GEA
CAD
CAP
CKD
Dispepsia
CHF
Stroke iskemia
Hipertensi
DM Tipe 2
CAP
CHF
Hipertensi
Anemia
Ketosis DM
Obat
Azitromisin 1x500 mg
Ambroxol syr 3xC1
Laxadyne syr 3xC1
Ceftriaxone inj 1x2 gr
Insulin jika perlu
Ondansetron inj 3x4 mg
Ranitidin inj 2x50 mg
Metoklopramid 3x10 mg
Ceftriaxone inj 1x2 gr
Insulin 4 unit
Sukralfat syr 3xC1
Captopril 3x25 mg
Clopidogrel 1x75 mg
Aspirin 1x80 mg
Simvastatin 1x10 mg
Captopril 3x6,25 mg
ISDN 3x5 mg
KSR 1x1 tab
Furosemid inj 1x40 mg
New diatab 3x2 tab
Sukralfat syr 4xC1
NaCl caps 3x500 mg
Ceftriaxone inj 1x2 gr
Metronidazole inj 3x500 mg
Ranitidin inj 2x50 mg
Hp pro 3x1 tab
Sistenol 3x500 mg
Azitromisin 3x500 mg
Captopril 3x6,25 mg
Spironolakton 2x200 mg
Cefotaxime inj 3x1 gr
Furosemid inj 2x20 mg
Ceftriaxone inj 1x2 gr
Ondansetron inj 3x4 mg
Ranitidin inj 2x50 mg
Metronidazole inj 3x500 mg
New diatab 3x2 tab
Ambroxol syr 3xC1
Snecta 3x1 sachet
Aspirin 1x80 mg
Captopril 3x12,5
Simvastatin 1x20 mg
Neurodex 1x1 tab
Asam folat 2x15 mg
Citicolin inj 2x1000 mg
Aspirin 1x80 mg
Captopril 3x12,5 mg
KSR 1x1 tab
Laxadyne syr 3xC1
Ceftriaxone inj 2x2 gr
Furosemid inj 1x40 mg
Insulin 3x5 unit
Jumlah
R/
5
7
7
6
7
7
6
7
66
(Lanjutan)
No
Usia
(Tahun)
Jenis Kelamin
95
61
Perempuan
96
63
Laki-laki
97
76
Laki-laki
98
63
Laki-laki
99
77
Laki-laki
100
63
Perempuan
Diagnosis
Dispepsia
CAP
CHF
DM Tipe 2
Hipertensi
DM Tipe 2
TB Paru
Hematemesis
CHF
CHF
CAD
Ikterik
Peningkatan enzim
transaminase
Hipoglikemia
CKD
DM Tipe 2
Anemia
Leukositosis
Obat
Domperidon 3x10 mg
Omeprazole 2x20 mg
Mycostatin 4xC1
Captopril 2x6,25 mg
Sukralfat syr 3xC1
Metronidazol inj 3x500 mg
Ceftriaxone inj 1x2 gr
Furosemid inj 1x20 mg
Asam folat 1x15 mg
Vit B12 3x50 mcg
Bicnat 3x500 mg
CaCO3 3x500 mg
Alprazolam 1x0,5 mg
Amlodipin 1x5 mg
Furosemid inj 1x20 mg
Ceftriaxone inj 2x1 gr
Ranitidin inj 2x50 mg
Clopidogrel 1x75 mg
Aspirin 1x80 mg
Gliseril trinitrat 2x2,5 mg
Digoksin 1x0,25 mg
Simvastatin 1x10 mg
Captopril 2x12,5 mg
Spironolakton 1x200 mg
Captopril 2x6,25 mg
Aspirin 1x80 mg
Clopidogrel 1x75 mg
Simvastatin 1x20 mg
Curcuma 3x200 mg
Alprazolam 1x0,5 mg
Allopurinol 3x100 mg
Furosemid inj 1x40 mg
Ranitidin inj 2x50 mg
Ranitidin inj 2x50 mg
Metoklopramid inj 2x5 mg
Vit K inj 3x1 gr
Asam traneksamat inj 3x50 mg
Sukralfat syr 4xC1
Laxadyne syr 3xC1
Paracetamol 3x500 mg
Citirizin 1x10 mg
Ondansetron 3x8 mg
Ranitidin 2x50 mg
Jumlah
R/
8
9
6
10
6
4
Lampiran 8. Data Rekapitulasi Interaksi Obat Pada Pasien Geriatri Berdasarkan Literatur
Interaksi Obat
Captopril
Furosemid
Mekanisme
Efek antihipertensi sinergis dari captopril
dan furosemid
Amlodipin
Captopril
Efek antihipertensi sinergisdari captopril
dan amlodipin
Efek
Menyebabkan hipotensi dan
memperburuk fungsi ginjal
Penanganan
Monitor tekanan darah dan fungsi
ginjal pasien
Meningkatkan risiko
hipotensi
Monitor tekanan darah pasien
Efek captopril menurun
Monitor tekanan darah pasien
Efek dapat menguntungkan,
tapi juga dapat
menyebabkan perdarahan
Monitor PT, INR dan tanda-tanda
perdarahan pada pasien
Menyebabkan hipoglikemia
Monitor kadar glukosa darah dan
tanda-tanda hipoglikemia pada pasien
Afektivitas paracetamol
meningkat
-
Menyebabkan hiperkalemia
Monitor kadar kalium darah dan
tanda-tanda hiperkalemia (lemas,
mual, muntah, dll) pada pasien
(Drug Interaction Facts, 2009;Stockley’s
Drug Interaction, 2008)
(drug-druginteractionschecker)
Aspirin
Captopril
Aspirin menghambat siklooksigenase,
yang akhirnya menyebabkan penekanan
sintesis prostaglandin dimana
prostaglandin berperan dalam efek
antihipertensi captopril
(Drug Interaction Facts, 2009;Stockley’s
Drug Interaction, 2008; drugdruginteractionschecker)
Aspirin
Clopidogrel
Captopril
Insulin
Potensiasi efek penghambatan agregasi
platelet aspirin oleh clopidogrel
(Stockley’s Drug Interaction, 2008; drugdruginteractionschecker)
Captopril meningkatkan sensitivitas
insulin
(drug-druginteractionschecker)
Domperidon
Paracetamol
Domperidone meningkatkan kecepatan
absorbsi paracetamol
(Stockley’s Drug Interaction, 2008)
Captopril
Suplemen kalium
Efek sinergis kombinasi suplemen
kalium dengan captopril yang
menurunkan sekresi aldosteron sehingga
menyebabkan retensi kalium
(Drug Interaction Facts, 2009;Stockley’s
Drug Interaction, 2008; drugdruginteractionschecker)
67
(Lanjutan)
Interaksi Obat
Amlodipin
Aspirin
Mekanisme
Terjadinya perubahan sifat pembuluh darah
sehingga menyebabkan penurunan efek amlodipin
Efek
Efek amlodipine
menurun
Penanganan
Monitor tekanan darah pasien
Meningkatkan risiko
hipersensitivitas
Monitor jumlah leukosit, tandatanda alergi pada kulit dan sakit
tenggorokan pada pasien
Monitor kadar kalium darah
pasien
(drug-druginteractionschecker)
Tidak diketahui
Allopurinol
Suplemen kalium
Captopril
Valsartan
(Drug Interaction Facts, 2009;Stockley’s Drug
Interaction, 2008; drug-druginteractionschecker)
Penghambatan angiotensin II menyebabkan
penurunan sekresi aldosteron yang akhirnya
menyebabkan retensi kalium
Menyebabkan
hiperkalemia
(drug-druginteractionschecker)
Amlodipin
CaCO3
Penurunan efek Ca channel blocker karena
penjenuhan Ca channel oleh calcium
Meningkatkan risiko
hipertensi
(drug-druginteractionschecker)
Bicnat
Sukralfat
Efek pengikatan sukralfat pada dinding GI
menurun karena adanya perubahan pH oleh antacid
Efek sukralfat menurun
(drug-druginteractionschecker)
CaCO3
Sukralfat
Efek pengikatan sukralfat pada dinding GI
menurun karena adanya perubahan pH oleh antacid
Efek sukralfat menurun
(drug-druginteractionschecker)
Captopril
Valsartan
Menyebabkan hiperkalemia dan penurunan fungsi
ginjal karena efek sinergis pada sistem renin
angiotensin
(Stockley’s Drug Interaction, 2008; drugdruginteractionschecker)
Aspirin menstimulasi sekresi insulin dalam tubuh
Aspirin
CaCO3
Insulin
Captopril
(Drug Interaction Facts, 2009;Stockley’s Drug
Interaction, 2008; drug-druginteractionschecker)
CaCO3 memperlambat waktu pengosongan
lambung dan meningkatkan pH lambung sehingga
menurunkan bioavailibilitas captopril
Menyebabkan
hiperkalemia dan
memperburuk fungsi
ginjal
Monitor tekanan darah
pasien/pemisahan waktu
penggunaan 1-2 jam
Penggunaan sukralfat dan
bicnat dipisahkan minimal 1
jam
Penggunaan sukralfat dan
CaCO3 dipisahkan minimal 1
jam
Monitor kadar kalium darah
dan fungsi ginjal pasien
Menyebabkan
hipoglikemia
Monitor kadar glukosa darah
pasien
Meningkatkan risiko
hipertensi
Monitor tekanan darah
pasien/pemisahan waktu
penggunaan 1-2 jam
(drug-druginteractionschecker)
68
(Lanjutan)
Interaksi Obat
Mekanisme
Amlodipine menghambat metabolisme simvastatin
(drug-druginteractionschecker)
Amlodipin
Simvastatin
Captopril mengurangi sekresi tubular digoxin
Captopril
Captopril
Digoksin
Spironolakton
(Drug Interaction Facts, 2009;Stockley’s Drug
Interaction, 2008; drug-druginteractionschecker)
Efek sinergis diuretik hemat kalium spironolakton
dengan captopril dapat menurunkan level
aldosteron dan menyebabkan retensi kalium
Efek
Konsentrasi metabolit
aktif simvastatin dalam
plasma meningkat
Menyebabkan
hiperkalemia
Penanganan
Monitor tanda-tanda toksisitas
simvastatin pada otot (nyeri
otot, lemah otot yang disertai
demam, lemas dan warna urine
yang gelap)
Monitor tanda-tanda toksisitas
digoxin (mual, muntah, denyut
nadi lambat, denyut jantung
tidak teratur) pada pasien
Monitor kadar kalium darah
pasien
Efek analgesik tramadol
menurun
Peningkatan dosis tramadol
menjadi 2 kali dosis normal
Efek warfarin meningkat
Monitor PT, INR dan tandatanda perdarahan pada pasien
Efek terapeutik
allopurinol menurun
Allopurinol diberikan 1 jam
sebelum atau 2 jam setelah
sukralfat
Monitor PT, INR dan tandatanda perdarahan pada pasien
Kadar digoxin dalam
plasma meningkat
(Drug Interaction Facts, 2009;Stockley’s Drug
Interaction, 2008; drug-druginteractionschecker)
Ondansetron
Tramadol
Simvastatin
Warfarin
Allopurinol
Sukralfat
Amiodaron
Warfarin
Amlodipin
Ketorolac
Ondansetron mengantagonis efek serotoninmediated tramadol
(Stockley’s Drug Interaction, 2008; drugdruginteractionschecker)
Simvastatin menghambat metabolisme warfarin
(Drug Interaction Facts, 2009;Stockley’s Drug
Interaction, 2008; drug-druginteractionschecker)
Sukralfat menurunkan absorbsi allopurinol
(drug-druginteractionschecker)
Amiodaron menghambat metabolisme warfarin
(Drug Interaction Facts, 2009;Stockley’s Drug
Interaction, 2008; drug-druginteractionschecker)
Terjadinya perubahan sifat pembuluh darah
sehingga menyebabkan penurunan efek amlodipin
Efek warfarin meningkat
dan meningkatkan risiko
perdarahan
Efek antihipertensi
amlodipine menurun
Monitor tekanan darah pasien
(drug-druginteractionschecker)
69
(Lanjutan)
Interaksi Obat
Aspirin
Bisoprolol
Mekanisme
Aspirin menghambat pembentukan prostaglandin
sehingga menurunkan efek antihipertensi
bisoprolol
Efek
Efek bisoprolol menurun
Penanganan
Monitor tekanan darah pasien
Efek antihipertensi
captopril menurun dan
memperburuk fungsi
ginjal
Meningkatkan risiko
semakin parahnya infark
miokard dan
meningkatkan risiko
timbulnya serangan
jantung, stroke dan
angina yang tidak stabil
Efek warfarin meningkat
Monitor tekanan darah dan
fungsi ginjal pasien
Efek captopril menurun
dan dapat menyebabkan
hiperkalemia
Monitor tekanan darah dan
kadar kalium darah pasien
Menyebabkan
hiperkalemia
Monitor kadar kalium darah
pasien
(Drug Interaction Facts, 2009;Stockley’s Drug
Interaction, 2008; drug-druginteractionschecker)
Captopril
Ketorolac
Ketorolac menginduksi penghambatan sintesis
prostaglandin sehingga menurunkan efek
antihipertensi captopril
(drug-druginteractionschecker)
Omeprazole menghambat enzim yang berperan
dalam bioaktivasi metabolit clopidogrel
Clopidogrel
Furosemid
Captopril
Omeprazole
Warfarin
Nasi, lauk pauk dan
makanan yang
mengandung kalium
(Drug Interaction Facts, 2009;Stockley’s Drug
Interaction, 2008; drug-druginteractionschecker)
Furosemid menggantikan warfarin pada tempat
ikatannya dengan protein plasma
Hindari pemakaian keduanya,
jika Proton pump inhibitor
memang dibutuhkan,
lansoprazole atau pantoprazole
merupakan alternatif yang lebih
aman
Monitor PT, INR dan tandatanda perdarahan pada pasien
(Drug Interaction Facts, 2009;Stockley’s Drug
Interaction, 2008; drug-druginteractionschecker)
Nasildan lauk pauk dapat menurunkan absorpsi
captopril dan efek sinergis makanan yang
mengandung kalium dengan captopril yang dapat
meningkatkan kadar kalium darah dengan
menghambat sistem renin- aldosteron angiotensin
(Stockley’s Drug Interaction, 2008; drugdruginteractionschecker)
Valsartan
Makanan yang
mengandung kalium
Efek sinergis makanan yang mengandung kalium
denganvalsartan yang dapat meningkatkan kadar
kalium darah dengan menghambat angiotensin II
yang menginduksi sekresi aldosteron
(drug-druginteractionschecker)
70
(Lanjutan)
Interaksi Obat
Minuman yang
Ciprofloxacin
mengandung
caffein
Mekanisme
Ciprofloxacin menghambat enzim
metabolisme caffein
Efek
Meningkatkan risiko timbulnya
efek samping caffein
Penanganan
Monitor timbulnya sakit
kepala/gemetar/insomnia pada pasien
Memperburuk fungsi
ginjal/meningkatkan kadar serum
kreatinin
Memperburuk fungsi ginjal/
meningkatkan kadar serum
kreatinin
Memperburuk fungsi ginjal/
meningkatkan kadar serum
kreatinin
Meningkatkan risiko hiperkalemia
pada pasien dengan gangguan
ginjal yang parah
Memperburuk fungsi
ginjal/meningkatkan kadar serum
kreatinin
Memperburuk fungsi
ginjal/meningkatkan kadar serum
kreatinin
Risiko dosis berlebih
Monitor fungsi ginjal/kadar serum
kreatinin pasien
(drug-druginteractionschecker)
Captopril
Penyakit ginjal
(Stockley’s Drug Interaction; Drug
Information Handbook, 2009)
Furosemid
Penyakit ginjal
(Stockley’s Drug Interaction; Drug
Information Handbook, 2009)
Valsartan
Penyakit ginjal
(Stockley’s Drug Interaction; Drug
Information Handbook, 2009)
Suplemen kalium
Penyakit ginjal
(Drug Information Handbook, 2009)
Lisinopril
Penyakit ginjal
(Drug Information Handbook, 2009)
Levofloxacin
Penyakit ginjal
(Drug Information Handbook, 2009)
Amlodipin
Gangguan hati
Aspirin
Gangguan hari
Bisoprolol
Diabetes melitus
Metyl prednisolon
Diabetes melitus
Suplemen kalium
Gagal jantung
-
-
-
-
-
(Drug Information Handbook, 2009)
(Drug Information Handbook, 2009)
-
Hindari penggunaan aspirin pada
pasien dengan gangguan hati yang
parah
Meningkatkan risiko hipoglikemia
Monitor fungsi ginjal/kadar serum
kreatinin pasien
Monitor fungsi ginjal/kadar serum
kreatinin pasien
Monitor kadar kalium darah.
Kontraindikasi pada pasien dengan
gangguan ginjal yang parah
Monitor fungsi ginjal/kadar serum
kreatinin pasien
Monitor fungsi ginjal/kadar serum
kreatinin pasien
Dianjurkan penggunaan dosis yang
lebih rendah bagi pasien geriatri
Monitor fungsi hati pasien
Monitor kadar glukosa darah pasien
(Drug Information Handbook, 2009)
(Drug Information Handbook, 2009)
-
Dapat memperparah DM
/menyebabkan hiperglikemia
Menyebabkan hiper/hipokalemia
Monitor kadar glukosa darah pasien
Monitor kadar kalium darah pasien
(Drug Information Handbook, 2009)
71
Lampiran 9. Data Kasus Interaksi Obat yang Terjadi Pada Pasien Geriatri
No
1
Diagnosis
NSTEMI
Hipertensi
Anemia
CKD
2
Gangren diabetik
3
Anemia
Dispepsia
Hipoalbumin
Hipokalemia
Obat
ISDN 3x10 mg
Lisinopril 1x5 mg
Clopidogrel 1x75 mg
Diazepam 3x2 mg
Simvastatin 1x10 mg
Amlodipin 1x5 mg
Valsartan 1x80 mg
Dexamethason 2x0,5 mg
Loratadine 1x10 mg
Allopurinol 1x100 mg
Furosemid inj 2x40 mg
Paracetamol 3X500 mg
Domperidone 3x10 mg
Simvastatin 1x10 mg
Captopril 2x6,25 mg
KSR 3x1 tab
Warfarin 1x2 mg
Ciprofloxacin inj 2x200 mg
Valsartan 1x80 mg
Cilostazol 2x50 mg
Insulin 1x28 unit
Domperidone 3x10 mg
Paracetamol 3x1000 mg
Sulfas ferosus 1x300 mg
Curcuma 3x200 mg
Simvastatin 1x10 mg
Tramadol inj 3x50 mg
Cefotaxime inj 3x1 gr
Ranitidine inj 2x50 mg
Ondansetron inj 3x4 mg
Ciprofloxacin inj 2x200 mg
Interaksi Obat
Lisinopril-CKD
Valsartan-CKD
Furosemid-CKD
Efek
Memperburuk fungsi
ginjal/meningkatkan kadar serum
ureum dan serum kreatinin
Hasil Pengamatan
Serum ureum Serum Kreatinin
(27/9) 73 mg/dL
2,1 mg/dL
(1/10) 126 mg/dL
2,7 mg/dL
Captopril-Valsartan
Memperburuk fungsi
ginjal/meningkatkan kadar serum
ureum dan serum kreatinin
Serum ureum
(29/9) 24 mg/dL
(2/10) 43 mg/dL
(4/10) 45 mg/dL
Efek analgetik tramadol
menurun
Keluhan nyeri tetap terasa walaupun
telah mengkonsumsi obat
Ondansetron-Tramadol
Serum Kreatinin
0,6 mg/dL
0,8 mg/dL
1,1 mg/dL
72
(Lanjutan)
No
4
Diagnosis
CHF
5
NSTEMI
Anemia
Hipertensi
CKD
Hipoglikemia
6
CKD
Hipertensi
Dispepsia
Hipokalemia
Obat
ISDN 3x5 mg
Captopril 2x12,5 mg
Warfarin 1x1 mg
Simvastatin 1x10 mg
Laxadine 3xC1
Furosemide inj 1x20 mg
ISDN 3x5 mg
Aspirin 1x80 mg
Clopidogrel 1x75 mg
Simvastatin 1x20 mg
Laxadine syr 1xC1
Bisoprolol 1x2,5 mg
Captopril 2x21,5 mg
Furosemide inj 1x20 mg
Interaksi Obat
Captopril- Furosemid
Efek
Memperburuk fungsi
ginjal/meningkatkan kadar serum
ureum dan serum kreatinin
Hasil Pengamatan
Serum ureum Serum Kreatinin
(23/9) 34 mg/dL
1,5 mg/dL
(3/10) 141 mg/dL
5,7 mg/dL
Captopril-Furosemid
Captopril-CKD
Furosemid-CKD
Memperburuk fungsi
ginjal/meningkatkan kadar serum
ureum dan serum kreatinin
Serum ureum Serum Kreatinin
(20/10) 49 mg/dL
2,4 mg/dL
(24/10)
2,7 mg/dL
(31/10) 105 mg/dL
2,8 mg/dL
(1/11) 109 mg/dL
3,3 mg/dL
Amlodipin 1x10 mg
CaCO3 3x500 mg
Bicnat 3x500 mg
Vit B12 3x50 mcg
Asam folat 1x15 mg
Omeprazole 2x40 mg
Ondansetron 3x4 mg
Tramadol 3x37,5 mg
Paracetamol 3x325 mg
Furosemid inj 2x40 mg
Ondansetron-Tramadol
Efek analgesik tramadol
menurun
Keluhan nyeri tetap terasa walaupun
telah mengkonsumsi obat
Furosemid-CKD
Memperburuk fungsi
ginjal/meningkatkan kadar serum
ureum dan serum kreatinin
Serum ureum
(2/11) 79 mg/dL
(6/11) 161mg/dL
Serum Kreatinin
4,2 mg/dL
7,0 mg/dL
73
(Lanjutan)
No
7
Diagnosis
NSTEMI
Hipertensi
8
Dyspenueu
CKD
Obat
Captopril 2x6,25 mg
ISDN 3x5 mg
Warfarin 1x1 mg
KSR 1x600 mg
Allopurinol 3x100 mg
Furosemid inj 1x40 mg
Domperidone 3x10 mg
Clonidin 2x0,15 mg
Asam folat 1x15 mg
Bicnat 3x500 mg
Vit B12 3x50 mcg
OBH 3xC1
Ondansetron inj 3x4 mg
Furosemid inj 2x20 mg
Ranitidin inj 2x50 mg
Ceftriaxone inj 1x2 gr
Interaksi Obat
Captopril-Furosemid
Efek
Memperburuk fungsi
ginjal/meningkatkan kadar serum
ureum dan serum kreatinin
Hasil Pengamatan
Serum ureum Serum Kreatinin
(1/11) 113 mg/dL
1,2 mg/dL
(14/11) 133 mg/dL
1,7 mg/dL
(20/11) 259 mg/dL
2,6 mg/dL
Furosemid-CKD
Memperburuk fungsi
ginjal/meningkatkan kadar serum
kreatinin
Serum ureum
Serum Kreatinin
(21/11) 396 mg/dL
6,1 mg/dL
(24/11) 381 mg/dL
7,0 mg/dL
(26/11) 366 mg/dL
6,6 mg/dL
74
Download