1 GAMBARAN PELAYAN INFORMASI OBAT ANTIBIOTIK KEPADA PASIEN DI PUSKESMAS S. PARMAN BANJARMASIN Ahmad Zaini1, Amaliyah Wahyuni2, Soraya3 1 2 [email protected] [email protected] 3 [email protected] AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN Jl. Flamboyan III No. 7B Kayu Tangi Banjarmasin 70123 INTISARI Pelayanan kefarmasian ditunjukan kepada penderita atau pasien, keluarga pasien, sesama apoteker, perawat, dokter, dan tenaga kesehatan lainnya yang memerlukan. Pelayanan Informasi Obat (PIO) adalah bagian dari pelayanan farmasi, meiputi kegiatan pemilihan, penggunaan, penetapan obat, serta cara pemberian obat yang tepat dan kepatuhan penderita. penyediaan informasi obat yang benar, objektif dan lengkap akan sangat mendukung dalam pemberian pelayanan kesehatan yang terbaik kepada masyarakat sehingga dapat meningkatkan kemanfaatan dan ketepatan penggunaan suatu obat. Penelitian ini betujuan untuk mengetahui gambaran pemberian informasi obat antibiotik kepada pasien di Puskesmas S. Parman Banjarmasin. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pemberian informasi obat antibiotik di Puskesmas S. Parman Banjarmasin berdasarkan jenis informasi obat antibiotik yang diberikan adalah tentang waktu penggunaan obat (100%), lama penggunaan obat (76,43%), cara penggunaan obat (96,18%), Efek yang Timbul Setelah Penggunaan yang Dirasakan/indikasi (21,02%), hal-hal yang mungkin timbul dalam hal ini adalah efek samping obat (15,30%), cara penyimpanan obat (17,20%), sedangkan hal-hal yang mungkin timbul terkait interaksi obat dan kontraindikasi tidak disampaikan. Kata kunci: Pelayanan, Informasi Obat. 2 ABSTRACK Pharmacy services were directed to the patient, patient’s farmily, pharmacists, nurses, doctor and other heath professionals. Drug information service is the part of the pharmacy service, included election, usage, and determination of the drug, and also the appropriate treatment regimens. The providing of drug information correctly, objectively, and comptetely supporting in giving the best healt services to the public, so that could enhance the benefit and accuracy of the drug usage. The aim of this study was to investigate the description of the giving the information to patient at the public healt center S. Parman Banjarmasin. The result of this study could be concluded the drug inforservices of antibiotic at the public health center S. Parman Banjarmasin based on the of information of antibiotic that given were aboot the time of drug usage (100%), duration of drug usage (76,43%), the way of how to use the drug (96,18%), the effect arised after using the drug (21,02%), matter might arise in this case were the side effect of the drug (15,30%), the drug storage (17,20%), contra indications were not delivered. Keyword: Service , Drug Information . 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kefarmasian ditunjukan kepada penderita atau pasien, keluarga pasien, sesama apoteker, perawat, dokter, dan tenaga kesehatan lainnya yang memerlukan. Pelayanan Informasi Obat (PIO) adalah bagian dari pelayanan farmasi, meiputi kegiatan pemilihan, penggunaan, penetapan obat, serta cara pemberian obat yang tepat dan kepatuhan penderita (Siregar 2006). Obat merupakan komponen yang penting pada pelayanan kesehatan karena diperlukan dalam sebagian besar upaya kesehatan untuk menghilangkan gejala dari suatu penyakit, mencegah penyakit, serta dapat menyembuhkan penyakit. Tetapi di lain pihak obat dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan apabila penggunaannya tidak tepat. Oleh sebab itu, penyediaan informasi obat yang benar, objektif dan lengkap akan sangat mendukung dalam pemberian pelayanan kesehatan yang terbaik kepada masyarakat sehingga dapat meningkatkan kemanfaatan dan ketepatan penggunaan suatu obat. Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang. Salah satu obat andalan untuk mengatasi masalah tersebut adalah antimikroba antara lain antibakteri/antibiotik, antijamur, antivirus, antiprotozoa. Antibiotik merupakan obat yang paling banyak digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Berbagai studi menemukan bahwa sekitar 40-62% antibiotik digunakan secara tidak tepat antara lain untuk penyakit-penyakit yang sebenarnya tidak memerlukan antibiotik. Pada penelitian kualitas penggunaan antibiotik diberbagai bagian rumah sakit ditemukan 30% sampai dengan 80% tidak didasarkan pada indikasi (Kepmenkes, 2011). 4 Intensitas penggunaan antibiotik yang relatif tinggi menimbulkan berbagai permasalahan dan merupakan ancaman global bagi kesehatan terutama resistensi bakteri terhadap antibiotik. Selain berdampak pada morbiditas dan mortalitas, juga memberi dampak negatif terhadap ekonomi dan sosial yang sangat tinggi. Pada awalnya resistensi terjadi ditingkat rumah sakit, tetapi lambat laun juga berkembang dilingkungan masyarakat (Kepmenkes, 2011). Penggunaan antibiotik tentu diharapkan mempunyai dampak positif, akan tetapi penggunaan antibiotik yang tidak rasional akan menimbulkan dampak negatif. Dampak negatif dari penggunaan antibiotik yang tidak rasional antara lain muncul dan berkembangnya bakteri yang resisten terhadap antibiotik, munculnya penyakit akibat superinfeksi bakteri resisten, terjadinya toksisitas / efek samping obat, sehingga perawatan penderita menjadi lebih lama, biaya pengobatan menjadi lebih mahal, dan akhirnya menurunnya kualitas pelayanan kesehatan. Pelaksana pelayanan informasi obat merupakan kewajiban tenaga kefarmasian yang diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.30 tahun 2014. Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk memberi informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada Dokter, Apoteker, Perawat, profesi kesehatann lainnya dan pasien. Farmasis hendaknya selalu memberikan pelayanan informasi kepada setiap pasien bagaimana cara mereka mempergunakan atau meminum obat serta informasi mengenai aturan pakai obat dan efek samping yang dapat ditimbulkan akibat pemakaian obat tersebut. Dengan pemberian informasi kepada pasien diharapkan dapat terjalin hubungan yang baik sehingga dapat mengurangi atau menghindari kemungkinan terjadi kesalahan penyerahan atau pemakaian obat.