RINGKASAN REFFA PYTHALOKA. Deteksi dan

advertisement
RINGKASAN
REFFA PYTHALOKA. Deteksi dan Estimasi Kemunduran Mutu Ikan
Baronang Totol (Siganus guttatus) menggunakan Panjang Gelombang
Inframerah Dekat 525 nm dan 660 nm. Dibimbing oleh INDRA JAYA.
Kesegaran ikan merupakan keadaan dari saat ikan mati hingga memasuki
tahap penurunan mutu ikan.Tingkatan kesegaran ikan merupakan tolak ukur untuk
membedakan ikan yang bermutu baik dan buruk. Metode spektroskopi telah
digunakan dalam menentukan kesegaran ikan, terutama pada rentang gelombang
tampak dan inframerah dekat. Spektroskopi dapat menampilkan perubahan yang
terjadi dalam interaksi radiasi elektromagnetik dengan kondisi fisik dari sampel
ikan.
Salah satu instrumen yang mengaplikasikan metode ini adalah IFFI-1
(Infrared Fish Freshness Instrumen -1), yang telah dimodifikasi menjadi IFFI-2
(Infrared Fish Freshness Instrumen -2). Perbedaan IFFI-1 dan IFFI-2 terdapat
pada bagian kontrol dan sensor. IFFI-1 memiliki LCD pada bagian kontrolnya
sekaligus merupakan unit display, sedangkan pada IFFI- 2 unit display-nya
langsung pada komputer/laptop untuk proses selanjutnya. Perbedaan paling utama
adalah IFFI-1 menggunakan gelombang inframerah 780 nm, sedangkan IFFI 2
menggunakan gelombang cahaya tampak 525 nm dan 660 nm. Untuk uji coba
IFFI-2, ikan yang diamati adalah ikan baronang totol (Siganus guttatus) yang
merupakan ikan ekonomis penting yang banyak diminati dalam kondisi segar.
IFFI-2 mendeteksi kemunduran mutu ikan dengan memancarkan panjang
gelombang 525 nm dan 660 nm pada ikan target menggunakan transmitter. Hasil
pantulan diterima oleh receiver dan akan diolah di mikrokontroler, kemudian
hasilnya ditampilkan di interface. Intensitas rasio ditemukan dengan
menggunakan perbandingan dan pengurangan kedua panjang gelombang.
Hasil pendeteksian ikan dengan sisik, pada panjang gelombang 660 nm
berkisar -1.5 dB hingga -2 dB serta pada panjang gelombang 525 nm berkisar -2
dB hingga -2.9 dB. Sementara ikan tanpa sisik, pada panjang gelombang 660 nm
berkisar -1.7 dB hingga -2.2 dB serta pada panjang gelombang 525 nm berkisar 1.8 dB hingga -2.9 dB. Kisaran-kisaran di atas menunjukkan bahwa panjang
gelombang 660 nm memiliki pantulan yang lebih kuat dibandingkan dengan
panjang gelombang 525 nm, baik untuk ikan dengan sisik maupun tanpa sisik.
Rasio kedua panjang gelombang juga diamati dengan IFFI-2. Rasio yang
dilakukan berupa pembagian kedua panjang gelombang serta pengurangan kedua
panjang gelombang pada ikan dengan sisik dan tanpa sisik. Rasio perbandingan
menampilkan hasil visualisasi yang lebih baik, sehingga memudahkan
pengamatan fase-fase ikan.
Hasil pengamatan organoleptik yang dilakukan menunjukan kondisi
kondisi ikan perjamnya. Pengamatan organoleptik dilakukan sebagai
perbandingan kondisi ikan antara pengamatan menggunakan instrumen dan
pengamatan dengan menggunakan panca indera. Berdasarkan pengamatan
organoleptik yang dilakukan, terlihat fase-fase kemunduran mutu ikan baronang
totol yang diamati. Hal ini juga menunjukkan bahwa IFFI-2 dapat mengukur
penurunan kualitas ikan serta pengembangan/modifikasi alat telah dilakukan
dengan baik.
Download