Bahan Ajar Ichtiologi - 2

advertisement
ICHTIOLOGY (BIO327)
SISTEM INTEGUMEN
SISTEM INTEGUMEN
Yang dimaksud dengan sistem integumen adalah kulit dan derivatderivatnya. Yang termaksud modifikasi sisik adalah gigi pada ikan hiu,
jari-jari sirip, gaute, keel, dan beberapa potong tulang tengkorak. Kulit
merupakan pembalut tubuh yang berfungsi sebagai alat pertahanan
pertama terhadap penyakit, perlindungan dan penyesuaian diri terhadap
faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan ikan (karena itu
didalam kulit terdapat alat penerima rangsangan (sensory receptor). Kulit
juga digunakan sebagai alat ekskresi dan osmoregulasi. Pada beberapa
jenis ikan kulit juga dapat digunakan sebagai alat pernafasan tambahan.
Beberapa alat lain yang terdapat dalam kulit sebagai alat untuk
menyerang ataupun mempertahankan diri ialah kelenjar racun, sumber
pewarnaan, sumber cahaya, dan kelenjar mucus (lendir) yang membuat
tubuhnya licin dan yang memberikan bau khas. Bau yang khas ini diduga
merupakan alat komunikasi kimiawi di antara ikan.
Struktur Kulit
Kulit terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan luar yang disebut epidermis
dan lapisan dalam yang disebut dermis atau corium
Epidermis selalu basah karena adanya lendir yang dihasilkan oleh selsel yang berbentuk piala yang terdapat di seluruh permukaan tubuhnya.
Epidermis bagian dalam terdiri dari lapisan sel yang selalu giat
mengadakan pembelahan untuk mengantikan sel-sel sebelah luar yang
lepas dan untuk persediaan pengembangan tubuh. Lapisan ini
dinamakan stratum germinativum (lapisan Malphigi).
Dermis lebih tebal daripada epidermis dan tediri dari sel-sel yng
susunannya lebih kompak. Lapisan ini berperan dalam pembentukan
sisik pada ikan yang bersisik. Derivat-derivat kulit juga dibentuk dari
lapisan ini. Pada dermis ini terkandung pembuluh darah, saraf dan
jaringan pengikat.
Lendir
Sel kelenjar yang berbentuk piala dan terletak didalam epidermis, mengeluarkan
suatu zat (semacam glycoprotein) yang dinamakan mucin. Apabila mucin ini
bersentuhan dengan air maka akan berubah menjadi lendir. Kegiatan sel kelenjar
tersebut akan menentukan ketebalan lendir yang menutupi kulit. Umumnya ikan yang
tidak bersisik memiliki lendir yang lebih tebal dibandingkan dengan ikan yang bersisik.
Hal ini merupakan suatu keadaan pengganti ketiadaan sisiknya. Ketebalan sisik yang
menyelimuti tubuh ikan tidak selalu sama dari waktu kewaktu. Pada keadaan yang
genting, seperti bila melepaskan diri dari bahaya, sel kelenjar akan lebih giat lagi untuk
mengeluarkan lendir sehingga lapisan lendir menjadi lebih tebal daripada keadaan
normal. Lendir berguna untuk mengurangi gesekan dengan air supaya ikan dapat
berenang lebih cepat, berperan dalam proses osmoregulasi sebagai lapisan
semipermiabel yang mencegah keluar masuknya air melalui kulit, mencegah infeksi dan
menutup luka. Pada beberapa ikan, lendir berguna untuk menghindarkan diri dari
kekeringan. Ikan paru-paru (Protopterus) di Afrika mengadakan tidur musim panas
(summer destivation) pada musim kemarau dengan cara membuat lubang pada dasar
sungai yang berlumpur. Apabila dasar sungai menjadi kering selama musim kemarau, ia
akan tetap tinggal didalam lumpur yang dibuatnya dan tubuhnya dibungkus dengan
lendir agar kulitnya selalu tetap basah. Bila musim penghujan tiba dan sungaipun
kembali berair kembali maka ia akan keluar dari lubangnya. Beberapa ikan
menggunakan lendir untuk membuat sarangnya dalam rangka melindungi telur yang
telah dibuahi dari gangguan luar, misalnya ikan sepat siam (Trichogaster pectoralis),
sepat rawa (Trichogaster trichopterus) dan lain-lain.
Sisik
Sisik sering diistilahkan sebagai rangka dermis karena sisik dibuat dari lapisan
dermis. Pada beberapa ikan sisiknya berubah menjadi keras karena bahan
yang dikandungnya, sehingga sisik tersebut menjadi semacam rangka luar.
Ikan yang bersisik keras terutama ditemukan pada ikan-ikan yang masih
primitif. Sedangkan pada ikan modern kekerasan sisiknya sudah tereduksi
menjadi sangat fleksibel. Disamping ikan-ikan yang bersisik, juga banyak
terdapat ikan yang sama sekali tidak bersisik, misalnya ikan-ikan yang
termaksud kedalam subordo Siluroidea (Ikan jambal Pangasius pangasius, lele
Clarias batrachus, dan belut sawah Fluta alba). Sebagai suatu kompensasi,
sebagaimana yang telah dikemukakan, mereka mempunyai lendir yang lebih
tebal sehingga badannya menjadi lebih licin.
Sisik pada “paddle fish” (Polyodon) di Amerika Utara hanya terdapat pada bagian
operculum dan bagian ekor. Pada ikan mas kaca (Cyprinus carpio var.) sisiknya besarbesar dan tidak merata, kadang-kadang hanya terdapat di sepanjang linea lateralisnya.
Ikan sidat, eel (Anguilla) yang terlihat seperti tidak bersisik, sebenarnya bersisik tetapi
sisiknya kecil-kecil dan dilapisi lendir yang tebal.
Berdasarkan bentuk dan bahan yang terkandung didalamnya, sisik ikan dapat
dibedakan menjadi lima jenis, yaitu cosmoid, placoid, ganoid, cycloid, dan stenoid.
Sisik cosmoid hanya terdapat pada ikan fosil dan ikan primitif. Sisik ini terdiri dari
beberapa lapisan, berturut-turut dari luar adalah vitrodentine yang dilapisi oleh
semacam enamel, kemudian cosmine yang merupakan lapisan yang kuat, dan
noncellular, terakhir isopedine yang materialnya terdiri dari substansi tulang. Pada
lapisan isopedine terdapat pembuluh-pembuluh kecil. Yang menarik perhatian dari sisik
ini adalah pertumbuhan sisik ini hanya pada bagian bawah, sedangkan pada bagian
atas tidak terdapat sel-sel hidup yang menutup permukaan. Ikan yang memiliki sisik tipe
cosmoid ini misalnya Latimeria chalumnae.
Ikan coelacanth, Latemeria chalumnae
jenis ikan purba yang masih hidup
Sisik placoid hanya terdapat pada ikan bertulang rawan (Chondrichthyes).
Bentuk sisik tersebut hampir seperti duri bunga mawar dengan dasar yang
bulat atau bujur sangkar. Bagian yang menonjol seperti duri keluar dari
epidermis. Susunannya hampir seperti gigi manusia. Pulp (bagian yang lunak)
berisikan pembuluh darah dan saraf yang berasal dari dermis. Sisik placoid
sering disebut juga dermal denticle. Gigi ikan hiu merupakan derivat dari sisik.
Seperti halnya dengan sisik cosmoid, sisik ganoid terdiri dari beberapa lapisan.
Lapisan terluar dinamakan ganoine yang materialnya terdiri dari garam-garam
anorganik. Dibawahnya terdapat lapisan seperti cosmine, dan lapisan paling
dalam adalah isopedine. Berbeda dengan sisik cosmoid, sisik ganoid tumbuh
dari atas dan bawah. Ikan yang memiliki sisik tipe ganoid ini antara lain
Polypterus, Lapisostidae, Acipenceridae, dan Polyodontidae.
Struktur sisik placoid dan sisik ganoid
Sisik cycloid dan stenoid terdapat pada golongan ikan Teleostei, dimana
masing-masing terdapat pada golongan ikan bejari-jari sirip lemah
(Malacopterygii) dan golongan ikan berjari-jari sirip keras (Acanthopterygii).
Dibandingkan dengan ketiga sisik terdahulu, kedua sisik ini kepipihannya
sudah tereduksi menjadi sangat tipis, fleksibel, transparant, dan tidak
mengandung dentine maupun enamel. Pertumbuhan sisik ini terjadi pada
bagian atas maupun bawah.
Struktur sisik cycloid dan sisik ctenoid
Perbedaan susunan sisik pada (a) ikan Chondrichthyes (tulang rawan) dan
(b) ikan Osteichthyes (tulang sejati)
Bagian sisik yang menempel pada bagian tubuh hanya sebagian, kira-kira
separuhnya. Penempelannya secara tetanam kedalam sebuah kantong
kecil didalam dermis dengan susunan seperti genting. Sisik yang terlihat
adalah bagian belakang (posterior) dengan warna lebih gelap daripada
bagian depannya (anterior), karena bagian belakangnya mengandung
butir-butir pigmen (chromatophore). Bagian anterior (yang tertanam dalam
tubuh) transparan dan tidak bewarna. Susunan sisik yang seperti genting
tersebut akan mengurangi gesekan dengan air sehingga ikan dapat
berenang lebih cepat. Bagian-bagian sisik cycloid pada dasarnya sama
dengan sisik stenoid, kecuali bagian posterior sisik stenoid dilengkapi
dengan ctenii (semacam gerigi kecil). Fokus merupakan titik awal
perkembangan sisik dan biasanya berkedudukan di tengah-tengah sisik.
Di daerah empat musim, sisik dapat digunakan untuk menentukan
umur ikan. Circulus selalu bertambah selama ikan hidup. Pada musim
dingin pertumbuhan ikan sangat lambat dan jarak antara circulus satu
dengan yang lainnya menjadi sempit sekali, kadang malah tampak seperti
berhimpitan. Circulus yang berhimpitan ini dinamakan annulus yang terjadi
setahu sekali. Annulus ini digunakan untuk menentukan umur ikan. Bagian
yang jelas untuk menentukan umur ikan ialah pada bagian anteriornya.
Circulus pada sisik ikan yang menggambarkan umur ikan
Pewarnaan
Ikan-ikan yang hidup di perairan bebas seperti tenggiri
(Scomberomorus commersoni) dan lain-lain mempunyai warna
tubuh yang sederhana, bertingkat dari keputih-putihan pada bagian
perut, keperak-perakan pada sisi tubuh bagian bawah sampai
kebiru-biruan atau kehijau-hijauan pada sisi atas dan kehitamhitaman pada bagian punggungnya. Ikan yang hidup didaerah
dasar, bagian dasar perutnya bewarna pucat dan bagian
punggungnya bewarna gelap. Warna tubuh yang cemerlang dan
cantik biasanya dimiliki oleh ikan-ikan yang hidup di sekitar karang,
misalnya ikan-ikan yang termaksud kedalam familia Apogonidae,
Chaetodontidae, Achanturidae, dan sebagainya. Umumnya ikan laut
yang hidup dilapisan atas bewarna keperak-perakan, dibagian
tengah kemerah-merahan dan dibagian bawah ungu atau hitam.
Warna ikan tersebut dikarenakan oleh schemachrome (karena
konfigurasi fisik) dan biochrome ( pigmen pembawa warna).
Schemachrome putih terdapat pada rangka, gelembung renang, sisik, dan
testes; biru dan ungu pada iris mata; warna-warna pelangi pada sisik,
mata dan membrana usus. Yang termasuk biochrome adalah :
- carotenoid, bewarna kuning, merah dan corak lainnya.
- chromolipoid, bewarna kuning sampai coklat
- indigoid, bewarna biru, merah dan hijau
- melanin, kebanyakan bewarna hitam atau coklat
- porphyrin atau pigmen empedu, bewarna merah, kuning, hijau, biru dan
coklat
- flavin, bewarna kuning tetapi sering dengan fluorensensi kehijau-hijauan
- purin, berwarna putih atau keperak-perakan
- pterin, bewarna putih, merah, kuning dan jingga
Sel khusus yang memberikan warna pada ikan ada dua macam yaitu :
Iridocyte (leucophore dan guanophore), yang dinamakan juga sel
cermin karena mengandung bahan yang dapat memantulkan
warna di luar tubuh ikan. Bahan yang terkandung dalam sel
cermin antara lain guanin kristal (warna keputih-putihan) sebagai
hasil buangan metabolisme.
Sel Chromatophore terdapat di dalam dermis. Sel ini mempunyai
butir-butir pigmen yang merupakan sumber warna sesungguhnya.
Butir pigmen ini dapat menyebar ke seluruh sel atau mengumpul
pada suatu titik. Gerakan inilah yang menyebabkan perubahan
warna pada ikan. Jika butir-butir pigmen mengumpul pada suatu
titik maka warna yang dihasilkan secara keseluruhan nampak
pucat. Sedangkan jika butir pigmen menyebar, maka warna akan
terlihat jelas tergantung pada butir pigmen tersebut. Ummnya satu
warna khas tergantung pada kombinasi chromatophore dasar
yang mengandung satu warna. Chromatophore dasar ada empat
jenis yaitu erythrophore (merah dan jingga), xanthophore
(kuning), melanophore (hitam), dan leucophore (putih).
Warna pada tubuh ikan mempunyai banyak fungsi. Ada yang
mengelompokan fungsi-fungsi tersebut kedalam tiga hal yaitu untuk
persembunyian, penyamaran, dan pemberitahuan. Jenis warna persembunyian
meliputi pemiripan secara umum, pemiripan warna secara berubah, pemudaran
warna, pewarnaan terpecah, dan pewarnaan terpecah koinsiden.
Pemiripan warna secara umum antara ikan dengan latar belakangnya
merupakan karakteristik dasar ikan untuk memiripi bayangan dan corak habitat
dimana mereka tinggal. Setelah apa yang dikemukakan diatas, banyak ikan yang
tinggal di sekitar karang, sangat mirip warnanya dengan karang tersebut. Ikanikan yang hidup disekitar tanaman air, karena hidup didaerah yang cemerlang
dan penuh bayangan, umumnya mempunyai warna tubuh yang berbelangbelang.
Bentuk pemiripan warna
pada ikan dengan
substrat tempat hidup
Pemiripan warna secara berubah merupakan kemampuan ikan untuk mengubah
warna tubuhnya secara perlahan-lahan atau cepat seakan-akan untuk dapat
menyamai latar belakangnya dengan lebih sempurna. Beberapa variasi pemiripan
warna terjadi secara bersamaan dengan tahapan-tahapan kehidupannya. Ketika
hidup di sungai ikan “rainbow trout” (Salmo gairdneri) bewarna-warni, termaksud
noktah-noktah gelap (pada waktu muda), dan sisi tubuh yang bewarna jingga
(pada saat dewasa). Di laut ikan ini punyai warna tubuh yang bertingkat, di bagian
dorsal bewarna biru, kemudian di bagian sisi bewarna keperak-perakan, dan putih
di bagian perut. Perubahan warna sering pula terjadi berhubungan dengan
musim, dengan siang dan malam, dan sering berhubungan dengan sesaat dengan
kondisi di habitatnya. Pemiripan warna secara berubah ini diatur oleh interaksi
saraf dan hormon.
Pemiripan warna secara
berubah pada ikan Salmon,
Salmo gairdneri
Pemudaran warna pada ikan berfungsi untuk mengurangi kejelasan ikan tersebut
dari sekelilingnya sehingga kabur. Salah satu pemudaran warna ini ialah ”counter
shading” dimana ikan mempunyai warna di bagian dorsal yang lebih gelap
daripada bagian ventralnya. Keadaan yang demikian ini cenderung membuat
mereka seperti bidang datar bagaikan bayangan (prinsip Thayer). Counter
shading tidak ditemukan pada ikan yang tinggalnya di lubang-lubang. Demikian
juga yang hidup pada kedalaman lebih dari 500 meter, dimana cahaya sedikit atau
tidak ada sama sekali, tidak mempunyai counter shading. Biasanya ikan-ikan yang
hidup ditempat yang kurang mendapat sinar matahari, tubuhnya berkisar
bewarna ungu, coklat atau hitam.
Pewarnaan terpecah merupakan suatu upaya untuk mengaburkan
padangan pada tubuh ikan. Bila tubuh ikan mempunyai garis-garis warna
atau corak kontras yang tidak teratur, maka garis-garis tersebut cenderung
mengaburkan pandangan hewan lain yang melihat ikan tersebut.
Pewarnaan terpecah koinsiden merupakan suatu kamuflase khusus,
dengan cara membentuk suatu corak yang menyerupai suatu organ tubuh.
Sebagai contoh pada ikan kupu-kupu (Forcipiger longirostris) yang hidup
di karang-karang, juga beberapa spesies ikan lainnya, terdapat jalur hitam
yang melalui kepala dan matanya, sedangkan pada bagian badan yang lain
ada tanda yang menyerupai mata. Warna yang demikian digunakan untuk
memecah bentuk ikan atau mengaburkan bentuk asli ikan.
Penyamaran adalah suatu cara untuk menyerupai suatu benda tertentu,
bukan saja terhadap warna tetapi juga bentuk dan tingkah laku. Ikan gars
(Lapisosteus sp.) baik yang muda maupun yang tua mengapungkan dirinya di
permukaan air tanpa bergerak sama sekali, sehingga menjadikan dirinya mirip
batang atau ranting-ranting tumbuhan dalam bentuk maupun warna. Ikan
Monacanthus polycanthus dan Oligoplites saurus tampak menyerupai daun.
Bentuk ikan lepu tembaga (Synancaya horrida) mirip batu.
Kalau diatas telah dikemukakan bahwa warna berfungsi untuk menyembunyikan
diri, maka pada beberapa jenis ikan bentuk pewarnaannya justru cenderung
sebagai pemberitahuan. Diantara sejumlah anggota famili Percidae terdapat ikan
air tawar yang corak warnanya sangat cemerlang, pewarnaan yang demikian ini
dimungkinkan bermakna untuk pengenalan seksual.
Organ Cahaya
Cahaya yang dikeluarkan oleh jasad hidup dinamakan bioluminescens,
yang umumnya bewarna biru atau biru kehijau-hijauan. Terdapat dua sumber
cahaya yang dikeluarkan oleh ikan dan keduanya terdapat pada kulit, yaitu
warna yang dikeluarkan oleh bakteri yang bersimbiosis dengan ikan dan
cahaya yang dikeluarkan oleh ikan tu sendiri. Ikan-ikan yang dapat
mengeluaran cahaya umumnya tinggal di bagian laut dalam dan hanya sedikit
yang hidup diperairan dangkal. Sebagian dari padanya bergerak ke permukaan
untuk ruaya makanan. Di laut dalam terletak antara 300 – 1000 meter dibawah
permukaan laut. Sel pada kulit ikan yang dapat mengeluarkan cahaya disebut
sel cahaya atau photophore (photocyt). Ini biasanya terdapat pada golongan
Elasmobranchii (Sphinax, Etmopterus, Bathobathis moresbyi) dan Teleostei
(Stomiatidae, Hyctophiformes, Batrachoididae).
Ikan lantern, Bolinichthys dengan titik-titik photophore
Cahaya yang dikeluarkan oleh bakteri yang hidup bersimbiosis
dengan ikan, misalnya terdapat pada ikan-ikan dari famili Macroridae,
Gadidae, Honcentridae, Anomalopodidae, Leiognathidae, Serranidae,
dan Saccopharyngidae. Di Laut Banda ikan leweri batu
(Photoblepharon palpebatrus) dan leweri air (Anomalops katoptron),
yang keduanya termaksud kedalam famili Anomalopodidae,
mempunyai bakteri cahaya yang terletak dibawah matanya. Kedua
ikan tersebut hidup di perairan dangkal. Anomalops mengeluarkan
cahaya yang berkedap-kedip secara teratur yang dikendalikan oleh
organ cahaya yang keluar masuk suatu kantong pigmen hitam
dibawah mata. Photoblepharon menunujukan suatu cahaya yang
menyala terus, tetapi dapat pula dipadamkan oleh suatu lipatan
jaringan hitam yang menutupiorgan cahayanya.
Bakteri yang dapat mengeluarkan cahaya terdapat didalam
kantung kelenjar di epidermis. Pemantulan cahaya yang dikeluarkan
oleh bakteri diatur oleh jaringan yang berfungsi sebagai lensa. Pada
bagian yang berlawanan dengan lensa banyak pigmen yang
berfungsi sebagai pemantul. Ada juga kelenjar yang berisi bakteri itu
dikelilingi oleh sel-sel pigmen itu seluruhnya. Pemencaran cahaya
yang dikeluarkan oleh bakteri diatur oleh konstraksi pigmen yang
berfungsi sebagai iris mata.
Pada ikan Malacochepalus (yang hidup di laut dalam),
pengeluaran cahayanya mempunyai peranan dalam pemijahan.
Kekuatan cahayanya dapat menerangi sampai sejauh 10 meter
dengan panjang gelombang 410 – 600 mµ. Pada musim pemijahan,
bila ikan jantan bertemu dengan ikan betina, maka si jantan akan
membimbing betinanya untuk mencari tempat yang baik untuk
berpijah. Cahaya yang dikeluarkan oleh ikan jantan dipakai sebagai
isyarat untuk diikuti oleh si betina.
Angler fish (Linophyrin bravibarbis) yang terdapat di dasar laut
mempunyai tentakel yang bercahaya. Diduga ikan ini mempunyai
kultur bakteri yang terdapat pada kulitnya. Tentakel yang ujungnya
mempunyai jaringan yang membesar itu digerakan diatas kultur
bakteri tersebut, sehingga bakteri yang bercahaya terbawa oleh
tentakel untuk menarik perhatian mangsanya. Jadi fungsi organ
cahaya pada ikan ialah sebagai tanda pengenal individu ikan sejenis,
untuk memikat mangsa, menerangi lingkungan sekitarnya,
mengejutkan musuh dan melarikan diri, sebagi penyesuaian terhadap
ketiadaan sinar di laut dalam dan diduga sebagai ciri ikan beracun.
Kelenjar Beracun
Kelenjar beracun merupakan derivat kulit yang merupakan
modifikasi kelenjar yang mengeluarkan lendir. Kelenjar beracun ini
bukan saja dipergunakan untuk pertahanan diri saja, tetapi juga untuk
menyerang dan mencari makan. Studi tentang racun ikan ini
dinamakan ichthyotoxisme, yang meliputi ichthyosarcotoxisme
(mempelajari berbagai macam keracunan akibat memakan ikan
beracun) dan ichthyoacanthotoxisme (mempelajari sengatan ikan
berbisa). Jadi ichthyotoxisme tidak terbatas mempelajari yang
dikeluarkan oleh kulit saja, melainkan racun yang berasal dari organorgan lain dan gejala keracunan dengan segala aspek-aspeknya.
Ikan-ikan yang sistem integumennya mengandung kelenjar
beracun antara lain ikan-ikan yang hidup disekitar karang, ikan lele
dan sebangsanya (Siluroidea), dan golongan Elasmobranchii
(Dasyatidae, Chimaeridae, Myliobathidae). Beberapa jenis ikan buntal
(Tetraodontidae) juga terkenal beracun, tetapi racunnya bukan berasal
dari sistem integumennya, melainkan dari kelenjar empedu.
Ikan lepu ayam (Pterois volitans dan Pterois russeli) mempunyai
alat beracun yang terdiri dari 13 jari-jari keras sirip punggung, 3 jarijari keras sirip dubur, dan 2 jari-jari keras sirip perut. Jari-jari kerasnya
berbentuk panjang, lurus, ramping dan indah warnanya. Pada bagian
sisi kiri kanan jari-jari keras tersebut terdapat celah yang terbuka
sehingga membentuk saluran. Jari-jari keras ini dilapisi oleh selaput
integumen. Pada ikan lepu angin (Scorpaena guttata) alat beracunnya
terdiri dari 12 jari-jari keras sirip punggung, 3 jari-jari keras sirip
dubur, dan 2 jari-jari keras sirip perut. Ikan lepu tembaga (Synanceja
horrida) mempunyai racun yang dapat mematikan manusia. Racunnya
ini terdapat pada 13 jari-jari keras sirip punggung, 3 jari-jari keras sirip
dubur, dan 2 jari-jari keras sirip perut. Ikan lepu tembaga paling
ditakuti oleh nelayan. Badannya berbintil-bintil dengan warna
kecoklatan. Ikan lepu tembaga tinggal didasar perairan dangkal
berpasir atau berkarang dan di daerah yang terdapat vegetasi samosamo (Enhalus acoroides). Gerakannya lamban dan pada siang hari
hanya berdiam diri pada waktu yang lama. Permukaan tubuhnya yang
mempunyai warna yang mirip benar dengan dasar perairan dan
bentuknya seperti batu sehingga ikan ini sukar untuk dilihat. Kadangkadang kulitnya ditutupi pasir atau bahan lainnya.
Ikan lepu tembaga (Synanceja horrida)
Dibandingkan dengan lepu ayam atau lepu angin, ikan lepu tembaga mempunyai
jari-jari keras beracun yang lebih pendek dan kukuh. Untuk lebih jelasnya,
perbedaan jari-jari keras antara ketiga ikan tersebut disampaikan pada Tabel 1
Tabel 1. Perbandingan jari-jari keras beracun ikan lepu ayam, lepu angin, dan
lepu tembaga (Halstead, 1959).
Struktur
Lepu ayam
Lepu angin
Lepu tembaga
Jari-jari keras
Panjang,
ramping
Agak pendek,
agak kukuh
Pendek, kukuh
Selaput
integumen
Tipis
Agak tebal
Sangat tebal
Kelenjar racun
Kecil,
berkembang
baik
Sedang, lebih
berkembang
baik
Besar, sangat
berkembang
baik
Saluran racun
Tidak ada
Tidak ada
Berkembang
baik
Ikan beronang (Siganus sp.) mempunyai kelenjar beracun yang terdapat
pada 13 jari-jari keras sirip punggung, 4 jari-jari keras sirip perut dan 7 jarijari keras sirip dubur. Kantung kelenjar pada Siluroidea umumnya terdapat
pada dasar jari-jari keras sirip punggung dan dada, yang dilengkapi gerigi
yang membengkok ke dalam. Bila kantung kelenjar tersebut tertekan oleh
jari-jari siripnya akan mengeluarkan cairan yang beracun melalui sebuah
alur yang terdapat pada jari-jari keras tersebut dan diteruskan kedalam
luka. Beberapa anggota Siluroidea, misalnya ikan sembilang (Plotosus
canius), ikan lele (Clarias batrachus).
Kelenjar beracun ikan pari (Dasyatis) terdapat pada duri di ekornya. Duri
ini tersusun dari bahan yang disebut vasodentine. Sepanjang kedua sisi
duri tersebut terdapat gerigi yang membengkok ke belakang. Duri
tersebut ditandai dengan adanya sejumlah alur yang dangkal sepanjang
duri. Sepanjang tepi alur pada bagian bawah duri, didapatkan suatu
celah yang dalam. Jika diamati dengan teliti maka pada celah ini akan
tampak berisikan suatu jalur berupa jaringan kelabu, ”spongy” lembut
meluas sepanjang celah. Racun dihasilkan oleh jaringan ini. Meskipun
jumlahnya lebih sedikit daripada yang dihasilkan bagian lain dari
selaput integumen dan bagian khusus tertentu kulit pada ekor yang
terletak didekat duri. Celah ini berfungsi untuk melindungi jaringan
kelenjar. Mengingat adanya racun pada duri ekor ikan pari ini, maka
para nelayan akan membuang duri tersebut segera setelah ikan
tertangkap untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
Ikan pari
Download