Unduh File - Pengadilan Tinggi Bandung

advertisement
PUTUSAN
Nomor : 129/PDT/2017/PT BDG.
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
Pengadilan Tinggi Jawa Barat yang memeriksa dan mengadili perkara
perdata pada peradilan tingkat banding menjatuhkan putusan sebagai berikut
dalam perkara antara :
Utuy Dudung Dumyati, S.H. alamat di Jl. Gongseng Raya Rt.06 Rw.10 Kel.
Cijantung Kec. Pasar Rebo Jakarta Timur, selanjutnya disebut
sebagai Pembanding semula Penggugat I;
Lawan :
1. PT. BPR Arta Sentana Hardja, beralamat di Jl. Jatiwaringin No. 1,
Pertokoan Dunia Baru, Pondok Gede, Bekasi selanjutnya
disebut sebagai Terbanding I semula Tergugat I;
2. PT.
Balai
Lelang
Indonesia, beralamat
di
Graha
BALINDO,
Jl.
Woltermonginsidi No. 15, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
selanjutnya disebut sebagai Terbanding II semula Tergugat II;
Dan :
3. Nani Yuningsih alias Nyi Nani, alamat di Jl. Gongseng Raya Rt.06 Rw.10
Kel.
Cijantung
Kec.
Pasar
Rebo
Jakarta
Timur
Selanjutnya disebut sebagai Turut Terbanding I semula
Penggugat II;
4. Notaris & PPAT, Eva Junaida, SH, beralamat di JL Raya Condet No. 27 C,
Jakarta Timur selanjutnya disebut sebagai Turut Terbanding II
semula Turut Tergugat I;
5. Notaris & PPAT, Erika Feni Masyitho, SH, beralamat di JL Pajajaran,
Depok selanjutnya disebut sebagai Turut Terbanding III
semula Turut Tergugat II;
6. Kepala Kantor Pertanahan Jakarta Timur, beralamat di Dr. Sumarno,
Pulogebang, Jakarta Timur selanjutnya disebut sebagai Turut
Terbanding IV semula Turut Tergugat III;
Halaman 1 dari 26 halaman putusan Nomor 129/PDT/2017/PT.BDG
Pengadilan Tinggi tersebut;
Telah membaca berkas perkara dan surat-surat
yang berhubungan
dengan perkara ini;
TENTANG DUDUK PERKARA
Membaca surat gugatan Penggugat tertanggal 6 Agustus 2015 yang
didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Bekasi tanggal 5 Mei 2015
dibawah Register No. 363/Pdt.G/2015/PN.Bks. yang pada pokoknya :
Adapun
yang
menjadi
duduk
perkaranya
diajukannya
gugatan
perbuatan melawan hukum ini adalah sebagai berikut:
1. Bahwa Penggugat I berdasarkan Perjanjian Kredit No. 119/ASH/KRD/1V/06
tanggal 21-4-2006 pernah mendapatkan kredit untuk tambahan modal kerja
sebesar Rp. 90.000.000,- (sembilan puluh juta rupiah), dengan jangka
waktu 3 (tiga) bulan terhitung dari tanggal 21 April 2006 sampai dengan
tanggal 21 Juli 2006. Namun uang sejumlah Rp. 90.000.000,- tersebut
tidaklah diterima oleh PENGGUGAT I, akan tetapi yang riil diterima oleh
PENGGUGAT I dari TERGUGAT I hanya sebesar Rp. 76.740.300,- (tujuh
puluh enam juta tujuh ratus empat puluh ribu tiga ratus rupiah) karena
dilakukan pemotongan-pemotongan yang perinciannya adalah sebagai
berikut:
a. Provisi
Rp.
900.000,-
b. Administrasi
Rp.
2.700.
c. SKMHT
Rp. 1.000.000,-
d. Materai
Rp.
e. Disconto (bunga dimuka)
Rp. 9.100.0.00.
f. Asurarnsi
Rp.
g. Total yang dipotong
Rp.13.259.700,-
30.000,529.700,-
Dengan demikian jumlah yang seharusnya diterima Penggugat I setelah
dipotong-potong adalah sebesar Rp.76.740.300,- (tujuh puluh enam juta
tujuh ratus empat puluh ribu tiga ratus rupiah);
2. Bahwa penerimaan riil yang diterima oleh Penggugat I dari TERGUGAT I
hanyalah sebesar Rp. 76.740.300,- (tujuh puluh enam juta tujuh ratus empat
puluh ribu tiga ratus rupiah) yang ditarik dengan cara sebagai berikut:
a. ditarik tunai
Rp. 20.000.000,-
b. ditarik dengan cek
Rp. 56.740.300,-
Halaman 2 dari 26 halaman putusan Nomor 129/PDT/2017/PT.BDG
3. Bahwa semula Penggugat I berusaha memenuhi kewajibannya kepada
TERGUGAT I dengan melakukan pembayaran-pembayaran, akan tetapi
karena perhitungan bunga dan denda-denda melampaui batas-batas yang
ditentukan Undang-Undang dan juga bertentangan dengan bunga Bank
yang berlaku maka Pengguat I menjadi terjebak dalam permaian rentenir
dari Tergugat I yang sudah seharusnya perjanjian tersebut tidak berlaku
atau batal demi hukum karena ada syarat-syarat yang memberatkan yaitu
antara lain:
a. Pasal 1, berbunyi sebagai berikut:
"Debitur, mengakui telah menerima uang sebagai pinjaman dari BANK,
untuk tambahan modal kerja sebagaimana oleh Bank telah menyerahkan
kepadanya uang sebesar Rp. 90.000.000,- (Sembilan puluh juta rupiah).
Pinjaman tersebut akan lunas dalam jangka waktu 3 bulan terhitung dari
tanggal 21 April 2006 sehingga pinjaman tersebut harus lunas pada
tanggal 21 Juli 2006. Debitur berjanji kepada pihak Bank untuk
membayar lunas kredit yang diterimanya dengan mengangsur setiap
bulan sejumlah pokok sebesar Rp. - dan bunga sebesar Rp. 2.700.000,(dua juta tujuh ratus ribu rupiah) yang harus dibayar untuk pertama kali
pada tanggal 27 Mel 2006." Dengan demikian jumlah yang seharusnya
diterima oleh Penggugat I setelah dipotong-potong adalah sebesar Rp.
76.740.300,- (tujuh puluh enam juta tujuh ratus empat puluh ribu tiga
ratus rupiah);
"Bilamana Debitur tidak membayar kembali hutangnya kepada BANK
dalam jangka waktu yang telah ditetapkan oleh BANK, baik hutang yang
ditimbulkan karena perjanjian ini maupun karena apapun juga yang dapat
timbul pada suatu ketika serta termasuk perhitungan bunga, denda dan
semua biaya-biaya lalinnya, maka atas permintaan pertama dari BANK,
berdasarkan kredit wajib dan harus menyerahkan kepada BANK barangbarang yang dijaminkan kepada BANK berdasarkan perjanjian ini untuk
dijual, baik dibawah tangan maupun dengan jalan menyerahkan
dengan/dalam komisi kepada pihak ketiga untuk dijual dengan segala
hutang yang mengambil kredit kepada BANK tidak terbebas dari
pembayaran kembali atas sisa jumlah pinjaman yang mungkin masih ada
berhubung dengan pendapatan penjualan tersebut diatas." ;
Halaman 3 dari 26 halaman putusan Nomor 129/PDT/2017/PT.BDG
b. Pasal 7, berbunyi sebagai berikut:
"Segala biaya-biaya tersebut dalam perjanjian ini, termasuk biaya-biaya
yang bertalian dengan penyimpangan dan pemilikan dari barang-barang
tanggungan, upah 'kepada mereka yang diserahi tugas untuk melakukan
penagihan-penagihan hutang bersangkutan dengan perantara hakim,
biaya legalisasi, biaya kepada pengacara atau juru sita dan biaya-biaya
lainnya yang berhubungan dengan legalisasi penjualan barang-barang
jaminan tersebut, termasuk pula komisi pembayaran lainnya yang
berhubungan dengan legalisasi penjualan barang jaminan tersebut,
termasuk pula komisi pembayaran lainnya pada pihak ketiga, materai dan
biaya-biaya lainnya oleh perjanjian ini menjadi tanggungan Debitur."
4. Bahwa oleh karena ketentuan-ketentuan dalam Perjanjian Kredit No.
119/ASH/KRD/IV/06 tanggal 21-4-2006 bertentangan dengan Stb. 1938 No.
524 tanggal 17 Juli 1916 (UU Tentang PJBA Tahun 1938) jo UU Tentang
Pelepas Uang (Rentenier) Stb. 1938 No. 523 jo. Stb. 1039 No. 611, maka
perjanjian tersebut adalah batal demi hukum karena kausanya tidak halal;
5. Bahwa
kemudian
Tergugat
I
menulis
Surat
Somasi
I
No.
141/ASH/KRD/VI/07 tanggal 18 Juni 2007 tetapi dasarnya adalah Surat
Penegasan Kredit No. 783/SPPK/ASH/II/2007 tanggal 28 Februari 2007 dan
bukan Perjanjian Kerdit No. 119/ASH/KRD/IV/06 tanggal 21-4-2006.;
6. Bahwa kemudian TERGUGAT I memberi kuasa kepada Bobby H.
Sinulingga, SH tanggal 18 Desember 2007 dan kemudian membuat somasi
kepada Pengggugat I sesuai Surat Somasi No. 021/ASH/XII/07 tanggal 18
Desember 2007 dengan membuat perhitungan bahwa jumlah tunggakan
Penggugat I puluh enam juta tujuh ratus ribu rupiah) dengan perincian
sebagai berikut:
- Pinjaman Pokok
Rp. 90.000.000,-
- Tunggakan bunga Rp. 54.000.000,- Denda
Jumlah
Rp.
2.700.000,- +
Rp. 146.700.000,-
7. Bahwa kemudian kuasa hukum Tergugat I membuat Surat Somasi ke-II No.
022/ASH/XII/07 tanggal 28 Desember 2007, yang tetap menagih kewajiban
sebesar Rp. 146.700.000,8. Bahwa kemudian dalam Surat Somasi ke-III dari kuasa hukum Tergugat I
menagih hutang Penggugat I sebesar Rp. 146.835.000,-yang terdiri dari:
Halaman 4 dari 26 halaman putusan Nomor 129/PDT/2017/PT.BDG
- Pinjaman Pokok
Rp. 90.000.000,-
- Tunggakan bunga Rp. 54.000.000,- Denda
Rp.
Jumlah
2.835.000,- +
Rp. 146.835.000,-
Bahwa kemudian berdasarkan outstanding (perincian kewajiban debitur)
tanggal 7 Agustus 2008 dirinci kewajiban Penggugat I sebesar Rp.
187.335.000,- (seratus delapan puluh tujuh juta tiga ratus tiga puluh lima
ribu rupiah).
Bahwa kemudian berdasarkan surat
TERGUGAT I
Desember 2008, jumlah hutang PENGGUGAT I
pada tanggal 2
ditagih sebesar
RP.209.145.000,-(Dua ratus Sembilan juta seratus empat puluh lima ribu
rupiah), dengan perincian sebagai berikut :
-
Berdasarkan data pembukuan sesuai yang tercantum dalam surat
Somasi No.27/ASH/I/2008, sebesar:
Pokok
Rp. 90.000.000,Bunga tertunggak
Rp. 54.000.000,Denda
Rp. 2.835.000,=
Jumlah
Rp.146.835.000,-
-
Perhitungan bunga berjalan dari 1 Januari 2008 – 31 Desember 2008,
adalah sebagai berikut :
Bungan tertunggak 12 bulan : Rp. 32.400.000,Denda
: Rp. 8.910.000,Jumlah
: Rp. 41.310.000,-
-
Biaya-biaya yang timbul berkaitan dengan Kredit Macet adalah sebagai
berikut :
Biaya Pengadilan Aanmaning : Rp. 6.000.000,Biaya Pengacara
: Rp. 15.000.000,Jumlah
: Rp. 21.000.000,Total Kewajiban adalah sebesar
: Rp. 209.145.000,-(Dua ratus
Sembilan juta seratus empat puluh lima ribu rupiah)
11. Bahwa perincian hutang debitur sebesar Rp. 209.145.000,- adalah bersifat
manipulatif karena sudah ditagih biaya pengacara dan biaya annmaning
padahal
tidak
pernah
diajukan
permohonan
annmaning,
sehingga
Penggugat I menolak kebenaran perincian tersebut dan tidak pernah
membuat perincian berapa jumlah yang sudah dibayar oleh Penggugat I
secara keseluruhan dan tidak pernah membuat laporan statement account
setiap bulannya;
Halaman 5 dari 26 halaman putusan Nomor 129/PDT/2017/PT.BDG
12. Bahwa kemudian Penggugat I dan Penggugat II dengan sedikit ancaman
dan pemaksaan dipaksa untuk menandatangani Perjanjian Kredit No.
119/ASH/KRD/ IV/06 tanggal 21-4-2006, yang seolah-olah Penggugat I
pernah menerima kredit sebesar Rp. 220.000.000,- (dua ratus dua puluh
juta rupiah) dengan jangka waktu 12 Januari 2009 sampai dengan 12
Januari 2010 dengan total angsuran setiap bulan menjadi Rp. 4.400.000,(empat juta empat ratus ribu rupiah)., padahal jumlah hutang pokok
Penggugat I yang sebenarnya hanya Rp. 90.000.000,13. Bahwa oleh karena dasar-dasar penandatanganan Perjanjian Kredit No.1994/ASH/KRD/I/2009 tanggal 12 Januari 2009 yang dilegalisir oleh
Notaris Erika Feni Masyitho, SH, dibawah No. 355/Leg/XII/2008, didasarkan
pada data-data yang manipulatif dan fiktif serta tidak sesuai dengan fakta
hukum yang sebenarnya maka karena ada unsur penipuan, kekhilafan dan
pemaksaan maka sudah sepatutnya Perjanjian Kredit tersebut harus
dibatalkan;
14. Bahwa kemudian Tergugat I menekan Penggugat I dan Penggugat II untuk
menyerahkan barang jaminan berupa sebidang tanah beserta bangunan
diatasnya untuk dibebani dengan Hak Tanggungan sesuai dengan diminta
menandatangani Akta Pemberian Hak Tanggungan No. 36/2009 tanggal 27
Januari 2009, diatas barang jaminan berupa SHM No. 1617/Cijantung
tanggal 8-1-1999 jo Surat Ukur No. 02280/1999 tanggal 4 Januari 1999;
15. Bahwa karena perjanjian pokok berupa No. 1994/ASH/KRD/1/2009 tanggal
12 Januari 2009 bermula dari Perjanjian Kredit No 119/ASH/KRD/IV/06
tanggal 21-4-2006 yang belum pernah dibatalkan maka sebetulnya terjadi
dualisme perjanjian kredit yang sebetulnya didasarkan kepada kausa yang
tidak halal sehingga perjanjian kredit tersebut sudah batal demi hukum;
16. Bahwa karena perjanjian kreditnya didasarkan kepada kausa yang tidak
halal maka semua pembebanan hak tanggungan atas barang milik berupa
harta bersama antara Penggugat I dan Pengggugat II harus batal juga demi
hukum karena bersifat acesoir;
17. Bahwa karena Perjanjian Kredit No. 1994/ASH/KRD/I/2009 tanggal 12
Januari 2009 sudah batal demi hukum karena terdapat unsur-unsur
manipulasi, pemaksaan dan kekhilafan atau kekeliruan maka Akta Hak
Tanggungan No. 36/2009 tanggal 27 Januari 2009 jo Sertipikat Hak
Halaman 6 dari 26 halaman putusan Nomor 129/PDT/2017/PT.BDG
Tanggungan No. 36/2009 yang dibuat oleh Notaris 1-iva Junaida, SI I sudah
batal demi hukum;
18. Bahwa kemudian berdasarkan surat PT. Balai Lelang Indonesia No.
375/BLI/Lgl/VIII/2010 tanggal 18 Agustus 2010 telah menulis surat kepada
Para Penggugat akan melakukan eksekusi lelang atas tanah dan bangunan
milik Para Penggugat tanpa melalui Pengadilan Negeri yang berwenang
sehingga melanggar ketentuan hukum dan tindakan dari Tergugat II ingin
melelang langsung barang jaminan Para Penggugat adalah persengkokolan
yang jahat antara Tergugat I dan Tergugat II;
19. Bahwa dengan surat Tergugat I tanggal 18 Agustus 2010 dibuat perincian
total hutang Penggugat sebesar Rp. 261.628.222,- (dua ratus enam puluh
satu juta enam ratus dua puluh delapan ribu dua ratus dua puluh dua
rupiah), padahal sebelumnya Penggugat telah membayar sebesar Rp.
50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) namun tidak pernah dibuat perincian
yang jelas dan jumlah hutang Para Penggugat selalu berubah-rubah dan
meloncat seperti argo kuda tanpa didasarkan pada statement account yang
teratur dan terperinci sehingga tidak ada alasan untuk melakukan eksekusi
tanpa ada suatu perincian hutang yang pasti;
20. Bahwa karena perjanjian kredit maupun Akta Hak Tanggungan serta
Sertipikat Hak Tanggungan atas tanah dan bangunan milik Para Penggugat
didasarkan pada hal-hal yang bersifat melanggar hukum maka sudah
sepatutnya diletakan sita jaminan terlebih dahulu atas tanah milik Para
Penggugat tersebut agar tidak secara leluasa melakukan eksekusi dibawah
tangan;
21. Bahwa karena Tergugat I adalah kreditur yang tidak beritikad baik yang
melakukan
persengkongkolan
dengan
TERGUGAT
II
maka
sudah
sepatutnya Tergugat I dan Tergugat II dinyatakan telah melakukan
perbuatan melawan hukum terhadap Para Penggugat;
22. Bahwa karena Turut Tergugat I dan Turut Tergugat II serta Turut Tergugat
III
melakukan
pekerjaannya
berdasarkan
akta-akta
yang
sengaja
dimanipulasi maka sudah sepatutnya tunduk pada putusan dalam perkara
ini;
23. Bahwa diajukannya gugatan perbuatan melawan hukum ini di Pengadilan
Negeri Kelas I A Bekasi adalah berdasarkan ketentuan pasal 118 ayat (1)
Halaman 7 dari 26 halaman putusan Nomor 129/PDT/2017/PT.BDG
dan ayat (2) HTR jo. Putusan Mahkamah Agung Rl No. 2142 K/PDT/2013
tanggal 13 Mei 2014;
Berdasarkan alasan-alasan tersebut mohon kepada Bapak Ketua Pengadilan
Negeri Kelas IA Bekasi berkenan untuk memutusan sebagai berikut:
1. Mengabulkan gugatan Para Penggugat untuk seluruhnya;
2. Menyatakan Tergugat I dan Tergugat II telah melakukan perbuatan
melawan hukum terhadap Para Penggugat;
3. Menyatakan batal Akta Perjanjian-Kredit No 119/ASH/KRD/IV/06 tanggal
21-4-2006 dan Perjanjian Kredit No. 1994/ASH/KRD/1/2009 tanggal 12
Januari 2009;
4. Menyatakan batal Akta Hak Tanggungan dan Sertipikat Hak Tanggungan
No. 36/2009 tersebut;
5. Menyatakan sah dan berharga sita jaminan yang sudah diletakan diatas
objek sengketa;
6. Menghukum Tergugat I dan Tergugat II untuk membayar ongkos-ongkos
perkara;
7. Menghukum Turut Tergugat I, II dan Turut Tergugat III untuk tunduk pada
putusan ini.
Ex aquo et bono (mohon putusan yang seadil-adilnya).
Membaca, Surat Jawaban Tergugat I tertanggal 21 Desember 2015
yang pada pokoknya :
Dalam Eksepsi
A. EXCEPSITIO NON ADIMPLITI CONTRACTUS
1. Bahwa dalam gugatannya aqua, Para Penggugat telah mendalilkan
adanya suatu perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh
Tergugat I berupa pemaksaan untuk menandatangani
Perjanjian
Kriedit No.1994/ASH/KRD/2009 tanggal 12 Januari 2009(quod non)
(Vide Halaman 6Anggka 12 Gugatan);
2. Bahwa demikian pula dalam Gugatannya Para Penggugat telah
mendalilkan bahwa Para Penggugat telah mengalami kerugian atas
dugaan perbuatan melawan hukum yang telah dilakukan Tergugat I
aquo (quod Non);
3. Bahwa namun demikian, faktanya adalah justru Para Penggugat
yang telah melakukan perbuatan melawan hukum dengan cara tidak
melakukan kewajiban pembayaran Hutang kepada Tergugat I baik
Halaman 8 dari 26 halaman putusan Nomor 129/PDT/2017/PT.BDG
hutang Pokok maupun Bunga kepada Tergugat I dan hal tersebut
telah berlangsung lama yaitu sejak tahun 2006 sampai gugatan aquo
diajukan. Total hutang Para Penggugat kepada Tergugat I sampai
tanggal 18 Agustus 2010 adalah sebesar Rp. 261.628.222,- (dua ratu
enam puluh satu juta enam ratus delapan ribu dua ratus dua puluh
dua Rupiah) dimana angka tersebut diatas terdiri dari Hutang Pokok
sebesar Rp. 220.000.000,- (dua ratus dua puluh juta) dan bunga
serta denda sampai tanggal 18 Agustus 2010;
4. Bahwa dalam teori hukum acara perdata Indonesia, dikenal adanya
suatu Eksepsi EXCEPTIO NON ADIMPLETI CONTRACTUS dimana
dalam sebuah perjanjian timbal baltk, salah satu pihak didalam suatu
perjanjian yang dituduh lalai berhak untuk menyatakan bahwa pihak
yang menuduh tersebut telah lalai lebih dahulu;
5. Bahwa
M.
Yahya
Harahap,
SH
telah
berpendapat
tentang
EXCEPTIO NON ADIMPLETI CONTRACTUS ini dalam bukunya
"Hukum Acara Perdata" yang diterbitkan oleh Sinar Grafika, Jakarta,
Cetakan Kedua Juni 2005 pada Halaman 461 sebagai berikut:
EXCEPTIO NON ADIMPLETI CONTRACTUS
Eksepsi ini dapat diajukan dan diterapkan dalam perjanjian timbal batik
Masing-masing dibebani kewajiban (obligation) untuk memenuhi prestasi
secara timbal balik Pada perjanjian seperti ini, seseorang tidak berhak
menggugat, apabiia dia sendiri tidak memenuhi apa yang menjadi
kewajibannya dalam perjanjian";
6. Bahwa oleh karena itu terbukti dugaan Perbuatan Melawan Hukum
yang didalilkan Para Penggugat kepada Tergugat I adalah tidak
beralasan karena justru sebenarnya Para Penggugat-lah yang telah
melakukan perbuatan melawan hukum karena telah tidak melakukan
kewajibannya untk membayar hutang kepada Tergugat I. Dengan
demikian gugatan aquo sudah seharusnya tidak dapat diterima untuk
seluruhnya (Niet Ontvankelijk verklaard);
B. PENGGUGAT TIDAK MEMILIKI PERSONA STANDI IN JUDICIO (LEGAL
STANDING) UNTUK MENGAJUKAN GUGATAN KARENA JUSTRU
TERGUGAT I YANG SEHARUSNYA MENGAJUKAN GUGATAN KEPADA
PARA PENGGUGAT KARENA MEMILIKI HUTANG KE TERGUGAT I
(EKSEPSI DISKUALIFIKASI IN PERSON)
Halaman 9 dari 26 halaman putusan Nomor 129/PDT/2017/PT.BDG
7. Bahwa dalam posita gugatan Para Penggugat Halaman 2-8 Angka 123 secara jelas Para Penggugat mendalilkan bahwa Tergugat I telah
melakukan
perbuatan
melawan
hukum.
Namun,
fakta
dan
sebagaimana DIAKUI oleh Para Penggugat dalam gugatannya
Halaman 2 Angka 1 dan Halaman 3 Angka 2-3 bahwa Para
Penggugat memiliki hutang kepada Tergugat I. Dari fakta-fakta
tersebut jelas membuktikan bahwa Para Penggugat tidak memiliki
legal standing untuk mengajukan gugatan kepada Tergugat I karena
justru seharusnya Tergugat I yang mengajukan gugatan kepada Para
Penggugat karena Para Penggugat telah ingkar janji tidak membayar
hutangnya kepada Tergugat I;
8. Bahwa Mahkamah Agung didalam putusannya No. 294 K/Sip/1971
tanggal 7 Juli 1971 mensyaratkan bahwa gugatan harus diajukan
oleh orang yang mempunyai legal standing. Dalam perkara aquo,
oleh karena Para Penggugat tidak memiliki legal standing untuk
mengajukan gugatan aquo maka sudah seharusnya gugatan
Penggugat aquo dinyatakan tldak dapat
C. GUGATAN PARA PELAWAN ADALAH SALAH ALAMAT (ERROR IN
PERSONA)
KARENA
SEHARUSNYA
PARA
PENGGUGAT
TIDAK
MENGAJUKAN GUGATAN KEPADA KREDITUR PARA PENGGUGAT.
JUSTRU TERGUGAT I YANG SEHARUSNYA MENGAJUKAN GUGATAN
KEPADA PARA PENGGUGAT KARENA MEMILIKI HUTANG YANG TIDAK
TERBAYARKAN SEJAK TAHUN 2006 SAMPAI SEKARANG
9. Bahwa fakta membuktikan, dasar Gugatan Para Penggugat adalah
adanya perbuatan melawan hukum yang diduga dilakukan oleh Tergugat
I (quod non);
10. Bahwa namun, Para Penggugat MENGAKUI dalam gugatannya Halaman
2 Angka 1 dan Halaman 3 Angka 2-3 bahwa Para Penggugat memiliki
hutang kepada Tergugat I. Dari fakta-fakta tersebut jelas membuktikan
bahwa Para Penggugat sebagai Debitur telah melakukan error in persona
karena mengajukan gugatan kepada pihak yang memiliki piutang
(Kreditur) hal mana seharusnya justru Tergugat l-lah yang mengajukan
gugatan kepada ParaPenggugat karena memiliki hutang yang tidak
terbayar sejak tahun 2006 sampai diajukannya gugatan aquo;
11. Bahwa adanya Gugatan yang demikian adalah Error in Persona karena
Para Penggugat telah menarik pihak yang tidak selayaknya digugat. Bahkan
Halaman 10 dari 26 halaman putusan Nomor 129/PDT/2017/PT.BDG
sudah menjadi yurisprudensi tetap Mahkamah Agung Rl dalam putusannya
No. 157K/Sip/1974 tanggal 10 Juli 1975 yang menyatakan Gugatan yang
Salah Alamat (Error in Persona) harus dinyatakan tidak dapat diterima (niet
ontvankelijk verklaard);
DALAM POKOK PERKARA
12. Bahwa hal-hal sebagaimana diuraikan dalam Bagian Eksepsi diatas
merupakan pula bagian dari Jawaban Pokok Perkara berikut ini dan
karenanya mohon dianggap telah termasuk untuk Bagian Pokok
Perkara ini;
13. Bahwa dalil-dalil Gugatan Para Penggugat tidak mencerminkan seluruh
kejadian dan fakta yang sebenarnya terjadi dalam persoalan yang
berkaitan dengan hubungan hukum antara Para Penggugat dengan
Tergugat I, sebagaimana akan diuraikan satu-persatu dibawah ini;
D. PARA PENGGUGAT MENGAKUI MEMILIKI HUTANG KEPADA TERGUGAT I
DENGAN DEMIKIAN ADANYA PENGAKUAN INI JELAS MEMBUKTIKAN
GUGATAN AQUO HARUS DITOLAK
14. Bahwa dalam posita gugatannya Halaman 2 Angka 1 dan Halaman 3
Angka 2-3 Para Penggugat MENGAKUI memiliki hutang kepada
Tergugat I. Demikian pula dalam posita gugatannya Halaman 6 Angka
12 Para Penggugat MENGAKUI memiliki hutang kepada Tergugat I;
15. Bahwa adanya PENGAKUAN Para Penggugat ini jelas membuktikan
gugatan aquo tidak layak diajukan karena seharusnya justru Tergugat I
yang mengajukan gugatan kepada Para Penggugat karena memiliki
hutang yang belum terbayar kepada Tergugat I;
16. Bahwa
Kitab
Undang-undang
Hukum
Perdata
(KUHPerdata),
Herzien Inlandsch Reglement (HIR) dan Dokrin Hukum secara tegas
memberikan kekuatan yang sempurna terhadap Pengakuan tersebut
sebagai berikut:
Pasal 1925 KUHPerdata :
“Pengakuan yang dilakukan dimuka hakim memberikan suatu bukti yang
sempurna terhadap siapa yang telah melakukannya baik sendiri maupun
dengan perantaraan seseorang yang khusus dikuasakan untuk itu”
Pasal 174 HIR:
Halaman 11 dari 26 halaman putusan Nomor 129/PDT/2017/PT.BDG
"Pengakuan yang diucapkan di hadapan hakim, cukup menjadi bukti
untuk memberatkan orang yang mengaku itu, baik yang diucapkannya
sendiri, Pasal 176 HIR:
"Tiap-tiap pengakuan harus diterima segenapnya dan hakim tidak bebas
akan menerima sebagian dan menolak sebagian lagi, sehingga
merugikan orang yang mengaku berhutang kecuali orang yang berutang
itu dengan maksud akan melepaskan dirinya, menyebutkan perkara yang
terbukti yang kenyataan dusta".
Prof. Sudikno Mertokusumo, SH, seorang ahli hukum dari Universitas
Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta berpendapat dalam bukunya “Hukum
Acara Perdata Indonesia” edisi kelima tahun 1998 penerbit Liberty
Yogyakarta halaman 150 sebagai berikut: "Pengakuan merupakan
keterangan yang membenarkan peristiwa, hak atau hubungan hukum
yang diajukan oleh lawan"
"Dalam hal ini pengakuan bukan hanya sekedar merupakan alat bukti
yang sempurna saja, tetapi juga merupakan alat bukti yang bersifat
menentukan, yang tidak memungkinkan pembuktian lawan";
17. Bahwa dengan demikian maka haruslah ditolak gugatan Para Penggugat
aquo karena adanya Pengakuan tersebut membuktikan bahwa justru
Tergugat I lah yang seharusnya mengajukan gugatan kepada Para
Penggugat karena Para Penggugat memiliki hutang kepada Tergugat I.
E. PARA
PENGGUGAT
KAPASITAS
UNTUK
ADALAH SUBJEK HUKUM YANG
MENANDATANGANI
PERJANJIAN
MEMILIKI
KREDIT
SEHINGGA PERJANJIAN KREDIT TERSEBUT MEMILIKI KEKUATAN
HUKUM DAN MENGIKAT BAGI PARA PENGGUGAT
18. Bahwa Para Penggugat dalam posita Gugatannya telah MENGAKUI
menandatangani Perjanjian Kredit No. 119/ASH/KRD/IV/06 tanggal 21
April 2006 dan Perjanjian Kredit No. 234/ASH/KRD/VIII/2006 tanggal 15
Agustus 2006 dan Perjanjian Kredit No. 1994/ASH/KRD/2009 tanggal 12
Januari 2009;
19. Perjanjian, sehingga adanya dalil Para Penggugat yang mengatakan
bahwa perjanjian kredit aquo adalah manipulate adalah merupakan dalil
yang mengada-ada dan tidak dapat diterima;
Halaman 12 dari 26 halaman putusan Nomor 129/PDT/2017/PT.BDG
20. Bahwa telah menjadi pengetahuan hukum adanya perjanjian hanya
berlaku bagi pihak-pihak yang membuatnya, sebagaimana dijelaskan
dalam Pasal 1340 ayat (1) Kitab Undang-undang Hukum Perdata
(KUHPerdata):
"Suatu perikatan hanya berlaku antara pihak-pihak yang membuatnya'
21. Pasal 1338 Ayat (1) KUHPerdata telah pula menjelaskan tentang
terikatnya para pihak dalam perjanjian yang mereka buat (asas Pacta
Sunt Servanda).
"Semua perikatan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undangundang bagi mereka yang membuatnya"
22. Bahwa oleh karena itu jelas Para Penggugat telah menyetujui isi
perjanjian kredit aquo
artinya
telah
menyetujui pula seluruh
persyaratan yang tercantum dalam perjanjian kredit aquo maka
dengan demikian sudah seharusnya Para Penggugat patuh tehadap
isi dan ketentuan
F. TINDAKAN
TERGUGAT
I
TIDAK
MEMENUHI
UNSUR-UNSUR
PERBUATAN MELAWAN HUKUM YANG DIPERSYARATKAN DALAM
PASAL 1365 KUHPERDATA
23. Bahwa sebagaimana telah diketahui, pasal yang mengatur tentang
kewenangan untuk menuntut kerugian akibat suatu perbuatan
melawan hukum telah tercantum dalam Pasal 1365 KUHPerdata.
Dengan berpedoman kepada teori tentang apakah suatu perbuatan
merupakan tindakan perbuatan melawan hukum atau tidak, dapat
diketahui suatu perbuatan itu dikatakan melawan hukum apabila
memenuhi hal-hal sebagai berikut:
a) Perbuatan itu harus melawan hukum (onrechtmatige):
b) Perbuatan itu harus menimbulkan kerugian;
c) Perbuatan itu harus dilakukan dengan kesalahan/kelalaian;
d) Perbuatan itu dengan kerugian yang timbul harus ada hubungan
kausal.
24. Bahwa dari hal-hal tersebut diatas, maka dapat diterangkan sebagai
berikut:
a) Perbuatan itu harus melawan hukum (onrechtmatige)
Tidak ada satupun perbuatan Tergugat I yang melawan hukum
karena JUSTRU PARA PENGGUGAT YANG MEMILIKI HUTANG
Halaman 13 dari 26 halaman putusan Nomor 129/PDT/2017/PT.BDG
DAN MELAKUKAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM TERHADAP
TERGUGAT I
b) Perbuatan itu harus menimbulkan kerugian
Bahwa tindakan Tergugat I tidak mengakibatkan kerugian sama
sekali terhadap Para Penggugat dan justru Tergugat I membantu
Para Penggugat untuk memberikan kredit (hutang) kepada Para
penggugat yang sampai sekarang belum dibayar sama sekali.
c) Perbuatan itu harus dilakukan dengan kesalahan/kelalaian
Bahwa terbukti tidak ada tindakan Tergugat I yang didasarimoleh
suatu kelalaian atau kesalahan.
d) Perbuatan itu dengan kerugian yang timbul harus ada hubungan
kausal
Bahwa oleh karena tidak ada perbuatan melawan hukum yang
dilakukan Tergugat I serta tidak ada kerugian yang ditimbulkan atas
tindakan Tergugat I maka tidak terdapat pula hubungan kausal
diantara
keduanya
sehingga
tidak
terpenuhilah
unsur-unsur
perbuatan melawan hukum terhadap Tergugat I.
G. TIDAK
ADA
DALIL
KERUGIAN
YANG
DIALAMI
OLEH
PARA
PENGGUGAT
25. Bahwa apabila diamati secara cermat maka tidak ada satupun dalil
kerugian yang dialami oleh Para Penggugat dalam memandatangani
perjanjian kredit aquo;
26. Bahwa Mahkamah Agung Rl dalam yurisprudensi tetapnya telah
menegaskan tentang hal ini yaitu :
a) Putusan MA-RI No. 492 K/Sip/1970 tanggal 16 Desember 1970
"Ganti kerugian sejumlah uang tertentu tanpa perincian kerugiankerugian dalam bentuk apa yang menjadi dasar tuntutan itu, harus
dinyatakan tidak dapat diterima, karena tuntutan-tuntutan tersebut
adalah tidak Jelas/tidak sempuma".
b) Putusan MA-RI No. 550 K//Sip/1979 tanggal 8 Mei 1980
"Petitum tentang ganti rugi harus dinyatakan tidak dapat diterima
karena tidak diadakan perincian mengenai kerugian-kerugian yang
dituntut".
c) Putusan MA-RI No. 19 K/Sip/1983 tanggal 3 September 1983;
Halaman 14 dari 26 halaman putusan Nomor 129/PDT/2017/PT.BDG
"Karena gugatan ganti rugi tidak diperinci, lagi pula belum
diperiksa oleh judex factiet gugatan ganti rugi tersebut harus
dinyatakan tidak dapat diterima".
d) Putusan MA-RI No. 588 K/Sip/1983 tanggal 28 Mei 1984
"Tuntutan Penggugat mengenai ganti rugi karena tidak disertai
dengan bukti-bukti harus ditolak".
H. Bahwa dengan demikian haruslah ditolak gugatan Para Penggugat aquo
untuk seluruhnya.
I.
PERMOHONAN SITA JAMINAN TIDAK BERDASAR
27. Bahwa dalil alasan permohonan sita jaminan yang sebagaimana
terdapat dalam gugatannya Halaman 4 adalah keliru dan tidak
berdasarkan hukum. Adanya kekhawatiran Penggugat bahwa
Tergugat I akan menghindarkan diri dan mengalihkan kekayaan
yang dimiliki adalah keliru dan tidak berdasarkan hukum karena
tidak satupun kerugian yang ditimbulkan oleh Tergugat I. Dalam
hal ini justru Tergugatlah yang merasa dirugikan atas tindakan
Penggugat yang menahan pernbayaran yang merupakan hak
Tergugat I;
Berdasarkan uraian-uraian tersebut diatas, maka Tergugat I mohon agar Majelis
Hakim yang memeriksa perkara ini dapat memberikan putusan sebagai berikut :
DALAM EKSEPSI
1. Menyatakan menerima eksepsi Tergugat I untuk seluruhnya;
2. Menyatakan gugatan para Penggugat tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijk
verklaard)
DALAM POKOK PERKARA
1. Menolak gugatan para Penggugat untuk seluruhnya;
2. Menyatakan sah secara hukum dan tetap berlaku Perjanjian kredit
No.119/ASH/KRD/IV/06 tanggal 21 April 2006 dan Perjanjian kredit
No.234/ASH/KRD/VIII/2006 tanggal 15 Agustus 2006 dan Perjanjian kredit
No.1994/ASH/KRD/2009 tanggal 21 Januari 2009;
3. Menyatakan sah secara hukum dan tetap berlaku Akta hak Tanggungan No.
16/2006 tanggal 17 Mei 2006 dan Sertifikat Hak Tanggungan No.1391/2006
tanggal 5 Juni 2006 dan Akta hak Tanggungan No.36/2009 tanggal 27
Halaman 15 dari 26 halaman putusan Nomor 129/PDT/2017/PT.BDG
Januari 2009 dan Sertifikat Hak Tanggungan No.363/2009 tanggal 10
Februari 2009;
4. Memerintahkan kepada Pejabat yang berwenang untuk melaksanakan sita
eksekusi dan pengosongan terhadap tanah dan bangunan seluas 322 m2
yang terletak di Rt.006 Rw.104 Kelaurahan Cijantung, Kecamatan Pasar
Rebo
Jakarta
Timur
DKI
Jakarta
dengan
sertifikat
Hak
Milik
No.1617/Cijantung;
5. Menghukum para penggugat untuk membayar biaya perkara.
Atau apabila Majelis hakim berpendapat lain Tergugat I mohon putusan yang
seadil-adilnya (ex aoquo et bono).
Membaca jawaban dari Tergugat II tertangal 21 Desember
2015
sebagai berikut:
1. Exceptio Obscuur Libel.
Gugatan yang diajukan Utuy Dudung Dumyati, S.H. dan Nani Yuningsih
alias Nyi Nani (selanjutnya disebut PARA PENGGUGAT) kabur dan tidak
jelas:
-
Bahwa Para Penggugat dalam Gugatan tertanggal 06 Agustus 2015
bagian baik "Kasus Posisi" maupun "Kronologi Perjalanan Lelang" tidak
menjelaskan perbuatan apa
yang dilakukan Tergugat II, yang
merupakan perbuatan melawan hukum (onrechmatedaad),
-
Bahwa selanjutnya Para Penggugat menuntut pada bagian "Petitum"
pada pokoknya meminta Yang Mulia Majelis Hakim untuk memutus
bahwa Tergugat I bersama-sama dengan Tergugat II telah melakukan
perbuatan melawan hukum yang merugikan Para Penggugat. Hal
tersebut sebelumnya tidak diuraikan dalam posita mengenai perbuatan
kausal apa yang dilakukan Tergugat II terhadap kerugian pada Para
Penggugat. Hal mana, secara formal menyebabkan "Gugatan" Para
Penggugat menjadi rancu dan kabur,
-
Bahwa untuk menentukan keberhasilan tuntutan/permintaan Para
Penggugat, tentu harus dinilai apakah benar Para Tergugat, khususnya
Tergugat II, telah melakukan suatu perbuatan melawan hukum yang
merugikan,
-
Bahwa oleh karena hal-hal tersebut tidak diuraikan Para Penggugat
melalui "Gugatan" tertanggal 06 Agustus 2015, maka tentunya Majelis
Halaman 16 dari 26 halaman putusan Nomor 129/PDT/2017/PT.BDG
Hakim Yang Terhormat dalam memeriksa perkara a quo tidak dapat
menerka- khususnya Tergugat II, telah melakukan suatu perbuatan
melawan hukum yang merugikan,
-
Bahwa oleh karena hal-hal tersebut tidak diuraikan Para Penggugat
melalui "Gugatan" tertanggal 06 Agustus 2015, maka tentunya Majelis
Hakim Yang Terhormat dalam memeriksa perkara a quo tidak dapat
menerka-nerka sekiranya perbuatan kausal apa yang dituduhkan Para
Penggugat terhadap Tergugat II sehingga Tergugat II harus dinyatakan
telah melakukan perbuatan melawan hukum. Hal ini dipertanyakan,
karena Para Penggugat menuduhkan adanya "Persekongkolan *
namun tidak memerincinya.
-
Bahwa Petitum tidak jelas atau tidak rinci, atau tidak berkesesuaian
dengan posita/dudxik perkara yang diuraikan Para Penggugat, mengacu
pada Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia No.: 582
K/Sip./1973 tertanggal 18 Desember 1975:
"...namun apa yang dituntut Penggugat tidak jelas, begitu pula petitum
berikutnya tidak jelas tindakan apa yang dihentikan olehTergugat.
Mahkamah Agung berpendapat oleh karena petitum tidakjelas, gugatan
harus dinyatakan tidak dapat diterima";
-
Bahwa kaburnya gugatan Para Penggugat menyebabkan gugatan tidak
dapat diterima dan haruslah ditolak.
2. Exceptio non Adimpleti Contractus.
"Gugatan" Para Penggugat merupakan gugatan yang bersumber pada
perjanjian timbal balik:
-
Bahwa Para Penggugat
tidak
punya
hak {legal standing) dalam
mengajukan "Gugatan" tertanggal 06 Agustus 2015 terhadap Tergugat
II karena Para Penggugat sendiri tidak memenuhi prestasi/kewaiiban
secara timbal balik. Dalam hal ini Penggugat selaku Debitor lalai dan
justru telah mengakui secara tegas hal tersebut sebagaimana tertera
jelas pada "Gugatan" tertanggal 06 Agustus 2015 bagian "Kasus Posis”
-
Bahwa gugatan yang demikian, haruslah ditolak oleh Pengadilan Negeri
Bekasi q.q. Majelis Hakim Pemeriksa dan Pemutus Perkara a quo.
3. Exceptio Plurioum Litis Consortium ;
"Gugatan" Para Penggugat kurang pihak:
Halaman 17 dari 26 halaman putusan Nomor 129/PDT/2017/PT.BDG
-
Bahwa seharus Kantor Pengurusan Kekayaan Negara dan Lelang
(KPKNL) selaku instansi yang berwenang
berdasarkan Vendur
Reglement Ordonantie 28 Februari 1908 Stlb. 1908:189 j.o. Peraturan
Menteri Keuangan nomor 93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Lelang beserta aturan turunan serta perubahannya,
merupakan pihak / instansi yang diberi wewenang untuk melaksanakan
lelang eksekusi hak tanggungan,
-
Bahwa gugatan yang dilayangkan Para Penggugat tanggal 06 Agustus
2015 merupakan perkara/sengketa di bidang lelang, dimana aset yang
dijaminkan oleh Para Penggugat terancam dilaksanakan lelang
eksekusi hak tanggungan oleh Tergugat I melalui KPKNL Bekasi
dengan jasa pra lelang Tergugat II
Para
Penggugat
terancam
dilaksanakan
lelang
eksekusi
hak
tanggungan oleh Tergugat I melalui KPKNL Bekasi dengan jasa pra
lelang Tergugat II,
-
Bahwa berdasarkan aturan dibidang lelang, Tergugat II selaku balai
lelang
swasta
tidak
dapat
melaksanakan
lelang
eksekusi hak
tanggungan tanpa perantaraan dari KPKNL setempat
-
Bahwa seharusnya Para Penggugat menarik juga KPKNL setempat,
dalam hal ini KPKNL Bekasi ke dalam gugatan, sehingga untuk itu
gugatan yang tidak lengkap dan kurang pihak ini haruslah ditolak oleh
Pengadilan Negeri Bekasi.
II. DALAM POKOK PERKARA
1. Bahwa Tergugat II mengakui hal-hal yang dikemukakan oleh Para
Penggugat dalam surat "Gugatan " tertanggal 06 Agustus 2015
selama hal tersebut benar adanya sebagai suatu fakta hukum dan
diakui secara nyata dalam surat Jawaban ini;
2. Bahwa benar Penggugat I merupakan Debitor yang cidera janji,
dalam hal ini Penggugat I gagal melakukan kewajiban kepada
Tergugat I sehingga Tergugat I menggunakan jasa pra lelang
Tergugat II untuk melakukan lelang eksekusi atas aset yang
dijaminkan Para Penggugat melalui KPKNL Bekasi,
3. Bahwa Tergugat II MENOLAK DENGAN TEGAS tuduhan yang
mendalilkan Tergugat II melakukan perbuatan melawan hukum:
a.
Bahwa mengenai tuduhan tersebut, sungguh aneh karena Para
Penggugat justru tidak pernah merinci perbuatan apa persisnya yang
Halaman 18 dari 26 halaman putusan Nomor 129/PDT/2017/PT.BDG
telah dilakukan oleh Tergugat II yang secara kausal telah membawa
kerugian kepada Para Penggugat,
b.
Bahwa Tergugat II merupakan pihak yang dibawa oleh Tergugat I dalam
hal lelang eksekusi terhadap aset Hak Tanggungan Para Penggugat, yang
dalam prosesnya menjadi penjembatan antara Tergugat I dengan KPKNL
dalam
proses
pra
lelang
(mengiklankan,
memasarkan
dan
menyebarluaskan akan adanya aset yang dilelang eksekusi dan halhal yang diperlukan serta tidak bertentangan dengan asas kepatutan
dan hukum dalam mempersiapkan lelang aset Hak Tanggungan).
4. Bahwa untuk menuduh perbuatan melawan hukum, seharusnya
Para Penggugat dapat membuktikan atau setidaknya merinci
dalam surat Gugatannya sebagaimana diatur dalam Pasal 1365
BW - namun hal tersebut tidak dilakukan Para Penggugat.
Selanjutnya untuk suatu perbuatan pun dikualifikasi sebagai "melawan
hukum" perlu memenuhi empat syarat (vide Rosa Agustina, S.H.,
Perbuatan Melawan Hukum, terbitan Pasca Sarjana FHUI I tahun 2003,
halaman ke-117) antara lain:
a) Bertentangan dengan kewajiban hukum pelaku:
-
Bahwa Tergugat II sebagai balai lelang swasta yang diminta
memberikan jasanya dalam tahap pra lelang oleh Tergugat I, telah
melaksanakan kewajibannya dengan penuh tanggung jawab
menurut peraturan perundang-undangan dan peraturan Menteri
Keuangan yang berlaku dalam hal lelang.
-
Bahwa Tergugat II telah memastikan dan mengecek setiap
dokumen
dari Tergugat
I
selaku
kreditur
pemegang
hak
tanggungan yang piutangnya sudah jatuh tempo, memastikan
bahwa dokumen tersebut benar dan layak untuk diadakan lelang
terhadap aset hak tanggungan/jaminan kredit (Obyek lelang)
kepada KPKNL selaku institusi vertikal dari Menteri Keuangan c.q.
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara dan Lelang.
-
Bahwa setiap dokumen untuk proses pra lelang terhadap aset Hak
Tanggungan para Penggugat telah sesuai dengan prosedur dan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku (hutang yang jatuh
tempo dan ketidaksanggupan Debitur/Penggugat I melunasi serta
aset yang telah dibebani Hak Tanggungan berdasarkan sertifikat
Halaman 19 dari 26 halaman putusan Nomor 129/PDT/2017/PT.BDG
Hak Tanggungan sekalipun telah diperingatkan sebanyak lebih
dari tiga kali oleh Kreditur/Tergugat I).
-
Bahwa Tergugat II selalu menerapkan prinsip kehati-hatian dalam
memberikan jasanya dibidang lelang, sehingga apa yang telah
dilakukan Tergugat II terkait lelang eksekusi terhadap aset para
Penggugat tidak melawan hukum.
b) Bertentangan dengan hak subyektif orang lain dan harus ada
kesalahan:
-
Bahwa Para Penggugat dalam surat "Gugatan" tertanggal 06
Agustus 2015 pun tidak dapat menerangkan, kesalahan apa yang
diperbuat oleh Tergugat II dalam hal rencana eksekusi lelang
terhadap aset yang dijaminkan sendiri oleh Para Penggugat,
-
Bahwa eksekusi lelang hanya dapat dilakukan terhadap aset yang
dibebani Hak Tanggungan sebagai jaminan dalam hal hutangpiutang dan betul bahwa aset Hak Tanggungan itulah yang telah
Tergugat II siapkan proses pra lelangnya kepada KPKNL yang
berwenang.
-
Bahwa pada proses persiapan lelang kepada KPKNL tersebut,
Tergugat II dengan itikad baik memberitahukan maksud dan
rencana untuk memasarkan aset Para Penggugat yang dijaminkan
tersebut
kepada
penawar/calon
khalayak
peserta
ramai,
lelang
demi
potensial.
didapatnya
Adapun
calon
itikad
ini
diutarakan melalui surat nomor 375/BLI/LGL/VIII/2010 tersebut.
Apakah itikad informasi yang diberikan oleh Tergugat II lantas
dipandang sebagai perbuatan melawan hukum oleh Para
Penggugat? Layakkah bila kini Tergugat II yang justru dituduh
memanipulasi rencana lelang diseret ke mejaf hijau dengan
tuduhan-tuduhan Para Penggugat yang kabur?
c) Bertentangan dengan kesusilaan:
-
Bahwa Tergugat II melakukan pekerjaannya di bidang lelang
dengan mentaati peraturan perundang-undangan, baik sesuai
amanat Direktur Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) atas nama
Menteri Keuangan yang telah memberikan izin operasional
Halaman 20 dari 26 halaman putusan Nomor 129/PDT/2017/PT.BDG
Tergugat II selaku balai lelang swasta, maupun sesuai Peraturan
lain yang terkait lelang dan/atau balai lelang.
d) Bertentangan dengan kepatutan, ketelitian dan kehati-hatian:
- Para Penggugat tidak dapat mengemukakan dalam surat “Gugatan”
tertanggal 06 Agustus 2015 apakah yang dilakukan Tergugat II
bertentangan dengan kepatutan, ketelitian dan kehati-hatian.
Justru disisi lain, para Penggugat mengakui adanya hutang, dan
mengakui para Penggugat tidak dapat membayar hutang tersebut.
5. Bahwa pada faktanya Para Penggugat merupakan Penggugat yang tidak
punya itikad baik. Selain karena telah mengikatkan diri pada Perjanjian
Kredit dengan pihak Tergugat I secara sadar dan tanpa paksaan (sesuai
Pasal 1320 BW), namun Penggugat I tidak melakukan kewajibannya dan
justru menolak aset yang dibebani Hak Tanggungan sebagai jaminan
hutang untuk dilelang ketika gagal memenuhi prestasi. Hal mana,
tindakan Penggugat I dan Penggugat II tidak sesuai dengan asas good
faith dan asas pacta sunt servanda (vide Pasal 1338 BW);
6. Bahwa Tergugat II mengacu pada ketentuan perundang-undangan yang
berlaku sah:
Pasal 6 Undang-Undang Republik Indonesia No.: 4 tahun 1996 tentang
Hak Tanggungan (UUHT) yang mengatur:
" Apabila debitor cidera janji, pemegang Hak Tanggungan pertama
mempunyai hak untuk menjual obyek Hak Tanggungan atas kekuasaan
sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya
dari hasil penjualan tersebut. "
Pasal 20 ayat (5) UUHT :
Sampai saat pengumuman untuk lelang dikeluarkan, penjualan sebagai
mana dtmaksud ayat (1) dapat dihindarkan dengan pelunasan yang
dijamin dengan Hak Tanggungan itu beserta biaya-biaya eksekusi yang
telah dikeluarkan. "
Perihal perbuatan melanggar hukum yang dituduhkan Para Penggugat
harus dapat diukur dengan Undang-Undang atau peraturan formil lain
yang berlaku khusus dalam hal lelang; yang kesemuanya ini tidak dapat
ditilik oleh Para Penggugat, melalui surat "Gugatan" tertanggal 06
Agustus 2015.
Halaman 21 dari 26 halaman putusan Nomor 129/PDT/2017/PT.BDG
7. Bahwa dengan demikian dalil Para Penggugat pada point (18) isi
Gugatan Para Penggugat yang menyebutkan bahwa eksekusi lelang aset
jaminan Para Penggugat tanpa melalui Pengadilan Negeri yang
berwenang adalah melanggar ketentuan hukum, dalil ini sudah
sepatutnya tidak dapat diterima. Hal ini membuktikan bahwa Para
Penggugat telah salah dan keliru menafsirkan dan memahami dasar
hukum dan kewenangan eksekusi lelang Hak Tanggungan. Para
Penggugat menafsirkan bahwa lelang aset jaminan hak tanggungan
dipersamakan
dengan
eksekusi
lelang
untuk
melaksanakan
penetapan/putusan pengadilan.
8. Bahwa selanjutnya, Para Penggugat menggunakan hukum tentang RIBA
sehingga Tergugat II bertanya-tanya : apakah Para Penggugat mengacu
pada undang-undang yang berlaku di lingkungan Pengadilan Negeri
ataukah Pengadilan Agama;
9. Bahwa Para Penggugat menuduh Tergugat II bekerjasama dalam suatu
"rencana jahat" dalam memanipulasi data akad kredit (perjanjian hutang
piutang) antara Para Penggugat dengan Tergugat I (pihak kreditor/Bank),
hal mana tidak pernah dilakukan Tergugat II;
10. Bahwa Tergugat II baru dihubungi oleh Tergugat I untuk melakukan
pekerjaan Pralelang berupa peninjauan dan pemasaran aset jaminan
kredit milik Para Penggugat setelah Para Penggugat terikat perjanjian
hutang piutang denganTergugat I.Dalam hal ini Tergugat II TIDAK TAHU
MENAHU mengenai proses terjalinnya perjanjian kedua belah pihak,
karena Tergugat II merupakan pihak ketiga yang ditarik Tergugat I dalam
proses pemasaran dan peninjauan aset jaminan kredit setelah debitur
dinyatakan
wanprestasi/lalai dalam melaksanakan kewaj ibannya.
Dengan demikianditariknya Tergugat II di dalam persoalan proses
perjanjian/akad kredit yang menjadi basic permasalahan adanya gugatan
ini,adalah tidak patut diterima karenaTergugat II sudah jelas-jelas tidak
ada hubungannya dalam proses kredit maupun outstanding: kewajiban
debitur.
11. Bahwa tuduhan manipulasi data yang dituduhkan oleh Para Penggugat
tidaklah beralasan dan cenderung di cari-cari, karena setelah bertahuntahun Para Penggugat tidak pernah mem permasalahkan adanya perjanjian
hutang dengan Tergugat I. Lebih lanjut, bila memang benar ada
pemaksaan
dan/atau
intimidasi
dan/atau
pemaksaan
terhadap
Halaman 22 dari 26 halaman putusan Nomor 129/PDT/2017/PT.BDG
Penggugat I dan/atau Penggugat II, maka mengapa kedua nama Para
Penggugat
tersebut
tercantum
pada
Akta
Pembebanan
Hak
Tanggungan? Lebih jauh lagi, Para Penggugat tidak pernah mengambil
tindakan hukum pidana dalam hal pemalsuan, penipuan dan/atau
intimidasi bila benar perlakuan tersebut terjadi.
Maka berdasarkan hal-hal yang telah dijabarkan oleh Tergugat II, mohon
Pengadilan Negeri Bekasi c.q Majelis Hakim Yang Mulia untuk menjatuhkan
putusan dengan amar:
DALAM EKSEPSI
1. Menerima dan mengabulkan Eksepsi Tergugat II untuk seluruhnya,
2. Menyatakan Gugatan Para Penggugat tidak dapat diterima,
3. Membebankan biaya perkara kepada Para Penggugat.
DALAM POKOK PERKARA
1. Menerima dan mengabulkan Jawaban Tergugat II untuk seluruhnya,
2. Menyatakan Tergugat II tidak melakukan perbuatan melawan hukum,
3. Menyatakan bahwa Penggugat I dan atau Penggugat II merupakan
Debitur yang wanprestasi terhadap Perjanjian Kredit antara Penggugat I
dan penjamin (Penggugat II) terhadap Tergugat I,
4. Menyatakan surat "Gugatan" Pembantah tertanggal 06 Agustus 2015
tidak terbukti sehingga haruslah ditolak, atau setidak-tidaknya dinyatakan
tidak dapat diterima, dan
5. Membebankan biaya perkara kepada Para Penggugat.
Membaca putusan Pengadilan Negeri Bekasi tanggal 2 Mei 2016 Nomor
363/Pdt.G/2015/PN.Bks. yang amarnya sebagai berikut :
Dalam Eksepsi :
-
Menolak eksepsi-eksepsi Tergugat I dan Tergugat II tersebut;
Dalam Pokok Perkara :
-
Menolak gugatan Penggugat I dan Penggugat II untuk seluruhnya;
-
Menghukum Penggugat I dan Penggugat II
membayar biaya perkara
sebesar Rp.2. 531.000,- (dua juta lima ratus tiga puluh satu ribu rupiah);
Membaca
Surat
Pernyataan
Pemohonan
Banding
Nomor
363/Pdt.G/2015/PN.Bks. Jo. Nomor. 45/Bdg/2016/PN.Bks. yang ditanda tangani
oleh Panitera Pengadilan Negeri Bekasi, yang menyatakan bahwa pada hari
Senin tanggal 16 Mei 2016, Penggugat I telah mengajukan permohonan
Halaman 23 dari 26 halaman putusan Nomor 129/PDT/2017/PT.BDG
banding terhadap putusan tersebut, permohonan banding mana telah
diberitahukan secara patut kepada Terbanding I semula Tergugat I pada tanggal
25 Juli 2016, kepada Terbanding II semula Tergugat II melalui Pengadilan
Negeri Jakarta Selatan pada tanggal 18 Agustus 2016,
kepada Turut
Terbanding II semula Turut Tergugat I melalui Pengadilan Negeri Jakarta Timur
pada tanggal 11 Agustus 2016, kepada Turut Terbanding III semula Turut
Tergugat II melalui Pengadilan Negeri Depok pada tanggal 1 Agustus 2016,
kepada Turut Terbanding IV semula Turut Tergugat III melalui Pengadilan
Negeri Jakarta Timur pada tanggal 11 Agustus 2016;
Membaca Relaas Pemberitahuan Memeriksa Berkas Perkara (Inzage)
Nomor
363/Pdt.G/2015/PN.Bks.
Jo.
Nomor.
45/Bdg/2016/PN.Bks.,
yang
menyatakan bahwa kepada Pembanding semula Penggugat melalui Pengadilan
Negeri Jakarta Timur pada tanggal 3 Februari 2017, kepada Terbanding I
semula Terbanding I pada tanggal 19 Agustus 2016, kepada Terbanding II
semula Tergugat II melalui Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada tanggal 18
Agustus 2016, kepada Turut Terbanding II semula Turut Tergugat I melalui
Pengadilan Negeri Jakarta Timur pada tanggal 11 Agustus 2016, kepada Turut
Terbanding III semula Turut Tergugat II melalui Pengadilan Negeri Depok pada
tanggal 1 Agustus 2016 dan kepada Turut Terbanding IV semula Turut Tergugat
III melalui Pengadilan Negeri Jakarta Timur pada tanggal 11 Agustus 2016 telah
diberi
kesempatan
untuk
mempelajari
berkas
perkara
Nomor
363/Pdt.G/2015/PN.Bks sebelum berkas perkara dikirimkan ke Pengadilan
Tinggi Jawa Barat untuk diperiksa dalam tingkat banding;
TENTANG HUKUMNYA
Menimbang, bahwa permohonan banding dari Pembanding semula
Penggugat I diajukan dalam tenggang waktu dan menurut cara-cara dan syaratsyarat yang ditentukan oleh Undang-undang, oleh karenanya permohonan
banding tersebut secara formal dapat diterima;
Menimbang,
bahwa
terhadap
permohonan
bandingnya
tersebut,
Pembanding semula Penggugat I sampai dengan perkara ini diputus, tidak
mengajukan memori banding;
Menimbang,
bahwa
setelah
Pengadilan
Tinggi
memeriksa
dan
mempelajari dengan seksama berita acara sidang beserta surat-surat yang
tersebut dalam berkas perkara Nomor. 129/PDT/2017/PT.BDG., turunan resmi
putusan Pengadilan Negeri Bekasi Nomor. 363/Pdt.G/2015/PN.Bks., tanggal 2
Halaman 24 dari 26 halaman putusan Nomor 129/PDT/2017/PT.BDG
Mei 2016, maka Pengadilan Tinggi berpendapat bahwa alasan-alasan dan
pertimbangan putusan Majelis Hakim Tingkat Pertama Dalam Eksepsi dan
Dalam Pokok Perkara sudah tepat dan benar, oleh karena itu diambil alih dan
dijadikan sebagai pertimbangan Pengadilan Tinggi sendiri dalam memutus
perkara tersebut dalam tingkat banding;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut, maka putusan
Pengadilan Negeri Bekasi Nomor 363/Pdt.G/2015/PN.Bks., tanggal 2 Mei 2016
dapat dipertahankan dan harus dikuatkan sebagaimana teresebut dibawah ini;
Menimbang, bahwa oleh karena putusan Pengadilan Tingkat Pertama
dikuatkan, maka Pembanding semula Penggugat I, tetap berada dipihak yang
kalah, sehingga harus dihukum untuk membayar biaya perkara dalam kedua
tingkat peradilan;
Memperhatikan, Undang-undang Nomor 20 tahun 1947 tentang
Pengadilan Peradilan Ulangan di Pulau Jawa dan Madura, Undang-undang
Nomor 49 tahun 2009 tentang Peradilan Umum, HIR, KUHPerdata dan
peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan;
MENGADILI
-
Menerima
permohonan
banding
dari
Pembanding
semula
Penggugat I;
-
Menguatkan
putusan
Pengadilan
Negeri
Bekasi
Nomor
363/Pdt.G/2015/PN.Bks. tanggal 2 Mei 2016 yang dimohonkan
banding tersebut;
-
Menghukum Pembanding semula Penggugat I untuk membayar
biaya perkara yang timbul dalam kedua tingkat peradilan, yang
ditingkat banding ditetapkan sejumlah Rp. 150.000,00 (seratus
lima puluh ribu rupiah);
Demikianlah diputuskan dalam rapat musyawarah Majelis Hakim
Pengadilan Tinggi Jawa Barat pada hari Rabu tanggal 17 Mei 2017, oleh kami
Hendrik Pardede, S.H., M.H. sebagai Hakim Ketua Majelis, Russedar, S.H.
dan Ridwan Sorimalim Damanik, S.H., M.H. masing-masing sebagai Hakim
Anggota, berdasarkan penetapan Ketua Pengadilan Tinggi Jawa Barat Nomor
129/PEN/PDT/2017/PT.BDG, tanggal 10 Maret 2017, putusan mana diucapkan
dalam sidang terbuka untuk umum pada hari Kamis, tanggal 18 Mei 2017 oleh
Halaman 25 dari 26 halaman putusan Nomor 129/PDT/2017/PT.BDG
Ketua Majelis tersebut dengan dihadiri Hakim-hakim Anggota dan Asep
Gunawan, S.H. Panitera Pengganti pada Pengadilan Tinggi Jawa Barat, tanpa
dihadiri pihak-pihak yang berperkara.
Hakim-hakim Anggota
Hakim Ketua Majelis
Ttd
Ttd
Russedar, S.H.
Ttd
Hendrik Pardede, S.H., M.H.
Ridwan Sorimalim Damanik, S.H., M.H.
Panitera Pengganti
Ttd
Asep Gunawan, S.H.
Perincian biaya perkara :
1. Biaya Meterai ..............………Rp.
6.000,00
2. Biaya Redaksi putusan …… Rp.
5.000,00
3. Biaya Pemberkasan ………. Rp. 139.000,00
Jumlah ………………………... Rp. 150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah)
Halaman 26 dari 26 halaman putusan Nomor 129/PDT/2017/PT.BDG
Download