HUBUNGAN PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN INERSIA UTERI PADA IBU BERSALIN DI RSUD PROF. dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO TAHUN 2011 Tri Anasari Abstrak : Inersia uteri adalah salah satu kelainan tenaga (kelainan his) karena memanjangnya fase laten atau fase aktif atau kedua-duanya dari kala pembukaan. Inersia uteri pada ibu bersalin dapat disebabkan oleh beberapa factor antara lain faktor umum seperti umur, paritas, anemia, ketidaktepatan penggunaan analgetik, pengaruh hormonal karena kekurangan prostaglandin atau oksitosin, perasaan tegang dan emosional. Mengetahui hubungan antara paritas dan anemia dengan kejadianinersia uteri pada ibu bersalin di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto tahun 2011. Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan rancangan case control.Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder dan intrumen penelitiannya menggunakan lembar observasi. Populasi penelitian adalah semua ibu bersalin dengan inersia uteri dan ibu bersalin normal periode 1 Januari 2011 sampai 31 Desember 2011. Sampel kasus dan sampel control masing-masing sebanyak 75 orang. Metode analisa data menggunakan uji Chi Square. Paritas ibu bersalin sebagian besar pada kategori tidak berisiko sebanyak 134 orang (89,3%), anemia pada ibu bersalin sebagian besar pada kategori normal sebanyak 89 orang (59,3%), ada hubungan paritas ibu bersalindengan kejadian inersia uteri (p = 0,017; OR = 5,032; phi = 0,194), ada hubungan anemia ibu bersalin dengan kejadian inersia uteri (p = 0,046; OR = 2,069; phi = 0,162). Ada hubungan antara paritas dan anemia dengan kejadian inersia uteri di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto tahun 2011. Ibu Hamil hendaknya menjaga kesehatan kehamilannya dengan melakukan pemeriksaan ANC secara rutin, mengecek Hb untuk mencegah anemia pada kehamilan, mengkonsumsi FeSO4, sayuran hijau, ibu hamil mengetahui bahwa melahirkan dengan jarak terlalu dekat dapat mengakibatkan masalah persalinan. Kata Kunci : paritas, anemia dan inersia uteri Tri Anasari, Hubungan Paritas Dan Anemia Dengan Kejadian Inersia… 23 THE CORRELATION PARITY AND INCIDENCE OF ANEMIA WITH THE MATERNAL UTERINE INERTIA IN HOSPITAL OF PROF.MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO. Tri Anasari Abstract : Uterine inertia is one of the power abnormalities (his disorder) because of prolonged latent phase or active phase or both of the opening time. On maternal uterine inertia can be caused by several factors, among others, general factors such as age, parity, anemia, inaccuracies analgesic use, hormonal influences due to lack of prostaglandins or oxytocin, feeling tense and emotional. Knowing the correlation between parity and incidence of anemia with the maternal uterine inertia in hospitals Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto in 2011. This research is analytic survey with case control design. Data used in this research is secondary data and research instruments using observation sheet. The study population was all birth mothers with uterine inertia and normal birth mothers the period 1 January 2011 to 31 December 2011. The sample case and control samples respectively by 75 people. Methods of data analysis using chi square test. Most of the birth mother parity at the categories weren’t risk as many as 134 people (89,3%), most of birth mother anemia in the normal category as many as 89 people (59.3%), there was an association of birth mother parity with the incidence of uterine inertia (p = 0,017; OR = 5,032; phi = 0,194), there was an association of anemia of birth mother with incidence of uterine inertia (p = 0,046; OR = 2,069; phi = 0,162). There was an association between parity and anemia with the incidence of inertia uteri in hospitals of Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto in 2011. Pregnant women should maintain a healthy pregnancy with routine ANC checks, check hemoglobin to prevent anemia in pregnancy, consumption Fe SO4, green vegetables, pregnant women know that giving birth at a distance too close can lead to labor problems. Keywords : parity, anemia and uterine inertia 24 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 2, No. 4, Juni 2012, 22-32 2010 adalah 123,89/100.000 kelahiran PENDAHULUAN Tingginya Angka Kematian Ibu hidup. (AKI) di Indonesia sebagian besar Penyebab AKI terdiri dari disebabkan oleh timbulnya penyulit penyebab langsung dan tidak langsung. persalinan yang tidak dapat segera Penyebab dirujuk pelayanan disebabkan oleh komplikasi pada masa kesehatan yang lebih mampu. Faktor hamil, bersalin dan nifas atau kematian waktu dan transportasi merupakan hal yang disebabkan oleh suatu tindakan yang dalam atau berbagai hal yang terjadi akibat- tinggi. akibat ke fasilitas sangat merujuk menentukan kasus Melakukan risiko pemeriksaan kehamilan langsung tindakan dari tersebut AKI yang dilakukanselama hamil, bersalin dan secara teratur merupakan tindakan nifas. yang dalam kematian ibu adalah karena kondisi mengidentifikasi secara dini sesuai masyarakat, seperti pendidikan, sosial dengan risiko yang dialami oleh ibu ekonomi hamil (Saifuddin, 2006). komplikasi persalinan salah satunya paling World tepat Health Organization (WHO) memperkirakan di seluruh Penyebab dan tidak budaya. langsung Beberapa adalah persalinan lama (Depkes RI, 2007). dunia lebih dari 585.000 ibu meninggal Menurut SDKI 2007 53% ibu tiap tahun saat hamil atau bersalin. Di tidak mengalami komplikasi selama Indonesia menurut Survei Demografi persalinan, persalinan lama sebesar Kesehatan Indonesia (SDKI) pada 37%, perdarahan berlebihan sebesar tahun Indonesia 9%, demam besar 7%, komplikasi 228/100.000 kelahiran hidup. Data kejang 2% dan KPD lebih dari 6 jam Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 17%.Faktor-faktor penyebab terjadinya menyebutkan pada tahun 2011 angka persalinan lama salah satunya adalah kematian kelainan his (inersia uteri) (Manuaba, 2007 ibu AKI di di Jawa Tengah 116,01/100.000 kelahiran hidup. Data 2001). Inersia uteri adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas memanjangnya fase laten atau fase angka kematian ibu di Banyumas tahun aktif atau kedua-duanya dari kala pembukaan (Prawirohardjo, 2006). Tri Anasari, Hubungan Paritas Dan Anemia Dengan Kejadian Inersia… Faktor penyebab inersia atau umum adekuat. Anemia dalam kehamilan anemia, memberi pengaruh kurang baik bagi ketidaktepatan penggunaan analgetik, ibu, baik dalam kehamilan, persalinan, pengaruh hormonal karena kekurangan maupun nifas dan masa selanjutnya. prostaglandin atau oksitosin, perasaan Penyulit-penyulit yang dapat timbul tegang dan emosional, 2) faktor lokal akibat anemia salah satunya yaitu uteridiantaranya seperti 1) umur, faktor paritas, overdistensi seperti uterus, hidramnion, malpresentasi, malposisi, masuknya besi yang 25 tidak inersia uteri (Mansjoer, 2001). Dampak dari kejadian ini yaitu dan disproporsi cephalopelvik, mioma kurangnya uteri (Sastrawinata,2005). terhadap tanda-tanda dari persalinan Persalinan lama berkenaan juga dengan paritas yang dialami oleh ibu bersalin. Multi para grande dan lama, dan pengetahuan pengetahuan juga masyarakat kurang dari cepatnya para tenaga kesehatan untuk mengambil keputusan multipara sering didapatkan perut klinik gantung, dapat persalinan.Berbagai penyebab tersebut mengakibatkan terjadinya gangguan dapat dicegah dengan pendeteksian his. Semakin sering ibu hamil dan komplikasi persalinan melahirkan, jarak pengambilan keputusan secara cepat kehamilan dan kelahiran, elastisitas dan tepat serta penanganan yang tepat uterus semakin terganggu, akibatnya di tempat rujukan (Depkes RI, 2007). uterus perut tidak gantung semakin dekat memimpin secara dini, secara Studi pendahuluan yang dilakukan sempurna dan mengakibatkan kelainan di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo his (Oxorn, 2010). Purwokerto didapatkan data bahwa Anemia berkontraksi dalam merupakan keadaan jumlah ibu bersalin tahun 2010 dimana jumlah eritrosit yang beredar sebanyak 1200 orang dan tahun 2011 atau konsentrasi hemoglobin menurun. sebanyak 1956 orang. Kejadian inersia Selama uteri kehamilan, anemia lazim tahun 2010 ada 27 kasus terjadi dan biasanya disebabkan oleh sedangkan pada tahun 2011 ada 298 karena sekunder kasus. Ada kenaikan yang signifikan terhadap kehilangan darah sebelumnya kasus inertia uteri dari tahun 2010 defisiensi besi 26 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 2, No. 4, Juni 2012, 22-32 digunakan tersebut diatas, peneliti tertarik ingin random sampling peneliti mengambil meneliti lebih lanjut tentang hubungan sampel secara acak sampai didapatkan paritas dan anemia dengan kejadian jumlah sampel yaitu 75 kasus dan 75 inersia uteri pada ibu bersalin di RSUD kontrol. Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto Tahun 2011. 1) adalah simple yaitu 271 kasus. Berdasarkan data teknik Data yang sudah diperoleh akan dianalisis dalam berbagai bentuk Tujuan dari penelitian ini adalah analisis, yaitu: analisis univariate dan Mendeskripsikan analisis bivariate. Analisis univariate inersia uteri karakteristik pada ibu bersalin berdasarkan faktor paritas dan anemia, 2) Menganalisis hubungan dari faktor paritas ibu bersalin dengan kejadian inersia uteri, 3) Menganalisis hubungan dari faktor anemia ibu bersalin dengan kejadian inersia uteri. METODE PENELITIAN Jenis penelitian Survey penelitian = menggunakan rumus sedangkan analisis x 100% bivariat menggunakan uji Chi Square. Untuk melihat kemaknaan perhitungan nilai statistik digunakan batas signifikan 0,05 sehingga bila nilai p < 0,05 maka hasil statistik signifikan, jika nilai p > 0,05 maka hasil perhitungan statistik ini adalah analitik dan tidak signifikan Menentukan (Santjaka, besarnya 2008). asosiasi menggunakan pendekatan case control. (hubungan) antara satu variabel Cara independen dengan satu variabel pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan data dependen digunakan Koefisien Phi ( sekunder yang diperoleh dari rekam ). Penafsiran pada range nilai yaitu 0 medik RSUD Prof. sampai 1, dengan kriteria sebagai Soekarjo dr. Margono Purwokerto. penelitiannya observasi. Instrumen menggunakan Populasi lembar penelitian ini berikut: Kp<0,5 kategori hubungan lemah, Kp=0,5 kategori hubungan moderat, Kp>0,5 kategori hubungan adalah ibu bersalin dengan inersia uteri kuat. (298 orang) dan ibu bersalin normal perhitungan Odds Ratio (OR) yang (171 orang) yaitu 469 ibu bersalin. digunakan untuk mengestimasi tingkat Teknik pengambilan sampel yang Selain itu dilakukan juga Tri Anasari, Hubungan Paritas Dan Anemia Dengan Kejadian Inersia… 27 risiko antara variabel dependen dengan kelahiran, elastisitas uterus semakin independen. terganggu, Interpretasi nilai OR akibatnya adalah sebagai berikut: OR>1 faktor berkontraksi secara risiko, OR =1 bukan faktor risiko, mengakibatkan OR<1 faktor protektif. (Prawirohardjo, 2006). uterus tidak sempurna dan kelainan his Penelitian ini sejalan dengan HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Univariat Veriana (2007) dari hasil penelitiannya a. Paritas ibu bersalin di RSUD dari 34 orang, ibu bersalin paling besar Prof. dr. Margono Soekarjo pada kategori paritas tidak berisiko tahun 2011 (<3) sebanyak 19 orang (55,8%) dan sebagian kecil pada kategori paritas Berisiko ; 16; 10.7% Tidak Berisiko ; 134; 89.3% berisiko (≥3) sebanyak 15 ibu bersalin (44,2%). Hal ini menunjukkan bahwa banyak ibu bersalin dengan paritas tidak berisiko (<3). b. Anemia ibu bersalin di RSUD Diagram 1. Distribusi frekuensi Paritas Prof. dr. Margono Soekarjo ibu bersalin di RSUD Prof. dr. Margono tahun 2011. Soekarjo tahun 2011 Diagram 1. di atas dapat diketahui bahwa paritas ibu bersalin anemia; 61; 40,7% tidak anemia; 89; 59,3% sebagian besar pada kategori tidak berisiko (<3) sebanyak 134 ibu bersalin (89,3%) dan sebagian kecil pada kategori berisiko (≥3) sebanyak 16 ibu bersalin (10,7%). Paritas adalah jumlah kehamilan dimana bayi yang dilahirkan mampu hidup diluar kandungan. Semakin sering ibu hamil dan melahirkan, semakin dekat jarak kehamilan dan Diagram 2. Distribusi frekuensi Anemia ibu bersalin di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo tahun 2011 Diagram 2. di atas dapat diketahui bahwa anemia pada ibu bersalin sebagian besar pada kategori normal (≥11 gr/dl) sebanyak 89 ibu bersalin (59,3%) dan sebagian kecil 28 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 2, No. 4, Juni 2012, 22-32 pada kategori tidak normal (<11 gr/dl) anemia, pada kasus paling banyak ibu sebanyak 61 ibu bersalin (40,7%). dengan kadar Hb <11gr% sejumlah 39 Anemia merupakan suatu orang (52,7%) dan pada kontrol paling keadaan dimana jumlah eritrosit yang banyak ibu dengan kadar Hb ≥11gr% beredar atau konsentrasi hemoglobin sejumlah 89 orang (60,1%). Waktu menurun. ada pengukuran Hb ibu penting diketahui penurunan transportasi oksigen dari karena berhubungan dengan keadaan paru kejaringan perifer. Anemia sendiri anemia ibu. Sebagai akibatnya, jarang menimbulkan krisis kedaruratan akut selama kehamilan, namun pada 2. Analisis Bivariat hakekatnya setiap masalah kegawatan a. Hubungan paritas ibu bersalin dapat diperberat oleh anemia yang dengan kejadian inersia uteri di RSUD telah ada (Varney, 2006 ). Prof. dr. Margono Soekarjo tahun Penelitian ini sejalan dengan Indriyani (2006), pada 2011. kejadian Tabel 1. Hubungan paritas ibu bersalin dengan kejadian inersia uteri di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo tahun 2011 Inersia Uteri Paritas Ya Tidak p Total F % f % F % Berisiko 13 17,3 3 4,0 16 10,7 Tidak Berisiko 62 82,7 72 96,0 134 89,3 Jumlah 75 100,0 75 100,0 150 100,0 Kp: 0,194 Hasil 0,017 OR: 5,032 analisis bivariat paritas ibu bersalin dengan kejadian menggunakan uji chi square diperoleh inersia uteri pada kategori lemah, nilai p = 0,017 yang lebih kecil dari karena nilai koefisien phi hanya sebesar = 0,05 artinya ada hubungan paritas ibu 0,194. bersalin dengan kejadian inersia uteri. bersalin Tingkat didapatkan nilai OR sebesar 5,032 keeratan hubungan antara Tingkat risiko dengan paritas inersia ibu uteri Tri Anasari, Hubungan Paritas Dan Anemia Dengan Kejadian Inersia… 29 artinya ibu bersalin dengan paritas menjadi jatuh ke depan, disebut perut berisiko (≥ 3) memiliki risiko 5,032 gantung. kali lebih besar mengalami inersia uteri mengakibatkan terjadinya gangguan dibandingkan his ibu bersalin dengan paritas tidak berisiko (< 3). Perut karena gantung posisi uterus dapat yang megantung ke depan sehingga bagian Paritas adalah jumlah anak yang bawah janin tidak dapat menekan dan dilahirkan ibu. Paritas <3 merupakan berhubungan langsung paritas paling aman ditinjau dari sudut dengan kematian ibu. Paritas lebih dari ≥ 3 (Prawirohardjo, 2009). segmen serta bawah rapat rahim mempunyai resiko kematian ibu lebih Hasil penelitian sesuai dengan tinggi. Bila jarak kehamilan dengan anak teori bahwa paritas berisiko (≥3) sebelumnya kurang dari 2 tahun, rahim menjadi penyebab terjadinya inersia dan kesehatan ibu belum pulih dengan uteri pada ibu bersalin. Inersia uteri baik. Kehamilan dalam keadaan ini perlu adalah memanjangnya fase laten atau karena ada kemungkinan pertumbuhan fase aktif atau kedua-duanya dari kala janin kurang baik, mengalami persalinan pembukaan yang lama, atau perdarahan (Prawirohardjo, 2009). (Sastrawinata, Hasil penelitian ini 2005). sejalan dengan Mulidah (2002) di Kabupaten para Purworejo tahun 2002 bahwa ibu berpengaruh terhadap inersia uteri. dengan paritas berisiko cenderung Persalinan Pada multi para dan grande lebih besar risikonya mengalami partus multipara lama sebesar 3,45 kali dan bermakna Paritas pada sering multi didapatkan perut gantung, akibat regangan uterus yang secara statistik. berulang-ulang karena kehamilan dan b. Hubungan anemia ibu bersalin tidak kembali seperti semula dan dengan kejadian inersia uteri di RSUD longgarnya ligamentum yang memfiksasi uterus, sehingga uterus Prof. dr. Margono Soekarjo tahun 2011. 30 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 2, No. 4, Juni 2012, 22-32 Tabel 2. Hubungan anemia ibu bersalin dengan kejadian inersia uteri di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo tahun 2011 Inersia Uteri Anemia Ya Tidak p Total f % f % f % Anemia 37 49,3 24 32,0 61 40,7 Tidak anemia 38 50,7 51 68,0 89 59,3 Jumlah 75 100,0 75 100,0 150 100,0 Kp: 0,162 Hasil 0,046 OR: 2,069 analisis bivariat dan janin menjadi berkurang. Bahaya menggunakan uji chi square diperoleh anemia pada ibu hamil saat persalinan nilai p=0,046 yang lebih kecil dari = dapat 0,05 artinya ada hubungan enemia ibu primer, sekunder, janin lahir dengan bersalin dengan kejadian inersia uteri. anemia, persalinan dengan tindakan- Tingkat keeratan hubungan antara tindakan tinggi karena ibu cepat lelah anemia ibu bersalin dengan kejadian dan gangguan perjalanan persalinan inersia uteri pada kategori lemah, perlu karena nilai koefisien phi hanya sebesar persalinan 0,162. Tingkat risiko anemia ibu kelemahan dan kelelahan sehingga bersalin akan mempengaruhi ibu saat mengedan dengan inersia uteri menyebabkan tindakan gangguan operatif. dapat Anemia menyebabkan didapatkan nilai OR sebesar 2,069 untuk artinya ibu bersalin dengan anemia 2001). Hasil penelitian sesuai dengan (<11 gr%) memiliki risiko 2,069 kali teori lebih besar mengalami inersia uteri anemia (<11 gr%) menjadi penyebab dibandingkan ibu bersalin dengan tidak terjadinya enemia (≥11 gr%). bersalin. Anemia adalah kondisi dimana melahirkan his bahwa ibu inersia Anemia pada bayi (Mochtar, bersalin uteri ibu dengan pada ibu bersalin atau disebabkan karena ibu kekurangan zat sehingga besi selama kehamilan sehingga terjadi kapasitas daya angkut oksigen untuk penyulit pada saat persalinan seperti kebutuhan organ-organ vital pada ibu kelainan his. Oleh karena itu, pada saat sel darah menurunnya merah menurun hemoglobin, Tri Anasari, Hubungan Paritas Dan Anemia Dengan Kejadian Inersia… 31 hamil ibu hamil harus ANC secara secara statistik. Ini diduga karena teratur, mengecek Hb untuk mencegah terjadi ketidakseragaman pengambilan anemia pada kehamilan dan persalinan kadar Hb dan pada kontrolnya ada untuk terjadinya yang kadar Hb nya diambil pada penyulit persalinan. Sehingga tidak trimester 1 dan bisa saja pada saat itu terjadi penyulit pada saat persalinan. ibu sedang anemia. Ibu hamil yang Ibu hamil mengkonsumsi makanan anemia yang mengandung penambah darah his/gangguan seperti tablet Fe, sayur-sayuran hijau, mengakibatkan partus lama. agar nantinya pada saat persalinan SIMPULAN mendeteksi dini kadar Hb ibu tidak anemia, tidak terjadi bisa mengalami gangguan mengejan yang 1. Paritas ibu bersalin sebagian penyulit persalinan seperti besar pada kategori tidak berisiko his, perdarahan pasca sebanyak 134 orang (89,3%) dan kelainan persalinan. sebagian kecil pada kategori berisiko Penelitian ini sejalan dengan Djalaluddin di RSUD Ulin sebanyak 16 orang (10,7%). 2. Anemia pada ibu bersalin Banjarmasin dan RSU Ratu Zalecha sebagian besar pada kategori normal Martapura tahun 2003 bahwa ibu yang sebanyak mengalami anemia memiliki risiko sebagian kecil pada kategori tidak 4,73 kali lebih besar untuk mengalami normal sebanyak 61 orang (40,7%). 89 orang (59,3%) dan kejadian partus lama dibanding ibu 3. Ada hubungan antara paritas yang tidak anemia dan secara statistik ibu bersalin dengan kejadian inersia bermakna.Penelitian Indriyani (2006), uteri (p = 0,017; OR = 5,032; phi = hasil analisis risiko kejadian anemia 0,194). terhadap kejadian partus lama 4. Ada hubungan anemia ibu memperlihatkan nilai OR= 1,681. Ini bersalin dengan kejadian inersia uteri berarti bahwa ibu yang mengalami (p = 0,046; OR = 2,069; phi = 0,162). kejadian anemia memiliki risiko mengalami partus lama 1,681 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia tapi tidak bermakna DAFTAR PUSTAKA Depkes. Profil kesehatan Indonesia 2007. Terdapat pada Http://www.depkes.go.id. 32 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 2, No. 4, Juni 2012, 22-32 Mansjoer, Arif, dkk. (2001). Kapita selekta kedokteran. Edisi 3. Jilid 1. Jakarta:FKUI. Manuaba, I.A Chandranita dkk. (2001). Gawat darurat obstetri ginekologi dan obstetri ginekologi sosial untuk profesi bidan. Jakarta: EGC. Mochtar, R. (2001). Sinopsis obstetri fisiologi-obstetri patologi. Jakarta: EGC. Nugroho, Taufan. (2010). Kasus emergency kebidanan untuk kebidanan dan keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Oxorn, Harry & William R. Forte. (2010). Ilmu kebidanan patologi dan fisiologi persalinan. Jakarta: Yayasan Esensial Media. Prawirohardjo, S. (2008). Ilmu kebidanan. Edisi 4. Cetakan 1. Jakarta : Bina Pustaka Santjaka, Aris. (2011). Statistik untuk penelitian kesehatan (multivariat dan mon parametrik). Yogyakarta: Nuha Medika. Santjaka, Aris. (2011). Statistik untuk penelitian kesehatan (deskriptif, inferensial, parametrik, dan non parametrik). Yogyakarta: Nuha Medika. Sastrawinata, S, dkk. (2005). Obstetri patologi ilmu kesehatan reproduksi Edisi 2. Jakarta : EGC. Varney, H, Jan MK, dan Carolyn LG. (2006). Buku saku bidan. Jakarta: EGC. Wiknjosastro, H. (2005). Ilmu kebidanan. Edisi 3. Cetakan 7. Jakarta : Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.