Membantu Anak HIV-positif Tetap Sehat

advertisement
Membantu Anak HIV-positif Tetap Sehat
Lindungi anak HIV-positif dari infeksi baru. Cucilah tangan sebelum makan atau mengambil obat dan
setelah memakai kamar mandi atau mengganti popok. Pakai hand body untuk menjaga kulit kering dari
keretakan dan infeksi. Potong kuku anak untuk mencegah tergores. Tutupi luka, goresan, dan ruam untuk
mencegah infeksi. Jika mungkin, beritahu guru TK atau sekolah bahwa anak kita mengalami gangguan
kekebalan dan memberi tahu kita segera jika anak lain terserang campak, penyakit gondok atau penyakit
infeksi lain yang terjadi pada masa kanak-kanak. Sayangnya, jika keadaan tidak tepat, maka
pengungkapan ini akan menyebabkan masalah di TK atau sekolah.
Cobalah periksa setiap hari: kuku untuk infeksi jamur; kulit untuk ruam, luka, atau memar; dan mulut
untuk bintik putih yang menunjukkan kandidiasis mulut.
Sikatlah gigi secara teratur atau bersihkan gigi dan bagian dalam mulut bayi dengan lap lembut yang
basah. Jagalah agar mulut bersih dengan memberikan air setelah minum susu. Jangan biarkan bayi tidur
dengan botol susu atau jus. Hindari permen dan berikan vitamin dengan fluoride setiap hari. Anak yang
tidak dapat memerangi infeksi lebih mungkin mengalami gigi berlubang.
Anjurkan diet sehat yang mencakup protein, produk susu (kecuali bila terkena diare; dalam keadaan ini
ganti dengan susu kedelai), sayuran, buah-buahan dan karbohidrat. Beberapa masalah seperti kandidiasis,
kehilangan berat badan, atau masalah pencernaan akan memerlukan diet khusus. Dokter dapat
menganjurkan makanan yang cocok atau merujukkan kita kepada seorang ahli gizi. Walaupun belum ada
penelitian gizi mengenai anak HIV-positif dan sindrom kegagalan perkembangan, formula khusus dengan
kalori tambahan dinyatakan berhasil untuk anak dengan kegagalan berkembang yang disebabkan oleh
faktor lain (seperti malanutrisi atau kelainan hormon pertumbuhan). Satu penelitian pada orang dewasa
menunjukkan, multivitamin yang baik diminum setiap hari dapat memperlambat jalannya penyakit.
Walaupun tidak ada data khusus, banyak ahli gizi menyarankan olahraga setiap hari untuk menjaga otot
tetap sehat dan mencegah hilangnya otot. Istirahat yang cukup juga penting.
Kenali dan pahami obat yang diminum anak kita: apa indikasinya (maksud), petunjuk dan takaran, dan
apakah ada masalah atau efek samping yang harus diperhatikan. Seharusnya apotek dapat memberi kita
petunjuk mengenai obat baru. Bicaralah pada dokter atau perawat sebelum memberikan obat baru
(termasuk yang dibeli tanpa resep) terutama mengenai interaksi obat. Jangan menghentikan pemakaian
obat lebih awal tanpa membahasnya lebih dulu dengan dokter anak. Jika kita juga HIV-positif, ingatlah
anak kita mungkin tidak bereaksi seperti kita terhadap obat. Misalnya, banyak perempuan mengalami
efek samping akibat penggunaan AZT. Namun, untuk alasan yang belum jelas anak kelihatannya lebih
tahan terhadap AZT dibanding orang dewasa (dan jika kita mengalami gangguan saraf, AZT mungkin
salah satu obat yang dapat bermanfaat). Juga, ingatlah efek samping suatu obat yang dialami seseorang,
mungkin tidak dialami orang lain. Setiap pasien akan bereaksi berbeda pada setiap terapi.
Imunisasi yang biasa diberi pada anak sangat penting untuk mencegah penyakit umum anak-anak, yang
dapat berbahaya bagi anak HIV-positif.
Mewaspadai Gejala Penyakit
Sebaiknya kita terus-menerus memantau anak kita untuk tanda atau gejala infeksi, seperti berikut:
ƒ Perubahan kegiatan. Apakah anak kita mudah lelah, kurang bermain atau tidak bermain sama sekali,
tidur lebih lama, atau suka marah?
ƒ Demam lebih dari 38,5 derajat perlu dikhawatirkan.
ƒ Masalah saluran pernapasan. Kesulitan bernapas, napas pendek, bernapas lebih cepat, atau batuk.
ƒ Sakit atau gelisah. Tarik-menarik telinga, tidak memakai satu tangan atau kaki, berjalan dengan aneh,
suka marah. Walaupun anak-anak tidak berbohong tentang rasa sakit, mungkin mereka tidak sadar
bahwa rasa sakitnya luar biasa atau mungkin anak tidak mampu menyampaikannya kepada kita.
ƒ Perubahan nafsu makan. Kadang-kadang secara alami, anak-anak melalui berbagai tahapan. Sulit
untuk mengetahui jika anak berusia tiga tahun tidak mau makan karena HIV-nya atau karena ia anak
berusia tiga tahun. Namun, jika anak kita juga menolak makanan yang paling disukainya, ini perlu
dikhawatirkan.
Dokumen ini didownload dari situs web Yayasan Spiritia http://spiritia.or.id/
ƒ Mual atau diare. Hubungi dokter anak bila muntah atau buang air besar lebih dari tiga kali sehari.
ƒ Kehilangan berat badan atau gagal mencapai berat badan yang seharusnya.
ƒ Masalah kulit misalnya luka, ruam, bengkak, benjol, kemerahan atau bisul dapat merupakan
pembengkakan atau goresan yang biasa pada masa kanak-kanak, namun sebaiknya tetap dipantau
secara dekat. Kemerahan, bengkak, dan/atau terasa hangat saat disentuh dapat merupakan tanda
infeksi.
ƒ Hidung berdarah atau sering memar dapat menjadi gambaran suatu penyakit yang disebut
trombositopenia idiopatik (Idiopathic Thrombocytopenia atau ITP). Penyakit ini menunjukkan
rendahnya jumlah trombosit sehingga darah tidak dapat membeku sebagaimana mestinya.
ƒ Pucat atau kelelahan yang berlebihan dapat disebabkan anemia.
ƒ Pertumbuhan yang lambat. Terlambat untuk mulai berjalan atau berbicara, dan kesulitan belajar
dapat merupakan tanda adanya masalah pada sistem saraf pusat.
ƒ Bintik putih dalam mulut merupakan tanda kandidiasis mulut. Dokter anak sebaiknya memeriksa
kalau penyakit ini juga terjadi di tenggorokan. Bila tidak diobati, kandidiasis juga dapat menginfeksi
saluran pencernaan.
Mengatasi Rasa Sakit
Beberapa infeksi oportunistik yang disebabkan oleh AIDS dapat menimbulkan rasa sakit. Anak-anak
jarang berbohong mengenai rasa sakitnya, tetapi dokter sangat ragu untuk meresepkan obat untuk rasa
sakit sampai anak tersebut mendekati kematian (bahkan beberapa anak tetap tidak mendapatkannya). Jika
anak kita menderita rasa sakit, pertama cobalah untuk menenangkannya dan berikan obat tanpa resep,
misalnya panadol. Namun, jika kita merasa perlu obat yang lebih kuat, kita harus memaksa dokter untuk
meresepkannya.
[Sumber: Project Inform Pediatric and HIV/AIDS Hotline Handout, 9 Mei 1994]
–2–
Download