PERFORMAN LAJU PERTUMBUHAN RELATIF DAN KELULUSHIDUPAN UDANG VANNAME (Litopenaeus vannamei) MELALUI SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN SILASE TEPUNG CACING TANAH (Lumbricus rubellus) Diana Rachmawati dan Istiyanto Samidjan Program Studi Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro Jl. Prof.Soedarto Tembalang-Semarang, Email: [email protected] Abstract The objective of this study was to examine the effect of feeding substitution from fish meal to earthworm meal silage (Lumbricus rubellus) and also to determine the best dose of feeding substitution from fish meal to worm meal (Lumbricus rubellus) on relative growth rate and survival rate of Vanname Shrimp (Litopenaeus vannamei). Methodology used in this study was laboratory treatments with complete random design. The study consisted of four treatments and three repetitions. The treatments were feeding substitution from fish meal to worm meal with four different levels of mix; those were treatment A (0% of earthworm meal silage + 100% of fish meal), treatment B (25% of earthworm meal silage + 75% of fish meal), treatment C (50% of earthworm meal silage + 50% of fish meal), and treatment D (75% of earthworm meal silage + 25% of fish meal). The average weight of the Vanname shrimp used in this study ranged 1.7 ± 0.017 g/fish with stock density of 1 fish per liter. The artificial feed was in the form of pellet. Feeding time was three times a day. The results show that the substitution of feed ingredient from fish meal to earthworm meal silage significantly (P<0.01) affected on relative growth rate; however, it did not significantly (P>0.05) affect on survival rate of Vanname shrimp. The study also shows that the best level of feeding substituion from fish meal to earthworm meal silage was at the level of 25% (treatment B). The water quality during study was in viable range for the Vanname Shrimp (Litopenaeus vannamei) cultivation. Key words : Vanname shrimp, Substitution, Silage, Relative Growth, Survival Rate kandungan yang baik akan protein, PENDAHULUAN Sistem vaname yang budidaya udang semakin intensif asam amino essensial, asam lemak essensial, energi, mineral dan menyebabkan ketergantungan yang vitamin (Tacon, 1987). Disisi lain, tinggi terhadap penggunaan pakan produksi buatan. Tepung ikan merupakan menurun dari 4,03 juta ton pada salah satu komponen yang utama tahun 2005 menjadi 3,55 juta ton dalam pakan, karena mempunyai pada tahun 2006 atau turun sekitar tepung ikan semakin 72 11,9 %. Hal ini menyebabkan yang cukup tinggi. Kandungan semakin tingginya harga tepung ikan karbohidrat dunia, sehingga diperlukan bahan kandungan lemak sebanyak 4,5 % alternatif yang dapat menggatikan dan kandungan abu sebanyak 1,5 %. atau penggunaannya. Tepung cacing juga mempunyai Berdasarkan permasalahan dan isu indeks asam amino esensial (EAAI) tersebut maka Direktorat Jenderal sebesar 58,67%, dan lebih tinggi Perikanan (2009) dibanding dengan nilai EAAI dari merekomendasikan beberapa upaya cacing segar itu sendiri (Istiqomah et untuk al. 2009). mengurangi Budidaya mengatasi masalah pakan dengan menggunakan bahan baku lokal sebagai Penggunaan 17 silase %, bahan sumber baku lokal sebagai sumber protein Salah satu bahan hewani dalam pakan belum banyak baku lokal yang dapat digunakan dilakukan, salah satunya pada ikan adalah herbivora protein hewani. cacing pengganti sebanyak tanah (Lumbricus rubellus). Cacing tanah (bandeng, menunjukkan (L. rubellus) bahwa baronang) silase ikan termasuk sumber protein hewani merupakan sumber protein hewani yang baik dan untuk pakan ikan. Cacing tanah (L. menggantikan fungsi tepung ikan. rebellus) memiliki kandungan nutrisi Biaya cukup baik, antara lain mengandung penggunaan silase dapat ditekan dan kadar protein sangat tinggi yaitu, jauh lebih murah dibanding dengan sekitar 76 %, dengan asam amino pakan komersial. Untuk komoditas produksi sekaligus pakan dapat dalam 73 udang, fungsi silase masih terbatas post sebagai atraktan sehingga masih 1,774±0,017 g/ekor diperoleh dari diperlukan Balai kajian lebih lanjut (BBPBAP Jepara, 2007). Disisi lain larva 45 dengan Besar bobot Pengembangan Budidaya Air Payau (BBPBAP) penelitian Jepara, Jawa Tengah. substitusi tepung ikan dengan tepung Pakan uji yang digunakan cacing tanah sudah dilakukan pada pakan beberapa ikan antara lain : ikan Perlakuan dalam penelitian ini adalah gurame (Rachmawati et al., 2004), substitusi tepung ikan dengan silase ikan lele (Olele, 2011), ikan mas tepung cacing tanah (Lumbricus (Pucher et al., 2012), dan kerapu rubellus), yaitu : A (100% tepung macan 2012). ikan dan 0% silase cacing tanah), B Berdasarkan uraian tersebut, maka (75% tepung ikan dan 25% silase dalam dilakukan cacing tanah), C (50% tepung ikan evaluasi tentang subtitusi tepung ikan dan 50% silase cacing tanah), dan D menggunakan silase cacing terhadap (25% tepung ikan dan 75% silase laju cacing (Rachmawati, penelitian ini pertumbuhan kelulushidupan relatif udang dan vanname buatan tanah), substitusi dalam bentuk pellet. penentuan dosis penelitian ini (Litopenaeus vannamei) mengacu Rachmawati et al. (2004). MATERI DAN METODE Formulasi dan hasil analisa Hewan uji yang digunakan proksimat pakan uji disajikan pada dalam penelitian ini adalah udang Tabel 1. Penelitian dilakukan dengan vanname metode eksperimen, menggunakan (Litopenaeus vannamei) 74 Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing diulang sebanyak 3 dengan 4 macam perlakuan dan kali. Tabel 1. Formulasi pakan uji Bahan baku Silase tepung cacing tanah Tepung ikan Tepung kedelai Tepung jagung Dedak Vitamin mix Minyak ikan Minyak jagung Tepung terigu Total Hasil Analisa Proksimat Protein (%) Lemak (%) Serat kasar (%) BETN (%) Abu (%) Energi total (kkal) P/E rasio (mg/kkal) Pakan A (%) 0 21,48 42,94 17,79 11,79 1 2 1 2 100 Pakan B (%) 5 16,1 42,94 17,79 12,17 1 2 1 2 100 Pakan C (%) 9,84 10,73 42,94 17,79 12,7 1 2 1 2 100 Pakan D (%) 14,77 5,36 42,94 17,79 13,14 1 2 1 2 100 35,75 10,02 11,80 22,43 11,00 4386,70 81,49 35,62 10,67 10,07 23,50 10,90 4406,59 80,83 35,74 11,94 11,,94 22,18 11,04 4378,52 81,63 35,22 11,29 11,56 22,71 11,55 4374,46 80,51 Ikan uji diadaptasi selama 7 selama 28 hari, sampling hari terhadap media dan pakan uji. melihat Selama adaptasi ikan uji diberi pakan dilakukan setiap 7 hari. Pakan uji komersial dengan frekuensi 3 kali diberikan disesuaikan dengan berat sehari dan persentase pemberian biomassa pakan pengambilan sampling, yakni dengan 10% dari bobot tubuh. pertumbuhan untuk udang vanname untuk uji tiap Selanjutnya ikan uji dipuasakan 1 persentase hari agar pakan yang diberikan pertama, 8% untuk minggu kedua, sebelumnya tidak berpengaruh pada dan 6% untuk minggu ketiga dan perlakuan. keempat. Frekuensi pemberian pakan Ikan uji dibudidaya 10% ikan minggu 75 uji 4 kali dalam sehari dengan waktu Laju Pertumbuhan Relatif (RGR) yang tetap (8.00 WIB; 12.00 WIB; 16.00; 20.00 WIB). menggunakan resirkulasi. Penelitian ini budidaya Untuk sistem menjaga agar Laju pertumbuhan relatif dihitung dengan rumus Takeuchi (1988), yaitu: kualitas air meliputi suhu, salinitas, Wt W0 x 100% W0 x t Keterangan: RGR = Laju pertumbuhan relatif (% / hari) Wt = Bobot hewan uji pada akhir penelitian (g) W0 = Bobot hewan uji pada awal penelitian (g) t = Lamanya percobaan (hari) DO dan pH dilakukan setiap hari. Rasio Konversi Pakan (FCR) kualitas air media dilakukan penggantian air 2 kali setiap harinya setelah penyiponan dan sebelum pemberian pakan. Pengamatan Pengamatan untuk RGR Rasio kandungan Konversi Pakan amoniak, nitrit dan nitrat dilakukan menunjukan efisiensi pakan yang di pada awal dan akhir penelitian. gunakan untuk menaikan setiap gram Variabel yang dikaji dalam penelitian ini meliputi nilai laju berat ikan sebagai pengaruh pemberian pakan. pertumbuhan relatif (RGR), nilai Perhitungan rumus konversi rasio efisiensi pakan (FCR), rasio pakan dengan rumus dari Tacon efisiensi (1987) : protein (PER), kelulushidupan (SR), air. nilai dan kualitas FCR = F Wt + (D)-Wo Keterangan : FCR = Food Conversion Ratio (nilai konversi pakan) F = Jumlah pakan yang dikonsumsi (g) 76 Wt = Biomassa hewan uji akhir penelitian ( g) D = Kematian (g) Wo = Biomassa hewan uji awal penelitian (g) diperoleh meliputi RGR, FCR, PER Rasio Efisiensi Protein (PER) Sebelum analisis ragam (ANOVA) Pengukuran Nilai efisiensi protein (PER) berdasarkan rumus Hepher (1988) adalah Data penelitian yang dan, SR dianalisis ragam (ANOVA). terlebih dahulu data diuji Normalitas, uji Homogenitas dan uji Additivitas sebagai untuk memastikan apakah ragam berikut: PER = Wt – Wo data bersifat normal, homogen dan Pi additiv. Apabila hasil analisis ragam Keterangan : PER = Protein Efisiensi Ratio (Nilai Efisiensi Ratio) Pi = Jumlah pakan yang di konsumsi dikalikan persentase protein pakan Wt = Biomassa hewan uji akhir penelitian ( g) Wo = Biomassa hewan uji awal penelitian (g) Kelulushidupan berpengaruh nyata dilanjutkan uji wilayah ganda Duncan (Srigandono, 1987). Sedangkan data kualitas air dianalisis secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan terhadap Kelulushidupan larva udang vannamei dihitung dengan menggunakan rumus Effendi (1997) : Nt SR = x 100% No Keterangan : SR = Kelulushidupan hewan uji (%) No = Jumlah hewan uji pada awal penelitian (ekor) Nt = Jumlah hewan uji pada akhir penelitian (ekor) laju pertumbuhan relatif (RGR), rasio konversi pakan (FCR), rasio efisiensi protein (PER) dan kelulushidupan (SR) udang vaname (L. vannamei) selama penelitian berlangsung disajikan pada Tabel 2. 77 Tabel 2. Laju pertumbuhan relatif (RGR), rasio konversi pakan (FCR), rasio efisiensi protein (PER) dan kelulushidupan (SR) udang vaname (L. vannamei) selama penelitian Perlakuan Pengamatan A B C D RGR (%/hari) 3.345±0.15b 3.624±0.09a 2.292±0.17b 2.055±0.11b FCR 2.838±0.077b 2.663±0.089a 3.631±0.211b 3.772±0.177b PER 1.333±0.036b 1.390±0.048a 1.015±0.071b 0.940±0.045b SR (%) 95.000±5.000a 96.667±2.887a 98.333±2.887a 98.333±2.887a Keterangan: Nilai dengan superscript yang sama pada kolom menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata (P>0,05) Hasil pengukuran kualitas air selama penelitian tersaji pada Tabel 3. Tabel 3. Data hasil pengukuran kualitas air selama penelitian Parameter Hasil Pengamatan Kelayakan Suhu (°C) 24-29 24-32 pH 7-7,5 6-9 Boyd (1989) 3,95 – 4,68 3-20 Wyban dan Sweeney (1991) 15-25 10 – 30 Amoniak (mg/l) 0,01 – 0.04 00,3-1,22 Data air DO(mg/l) Salinitas (ppt) kualitas Pustaka Subjakto (2005) Subjakto (2005) Wyban dan Sweeney (1991) selama Hasil analisis penelitian seperti yang tersaji pada menunjukkan Tabel tepung ikan dengan 3 mendukung masih layak pertumbuhan untuk bahwa ragam substitusi silase cacing dan tanah (L. rubellus) dalam pakan kelulushidupan udang vaname (L. buatan berpengaaruh sangat nyata vannamei) selama penelitian. (P<0,01) terhadap laju pertumbuhan relatif. Laju pertumbuhan relatif 78 tertinggi perlakuan ikan B uji diperoleh protein pakan perlakuan B terendah perlakuan D (2,055±0,11). kebutuhan asam Hal bahwa vaname (L. vannamei). Menurut perlakuan B merupakan pakan uji Shigueno (1975), bahwa pakan yang yang mempunyai kualitas lebih baik baik dibandingkan uji pakan yang mempunyai pola asam lainnya (A, C dan D. Hal ini diduga amino yang hampir sama atau mirip pakan uji perlakuan B mempunyai dengan pola asam amino tubuh ikan. komposisi asam amino (Tabel 4) Profil asam amino udang vaname (L. dengan pola asam amino yang vannamei) hampir sama (mirip) perlakuan menunjukkan dengan pakan dengan pola asam amino tubuh udang vaname (L. vannamei). untuk sesuai uji dan ini (3,624±0,09) menyusun dengan amino pertumbuhan dengan adalah pakan uji A, B, C dan D dapat dilihat pada Gambar 1. Asam amino yang Tabel 4. Perbandingan asam amino tubuh udang dengan pakan uji Asam amino Udang Pakan A Pakan B Pakan C Vanname Arginin Histidin Isoleusin Leusin Lisin Methionin Fenilalanin Treonin Triptopan Valin udang 5.8 2.1 3.5 5.4 5.3 2.4 4 3.6 0.8 4 9.930 1.500 3.350 5.530 4.160 1.570 2.830 3.510 0.000 3.910 9.230 1.343 3.270 5.425 4.128 1.203 2.708 2.848 0.000 3.648 8.530 1.185 3.190 5.320 4.095 0.835 2.585 2.185 0.000 3.385 Pakan D 7.830 1.028 3.110 5.215 4.063 0.468 2.463 1.523 0.000 3.123 79 10 9 8 7 Asam amino udang 6 Asam amino pakan A 5 Asam amino pakan B 4 Asam amino pakan C 3 Asam amino pakan D 2 1 A rg in H in is ti Is d in ol e us i Le n us in Li M s et in h F ion en i ila n la n T in re o T ni rip n to p an V al in 0 Gambar 1. Grafik perbandingan asam amino udang vanname dengan asam amino pakan uji Berdasarkan grafik antara leusin yang sama pada pakan B pola asam amino jaringan tubuh dengan kandungan leusin pada tubuh udang vanname udang dengan pakan uji diduga memberikan (Gambar 1), pola asam amino pada pertumbuhan pakan uji A lebih mendekati pola (Astawan, 2008), Nilai asam amino asam amino jaringan tubuh udang pakan uji C dan D menjauhi nilai vanname akan tetapi leusin pada pola asam amino udang vanname, hal ini asam amino pakan uji B memilki diduga membuat pakan uji C, dan D nilai yang sama dengan leusin pada sulit dicerna dalam tubuh udang tubuh udang vanname, yaitu 5,4. vanname. Pakan yang baik adalah Asam amino leusin sangat diperlukan pakan yang mendekati pola asam untuk pertumbuhan dan menjaga amino kultivan yang dibudidayakan. kesetimbangan nitrogen. Leusin juga Berkurangnya satu atau lebih asam berguna amino untuk perombakan dan pembentukan protein. Kandungan dalam relatif laju protein tertinggi berakibat menurunya pertumbuhan dan nafsu 80 makan (Bureu et al., 2003). lanjut bahwa Nur, (2004) Lebi pada perlakuan B lebih rendah menyatakan dibanding perlakuan A. Rendahnya ketidakseimbangan asam nilai rasio konversi pakan pada amino dapat menyebabkan terjadinya perlakuan B menunjukan perlakuan antagonisme atau B paling efisien dalam pemanfaatan toksisitas asam amino. Antagonisme pakan, karena pada perlakuan B terjadi apabila beberapa level asam didapat laju pertumbuhan relatif amino yang diberikan melebihi level tertinggi. Hal ini diduga pakan uji B yang dibutuhkan. merupakan asam amino Hasil analisa ragam nilai dosis yang sesuai sehingga memiliki kecernaan lebih rasio konversi pakan terendah yang baik dibanding pakan diperoleh perlakuan B (2,663±0,089) lainnya. Pendapat ini sesuai dengan dan Dzajuli tertinggi perlakuan D dan perlakuan Budiyanto (1998), (3,772±0,177). Berdasarkan hasil uji menyatakan silase tidak hanya wilayah ganda Duncan rasio konversi memilki pakan antar perlakuan A dengan B cukup tinggi, akan tetapi tidak menunjukan perbedaan nyata. silase Hal ini menunjukan bahwa substitusi kecernaan pakan oleh karena tersedia tepung cacing tanah 25% dengan dalam bentuk rantai peptida. kadar protein dan lemak juga dapat produk meningkatkan substitusi silase tepung cacing tanah Hasil analisa ragam rasio 0% dalam pakan memilki efisiensi efisiensi protein tertinggi didapat yang pada perlakuan sama pakan. Nilai dalam pemanfaatan rasio konversi pakan (1,390±0.048) B dan terendah 81 perlakuan D (0,940±0,045). memberikan pengaruh sangat nyata Berdasarkan hasil uji wilayah ganda terhadap Duncan rasio efisiensi protein antar Menurut Hepher (1988), semakin perlakuan tidak tinggi nilai PER berarti semakin baik menunjukan perbedaan nyata. Hal ini kualitas pakan tersebut, sehingga menunjukan bahwa substitusi silase protein dapat dimanfaatkan dengan tepung cacing tanah 25% dengan maksimal. A dengan B substitusi silase tepung cacing tanah rasio Hasil efisiensi protein. analisis 0% dalam pakan memilki efisiensi menunjukkan yang pemanfaatan pakan dengan substitusi tepung ikan protein. Nilai rasio efisiensi protein dengan silase tepung cacing pada perlakuan B dengan substitusi 25 % pakan buatan berpengaruh silase nyata sama dalam tepung merupakan nilai cacing rasio tanah efisiensi bahwa ragam (P>0,05) kelulushidupan pemberian tidak terhadap udang vanname. protein tertinggi. Hal ini menunjukan Hasil analisis ragam kelulushidupan bahwa merupakan yang diperoleh dalam penelitian ini perlakuan yang paling efisien dalam sesuai dengan hasil penelitian pada pemanfaatan protein. Didukung dari berbagai ikan dan kekerangan antara nilai laju pertumbuhan relatif dan lain Chaitanawisuti et al. (2010a; rasio efisiensi pakan perlakuan B 2010b; 2010c.; dan 2010d) pada mempunyai dan Babylonia aerolata, Rachmawati et terendah. Substitusi silase tepung al. (2012) pada Babylonia spirata, cacing 25% ke dalam pakan buatan dan perlakuan nilai B tertinggi Rachmawati, (2013) pada 82 Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus). Berdasarkan hasil penelitian Kematian udang vanname selama penelitian diduga karena adanya KESIMPULAN sifat kanibalisme ini maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Substitusi tepung ikan dengan dan silase tepung cacing tanah dalam aktivitas molting. Kanibalisme pada pakan buatan berpengaruh sangat udang nyata terhadap laju pertumbuhan vanname belum muncul tercukupi pakannya. kebutuhan Molting vanname apabila pada digunakan relatif udang vanname udang (Litopenaeus untuk tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan. Aktivitas molting ini akan mengkibatkan udang vanname vannamei) dan kelulushidupan. 2. Dosis substitusi dengan menjadi lemah. Udang vanname dalam pakan buatan sebesar 25 % yang merupakan molting dapat dimakan oleh udang lain karena substitusi aroma udang udang lebih merangsang dibanding aroma pakan buatan sehingga dapat mengakibatkan cacing ikan kehilangan banyak energi sehingga mengalami tepung tepung dosis tanah terbaik untuk pertumbuhan vanname (Litopenaeus vannamei). kematian. DAFTAR PUSTAKA Astawan, M. 2008. Nutrisi Ikan Lele. www.senior.com. (1 juni 2014). Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau. 2007. Pakan Ikan. www.udangbbbap.com. (13 Oktober 2014). 83 Boyd, C.E., 1989. Water Quality Management dan Aeration in Shrimp Farming. Fisheries and Allied Aquacultures Departement Series No. 2. Alabama Agramicultural Experiment Station. Auburn University, Alabama, 356 p. Bureau, D.P. and Cho, C.Y. 2003. An Introduction to Nutritional and Feeding of Fish. University of Guelph. Ontario. Canada, pp. 51-66. Chaitanawisuti, N., C. Rodruang, Y. Natsukari, dan S. Piyatiratitivorakul. 2010a. Optimum dietary protein levels and protein to energy ration on growth and survival of juveniles spotted Babylo (Babylonia aerolata Link) under the recirculating seawater conditions. International Journal of Fisheries and Aquaculture, 2(2), pp. 58-63. Chaitanawisuti, N., C. Choeychom, dan S. Piyatiratitivorakul. 2010b. Effect dietary supplementation of brewers yeast and nucleotide singularly on growth, survival, and vibrosis resistance on juvenile of gastropod spotted Babylon (Babylonia aerolata). International Journal of Fisheries and Aquaculture, 3(2), pp. 49-57. Chaitanawisuti, N., A. Kritsanapuntu, dan Wannance Santaweesuk. 2010c. Effects of dietary protein and lipid level and protein to energy ratios on growth performance and fee utilization of hactcheryreared juvenile spotted Babylon (Babylonia aerolata). Aquaculture International, (2010) 17:203214. Chaitanawisuti, N., T. Sungsirin, dan Somkiat Piyatiratitivorakul. 2010d. Effects of dietary calcium and phosphorus supplementation on the growth performace of juvenile spotted Babylon (Babylonia aerolata) culture in a recirculating culture system. Aquaculture International (2010) 18:303313. Direktorat Jendral Perikanan Budidaya. 2009. Temu Pakan Nasional 2009. www.dkp.com (1 Juni 2014). Djazuli, N dan Budiyanto, D. 1998. Perekayasaan teknologi Pengolahan Limbah. BBPMHP. Jakarta, 80 hlm. Effendi, M.I. 1997. Metode Biologi Perikanan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta, 69 hlm. Hepher. B. 1988. Nutrition of Ponds Fishes. Cambridge university press. New York, 356 p. Istiqomah, A.L., A. Sofyan, Damayanti and H. Julendra. 2009. Amino Acid Profile Of Earthworm And Earthworm Meal (Lumbricus rubellus) 84 for Animal Feedstuff. Research Unit for Development of Chemical Engineering Processes Indonesian Institute of Sciences (LIPI). Yogyakarta. pp 253-257. Nur, A. 2004. Nutrisi Dan Formulasi Pakan Ikan. Departemen Kelautan dan Perikanan. Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau , Jepara, 106 hlm. Olele, N. F. 2011. Growth Response of Heteroclarias Fingerlings Fed on EarthwormMeal in Hatchery Tanks. Fisheries Department, Delta State University, Asaba Campus, Nigeria. pp 131-136. Pucher, J., N.N. Tuanb, T.T.H. Yenb, R. Mayrhoferc, M. ElMatbouli and U.l. Focken. 2012. Earthworm meal as alternative animal protein source for full and supplemental feeds for Common Carp (Cyprinus carpio L.). International Conference “Sustainable Land Use and Rural Development in Mountain Areas” Hohenheim, Stuttgart, Germany. pp 167168. Rachmawati, D., Mokoginta, I., Azwar, N., dan Ningrum Suhenda. 2004. Pengaruh Subritusi Tepung Ikan Dengan Tepung Cacing Tanah (Lumbricus rubbelus) Terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Benih Ikan Gurame (Osphronemus gouramy). Jurnal Ilmu Kelautan. Vol. 11 (1) : 1 – 6. Rachmawati, D., Hutabarat, J, dan Sutrisno Anggoro. 2012. Pengaruh Salinitas Berbeda Terhadap Pertumbuhan Keong Macan (Babylonia spirata L.) Pada Proses Domestikasi. Jurnal Ilmu Kelautan. Vol 17 (3) : 141147. Rachmawati, D. 2013. Performa Laju Pertumbuhan Relatif Dan Kelulushidupan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Melalui Substitusi Tepung Ikan Dengan Tepung Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) Dalam Pakan Buatan. Jurnal BOLOMA. Vol 2 (4) Edisi Oktober 2013. Shigueno, K. 1975. Shrimp Culture in Japan. Association for International Technical Promotion. Tokyo. Japan. 153 pp. Srigandono, 1987. Rancangan Percobaan. Universitas Diponegoro. Semarang. Hal 96-99. Subyakto, S. 2005. Pelatihan Produksi Pakan Alami dan Pakan Buatan Skala Rumah Tangga Sebagai Keberhasilan Pembenihan Udang dan Ikan di Balai Budidaya Air Payau Situbondo, 115 hlm. 85 Takeuchi, T. 1988. Laboratory work, chemical evaluation of dietary nutrients p. 179-233. In Fish nutrition and mariculture. Watanabe, T. (ed.). Japan International Cooperation Agency. Tacon, A. G. J. 1987. The Nutrition and Feeding on Farmod Fish and Shrimp. A Traning Manual Food and Agriculture of United Nation Brazilia. Brazil, pp. 155-183. Wyban, J.A. and Sweeney, J.N. 1991. Intensive Shrimp Production Technology. High Health Aquaculture Inc., Hawaii. 158 p. 86