9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pakan Ikan Pakan merupakan

advertisement
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pakan Ikan
Pakan merupakan faktor tumbuh terpenting karena merupakan sumber energi
yang menjaga pertumbuhan, serta perkembangbiakan. Nutrisi yang terkandung
dalam pakan harus benar-benar terkontrol dan memenuhi kebutuhan ikan tersebut.
Kualitas dari pakan ditentukan oleh kandungan yang lengkap mencakup protein,
lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Pakan merupakan sumber energi dan
materi bagi kehidupan ikan (Rebegnatar & Tahapari, 2002 dalam Rollis, 2013)
Ketersediaan
pakan
berpengaruh
besar
terhadap
pertumbuhan
dan
kelangsungan hidup ikan. Jumlah pakan yang dibutuhkan oleh ikan setiap harinya
berhubungan erat dengan ukuran berat dan umurnya. Tetapi persentase jumlah
pakan yang dibutuhkan semakin berkurang dengan bertambahnya ukuran dan
umur ikan (Djarijah, 1996).
Pakan ikan adalah campuran dari berbagai bahan pangan (biasa disebut bahan
mentah), baik nabati maupun hewani yang diolah sedemikian rupa sehingga
mudah dimakan dan dicerna sekaligus merupakan sumber nutrisi bagi ikan yang
dapat menghasilkan energi untuk aktivitas hidup. Kelebihan energi yang
dihasilkan akan disimpan dalam bentuk daging yang dipergunakan untuk
pertumbuhan (Djarijah, 1996).
Pakan ikan terdiri dari dua macam yaitu pakan alami dan pakan buatan.
Pakan ikan alami merupakan makanan ikan yang tumbuh di alam tanpa campur
tangan manusia secara langsung. Pakan ikan alami biasanya digunakan dalam
9
Uji Fisik dan Organoleptik..., Fatih Wulandari, FKIP UMP, 2015
10
bentuk hidup dan agak sulit untuk mengembangkannya. Pakan ikan buatan
merupakan makanan ikan yang dibuat dari campuran bahan-bahan alami dan atau
bahan olahan yang selanjutnya dilakukan proses pengolahan serta dibuat dalam
bentuk tertentu sehingga tercipta daya tarik (merangsang) ikan untuk
memakannya dengan mudah dan lahap. Pakan buatan dapat diartikan secara
umum sebagai pakan yang berasal dari olahan beberapa bahan baku pakan yang
memenuhi nutrisi yang diperlukan oleh ikan (Setyono, 2012). Bahan baku pakan
yang memiliki kandungan nutrisi maupun protein antara lain ampas tahu, ikan
rucah, dan bulu ayam. Salah satu pakan ikan buatan yang paling banyak dijumpai
di pasaran adalah pelet.
Pelet adalah bentuk makanan buatan yang dibuat dari beberapa macam bahan
yang diramu dan dijadikan adonan, kemudian dicetak sehingga merupakan
batangan atau bulatan kecil-kecil. Ukurannya berkisar antara 1-2 cm. Jadi pelet
tidak berupa tepung, tidak berupa butiran dan tidak pula berupa larutan
(Setyono,2012).
Pelet dikenal sebagai bentuk massa daribahan pakan yang dipadatkan
sedemikianrupa dengan cara menekan melalui lubangcetakan secara mekanis.Hal
tersebut
dimaksudkan
untuk
meningkatkandensitas
pakan
sehingga
mengurangitempat penyimpanan, menekan biayatransportasi, dan memudahkan
aplikasidalam penyajian pakan(Hartadi et al., 2005).
2.2 Bulu Ayam
Bulu ayam menjadi salah satu limbah yang murah, mudah didapat, tidak
bersaing dengan kebutuhan konsumsi manusia, dan mempunyai nilai gizi tinggi.
Uji Fisik dan Organoleptik..., Fatih Wulandari, FKIP UMP, 2015
11
bulu ayam termasuk bahan yang mudah didapat karena setiap hari limbah bulu
ayam dihasilkan dari usaha pemotongan ayam. Hal tersebut berkaitan dengan
peran RPA dalam mensuplai daging ayam untuk para konsumen (Nartanti, 2012).
Bulu ayam sangat potensial digunakan sebagai sumber protein pada ransum ternak
karena kandunngan protein kasarnya sangat tinggi, yaitu antara 85-95%
(Desi,2002).
Penggunaan bulu ayam sebagai bahan baku pakan alternatif untuk ternak
diutamakan sebagai sumber protein karena kandungan proteinnya yang cukup
tinggi, yaitu sebesar 74,4-91,8% dari bahan kering (Puastuti, 2004).
Selain itu, Mazotto et al. (2011) menyatakan bahwa protein yang terkandung
dalam bulu ayam sebesar 90 % sehingga sangat potensial dimanfaatkan sebagai
bahan baku pakan ternak. Tingginya potensi bulu ayam sebagai sumber protein
memiliki kendala dalam hal kecernaannya pada organ pencernaan hewan. Hal
tersebut disebabkan protein yang terkandung dalam bulu ayam termasuk jenis
protein keratin (Joshi et al., 2007).
Keratin merupakan jenis protein yang tersusun atas serat (fibrous) sehingga
susah tercerna dalam organ pencernaan. Protein keratin banyak terdapat pada
bagian tubuh seperti kuku, rambut, dan bulu karena merupakan produk
pengerasan jaringan epidermal. Protein serat yang menyusun bagian-bagian
tersebut kaya akan sistein dan sistin (Sharma & Swati,2012).
Keratin memiliki keistimewaan dibandingkan dengan protein lainnya karena
adanya kandungan sistein, yaitu sebesar 8%. Jembatan sistein merupakan struktur
penting dari keratin. Adanya jembatan sistein tersebut menjadi penghambat kerja
Uji Fisik dan Organoleptik..., Fatih Wulandari, FKIP UMP, 2015
12
enzim proteolitik dalam memecah keratin. Di dalam deret asam amino keratin
bulu ayam, terdapat sembilan asam amino sistein (C). Total dari residu asam
amino dan residu sistein tersebut akan membentuk jembatan disulfida yang
memberikan kekuatan mekanik pada bulu. Ikatan disulfida yang terdapat dalam
keratin sebanyak 14% sehingga menjadikan keratin sangat stabil,kaku, dan tidak
dapat dicerna dengan baik oleh enzim proteolitik seperti tripsin, pepsin, dan
papain yang terdapat dalam organ pencernaan (Brandelli, 2008; Mazotto et al.,
2011; Riffel et al., 2003). Sifat fisik dan karakteristik keratin adalah tidak dapat
larut dalam air, eter, atau alkohol tetapi perlahan-lahan larut dalam air yang
dipanaskan pada suhu 150-200 ºC (Hill, 1982 dalam Tarmizi, 2001).
2.3 Ampas tahu
Limbah industri tahu terdiri dari limbah padat dan limbah cair. Limbah padat
diperoleh dari sisa hasil pembuatan tahu industri tahu. Ampas tahu sering juga
digunakan sebagai bahan ramuan makanan ikan. walaupun sudah merupakan
ampas, tapi kandungan gizinya masih cukup baik.
Limbah padat pabrik tahu umumnya dapat dijual untuk makanan ternak atau
dibuat tempe gembus. Limbah padat pabrik tahu merupakan hasil sisa perasan
bubur kedelai yang diperas untuk diambil airnya pada pembuatan tahu. Ampas
tahu sering sekali menjadi limbah yang tidak dimanfatkan, karena ampas tahu
memiliki sifat cepat basi dan berbau tidak sedap kalau tidak ditangani segera.
Menurut Mudjiman (2004) kandungan gizi tepung ampas tahu adalah protein
(23,55%), lemak (5,54%), serat kasar (16,53%), abu (17,03%), dan air (10,43%).
Uji Fisik dan Organoleptik..., Fatih Wulandari, FKIP UMP, 2015
13
2.4 Ikan rucah
Ikan rucah merupakan ikan yang berukuran kecil dan merupakan hasil
sampingan oleh nelayan antara lain ikan pari, cucut,kuniran,rebon dan sejenisnya
yang memiliki nilai ekonomis yang sangat rendah. Ikan rucah oleh nelayan
biasanya dijual dalam wadah keranjang tanpa ada seleksi lagi, serta dijual dengan
harga murah. Selain itu, pemanfaatan ikan rucah kurang maksimal, biasanya
hanya untuk pakan ternak, ikan asin, atau pun hanya dibuang begitu saja
(Murtidjo, 2001). Kandungan gizi ikan rucah cukup lengkap yaitu air (76,12%),
protein (12,14%) dan lemak (1,39%) (Subagio et al., 2003).
Tepung ikan merupakan sumber protein hewani yang baik dan sebagai
mineral terutama kalsium dan fosfor. Protein tepung ikan mengandung asam
amino esensial yang sangat dibutuhkan oleh ikan. Tepung ikan biasanya terbuat
dari ikan yang utuh atau ikan rucah. Ikan utuh yang biasa dipakai adalah ikan
yang bernilai ekonomis rendah atau tidak layak konsumsi oleh ikan (Khairuman,
2002). Kandungan protein tepung ikan memang relatif tinggi. Protein tersebut
disusun oleh asam-asam amino esensial yang kompleks, diantaranya berupa asam
amino Lisin dan Methionin (Purnamasari, 2006)
2.5 Fermentasi
Fermentasi adalah aktivitas mikroba untuk memperoleh energi melalui
pemecahan substrat untuk keperluan metabolisme dan pertumbuhannya
(Desi,2002). Fermentasi adalah proses metabolisme enzim mikroorganisme
melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisa, dan reaksi kimia lainnya sehingga terjadi
perubahan kimia secara aerob maupun anaerob (Lestari,2001).
Uji Fisik dan Organoleptik..., Fatih Wulandari, FKIP UMP, 2015
14
Proses fermentasi mempunyai keuntungan dari pangan yang telah
difermentasi adalah makanan menjadi lebih awet, lebih aman, nilai cerna
meningkat, serta memberikan flavor yang lebih baik (Purwaningsih, 2008). Selain
itu fermentasi juga dapat menyebabkan perubahan sifat pangan sebagai akibat dari
pemecahan kandungan-kandungan bahan pangan tersebut. Hasil fermentasi
terutama
tergantung
pada
jenis
substrat,
jenis
mikroba,
dan
kondisi
disekelilingnya yang mempengaruhi pertumbuhan dan metabolisme mikroba
tersebut.
Proses fermentasi tidak akan berlangsung tanpa adanya enzim katalisis
spesifik yang hanya dapat dikeluarkan oleh mikroorganisme tertentu. Salah satu
kunci keberhasilan fermentasi pangan adalah pengaturan beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroba antara lain suhu, kelembaban, pH,
jenis, dan komposisi bahan baku yang sesuai untuk pertumbuhan mikroba yang
diinginkan (Purwaningsih,2008).
2.5.1 Fermentasi Tepung Bulu Ayam menggunakanB. licheniformis
Kualitas gizi yang terkandung dalam bulu ayam dapat ditingkatkan dengan
berbagai cara, salah satunya menggunakan mikroorganisme. Mikroorganisme
yang berpotensi baik untuk memecah keratin bulu ayam adalah B.licheniformis.
Mikroorganisme tersebut memiliki kemampuan menfermentasi bahan makanan
sehingga terjadi perombakan struktur jaringan kimia dinding sel, pemutusan
ikatan sistin disulfida, ikatan hidrogen, dan interaksi hidrofatik pada molekul
keratin serta penurunan kadar keratin bulu ayam. Pada waktu proses fermentasi
Uji Fisik dan Organoleptik..., Fatih Wulandari, FKIP UMP, 2015
15
berlangsung terjadi perubahan asam amino, lemak, karbohidrat, vitamin,
mineral, pH, kelembaban, dan aroma.
Mulyono (2008) menyatakan bahwa B.licheniformis berpotensial untuk
digunakan dalam fermentasi bulu ayam karena kandungan protein total yang
terdapat dalam bulu ayam meningkat dari 82,35% menjadi 94,53%.Penambahan
keratinase yang diisolasi dari B.licheniformis pada pakan dapat meningkatkan
total asam amino yang dapat dicerna oleh bulu asli dari 30% menjadi 66%, dan
bulu komersial dari 77% menjadi 99%.
Hal
tersebut
menunjukkan
bahwa
penambahan
keratinase
dapat
memudahkan bulu untuk dicerna. Keratinase digunakan dalam pembuatan pakan
tepung bulu. Enzim tersebut dalam proses fermpentasi bulu akan memutuskan
ikatan disulfida dari keratin, yang menyebabkan nilai daya cerna protein bulu
menjadi meningkat. Degradasi lengkap bulu ayam utuh oleh B.licheniformis
terjadi hanya jika ada sel bakteri hidup. Melekatnya sel pada bulu diduga secara
kontinu menyediakan reduktan yang digunakan untuk memutus jembatan
disulfida (Rammani et al., 2005).
2.5.2 Fermentasi Ampas Tahu
Ampas tahu yang diberikan pada ikan secara langsung tanpa melalui
proses fermentasi terlebih dahulu memberikan hasil yang tidak baik, bahkan
dapat menyebabkan kerugian pada petani ikan, sehingga proses fermentasi
ampas tahu bertujuan untuk menghasilkan pakan ikan yang lebih baik dan
menghasilkan keuntungan pada petani ikan.
Uji Fisik dan Organoleptik..., Fatih Wulandari, FKIP UMP, 2015
16
Fermentasi ampas tahu juga dapat meningkatkan prosentase
protein dan menurunkan karbohidrat. Makanan yang telah difermentasikan
memiliki nilai gizi yang lebih tinggi dan menjadi lunak, daya cerna tinggi
sehingga memungkinkan diserap oleh tubuh lebih banyak dan energi yang
tersedia pada tubuh ikan akan lebih tinggi, dan memiliki bau yang khas
(Suwarsito &Anggoro, 2005).
Keuntungan dari fermentasi ampas tahu adalah dapat mencegah
pertumbuhan mikroba yang beracun di dalam makanan. Bahan makanan
yang difermentasi memiliki nilai gizi yang lebih tinggi dari pada bahan
asalnya. Hal tersebut disebabkan karena mikroba bersifat katabolik yaitu
memecah komponen-komponen yang kompleks menjadi zat-zat yang
sederhana sehingga mudah dicerna. Selain itu, mikroba dapat mensintetisa
vitamin yang komplek dan faktor pertumbuhan bahan lainnya seperti
riboflavin, vitamin B12, dan provitamin A. Melalui fermentasi dapat juga
terjadi pemecahan bahan-bahan yang sulit dicerna misalnya selulosa dan
hemiselulose menjadi gula sederhana dan turunannya (Suwarsito dan
Purbomartono, 2005).
2.6 Pembuatan Tepung Gaplek
Ketela pohon (Manihot esculentaCrants) adalah tanaman berkayu
yang mempunyai tinggi antara 1-3 meter dan sebagian besar bagian
tanaman tersebut dapat digunakan sebagai bahan baku pakan, pangan dan
industri. Umbi ketela pohon merupakan sumber karbohidrat yang banyak
digunakan sebagai makanan pokok, baik diolah dalam bentuk utuh,
Uji Fisik dan Organoleptik..., Fatih Wulandari, FKIP UMP, 2015
17
potongan atau sebagai tepung. Hasil pengolahan singkong atau ketela
pohon dapat berupa tepung singkong, tapioka, alkohol, fruktosa, gaplek,
dan onggok (Pakpahan et al., 1992)
Menurut Makfoeld (1982) bahwa pembuatan gaplek dapat dilakukan
dengan melalui beberapa tahapan, antara lain :
1. Pembersihan dan pencucian
Singkong yang akan digunakan dibersihkan dengan cara dicuci
terlebih dahulu dengan menggunakan air mengalir. Hal ini
dilakukan dengan maksud untuk menghilangkan bagian-bagianbagian yang tidak dikehendaki antara lain tanah maupun kotorankotoran lain.
2. Pengupasan
Kulit singkong dikupas dengan cara memotong searah panjang
umbi dengan menggunakan pisau, kemudian kulit akan dengan
mudah dilepaskan.
3. Pemotongan atau pengirisan
Singkong setelah dikupas kulitnya kemudian dipotong menjadi
potongan-potongan yang ukurannya lebih kecil untuk memudahkan
dalam melakukan pengeringan.
4. Pengeringan
Pengeringan dapat dilakukan secara alami dengan cara menjemur
potongan singkong tersebut dibawah sinar matahari.
Uji Fisik dan Organoleptik..., Fatih Wulandari, FKIP UMP, 2015
18
Menurut Purwadaria (1989) bahwa untuk mendapatkan
tepung gaplek maka dapat dilakukan penggilingan gaplek yang
sudah kering menggunakan alat giling tepung.
Menurut Makfoeld (1982) mengatakan bahwa kandungan
karbohidrat tepung gaplek sangat tinggi sehingga dapat berfungsi
untuk sumber energi dalam campuran pakan sedangkan komposisi
kimianya dapat dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini :
Tabel 2.1 Komposisi Kimia Gaplek
Komposisi
Jumlah
Kalori (per 100 gr)
355
Karbohidrat (%)
81,3
Protein (%)
1,5
Lemak (%)
0,7
Air (%)
14,5
Calcium (mg/100gr)
80,0
Phospor (mg/100gr)
60,0
Ferum (mg/100gr)
1,9
Vitamin B1 (mg/100gr)
0,04
Vitamin C (mg/100gr)
0
Sumber : Makfoeld (1982)
Palcon et al. (1986) dalam Hardjono (2001) menyatakan bahwa gaplek
dapat diperoleh dengan harga yang murah. Permintaan gaplek sebagai pakan
Uji Fisik dan Organoleptik..., Fatih Wulandari, FKIP UMP, 2015
19
ternak masih sangat tinggi karena peran gaplek sebagai basis bahan baku pakan
ternak yang mudah didapatkan dan harganya murah.
2.7 Tepung Gaplek Sebagai Bahan Perekat
Perekat mempunyai peranan yang sangat penting di dalam berbagai bidang
industri, tidak terkecuali industri pakan. Hal ini didukung alasan bahwa suatu
benda disusun atas berbagai partikel yang mempunyai ukuran berbeda-beda.
Menurut Hardjono (2001) bahwa perekat merupakan suatu bahan yang
mempunyai fungsi memikat komponen-komponen pakan di dalam bentuk pelet
sehingga strukturnya tetap dan kompak.
Penggunaan karbohidrat dalam pakan sekitar 3-8 % yang mempunyai
fungsi semata-mata hanya sebagai perekat. Keberadaan karbohidrat juga
berfungsi memperkuat ikatan partikel penyusun pelet serta dapat menurunkan
harga pakan yang dibuat (Hardjono, 2001).
Bahan perekat yang biasa digunakan dalam pembuatan pakan ternak
berbentuk pelet antara lain kanji, sagu, tepung gaplek, dan agar-agar (Wibowo,
1986). Bahan perekat dapat digunakan dengan cara dicampurkan secara
langsung dengan bahan baku pakan lain pada saat masih kering atau dapat
dibuat adonan tersendiri dan dicampurkan terakhir sebelum dilakukan
pencetakan pelet.
Tepung gaplek banyak mengandung pati yang merupakan bahan
pembentuk zat perekat akibat adanya panas dan tekanan sehingga
penggunaannya sangat membantu dalam pembuatan pakan berbentuk pelet dan
nantinya akan dihasilkan pelet yang lebih padat, keras dan tidak mudah pecah.
Uji Fisik dan Organoleptik..., Fatih Wulandari, FKIP UMP, 2015
Download