BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada abad ke 21

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada abad ke 21 perkembangan masyarakat di dunia menunjukkan adanya perubahan
perilaku dan gaya hidup serta pola konsumsi ke produk perikanan. Adanya keterbatasan
kemampuan pasokan ikan di dunia, ikan menjadi komoditas yang penting dan strategis untuk
kebutuhan masyarakat (Sukadi, 2002).
Salah satu faktor penting pembudidayaan ikan adalah pakan. Menurut Lestari (2001),
faktor penting dalam pembudidayaan ikan antara lain ketersediannya pakan dalam jumlah yang
cukup, tepat waktu, dan mempunyai nilai gizi yang baik. Menurut Sutikno (2011), tingginya
harga pakan buatan pabrik merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi petani ikan karena
mempengaruhi biaya produksi sekitar 50–70 %. Petani ikan di Indonesia sebagian besar
menggunakan pakan buatan pabrik sebagai pakan utama ikan, dan bahan baku utama yang
berupa tepung ikan masih merupakan hasil impor dan harganya relatif mahal. Penggunaan pakan
tersebut akan menyebabkan biaya operasional petani ikan menjadi tinggi, tetapi kenyataannya
harga ikan masih relatif rendah, menyebabkan pendapatan petani ikan menjadi rendah.
Bahan baku utama penyusun pelet ikan adalah tepung ikan. Tepung ikan mempunyai
kandungan protein yang tinggi, tetapi hargnya cukup mahal yaitu Rp 3000–6000/kg, sehingga
mempengaruhi biaya produksi yang tinggi. Sehubungan
Penggunaan Onggok Sebagai..., Dian Sugiharto, FKIP, UMP, 2015
dengan hal tersebut maka dibutuhkan bahan baku alternatif lain pengganti tepung ikan. Menurut
Mudjiman (2004), suatu bahan yang dapat dijadikan sebagai bahan baku pakan harus sesuai
persyaratan tertentu, yakni mempunyai nilai gizi yang tinggi, tersedia dalam jumlah melimpah
dan kontinu, secara ekonomi tidak menjadikan harga pakan tinggi.
Berdasarkan keadaan tersebut perlu dicari sumber pakan yang memiliki kandungan
protein yang tinggi, mudah dalam mendapatkannya, tidak berkompetisi dengan
kebutuhan
manusia, tersedia setiap waktu dan dalam jumlah yang banyak, serta mempunyai kandungan
nutrisi yang cukup untuk mendukung pertumbuhan ikan.
Salah satu alternatif pakan ikan buatan sebagai sumber nutrisi yang bernilai ekonomis
yaitu, tepung bulu ayam, ampas tahu, dan ikan rucah. Bahan dasar tersebut mempunyai
kandungan protein yang cukup tinggi dan tidak berkompetisi dengan kebutuhan manusia.
Kandungan protein pada bahan dasar tersebut antara lain (i) bulu ayam 81% (Achmad, 2001); (ii)
ampas tahu 35-45% (Maulida, 2010); dan ikan rucah 60-70% (Sutikno, 2011).
Bulu ayam merupakan limbah atau produk sampingan dari rumah pemotongan ayam
yang memiliki jumlah yang berlimpah, seiring dengan jumlah populasi ayam dan tingkat
pemotongan akibat dari naiknya tingkat permintaan daging ayam. Dewasa ini bulu ayam
dimanfaatkan hanya untuk kebutuhan manusia, misalnya
dimanfaatkan sebagai bahan
pembuatan kemoceng, asesoris, dan lain - lain. Selain digunakan untuk kebutuhan manusia,
pemanfaatan
Penggunaan Onggok Sebagai..., Dian Sugiharto, FKIP, UMP, 2015
bulu ayam dapat dikembangkan sebagai pakan ternak (Imansyah, 2006). Hal tersebut telah
dilaporkan oleh Tarmizi (2001), pemakaian tepung bulu ayam sebagai ransum ayam boiler.
Hasilnya menunjukkan penggunaan tepung bulu ayam terfermentasi sebesar 5% dan 10%
berpengaruh nyata terhadap pertambahan bobot badan, konsumsi ransum, dan konversi ransum.
Bulu ayam mempunyai kandungan protein kasar yang tinggi yaitu 85–95% (Supriyati, 2000).
Tingginya kandungan protein pada bulu ayam dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan
pakan ikan, sebagai pendukung pertumbuhan dan perkembangan ikan.
Bulu ayam sulit untuk dihidrolisis dalam usus halus karena merupakan protein serat /
fiborus. Protein serat pada bulu ayam adalah keratin. Keratin merupakan senyawa yang kaya
dengan asam amino yaitu sistin. Ikatan antar asan amino sistin melalui gugus – SH nya, sehingga
membentuk ikan disulfida. Ikatan disulfida merupakan penyebab dari sulitnya bulu ayam untuk
dicerna dalam sistem pencernaan. Tanpa diolah, kecernaan bahan kering dan bahan organik bulu
ayam masing – masing hanya sebesar 5,8% dan 0,7% (Achmad, 2001). Sulitnya untuk dicerna,
maka tepung bulu ayam perlu difermentasikan terlebih dahulu dengan bakteri atau yang lainnya
untuk dapat dengan mudah dicerna dalam sistem pencernaan. Fermentasi dengan bakteri Bacillus
licheniformis merupakan alternatif untuk memecahkan unsur – unsur nutrisi ataupun memecah
protein fiborus yang sukar dicerna.
Bahan alternatif selanjutnya yang dapat dijadikan bahan pakan ikan yaitu ampas tahu.
Ampas tahu dapat dijadikan sebagai bahan pakan sumber protein karena mengandung protein
kasar 28,36% dan nutrisi lainnya adalah lemak
Penggunaan Onggok Sebagai..., Dian Sugiharto, FKIP, UMP, 2015
5,52%, serat kasar 17,06%, dan BETN (Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen) 45,44% (Nuraini et al.,
2011).
Ampas tahu merupakan hasil indusrti pembuatan tahu yang dapat dimanfaatkan sebagai
bahan baku pakan karena mempunyai kandungan protein dan karbohidrat yang cukup tinggi
(Nasution, 2006). Ampas tahu dapat diperoleh dengan mudah dan harganya sangat murah.
Ampas tahu mempunyai sifat mudah basi jika tidak ditangani dengan segera. Ampas tahu akan
menghasilkan bau yang kurang sedap setelah 12 jam ampas tahu dihasilkan (Suprapti, 2005).
Namun, untuk meningkatkan kualitas bahan pakan perlu dilakukan fermentasi. Proses fermentasi
ampas tahu dapat menggunakan mikroorganisme. Menurut Lestari (2001), fermentasi dapat
mengawetkan, menghilangkan bau yang tidak diinginkan, meningkatkan daya cerna,
menghilangkan daya racun yang terdapat pada bahan mentahnya dan menghasilkan warna yang
diinginkan.
Mikroorganisme yang dapat digunakan dalam proses fermentasi ampas tahu adalah
Aspergillus niger. Menurut Melawati et al. (2010), penggunaan A. niger dalam fermentasi 75%
ampas tahu dan 25% tepung tapioka memberikan hasil kenaikan protein yang lebih baik yaitu
dari 15,40% menjadi 35,36%, dalam formulasi pakan ikan patin. A. niger merupakan kapang
yang tidak berbahaya karena tidak menghasilkan mikotoksin. Pemanfaatan mikroba A. niger
pada proses fermentasi dapat meningkatkan tingkat protein dan meningkatkan daya cerna bahan
(Mirwandono & Siregar, 2004).
Penggunaan Onggok Sebagai..., Dian Sugiharto, FKIP, UMP, 2015
Bahan selanjutnya yang dapat dijadikan alternatif bahan baku pakan ikan sebagai
pengganti pelet produksi pabrik adalah ikan rucah. Ikan rucah merupakan ikan yang tidak layak
untuk dikonsumsi dan memiliki nilai ekonomis yang rendah. Ikan rucah merupakan ikan kecil
yang ikut terjaring oleh para nelayan. Ikan rucah memiliki kandungan gizi cukup lengkap
sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan atau produk olahan yang dapat meningkatkan nilai
jualnya (Subagio et al., 2003).
Selama ini dalam pembuatan pakan buatan terdapat kendala yaitu lemahnya struktur fisik
pakan, sehingga mengurangi kualitas pakan tersebut. Faktor – faktor yang mempengaruhi sifat
fisik pakan adalah kandungan pati, lemak, serat kasar, kadar air, dan ukuran partikel bahan pakan
penyusun ransum (Balagopalan et al., 1988). Pati dalam bahan pakan merupakan bahan perekat.
Ketersediannya bahan perekat tidak berpengaruh terhadap sifat fisik kualitas pakan selama masa
penyimpanan (Ciptadi & Nasution, 1979).
Perekat merupakan bahan yang berfungsi sebagai pengikat komponen – komponen pakan
dalam bentuk pelet sehingga struktur fisiknya kompak. Pelet yang diproduksi oleh pabrik
biasanya menggunakan bahan perekat sintetis yang relatif mahal seperti, Carbocsil Metil
Cellulosa (CMC), bentonit, dan lignosulfanot (Retnani et al., 2009). Berdasarkan hal tersebut
dicari bahan perekat alternatif yang dapat mempertahankan kualitas fisik pakan.
Salah satu bahan alternatif yang dapat digunakan sebagai perekat pakan ikan adalah
onggok. Onggok merupakan hasil sampingan industri tapioka yang
Penggunaan Onggok Sebagai..., Dian Sugiharto, FKIP, UMP, 2015
berbentuk padat. Komponen yang penting pada onggok adalah pati dan serat kasar. Onggok
memiliki kandungan pati sekitar 69,9%, sehingga onggok berpotensi dijadikan sebagai bahan
perekat. Setiap 100 kg umbi segar dihasilkan 5–10 kg onggok. Onggok dijadikan bahan perekat
dalam pembuatan pelet dengan taraf 2% dapat menghasilkan pelet yang kokoh karena memiliki
nilai ketahanan benturan 97,06% (Siregar, 2012).
Penggunaan onggok sebagai bahan perekat pakan ikan dari tepung bulu ayam, ampas
tahu, dan ikan rucah sampai saat ini belum pernah dilakukan, maka perlu dilakukan penelitian
mengenai alternatif pakan ikan yang disusun dari, bulu ayam, ikan rucah, dan ampas tahu dengan
onggok sebagai bahan perekat sehingga diharapkan memiliki daya apung yang tinggi dan harga
relatif murah.
1.2 Peurumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka ditetapkan rumusan masalah, apakah onggok
sebagai bahan perekat yang digunakan pada pembuatan pakan ikan dengan bahan dasar tepung
bulu ayam fermentasi, ikan rucah, dan ampas tahu fermentasi dapat meningkatkan kualitas fisik
pakan ikan.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah maka dapat ditetapkan tujuan penelitian ini yaitu mengkaji
pengaruh penggunaan onggok sebagai bahan perekat pada pembuatan pakan ikan dengan bahan
dasar tepung bulu ayam, ikan rucah, dan ampas tahu dalam meningkatkan kualitas fisik pakan
ikan.
Penggunaan Onggok Sebagai..., Dian Sugiharto, FKIP, UMP, 2015
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat,
mengenai penggunaan onggok sebagai bahan perekat dan pemanfaatan limbah bulu ayam, ampas
tahu serta ikan rucah yang dapat digunakan sebagai bahan baku pakan ikan yang mempunyai
kualitas yang baik dan harga yang relatif murah.
Penggunaan Onggok Sebagai..., Dian Sugiharto, FKIP, UMP, 2015
Download