sumber belajar penunjang plpg 2017 mata pelajaran/paket keahlian

advertisement
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017
MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN
AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN
HORTIKULTURA
BAB II. PELESTARIAN LINGKUNGAN
Rizka Novi Sesanti
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
2017
BAB II. PELESTARIAN LINGKUNGAN
A. Kompetensi Inti: Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu
B. Kompetensi Dasar: Menerapkan pelestarian lingkungan
C. Uraian Materi:
1. Lingkungan dan permasalahannya
Lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar manusia serta
mempengaruhi kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung, baik
biotik maupun abiotik. Lingkungan biotik adalah lingkungan yang hidup, misalnya hewan,
pepohonan, dan manusia. Sedangkan lingkungan abiotik mencakup benda-benda tidak
hidup seperti rumah, gedung, dan batu, air, udara, dan sebagainya. Lingkungan biotik
dan abiotik tersebut harus berjalan secara seimbang agar menciptakan kehidupan yang
baik dan berkelanjutan.
Lingkungan hidup tidak hanya mencakup lingkungan fisik saja, namun juga
mencakup ekosistem, budaya, perilaku sosial, bahkan juga udara yang ada. Secara umum
lingkungan hidup merupakan sebuah kesatuan ruang dengan segala benda dan makhluk
hidup di dalamnya
termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi
keberlangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia dan makhluk hidup yang
lainnya yang mencakup ekosistem dan perilaku sosial budaya. Dalam kehidupan,
lingkungan hidup berfungsi sebagai habitat makhluk hidup, penyedia sumber daya alam
(SDA) bagi keberlangsungan hidup, dan memberi pengaruh pada pola pikir, tingkah laku,
dan sifat makhluk hidup.
Dalam lingkungan hidup terdiri dari individu, populasi, komunitas dan ekosistem.
Individu merupakan organisme tunggal yang hidup disuatu lokasi, populasi merupakan
1
kumpulan individu yang sejenis dan hidup di suatu daerah dengan waktu tertentu,
komunitas merupakan kumpulan berbagai populasi yang hidup di suatu waktu dan daerah
tertentu yang saling berinteraksi dan memengaruhi satu sama lain. Dalam derajat
keterpaduan komunitas, lebih kompleks jika dibandingkan dengan individu dan populasi.
Semua organisasi merupakan bagian dari komunitas dan dari komponennya saling
terhubung dengan keragaman interaksinya. Sedangkan ekosistem adalah suatu sistem
ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup
dengan lingkungannya. Antara komunitas dan lingkungannya saling berinteraksi yang
menciptakan kesatuan ekologi yang disebut dengan ekosistem. Komponen penyusun dari
ekosistem adalah produsen (tumbuhan hijau), konsumen (herbivora, karnivora, dan
omnivora) dan dekomposer/pengurangi (mikroorganisme).
Saat ini lingkungan hidup telah banyak mengalami permasalahan, baik
permasalahan yang disebabkan oleh alam ataupun yang disebabkan oleh ulah manusia.
Peristiwa alam yang berdampak pada kerusakan lingkungan hidup antara lain letusan
gunung berapi, gempa bumi, dan angin topan. Sedangkan yang disebabkan oleh ulah
manusia diantaranya adalah terjadinya banjir akibat penebangan hutan, tanah longsor
dan kebakaran lahan.
Kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh peristiwa alam dampaknya tidak
seluas dari kerusakan yang disebabkan oleh ulah manusia. Dampak yang diakibatkan oleh
peristiwa alam biasanya bersifat lokal dan tidak terjadi sekala luas. Namun kerusakan
yang disebabkan oleh ulah manusia lebih berdampak luas.
Permasalahan lingkungan hidup akhir-akhir ini menjadi perhatian banyak pihak
karena dirasakan telah terjadi perubahan secara negatif yang dirasakan oleh manusia.
Perubahan tersebut diantaranya adalah adanya peningkatan suhu udara yang mulai
dirasakan, adanya pencemaran udara, pencemaran air, dan lainnya.
Perubahan ekosistem lingkungan yang paling utama disebabkan oleh perilaku
masyarakat yang kurang baik dalam pemanfaatan sumber-sumber daya dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal inilah yang menyebabkan adanya perubahan
ekosistem. Perubahan ekosistem suatu lingkungan terjadi dengan adanya kegiatan
2
masyarakat seperti pemanfaatan lahan yang dijadikan sebagai daerah pertanian sehingga
dapat mengurangi luas lahan lainnya. Adanya pertambahan jumlah penduduk dalam
memanfaatkan lingkungan akan membawa dampak bagi mata rantai yang ada dalam
suatu ekosistem.
Selain itu kerusakan hutan yang terjadi karena adanya penebangan dan kebakaran
hutan dapat mengakibatkan banyak hewan dan tumbuhan yang punah. Padahal hutan
merupakan sumber kehidupan bagi sebagian masyarakat yang berfungsi sebagai
penghasil oksigen, tempat penyedia makanan dan obat-obatan. Jumlah kerusakan flora
dan fauna akan terus bertambah dan berlangsung lama jika dalam penggunaannya
masyarakat tidak memperhatikan keseimbangan terhadap ekosistem lingkungan. Dampak
dari perubahan ekosistem akan berkurang jika masyarakat mengetahui dan memahami
fungsi dari suatu ekosistem tersebut. Kerusakan ekosistem membawa dampak bukan
hanya pada keanekaragaman terhadap flora dan fauna juga dapat mmbawa pengaruh lain
terhadap masyarakat itu sendiri seperti longsor, banjir dan erosi. Selain itu kerusakan
lingkungan bisa di sebabkan oleh sampah. Sampah yang semakin banyak dapat
menimbulkan penguapan sungai dan kehabisan zat asam yang sangat dibutuhkan bagi
mikroorganisme yang hidup di sungai. Serta dapat pula disebabkan dari pembuangan
limbah cair dari kapal dan pemanfaatan terhadap penggunaan air panas yang dapat
menimbulkan laut menjadi tercemar.
2. Upaya pelestarian lingkungan hidup
Upaya untuk menanggulangi masalah kerusakan yang terjadi pada lingkungan
perlu diadakan konservasi. Konservasi dapat diartikan sebagai upaya untuk memelihara
lingkungan mulai dari lingkungan keluarga, masyarakat sampai bangsa. Pengelolaan
sumber daya alam merupakan usaha secara sadar dengan cara menggali sumber daya
alam, tetapi tidak merusak sumber daya alam lainnya sehingga dalam penggunaannya
harus memperhatikan pemeliharaan dan perbaikan kualitas dari sumber daya alam
tersebut.
Adanya peningkatan perkembangan kemajuan di bidang produksi tidak perlu
mengorbankan
lingkungan
yang
dapat
menimbulkan
kerusakan
lingkungan.
3
Apabila lingkungan tercemar maka akan berdampak buruk bagi kelanjutan dari
keberadaan sumber daya alam yang akhirnya dapat menurunkan kehidupan masyarakat.
Dalam pengelolaan sumber daya alam perlu diperhatikan keserasiannya dengan
lingkungan. Keserasian lingkungan merupakan proses pembentukan lingkungan yang
sifatnya relatif sama dengan pembentukan lingkungan. Pengelolaan sumber daya alam
agar berkelanjutan perlu diadakannya pelestarian terhadap lingkungan tanpa
menghambat kemajuan.
Pada umumnya permasalahan yang terjadi dapat diatasi dengan cara-cara sebagai
berikut:
a. Menerapkan penggunaan teknologi yang ramah lingkungan pada pengelolaan
sumber daya alam baik yang dapat maupun yang tidak dapat diperbaharui dengan
memperhatikan daya dukung dan daya tampungnya.
b. Untuk menghindari terjadinya pencemaran lingkungan dan kerusakan sumber
daya alam maka diperlukan penegakan hokum secara adil dan konsisten.
c. Memberikan kewenangan dan tanggung jawab secara bertahap terhadap
pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup.
d. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup secara bertahap dapat
dilakukan dengan cara membudayakan masyarakat dan kekuatan ekonomi.
e. Untuk mengetahui keberhasilan dari pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan hidup dengan penggunaan indicator harus diterapkan secara efektif.
f. Penetapan konservasi yang baru dengan memelihara keragaman konservasi yang
sudah ada sebelumnya.
g. Mengikutsertakan masyarakat dalam rangka menanggulangi permasalahan
lingkungan global.
3. Pembangunan berwawasan lingkungan
Dalam pembangunan perlu memasukkan antara pembangunan dengan lingkungan
karena lingkungan berfungsi sebagai penopang pembangunan secara berkelanjutan. Jika
pembangunan secara terus-menerus tidak memperhatikan faktor lingkungan maka
lingkungan hidup akan rusak dan berkelanjutan pembangunan itu sendiri akan terancam.
4
Pembangunan berwawasan lingkungan adalah upaya peningkatan kualitas
manusia secara bertahap dengan memperhatikan faktor lingkungan. Pada prosesnya,
pembangunan ini mengoptimalkan manfaat sumber daya alam, sumber daya manusia,
dan ilmu pengetahuan dengan menserasikan ketiga komponen tersebut sehingga dapat
berkesinambungan. Dalam memanfaatkan lingkungan sebagai penopang pembangunan
harus pula memperhitungkan keterbatasannya, sehingga tidak boleh serakah agar tidak
habis pada saat ini. Hal-hal penting dalam pelaksanaan pembangunan berwawasan
lingkungan antara lain sebagai berikut.
a.
Proses pembangunan hendaknya berlangsung terus-menerus dengan ditopang
kualitas lingkungan dan manusia yang berkembang secara berkelanjutan.
b.
Pembangunan yang dilakukan memungkinkan meningkatkan kesejahteraan
generasi sekarang tanpa mengurangi kesejahteraan generasi yang akan datang.
c.
Lingkungan hidup memiliki keterbaasan sehingga dalam pemanfaatannya akan
mengalami pengurangan dan penyempitan.
d.
Semakin baik kualitas lingkungan maka semakin baik pula pengaruhnya terhadap
kualitas hidup yang tercermin antara lain pada meningkatnya usia harapan hidup
dan menurunnya tingkat kematian.
e.
Penggunaan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui, dilakukan sehemat
mungkin dan dicari sumber daya alternatif lainnya sehingga dapat digunakan
selama mungkin.
Pembangunan berwawasan lingkungan juga dikenal dengan pembangunan
berkelanjutan, yaitu pembangunan yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan
manusia melalui pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana, efisien, dan
memperhatikan pemanfaatan baik untuk generasi masa kini maupun genersai yang akan
datang.
Pembangunan berwawasan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan memiliki
karakteristik yang khas dan berbeda dengan pola pembangunan lainnya yang selama ini
dilaksanakan. Ciri-ciri tersebut sebagai berikut.
5
a.
Menggunakan pendekatan integratif. Dengan menggunakan pendekatan integratif
maka keterkaitan yang kompleks antara manusia dengan lingkungan dapat
dimungkinkan untuk masa kini dan masa yang akan datang.
b.
Menggunakan pandangan jangka panjang. Pandangan jangka panjang dapat
digunakan untuk merencanakan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya yang
mendukung pembangunan agar secara berkelanjutan dapat dimanfaatkan.
c.
Menjamin pemerataan dan keadilan. Strategi pembangunan yang berwawasan
lingkungan dilandasi oleh pemerataan distribusi lahan dan faktor produksi,
pemerataan
kesempatan
perempuan,
dan
pemerataan
ekonomi
untuk
kesejahteraan.
d.
Menghargai keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati merupakan dasar
bagi tatanan lingkungan. Pemeliharaan keanekaragaman hayati memiliki kepastian
bahwa sumber daya alam selalu tersedia secara berlanjut untuk masa kini dan
masa yang akan datang.
e.
Dalam pembangunan berkelanjutan berusaha menyatukan tiga dimensi ekonomi,
sosial, dan lingkungan hidup menjadi suatu sinergi dalam meningkatkan kualitas
manusia.
Dimensi
ekonomi
dalam
pembangunan
berkelanjutan
tetap
memfokuskan kepada pertumbuhan, pemerataan, stabilitas, dan arif. Dimensi
sosial mencakup pemberdayaan, peran serta, kebersamaan, mobilitas, identitas
kebudayaan, pembinaan kelembagaan, dan pengentasan kemiskinan. Dimensi
ekologi bertujuan untuk integritas ekosistem, ramah lingkungan dan hemat
sumber daya alam, pelestarian keanekaragaman hayati, dan tanggapan isu global.
4. Pelestarian keanekaragaman hayati
Keanekaragaman hayati atau biodiversitas (biological divercity) adalah berbagai
macam variasi bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat yang tampak pada berbagai
tingkatan persekutuaan mahluk hidup yang meliputi tingkatan ekoistem, tingkatan jenis
(spesies), dan keanekaragaman ekosistem.
Untuk menjaga keanekaragaman hayati dan keseimbangan ekosistem, harus
diusahakan agar tidak ada satu atau lebih komponen ekosistem yang mengalami
6
kepunahan. Oleh sebab itu, usaha pelestarian keanekaragaman hayati harus dilakukan
secara terpadu, artinya dalam suatu pelestarian itu, seluruh komponen ekosistem harus
dilestarikan secara
keseluruhan. Sikap
manusia
sangat
berpengaruh
terhadap
perlindungan satwasatwa langka yang mulai terancam kepunahan ini. Manusia harus
sadar bahwa makhluk hidup apa pun jika telah punah, keberadaannya di alam tidak
dimungkinkan lagi.
Konservasi keanekaragaman hayati memiliki beberapa tujuan, antara lain sebagai
berikut:
a. Menjamin kelestarian fungsi ekosistem sebagai penyangga kehidupan
b. Mencegah terjadinya kepunahan spesies yang disebabkan oleh kerusakan habitat
dan pemanfaatan (termasuk perdagangan) yang tidak terkendali.
c. Menyediakan sumber plasma nutfah untuk mendukung pengembangan dan
budidaya kultivar-kultivar tanaman pangan, obat-obatan, maupun hewan ternak.
Adapun upaya sumber daya alam hayati dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
pelestarian secara in situ dan pelestarian secara eks situ. Pelestarian secara in situ adalah
pelestarian yang dilakukan di habitatnya. Contoh dari pelestarian ini adalah hutan
lindung, taman nasional, perlindungan bunga bangkai di Maluku, dan perlindungan
komodo di pulau komodo. Pelestarian secara eks situ adalah pelestarian yang dilakukan
diluar habitatnya dan dipelihara di tempat lain. Contoh pelestarian eks situ adalah kebun
koleksi yang mengoleksi berbagai jenis hewan atau tumbuhan yang asalnya berbeda
dikumpulkan dalam satu tempat, seperti burung jalak bali yang di tangkarkan di kebun
binatang Surabaya.
Pelestarian sumberdaya alam perlu dilakukan untuk beberapa kriteria yang
dinyatakan hampir punah. Menurut IUCN terdapat beberapa kriteria mengenai kriteria
risiko kepunahan suatu takson di level spesies dan di bawahnya. Setiap takson harus
dievaluasi sebelum dapat dikategorikan.
1.
Punah (Extinct–EX):
Sebuah takson dinyatakan punah apabila tidak terdapat
keraguan bahwa individu terakhir telah mati. Pernyataan punahnya sebuah takson
7
perlu didasari dengan survei intensif di habitat yang telah diketahui pada kondisi,
musim, dan siklus hidup yang tepat.
2.
Punah di Alam Liar (Extinct in the Wild–EW): Sebuah takson dinyatakan punah di
alam liar apabila individu yang bertahan hidup hanya ditemukan di penangkaran atau
fasilitas konservasi. Pernyataan punahnya suatu takson di alam bebas perlu didasari
hasil survei di habitat yang diketahui dengan memperhatikan musim dan siklus hidup
takson.
3.
Bahaya Kritis (Critically Endangered–CR): Sebuah takson dikatakan dalam bahaya
kritis apabila dalam proses evaluasi ditemukan bahwa takson tersebut memenuhi
kriteria A sampai E untuk critically endangered (lihat dari link acuan, panjang banget
soalnya)
4.
Bahaya (Endangered–EN): Sebuah takson dikatakan dalam bahaya apabila dalam
proses evaluasi ditemukan bahwa takson tersebut memenuhi kriteria A sampai E
untuk endangered (lihat darilink acuan, panjang banget soalnya)
5.
Rentan (Vulnerable–VU): Sebuah takson dikatakan rentan apabila dalam proses
evaluasi ditemukan bahwa takson tersebut memenuhi kriteria A sampai E
untuk vulnerable (lihat dari link acuan, panjang banget soalnya)
6.
Menuju Terancam (Near threatened–NT):
Sebuah takson dinyatakan menuju
terancam apabila telah dievaluasi berdasarkan kriteria dan tidak sampai masuk dalam
kategori bahaya kritis, bahaya, atau rentan. Namun secara kuantitatif memiliki nilai
yang dekat dengan kriteria terancam.
7.
Tidak Terancam (Least Concern–LC): Sebuah takson dinyatakan tidak terancam
apabila telah dievaluasi berdasarkan kriteria dan tidak sampai masuk dalam kategori
bahaya kritis, bahaya, atau rentan. Kemudian tingkat penyebaran dan abundansi
takson sangat luas sehingga tidak ada kekhawatiran atas kepunahan.
8.
Data Tidak Lengkap (Deficient Data–DD): Sebuah takson dikatakan dalam kategori
data tidak lengkap apabila evaluasi untuk menguji risiko kepunahannya tidak dapat
dilaksanakan. Sebabnya adalah kurangnya informasi atas abundansi serta distribusi
takson. Hal ini menunjukkan bahwa untuk mengetahui risiko kepunahan takson
diperlukan riset derta survei yang lebih lanjut.
8
9.
Tidak Dievaluasi (Not Evaluated–NE): Sebuah takson dikatakan tidak dievaluasi
apabila belum ada proses evaluasi yang dijalankan untuk menilai risiko
kepunahannya.
9
Download