Iklim dan Tanah untuk Pengembangan Anggur Pengembangan tanaman anggur perlu memperhatikan kesesuaian lahan dan iklim. Balai Penelitian Tanah telah membuat kriteria kelas kesesuaian lahan yang dapat digunakan sebagai dasar dalam pewilayahan pengembangan anggur. Dengan memperhatikan arahan kesesuaian lahan dan menerapkan teknologi budi daya yang tepat, tanaman akan berproduksi optimal. A nggur berasal dari daerah sebelah selatan antara Laut Kaspia dan Laut Hitam di Asia Kecil. Selanjutnya sejak awal abad ke-19 anggur menyebar ke Indonesia, antara lain di Pulau Pisang (Sumatera Barat), Ternate, Halmahera, Kupang, Makassar, Besuki dan Banyuwangi (Jawa Timur), Buleleng (Bali), dan Lombok (Nusa Tenggara Barat). Anggur mulai berkembang di Indonesia seiring dengan dikeluarkannya kebijakan pemerintah untuk mengurangi impor anggur melalui Surat Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi No. 505/ 1982. Pengembangan perkebunan anggur rakyat di Indonesia cukup prospektif karena kondisi tanah dan iklim dapat mendukung tanaman tumbuh dan berproduksi optimal. Pengembangan anggur perlu memperhatikan kesesuaian tanah dan iklim. Balai Penelitian Tanah telah membuat kriteria kelas kesesuaian lahan yang dapat digunakan sebagai dasar dalam pewilayahan pengembangan anggur seperti tertera pada Tabel 1. Kondisi Iklim untuk Tanaman Anggur Anggur dapat ditanam pada daerah dengan tipe iklim E (Schmidt dan Ferguson) dengan sekurangkurangnya 3-4 bulan kering/tahun (iklim kering). Anggur tumbuh baik pada wilayah dengan ketinggian 01.000 m dpl dengan curah hujan 14 1.000-2.000 mm/tahun untuk kelas sangat sesuai (S1), 8001.000 mm/tahun atau 3.0003.500 untuk kelas sesuai (S2), dan intensitas cahaya matahari >75%. Anggur jenis Vitis rotundifolia sesuai ditanam pada ketinggian 01.000 m dpl, sedangkan Vitis vinifera lebih sesuai pada dataran rendah (0-300 m dpl). Anggur dapat pula ditanam pada daerah yang beriklim basah, tetapi buahnya masam atau kurang manis dan pertumbuhan tanaman kurang baik. Bila anggur akan dikembangkan pada daerah yang beriklim basah, seperti daerah rawa, perlu teknologi pengelolaan air sehingga kelembapan tanah dapat dipertahankan pada kapasitas lapang. Air harus tersedia dalam jumlah cukup tetapi tidak tergenang. Jika curah hujan lebih dari 2.000 mm/tahun perlu dibuat saluran drainase. Pada daerah dengan curah hujan kurang dari 1.000 mm/ tahun, air diberikan sebanyak 40 liter/pohon/hari. Kondisi Tanah untuk Tanaman Anggur Kondisi tanah yang sesuai untuk tanaman anggur adalah tekstur dan struktur tanah lempung berpasir/ sarang dengan kandungan lempung 30-50%, pasir 30-50%, dan liat 712%. Tanah memiliki drainase dan aerasi baik, pH 5,5-7,3, kandungan C-organik ≥ 2%, ketersediaan hara Tabel. 1. Kriteria kelas kesesuaian lahan yang dapat digunakan sebagai dasar dalam pewilayahan pengembangan anggur. Persyaratan penggunaan/ karakteristik lahan Kelas kesesuaian lahan S1 S2 Temperatur rata-rata ( C) 22-28 Curah hujan tahunan (mm) 1.000-2.000 Lama masa kering (bulan) Drainase Tekstur tanah Bahan kasar (%) Kedalaman tanah (cm) KTK liat (cmol/kg) Kejenuhan basa (%) pH H 2 O tanah C-organik (%) Salinitas (dS/m) Alkalinitas (%) Bahaya sulfidik (cm) Lereng (%)/Bahaya erosi 3-4 Baik Halus; agak kasar <15 >100 >16 ≥ 35 5.5-7.3 ≥ 2 < 3 < 8 >125 <8; Erosi sangat rendah < 5 <60 28-32 18-22 800-1.000 3.000-3.500 4-6 Sedang 15-35; 75-100 75-100 ≤ 16 < 35 5.2-5.5; 7.3-8.0 < 1 3-4 8-12 <125 8-16; Erosi rendah-sedang 5-15 60-140 0 Batuan di permukaan (%) Ketebalan gambut (cm) Sumber: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 30, No. 6 2008 makro dan mikro cukup dan terdistribusi merata secara vertikal ke arah perakaran. Jika pH tanah di bawah 5, tanah perlu diberi kapur untuk menaikkan pH tanah menjadi lebih dari 5,5. Tanaman anggur dapat tumbuh pada semua jenis tanah, tetapi pertumbuhannya akan optimal pada tanah yang bertekstur liat, air cukup tersedia, dan drainase baik. Anggur yang ditanam pada tanah yang sesuai akan menghasilkan buah yang matangnya seragam dan kadar gulanya tinggi. Teknik Budi Daya Tanaman anggur tumbuh optimal pada lahan yang sesuai. Persiapan Lahan dan Lubang Tanam Kondisi lahan harus terbuka agar tanaman mendapat cahaya matahari yang cukup, tetapi juga terlindung dari tiupan angin kencang karena dapat mengganggu penyerbukan dan pembuahan. Lubang tanam dipersiapkan dengan ukuran 50 cm (panjang) x 50 cm (lebar) x 60 cm (dalam) untuk tanah bertekstur ringan, atau 75 cm x 75 cm x 75 cm untuk tanah bertekstur berat. Jarak antarlubang 4 m x 5 m. Tanah galian dipisahkan antara tanah lapisan atas dan bawah. Lubang tanam dibiarkan 2-3 minggu agar terbebas dari mikroba pengganggu pertumbuhan tanaman. Penanaman Lubang tanam disemprot dengan pestisida sesuai anjuran. Selanjutnya bibit anggur umur 2 bulan ditanam pada akhir musim hujan atau awal musim kemarau (AprilJuni). Tanah galian dicampur dengan pupuk kandang dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 : 2. Bibit dikeluarkan dari polybag lalu dimasukkan ke dalam lubang tanam dan ditutup dengan tanah yang sudah dicampur pupuk kandang dan pasir dengan posisi tanah seperti semula (lapisan atas dan bawah). Bibit diberi naungan dan disiram. Pemupukan Pada 10 hari setelah tanam, tanaman dipupuk 7,5 g urea atau 10 g ZA/tanaman. Pupuk diberikan pada alur melingkar sedalam 10 cm dengan radius 10 cm dari tanaman, kemudian alur ditutup dengan tanah. Pemupukan diulang setiap 10 hari sampai tanaman berumur 3 bulan dengan takaran yang sama. Pada umur 3-6 bulan, takaran pupuk ditingkatkan menjadi 15 g urea/tanaman yang diberikan setiap 15 hari sekali. Pemupukan N selanjutnya diberikan jika daun mulai menguning, atau kandungan N daun <2% jika dianalisis di laboratorium dengan bantuan penyuluh. Setelah tanaman berumur 6 bulan diberi 25 kg pupuk kandang/ pohon yang dicampurkan merata dengan tanah pada bidang olah. Pemberian pupuk kandang berikutnya dilakukan setelah tanaman berumur 1 tahun dengan takaran 50 kg/pohon. Pupuk dicampur merata dengan tanah pada bidang olah. Setelah tanaman berumur 1-4 tahun, pupuk kandang diberikan Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 30, No. 6 2008 setahun sekali dengan takaran 50 kg/pohon. Selanjutnya setiap 2 tahun dan seterusnya takarannya dinaikkan menjadi 100 kg/pohon. Pemupukan dilakukan sebelum pemangkasan, dengan cara dicampurkan merata dengan tanah pada bidang olah. Selain pupuk kandang, tanaman dipupuk dengan urea, SP-36, dan KCl. Takaran pupuk pada saat tanaman berumur 1 tahun adalah urea 100 g + SP-36 80 g + KCl 125 g/pohon; pada umur 2 tahun, urea 50 g + SP-36 120 g + KCl 187,5 g/pohon; umur 3 tahun urea 225 g + SP-36 180 g + KCl 280 g/pohon; dan pada umur 4 tahun, takaran pupuk adalah urea 337,5 g + SP-36 270 g + KCl 420 g/pohon. Pupuk diberikan satu minggu sebelum pemangkasan pembuahan. Pemupukan setelah tanaman berumur 4 tahun adalah 400 g urea + 300 g SP-36 + 500 g KCl/pohon. Pupuk diberikan tiga kali, yaitu pada bulan April, Agustus, dan Desember. Pengairan Tanaman muda perlu disiram setiap hari. Penyiraman/pengairan juga dilakukan pada saat tanaman akan dipangkas, setelah pemupukan, dan menjelang panen. Pada musim kemarau tanaman disiram 3 hari sekali tanpa harus tergenang. Pada musim hujan penyiraman disesuaikan dengan kondisi tanah. Pengairan dihentikan 3 minggu sebelum tanaman dipangkas. Air diberikan cukup satu minggu sebelum pemangkasan untuk mempercepat tumbuhnya tunas baru. Penggemburan Bidang Olah Penggemburan bidang olah dilakukan sebulan sekali. Pada tanah yang gembur, kemampuan tanah menyerap air hujan cukup tinggi, kecepatan aliran permukaan dan erosi berkurang, infiltrasi air ke dalam tanah cepat, ketersediaan unsur 15 hara yang dikendalikan oleh faktorfaktor fisik tanah dan aktivitas mikroflora/fauna tanah meningkat. Pemangkasan Ada dua macam pemangkasan, yaitu pemangkasan mata vegetatif dan pemangkasan mata generatif. Mata vegetatif berbentuk runcing dan hanya akan menghasilkan cabang atau ranting, tidak menghasilkan bunga. Mata generatif berbentuk tumpul (tegak bundar) dan akan menghasilkan bunga/buah. Setelah dipangkas tanaman perlu dipupuk dan diairi, dan dilakukan pengendalian hama, penyakit, dan gulma. Pemangkasan akan menentukan produksi buah. Pemangkasan pembuahan dilakukan setahun tiga kali, yaitu pada bulan April, Agustus, dan Desember. Pemangkasan bulan April untuk memperbaiki panen pada bulan Juni-Juli; pemangkasan bulan Agustus untuk panen bulan Oktober-November; dan pemangkasan bulan Desember untuk panen bulan Februari-Maret. Namun agar tanaman tetap sehat dan buah yang dihasilkan berkualitas baik, tanaman cukup dipangkas dua kali dalam setahun. Produksi buah pada saat tanaman berumur 1 tahun biasanya masih sedikit, dan saat tanaman berumur 5 tahun produksinya sudah mantap, dan mulai turun setelah berumur 10 tahun dan seterusnya. Cabang yang kecil dengan ruas yang pendek dipangkas pendek dengan menyisakan 1-2 mata, sedangkan cabang yang besar dipangkas sedang atau panjang dengan menyisakan 6-15 mata. Anggur yang tergolong V. vinifera cabangnya dipangkas pendek dengan 1-6 mata dan dipangkas sedang dengan 6-10 mata, sedangkan anggur yang tergolong V. labrusca dipangkas panjang dengan 10-15 mata. Waktu pemangkasan perlu diperhatikan yaitu sebulan setelah pemangkasan tidak turun hujan agar pembungaan tidak terganggu. 16 Pertumbuhan empat tunas diarahkan ke semua arah, sehingga cabang dan ranting dapat memenuhi para-para. Jika cabang dan ranting telah tumbuh 75-100 cm, ujungnya dipotong agar tumbuh tunas baru. Pemotongan terus dilakukan hingga diperoleh cabang dan ranting yang banyak. Ada tiga macam pemangkasan, yaitu pemangkasan pendek (4 mata tunas), pemangkasan sedang (4-10 mata tunas), dan pemangkasan panjang (>10 mata tunas). Setelah ujung batang pokok dipotong akan tumbuh cabang primer, cabang sekunder, dan cabang tersier yang akan menghasilkan cabang buah. Zat pengatur tumbuh asam giberelat (GA3) dapat digunakan untuk meningkatkan mutu buah (ukuran butir lebih besar, rasa buah lebih manis, jumlah biji sedikit). GA3 dengan dosis 0,1-0,2% diberikan dua kali pada saat pembungaan, yaitu 1 minggu sebelum bunga mekar agar rasa buah manis dan jumlah biji sedikit, dan pada saat bunga mekar untuk memperbesar buah dan memperpanjang tandan. Rasa Buah Pada kondisi tanah yang terlalu basah, buah matang tidak seragam dan rasanya masam. Rasa masam pada buah dapat dikurangi dengan memberikan hara N dan K dalam jumlah berimbang. Mengingat serapan K dipengaruhi oleh jumlah pupuk N yang diberikan maka nisbah K/N dari pupuk yang diberikan sekitar 1,25 : 1; jika takaran pupuk KCl 250 kg/ha maka pupuk urea yang diberikan 200 kg/ha. Pada nisbah K/N yang berimbang, asam sitrat dan gula berada dalam jumlah yang proporsional. Takaran pupuk KCl dihitung dari pengurangan nilai batas kritis K dapat ditukar untuk anggur terhadap hasil analisis tanah sebelum anggur ditanam. Jika hasil analisis K dapat ditukar sama dengan nilai batas kritisnya maka pupuk KCl tidak harus diberikan. Tanaman yang menderita kahat K ditandai dengan daun berwarna pucat dan berbercak kuning, dan pada kondisi yang parah maka daun tua mulai mati dari ujung. Unsur K juga mempengaruhi ukuran buah, kandungan vitamin C, dan warna buah. Jika pupuk N diberikan dalam jumlah sedikit maka asam sitrat dalam buah meningkat. Sumber K dari K 2SO 4 lebih baik dibanding KCl, karena KCl cenderung menekan pembungaan/pembuahan serta mengurangi ukuran/bobot buah dan kandungan gula. Ion Cl- selain meningkatkan kemasaman juga menaikkan kapasitas tanaman memegang air sehingga pembungaan tertunda. Pemupukan K 2 SO 4 cenderung memproduksi buah dengan warna dan tekstur yang lebih baik. Agar rasa buah manis maka buah dipetik pada saat sudah masak. Pemetikan lebih awal menyebabkan buah berasa masam, karena anggur termasuk buah yang memiliki respirasi nonklimakterik; jika buah dipetik sebelum waktunya maka karbohidrat tidak dapat berubah menjadi gula. Rasa manis dan asam pada buah anggur ditentukan oleh nisbah gula/asam. Makin lebar nisbah gula/asam maka rasa buah makin manis, dan sebaliknya makin sempit nisbahnya maka rasanya makin asam. Kandungan gula tertinggi dicapai pada saat nisbah gula/asam >25/1. Umur petik optimal buah anggur varietas Bali dan Probolinggo Biru 81 sekitar 105-110 hari setelah pemangkasan, yang dicirikan dengan warna buah bagus (tergantung jenisnya), tekstur buah agak lunak tetapi kenyal, dan nisbah gula/asam >25/1 (M. AlJabri) . Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Balai Penelitian Tanah Jalan Ir. H. Juanda No. 98 Bogor 16123 Telepon : (0251) 8 3 2 1 6 0 8 Faksimile : (0251) 8 32 1 6 0 8 E-mail: [email protected] Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 30, No. 6 2008