Ringkasan Khotbah

advertisement
Ringkasan Khotbah - 15 Mei'11
Mengikuti Pimpinan Baru Tuhan
Luk.5:33-39
Ev. Bakti Anugrah, M.A.
Perikop tentang puasa ini dicatat dalam ketiga Injil Sinoptik (Matius, Markus dan Lukas) dan
uniknya ini dicatat setelah peristiwa Lewi pemungut cukai yang bertobat. Setelah si Lewi ini
dipanggil untuk mengikut Tuhan, ia mengadakan perjamuan besar. Tuhan Yesus makan
bersama dengannya dan orang berdosa lainnya. Lalu muncul pertentangan dari orang Farisi.
Mereka bersungut-sungut karena Yesus makan dengan orang berdosa. Yesus menjawab,
“Bukan orang sehat yang perlu tabib tetapi orang sakit.” Ia datang bukan untuk panggil orang
benar tetapi orang berdosa. Orang-orang Farisi tetap tidak puas. Mereka mengatakan
murid-murid Yohanes saja berpuasa, mengapa murid-murid Yesus tidak berpuasa melainkan
makan dan minum? Padahal orang Farisi tidak cocok dengan Yohanes tetapi pada waktu itu
demi kepentingan mereka sendiri mereka mengutip perkataan Yohanes.
Tuhan Yesus menjawab mereka dengan satu analogi yang sangat dapat mereka terima,
“Dapatkah sahabat mempelai laki-laki disuruh berpuasa sedang mempelai itu bersama
mereka?” (Ayat 34). Pada waktu itu bagi orang Yahudi, pernikahan adalah peristiwa besar.
Sebelum mereka menikah ada pesta besar dan ada sahabat dari mempelai laki-laki. Mereka
bersukacita bersama-sama. Nanti ada waktunya mempelai laki-laki itu akan diambil (setelah
laki-laki itu menikah) dan mereka akan berpuasa. Tuhan Yesus mau mengatakan waktu Ia ada
bersama-sama dengan para murid-Nya, itu adalah waktu yang penuh sukacita. Waktu sukacita
adalah waktu kebersamaan dengan-Nya, waktu mereka diampuni dosanya seperti Lewi.
Karena itulah mereka mengadakan perjamuan pesta dan mengucap syukur. Tetapi hal ini
dicela oleh orang Farisi. Waktu bersukacita orang-orang Farisi tidak mau ikut bergabung, waktu
berdukacita mereka tidak mau berkabung. Orang Farisi mau mengerjakan maunya sendiri dan
menentukan bentuk luaran yang harus dilakukan, dalam hal ini yaitu berpuasa.
Mengapa dalam bagian ini dicatat mempelai itu akan diambil? Yesus sedang memprediksikan
kematian-Nya. Sekarang sebelum Yesus mati, mereka dapat makan dan minum bersama-Nya.
Tetapi nanti ada waktunya dimana Ia akan disalib dan tidak ada lagi bersama-sama dengan
mereka, waktu itulah mereka harus berpuasa. Selama masih ada Yesus belum waktunya
mereka puasa. Yesus tidak menentang puasa. Sebelum memulai pelayanan-Nya Yesus
berpuasa 40 hari di padang gurun. Tuhan tidak menentang praktek ini tetapi yang jadi masalah
adalah orang Farisi telah menjadikan puasa sebagai ritual yang tidak ada hubungannya dengan
1/4
Ringkasan Khotbah - 15 Mei'11
kerohanian mereka.
Kita pun dapat terjebak dengan hal ritual. Hal ritual tidak salah tetapi waktu kita melakukan hal
semacam ini apakah ada hubungan dengan hidup kita? Misalnya: kita menyuruh anak-anak kita
ikut sekolah Minggu. Ini tidak salah. Tetapi mengapa harus ikut sekolah Minggu seringkali tidak
diajarkan. Kita hanya mengajarkan kebiasaannya tanpa diberikan alasannya: sikap hati
anak-anak harus seperti apa terhadap sekolah Minggu. Ini yang mau Tuhan koreksi. Mengapa
Tuhan makan dengan Lewi dan orang berdosa? Karena Lewi dosanya sudah diampuni, ia
diterima oleh Tuhan dan sekarang ia mengucap syukur dengan perjamuan. Sukacita karena
hidup bebas di dalam Kristus direbut oleh orang-orang Farisi dengan aturan yang sempit.
Dalam kekristenan yang penting adalah sikap hati yang dianyatakan dalam bentuk tindakan di
luar.
Misalnya: Mengapa harus puasa? Kita berhenti dari makan dan minum untuk memfokuskan diri
pada pekerjaan Tuhan dan doa. Ada hal yang mendesak sehingga kita mengurangi makan dan
minum untuk menahan diri untuk dapat berkomunikasi dengan Tuhan. Contohnya mungkin kita
dapat berpuasa waktu gereja ada perpecahan, ada jemaat yang tertimpa masalah dan dosa
yang besar kemudian kita memohon anugerah Tuhan bagi orang itu, waktu KKR, dsb. Jangan
terjebak pada hal ritualnya melainkan karena perasaan mendesak dari rohani di dalam
mendorong kita untuk berpuasa di luar. Saat ini kita mengingat Kristus yang sudah mati dengan
melakukan perjamuan kudus. Ini pun yang penting sikap hati kita waktu melakukannya. Waktu
Yesus mati (mempelai itu diambil) murid-murid perlu berdiam diri, perlu berpuasa, berpikir,
berdoa, dan menahan diri.
Orang-orang Farisi hanya lihat hidup Yesus separuh. Mereka tidak lihat waktu Yesus kurang
tidur, kurang makan. Kadang-kadang kita bisa terjebak langsung menilai apa yang kelihatan di
depan mata dan di luar. Orang-orang Farisi hanya tahu bahwa Yesus makan dan minum terus
tanpa tahu kehidupan Yesus seluruhnya. Waktu Lewi pemungut cukai bertobat dan adakan
pesta, Yesus hadir. Waktu Simon si kusta menyelenggarakan perjamuan makan, Yesus pun
hadir. Ini yang dilihat orang Farisi. Kita jangan memakai ukuran terhadap satu hamba Tuhan
untuk menilai hamba Tuhan yang lain. Kita seringkali menilai dari luar tanpa tahu pergumulan
orang itu.
Lalu Tuhan memberi perumpamaan pada mereka, “Tidak seorangpun mengoyakkan secarik
kain dari baju yang baru untuk menambalkannya pada baju yang tua. Jika demikian, yang baru
itu juga akan koyak dan pada yang tua itu tidak akan cocok kain penambal yang dikoyakkan
dari yang baru itu.” Yesus mau mengatakan hidup itu tidak bisa tambalan. Kemudian Yesus
melanjutkan, “Demikian juga tidak seorangpun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong
2/4
Ringkasan Khotbah - 15 Mei'11
kulit yang tua, karena jika demikian, anggur yang baru itu akan mengoyakkan kantong itu dan
anggur itu akan terbuang dan kantong itupun hancur. Tetapi anggur yang baru harus disimpan
dalam kantong yang baru pula.”
Dalam pameran benda-benda Alkitab, ditunjukkan bahwa kantong kulit berasal dari kulit
kambing atau domba. Kulit ini dibersihkan lalu dijahit rapat. Bagian leher dipasang tutup.
Anggur dituang ke dalam kantong kulit tersebut. Anggur itu akan fermentasi dan mengeluarkan
gas. Kantong tersebut menggembung karena gas tersebut sampai batas tertentu. Anggur terus
disimpan dalam kulit tersebut. Jika anggur itu dikeluarkan kemudian kantong kulit tersebut
diganti anggur baru, maka anggur baru itu baru mulai fermentasi dan kantong kulit lama
tersebut tidak kuat untuk menahan gas baru lagi sehingga ia akan hancur. Anggur baru harus
disimpan dalam kantong baru, anggur lama harus dalam kantong lama. Tidak boleh dicampur.
Jika seseorang sudah meminum anggur tua tidak ada yang mau minum anggur baru karena
anggur tua rasanya makin baik.
Apa yang mau dikatakan di sini? Seorang penafsir (Darrel Bock) mengatakan: Pertama, kita
berada di era antara. Kita sekarang ada di era Perjanjian Baru tetapi kita menuju era yang lebih
baru yaitu kedatangan Kristus kedua kali. Kita menanti dengan ibadah dan hidup yang
memuliakan Tuhan. Kita mungkin sudah nyaman atau kesulitan hidup di dunia ini tetapi nanti
ada era yang baru di mana tidak ada lagi kesulitan, sakit penyakit, dan penderitaan. Jika kita
sudah terlalu nyaman dengan keadaan kita sekarang, mungkin kita bisa menjadi orang yang
tidak peduli sekitar dan tidak mau pelayanan.
Kedua, pengajaran Kristus yang kita percayai tidak bisa digabung dengan yang lain: ajaran
Farisi, sunat dan aturan-aturan lain. Kita tidak boleh sinkretis (campur-campur) dengan ajaran
lain. Kita juga tidak bisa ikut Tuhan dengan tetap mempertahankan manusia lama kita. Waktu
kita terima Tuhan ada dua yang terjadi dalam hidup kita. Kita sudah menjadi manusia baru
tetapi ada pengudusan terus-menerus terhadap manusia lama kita. Siapa yang ada di dalam
Kristus ia adalah ciptaan baru, yang lama sudah berlalu dan yang baru sudah datang
(2Kor.5:17). Status kita sudah dibenarkan oleh Kristus, kita adalah orang kudus, tidak lagi
dihukum dan diberi hidup yang kekal. Karena itu, biarlah kita hidup sesuai status baru kita
tersebut. Untuk ini perlu proses dan perjuangan untuk meninggalkan manusia lama kita. Jika
tidak, kita seperti kantong yang lama diisi anggur baru yang akan meledak nantinya. Dalam diri
kita ada manusia lama, tetapi ada firman Tuhan yang harus kita taati. Kita harus buang
kebiasaan berdosa kita yang lama. Ini pasti menyakitkan. Waktu kita mentaati firman dan terasa
sulit bukan berarti kita menjadi orang yang munafik tetapi kita sedang berjuang untuk mentaati
Tuhan. Orang dunia mungkin berpikir orang Kristen munafik. Pikiran ini salah. Orang Kristen
bukan munafik, tetapi waktu sadar dosa orang Kristen berjuang menyangkal diri dan mentaati
Tuhan. Orang yang tidak mengenal Tuhan tidak menyangkal diri melainkan mengumbar nafsu
mereka. Kekristenan bukan masalah apa yang di luar. Tuhan berkata manusia lihat apa yang di
3/4
Ringkasan Khotbah - 15 Mei'11
luar, Tuhan menilai apa yang di dalam hati. Misalnya: kita perlu mengajarkan anak-anak berdoa
menutup mata karena mereka belum bisa konsentrasi jika berdoa dengan membuka mata.
Bukan berarti kita harus selalu berdoa dengan menutup mata. Jika kita sedang dalam
perjalanan dan menyetir mobil, kita dapat berdoa. Memang betul kadang ekpresi hati tampak
dari luar. Contoh: pakaian apa yang kita pakai pergi ke gereja menunjukkan hati kita. Namun
sikap hati kita di dalam yang penting, Tuhan menilai hati kita.
Ketiga, orang menolak untuk berubah jika sudah punya kebiasaan lama. Seringkali kita sudah
cocok dengan satu kebiasaan tidak mau berubah. Ini bahaya. Jangan kita menjadi anggur lama
terus dan tidak mau pelayanan. Sekali-kali mungkin kita perlu mencoba bidang pelayanan lain
yang belum pernah kita lakukan sebelumnya. Masalahnya bukan tampilan di luar, tetapi sikap
hati di dalam yang penting! Apakah kita mau berubah seturut dengan firman Tuhan? Jangan
kita kehilangan kasih yang mula-mula. Jika kita kehilangan kasih yang mula-mula, Alkitab
mengatakan betapa dalamnya kita sudah jatuh. Dalam mengikut Tuhan kadang Tuhan
memimpin kita pada hal yang baru. Maukah kita taat? Kita semua bisa punya kecenderungan
tidak mau dinasehati oleh orang yang lebih muda dan tidak mau berubah. Kita perlu waspada
dan menetapkan hati untuk mau menjadi murid kebenaran sekalipun orang yang mengatakan
kebenaran itu lebih muda atau lebih tidak berpengalaman dari kita.
Terakhir, Kristus adalah otoritas tertinggi. Kristus adalah Firman yang hidup. Dialah yang
berotoritas menentukan mana yang boleh dan mana yang tidak. Jika ritual-ritual yang kita
lakukan tidak sesuai dengan firman, boleh kita tinggalkan. Sesuaikah kebiasaan lama kita
dengan firman? Jika tidak, gantilah kebiasaan itu! Anggur lama, kantong lama. Anggur baru,
kantong baru. Biasanya tidak ada orang yang mau minum anggur baru karena anggur lama
lebih enak. Tetapi kita tidak boleh seperti itu. Kita harus siap membuang natur lama kita untuk
hidup mentaati Tuhan. Apa hal-hal dalam diri kita yang masih menjadi anggur lama yang perlu
kita ganti? Mari kita minta pertolongan Tuhan. Siapkah kita dengan pimpinan Tuhan yang baru?
(VP)
4/4
Download