BAB І PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja memiliki peran yang cukup besar dalam menentukan proposi remaja yang diindikasikan dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk (Indrawanti, 2002). Menurut WHO (1995) seperlima dari penduduk dunia adalah remaja yang usianya berkisar 10-19 tahun. Sekitar 20 persen dari penduduk Indonesia adalah remaja berusia 15-24 tahun atau setara dengan 41,4 juta orang (Kitting, 2004). Pada masa ini terjadi perubahan fisik yang ditandai dengan munculnya tanda - tanda seks primer dan sekunder serta perubahan kejiwaan meliputi perubahan emosi menjadi sensitif dan perilaku ingin mencoba hal-hal baru (Depkes, 2003). Perilaku ini jika didorong oleh rangsangan seksual dapat membawa remaja pada perilaku yang dampaknya merugikan remaja itu sendiri. Perilaku tersebut antara lain hubungan seks pranikah dapat mengakibatkan penularan PMS dan HIV-AIDS, kehamilan di luar nikah dan aborsi tidak aman (Depkes, 2003). Pada remaja sering terjadi penyalahgunaan NAPZA yang biasanya diikuti hubungan seksual di luar nikah dengan berganti-ganti pasangan yang meningkatkan risiko tertular PMS dan HIV-AIDS (Depkes, 2003). Dampak yang terjadi pada hubungan seksual di luar nikah dan berganti – ganti pasangan dapat merusak kehidupan sosial. Penelitian yang dilakukan LDFEUI melaporkan bahwa 50,3% remaja laki-laki dan 57.7% remaja perempuan mengetahui bahwa kehamilan dapat terjadi meskipun hanya satu kali melakukan hubungan seksual. Terlihat masih kurangnya pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi yang meningkatkan resiko terjadinya kehamilan tak diinginkan yang mengarah pada aborsi (Tanjung,2001). Data survei PKBI menunjukkan bahwa dari 2558 kejadian aborsi tahun 1994, 58% terjadi pada remaja usia 15-24 tahun, dimana 62% diantaranya belum 1 2 menikah. Ditemukan pula 9 kasus aborsi pada remaja di bawah usia 15 tahun (Rosdiana, 1998). Penderita HIV-AIDS dilaporkan Depkes pada September 2000 sebahagian besar berusia di bawah 20 tahun yang tertular melalui hubungan seks tidak aman dan penggunaan jarum suntik terinfeksi bergantian (Tanjung, 2001). Penelitian yang dilakukan oleh fakultas kesehatan masyarakat UNDIP menunjukkan bahwa secara umum pola risiko terhadap kesehatan seksual dan reproduksi pada remaja relatif rendah dibandingkan dengan negara lain. Hal ini diantaranya berhubungan dengan adanya karakter budaya di Jawa Tengah yang positif. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa faktor percaya diri merupakan faktor pengaruh yang paling kuat terhadap perilaku seksual remaja. Pengembangan kebijakan dan program yang mendatang seyogyanya ditujukan untuk mempertahankan nilai dan norma yang positif dari remaja, dengan meningkatkan rasa percaya diri mereka melalui layanan dan pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi yang berbasis pada sekolah. Fenomena yang sering muncul di lingkungan sekitar lokalisasi adalah munculnya praktik pelacuran dan prostitusi. Pelacuran adalah salah satu “penyakit masyarakat” yang sudah ada sejak lama, selain itu pelacuran juga sebagai perbuatan melanggar hukum, dan juga merupakan masalah sosial. Pengertian ”penyakit masyarakat” adalah semua tingkah laku yang bertentangan dengan norma kebaikan, stabilitas lokal, pola kesederhanaan, moral, hak milik, solidaritas kekeluargaan, hidup rukun bertetangga, disiplin, kebaikan, dan hukum formal, selain sebagai penyakit masyarakat pelacuran juga disebut sebagai ”masalah sosial” yakni semua bentuk tingkah laku yang melanggar atau memperkosa adat-istiadat masyarakat (dan adat-istiadat tersebut diperlukan untuk menjamin kesejahteraan hidup bersama); dan situasi sosial yang dianggap oleh sebagian besar dari warga masyarakat sebagai mengganggu, tidak dikehendaki, berbahaya, dan merugikan orang banyak. 3 Praktik pelacuran mempunyai dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan sekitarnya, baik dampak positif maupun negatif. Dampak negatif antara lain menimbulkan dan menyebarluaskan penyakit kelamin dan kulit, sedangkan dalam kehidupan keluarga, suami yang tergoda oleh pelacur keluarganya biasanya akan menjadi berantakan, sedangkan dampak pada lingkungan itu sendiri akan terjadi banyak kriminalitas dan kecanduan bahan – bahan narkotika dan akan merusak sendi – sendi moral, agama, hukum dan susila. Sedangkan dampak positifnya bagi penduduk di sekitar lokalisasi tersebut adalah penghasilan keluarga bertambah, ini dikarenakan kebanyakan dari mereka juga berjualan di tempat tersebut meskipun yang mereka jual adalah minuman keras, rokok dan alat kontrasepsi. Surve sementara yang dilakukan jumlah remaja di RW 04 kelurahan Kalibanteng Kulon, yang lingkungannya sekitar sunan kuning jumlah remajanya mencapai 62 remaja yang terbagi dalam 4 RT di RW 04 yang didapat dari Sekertariat RW 04 kelurahan Kalibanteng Kulon. Berdasarkan observasi yang dilakukan, bahwa remaja melakukan seks bebas cenderung sudah menjadi hal yang biasa, kurangnya pengetahuan salah satu menjadi faktor terjadinya seks bebas. Selain itu, hubungan ini dilakukan karena pergaulan, suka sama suka, atau sekedar ingin dianggap anak gaul. Fakta yang lain menunjukan sebagian besar remaja putri merokok, hal ini dilakukan hanya untuk sekedar dianggap sebagai anak gaul. Bahkan bukan hanya orang dewasa dari remaja putri saja yang merokok, akan tetapi anak – anak dibawah umur juga ikut merokok. B. Rumusan Masalah Peneliti merumuskan masalah sebagai berikut penyimpangan perilaku seks bebas pada remaja di lingkungan sekitar di lokalisasi Sunan Kuning Semarang. 4 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mendeskripsikan penyimpangan perilaku seks pada remaja di RW 04 lingkungan sekitar lokalisasi Sunan Kuning Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan jenis – jenis penyimpangan perilaku seks pada remaja di RW 04 kelurahan Kalibanteng Kulon. b. Mendiskripsikan faktor – faktor yang mempengaruhi terhadap penyimpangan perilaku seks remaja di sekitar lingkungan RW 04 kelurahan Kalibanteng Kulon. c. Mendeskripsikan dampak dari penyimpangan perilaku seks pada remaja di RW 04 kelurahan Kalibanteng Kulon. D. Manfaat Penelitian 1. Masyarakat Sebagai bahan untuk masyarakat dan memberikan informasi adanya dampak penyimpangan perilaku seks pada remaja. 2. Remaja Sebagai bahan remaja untuk berpartisipasi mencegah akan adanya penyimpangan perilaku seks pada remaja. 3. Peneliti Memperluas cara berpikir peneliti dan pembaca untuk mengetahui dampak penyimpangan perilaku seks pada remaja. 4. Ilmu Pengetahuan Untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi orang yang membaca. E. Bidang Ilmu Penelitian ini di lakukan dan termasuk dalam bidang ilmu keperawatan terutama dalam bidang ilmu keperawatan komunitas. 5 F. Originalitas Penelitian Peneliti Tahun Judul Desain Penelitian Pengambilan menggunakan random sampling Miftah Aulia Andisti dan Ritandiyono 2008 Religiusitas Dan Perilaku Seks Bebas Pada Dewasa Awal Antono Suryoputro, Nicholas J. Ford, Zahroh Shaluhiyah 2006 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja Di Jawa Tengah: Implikasinya Terhadap Kebijakan Dan Layanan Kesehatan Seksual Dan Reproduksi Rancangan penelitian penjelasan (explanatory research) dengan pendekatan belah lintang Hasil Hasil koefisien korelasi diperoleh r= -0.378 dengan demikian ada hubungannya antara religiusitas dan perilaku seks bebas Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum pola risiko terhadap kesehatan seksual dan reproduksi pada remaja relatif rendah dibandingkan dengan negara lain. Hal ini diantaranya berhubungan dengan adanya karakter budaya di Jawa Tengah yang positif. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa faktor percaya diri merupakan faktor pengaruh yang paling kuat terhadap perilaku seksual remaja. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang diatas adalah terletak didesain penelitian dan metode penelitiannya, dimana penelitian sebelumnya menggunakan teknik random sampling dan penjelasan atau explanatory research, sedangkan penelitian ini menggunakan teknik total sampling dengan mendeskripsikan suatu keadaan.