Jejaring Kebijakan....(Uhsina Huda dan Marita Ahdiyana, M.Si.)1 JEJARING KEBIJAKAN DALAM PELAKSANAAN PENGEMBANGAN PASAR TRADISIONAL DI KABUPATEN BANTUL POLICY NETWORKS IN IMPLEMENTATION OF TRADITIONAL MARKET DEVELOPMENT IN BANTUL REGENCY Oleh: Uhsina Huda dan Marita Ahdiyana, M.Si., FIS, UNY, [email protected] ABSTRAK Tujuan penelitian untuk mengetahui jejaring kebijakan dalam pelaksanaan pengembangan pasar tradisional di Kabupaten Bantul, beserta faktor pendorong dan penghambatnya. Penelitian ini penting karena dimensi relasi aktor dapat mencerminkan kesiapan aktor kebijakan mengelola jejaring untuk mencapai tujuan bersama dalam pelaksanaan kebijakan. Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Bantul, informan penelitian yaitu Kepala dan Kasi Perencanaan KPP, Kepala Dinas PU, Sekretaris Dinas Perijinan, Sekretaris DPPKAD, Sekretaris Disperindagkop, Kepala Bappeda, Kepala APPSI, dan Pedagang pasar tradisional. Instrumen penelitian adalah peneliti, teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan triangulasi sumber. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jejaring kebijakan dalam pelaksanaan pengembangan pasar tradisional di Kabupaten Bantul belum dikelola dengan optimal. Hal ini dapat dilihat dari: (1) pengelolaan relasi aktor belum memiliki wadah komunikasi yang tetap; (2) terdapat aktor yang belum berperan aktif dalam pelaksanaan kebijakan; (3) jejaring kebijakan kesulitan dalam mengkomunikasikan kebutuhan sumber dayanya kepada anggota; (4) jejaring kebijakan kurang dapat memanfaatkan potensi kerjasama stategis dan mengakomodir kepentingan seluruh aktor dalam pelaksanaan kebijakan. Faktor pedorong jejaring kebijakan yaitu adanya kebutuhan informasi setiap aktor dan penggunaan sumber daya secara bersama-sama. Faktor penghambat jejaring kebijakan yaitu kurangnya SDM pengelola jaringan dan belum adanya wadah komunikasi yang tetap. Kata Kunci: Jejaring kebijakan, aktor, kerjasama. ABSTRACT This aims of this research is to determine policy networks in implementation of traditional market development in Bantul Regency, including its supporting and inhibiting factors. This research is important because, could represent their readiness to manage the networks for the goal achievements in policy implementation. This research used descriptive and qualitative methods. Data collection has been done by using interview, observation and documentation technique. This research was held in Bantul Regency with some interviewees, there are Head of KPP planner, Head for Dinas PU, Secretary of Dinas Perijinan, Secretary of DPPKAD, Secretary of Disperindagkop, Head of Bappeda, Head of APPSI, and traditional market vendors. Research instruments consist of researcher, data validity are analyzed using triangulated-source technique. Data are processed by using interactive method analyzing. The Result shows that policy networks in implementation of traditional market development in Bantul Regency, wasn’t optimally managed yet. It can be seen from (1) actor management has no permanent communication media (2) there was an actor who wasn’t actively participated in Jejaring Kebijakan....(Uhsina Huda dan Marita Ahdiyana, M.Si.)2 policy implementation (3) policy networks was distracted in presenting their resource needs to participants (4) policy networks not optimally utilize the potency from strategic cooperation and accommodating all the actor’s behalf in policy implementation. Supporting factor for this implementation are actor’s needs for information and being conjoined in resource utilization. Inhibiting factors for this implementation are lack of human resource for networks managing and has no permanent media communication yet. Keywords: Policy Network, actor, cooperation. PENDAHULUAN Dalam pengembangan mengembangkan tradisional di daerahnya, pasar Pemerintah Kabupaten Bantul menjalankan Kebijakan Pengembangan Pasar Tradisional. Kebijakan Pengembangan Pasar Tradisional didasari oleh Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Pasar. Secara umum dimaksudkan kebijakan untuk perekonomian ini meningkatkan kerakyatan, melalui pemberdayaan dan memberikan perlidungan kepada UMKM, koperasi, serta pasar Keberhasilan tradisional pengembangan tidak pembangunan bisa fisik meningkatkan diukur saja. efektifitas pengembangan pasar tradisional pasar dari Untuk dalam perlu tindakan yang menyeluruh, pengembangan harus dilakukan pada segala aspek yang dan berpengaruh pada berkembangnya pasar tradisional. Beberapa tindakan pedagang, dan terhadap pasar tradisional. pasar, proteksi Keberhasilan pengembangan pasar tradisional tidak dapat diperoleh hanya dengan memaksimalkan satu tindakan, melainkan harus dilakukan secara berimbang. Jumlah keseluruhan pasar tradisional di Kabupaten Bantul menurut Kantor Pengelolaan Pasar (KPP) saat ini 31 pasar tradisional, dengan rincian jumlah kios 634 unit, los 427 unit, dengan 12.023 jumlah pedagang yang terdaftar. Dengan keterangan, dari 31 pasar tradisional yang tradisional. berkaitan perberdayaan pengelolaan dalam pengembangan pasar tradisional antara lain revitalisasi fisik, dikelola, 12 diantaranya dengan kondisi baik dan dikategorikan 19 lainnya dikategorikan dengan kondisi cukup baik (Data Pasar Tradisional se Kabupaten Bantul, 2015). Berdasarkan data tersebut, jumlah pasar tradisional dengan kondisi baik kurang dari setengah jumlah keseluruhan, menunjukkan bahwa pengembangan yang sudah dilakukan sampai saat ini belum maksimal. Permasalahan pasar tradisional di Kabupaten Bantul secara umum hampir Jejaring Kebijakan....(Uhsina Huda dan Marita Ahdiyana, M.Si.)3 sama dengan pasar tradisional lainnya di Selain belum adanya tim koordinasi, Indonesia, seperti masalah tata bangunan sistem pengawasan dan koordinasi antar pasar, ketersediaan fasilitas, melemahnya instansi daya saing, serta pengelolaan pasar yang disebabkan kurang baik seperti kurang diperhatikannya kurangnya kesadaran saling mengawasi kebersihan dan pedagang yang kurang antar instansi. Hal ini dapat dibuktikan tertata (observasi, 2016). Pengembangan dengan yang dilakukan oleh pemerintah saat ini modern yang baru beroprasi tidak sesuai masih belum cukup berhasil, hal ini dapat dengan peraturan zonasi penataan pasar dilihat dari masih adanya beberapa masalah modern, dan belum ada penindakan. yang belum terselesaikan. Dalam masih penelitian ego adanya penelitian baik. Hal sektoral beberapa ini, ini dan pasar peneliti peneliti menggunakan pendekatan jejaring kebijakan implementasi dari Pratikno (2007), dengan indikator: (1) Kebijakan Pengembangan Pasar Tradisional Mengelola relasi aktor yang otonom; (2) di Menjaga interdependensi dan kerjasama; (3) menganalisis ini, adanya masih Dalam kurang bagaimana Kabupaten Bantul menggunakan pendekatan jejaring kebijakan, beserta faktor Mengelola pendorong dan penghambatnya. Penggunaan Memaksimalkan kemanfaatan bersama. pendekatan jejaring kebijakan dianggap METODE PENELITIAN sesuai pasar Desain Penelitian yang Penelitian menggunakan desain penelitian karena tradisional pengembangan merupakan multistakeholder. kebijakan Pelaksanaan kebijakan sumberdaya bersama; (4) deskriptif dengan pendekatan kualitatif. dilakukan oleh beberapa instansi dengan Lokasi dan Waktu Penelitian tugas masing-masing, tetapi belum dibentuk Penelitian dilakukan di Kabupaten Bantul, tim khusus antar instansi. Komunikasi antar yaitu di: (1) Kantor Pengelolaan Pasar; (2) aktor dilakukan dengan cara mengirimkan Bappeda; (3) Disperindagkop; (4) Dinas surat, sehingga apa yang disampaikan tidak Perijinan; (5) Pasar Wonokromo; (6) Pasar langsung mendapat respon dan rentan terjadi Pleret; (7) Pasar Bantul; (8) Pasar Barongan; perbedaan penafsiran (Observasi, 2016). (9) Pasar Ngipik; (10) Pasar Piyungan. Belum adanya tim koordinasi berpengaruh Penelitian pada proses komunikasi yang cenderung hingga 20 September 2016. kurang aktif dan responsif. dilaksanakan 27 Juni 2016 Jejaring Kebijakan....(Uhsina Huda dan Marita Ahdiyana, M.Si.)4 Informan Penelitian dilakukan Subjek penelitian yaitu: (1)Ibu Nurul Kasi pedoman wawancara, tetapi pertanyaan Perencanaan KPP; (2)Bapak Santosa Kepala dapat berkembang sesuai dengan alur KPP; (3)Bapak Abani Sekretaris Dinas kondisi.. Perizinan; (4)Bapak Hadi Kepala Dinas PU; dengan menggunakan 2. Observasi (5)Bapak Isa Sekretaris Disperindagkop; Pengamatan dilakukan (6)Bapak Joko Sekretaris DPPKAD; (7)Ibu menggunakan Tri Kepala Bappeda; (8)Bapak Yahya memperoleh informasi yang diperlukan Kepala APPSI; (9)Bapak Priharto anggota dalam penelitian. Peneliti mengamati APPSI; (10)Bapak Wahid pedagang pasar; wujud jejaring kebijakan, yaitu kegiatan (11)Ibu Santi pedagang pasar komunikasi, kerjasama, dan keterlibatan Instrumen Penelitian masing-masing Instrumen atau alat pengumpulan data utama pengembangan adalah peneliti sendiri. Kabupaten Bantul. Sumber Data 3. Dokumentasi 1. Data Primer Perolehan Diperoleh langsung dari data panca dengan indera aktor pasar yang untuk dalam tradisional berasal di dari wawancara dokumen-dokumen, baik tertulis atau kepada seluruh informan penelitian yang terekam, terkait dengan objek penelitian sudah disebutkan di atas. yang dapat mendukung peneliti dalam 2. Data Sekunder memenuhi, melengkapi, dan mengolah Data yang digunakan dalam penelitian data penelitian, seperti gambar kegiatan yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Bantul pengembangan pasar, Perda Pengelolaan tentang Pasar, Data Pasar Tradisional Kabupaten Pengelolaan Pasar, Renstra Kantor Pengelolaan Pasar Kabupaten Bantul 2011-2015, Tradisional Kabupaten Data Bantul Pasar oleh Bantul, dan Renstra KPP. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Untuk mengecek keabsahan dan kredibilitas Kantor Pengelolaan Pasar. data, penelitian ini menggunakan teknik Teknik Pengumpulan Data triangulasi sumber. Peneliti membandingkan 1. Wawancara dan mengecek balik derajat kepercayaan Penelitian menggunakan model suatu informasi yang diperoleh melalui wawancara semi terstruktur, wawancara sumber informasi yang berbeda sehingga Jejaring Kebijakan....(Uhsina Huda dan Marita Ahdiyana, M.Si.)5 peneliti dapat memperoleh data dan Tradisional di Kabupaten Bantul, yaitu KPP, informasi yang valid. Dinas PU, Disperindagkop, Dinas Perizinan, Teknik Analisis Data DPPKAD, Bappeda, BLH, pengembang, Penelitian menggunakan teknik analisis data APPSI, berupa pengumpulan data, reduksi data, (TNI/Polri/Satpol PP dan SMEDC/Small penyajian data dan penarikan kesimpulan. and PEMBAHASAN Center). Jejaring Kebijakan dalam Pelaksanaan kebijakan yang terbentuk yaitu Bureaucratic Pengembangan Network, yaitu jenis jejaring yang terbentuk Pasar Tradisional Di dan Medium organisasi Enterprises Kecenderungan lain Development jenis jejaring dari koalisi advokasi. Bureaucratic Network Kabupaten Bantul Jejaring kebijakan dalam pelaksanaan berarti pembentukan pemerintah di diidentifikasikan pelaksanaan kebijakan, baik swasta maupun sebagai keterlibatan beberapa aktor baik masyarakat didominasi oleh petunjuk dan lembaga intruksi pemerintah, dengan pemerintah Bantul, pemerintah pemerintah dalam maupun kebijakan, non yang terhubung satu sama lain karena adanya ketergantungan sumber tindakan kolektif. yang daya melalui Menggunakan pihak antara Kebijakan Pengembangan Pasar Tradisional Kabupaten dengan hubungan lain dalam bertindak sebagai agensi. Kapasitas melakukan steering akan menjadi strukturasi kekuatan penting perpektif dalam manajemen jaringan pendekatan jaringan dalam pelaksanaan (Wahyudi dan Ambar, 2010:121). KPP kebijakan berarti bahwa, menjadi pusat komando berarti memiliki bekerjasama untuk beberapa aktor mencapai tujuan kemampuan untuk mengatur pelaksanaan pelaksanaan kebijakan ini jauh lebih efektif, kebijakan dari pada organisasi secara mandiri. Selain dalam itu, keterlibatan aktor lain dalam pelaksanaan berbagai kepentingan aktor-aktor kebijakan akan mudah terakomodir dalam pelaksanaan kebijakan. maupun bagaimana kebijakan. suatu persetujuan antara beberapa pihak dalam seperti suatu perjanjian kerjasama dan pelaksanaan Kebijakan Pengembangan Pasar kontrak. Menyediakan wadah perantara yang aktor kebijakan dilakukan dengan cara membuat dengan kewenangan banyak kebijakan program-program Pengikatan relasi dalam pelaksanaan 1.Pengelolaan relasi aktor yang otonom Terdapat mengenai berbeda-beda Jejaring Kebijakan....(Uhsina Huda dan Marita Ahdiyana, M.Si.)6 dalam pengelolaan relasi bertujuan untuk meningkatkan kualitas kontribusi aktor-aktor memudahkan terjadinya komunikasi dan dalam pelaksanaan kebijakan. keutuhan informasi kebijakan. Sangat Pengelolaan keunggulan komparatif disayangkan dalam pelaksanaan kebijakan masing-masing aktor menunjukkan bahwa ini belum memiliki suatu wadah perantara sebagian besar aktor sudah berperan aktif yang tetap, komunikasi sering dilakukan sesuai dengan cara membentuk forum tertentu tanggungjawabnya. sesuai kebutuhan dan bersifat situasional. pelaksanaan kebijakan ini, masing-masing Mengapresiasi dan menyikapi aktor dengan belum bidang dan Namun, dapat memaksimalkan keberagaman dalam pelaksanaan kebijakan penerapan ini ditunjukkan dengan adanya komunikasi dalam pengawasan pelaksanaan berdasarkan timbal-balik antar aktor dan kerjasama bidang masing-masing maupun pengawasan saling terhadap kinerja aktor lainnya dalam jejaring melengkapi dengan bidang spesialisasi masing-masing. 2.Menjaga fungsi dalam pengawasannya, baik kebijakan. interdependensi dan Upaya menjaga interdependensi antar aktor dalam pelaksanaan pengembangan kerjasama Menurut Jones, Hesterly, dan Borgatti pasar tradisional, perlu adanya pengelolaan (1997), kestabilan suatu struktur jaringan kepentingan dalam bekerjasama. Secara ditentukan oleh tingkat interdependensinya, umum yakni melalui mekanisme pertukaran sumber kebijakan ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu daya yang relatif tetap dan tidak tergantikan kepentingan yang dibawa dari masing- (dalam Wahyudi dan Ambar, 2010:119). masing aktor yang terlibat, dan kepentingan Upaya dan kebijakan itu sendiri. Tentu saja jejaring kerjasama dapat dilakukan dengan cara kebijakan dalam pelaksanaan kebijakan mengelola ditujukan menjaga interdependensi keunggulan komparatif dari kepentingan untuk dalam mencapai pelaksanaan kepentingan masing-masing aktor, aktif memperjuangkan bersama, yaitu kepentingan pengembangan kepentingan bersama, dan mewujudkan pasar iklim kompetitif. kepentingan bawaan dari masing-masing Memaksimalkan kinerja aktor berdasarkan aktor, jejaring kebijakan harus mampu bidang masing-masing dilakukan dengan mengontrol anggotanya untuk menekan kerjasama yang tradisional. kepentingan Dalam masing-masing, menyikapi kemudian Jejaring Kebijakan....(Uhsina Huda dan Marita Ahdiyana, M.Si.)7 mengarahkannya kepada kepentingan bersama. daya bersama dalam pengembangan pasar tradisional Interaksi kebijakan horisontal dapat menghambat dalam mendukung proses jejaring dan pengelolaan dilakukan mengkomunikasikan dengan kebutuhan sumber daya kebijakan kepada aktor yang terlibat. Hambatan dalam pengelolaan sumber kepentingan. Mendukung dapat diartikan daya bahwa horisontalisme dalam berinteraksi pengembangan pasar tradisional yaitu KPP memungkinkan adanya kesetaraan dalam masih berkomunikasi, sehingga antara aktor satu kebutuhan sumber daya jejaring kebijakan dan lainnya memungkinkan adanya tindakan kepada anggotanya yang memiliki hak untuk saling mengontrol. Yang dapat menghambat mengelola sumber dayanya sendiri. Menurut yaitu ketidak jelasan kekuatan dari aktor Jones, Hesterley,dan Borgatti (1997), pada utama dalam struktur jejaring kebijakan. saat yang bersamaan tata aturan dan pola Struktur dalam jejaring diperlukan untuk distribusi sumber daya itu hanya bisa memperjelas aktor utama yang memberikan dikukuhkan dan diubah lewat interaksi dan komando dalam menyampaikan kepentingan proses negosiasi antar pelaku jaringan bersama, dan untuk menangani hambatan (dalam Wahyudi dan Ambar, 2010:115). aktor utama dalam mengarahkan aktor lain. Pengelolaan sumber daya bersama dapat 3.Mengelola sumber daya bersama dikatakan Dalam jejaring kebijakan, para aktor tidak dapat mencapai dalam kesulitan baik pelaksanaan mengkomunikasikan apabila anggota dapat merespon dengan cepat kebutuhan sumber tanpa daya yang dibutuhkan sesuai negosiasi, tidak menggunakan sumber daya aktor lain. hanya KPP sebagai aktor utama yang Menurut dituntut Rhodes tujuan bersama (1997), mekanisme aktif menyuarakan kebutuhan kesaling tergantungan ini berjalan memalui jejaring, tetapi masing-masing aktor harus adanya pertukaran sumberdaya antar aktor menyadari betul bahwa sumber daya mereka (dalam Wahyudi dan Ambar 2010: 115). sangat dibutuhkan oleh jejaring kebijakan Terlibat dalam pelaksanaan pengembangan untuk mencapai tujuan bersama. pasar tradisional berarti masing-masing 4.Memaksimalkan kemanfaatan bersama aktor sudah menggunakan sumber dayanya untuk memenuhi kebutuhan Dalam jejaring kebijakan, menurut jejaring Ostrom (1990) upaya sistematis untuk kebijakan. Koordinasi pengelolaan sumber merumuskan bagaimana tindakan bersama Jejaring Kebijakan....(Uhsina Huda dan Marita Ahdiyana, M.Si.)8 (collective action) bisa dilakukan, bahkan aktor sebagai partisipan, melainkan juga bisa dipostulasikan menjadi mekanisme hubungan saling menguntungkan diantara pengelolaan (dalam Wahyudi dan Ambar, partisipan, dalam kerangka good governance 2010:116). Masing-masing aktor dalam terdiri pengembangan pasar tradisional memahami masyarakat (Sri Suwitri, 2011:8). Untuk bahwa tindakan yang dilakukan bersama mencapai kemanfaatan bersama, tindakan atas dasar saling melengkapi antara satu yang perlu dilakukan jejaring kebijakan dengan yang lainnya. Kepentingan dari yaitu melibatkan semua stakeholders dalam beberapa aktor dalam pengembangan pasar setiap pengambilan keputusan pelaksanaan tradisional dirumuskan secara rasional untuk pengembangan pasar tradisional. Hal ini mencapai suatu kepentingan yang sama. diperlukan untuk menunjang hubungan yang Pengelolaan kepentingan bersama dapat dilihat dari tingkat kepentingan dan pengaruh aktor kebijakan dalam pelaksanaan pengembangan pasar tradisional di atas pemerintah, swasta, dan saling menguntungkan antar aktor dalam pelaksanaan kebijakan. APPSI dan pedagang pasar tradisional yang memiliki kepentingan tinggi dalam Kabupaten Bantul. Aktor yang memiliki pengembangan tingkat pengaruh dan kepentingan yang memiliki tingkat pengaruh yang tinggi untuk tinggi dalam pelaksanaan pengembangan mempengaruhi pasar tradisional adalah KPP, DPU, dan pelaksanaan kebijakan. Akibatnya, dalam Dinas Perizinan. Aktor-aktor yang memiliki perencanaan tingkat pengaruh tinggi dengan tingkat pelaksanaan kebijakan, pemerintah kurang kepentingan Bappeda, dapat membaca dan mendapatkan informasi Disperindagkop, dan DPPKAD. APPSI mengenai kebutuhan dan kondisi rill di sebagai asosiasi yang mewakili pedagang lapangan. Oleh karena itu, hasil dari pasar pelaksanaan kebijakan akhirnya menjadi rendah tradisional adalah memiliki kepentingan pasar tradisional, keputusan dan dalam penyusunan kurang rendah. tingkat mementingkan kepentingan pemerintah saja, kepentingan dan pengaruh rendah adalah dan kurang bisa mengakomodir kepentingan BLH dan organisasi lain. APPSI dan pedagang pasar tradisional. Jejaring yang kebijakan memiliki bukan hanya menuntut peran serta atau keterlibatan para Upaya karena teknis tinggi, tetapi dengan tingkat pengaruh yang Aktor tepat tidak memperoleh cenderung kemanfaatan bersama dalam pelaksanaan pengembangan Jejaring Kebijakan....(Uhsina Huda dan Marita Ahdiyana, M.Si.)9 pasar tradsional di Kabupaten Bantul belum Network. maksimal. Disebabkan jejaring pelaksanaan pengembangan pasar tradisional kebijakan dalam pengembangan pasar di Kabupaten Bantul belum dikelola dengan tradisional belum dapat mengakomodir optimal. Hal ini dapat dilihat dari: (1) kepentingan karena seluruh aktor Jejaring kebijakan dalam kebijakan, pengelolaan relasi aktor belum memiliki ditunjukkan dengan adanya aktor yang wadah komunikasi yang tetap; (2) terdapat memiliki tingkat kepentingan tinggi tetapi aktor yang belum berperan aktif dalam dengan tingkat pengaruh yang justru rendah. pelaksanaan Selain itu, jejaring kebijakan belum dapat kebijakan memanfaatkan kerjasama strategis yang mengkomunikasikan potensial, ditunjukkan dayanya aktifnya BLH dengan dalam kurang pelaksanaan pengembangan pasar tradisional. 5.Faktor Pendorong dan Faktor kebijakan; (3) jejaring kesulitan kepada dalam kebutuhan anggota; kebijakan kurang dapat potensi kerjasama (4) sumber jejaring memanfaatkan stategis dan mengakomodir kepentingan seluruh aktor dalam pelaksanaan kebijakan. Penghambat Jejaring Kebijakan Faktor pedorong jejaring kebijakan Faktor pedorong jejaring kebijakan dalam pelaksanaan pengembangan pasar yaitu adanya kebutuhan informasi setiap tradisional yaitu aktor dan penggunaan sumber daya secara penggunaan sumber daya secara bersama bersama-sama. Faktor penghambat jejaring dan kebijakan yaitu kurangnya SDM pengelola di Kabupaten Bantul kebutuhan informasi. Faktor penghambat berjalannya jejaring kebijakan jaringan dalam pelaksanaan pengembangan pasar komunikasi yang tetap. tradisional 2.Implikasi adalah kurangnya SDM pengelola jaringan dan belum adanya wadah dan belum adanya wadah Keberadaan jejaring kebijakan sangat perantara komunikasi yang tetap. diperlukan untuk menghadapi keterbatasan KESIMPULAN DAN SARAN dan meningkatkan pencapaian kebijakan 1.Kesimpulan melalui Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan tindakan bersama. berangkat dari Jejaring pendekatan jenis jejaring kebijakan dalam pelaksanaan governance, yang menekankan pada peran pengembangan beragam Kabupaten pasar Bantul tradisional yaitu di Bureaucratic aktor dalam jejaring, untuk meningkatkan kepentingan publik lebih Jejaring Kebijakan....(Uhsina Huda dan Marita Ahdiyana, M.Si.)10 merata, adil, berdasarkan realita kemajemukan kepentingan. Implikasi dari hal tersebut yaitu pemerintah dapat meningkatkan kapasitas jejaring kebijakan dalam berbagai kebijakan pemerintah khususnya pengembangan pasar tradisional, untuk menangani keterbatasan sumber daya, serta mencapai suatu keadilan bagi semua aktor yang terlibat. APPSI meningkatkan kapasitasnya dalam proses commanding dan steering terhadap anggota dalam pengelolaan jejaring kebijakan. b. Pembentukan wadah komunikasi yang tetap dan penetapan jadwal pertemuan yang berkelanjutan. c. Meningkatkan kapasitas APPSI dalam mempengaruhi keputusan pelaksanaan kebijakan. d. Memperbaiki sistem pengawasan antar aktor yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan. e. Memanfaatkan potensi kerjasama strategis, untuk meningkatkan peran dan kontribusi Buku: Budi Winarno. (2012). Kebijakan Publik, Teori, Proses dan Studi Kasus. Yogyakarta: CAPS Erwan Agus Purwanto & Dyah Ratih Sulistyastuti. (2012). Implementasi Kebijakan Publik: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Gava Media Haris 3.Saran a. DAFTAR PUSTAKA aktor yang berkontribsi dengan maksimal. belum Herdiansyah. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika Hoogerwerf. (1983). Ilmu Pemerintahan. Jakarta Pusat: Erlangga Howlett, Michael, & M. Ramesh. (1995). Studying Public Policy: Policy Cycles and Policy Subsystem. Oxford: Oxford University Press Kloter & Philip. (2002). Manajemen Pemasaran. Jakarta: PT Prenhalindo Moleong Lexy J. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Parsons & Wayne. (1997). Public Policy: An introduction to the theory and practice of policy analysis. Cheltenham: Edward Edgar Publishing Pratikno. (2010). Peningkatan Kapasitas Berjejaring Dalam Tata Pemerintahan Yang Demokratis dalam Wahyudi Kumorotomo & Ambar Widaningrum. Reformasi Aparatur Negara Ditinjau Kembali. Yogyakarta: Penerbit Gava Media Rhodes, R.A.W. (1984). PowerDependence: Policy Communities and Jejaring Kebijakan....(Uhsina Huda dan Marita Ahdiyana, M.Si.)11 Intergovernmental Networks. -: Public Administration Bulletin Banjarmasin, Terakreditasi KepDirjen Dikti No. 56/Dikti/Kep/2005. Rondinelli, D.A,J.R. Nellis and G.S. Cheema. (1983). Decentralization in Developping Countries: A Review of Recent Experience. Washington, D.C.: World Bank Staff Working Papers Taufik. (2015). Jaringan Kebijakan Publik (Studi Kasus Implementasi Kebijakan Syari’at Islam di Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh). Makasar: Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makasar Scott, Richard. (2008). Institutions and Organization: Ideas and Interest. USA: Sage Publication Sri Suwitri. (2011). Jejaring Kebijakan Publik: Kerangka Baru Penyelenggaraan Pemerintahan. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Taliziduhu Ndraha. (2003). Kybernology (Ilmu Pemerintahan Baru. Jakarta: PT Rineka Cipta Wahyudi & Ambar. (2010). Reformasi Aparatur Negara Ditinjau Kembali. Yogyakarta: Penerbit Gava Media Jurnal: Pratikno. (2015). Manajemen Jaringan dalam Perpektif Strukturasi. Yogyakarta: Jurnal Kebijakan dan Administrasi Publik Sri Suwitri. (2008). Jejaring Kebijakan Dalam Perumusan Kebijakan Publik (Suatu Kajian Tentang Perumusan Kebijakan Penanggulangan Banjir dan Rob Pemerintah Kota Semarang). Semarang: Dimuat Di Jurnal Delegasi, Jurnal Ilmu Administrasi, STIA Internet: http://ekonomi.metrotvnews.com/read/2015/ 10/11/179041/pemerintah-anggarkandana-pembangunan-pasar-tradisional, diakses pada tanggal 20 April 2016 http://ekonomi.metrotvnews.com/read/2015/ 02/04/353613/dpr-memintapembangunan-pasar-tradisional-harusmerata, diakses pada tanggal 21 April 2016 http://jogja.antaranews.com/berita/330305/s ultan-apresiasi-pemkab-bantulrevitalisasi-pasar-tradisional, diakses pada tanggal 22 April 2016 http://m.harianjogja.com/baca/2016/05/11pe mbangunan-pasar-revitalisasi-pasartradisional-di-diy-tergantung-usulankabupaten-71816, diakses 24 Mei 2016 http://pasar.bantulkab.go.id/data/hal/0/2/27/3 8-data-pasar-tradisional-kabupatenbantul, diakses pada tanggal 19 April 2016 http://www.kompasiana.com/sekarwijayanti. n/revitalisasi-pasar-tradisional-untukkesejahteraanbersama_54f92028a33311fc078b46ae, diakses pada tanggal 18 April 2016 Jejaring Kebijakan....(Uhsina Huda dan Marita Ahdiyana, M.Si.)12 http://www.antaranews.com/berita/553721/b antul-tingkatkan-daya-saing-pasartradisional, diakses pada tanggal 20 April 2016 Landasan Hukum: Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53 Tahun 2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2012 tentang Pengelolaan dan Pemberdayaan Pasar Tradisional. Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Pasar Peraturan Bupati Bantul Nomor 29 Tahun 2012 tentang Pedoman Penataan dan Pemanfaatan Fasilitas Pasar Tradisional di Kabupaten Bantul. Peraturan Bupati Bantul Nomor 12 Tahun 2010 tentang Penataan Toko Modern di Kabupaten Bantul.