ANALISIS HUJAN BULAN PEBRUARI 2011 DAN PRAKIRAAN

advertisement
ANALISIS HUJAN BULAN PEBRUARI 2011
DAN
PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL, MEI DAN JUNI 2011
PROVINSI DKI JAKARTA
Sumber : BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA
STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG
1. TINJAUAN UMUM
1.1 Curah Hujan
Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang jatuh pada tempat yang datar
dengan asumsi tidak menguap, tidak meresap dan tidak mengalir. Curah hujan 1 (satu) mm
adalah air hujan setinggi 1 (satu) mm yang jatuh (tertampung) pada tempat yang datar
seluas 1m2 dengan asumsi tidak ada yang menguap, mengalir dan meresap.
1.2 Curah Hujan Kumulatif Satu Bulan
Curah hujan kumulatif 1 (satu) bulan adalah jumlah curah hujan yang terkumpul
selama 28 atau 29 hari untuk bulan Pebruari dan 30 atau 31 hari untuk bulan-bulan lainnya.
1.3 Sifat Hujan
Sifat hujan merupakan perbandingan antara jumlah curah hujan kumulatif selama
satu bulan di suatu tempat dengan rata-ratanya atau normalnya pada bulan dan tempat
yang sama.
Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) katagori, yaitu :
a. Sifat Hujan Atas Normal (AN)
: jika nilai curah hujan lebih dari 115% terhadap
rata-ratanya.
b. Sifat Hujan Normal (N)
: jika nilai curah hujan antara 85% - 115%
terhadap rata-ratanya.
c. Sifat Hujan Bawah Normal (BN) : jika nilai curah hujan kurang dari 85% terhadap
rata-ratanya.
Rata-rata curah hujan bulanan didapat dari nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan
dengan minimal periode 10 tahun. Sedangkan normal curah hujan bulanan didapat dari nilai
rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun.
1.4 Intensitas Hujan
Intensitas hujan merupakan besarnya hujan harian yang terjadi pada suatu waktu.
Umumnya memiliki satuan mm/jam.
Intensitas hujan dibagi menjadi 3 (tiga) katagori, yaitu :
a. Enteng (tipis)
: jika nilai curah hujan kurang dari 13 mm/jam.
b. Sedang
: jika nilai curah hujan antara 13 – 38 mm/jam.
c. Lebat
: jika nilai curah hujan lebih dari 38 mm/jam.
1.5 Cuaca Ekstrim
Cuaca ekstrim, yaitu keadaan cuaca yang terjadi bila:
1. Jumlah hari hujan yang tercatat paling banyak melebihi harga rata-rata pada bulan
yang bersangkutan di stasiun tersebut.
2. Intensitas hujan terbesar dalam 1 (satu) jam selama periode 24 jam dan
intensitasdalam 1 (satu) hari selama periode satu bulan yang melebihi rata-ratanya.
3. Terjadi kecepatan angin >45 km/jam dan suhu udara >35⁰C atau <15⁰C.
Curah Hujan Ekstrim :
Curah Hujan dengan intensitas >50 milimeter per hari menjadi parameter terjadinya hujan
dengan intensitas lebat. Sedangkan curah hujan ekstrim memiliki curah hujan >100
milimeter per hari. (Jaja Supiatna, Diklat Meteorologi Publik 2008)
1.6 SOI (Southern Oscilation Index)
Indeks ini menunjukan perbedaan tekanan udara antara daerah Tahiti (mewakili
daerah Amerika Selatan) dan Darwin (mewakili India-Australia). Jika nilai SOI negatif, berarti
tekanan udara permukaan sepanjang Amerika Selatan lebih daripada wilayah IndiaAustralia, dan jika SOI positif akan terjadi sebaliknya.
1.7 DMI (Dipole Mode Index)
Fenomena Dipole Mode Indeks (DMI) yaitu fenomena yang ditandai dengan interaksi
laut-atmosfer di Samudera Hindia, dimana terjadi penurunan suhu muka laut dari keadaan
normalnya di Samudera Hindia tropis bagian timur (pantai barat Sumatera) dan kenaikan
temperatur dari normalnya di Samudera Hindia tropis bagian barat atau bagian timur Afrika,
Menganalisis kejadian DMI digunakan indeks sederhana, yaitu berupa dipole anomali suhu
muka laut yang didefinisikan sebagai perbedaan anomali suhu muka laut Samudera Hindia
bagian timur (90 – 110 BT / 10 LS ekuator) dan Samudera Hindia bagian barat (50- 70 BT /
10LS - 10LU).
Pada saat DMI (+) terjadi penurunan curah hujan di wilayah Indonesia Bagian Barat,
sebaliknya apabila DMI (-) terjadi peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia Bagian
Barat.
1.8 Peta Rata-rata Curah Hujan
Gambar 1. Peta Rata-rata Hujan Bulan Pebruari Propinsi Banten dan DKI Jakarta
Gambar 2. Peta Rata-rata Hujan Bulan April Propinsi Banten dan DKI Jakarta
Gambar 3. Peta Rata-rata Hujan Bulan Mei Propinsi Banten dan DKI Jakarta
Gambar 4. Peta Rata-rata Hujan Bulan Juni Propinsi Banten dan DKI Jakarta
2. ANALISIS HUJAN BULAN PEBRUARI 2011
Berdasarkan data curah hujan yang diterima dari Stasiun/Pos hujan di Propinsi
Banten da DKI Jakarta, maka analisis curah hujan bulan Pebruari 2011 dapat diinformasikan
sebagai berikut:
2.1 Analisa Sifat Hujan Bulan Pebruari 2011
SIFAT HUJAN
Bawah Normal (BN)
WILAYAH
DKI
Jakarta,
Kota
Tangerang,
Kab.
Tangerang, Kab, Serang, Kab. Lebak,
dan Kab. Pandeglang.
Normal (N)
Kab. Tangerang bagian Barat Daya, Kab.
Serang bagian Barat Daya, dan
Kab. Pandeglang bagian Barat.
Atas Normal (AN)
Gambar 5. Peta Distribusi Sifat Hujan
Bulan Pebruari 2011 Propinsi Banten dan DKI Jakarta
2.2 Analisis Curah Hujan Bulan Pebruari 2011
CURAH HUJAN
WILAYAH
Rendah
Kab. Tangerang bagian Selatan, Kab. Serang bagian Tengah dan
(0 - 100 mm)
Barat, Laut, Kab. Lebak bagian Tenggara, Kab. Pandeglang bagian
Selatan dan Utara.
Menengah
(101 - 300 mm)
Tinggi
(301 - 400 mm)
DKI Jakarta, Kota Tangerang, Kab. Tangerang, Kab. Serang, Kab.
Lebak, Kab. Pandeglang.
Kab. Serang bagian Timur Laut, Kab. Pandeglang bagian Barat dan
Utara.
Sangat Tinggi
>401 mm
Gambar 6. Peta Distribusi Curah Hujan
Bulan Pabruari 2011 Propinsi Banten dan DKI Jakarta
2.3 Informasi Cuaca/Iklim Ekstrem Bulan Pebruari 2011
KRITERIA
TERJADI TANGGAL
Angin dengan kecepatan > 45 km/jam
-
Suhu Udara > 35⁰C
-
Suhu Udara < 17⁰C
-
Kelembaban Udara < 40 %
-
Curah Hujan Harian > 100 mm
Jakarta
- Kemayoran; 15 Pebruari 2011; 119mm
Serang
- Padarincang; 28 Pebruari 2011; 112mm
2.4 Iklim Mikro Stasiun Klimatologi Pondok Betung Bulan Pebruari 2011
Tabel 1. Curah Hujan Maksimum Stasiun Klimatologi Pondok Betung bulan Pebruari
2011 (mm)
Periode
5 menit
30 menit
60 menit
2 jam
3 jam
6 jam
12 jam
Mm
7.5
26.5
29.6
29.6
29.6
29.6
29.6
Tanggal
22
22
22
22
22
22
22
Tabel di atas menunjukkan bahwa curah hujan maksimum yang terjadi pada bulan
Pebruari 2011 di area Stasiun Klimatologi Pondok Betung terjadi pada tanggal 22.
Untuk periode 5 menit-an curah hujan maksimum tercatat sebesar 7.5mm dan untuk
periode 30 menit-an sebesar 26.5. Sedangkan curah hujan maksimum untuk periode
60 menit-an; 2 jam-an; 3jam-an; 6 jam-an dan 12 jam-an besarnya tetap yaitu 29.6mm.
Gambar 7. Intensitas Hujan Harian pada Area Pondok Betung Bulan Pebruari 2011
Intensitas hujan pada bulan Pebruari 2011 tercatat sebagai berikut: Intensitas hujan dengan
kategori enteng sebesar 39%; kategori sedang sebesar 18%; kategori lebat sebesar 0% dan
prosentase kejadian hujan yang tidak terukur sebesar 4%. Sedangkan kejadian tidak ada
hujan sebesar 39%.
Gambar 8. Suhu Udara Harian pada Area Pondok Betung Bulan Pebruari 2011
Pada bulan Pebruari 2011, suhu udara rata-rata tertinggi sebesar 28.9⁰C pada tanggal 20
dan terendah sebesar 24.6 ⁰C terjadi pada tanggal 28. Sedangkan suhu udara maksimum
absolut bernilai 34.2 ⁰C terjadi pada tanggal 20 dan suhu udara minimum absolut terjadi
pada tanggal 10 sebesar 21.0 ⁰C.
Gambar 9. Kelembaban Udara Harian pada Area Pondok Betung Bulan Pebruari 2011
Grafik di atas menunjukkan bahwa nilai kelembagaan udara rata-rata pada bulan pebruari
2011 terjadi pada tanggal 16 sebesar 94% sedangkan bernilai minimum pada tanggal 24
sebesar 76%.
Gambar 10. Penguapan Udara pada Area Pondok Betung Bulan Pebruari 2011
Pada bulan Pebruari 2010 nilai rata-rata penguapan yang terukur pada Panci Penguapan
sebesar 2.8 mm. Nilai maksimum tercatat pada tanggal 20 sebesar 5.7 mm dan bernilai
minimum pada tanggal 15 sebesar 0.4 mm. Sedangkan untuk penguapan yang terukur pada
ruangan (Pitche) rata-rata sebesar 1.9 mm. Nilai maksimum tercatat pada tanggal 25
sebesar 4.2 mm dan bernilai minimum pada tanggal 28 sebesar 0.6 mm.
Gambar 11. Windrose Area Pondok Betung Bulan Pebruari 2011
Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa angin yang terjadi pada bulan Pebruari 2011
berasal dari arah Utara dan untuk frekuensi kejadian dengan kategori calm sebesar 82.1%
dan 1-4 knots sebesar 17.9%
Gambar 12. Temperatur Tanah Gundul dan Tanah Berumput Rata-rata pada Area Pondok
Betung Bulan Pebruari 2011
Gambar 13. Lama Penyinaran Matahari pada Area Pondok Betung Bulan Pebruari 2011
Lama penyinaran matahari pada bulan Pebruari 2011, bernilai maksimum pada tanggal 20
sebesar 100% sedangkan bernilai minimum pada tanggal 14, 22 dan 28 sebesar 0%.
2.5 Data Iklim Bulan Pebruari 2011 Stasiun BMKG Propinsi DKI Jakarta
3. PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL, MEI DAN JUNI 2011
3.1 Kondisi Dinamis Atsmosfer Secara Global
Kondisi dinamis atmosfer regional sampai dengan pertengahan bulan Maret 2011
menunjukkan bahwa keadaan Suhu Muka Laut (SML) di perairan wilayah Indonesia pada
umumnya masih hangat tetapi memiliki anomali yang menurun, umumnya penurunan yang
cukup signifikan terjadi hampir diwilayah Samudera Hindia sebelah barat perairan Indonesia.
Saat ini kisaran suhu muka laut perairan mencapai 28-30⁰C (Gambar14-a). Indeks Dipole
(Indian Ocean Dipole) sampai bulan Pebruari 2011 memiliki nilai kecenderungan yang
menurun tetapi konstan dibandingkan bulan sebelumnya dan diprakirakan pada bulan
berikutnya akan memiliki kecenderungan yang berfluktuatif pada nilai 0 - 0.4 artinya masih
dalam nilai batas normalnya (Gambar 14-b).
Prakiraan keadaan anomali Nino 3.4 masih memiliki nilai anomali negatif serta
memiliki kecenderungan yang meningkat, pada bulan Pebruari meningkat dibandingkan
bulan sebelumnya yaitu bernilai anomali masih disekitar -1.2 °C dan diprakirakan mulai
Maret 2011 akan terus cenderung meningkat dan mendekati nilai -0.5 °C. Sedangkan mulai
bulan April sampai Juni 2011 memiliki kecenderungan terus bergerak ke arah positif dan
bergerak pada kisaran anomali negatif mencapai nilai -0.2 °C (Gambar 15-a).
Dari nilai IOD dan Nino 3.4 tersebut mengindikasikan wilayah Samudera Hindia
mengalami pendinginan suhu yang cukup signifikan, kemudian Indonesia pada umumnya
juga memiliki kecenderungan penurunan suhu muka laut, begitu juga dengan wilayah pasifik
yang terus mengalami pendinginan suhu muka laut. Kondisi Lanina ini diprakirakan akan
berakhir pada bulan April 2011.
Gambar 14. (a) Suhu Permukaan Laut Maret 2011 dan (b) Dipole Mode
Sumber http://www.weather.unisys.com/archive/sst/sst-110213.gif
Poama15/sst_index_rt.html
Sumber http://www.poam a.bom.gov.au/experimental/
Pola angin di Indonesia secara umum masih didominasi oleh pola angin baratan, hal
tersebut terlihat dari nilai anomali tekanan udara di wilayah ekuator dekat dengan Indonesia
memiliki anomali tekanan udara yang negatif, terlihat di sekitar wilayah perairan barat
Australia juga mengalami penurunan seperti di wilayah Indonesia bagian utara sehingga
pola aliran udara dari utara dan selatan berbelok menjadi pola angin baratan yang masih
membawa massa uap air dari daratan asia bergabung dengan angin dari Australia,
menyebabkan wilayah Indonesia mengalami musim peralihan dari musim hujan ke musim
kemarau (pancaroba). Adanya gangguan berupa berbagai pusat tekanan rendah yang
terkonsentrasi di wilayah Samudera Hindia sebelah selatan Nusa Tenggara akan masih
tumbuh dan makin banyak konsentrasinya di wilayah tersebut menyebabkan massa udara
basah dari pasifik menumpuk dan terkonsentrasi diwilayah Indonesia seperti Sumatera
bagian selatan, Jawa sampai Nusa Tenggara sehingga curah hujan di wilayah tersebut
diprakirakan akan meningkat. Daerah Indonesia akan didominasi oleh daerah masukan
angin (konfluen), hal tersebut dapat terlihat pada gambar kondisi anomali MSLP (Mean Sea
Level Pressure) (gambar 15-b).
Gambar 15. (a) Prakiraan Anomali Wilayah Nino 3.4 dan (b) Anomali MSLP
Sumber: http://poama.bom.gov.au/experimental/poama15/plots/latest/ssta_nino34.gif
Sumber http://www.ecmwf.int/products/forecasts/d/charts/seasonal/
forecast/seasonal_range_forecast/group_public/seasonal_charts_
public_mslp!mean% 20sea%20level%20pressure!2%
20months!East%20Asia!200901!ensemble%20mean!/
plots/latest/hr_Rainmean1.giff
Analisis Qwviqkpi" Nqpiycxg" Tcfkcvkqp (OLR) memperlihatkan adanya anomali OLR
yang negatif. Wilayah yang memiliki anomali yang negatif terjadi mulai pertengahan Maret
hingga awal April dan nilai anomali positif hanya terjadi sedikit diwilayah utara Papua. Nilai
Anomali negatif di sekitar perairan Indonesia akan terus terjadi hingga awal bulan April. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa konsentrasi awan akan masih terkonsentrasi di Indonesia
sampai bulan tersebut. Konsentrasi awan akan banyak terjadi di wilayah Indonesia bagian
tengah, sebaliknya adanya defisit uap air juga masih terjadi terus diwilayah Pasifik dan
Afrika (Gambar 16-b).
Gambar 16. (a) Anomali Suhu Muka Juni Agustus 2011 dan (b) OLR
Sumber: http://www.jamstec.go.jp/frsgc/research/d1/iod/sintex_f1_forecast.html.en
Sumber http://www.bom.gov.au/bmrc/clfor/cfstaff/matw/maproom/
/fcsts/m.total.OLR.uv850.gif
3.2 Prakiraan Kondisi Hujan Sampai Bulan Juni 2011
Berdasarkan kondisi dinamika atmosfer global serta regional maka diprakirakan untuk
wilayah Banten dan DKI Jakarta memiliki kondisi anomali hujan bulan Maret 2011
diprakirakan positif dengan konsistensi nilai anomali mencapai 0.2 mm/hari. Sedangkan
pada bulan April memiliki anomali yang negatif atau mulai menurun mencapai -1.0 mm/hari,
hal tersebut berlangsung hingga bulan Mei 2011, sedangkan pada bulan Juni kondisi hujan
di wilayah Banten dan DKI Jakarta umumnya bervariasi penurunannya, tetapi masih
memiliki anomali yang negatif antara -0.2 hingga -1.0 mm/hari (Gambar 17). Keadaan cuaca
pada bulan April untuk wilayah Indonesia pada umumnya kondisinya bervariasi seiring
masuknya musim peralihan, kondisi cuaca cerah hingga hujan dengan intensitas ringan
hingga sedang tetapi umumnya kondisi cuacanya pada pagi hari masih dengan keadaan
cerah dan cerah berawan, sesekali akan terjadi hujan pada pagi hingga siang hari, pada
bulan ini harus diwaspadai peningkatan cuaca ekstrim dimana terjadi hujan lebat disertai
petir dan angin kencang yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Sedangkan untuk bulan Mei dan
Juni, seiring melemahnya kondisi Lanina, diprakirakan kondisi cuaca akan lebih kondusif
atau didominasi oleh keadaan cerah hingga cerah berawan.
Gambar 17. Prakiraan Anomali Curah Hujan Harian bulan Maret s/d Juni 2011
Sumber: http://www.apcc21.net/climate/climate05_01.php
Berdasarkan prakiraan anomali curah hujan harian wilayah Banten dan DKI Jakarta,
pada bulan Maret sampai Juni 2011 yang memiliki rata-rata anomali yang bervariasi,
anomaly positif pada bulan Maret, kemudian pada bulan April hingga Juni bernilai anomali
negatif, kemudian diprakirakan musim hujan tahun 2010/2011 wilayah Indonesia pada
umumnya akan berakhir dan beralih menjadi peralihan musim (pancaroba) pada memasuki
bulan April 2011.
Gambar 18. Prakiraan Probabilitas Curah Hujan Harian
bulan Maret s/d Juni 2011
Sumber: http://www.apcc21.net/climate/climate05_01.php
Probabilitas untuk terjadinya anomali curah hujan untuk wilayah Banten dan DKI
Jakarta pada bulan Marett memiliki kondisi Normal kemudian pada bulan April dan Mei
memiliki kondisi di Bawah Normal sampai 60 %, artinya keadaan anomali curah hujan yang
positif diwilayah ini memiliki probabilitas yang cukup rendah, sedangkan untuk bulan Juni
memiliki nilai Normal, artinya pada bulan tersebut memiliki probabilitas yang standar
(Gambar 18).
3.3 Prakiraan Sifat Hujan Bulan April 2011
SIFAT HUJAN
WILAYAH
Bawah Normal (BN)
DKI Jakarta, Kota Tangerang bagian Selatan, Kab Tangerang,
Kab Serang, Kab Pandeglang, Kab Lebak bagian Utara dan
Selatan
Normal (N)
DKI Jakarta bagian Barat Laut, Timur Laut dan Selatan, Kota
Tangerang Tengah, Kab Tangerang bagian Tengah, Kota
Serang,
Kab
Serang
bagian
Barat
dan
Tengah,
Kab
Pandeglang bagian Barat Daya dan Timur, Kab Lebak bagian
Tengah
Atas Normal (AN)
DKI Jakarta bagian Barat Laut, Timur Laut dan Selatan, Kota
Tangerang bagian Barat Laut, Kab Tangerang bagian Timur
Laut, Kab Serang bagian Barat dan Tengah, Kab Pandeglang
bagian Barat Daya dan Kab Lebak bagian Timur
Gambar 19. Peta Prakiraan Sifat Hujan
Bulan April 2011 Propinsi Banten dan DKI Jakarta
3.4 Prakiraan Curah Hujan Bulan April 2011
CURAH HUJAN
WILAYAH
Rendah
DKI Jakarta bagian Tengah, Kab Tangerang bagian Tengah,
(0-100 mm)
Barat Daya dan Barat Laut, Kota/ Kab Serang, Kab Pandeglang
bagian Barat.
Menengah
(101-300mm)
DKI Jakarta bagian Barat Laut, Timur Laut dan Selatan, Kota
Tangerang, Kab Tangerang bagian Utara dan Selatan, Kab
Serang bagian Barat Daya dan Tengah, Kab Pandeglang dan
Kab Lebak
Tinggi
DKI Jakarta bagian Selatan, Kota Tangerang bagian Utara,
(301-400 mm)
Kab Tangerang bagian Timur Laut, Kab Lebak bagian Timur
Sangat Tinggi
Kab Tangerang bagian Timur Laut dan Tenggara, Kab Lebak
> 401 mm
bagian Tenggara
Gambar 20. Peta Prakiraan Curah Hujan
Bulan April 2011 Propinsi Banten dan DKI Jakarta
3.5
Prakiraan Sifat Hujan Bulan Mei 2011
SIFAT HUJAN
WILAYAH
Bawah Normal (BN)
DKI Jakarta bagian Selatan. Kab Tangerang bagian Tenggara,
Barat dan Timur Laut. Kab Serang. Kab Lebak bagian Tenggara
dan Barat. Kab Pandeglang.
Normal (N)
DKI Jakarta bagian Utara. Kab Tangerang. Kab Serang bagian
Tengah dan Barat. Kab Lebak bagian Tenggara dan Barat. Kab
Pandeglang.
Atas Normal (AN)
DKI Jakarta bagian Timur Laut. Kab Tangerang. Kab Serang
bagian Tengah dan Barat. Kab Lebak bagian Utara.
Gambar 21. Peta Prakiraan Sifat Hujan
Bulan Mei 2011 Propinsi Banten dan DKI Jakarta
3.6 Prakiraan Curah Hujan Bulan Mei 2011
CURAH HUJAN
WILAYAH
Rendah
DKI Jakarta. Kab Tangerang bagian Barat dan Timur Laut. Kab
(0-100 mm)
Serang. Kab Lebak bagian Barat. Kab Pandeglang bagian
Timur.
Menengah
(101-300mm)
Tinggi
Kab Tangerang, Kab Serang, Kab Lebak, dan Kab Pandeglang
bagian Barat.
Kab Serang bagian Timur dan Barat. Kab Lebak bagian
(301-400 mm)
Tengah. Kab Pandeglang bagian Barat Daya.
Sangat Tinggi
Kab Serang bagian Barat dan Kab Pandeglang bagian Barat
> 401 mm
Daya.
Gambar 22. Peta Prakiraan Curah Hujan
Bulan Mei 2011 Propinsi Banten dan DKI Jakarta
3.7 Prakiraan Sifat Hujan Bulan Juni 2011
SIFAT HUJAN
WILAYAH
Bawah Normal (BN)
DKI Jakarta bagian Timur dan Barat Laut, Kota Tangerang, Kab.
Tangerang, Kab. Serang, Kab. Lebak bagian Barat Daya, Kab.
Pandeglang..
Normal (N)
DKI Jakarta bagian Timur dan Barat Laut, Kab. Tangerang
bagian Selatan dan Utara, Kab. Serang bagian Barat dan Utara,
Kab.Lebak.
Atas Normal (AN)
DKI Jakarta bagian Tengah, Kab. Tangerang bagian Selatan,
Kab.Serang bagian Timur Laut, Kab. Lebak bagian Tenggara
dan Utara.
Gambar 23. Peta Prakiraan Sifat Hujan
Bulan Juni 2011 Propinsi Banten dan DKI Jakarta
3.8 Prakiraan Curah Hujan Bulan Juni 2011
CURAH HUJAN
Rendah
WILAYAH
DKI Jakarta, Kota Tangerang, Kab. Tangerang, Kab. Serang,
(0-100 mm)
Kab. Lebak bagian Barat Daya, Kab. Pandeglang.
Menengah
DKI Jakarta bagian Barat Daya, Kab. Tangerang bagian
(101-300mm)
Selatan, Kab. Serang bagian Timur Laut dan Tenggara, Kab.
Lebak, Kab. Pandeglang bagian Barat Daya dan Timur Laut.
Tinggi
DKI Jakarta bagian Barat Daya, Kab. Tangerang bagian
(301-400 mm)
Tenggara, Kab. Lebak bagian Tenggara.
Sangat Tinggi
Kab. Tangerang bagian Tenggara dan Kab. Lebak bagian
> 401 mm
Tenggara.
Gambar 24. Peta Prakiraan Curah Hujan
Bulan Mei 2011 Propinsi Banten dan DKI Jakarta
4. PRAKIRAAN POTENSI BANJIR PROPINSI DKI JAKARTA
Prakiraan potensi banjir bulan April dan Mei 2011 Propinsi DKI Jakarta yang
disampaikan meliputi potensi banjir, tinggi, menengah, rendah dan aman dari kejadian
banjir.
4.1 Prakiraan Potensi Banjir Bulan April 2011
Gambar 25. Peta Prakiraan Potensi Banjir Bulan April 2011 Propinsi DKI Jakarta
Pada bulan April 2011, diprakirakan wilayah DKI Jakarta bagian Barat Daya
berpotensi banjir dengan tingkat Aman sedangkan bagian lainnya berpotensi banjir dengan
tingkat Rendah
4.2 Prakiraan Potensi Banjir Bulan Mei 2011
Gambar 26. Peta Prakiraan Potensi Banjir Bulan Mei 2011 Propinsi DKI Jakarta
Untuk periode April 2011, secara umum wilayah DKI Jakarta diprakirakan berpotensi
banjir dengan tingkat Rendah.
Lampiran 1. Analisa Hujan Wilayah DKI Jakarta Bulan Pebruari 2011
ANALISA HUJAN
WILAYAH DKI JAKARTA
BULAN : PEBRUARI 2011
WILAYAH
STASIUN PENGAMATAN
X
N
RR
SIFAT
(mm)
DKI JAKARTA
1. BMKG Kemayoran
397
337 – 457
226
BN
2. Pondok Betung (BMKG)
354
301 – 407
132
BN
3. Tanjung Priok (BMKG)
373
317 – 429
168
BN
4. Cengkareng
337
286 – 388
187
BN
5. Halim
374
318 – 430
248
BN
6. Pakubuwono
386
328 – 444
202
BN
7. Kedoya Selatan
527
448 - 606
191
BN
Lampiran 2. Parakiraan Hujan Wilayah DKI Jakarta Bulan April 2011
PRAKIRAAN HUJAN
WILAYAH DKI JAKARTA
BULAN : APRIL 2011
WILAYAH
STASIUN PENGAMATAN
X
N
RR
SIFAT
(mm)
DKI JAKARTA
1. BMKG Kemayoran
168
143 – 193
35
BN
2. Pondok Betung (BMKG)
237
201 – 273
143
BN
3. Tanjung Priok (BMKG)
96
82 – 110
142
AN
4. Cengkareng
126
107 – 145
208
BN
5. Halim
248
211 – 285
92
BN
6. Pakubuwono
223
190 – 256
88
BN
7. Kedoya Selatan
233
198 - 268
38
BN
Lampiran 3. Parakiraan Hujan Wilayah DKI Jakarta Bulan Mei 2011
PRAKIRAAN HUJAN
WILAYAH DKI JAKARTA
BULAN : MEI 2011
WILAYAH
STASIUN PENGAMATAN
X
N
RR
SIFAT
(mm)
DKI JAKARTA
1. BMKG Kemayoran
102
87 – 117
93
N
2. Pondok Betung (BMKG)
192
163 – 221
89
BN
3. Tanjung Priok (BMKG)
69
59 – 79
112
AN
4. Cengkareng
90
77 – 104
46
BN
5. Halim
163
139 – 187
26
BN
6. Pakubuwono
188
160 – 216
52
BN
7. Kedoya Selatan
86
73 - 99
124
AN
Lampiran 4. Parakiraan Hujan Wilayah DKI Jakarta Bulan Juni 2011
PRAKIRAAN HUJAN
WILAYAH DKI JAKARTA
BULAN : JUNI 2011
WILAYAH
STASIUN PENGAMATAN
X
N
RR
SIFAT
(mm)
DKI JAKARTA
1. BMKG Kemayoran
68
58 – 78
79
AN
2. Pondok Betung (BMKG)
106
90 – 122
250
AN
3. Tanjung Priok (BMKG)
55
47 – 63
82
AN
4. Cengkareng
54
46 – 62
32
BN
5. Halim
98
83 – 113
48
BN
6. Pakubuwono
110
94 – 127
216
AN
7. Kedoya Selatan
119
101 – 137
48
BN
Gambar 5. Peta Sebaran Pos Hujan untuk Evaluasi Bulanan
Download