Bab 2 Landasan Teori 2.1 Empat Keterampilan Bahasa Dan

advertisement
 Bab 2
Landasan Teori
2.1 Empat Keterampilan Bahasa
Dan menurut Dardjowidjojo (2007: 14) bahasa adalah “ suatu sistem simbol lisan
yang arbiter yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat bahasa untuk
berkomunikasi dan berinteraksi antara sesamanya, berdasarkan pada budaya yang
mereka miliki bersama.”
Menurut Brown (2008: 6) menyatakan definisi dari bahasa adalah
1. Bahasa itu sistematis
2. Bahasa adalah seperangkat simbol mana suka
3. Simbol-simbol itu utamanya adalah vokal, tetapi bisa juga visual
4. Simbol mengonvensionalkan makna yang dirujuk
5. Bahasa dipakai untuk berkomunikasi
6. Bahasa beroperasi dalam sebuah komunitas atau budaya wicara
7. Bahasa pada dasarnya untuk manusia, walaupun bisa jadi tak hanya
terbatas untuk manusia
8. Bahasa dikuasai oleh semua orang dalam cara yang sama; bahasa dan
pembelajaran bahasa sama-sama mempunyai karakteristik universal
Menurut Tarigan (2008: 19-22) prinsip dasar bahasa adalah
1. Bahasa adalah sebuah sistem
2. Bahasa adalah vokal
3. Bahasa tersusun dari lambing-lambang arbiter
4. Setiap bahasa bersifat unik, mempunyai cirri khas
8 5. Bahasa dibangun dari kebiasaan-kebiasaan
6. Bahasa adalah sarana komunikasi
7. Bahasa berhubungan dengan budaya setempat
8. Bahasa itu berubah dan dinamis
Keterampilan berbahasa memiliki empat bagian penting yang saling berhubungan
antara satu dengan yang lainnya. Menurut Tarigan (2008: 2) Keterampilanketerampilan tersebut adalah “membaca, menulis, berbicara, dan mendengar”.
Keempat keterampilan bahasa pada dasarnya merupakan satu kesatuan yang disebut
dengan caturtunggal. Setiap keterampilan itu memiliki hubungan yang erat dengan
proses-proses berpikir yang mendasari bahasa. Kita dapat meningkatkan masingmasing keterampilan berbahasa kita dengan cara praktik dan banyak berlatih sesuai
dengan cara yang kita inginkan.
Pernyataan Tarigan didukung oleh Kusmayadi (2008: 10) yang mengatakan
bahwa “ada empat keterampilan berbahasa yang harus ita kuasai agar mampu
berkomunikasi dengan baik, yakni kemampuan untuk mendengarkan atau menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling berkaitan
dalam kegiatan berinteraksi dan berkomunikasi.”
2.2 Menyimak
Menyimak adalah “suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan
dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh
informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah
disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.” (Tarigan, 2008: 31).
9 2.2.1 Menyimak Intensif
Disamping tujuan umum, menyimak juga memiliki berbagai tujuan khusus yang
menyebabkan adanya aneka ragam menyimak, Tarigan mendefinisikan ragam
menyimak menjadi dua bagian, yaitu menyimak Ekstensif dan Intensif. Menurut
Tarigan (2008: 44), menyimak Intensif adalah
Menyimak intensif diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih diawasi,
dikontrol terhadap satu hal tertentu. Suatu pembagian penting yang harus diadakan
adalah menyimak intensif ini terutama sekali dapat diarahkan sebagai bagian dari
program pengajaran bahasa atau terutama sekali dapat diarahkan pada pemahaman
serta pengertian secara umum. Jelas bahwa makna bahasa secara umum sudah
diketahui oleh para siswa. Disamping ke arah leksikal, menyimak pun dapat pula
ditujukan pada maksud-maksud gramatikal. Untuk hal ini harus dipilih bahan yang
mengandung ciri ketatabahasaan tertentu yang sesuai dengan tujuan. Sesudah itu
diberikan pula latihan-latihan yang sesuai dengan tujuan.
Sedangkan menurut Kusmayadi (2008 :10) menyimak intensif adalah “kegiatan
menyimak yang dilakukan seseorang untuk memahami suatu informasi secara
terperinci, teliti, dan mendalam. Dalam menyimak intensif dibutuhkan konsentrasi
tinggi agar tidak terjadi salah penafsiran.”
2.2.2 Proses Menyimak
Menyimak adalah sebuah kegiatan yang merupakan suatu proses dalam
pembelajaran bahasa. Dalam proses menyimak terdapat beberapa tahapan, Tarigan
(2008: 63) menjabarkannya sebagai berikut
10 a. Tahap mendengar
b. Tahap memahami
c. Tahap menginterpretasi
d. Tahap mengevaluasi
e. Tahap menanggapi
Hal tersebut didukung oleh Wolvin (2010: 144-146), yang menjelaskan model
proses menyimak HURIER sebagai berikut
Gambar 2.2.2.1 Model Proses Menyimak HURIER
Saringan Menyimak Perorangan Peran Organisasi, Nilai, Penolakan, Motivasi, Budaya, Pengalaman, Dll Memahami Menginter pretasi Mengevaluasi Mendengar Mengingat Menanggapi Sumber : Wolvin (2010: 145)
1. Mendengar
Proses ini dimulai saat seseorang membuat keputusan tentang informasi apa
yang akan difokuskan, dalam konteks lingkungan yang berisi beberapa
pilihan stimulus
11 2. Memahami
Setelah mendapat stimulus tertentu, berikutnya adalah proses memahami.
Pengolahan informasi ini sama dengan fase pemahaman membaca dan
mengacu pada arti kata secara harafiah atau tanda-tanda yang didapat
3. Mengingat
Mengingat bahwa memory adalah proses mental yang terpisah, fungsinya
dalam konteks komunikasi adalah menekankan pada mendengarkan karena
tingkat kegunaan informasi tergantung pada kemampuan individu untuk
memproses apa yang diterima, baik pada saat itu juga atau nantinya. Memori
berkaitan dengan kemampuan individu untuk memformulasi respon yang
sesuai
4. Menginterpretasi
Proses mengintepretasi umum dalam definisi menyimak. Meskipun memiliki
istilah yang berbeda, kebanyakan ahli sepakat bahwa mengintrepretasikan
pesan
membutuhkan
pesan-pesan
verbal
maupun
nonverbal
untuk
mengartikan maksud.
5. Mengevaluasi
Komponen evaluasi dalam mendengarkan berpusat pada komunikasi yang
mengacu pada proses seseorang membuat penilaian tentang akurasi dan
validasi informasi yang diterima.
6. Menanggapi
Hasil dari mendengarkan secara efektif akan dengan tepat merespon pesan
dari pembicara. Pesan tersebut mungkin menjadi verbal atau nonverbal dan
merupakan tahap akhir dari proses menyimak tersebut. Respon ini
dipengaruhi oleh semua informasi yang telah diterima sebelumnya.
12 2.3 Model Interaksi antara Masukan dan Keluaran dari Perolehan Bahasa
Kedua GASS Berkaitan dengan Proses Menyimak HURIER
Gass dalam Block (2003: 27-30) mengambarkan model interaksi antara masukan dan
keluaran dari perolehan bahasa kedua sebagai berikut
Gambar 2.3.1 Model Interaksi antara Masukan dan Keluaran dari Perolehan
Bahasa Kedua GASS Berkaitan dengan Proses Menyimak
MODEL INTERAKSI ANTARA MASUKAN DAN KELUARAN DARI
PEROLEHAN BAHASA KEDUA
(THE IIO (INPUT-INTERACTION-OUTPUT) MODEL OF SLA)
MASUKAN / INPUT
APERSEPSI MASUKAN / APPERCEIVED INPUT
PEMAHAMAN MASUKAN / COMPREHENDED INPUT
Pengetahuan ketatabahasaan secara
universal yang diperoleh sebelumnya
PENERIMAAN / INTAKE
KELUARAN / OUTPUT
Sumber : Gass dalam Block (2003: 28)
13 1. Proses Masukan (Input)
2. Proses Masukan Apersepsi (Apperceived Input)
Dalam proses masukan apersepsi terdapat informasi yang masuk, kegiatan
masukan
informasi
ini
juga
termasuk
mengingat-ingat
kembali
atau
menghubungkan pengalaman belajar sebelumnya.
3. Proses Pemahaman Masukan (Comprehended Input)
Dalam proses ini lebih kepada proses pemahaman tatabahasa secara universal
yang sebelumnya telah diterima.
4. Ptoses Penerimaan (Intake)
Proses penerimaan (intake) adalah proses penerimaan dari materi ketatabahasaan.
Ini adalah tahap penting antara masukan (input) dengan tata bahasa, tahap pertama
selama dalam konsep awal ketatabahasaan para pemelajar mulai diubah dalam
beberapa cara. Penerimaan (intake) memiliki arti penerimaan fitur bahasa baru
oleh pemelajar sebagai bagian dari pembelajaran.
5. Proses Keluaran (Output)
Proses keluaran (output) dapat berfungsi sebagai bagian dari umpan balik dari
tahap penerimaan (intake). Hasil keluaran (output) seharusnya tidak dilihat
sebagai titik akhir dari proses perolehan bahasa kedua, melainkan dapat dijadikan
sebagai pendukung untuk memulai ulang keseluruhan proses sebelumnya, yakni
proses masukan (input), apersepsi masukan (apperceived input), memahami
masukan (comprehended input), penerimaan (intake) dan kembali pada proses
keluaran (output).
2.4 Bahan Simakan yang Menarik Perhatian
Menurut (Taringan 2008: 210) adapun bahan-bahan simakan yang termasuk
dalam kategori menarik perhatian adalah tema mutakhir, tema terarah dan sederhana,
14 menambah pengetahuan, bersifat sugestif dan evaluatif, bersifat motivatif dan
persuasif, bersifat menghibur, bahasa sederhana dan mudah dimengerti, dan bersifat
dialog. Bahan simakan yang menarik perhatian akan lebih jelas bila memperhatikan
gambar berikut ini
Gambar 2.4.1 Bahan Simakan yang Menarik Perhatian
Sumber : Tarigan (2008: 210)
2.5 Pengertian Multimedia
Multimedia adalah “penggunaan dari komputer untuk menyajikan dan
menggabungkan teks, grafik, audio dan video dengan hubungan dan alat-alat yang
dapat membiarkan penggunaan menavigasikan, mempengaruhi, menciptakan dan
berkomunikasi.” (Hofstetter, 2001: 2).
15 Gambar 2.5.1 Definisi Multimedia
Teks
Grafik
Video
MULTIMEDIA
Animasi
Audio
Interaktifitas
Sumber : Binanto (2010: 2)
Menurut Bintaro (2010: 2) media yang termasuk kedalam multimedia dapat
berupa teks, video, audio, interaktifitas, animasi dan grafik. Krisnadikpa, et al (2009:
11-13) mengemukakan kelebihan-kelebihan dari penggunaan multimedia dalam
kegiatan pendidikan, adalah
1. Mengurangi waktu pembelajaran
2. Materi pengajaran yang diberikan lebih konsisten
3. Waktu untuk belajar multimedia lebih mudah disesuaikan
4. Meningkatkan daya ingat dan dorongan untuk belajar
5. Gaya belajar seseorang dapat terpenuhi.
6. Kemampuan setelah belajar dapat diuji
Dalam Florida Center for Intructional Technology (2009), multimedia khususnya
audio memiliki beberapa kelebihan, diantaranya tidak mahal, dapat dengan mudah di
akses dan mudah digunakan. Selain itu media audio juga memiliki beberapa
kekurangan, yakni
16 •
Tidak kondusif untuk informasi visual. Banyak siswa yang kesulitan untuk
fokus dan belajar hanya menggunakan audio. Selain itu, format audio hanya
membatasi konten yang dari pesan yang ingin disampaikan (sebagai contoh
konsep-konsep abstrak sangat sulit disampaikan hanya dengan audio).
•
Dapat menjadi tidak personal. Dengan interaksi audio saja, tidak ada kontak
mata dan tidak ada bahasa tubuh. Siswa dapat menjadi kehilangan minat
dengan hanya berbicara ke kotak yang dapat berbunyi.
2.5.1 Pengertian Audio Visual
Menurut Rahman (2004: 224), merangkum definisi dan arti dari audio visual
menurut para ahli, sebagai berikut
Audio visual membantu objek-objek sensoris atau gambar-gambar yang
menstimulasi dan memperkuat proses belajar. Audio visual merupakan perlengkapan
yang digunakan untuk membantu mengkomunikasikan ide diantara orang dan
kelompok dalam suatu pengajaran dan pelatihan. Ini juga dapat disebut sebagai
bahan-bahan multi sensoris dan proses belajar dapat disokong atau dijalankan
menggunakan audio visual melalui indra pendengaran atau pengelihatan serta apabila
dalam pengajaran menggunakan media audio visual, penggunaannya dapat melebihi
dari konsep, interpretasi, dan apresiasi.
Definisi dari media audio visual dalam Lembaga Penelitian Bahasa Nasional
Jepang atau Kokuritsu Kokugo Kenkyuujou dalam Fujii (2008: 47) adalah
しちょうかく
きょういく
がくしゅうしゃ
たい
ていじ
「視聴覚 メディアとは、 教 育 のために 学 習 者 に対 して提示 される
しかくてき
ちょうかくてき
ばいたい
しちょうかく
じつぶつ
視覚的y聴 覚 的 の媒体である。」としている。視聴覚メディアを実物、
しゃしん
えなど
しかくきょうざい
おんせい
など
ちょうかくきょうざい
写真、絵等の視覚教材、音声テープ、CD等の 聴 覚 教 材 とテレビ、
など
しちょうかくきょうざい
わ
せつ
ビデオ等の視 聴 覚 教 材 の2つに分ける説もある。 17 Dalam bahasa Indonesia berarti media audio visual terdiri dari media audio
dan visual yang ditujukan bagi pemelajar untuk proses pendidikan. Bentuk
dari media audio visual terbagi menjadi dua, yaitu foto, lukisan dan
sebagainya yang termasuk ke dalam media pembelajaran visual. Suara tape,
CD dan sebagainya yang merupakan media pembelajaran audio. Televisi,
video dan sebagainya yang merupakan media pembelajaran audio visual.
Menurut Hofstetter (2001: 25) Audio visual merupakan cara menghasilkan atau
menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin elektronik untuk
menyajikan pesan-pesan audio dan visual. Penyajian melalui audio-visual bercirikan
pemakaian perangkat keras selama proses belajar, seperti mesin proyktor film, tape
recorder, dan proyektor visual. Dan yang termasuk dalam teknologi audio visual
adalah film, video, animasi dan sebagainya.
Menurut Hofstetter (2001: 25) menyatakan video adalah “suatu media yang
menyertakan gambar dengan suara dalam berbagai bentuk dan dapat menyajikan
sesuatu mendekati seperti kenyataan.” Sedangkan menurut Binanto (2010: 179) “kata
video berasal dari kata Latin, yang berarti ‘saya lihat’. Video adalah teknologi
pemrosesan sinyal elektronik yang mewakilkan gambar bergerak.”
2.6 Media Pembelajaran dan Manfaatnya
Ada berbagai macam media yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran
seperti media audio, audio visual, text book dan lain sebagainya. Media yang berbeda
akan memberikan pengalaman pembelajaran yang berbeda. Rahman (2004: 254)
mendefinisikan media sebagai alat (biasanya audio visual atau elektronik) untuk
mentransmisi atau mengirimkan pesan. Media ini diantaranya adalah media cetak,
grafik, fotografi, komunikasi audio, televisi, simulasi game dan komputer.
Sedangkan Arsyad dalam Yuliani (2007: 6) mengatakan “media sebagai bentuk-
18 bentuk komunikasi tercetak maupun audio-visual dan peralatannya, yang dengan
demikian, media dapat dilihat, didengar, dibaca dan dimanipulasi. “
Menurut Sanjaya dalam Catherine (2009: 25-26) megklasifikasikan media
pembelajaran menjadi beberapa klasifikasi tergantung dari sudut mana kita
melihatnya, yaitu:
Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi ke dalam
1. Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau media yang
hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara.
2. Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung
suara. Yang termasuk ke dalam media ini adalah film, slide, foto, transparasi,
lukisan, gambar, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti media grafis
dan lain sebagainya.
3. Media audio visual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara
juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman radio,
berbagai ukuran film, slide suara dan lain sebagainya. Kemampuan media ini
dianggap lebih baik dan lebih menarik, sebab mengandung kedua unsur
media yang pertama dan kedua.
Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat pula dibagi ke dalam
1. Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak seperti radio dan
televisi. Melalui media ini siswa dapat mempelajari hal-hal atau kejadian
yang aktual secara serentak tanpa harus menggunakan ruangan khusus.
2. Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu
seperti film slide, film, video, dan lain sebagainya.
19 Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, media dapat dibagi ke dalam
1. Media yang diproyeksikan
2. Media yang tidak diproyeksikan
Manfaat dari media pembelajaran menurut Mustikasari (2008) adalah
1. Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan
Dengan bantuan media pembelajaran, penafsiran yang berbeda antar guru
dapat dihindari dan dapat mengurangi terjadinya kesenjangan informasi diantara
siswa dimanapun berada.
2. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
Media dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan dan
warna, baik secara alami maupun manipulasi, sehingga membantu guru untuk
menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton dan tidak
membosankan.
3. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif
Dengan media akan terjadinya komukasi dua arah secara aktif, sedangkan
tanpa media guru cenderung bicara satu arah.
4. Efisiensi dalam waktu dan tenaga
Dengan media tujuan belajar akan lebih mudah tercapai secara maksimal
dengan waktu dan tenaga seminimal mungkin. Guru tidak harus menjelaskan
materi ajaran secara berulang-ulang, sebab dengan sekali sajian menggunakan
media, siswa akan lebih mudah memahami pelajaran.
20 5. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
Media pembelajaran dapat membantu siswa menyerap materi belajar lebih
mandalam dan utuh. Bila dengan mendengar informasi verbal dari guru saja,
siswa kurang memahami pelajaran, tetapi jika diperkaya dengan kegiatan
melihat, menyentuh, merasakan dan mengalami sendiri melalui media
pemahaman siswa akan lebih baik.
6. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan
saja
Media pembelajaran dapat dirangsang sedemikian rupa sehingga siswa dapat
melakukan kegiatan belajar dengan lebih leluasa dimanapun dan kapanpun tanpa
tergantung seorang guru. Perlu kita sadari waktu belajar di sekolah sangat
terbatas dan waktu terbanyak justru di luar lingkungan sekolah.
7. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses
belajar
Proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk
mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber-sumber ilmu
pengetahuan.
8. Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif
Guru dapat berbagi peran dengan media sehingga banyak mamiliki waktu
untuk memberi perhatian pada aspek-aspek edukatif lainnya, seperti membantu
kesulitan belajar siswa, pembentukan kepribadian, memotivasi belajar, dan lainlain.
21 2.6.1 Kelebihan Pembelajaran Menggunakan Audio Visual
Menurut Fujii (2008: 46) kelebihan dari media audio visual adalah:
おんせい
えいぞう
じょうほうていきょう
にんちめん
音声 や映像 による 情 報 提 供 は我々の認知面 に働きかけ理解を助ける
がくしゅうかんきょう
ととの
ことはもちろん、よりよい 学 習 環 境 を 整 える道具にもなり得る。た
もじばいたい
とえば、文字媒体 による学習を続けた後、視聴覚メディアにより与え
じゅよう
こと
せいしつ
られた音声や視覚イメージを受容 することで、学習者が異なる性質 の
きょうみ
も
かんかく
と
す
がくしゅう
しゅうちゅう
情報に興味を持ち、感覚を研ぎ澄ませた結果、 学 習 に 集 中 すること
につながりやすい。
Dalam bahasa Indonesia berarti penyajian informasi melalui suara dan gambar
pada layar, tentunya berfungsi dalam pemahaman dari sisi kognitif, dan
lingkungan dapat menjadi alat belajar. Misalnya, sebagai kelanjutan dari
pembelajaran terhadap media teks, dengan menerima suara dan gambar visual
yang diberikan oleh media audio visual, pemelajar tertarik pada informasi yang
sifatnya berbeda-beda, hasilnya dapat untuk mempertajam ingatan, tentu akan
mudah untuk memfokuskan proses belajar siswa.
Kelebihan dari media video dalam Florida Center for Intructional Technology
(2009) menyatakan bahwa beberapa kelebihan dari teknologi video dalam pengajaran,
yaitu
•
Memungkinkan komunikasi secara audio dan video. Teknologi video
dapat memungkinkan visualisasi dan audio yang serupa dengan kelas tatap
muka. Pada umumnya teknologi video dianggap sebagai "hal terbaik
setelah berada disana"
•
Memfasilitasi perasaan secara pribadi. Teknologi video memungkinkan
siswa dan pengajar untuk melihat ekspresi wajah dan bahasa tubuh,
menambahkan sentuhan personal ke komunikasi.
•
Memungkinkan interaksi secara lebih baik. Kebanyakan komunikasi
video adalah saling berhubungan, yang memungkinkan interaksi secara
baik, pertanyaan dan jawaban, dan lain-lain.
22 2.7 Kelas Kata
Bahasa jepang memiliki beberapa kelas kata yang disebut dengan Hinshi (品詞),
yakni:
a. 名詞 / Meishi = Nomina / Kata Benda
b. 動詞 / Doushi = Verba / Kata Kerja
c. 形容詞 / Keiyoushi = Adjektiva / Kata Sifat
d. 助動詞 / Jodoushi = Verba Bantu / Kata Kerja Bantu
e. 副詞 / Fukushi = Adverbia / Kata Keterangan
f. 接続詞 / Setsuzokushi = Konjungsi / Kata Sambung
g. 接続助詞 / Setsuzokujoshi = Konjungsi Bantu / Kata Bantu Sambung
h. 感動詞 / Kandoushi = Interjeksi / Kata yang mengandung perasaan dari
pembicara
i. 終助詞 / Kakujoshi = Konfiks / Kata Akhiran
j. 副助詞 / Fukujoshi = Adverbia Bantu / Kata pengganti partikel atau topik
2.7.1 Verba
Menurut Masuoka (1990: 13) fungsi dari verba atau doushi ( 動詞) adalah sebagai
berikut :
“基本的な性格は、単独で述語の働きをし、文中での働きの違いに応
じて活用することである。”
Dalam bahasa Indonesia memiliki arti bahwa “ sifat dasar dari kata kerja
adalah berfungsi sebagai predikat, dan mempunyai kegunaan yang berbeda di
dalam suatu kalimat.”
23 2.7.2 Konjugasi Verba
Verba bahasa Jepang (Doushi) akhirnya mengalami perubahan yang disebut
konjugasi, konjugasi ini tergantung pada kata yang mengikutinya membuat arti yang
bermacam-macam (Tanaka, et al 2006: 94). Menurut konjugasinya terbagi dalam
tiga kelompok, yaitu:
a) Verba Kelompok I, pada kelompok verba ini, suku kata sebelum masu「ます」,
berakhir dengan bunyi i「い」
i
chi
ri
mi
ni
bi
ki
gi
shi
「い」 「ち」 「り」 「み」 「に」 「び」 「き」 「ぎ」 「し」
b) Verba Kelompok II, pada kelompok ini, suku kata sebelum masu「ます」,
berakhir dengan bunyi e「え」
e
ke
se
te
ne
he
me
「え」
「け」
「せ」
「て」
「ね」
「へ」
「め」
re
ge
ze
de
be
pe
「れ」
「げ」
「ぜ」
「で」
「べ」
「ぺ」
*tapi ada pula yang berakhir dengan bunyi i「い」
c) verba kelompok III, verba kelompok ini adalah shimasu「します」 dan kata
benda yang menunjukan kegiatan + shimasu「+します」. Juga termasuk kimasu
「きます」.
24 2.7.3 Perubahan Verba Bentuk -Te
Yang disebut dengan verba bentuk –te adalah kata kerja yang berakhiran te「て」
atau de「で」. Perubahan verba bentuk –te adalah tergantung pada kelompok verba
nya masing-masing. Tanaka, et al (2006: 166) mengelompokan perubahan verba –te
sebagai berikut
Tabel 2.7.3.1 Perubahan Verba Bentuk -Te
ます形
て形
I。かき ます
いき ます
いそぎ
のみ
よび
かえり
かい
まち
かし
II。たべ
ね
おき
かり
み
い
III。き
し
ます
ます
ます
ます
ます
ます
ます
ます
ます
ます
ます
ます
ます
ます
ます
か い て Kakimasu ⇒ kaite
*い っ て Ikimasu ⇒ itte
(*pengecualian)
いそ い で Isogimasu ⇒ isoide
の ん で Nomimasu ⇒ nonde
よ ん で Yobimasu ⇒ yonde
かえ っ て Kaerimasu ⇒ kaette
か っ て Kaimasu ⇒ katte
ま っ て Machimasu ⇒ matte
か し て Kashimasu ⇒ kashite
たべ て Tabemasu ⇒ tabete
ね て Nemasu ⇒ nete
おき て Okimasu ⇒ okite
かり て Karimasu ⇒ karate
み て Mimasu ⇒ mite
い て Imasu ⇒ ite
き て Kimasu ⇒ kite
し て Shimasu ⇒ shite
さんぽし ます さんぽし て Sanposhimasu ⇒
sanposhite
意味
‘menulis’
‘pergi’
‘bergegas’
‘minum’
‘memanggil’
‘pulang’
‘membeli’
‘menunggu’
‘meminjamkan’
‘makan’
‘tidur’
‘bangun’
‘meminjam’
‘melihat’
‘ada (mahluk hidup)’
‘datang’
‘(melakukan suatu
aktivitas)’
‘berjalan-jalan’
2.7.4 Penggunaan Verba Bentuk –Te
Dalam penelitian ini, penulis memilih bahan verba –te yang lebih dikhususkan
pada pemakaian bentuk –te imasu「-ています」, -te moiidesuka「-てもいいで
25 す か 」 , dan –te kara 「 - て か ら 」 . Menurut Tanaka, et al (2006: 94-107)
penggunaan verba –te adalah sebagai berikut
A. –te imasu(-ています)
Bentuk –te imasu「-ています」memiliki beberapa fungsi, yaitu a) dipakai
untuk menunujkan kegiatan yang sedang berlangsung (Sedang…), b) dipakai
untuk menunjukan suatu keadaan yang sudah terjadi dan hasilnya masih
berlangsung sampai saat ini, c) dipakai untuk menunjukan keadaan dimana
perbuatan yang sama berlangsung berulang-ulang untuk waktu lama. Pola
kalimat ini dapat menunjukkan pekerjaan atau kedudukan seseorang.
B. –te moiidesuka(-てもいいですか)
Digunakan sebagai ungkapan untuk pemberian izin, (Boleh…). Kalau
menjadi kalimat pertanyaan, maka menjadi ungkapan yang meminta izin.
C. –te kara(-てから)
Bentuk -te kara「-てから」digunakan untuk menunjukan bahwa setelah
kata kerja1 selesai, segera disusul dengan kata kerja2 . Bentuk waktunya
ditujukan oleh bentuk kata kerja pada akhir kalimat.
26 
Download