PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN SPIRITUAL (ESQ) SISWA DI MA AL BIDAYAH CANDI KECAMATAN BANDUNGAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pdi) OLEH AHMAD JAMHARI NIM: 11111024 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (IAIN) SALATIGA 2016 ii iii iv v MOTTO KEHEBATAN KITA BUKAN TERLETAK PADA KITA TIDAK PERNAH GAGAL, KEHEBATAN KITA KARENA KITA BISA BANGKIT DARI KEGAGALAN LAO TSE Tugas saya adalah melakukan apa yang benar. Dan selanjutnya di tangan Tuhan Martin Luther King vi PERSEMBAHAN Dengan segala kerendahan hati, skripsi ini penulis persembahkan kepada: 1. Orang tuaku tercinta bapak Mukhlasin dan ibu Elmiyati, yang senantiasa mencurahkan kasih sayang, dukungan moral maupun materiil dan doa yang tak pernah putus untuk putra-putrinya 2. Kakakku M. Sukron Ibnu Asrin yang mendukungku dan Latif Mashadi yang selalu memberi semangat dan membantuku. 3. Bapak Mufiq yang telah sabar membimbingku dalam penyusunan skripsi ini 4. Teman-temanku PAI A dan angkatan 2011 yang sama-sama berjuang dan belajar di IAIN Salatiga 5. Teman-teman crisopillum cainito yang telah membantuku 6. Semua pihak yang selalu memberi semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu vii KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada : 1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. 3. Ibu Siti Rukhayati M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). 4. Bapak Mufiq S.Ag. M.Phil sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas ini. 5. Bapak M. Farid Abdullah, S.PdI., M.Hum., selaku pembimbing akademik. 6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini. viii 7. Bapak dan ibu serta saudara-sadaraku di rumah yang telah mendoakan dan mendukung penulis dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. 8. Keluarga besar MA Al Bidayah Candi Bandungan yang telah memberikan penulis tempat dalam mengadakan penelitian, sehingga terselesainya skripsi ini. 9. Seluruh teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian skripsi ini Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT. Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb Salatiga, 29 Februari 2016 Penulis, Ahmad Jamhari ix ABSTRAK Jamhari, Ahmad. 2016. Peran Guru Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Dan Spiritual Siswa Di MA Al Bidayah Candi KEC. Bandungan. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Mufiq S.Ag. M.Phil. Kata kunci: peran guru , kecerdasan emosional dan spiritual Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran guru agama dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual siswa di MA Al Bidayah Candi Kecamatan Bandungan. Fokus masalah yang akan dikaji adalah: 1) peran guru dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual siswa di MA Al Bidayah Candi Kecamatan Bandungan. 2) Apa faktor pendukung dan penghambat dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) siswa di MA Al Bidayah. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian dilaksanakan dengan tahap persiapan, pelaksanaan, penyelesaian. Subjek penelitian adalah peran guru. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan tiga komponen utama yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Dari hasil penelitian diketahui bahwa peran guru di MA Al Bidayah dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual meliputi: pengembangan sikap konsistensi (istiqomah), kerendahan hati (tawadu’), berusaha dan berserah diri (tawakkal), ketulusan (keikhlasan) serta integritas dan penyempurnaan (ihsan). Faktor pendukung sarana dan prasarana yang cukup memadai, serta lingkungan yang nyaman dan kondusif. Faktor penghambat terbatasnya waktu pertemuan, tidak adanya penilaian secara tertulis serta kurangnya motivasi dan perhatian dari orang tua. x DAFTAR ISI JUDUL ........................................................................................................ i LEMBAR BERLOGO ................................................................................. ii PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................. iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................... v MOTTO ....................................................................................................... vi PERSEMBAHAN ........................................................................................ vii KATA PENGANTAR ................................................................................. viii ABSTRAK ................................................................................................... x DAFTAR ISI ................................................................................................ xi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv DAFTAR FOTO .......................................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1 B. Fokus Penelitian ............................................................................ 6 C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 6 D. Kegunaan Penelitian ..................................................................... 7 E. Penegasan Istilah ............................................................................ 7 F. Metode Penelitian .......................................................................... 9 G. Sistematika Penulisan ................................................................... 15 xi BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kecerdasan Emosional dan Spiritual .......................... 17 1. Pengertian Kecerdasan Emosional............................................ 17 2. Pengertian Kecerdasan spiritual .............................................. 25 3. Pengertian Kecerdasan Emosional dan Spiritual ...................... 31 B. Peran Guru .................................................................................... 34 1. Peran Guru Dalam Pembelajaran .............................................. 35 2. Peran Guru Secara Pribadi ........................................................ 37 3. Peran Guru Secara Psikologi ..................................................... 38 BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum MA Al Bidayah ................................................ 42 B. Hasil Penelitian .............................................................................. 53 BAB IV PEMBAHASAN A. Peran Guru Agama Dalam Mengembangkan ESQ ........................ B. Faktor Pendukung ESQ.................................................................. 74 C. Faktor Penghambat ESQ ................................................................ 74 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................... 77 B. Saran-Saran .................................................................................... 81 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN xii DAFTAR LAMPIRAN 1. Daftar SKK 2. Riwayat Hidup Penulis 3. Surat Tugas Pembimbing Skripsi 4. Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian 5. Surat Keterangan Melakukan Penelitian 6. Lembar Konsultasi 7. Deskripsi Wawancara xiii DAFTAR FOTO Foto 1. Dokumentasi Wawancara Foto 2. Foto Kegiatan Siswa xiv BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan proses pendewasan dan mengembangkan aspek-aspek manusia baik fisik, biologis maupun psikologis. Aspek fisik biologis manusia dengan sendirinya akan mengalami proses perkembangan, pertumbuhan dan penuaan. Sedangkan aspek psikologis manusia melaluai pendidikan dicoba untuk didewasakan, dikembangkan dan disadarkan. Proses penyadaran dan pendewasaan dalam konteks pendidikan ini mengandung makna yang mendasar karena bersentuhan dengan aspek yang paling dalam dari diri manusia. yaitu kejiwaan dan kerohanian, dua elemen ini sangat penting dalam membina moralitas pada pendidikan sehingga menghasilkan lulusan pendidikan yang berwawasan luas dalam bidang ilmu pengetahuan, dan memiliki kecerdasan emosional yang mencakup aspek kejiwaan serta memiliki kecerdasan spiritual yang mencakup aspek kehormatan. Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan : “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasa, akhlak mulia serta ketrampilan yang dibutuhkan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”. (Undang-undang sistem pendidikan nasional 2008:3). 1 Pengertian pendidikan diatas menunjukkan bahwa tugas seorang pendidik adalah untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan potensi yang dimiliki anak didik, serta berperan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan dalam membentuk kepribadian siswa baik secara lahir maupun secara batin. Namun pendidikan kita saat ini sering dikritik masyarakat yang disebabkan oleh adanya sejumlah pelajar dan lulusan pendidikan yang menunjukkan sikap kurang terpuji, banyak pelajar yang terlibat tawuran, melakukan tindakan kriminal, penodongan, penyimpangan seksual dan sebagainya. Perbuatan-perbuatan seperti ini sangat meresahkan masyarakat. Hal-hal tersebut masih ditambah lagi dengan meningkatnya jumlah pengangguran yang pada umumnya adalah tamatan pendidikan. Keadaan inilah yang semakin membuat potret hitam dunia pendidikan. Di antara penyebab dunia pendidikan kurang mampu menghasilkan lulusan sesuai yang diharapkanan adalah karena banyak pendidikan kita selama ini hanya membina kecerdasan intelektual, wawasan dan keterampilan saja, tanpa diimbangi oleh kecerdasan emosional. Sekaligus juga didukung kecerdasan spiritual bagi timbulnya kearifan sosial. Berdasarkan permasalahan yang banyak timbul di dunia pendidikan inilah, guna mempersiapkan/melahirkan generasi-generasi pendidikan yang berkualitas, tidak hanya berintelektual tinggi, berwawasan luas tapi juga harus memiliki kemantapan emosi, etika moral dan spiritual yang luhur. Sehingga dapat dipahami betapa pentingnya peningkatan kecerdasan dan spiritual pada 2 siswa dalam dunia pendidikan. Daniel Goleman mengatakan bahwa, kecerdasan emosi mengandung beberapa pengertian, pertama kecerdasan emosi tidak hanya berarti sikap ramah, tetapi juga pada saat-saat tertentu yang diperlukan bukan sifat ramah, melainkan sifat tegas yang barangkali tidak menyenangkan, tentang mengungkapkan kebenaran yang selama ini dihindari. Kedua kecerdasan emosi bukan berarti memberikan kebebasan kepada perasan untuk berkuasa, memanjakan perasaan, melainkan untuk mengelola perasan sedemikian rupa sehingga terekspresikan dengan tepat dan efektif yang memungkinkan orang bekerja sama dengan lancar menuju sasaran yang sama. Banyak contoh di sekitar kita membuktikan orang yang memiliki kecerdasan otak saja belum tentu sukses berkiprah didunia pekerjaan, seringkali justru orang yang berpendidikan formal rendah banyak yang ternyata mampu lebih berhasil, karena mereka memiliki kecerdasan emosi seperti, ketangguhan mental, inisiatif, optimis dan kemampuan beradaptasi. (Ginanjar, 2005:41) Jika mengetahui betapa besarnya pengaruh EQ (kecerdasan emosional) bagi dunia pendidikan dan penunjang kesuksessan hidup, maka kita perlu mempersiapkan generasi-generasi penerus bangsa untuk mencapai dan meningkatkan EQ (kecerdasan emosional). Harus diketahui bahwa kecerdasan emosional tidaklah berkembang secara alamiah semata-mata berdasarkan perkembangan umur biologisnya. Namun perkembangan EQ (kecerdasan emosional) ini sangat bergantung pada proses pelatihan dan 3 pendidikan secara kontinu. Ada banyak keuntungan jika seseorang memiliki kecerdasa emosisonal secara memadai: pertama, kecerdasan emosional jelas mampu menjadi alat pengendalian diri. Kedua, kecerdasan emosional bisa diimplementasikan sebagai cara yang sangat baik untuk memasarkan atau membersihkan ide, konsep atau sebuah produk. Ketiga, kecerdasan emosional adalah modal penting bagi seseorang untuk mengembangkan bakat kepemimpinan. Dengan demikian kecerdasan emosi mempunyai pengaruh yang besar dalam menentukan keberhasilan belajar anak. Penelitian Le-Doux misalnya menunjukan betapa pentingnya integrasi antara emosi dan akal dalam kegiatan belajar mengajar. Tanpa keterlibatan emosi, kegiatan saraf otak berkurang dari yang dibutuhkan untuk menyimpan pelajaran dalam memori. (Desmita, 2010:172) Setelah pembahasan singkat mengenai EQ (kecerdasan emosional). Yang tak kalah pentingnya dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah SQ (kecerdasan spiritual) karena tanpa adanya landasan spiritual yang kuat pada diri seseorang, meskipun dia memiliki IQ tinggi, dan berkemampuan dalam EQ, tetapi tanpa disertai SQ maka dirasa kurang sempurna. Karena SQ inilah yang dapat membantu seseorang untuk menjalani kehidupan dengan lebih bijak dan arif. SQ adalah kemampuan seseorang untuk mendengarkan suara hati nuraninya/bisikan kebenaran yang meng-illahi dalam cara dirinya mengambil keputusan/melakukan pilihan-pilihan berempati dan beradaptasi. Untuk itu 4 kecerdasan spiritual sangat ditentukan oleh upaya untuk membersihkan dan memberikan pencerahan qalbu sehingga mampu memberikan nasihat dan arah tindakan serta caranya mengambil keputusan. Qalbu harus senantiasa menerima curahan nur yang bermuatan kebenaran dan kecintaan pada illahi. Danah Zohar dan Ian Marshall mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai landasan kecerdasan untuk menghadapi makna atau value yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya. Kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna daripada orang lain. (Ginanjar, 2006:46) Pada prinsipnya di dalam dunia pendidikan, dalam proses pembelajaran seorang guru seharunya tidak hanya mementingkan kecerdasan IQ saja pada sisiwa, tetapi juga memmperhatikan, menumbuhkan serta mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) pada siswa. Sehingga dapat menghasilkan lulusan-lulusan yang tidak hanya berintelektual tinggi, tetapi dapat menghasilkan lulusan yang berintelektual tinggi, berwawasan luas, beretika moral dan mempunyai spiritual yang tinggi. Maka berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas penulis ingin meneliti tentang ”PERAN GURU AGAMA DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN SPIRITUAL SISWA DI MA AL BIDAYAH BANDUNGAN”. 5 B. FOKUS PENELITIAN Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah peran guru agama dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual siswa di MA Al Bidayah? 2. Apakah faktor pendukung dan penghambat dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual siswa di MA Al Bidayah ? C. TUJUAN PENELITIAN Adapun yang menjadi tujuan penulis mengacu pada permasalahan tersebut di atas adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui peran guru agama dalam mengembangkan kecerdasan emosional siswa di MA Al Bidayah 2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual siswa di MA Al Bidayah D. KEGUNANAN PENELITIAN Manfaat ataupun kegunaan penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu: 1. Secara Teoritis Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dam penambahan wawasan mengenai peran guru dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) siswa, khususnya kajian pendidikan dalam pendidikan agama Islam (PAI). 6 2. Secara Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan dan dapat memberikan informasi tentang pentingnya memberikan bantuan kepada siswa untuk mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) sehingga siswa tersebut dapat menjadi siswa yang tangguh dalam menghadapi persoalan hidupnya. E. Penegasan Istilah 1. Peran Guru Guru adalah seseorang yang memiliki kemampuan dan memiliki kemampuan yang dapat memudahkan dalam melaksanakan peranannya dalam membimbing siswanya, ia harus sanggup menilai diri sendiri tanpa berlebihan, sanggup berkomunikasi dan bekerjasama dengan orang lain, selain itu perlu diperhatikan pula bahwa ia memiliki kekurangan dan kelemahan. (Darajat, 1996:266) Peran guru dalam penelitian ini adalah: 1) Peran guru dalam mendidik dapat mengembangkan ESQ. 2) Peran guru sebagai Pembimbing dapat mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual. 3) Peran guru sebagai motivator dalam mengembangkan atau membina kecerdasan emosional dan spiritual. 4) Peran guru dalam mengelola kelas, mengajar dan mengarahkan peserta didik untuk mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) siswa di MA Al Bidayah Bandungan. 7 5) Peran guru sebagai evaluator dalam mengevaluasi kecerdasan emosional dan spiritual siswa. 2. Kecerdasan Emosional dan Spiritual (ESQ) Kecerdasan emosional adalah kemampuaan untuk mengendalikan diri, memotivasi diri, empati, memahami perasaan orang lain, dan membina hubungan dengan orang lain, sedangkan kecerdasan spiritual adalah kemampuan seseorang untuk mendengarkan hati nuraninya atau bisikan kebenaran yang bersumber dari Illahi dalam cara mengambil keputusan atau pilihan-pilihan untuk menghadapi masalah dalam hidupnya. Kecerdasan emosional dan spiritual adalah bagaimana mengatur tiga komponen: iman, islam dan ihsan dalam keselarasan dan kesatuan tauhid. (Ary Ginanjar, 2003:14) Berdasarkan pengertian tersebut maka Indikator kecerdasan emosional dan spiritual dalam penelitian ini adalah: 1. Konsistensi (istiqomah) 2. Kerendahan hati (tawadu’) 3. Berusaha dan berserah diri (tawakkal) 4. Ketulusan (keikhlasan) 5. Totalitas (kaffah) 6. Integritas dan penyempurnaan (ihsan) 8 F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian skripsi ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif, dan jenis penelitianya adalah penelitian lapangan (field research) yakni metode yang digunakan untuk memperoleh data-data melalui penyelidikan berdasarkan objek lapangan, daerah atau lokasi guna memperoleh data yang valid dan dapat dipertanggung jawabkan. Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting); disebut sebagai metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif (Sugiyono, 2011: 8). 2. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai instrument penelitian dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan. Untuk memperoleh data yang valid yang dibutuhkan dalam penelitian maka peneliti hadir secara langsung dilokasi penelitian. 3. Sumber Data Data-data yang dijadikan acuan dalam penelitian ini diambil dari berbagai sumber di antaranya: 9 a. Data Kepustakaan Data ini diperoleh dari kajian kepustakaan, dari buku-buku dan kajian ilmiah yang berkaitan dengan kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ). b. Data Lapangan Data ini diperoleh dari informan yaitu guru dan siswa. Dalam hal ini yang berkaitan dengan bagaimana peran guru dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual. 4. Metode Pengumpulan Data Langkah-langkah yang digunakan penulis dalam pengumpulan data adalah dengan metode interview/ wawancara, dokumentasi, dan metode komparasi. a. Interview/wawancara Yaitu metode yang digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui tentang hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil. (Sugiono, 2011:137) Dalam metode ini peneliti ingin mengadakan wawancara langsung dengan guru, dalam hal ini guru aqidah akhlak, guru fiqih, guru yang menangani masalah kesiswaan, waka sarana dan prasarana, siswa dan juga kepala sekolah. Penelitian ini menggunakan interview 10 bentuk terbuka sehingga dapat diperoleh data yang luas dan mendalam mengenai bagaimana peran guru dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual di MA Al Bidayah Candi Bandungan. Penggunaan metode interview dalam penelitian ini untuk mengetahui lebih jauh bagaimana perencanaan pembelajaran untuk mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ). Peran guru dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual siswa di MA Al Bidayah Candi Bandungan dan usaha-usaha yang dilakukan serta hambatan-hambatan lembaga tersebut dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ). b. Observasi Observasi merupakan metode dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki (Hadi, 1986: 136). Metode ini penulis lakukan dengan melakukan pengamatan langsung untuk mengetahui peran guru dalam melakukan kegiatankegiatan yang berkaitan dengan pengembangan kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) yang meliputi kesadaran diri, pengaturan diri, empati, ketrampilan sosial, dan mempunyai prinsip hidup yang kuat. c. Dokumentasi. Dokumen merupakan catatan atau peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2011: 240). Metode ini 11 digunakan untuk melengkapi data tentang kondisi dan keadaan objek penelitian serta memberikan gambaran secara umum tentang objek penelitian. 5. Metode Analisis Data Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisirkan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2011: 244). Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis data secara kualitatif. Dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: a. Display data, peneliti menyajikan semua data yang diperolehnya dalam bentuk uraian atau laporan terperinci. b. Reduksi data, peneliti memotong data-data yang tidak perlu untuk dibuang, laporan yang diambil hanya yang pokok saja difokuskan pada hal-hal penting. c. Verivikasi data, peneliti berusaha untuk mencari data yang dikumpulkanya dan kemudian disimpulkan untuk menjawab tujuan penelitian. 6. Pengecekan Keabsahan Data 12 Keabsahan data yang akan peneliti lakukan yaitu dengan menggunakan kriteria kredibilitas. Hal ini di maksudkan bahwa datadata yang dikumpulkan sesuai dengan latar belakang. Menurut Lexy J. Moleong (2008: 327-334) bahwa dalam menerapkan teknik pemeriksaan data dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Perpanjangan Keikutsertaan Jadi peneliti memperpanjang waktu penelitian di lapangan sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. Karena menurut yang sudah dikemukakan, bahwa instrumen dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Maka keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data, waktunyapun tidak singkat, akan tetapi ada perpanjangan keikutsertaan pada latar penelitian. b. Triangulasi Teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Dengan teknik ini, peneliti dapat me-recheck temuanya dengan jalan membandingkanya dengan berbagai sumber, metode, atau teori dengan cara: 1) Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan 13 2) Mengeceknya dengan berbagai sumber data 3) Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat dilakukan c. Ketekunan/keajegan pengamatan Dalam hal ini bermaksud untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dalam teknik ini menuntut peneliti agar mampu menguraikan secara rinci bagaimana dapat melakukan pengamatan secara detail dan penelaahan secara rinci tersebut dapat dilakukan. d. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi Teknik ini dilakukan dengan jalan mengumpulkan rekan sebaya, yang memiliki pengetahuan umum yang sama tentang apa yang sedang diteliti, untuk membantu peneliti mempertajam analisis penelitian. G. Sistematika penulisan Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan membagi dalam beberapa bab, dengan harapan agar pembahasan dalam skripsi ini dapat tersusun dengan baik dan dapat memenuhi standar penulisan sebagai karya ilmiah. Adapun sistematika pembagian bab adalah sebagai berikut: 14 Bab I : Dalam bab pendahuluan terdiri dari latar belakang, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II : Kajian Pustaka yang berkenaan dengan teori-teori kecerdasan emosional dan spiritual, dan peran guru agama. Bab III : Paparan data dan temuan penelitian tentang peran guru agama dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual, kurikulum yang diterapkan, faktor yang mendukung dan menghambat pengembangan kecerdasan emosional dan spiritual di MA Al Bidayah Bandungan. Bab IV : Analisis data penelitian tentang peran guru agama dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) siswa di MA AL Bidayah Bandunagan. Bab V : Penutup yang berisi kesimpulan dan saran. 15 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KECERDASAN EMOSIONAL DAN SPIRITUAL (ESQ) 1. Pengertian kecerdasan emosional (EQ) Dalam khasanah ilmu pengetahuan terutama psikologi istilah EQ atau kecerdasan emosional merupakan sebuah temuan tentang kecerdasan manusia yang sangat dibutuhkan untuk menunjang manusia dalam mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya. Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh Goleman, pada pertengahan tahun 1990-an. Daniel Goleman yang banyak berkecimpung dalam neurosains dalam psikologi berhasil meruntuhkan legenda tentang IQ yang pernah bertahta bertahuntahun itu dengan temuan barunya yang ia sebut dengan kecerdasan emosional (EQ) yaitu sebuah kecerdasan yang lebih menekankan pada penguasaan dan pengendalian diri dan emosi. Dari hasil penelitian yang dilakukan Goleman, setinggi-tingginya IQ menyumbang kira-kira 20 persen bagi faktor-faktor yang menentukan sukses dalam hidup, maka yang 80 persen diisi oleh kekuatan-kekuatan lain.(Hidayatullah, 2009:200) Pendapat lain dikemukakan oleh Reuven Bar-On (dalam Uno, 2000:69), menjelaskan bahwa kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan, kompetensi, dan kecakapan non kognitif yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan. Dengan kata lain kecerdasan emosional adalah serangkaian kecakapan yang memungkinkan kita melapangkan jalan di dunia yang 16 rumit, yang mecakup aspek pribadi, sosial, dan pertahanan dari seluruh kecerdasan, akal sehat yang penuh misteri, dan kepekaan yang penting uentuk berfungsi secara efektif setiap hari. Pada intinya kecerdasan emosional merupakan kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosi yang sedang bergejolak sehingga diharapkan tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain. Kecerdasan emosi ini juga dimaknai dengan kemampuan seseorang dalam membina hubungan dengan sesamanya, memahami perasan serta mampu bekerja sama. Jadi kecerdasan emosional berkaitan dengan hubungan intrapersonal dan interpersonal, di mana seseorang tidak hanya dituntut untuk bisa memahami diri sendiri, memotivasi diri sendiri dan mengendalikan diri. Akan tetapi juga dapat berperilaku sosial dengan orang lain. Inti kemampuan pribadi dan sosial yang merupakan kunci utama keberhasilan sesungguhnya adalah kecerdasan emosi ( Agustian, 2001:9) Sedangkan menurut Suharsono EQ (kecerdasan emosional) merupakan kemampuan untuk memahami perasaan diri masing-masing dan perasaan orang lain. Kemampuan untuk memotivasi dirinya sendiri dan menata dengan baik emosi yang muncul dalam dirinya dan hubungan dengan orang lain (Suharsono, 2000:28) a. Macam-Macam Emosi Manusia memiliki berbagai macam jenis emosi yang ada dalam dirinya. Jumlah emosi manusia ada ratusan, bersama campuran, variasi, 17 mutasi, dan nuansanya. Akan tetapi Goleman (1997:411) mengemukakanya ke dalam delapan jenis emosi yaitu: 1) Amarah: beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, berang, tersinggung, bermusuhan, agresi, tindak kekerasan, dan kebencian patologis. 2) Kesedihan: pedih, sedih, muram, kesepian, ditolak, putus asa, dan depresi berat. 3) Rasa Takut: cemas, takut, gugup, khawatir, was-was, waspada, tidak tenang, ngeri, fobia, dan panik. 4) Kenikmatan: bahagia, gembira, puas, senang, terhibur, bangga, kenikmatan indrawi, rasa terpesona, rasa terpenuhi, kegirangan, luar biasa, dan mania. 5) Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, dan kasih. 6) Terkejut: kaget, terkesikap, takjub, terpana. 7) Jengkel: hina, jijik, mual, benci, tidak suka, mau muntah. 8) Malu: rasa salah, kesal hati, sesal aib, dan hati hancur lebur. Sedangkan menurut Darwis Hude (2006: 137), di dalam Al Qur’an, emosi dasar manusia meliputi: 1) Emosi Senang 18 Segala sesuatu yang membuat hidup dalam perasaan senang, seperti perasaan cinta, puas, gembira, disebut emosi senang. Pada umumnya manusia tertarik dengan lawan jenisnya, harta dan kemewahan, menerima kenikmatan dan lepas dari kesulitan. Artinya “ dan jika Kami rasakan kepadanya kebahagiaan sesudah bencana yang menimpanya, niscaya Dia akan berkata: "Telah hilang bencana-bencana itu daripadaku"; Sesungguhnya Dia sangat gembira lagi bangga,” 2) Emosi Marah Emosi marah muncul, disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri manusia atau temperament. Sedang faktor eksternal datang dari lingkungan alam dan sosial. Emosi ini bisa diidentifikasi dengan perubahan raut muka, nada suara yang berat, badan bergetar, dan bersedia menyerang. Jika tidak demikian, maka ekspresi marah diungkapkan dengan diam saja. Setiap orang mengekspresikan kemarahan melalui tindakan yang berbeda-beda. 19 Artinya” kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati. berkata Musa: "Hai kaumku, Bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik? Maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagimu atau kamu menghendaki agar kemurkaan dari Tuhanmu menimpamu, dan kamu melanggar perjanjianmu dengan Aku?". 3) Emosi Sedih Emosi sedih menghinggapi manusia ketika sedang tertimpa musibah, mendapatkan masalah, dan akibat dari hubungan interpersonal yang tidak baik, dikarenakan perilaku dan sikap seseorang yang menyakitkan hati. Emosi ini diekspresikan dengan tangisan dan kekhawatiran. artinya “manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka Dia menjadi putus asa lagi putus harapan.” 4) Emosi takut Dalam kehidupanya manusia kadang diliputi emosi takut. Manusia takut dengan kematian, kekurangan harta, tertimpa bencana alam, dan lain-lain. Sebab-sebab yang membuat manusia takut dari masingmasing individu berbeda-beda. 20 Artinya “Maka Musa merasa takut dalam hatinya. Kami berkata: "Janganlah kamu takut, Sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang)". 5) Emosi Benci Dalam Al Qur’an telah digambarkan tentang orang-orang yang membenci kebenaran dari Allah, keharusan untuk taat, dan berjihad. Artinya “Luth berkata: "Sesungguhnya aku sangat benci kepada perbuatanmu". (Luth berdoa): "Ya Tuhanku selamatkanlah aku beserta keluargaku dari (akibat) perbuatan yang mereka kerjakan." 6) Emosi Heran dan Kaget Seandainya ada sesuatu yang terjadi diluar dugaan dan rencananya, maka emosi heran dan kaget akan menghinggapi batin manusia. Artinya “ isterinya berkata: "Sungguh mengherankan, Apakah aku akan melahirkan anak Padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamikupun dalam Keadaan yang sudah tua pula?. Sesungguhnya ini benarbenar suatu yang sangat aneh. Para Malaikat itu berkata: "Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, Hai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah". 21 b. Ciri-Ciri Kecerdasan Emosional Menurut Salovely yang dikutip oleh Goleman (1997:56), tanda-tanda orang yang memiliki kecerdasan emosi adalah sebagai berikut: 1) Mampu mengenali emosi diri sendiri Mengenali emosi adalah dasar dari kecerdasan emosional. Orang yang mengenali emosi diri, akan menyadari apa yang sedang dirasakanya. Apakah dalam kondisi senang, susah, atau khawatir. Tanda orang yang bisa mengenali emosi, dia bisa mengatakan bagaimana suasana hatinya saat itu, dan dia menyadarinya sehingga dengan mudah mengatasi perasaanya. Bila suasana hatinya sedang jelek, mereka tidak risau dan tidak larut kedalamnya, dan mereka mampu melepaskan diri dari suasana itu dengan lebih cepat. (Goleman, 1997:65) 2) Mampu mengelola emosi Emosi seperti kesedihan, jika dibiarkan akan menggangu kesehatan dan berlanjut pada depresi. Emosi yang menyenangkan seperti cinta, apabila tidak dikelola juga akan membuat lupa diri. Dengan mengelola emosi, berarti mampu untuk menjaga keseimbangan emosi. Menjaga emosi yang merisaukan agar tetap terkendali adalah kunci kunci kecerdasan emosi. (Mustofa, 2007:43) 3) Mampu memotivasi diri sendiri Motivasi adalah menggunakan hasrat kita yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun kita menuju sasaran membantu kita 22 mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif, serta untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi (Mustofa, 2007:47). Langkah memotivasi diri merupakan upaya untuk mengantarkan seseorang kepada kesuksesan di berbagai bidang. 4) Memiliki Empati Empati merupakan kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain. Empati adalah memahami perasaan dan masalah orang lain, berpikir dengan sudut pandang orang lain dan menghargai perbedaan perasaan orang mengenai berbagai hal (Goleman, 1997:428). Hasil hasil dari empati menghasilkan sikap altruisme 5) Mampu membina hubungan dengan lingkungan sekitar Dari kematangan empatik yang dimiliki seseorang akan dapat mengarahkan orang tersebut untuk dapat berhubungan dengan orang lain sekaligus memelihara hubungan tersebut, menyakitkan, mempengaruhi, dan membuat orang lain merasa aman (Yasin Mustofa :46). Hubungan sosial sangat dibutuhkan daalam kehidupan, karena manusia adalah zoon politicon (makhluk sosial dan tidak dapat hidup sendiri). Jika hubungan sosial diabaikan, maka kesulitan sering di dapat. 23 2. Kecerdasan Spiritual a. Pengertian Kecerdasan spiritual tersusun dalam dua kata yaitu kecerdasan dan spiritual. Kecerdasan adalah kecakapan untuk menangani situasi-situasi dan kemampuan mempelajari sesuatu, termasuk pencapaian hubungan dengan yang lain. Kemampuan berurusan dengan kerumitan, kerumitan atau abstrak-abstrak, kemampuan dan kecakapan berfikir. (Sudarsono, 1993:118) Kecerdasan berasal dari kata “cerdas” yang mendapat imbuan ke-an. Cerdas berarti akal budi, pandai, tajam dalam pikiran. (Poerwadarminta, 2006:363). Spiritual adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan, rohani atau batin. (Poerwadarmita, 2006:1143) Kecerdasan spiritual atau spiritual Quetiont adalah kemampuan seseorang untuk mendengarkan hati sebagai bisikan kebenaran yang berasal dari Allah SWT. Ketika seseorang mengambil keputusan atau melakukan pilihan, berempati, dan beradaptasi. Potensi ini sangat ditentukan oleh upaya membersihkan qalbu dan memberikan pencerahan qalbu, sehingga mampu memberikan nasehat dan mengarahkan tindakan, bahkan akhirnya menuntut seseorang dalam mengambil tiap-tiap keputusan (Tasmara, 2001 : 48) Sedangkan menurut Danah Zohar dan Ian Marshall kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menempati makna dan value yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks 24 makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau tujuan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. SQ adalah landasan yang digunakan untuk mengoptimalkan EQ dan IQ dengan baik. Bahkan dapat dikatakan bahwa SQ merupakan kecerdasan tertinggi kita.(Zohar,Marshall dalam Nasution, 2009:16). Sebagaimana firman Allah dalam surat Ar Ruum ayat 30: Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” Dalam perbuatanya setiap orang memiliki prinsip-prinsip yang dipegangi dan mengikuti dorongan hati. Jiwa manusia ada nilai-nilai spiritual yang bersifat universal seperti kejujuran, kebenaran, kepedulian, cinta, tenggang rasa, keberanian, tanggung jawab, keadilan, rasa syukur, dan lain-lain. Menurut Ary Ginanjar, nilai-nilai itu dinamakan suara hati fitrah yang bersumber dari asmaul husna. Ia menjelaskan bahwa nilai yang paling dalam itu (God Spot) mengandung sifat-sifat tuhan (Asmaul Husna) sebagai potensi diri untuk dikembangkan. Sedangkan dalam ESQ, kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna spiritual terhadap pemikiran, perilaku, dan kegiatan, 25 serta menyinergikan IQ, EQ dan SQ ssecara komprehensif (Ginanjar, 2007 : 47) Yang dimaksud dengan SQ yakni pengetahuan akan kesadaran diri, makna hidup dan nilai-nilai tertinggi. Kecerdasan ini berupa mengelola “kecerdasan hati” sehingga terekspresikan kita bekerja sama dengan lancar menuju sasaran yang lebih luas dan bermakna. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa definisi kecerdasan spiritual adalah kemampuan potensial manusia yang menjadikan ia dapat menyadari dan menentukan makna, nilai, moral, serta cinta terhadap kekuatan yang lebih besar dan sesama makhluk hidup, karena merasa sebagai bagian dari keseluruhan. Nilai-nilai spiritual inilah yang dapat memberikan makna kehidupan karena sesungguhnya pemaknaan terhadap kehidupan ini bukan datang dari luar akan tetapi datang dari dalam. Dengan kata lain, harta, jabatan, dan kemewahan lainya (dunia luar) tidak bisa memberikan ketenangan yang hakiki bagi kehidupan manusia. Buktinya banyak orang yang cukup secaraa materi, tetapi batin mereka kering dan hampa (Nasution, 2009:10). Meskipun demikian, bukan berarti kemiskinan (jauh dari harta, jabatan dan kemewahan) menjadi kunci ketenangan. Akan tetapi yang dimaksud adalah kita orang Islam jangan terjebak oleh fatamorgana kemewahan dunia. Jadikanlah materi hanya sebagai target “antara” untuk mempertahankan kelangsungan hidup mengabdi kepada Allah Ta’ala menuju target akhir (kehidupan abadi di akhirat). 26 Jadi kecerdasan spiritual adalah kemampuan seseorang untuk menghadapi dan memecahkan masalah serta memaknai kehidupan dari berbagai sudut pandang, menjadikan setiap perilaku dan kegiatan sebagai ibadah kepada Allah serta berprinsip hanya kepada-Nya. a. Ciri-Ciri Kecerdasan Spiritual Menurut Zohar dan Ian Marshall dalam Muhaimin (2010:43) seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1) Kemampuan berperilaku fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif). Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi ditandai dengan sikap hidupnya yang yang berperilaku fleksibel akan terlihat luwes dalam menyelesaikan permasalahannya yang luas dan dalam. Dia menyesuaikan diri dalam situasi dan kondisi apapun dengan mudah. 2) Tingkat kesadaran diri yang tinggi Orang yang mempunyai tingkat kesadaran yang tinggi ditandai dengan mengenali siapa dirinya. Kesadaran yang tinggi telah menjadikanya mudah untuk mengendalikan diri dan memahami orang lain. 3) Kemampuan menghadapi penderitaan Seseorang yang mampu menghadapi penderitaan itu adalah jalan menuju manusia yang berkualitas. Dia meyakini dalam 27 penderitaan itu masih ada orang yang lebih menderita dari pada dirinya, dan dia akan selalu mengambil hikmah dari setiap penderitaan itu. 4) Kemampuan menghadapi rasa takut Rasa takut pasti pernah dialami setiap orang dalam hidupnya, manusia kadang merasa takut kehilangan jabatanya, hartanya, orang yang disayanginya, dan sebagainya. Namun dengan kecerdasan spiritual rasa takut itu dapat dihadapi dengan wajar tanpa kecurangan ataupun tindakan yang tidak terpuji. 5) Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai Seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual selalu berpegang teguh dengan visi dan nilai yang diyakininya. Visi dan nilai ini bisa bersumber dari pengalaman hidup. Visi dan nilai membuat kehidupan menjadi berkualitas, selalu terarah kepada kebaikan, tidak tergoyahkan ketika menghadapi cobaan, dan lebih mudah untuk mencapai kebahagiaan. 6) Enggan menyebabkan kerugian yang tidak perlu Agar keputusan yang diambil tidak merugikan diri sendiri dan orang lain, maka orang cerdas spiritualnya akan berpikir selektif. Dia selalu memutuskan sesuatu yang mempertimbangkan sisi baik buruknya, sehingga menimbulkan langkah yang efektif. 28 7) Cenderung melihat keterkaitan berbagai hal Berpikir holistik atau melihat keterkaitan berbagai hal, bermanfaat untuk menghasilkan kebaikan. Berfikir holistik membuat seseorang tampak lebih matang dan berkualitas. Kecerendungan melihat keterkaitan berbagai hal diperlukan saat menghadapi berbagai kejadian. 8) Cenderung bertanya “mengapa” atau “bagaimana jika” Pertanyaan “mengapa” atau “bagaimana jika” merupakan pertanyaan untuk mencari jawaban yang mendasar. Dengan mengajukan pertanyaan seperti itu, seorang akan terbantu memahami setiap permasalahan secara baik dan bukan parsial. Tjuan bertanya mengapa atau bagaimana jika adalah supaya seseorang tidak terjebak dalam satu permasalahan yang memungkinkan seseorang dapat mengambil keputusan tidak tepat, dan terhindar dari sebuah kegagalan mencapai sebuah keberhasilan. 9) Pemimpin yang penuh perhatian dan tanggung jawab Apabila kita mencari seorang pemimpin, carilah pemimpin yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi. Sebab orang yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi akan bias menjadi pemimpin yang penuh pengabdian dan tanggung jawab. (Zohar dan Marshall, 2007: 14) 29 3. Kecerdasan Emosional Spiritual a. Pengertian Kecerdasan emosional spiritual adalah suatu perangkat kerja dalam hal pemngembangan karakter dan kepribadian berdasarkan nilai-nilai rukun iman dan rukun islam yang akhirnya akan menghasilkan manusia yang unggul dalam sektor emosi dan spiritual yang mampu mengeksplorasi dan menginternalisasi kekayaan ruhaniah dan jasadiyah dalam hidupnya. (Ginanjar, 2001: 25) Menurut penulis kecerdasan emosional spiritual adalah gabungan antara kecerdasan emosi dan spiritual berdasarkan pemaknaan rukun iman, rukun islam dan ihsan sehingga menciptakan manusia yang utuh. b. Ciri-ciri kecerdasan emosional spiritual Ary Ginanjar (2001:276) berpendapat: hal-hal yang berhubungan dengan kecakapan kecerdasan emosional dan spiritual, seperti konsistensi (istiqomah), kerendahan hati (tawadu’), berusaha dan berserah diri (tawakkal), ketulusan (keikhlasan), totalitas (kaffah), keseimbangan (tawazun), integritas dan penyempurnaan (ihsan). 1) Konsistensi (istiqomah) Konsistensi atau istiqomah dalam terminologi akhlak adalah perilaku teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman sekalipun menghadapi berbagai macam tantangan dan godaan. ( Ilyas, 2007:97) 30 Orang yang istiqomah dalam melaksanakan perintah Allah jiwannya tidak akan terpengaruh oleh lingkungan, ujian kehidupan baik yang bersifat menyenangkan maupun menyedihkan. Dengan keistiqomahan itu seseorang akan tetap berpegang teguh pada Allah meskipun menghadapi ujian yang berat dan pedih. Hubunganya dengan kecerdasan emosi, orang yang istiqomah akan dijauhkan dari kesedihan, yang negatif yakni kesedihan yang berlarut-larut dan diliputi penyesalan yang mendalam serta ketakutan menghadapi masa depan. 2) Kerendahan hati (tawadu’) Kerendahan hati bukan berarti merendahkan diri dihadapan manusia akan tetapi adalah tidak memandang diri lebih tinggi daripada orang lain. Orang yang rendah diri menyadari bahwa apa yang dia miliki baik berupa bentuk fisik yang cantik maupun tampan, ilmu pengetahuan, harta kekayaan, kedudukan dan pangkat, hanyalah karunia Allah SWT. 3) Berusaha dan berserah diri (tawakkal) Tawakkal artinya menyerahkan diri kepada Allah SWT dan selalu bergantung padaNya. Tawakkal diawali dengan usaha (ihtiyar) yang sungguh-sungguh danmaksimal. Kemudian apa yang telah diusahakan itu, diserahkan kepada Allah SWT. Diantara hikmah tawakkal yaitu ketika seseorang sudah merencanakan sesuatu dengan cermat, mengerahkan segala tenaga, dan melaksanakan rencananya dengan penuh kedisiplinan, dan menyerahkan hasilnya kepada Allah, namun keinginanya tidak tercapai, maka itu tidak 31 membuat dirinya putus asa. Pada setiap proses yang akan dan telah kita lalui, tertadap takdir atau hukum ketetapan tuhan yang bersifat pasti. (Ginanjar, 2001: 212) 4) Ketulusan (keikhlasan) Ikhlas berasal dari bahasa arab khalasa yang artinya jernih, bersih, murni, tidak bercampur. Secara istilah ikhlas berarti beramal semata-mata hanya untuk mengharap ridla Allah SWT. (Ilyas, 2007:29). Jadi ikhlas adalah beramal dengan sebaik-baiknya tanpa ada rasa pamrih atau mengharap sesuatu balasan apapun selain hanya mengharap ridha dari Allah SWT. Ikhlas membuat sesorang menjadi tangguh dalam menghadapi semua masalah atau problem yang sedang dihadapi serta membuat seseorang tidak lupa diri ketika mendapat pujian dan terhindar dari sifat sombong. Niat yang ikhlas berarti niat yang didasarkan semata-mata hanya untuk mencari ridha Allah SWT. Prinsip mencari ridha Allah itu membuat hati seseorang menjadi tentram dan bahagia juga menjaga kesetabilan emosi (Ginanjar, 2001:133). Beramal dengan sebaik-baikya sama dengan melakukan pekerjaan secara profesional. Bekerja secara profesional berarti bekerja untuk menghasilkan sesuatu dengan usaha atau jerih payahnya sendiri untuk kebajikan diri sendiri juga untuk orang lain. 5) Totalitas (kaffah) Totalitas artinya keseluruhan. Dalam Al Qur’an disebutkan bahwa seseorang harus masuk Islam secara keseluruhan. Seseorang yang masuk islam secara kaffah maka akan menjalankan ajaran agamanya secara 32 keseluruhan baik secara fisik maupun secara batin. Dia akan komitmen melaksanakan ajaran islam seperti perintah mentaati rukun iman, langsung dari Allah dan bersyahadat kepada Allah (Ginanjar, 2001:265). 6) Integritas dan penyempurnaan (ihsan) Integritas adalah perilaku jujur dan dapat dipercaya (Ginanjar, 2001:129). Integritas merupakan kesamaan antara perkataan, pikiran dan perbuatan. Orang yang memiliki integritas dalam melakukan pekerjaan tidak membutuhkan tidak membutuhkan pujian atau tepuk tangan dari orang lain. Dia melakukanya dengan penuh kesungguhan, ketuntasan dan bekerja dengan hati. Ihsan menghendaki manusia untuk menyadari kehadiran Allah dan berperilaku sebaik-baiknya (Ginanjar, 2003:17). Ihsan membuat seseorang untuk berperilaku maksimal, karena dia merasa diawasi Allah. B. Faktor-faktor yang menpengaruhi kecerdasan emosional dan spiritual ESQ 1. Faktor Intren Faktor intren adalah faktor yang ada dalam diri seseorang itu sendiri meliputi aspek fisiologis (fisik, jasmani atau pembawaan) dan aspek psikologis (kerohanian) a. Aspek fisiologis Kondisi fisiologis (fisik/jasmani) dapat mempengaruhi kepribadian, semisal, jika seseorang itu memiliki fisik yang cacat, besar kemungkinan dia akan menjadi orang yang minder akan 33 dirinya sendiri, dan semua ini akan berimbas pada kepribadiannya yang cenderung menyendiri, karena malu untuk berhubungan dan bekerjasama dengan orang lain, sehingga berpengaruh pada kecerdasan emosinya. (Gunawan 2000:59) b. Aspek psikologis Dalam aspek psikologis, banyak faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan seseorang. Namun diantara faktorfaktor psikologis ini atau lebih dikenal dengan faktor kerohanian, cenderung dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan, sikap, bakat, minat dan motivasi. Semisal ,seseorang memiliki kecerdasan tinggi biasanya dia akan mudah bergaul dan bekerja sama dengan orang lain. Karena dia merasa cukup percaya diri dengan kecerdasan yang dia miliki, sama dengan sikap, bakat, ataupun minat. Dengan sikap yang tenang, percaya diri, optimis, pandai bersosialisasi, maka semua itu akan mempengaruhi pada kematangan EQ seseorang. (Syah 1997:133) 2. Faktor Ekstren Faktor ekstern berasal dari faktor lingkungan sosial yang meliputi keluarga, sekolah dan masyarakat, dan kesemuanya itu mempengaruhi kecerdasan emosional seseorang, jika dia hidup dalam keluarga yang harmonis dan lingkungan masyarakat yang baik, maka akan memberikan dampak positif bagi perkembangan emosional seseorang. Dalam ajaran agama Islam baik kecerdasan emosional maupun 34 kecerdasan spiritual yang luhur itu dapat terwujud dengan adanya akhlaq yang baik dalam diri seseorang, jadi sebagai orang tua yang berperan sebagai pendidik pertama bagi seorang anak maka wajib bagi mereka menanamkan akhlaq tang baik pada anaknya Faktor eksternal meliputi faktor keluarga, faktor pendidikan dan lingkungan sosial. Dalam keluarga orang tua sangat berperan dalam pembentukan atau perkembangan spiritual anak, begitu juga dengan faktor pendidikan,. Pendidikan moral dan budi pekerti baik yang ditanamkan kepada siswa sejak dini, mak dapat memberikan bekas dan pengaruh kuat dalam perilaku spiritual siswa di sekolah dan kehidupan sehari-hari. (Sukidi 2000:30) C. Peran Guru dalam mengembangkan ESQ Guru yang baik adalah guru yang mengajar dengan hati, membimbing dengan nuraninya, mendidik dengan keikhlasan dan menginspirasi serta menyampaikan kebenaran dengan rasa kasih sayang, tidak kalah pentingnya adalah hasratnya untuk mempersembahkan apapun yang dia karyakan sebagai ibadah terhadap tuhan. Sebelum penjelasan mengenai peran guru dalam dalam pengembangan ESQ (kecerdasan emosional dan spiritual) perlu diketahui beberapa peran guru disekolah yaitu: 1. Peran guru dalam proses belajar mengajar itu ada empat yaitu: a. Guru sebagai demonstrator atau pengajar, guru hendaknya selalu mengusai bahan materi pelajaran yang akan 35 diajarkan, serta senantiasa mengembangkannya, dalam arti luas meningkatkan kemampuannya dalam ilmu pengetahuan yang dimilikinya, karena dalam hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai siswa. (Usman, 2011:9) b. Guru sebagai pengelola kelas Dalam peranannya sebagai pengelola kelas, guru hendaknya mampu mgelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkuang sekolah yang perlu diorganisasikan. Tujuan umum pengelolaan kelas ialah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan. (Usman, 2011:10) c. Guru sebagai mediator dan fasilitator Sebagi mediator dan fasilitator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar 36 mengajar tetapi guru harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan untuk memilih dan menggunakan serta mengusahakan media pendidikan itu dengan baik. Sedangkan sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang tercapainya tujuan dalam proses belajar mengajar baik yang bersumber dari narasumber, buku bacaan, majalah, atau surat kabar. d. Guru sebagai evaluator Dalam proses belajar mengajar guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini dilakuakan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi yang disampaikan sudah tepat. Tujuan lain dari penilaian diataranya adalah untuk mengetahui kedudukan siswa di dalam kelas atau kelompoknya. Dengan penilaian guru dapat mengetahui prestasi yang telah di capai siswa dalam proses belajar mengajar. 2. Peran guru secara pribadi Dilihat dari segi dirinya sendiri, seorang guru harus berperan sebagai berikut: a. Petugas sosial, yaitu seseorang yang harus membantu untuk kepentingan masyarakat. Dalam kegiatan-kegiatan masyarakat 37 guru merupakan petugas yang dapat dipercaya berpartisipasi di dalamnya. b. Pelajar dan ilmuan yaitu senantiasaterus menerus menuntut ilmu pengetahuan. Dengan berbagai cara seorang guru harus senantiasa belajar untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. c. Orang tua yaitu mewakili orang tua disekolah untuk pendidikan anaknya. Sekolah merupakan lembaga pendidikan setelah keluarga, sehingga dalam arti luas sekolah merupakan keluarga, guru berperan sebagi orang tua untuk siswa-siswinya. d. Pencari teladan yaitu guru senantiasa mencarikan teladan yang baik untuk siswa-siswinya. Guru menjadi ukuran bagi normanorma tingkah laku. e. Pencari keamanan yaitu guru senantiasa mencarikan rasa aman bagi siswa-siswanya (https://fixguy.wordpress.com/peran guru/, diakses pada hari sabtu, 26 September 2015 pukul 12.15). 3. Peran guru secara psikologis a. Ahli psikologi yaitu petugas psikologi dalam pendidikan yang melaksanakan tugas-tugasnya psikologi. 38 atas dasar prinsip-prinsip b. Seniman dalam hubunganya antar manusia yaitu orang yang mampu membuat hubungan antar manusia untuk tujuan tertentu, dengan cara tertentu, khususnya dalam hal pendidikan. c. Pembentuk kelompok atau jalan dalam pendidikan d. Catalytic agent yaitu orang yang memberi pengaruh dalam hal pembaharuan atau sering disebut dengan (inovator) e. Petugas kesehatan mental yaitu pentugas yang bertanggung jawab atas pembinaan mental, khususnya mental siswa. (http://file.upi.edu/Direktori/FTIK/M_K_D_U/jtptiain-gdl-eny ulfatur -3844-1-3103250_/.pdf, diakses Hari Rabu, 08/07/2015 pukul 09.43). Keseluruhan peran tersebut sangatlah berkaitan, baik peran guru dalam proses belajar mengajar, peran guru secara pribadi, maupun peran guru dalam psikologis menentukan keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Sedangkan kualitas dan kuantitas siswa dipengaruhi oleh hubungan dengan guru, hubungan antara siswa dengan siswa baik didalam maupun diluar sekolah. Sebagai seorang guru harus mampu menjadi perantara dalam hubungan antar manusia. Untuk itu guru harus terampil dalam menggunakan pengetahuan tentang bagaimana seseorang berkomunikasi dan berinteraksi. Tujuanya agar guru dapat menciptakan secara maksimal lingkuangan yang interaktif. Untuk mencapai tujuan itu guru haruslah mendorong 39 berlangsungnya tingkah laku yang baik, mengembangkan gaya interaksi pribadi, dan menumbuhkan hubungan yang positif dengan siswa. Dari sinilah peran guru dalam mengembangkan ESQ (kecerdasan emosional dan spiritual) siswa sangat diperlukan. Adapun menjadi seorang guru untuk mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) harus memiliki karakter sebagai berikut: 1. Guru dalam menjalankan profesinya diniatkan sebagai ibadah Mengajar jika diniatkan sebagai persembahan kepada sang maha berilmu, yang terbesit hanyalah kerendahan hati, penghargaan kepada sang pembelajar dan hasrat yang mengagumkan untuk memberi yang terbaik. Mengajarkan akan menjadi lebih nikmat, mengajar menjadi lebih menentramkan dan membahagiakan semua pihak. 2. Guru yang mengajar dengan hati Pada dasarnya apa yang berasal dari hati akan mudah diterima pula oleh hati. Oleh sebab seorang guru haruslah mampu mengajar dengan hatinya sehinga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik karena mudah diterima oleh siswanya. Percaya atau tidak semua perkataan guru akan didengarkan oleh siswanya. 3. Guru sebagai orang yang membimbing dengan hati nuraninya Membimbing dengan hati nurani adalah mengarahkan seseorang kearah yang positif, tanpa membuat mereka merasa diarahkan. 40 Membantu seseorang menyelesaikan masalahnya dengan memberi masukan. Memberi masukan-masukan dengan cara yang arif, sehingga yang dibantu tidak merasa diajari dan menimbulkan kesan saya lebih tahu daripada kamu. Guru sudah sepatutnya memercikan cahaya kebenaran kepada para pelajarnya, guru yang mampu membimbing dengan hati dan memercikan cahaya kebenara, maka akan membuat siswanya melakukan sesuatu tanpa disuruh. 4. Guru sebagai orang yang mendidik dengan segenap keikhlasan Memang tugas menjadi guru sangatlah mulia, apalagi jika seorang guru mengajar dengan ikhlas dan dengan niat serta tujuan yang baik kepada siswanya dalam proses belajar mengajar dan memberantas kebodohan maka semua ini akan berdampak positif bagi siswa dalam perkembang kecerdasan anak baik IQ, EQ, dan SQ. 5. Guru sebagai pengajar yang menginspirasi dan menyampaikan kebenaran dengan rasa kasih Dalam menyampaikan informasi seorang guru harus selalu berpijak pada kebaikan dan kebenaran, sehingga menanamkan kepada siswa untuk bersikap, bertingkah laku dan membiasakan diri untuk menjunjung tinggi kebenaran. 41 BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran umum MA Al Bidayah Candi Bandungan 1. Letak Geografis MA Al Bidayah berada dalam satu kompleks dengan Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Ibtidaiyah, Raudhlotul Adfal dan Paud dalam yayasan pendidikan Islam Al Bidayah yang terletak di dusun Kalibendo, desa Candi, Kecamatan Bandungan, kabupaten Semarang kode pos 50665. Gedung MA Al Bidayah didirikan di atas tanah seluas 3750 m2, sedangkan luas bangunan 1791 m2 dengan setatus gedung milik sendiri dan bangunan permanen. Di sebelah timur MA Al Bidayah terdapat beberapa pondok pesantren yang sebagaian siswanya adalah santri di pondok pesantren tersebut. MA Al Bidayah juga memiliki halaman yang cukup luas, bangunan yang sudah terbentuk dan rapi. Di sebelah halaman madrasah juga terdapat bangunan masjid yang lumayan besar. Masjid tersebut digunakan untuk shalat dzuhur berjamaah dan shalat jum’at oleh siswa-siswi MA Al Bidayah dan lembaga pendidikan lain yang ada di sekitarnya. 2. Identitas sekolah Nama Madrasah : Ma Al Bidayah Status : Terakreditasi B Tanggal : 11 November 2009 42 Alamat Madrasah : Jl. Pangeran Diponegoro Km. 4 Desa Candi Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang 50665 Telp ( 0298 ) 712005 Nama Yayasan / Penyelenggara Madrasah : Yayasan Pendidikan Islam Al Bidayah Candi Bandungan NSS/NDS : 131233220007 NPSN : 20320569 Tahun Didirikan : 1984 Status Tanah : Hak Milik Surat Kepemilikan tanah : Sertifikat / Akte -. Luas Tanah : 3750 m2 Status Bangunan : Milik Sendiri -. Luas bangunan : 1791 m2 3. Visi dan Misi a. Visi Terciptanya anak didik yang berkualitas dalam iman, ilmu dan memiliki ketrampilan serta berakhlak mulia, dengan melaksanakan syariat Islam ala ahli sunah wal jama’ah. b. Misi Mempersiapkan dan membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni agar mampu menjadi manusia muslim, 43 mandiri ulet, gigih dan berkarir dan berakhlaq mulia sehingga mampu melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi dan atau bekerja secara profesional dan berorientasi pada kemampuan dan beradaptasi dengan lingkungan. 4. Keadaan Guru Tenaga pendidik dan karyawan yang bertugas di MA Al Bidayah Candi Bandungan pada tahun ajaran 2015/2016 seluruhya adalah terdiri dari 15 guru dan 4 karyawan untuk lebih jelasnya penulis sajikan tabel data pendidik dan karyawan di MA Al Bidayah Candi Bandungan sebagai berikut: a. Guru Jumlah guru terdiri dari: - Guru D P K : 1 orang - Guru Tetap : 12 orang - Guru Tidak Tetap : 2 orang Tabel 1 Tabel Daftar Keadaan Guru No Nama / NIP Jabatan 01. Drs. Edi Winarto Kamad 02. Dra. Retno Sri Wk. TMT 1984 Status GTY GTY 1985 Sayekti 03. Kurikulum Guru/Ka. Anshori,S.Pd.I GTY 1993 Perpustakaan 44 04. Dra. Siti Maesaroh Guru/Wk. 19681127199403 2 Keiswaan 1994 DPK 1996 GTY 005 b. 05. Mustofa, S Pd I Wk. Sapras c. 06. Dra. Budi Wk Humas GTY 2001 Gendriyani Akhmad Guru GTY 07. 2001 Syaefudin,S.PdI 08. Hening Titi Wijaya , Guru GTY 2005 S Pd 09. Dra. Eni Nurmala Guru/Ka.Lab GTY 2007 IPA 10. Pujiati, S.Si Guru 11. Efendi Fitriyawan, Guru 2008 GTY GTT 2010 S.Pd 12. Mazulfah, Guru GTY 2002 M.Par,.M.Pd 13 Ir. M.Fauzan Guru 2007 GTT 14 Afriyah Guru 2009 GTY 15 Nur Rowiyanto Guru 2008 GTY b. Karyawan. Jumlah Karyawan terdiri dari: - Karyawan Tetap : 1 orang 45 - Kebersihan : 1 orang - Satpam : 1 orang - Penjaga : 1 orang Tabel 2 Tabel Daftar Pegawai No Nama / NIP Jabatan TMT Status 01. Nur Rowiyano Ka. TU 2008 PTY 02 Bejo Suseno Kebersihan 2008 PTY 03 Dawam Muroji Satpam 2007 PTY 04 Sutrisno 2011 PTY Penjaga 5. Keadaan peserta didik Peserta didik merupakan faktor yang sangat penting dalam pendidikan. Tanpa peserta didik maka kegiatan pendidikan tidak akan terlaksana. Jumlah peserta didik di MA Al Bidayah Candi dari tahu pelajaran 2010/2011 adalah 148 peserta didik, tahun ajaran 2011/2012 sebanyak 202 peserta didik, tahun 2012/2013 sebanyak 196 peserta didik, tahun ajaran 2013/2014 sebanyak 190 peserta didik dan pada tahun ajaran 2014/1015 sebanyak 202 peserta didik. Adapun pada tahun ajaran 2015/2016 penulis sajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: 46 Tabel 3 Tabel Data Peserta Didik Tahun Ajaran 2015/2016 Keadaan Siswa No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah 1. X 33 65 98 XI IPA 7 13 20 XI IPS 21 18 39 XII IPA 8 14 22 XII IPS 16 17 33 Jumlah 75 137 212 2. 3. 6. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana adalah hal penting yang harus ada dalam suatu lembaga pendidikan agar tujuan dilaksanakannya pendidikan dapat tercapai. Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan sebagai penunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Untuk lebih jelasnya penulis sajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: a. Gedung Luas Tanah : 3570 M 2 47 Tabel 4 Tabel Data Bangunan Jumlah No Jenis Ruangan Luas Ruangan 01 Ruang Kelas 9 315 M2 02 Ruang Labolaturium 1 15 M2 03 Ruang Perpustakaan 1 12 M2 04 Ruang UKS 1 3 M2 05 Ruang Kepala Madrasah 1 15 M2 06 Ruang Guru 1 15 M2 07 Masjid 1 120 M2 08 Kamar Kecil Siswa 5 18 M2 09 Kamar Kecil Guru 2 12 M2 10 Toko Koperasi 1 12 M2 11 Ruang OSIS 1 6 M2 12 Sanggar Pramuka 1 6 m2 13 Ruang TU 1 12 M2 14 Ruang BK 1 4 M2 b. Mebeler 48 Tabel 5 Tabel Data Mebeler No Uraian Jumlah 01 Meja Siswa 126 02 Kursi Siswa 252 03 Meja Guru 15 04 Kursi Guru 15 05 Meja TU 3 06 Kursi TU 3 07 Almari 4 08 Kursi Tamu 1 set c. Keadaan Barang Tabel 6 Tabel Data Keadaan Barang Keadaan No Nama Barang Jumlah Baik Rusak Rusak Ringan Berat Sedang 1 Komputer 12 2 5 5 - 2 Mesin Jahit 21 15 5 1 - 3 Kursi Siswa 160 10 5 4 Meja Guru 15 15 49 3 5 Kursi Guru 15 15 6 Almari Laborat 5 5 1 1 4 4 Meja,Kursi 7 Ketik Meja 8 Kantor/TU 9 Almari 4 4 10 Televisi 1 1 11 Telepon 1 1 12 Pompa Air 1 1 13 Radio tape 3 1 14 VCD Play 2 2 15 Pengeras Suara 2 1 16 LCD 4 4 17 Mesin Ketik 1 1 18 Alat Kesenian 1 set 1 set 1 Set 1 Set Peralatan 19 Pramuka 50 2 1 d. Lapangan Olah Raga Tabel 7 Tabel Data Lapangan Olah Raga No Jenis Lapangan Olah Raga Jumlah 1 Bola Volly 1 2 Tenis Meja 1 3 Sepak Bola 1 e. Keterangan Milik Desa Labolatorium Tabel 8 Tabel Keadaan Labolaturium Baik/ Rusak Ringan/ No Laboratorium Ada / Tidak Berat 1 Bahasa Tidak - 2 IPA Ada Baik 3 Komputer Ada Rusak ringan f. Perpustakaan 1) Jumlah Buku : 2340 2) Jumlah Judul : 237 3) Jenis Buku : a ) Karya Umum : 25 Judul b ) Agama : 19 Judul c ) Sosial : 45 Judul 51 d ) Bahasa : 25 Judul e ) Ilmu Murni : 53 Judul f ) Ilmu Terapan : 60 Judul g ) Kesusastraan : 17 Judul h ) Geografi dan Sejarah : 87 Judul I ) Kesenian, Hiburan, dan Olah Raga : 49 Judul 7. Kegiatan Sekolah Dalam sebuah lembaga pendidikan tidak hanya sarana dan prasarana saja yang dibutuhkan untuk menunjang atau meningkatkan kemampuan atau potensi peserta didik. Akan tetapi, juga diperlukan kegiatan-kegiata yang secara langsung dapat mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan peserta didik. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan di MA Al Bidayah adalah sebagai berikut: a.Intra Kurikuler 1). Seluruh Pelajaran Mengacu Peraturan Pemerintah 2). Program Tambahan Ciri Khusus ( Hafalan Surat Pendek, Praktek Mengkafani Jenazah, Tahlil Dan Dzikir ) B. Ekstra Kurikuler 1). Olah Raga Prestasi Dan Non Prestasi 2). Berorganisasi Baik Melalui Osis Maupun Pramuka Dan Juga Ormas Lain Seperti Ipnu,Ippnu. 3). Majelis Ta’lim Tengah Bulan 52 4). Khotbah 5). Tadarus Alqur’an 6). Menjahit 7). Komputer C. Kegiatan Sosial 1). Pembagian Zakat Fitrah Kepada Kaum Dhuafa 2). Penyembelihan Hewan Kurban 3). Kemah Bakti Sosial 4). Ikut Serta Aktif Kegiatan Desa Maupun Tingkat Kecamatan B. Hasil Temuan Penelitian Seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumya bahwa guru yang baik adalah guru yang mengajar dengan hati nuraninya, membimbing dengan hati nuraninya, mendidik dengan keikhlasan dan menginspirasi serta menyampaikan kebenaran dengan rasa kaih sayang, tidak kalah pentingnya adalah hasrat untuk mempersembahkan apa yang dia karyakan sebagai ibadah terhadap Tuhanya. Guru memiliki peran penting dalam hal mewujudkan pencapaian pendidikan dan pembelajaran yang berkualitas disekolah. Agar pencapaian kualitas pendidikan dan pembelajaran dapat berjalan secara optimal perlu diupayakan bagaimana mengembangkan diri peserta didik untuk memiliki kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) yang stabil. Melalui kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) diharapkan semua unsur yang terlibat dalam pendidikan dan pembelajaran dapat memahami diri dan lingkungan secara 53 tepat, memiliki kepercayaan diri yang kuat, tidak iri hati, dengki, cemas, takut, murung, tidak mudah putus asa dan tidak mudah marah, sehingga menjadi manusia yang berkualitas dalam iman, ilmu dan pengetahuan serta berakhlaq mulia. Sesuai dengan hasil observasi, wawancara, serta dokumentasi di lokasi penelitian yaitu di MA Al Bidayah Candi peneliti mendapatkan beberapa hal diantaranya: 1. Peran guru dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual siswa di MA Al Bidayah Candi Bandungan Adapun peran guru dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual siswa di MA Al Bidayah yang meliputi konsistensi, kerendahan hati, berusaha dan berserah diri, ketulusan, totalitas, keseimbangan, intergitas dan penyempurnaan: a. Konsistensi (Istiqomah) Menurut HT selaku guru waka kesiswaan mengatakan: “guru mengharuskan kepada siswa untuk shalat dhuhur berjamaah bagi siswa laki-laki maupun perempuan yang tidak berhalangan serta shalat jum’at dan guru hanya membimbing dan mengabsen siswa” Siswa diwajibkan mengerjakan shalat dzuhur berjamaah dan shalat jum’at diharapkan mampu membantu siswa untuk konsistensi (istiqomah) dalam menjalankan ibadahnya di manapun mereka berada. Ditambahkan oleh RS sebagai guru akidah akhlak dan waka kurikulum menuturkan: 54 “kami membiasakan siswa untuk membaca asmaul husna setiap hari dan atu tadarus Al Qur’an sebelum pelajaran dimulai” Ditambahkan oleh M siswa kelas XII mengatakan: “kami diwajibkan untuk shalat dzuhur berjama’ah dan shalat jum’at mas.... bahkan kami juga diharuskan dzuha dengan bergilir setiap kelas” Guru berperan dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual siswa terutama dalam hal konsistensi (istiqomah) dengan memberikan kewajiban serta membiasakan siswa untuk melakukan dan merasakan pengalaman pengamalan ibadahnya. Menurut ED selaku kepala sekolah menyampaikan sebagai berikut: “kami mewajibkan kepada seluruh guru dan karyawan untuk memberikan contoh keteladanan seperti kami juga ikut aktif dalam kegiatan shalat dhuhur berjama’ah demi terwujudnya budi beperti yang luhur sesuai dengan visi dan misi madrasah” Senada dengan itu S selaku waka sarana dan prasarana mengatakan: “sebagai seorang guru tentu saja kita memberikan teladan yang baik, karena guru itu digugu dan ditiru, jadi apa yang kita lakukan tentu saja menjadi contoh bagi siswa baik perkataan maupun perbuatan” Guru selalu berusaha aktif dalam memberikan teladan yang baik bagi siswa karena apa yamg dilakukan guru menjadi contoh yang akan dilakukan siswanya baik dari segi perkataan maupun perbuatan, sehingga jika seorang guru mempunyai konsistensi maka siswanya pun akan memiliki konsistensi. Hal seruapa juga dikatakan RS selaku guru akidah akhlak mengatakan: 55 “guru menanamkan pada siswa bahwa Allah akan mengangkat derajat manusia dengan ilmu dan kemampuan yang dimilikinya sehingga dengan begitu akan menumbuhkan kesadaran diri pada siswa untuk rajin dalam menuntut ilmu, serta memberikan teladan yang baik misalnya melalui pelajaran akidah akhlak” Penanaman nilai pada siswa bahwa Allah akan mengangkat derajat manusia dengan ilmu yang dimilikinya akan membuat siswa mempunyai kesadaran diri untuk rajin dalam menuntut ilmu. Selain itu guru juga memberikan contoh atau teladan yang baik serta mengarahkan mereka untuk berbuat baik. b. Kerendahan hati (tawadu’) Menurut RS selaku guru akidah akhlak mengatakan: “dalam hal ini, guru melibatkan siswa secara optimal dalam pelajaran baik secara fisik, sosial, maupun emosional. Karena dengan begitu kita dapat melatih siswa pandai bersosialisasi dengan teman, guru dan sesama, serta menuntun siswa pandai mengendalikan diri dan emosi dan menggiringya kearah yang positif....ya misalnya dengan metode diskusi, tannya jawab dan sebagainya” Guru melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran baik secara fisik, sosial, maupun material sehingga siswa pandai bersosialisasi dan menjaga hubungan baik dengan guru, maupun sesama siswa. Ditambahkan oeh HT selaku guru waka kesiswaan mengatakan: “guru menganjurkan pada siswa untuk bertutur kata dengan sopan dan mengucapkan salam apabila bertemu dengan guru serta ketika akan memasuki ruangan baik kelas maupun ruang guru” Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan lapangan sebagai beriukut: 56 Guru mengajarkan kepada siswa untuk bertutur kata dengan sopan, mengucapkan salam ketika bertemu serta berjabat tangan ketika berjumpa. Guru melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran baik secara fisik, materiil, maupun emosional. Melihat hal ini peran guru yang telah dilakukan adalah mengajarkan kepada siswa untuk saling menghargai dan menghormati dengan tidak memandang diri lebih tinggi daripada orang lain. c. Berusaha dan berserah diri (tawakkal) Berusaha dan berserah diri ( tawakkal) merupakan hal penting dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga ketika apa yang sudah direncanakan dan diusahakan dengan sungguh-sungguh dalam belajar tidak tercapai, maka itu tidak akan membuat dirinya putus asa. Oleh sebab itu RS selaku guru akidah akhlak dan waka kurikulum mengatakan: “guru menanamkan pada siswa untuk berusaha dengan sungguhsungguh dalam menjalankan aktifitas belajar, atau memberikan motivasi atau semangat pada siswa sehingga siswa akan tertarik dengan suasana belajar dalam kelas sehingga siswa tidak akan merasa bosan dalamk kelas” Senada dengan itu ED yang merupakan guru waka kesiswaan mengatakan: “guru menuntut siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar ... selain itu kami juga melibatkan siswa untuk aktif dalam dalam kegiatan-kegiatan atau event-event atau perlombaan baik yang diadakan sekolah maupun diluar sekolah sehingga mereka merasa tertarik dan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai hasil yang maksimal” 57 Siswa lebih senang apabila dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan sehingga hal itu mampu membuat siswa untuk berusaha dengan sungguhsungguh dalam kegiatan itu dan menyerahkan hasil yang telah diusahakan kepada Allah SWT. Diatmbahkan oleh HT sebagai waka kesiswaan mengatakan: “guru membantu siswa yang bermasalah untuk menemukan solusinya.... terutama bagi siswa kami mengajak mereka mengobrol secara langsung serta memberikan surat panggilan dengan orang tua untuk duduk dan ngobrol bersama untuk mencari solusinya” d. Ketulusan (keikhlasan) Menurut RS waka kurikulum dan guru akidah akhlak mengatakan: “ya seperti halnya yang dilakukan sekolah lain di sini kami juga menganjurkan kepada siswa untuk menyisihkan sakunya untuk yazis, infak dan shadakah yang dilakukan seminggu sekali setiap hari jum’at untuk mengembangkan empati siswa, selain itu kami juga mengajak siswa untuk takziyah ketika ada yang terkena musibah” Guru mengajarkan kepada siswa untuk menyisihkan uang untuk shadaqah dan infak agar siswa terbiasa untuk melakukan sesuatu dengan ikhlas. Ditambahkan oleh HT waka kesiswaan: “kegiatan yang dilakukan untuk mengembangkan keikhlasan pada siswa yaitu dengan mengadakan kemah bakti sosial, penyembelihan hewan kurban serta pembagian zakat, serta infak dan sedekah untuk mengajarkan siswa ikhlas dalam beramal serta kami (guru) mengajarkan kepada siswa untuk mengerjakan kewajibanya dan apa yang di sunnahkan” 58 Guru mengajarkan kepada siswa untuk melakukan kegitan-kegiatan positif yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain, serta mengajarkan kepada siswa ikhlas dalam beramal. e. Totalitas (kaffah) Menurut ED selaku kepala sekolah menyampaikan: “dalam hal ini kami berusaha secara total dalam melakukan peran atau tugas sebagai guru, selain itu kami juga berusaha membantu siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah yang sedang dihadapinya.” Guru melakukan perannya secara total selain itu guru juga tidak hanya mentransfer ilmu saja tetapi juga melakukan perannya dengan membantu siswa menyelesaikan masalahnya. Senada dengan itu RS selaku guru akidah akhlak dan waka kurikulum menyampaikan: “kami menuntut siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar...selain itu kami juga melibatkan siswa untuk aktif dalam kegiatan-kegiatan, event-event atu perlombaan baik yang diadakan sekolah maupun diluar sekolah” Menurut M siswa kelas XII mengatakan: “dalam hal ketrampilan tentu saja disini kami dituntut untuk untuk mempunyai ketrampilan, bahkan kami sendiri yang menentukan atau membuat perlombaan dalam acara class meeting serta di beri kesempatan untuk mengelola kantin atau koperasi sendiri”. Selain itu ditambahkan oleh HT waka kesiswaan dan guru fisika sebagai berikut: “kami mendorong siswa untuk aktif dalam berorganisasi baik yang organisasi dalam sekolah maupun di luar sekolah agar siswa terbiasa bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik 59 serta pandai beradaptasi dengan lingkungan dimanapun mereka berada dan mematuhi norma yang berlaku di masyarakat, selain itu kami juga menjalin hubungan positif dengan masyarakat dengan memberikan peraturan-peraturan terhadap siswa untuk tidak melakukan hal-hal negatif yang meresahkan masyarakat seperti tindakan kriminalitas seperti pencurian, penodongan, tawuran dan sebagainya yang meresahkan warga atau masyarakat” guru mendorong dan menganjurkan kepada siswa untuk mengikuti organisasi baik dalam lingkungan sekolah maupun di luar sekolah agar siswa secara total . Ditambahkan oleh S selaku guru fisika mengatakan: “guru melibatkan siswa secara optimal dalam proses pembelajaran baik secara fisik, sosial maupun emosional. Karena dengan begitu kita dapat melatih siswa bersosialisasi dengan baik dan melibatkan siswa secara total dalam pembelajaran bukan sebatas teori saja” f. Integritas dan penyempurnaan (ihsan) Seperti yang dikatakan ED selaku kepala sekolah menyampaikan sebagai berikut: “kami mewajibkan kepda seluruh guru dan karyawan untuk memberikan contoh keteladanan baik, seperti kami juga ikut aktif dalam kegiatan shalat dhuhur berjamaah demi terwujudnya budi pekerti yang luhur sesuai visi dan misi madrasah” Senada dengan itu S selaku guru waka sarana dan prasarana mengatakan: “sebagai seorang guru tentu saja kita memberikan teladanyang baik, karena guru itu digugu dan ditiru jadi apa yang kita lakukan tentu saja menjadi contoh bagi siswa baik perkataan maupun perbuatan” Menurut RS guru akidah akhlak dan waka kurikulum dari hasil wawancara sebagai berikut: 60 “guru menanamkan nilai-nilai moral dan agama melalui sikap dan perilaku guru, melalui pelajaran-pelajaran yang disampaikan seperti mata pelajaran akidah akhlak, fiqih, ski dan aswaja atu keNU an” Guru menanamkan nilai-nilai moral dan agama melalui kegiatan belajar mengajar serta memberi contoh melalui sikap dan perilaku guru. 3. Kurikulum yang diterapkan di MA Al Bidayah Kurikulum merupakan segala rencana pelaksanaan pendidikan yang dijadikan pedoman di suatu lembaga sekolah/madrasah. Kurikulum yang diterapkan di MA Al Bidayah adalah sesuai dengan peraturan yang ditetapkan pemerintah yaitu menggunakan kurikulum 2013. Hal ini sebagaimana penuturan RS selaku waka kurikulum sebagai berikut: “di sini menggunakan kurikulum 2013 sebagaimana yang telah ditetapkan meskipun kami belum sepenuhnya menggunakan kurikulum itu dalam kegiatan belajar mengajar” Hal serupa juga disampaikan ED selaku kepala sekolah: “kalau kurikulum ya masih sama disini kami sesuai dengan ketetapan pemerintah, tetapi disini juga melakukan tindakan lain sebagai tambahan kurikulum intern atau program tambahan sebagai ciri khusus seperti, hafalan surat pendek, praktik mengkafani jenazah dan tahlil dan dzikir” Kurikulum yang digunakan di MA Al Bidayah adalah kurikulum 2013. Selain itu program tambahan yang diberlakukan di MA Al Bidayah sudah mengarah pada pengembangan ESQ siswa, meskipun secara eksplisit tidak menyebutkan kata-kata mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual. 61 4. Faktor pendukung pengembangan keerdasan emosional dan spiritual (ESQ) Demi tercapainya tujuan pendidikan di suatu lembaga pendidikan sekolah/madrasah tentunya ada faktor yang mendukung. Adapun faktor yang mendukung untuk pengembangan keerdasan emosional dan spiritual di MA Al Bidayah, sebagaimana yang diungkapkan bapak S sebagai waka sarpras, dari hasil wawancara sbagai berikut: “alhamdulillah.. untuk fasilitas atau sarana dan prasarana di Madrasah kami sudah mendukung, seperti masjid yang cukup luas dan berada di lingkungan sekolah, Al Qur’an dan alat-alat ibadah serta peralatan lain seperti: kesenian dan pramuka. Suasana yang tenang karena jauh dari keramaian. Lingkungan masyarakat yang aman, tentram dan damai” Menurut HT selaku waka kesiswaan dan guru fisika mengatakan: “dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual siswa,, untuk sarana dan prasarana juga sudah cukup mendukung, sedangkan dari siswa sendiri juga memiliki antusias yang tinggi dalam kegiatan belajar mengajar” Sarana dan prasarana yang mendukung serta antusiasme dari siswa menjadi faktor pendukung dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual siswa. Selain itu disampaikan oleh ibu RS sebagi waka kurikulum dan guru akidah akhlak tentang faktor pendukungnya sebagai berikut: “kalau untuk peran guru agama dalam mengembangkan kecerdasa emosional dan spiritual (ESQ)... dalam pembelajaran terutama dalam guru yang mengempu mata pelajaran agama pada khusunya dan juga guru yang mengampu mata pelajaran lain disini kami berusaha untuk mengembangkan kecerdasan siswa baik IQ, EQ, dan SQ, dan melihat perkembangan perilaku dan karakter siswa” 62 Faktor yang mendukung pengembangan kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) di MA Al Bidayah adalah lingkungan yang kondusif, nyaman dan tentram, serta dukungan dari guru untuk selalu memperhatikan perkembangan perilaku dan karakter siswa. 5. Faktor penghambat dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) Dalam pelaksanaan suatu kegiatan dan pembelajaran tentu ada faktor-faktor menghambat. Sebagimana yang dikatakan ibu RS waka kurikulum dan guru akidah akhlak dalam wawancara sebagai berikut: “dalam masalah kecerdasan emosional dan spiritual, masih ada sebagian siswa yang belum mampu mengontrol emosinya, mengeluarkan kata-kata jelek, membuat perilaku yang kurang baik, serta kurangnya motivasi orang tua dan lingkungan bermain di luar sekolah” Faktor yang menghambat perkembangan kecerdasan emosional dan spiritual siswa adalah kurang adanya motivasi atau dukungan dari orang tua sebagai lingkungan pendidikan di luar lingkungan sekolah. Ditambah HT sebagai waka kesiswaan dan guru fisika dan kimia dalam wawancara sebagai berikut: “masalah yang sering muncul adalah siswa kurang mampu mengendalikan diri, tidur waktu pelajaran, berkata jelek belum paham mengenai kewajibanya disekolah, terbukti masih ada sebagian siswa yang melanggar peraturan-peraturan yang ditetapkan sekolah seperti datang terlambat, ketahuan merokok saat masih menggunakan seragam sekolah” 63 Faktor yang menghambat perkembangan kecerdasan emosional dan spiritual juga berasal dari lingkungan seperti lingkungan keluarga dan sosial. 64 BAB IV PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN SPIRITUAL (ESQ) SISWA DI MA AL BIDAYAH CANDI BANDUNGAN Perkembangan kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) sangat dipengaruhi oleh proses pendidikan baik itu dalam keluarga, lingkungan masyarakat, maupun lingkungan sekolah. Yang meliputi kasih sayang, saling menghargai atau toleran, religius sehingga menghasilkan generasi muda yang bertanggung jawab, mempunyai ketahanan mental yang kuat, serta beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Kemerosotan moral yang menjangkiti semua lapisan-lapisan masyarakat dalam berbagai usia menjadi pemicu utama tingginya kriminalitas. Orang tua harus berupaya membentengi anak-anaknya dari krisis moral sedini mungkin. Baik buruknya akhlaq atau perbuatan seseorang sangat dipengaruhi dari pendidikan. Pendidikan diharapkan memberikan sebuah perubahan positif terhadap peserta didik melalui guru, karena tugas guru yang utama adalah memberikan pengetahuan (cognitive), sikap/nilai (affectif), dan ketrampilan (psychomotoric) kepada peserta didik. Guru memiliki peran penting dalam hal mewujudkan pencapaian pendidikan dan pembelajaran yang berkualitas di sekolah. Agar pencapaian kualitas pendidikan dan pembelajaran dapat berjalan secara optimal perlu diupayakan bagaimana mengembangkan diri peserta didik untuk memiliki 65 kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) yang stabil. Melalui kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) diharapkan semua unsur yang terlibat dalam pendidikan dan pembelajaran dapat memahami diri dan lingkungan secara tepat, memiliki kepercayaan diri yang kuat, tidak iri hati, dengki, cemas, takut, murung, tidak mudah putus asa dan tidak mudah marah, sehingga menjadi manusia yang berkualitas dalam iman, ilmu dan pengetahuan serta berakhlaq mulia. A. Peran guru dalam mengembangkan kecerdasan emosional siswa di MA Al Bidayah Candi 1. Peran guru dalam mengembangkan konsistensi (istiqomah) Pengembangan konsistensi ini meliputi: Pemberian kewajiban kepada siswa untuk melakukan shalat dzuhur berjama’ah, mebiasakan siswa untuk membaca ayat-ayat Al Qur’an dan Asmaul Husna ketika akan memulai pelajaran setiap hari. menumbuh kembangkan kepercayaan diri yang kuat dan kesadaran diri yang kuat dengan penanaman nilai pada siswa bahwa Allah akan mengangkat derajat manusia dengan ilmu yang dimilikinya. Mendorong dan mengarahkan mereka untuk mampu mengontrol dan mengendalikan emosinya. Memberikan teladan yang baik serta mengarahkan mereka untuk berbuat baik. Dalam hal ini peran yang telah dilakukan guru di MA Al Bidayah dengan mewajibkan siswa untuk menjalankan shalat dhuhur berjamaa,ah dan membiasakan siswa untuk membaca ayat-ayat suci Al Qur’an serta asmaul husna setiap hari. 66 2. Dalam mengembangkan kerendahan hati (tawadu’) Adapun dalam menegembangkan kerendahan hati peran guru meliputi: Melibatkan siswa secara optimal dalam pembelajaran baik secara fisik, sosial, maupun emosional, melatih siswa untuk bertanggung jawab, membiasakan siswa untuk peka terhadap kata hati diri sendiri yang berpijak pada kebenaran, melatih siswa mampu menunda kenikmatan, serta melatih siswa untuk mampu bangkit dari tekanan emosi. Mendorong siswa untuk aktif dalam organisasi baik yang ada di dalam seperti osis dan pramuka maupun di luar sekolah seperti IPPNU dan IPNU, serta mendorong mereka untuk aktif dalam kegiatan-kegiatan atau event-event yang diadakan sekolah maupun di luar sekolah. Dalam hal ini peran guru di MA Al Bidayah dengan melibatkan siswa secara optimal dalam kegiatan belajar mengajar serta dalam berorganisasi sehingga siswa dapat bersosialisasi dengan baik tanpa memandang harta, pangkat maupun jabatan. 3. Dalam berusaha dan berserah diri (tawakkal) Peran guru dalam mengembangkan kesungguhan siswa antara lain: Melibatkan siswa secara langsung baik secara fisik, materi maupun emosional dalam pembelajaran dan kegiatan-kegiatan siswa. Mengajak siswa untuk terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan agar siswa dapat mengembangkan inisiatifnya dan kreatifitasnya, menuntut aktif siswa dalam proses belajar mengajar, memberikan kebebasan siswa untuk mengeluarkan pendapat dan mengekspresikan apa yang mereka 67 inginkan.membantu siswa yang bermasalah dengan duduk bersama untuk menyelesaikan masalahnya. Dengan demikian peran guru dalam mengembangkan sikap berusaha dan berserah diri di MA Al Bidayah, membantu siswa untuk menyelesaikan masalahnya dan menyerahkannya kepada Allah SWT, 4. Dalam ketulusan (keikhlasan) Seperti yang sudah dikemukakan di atas bahwa untuk mengembangkan kemampuan berempati siswa peran guru meliputi: pengembangan sikap ketulusan siswa dengan cara di adakannya yazis, infak dan sahodaqah, penyembelihan hewan kurban, mengadakan kemah bakti sosial, serta merasakan apa yang dirasakan peserta didik, melatih siswa mampu mengenali emosi orang lain sehingga menumbuhkan sikap empati pada siswa, menumbuhkan sikap saling percaya dan menyelaraskan diri dengan berbagi macam orang, menanamkan sikap peduli terhadap sesama, menanamkan pada siswa untuk ikhlas beramal serta mengerjakan apa yang di wajibkan dan yang di sunnahkan. Sedangkan peran guru untuk mengembangkan sikap ketulusan (keikhlasan) di MA Al Bidayah dengan melalui tindakan-tindakan langsung seperti pembagian zakat, infak dan shodaqah, bantuan moril kepada yang membutuhkan, menanamkan sikap tolong menolong dan peduli terhadap antar sesama. Sehingga antara teori dan praktiknya dapat berjalan dengan seimbang. 5. Dalam totalitas (kaffah) 68 Dalam mangembangkan totalitas siswa peran guru adalah dengan cara mengadakan kegiatan-kegiatan sosial baik yang di adakan sekolah maupun kegiatan yang dilakukan tingkat desa atau kecamatan, memberikan kesempatan pada siswa untuk mengelola kantin, membimbing dan mendorong siswa untuk aktif dalam kegiatan-kegiatan dan organisasi yang dilakukan disekolah maupun diluar sekolah. Selain itu untuk mengembangkan sikap totalitas pada siswa difokuskan bagi guru untuk menjadi tauladan dalam menegakkan aturan atau disiplin dalam pembelajaran, maupun dalam menjalin hubungan baik dengan masyarakat. Dalam hal ini peran guru agama yang telah dilakukan di MA Al Bidayah adalah mendorong siswa untuk aktif dalam organisasi yang ada di dalam sekolah maupun di luar sekolah. 6. Integritas dan penyempurnaan (ihsan) Adapun peran guru dalam integritas dan penyempurnaan meliputi: guru memberikan contoh keteladanan dengan ikut aktif dalam kegiatan shalat dhuhur berjama’ah serta memberikan contoh yang baik melalui sikap dan perilaku. Sehingga antara teori dan praktiknya dapat berjalan dengan seimbang. B. Faktor yang mendukung dalam pengembangan kecerdasan emosional dan spiritual siswa Adapun faktor yang mendukung bagi pengembangan kecerdasan emosional dan spiritual siswa adalah sarana dan prasarana di MA Al Bidayah yang dirasa sudah cukup memadai bagi pelaksanaan pengembangan kecerdasan 69 emosional dan spiritual siswa dengan adanya sarana ibadah yang dimiliki sendiri seperti masjid. C. Faktor yang menghambat dalam pengembangan kecerdasan emosional dan spiritual siswa di MA Al Bidayah Candi Bandungan. Peran guru dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) di MA Al Bidayah Candi Bandungan ternyata berjalan kurang maksimal karena beberapa faktor-faktor yang menghambat sebagi berikut: 1. Terbatasnya waktu pertemuan dan interaksi antara siswa dan guru, sehungga para guru di semaksimal mungkin dalam memantau sikap, tingkah laku, kepribadian, maupun perkembangan siswa itu sendiri, termasuk di dalamya kecerdasan emosional dan spiritual siswa. 2. Kecerdasa emosional dan spiritual siswa merupakan kecerdasan yang tidak permanen sehingga dalam pengembanganya tidak semudah kecerdasan intelektualiatas, karena EQ dan SQ merupakan kecerdasan yang berubah-ubah, terkadang mengalami kenaikan tetapi tidak jarang juga mengalami penurunan. 3. Kurangnya motivasi atau perhatian orang tua ketika siswa berada dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. 4. Tidak adanya penilaian secara tertulis secara langsung mengenai sejauh mana kecerdasan emosional dan spiritual siswa sehingga para guru hanya bisa memantau dan menilai perkembangan ESQ siswa melalui sikap mereka sehari-hari dan mengadakan kerjasama dan interaksi terhadap wali murid mengenai perkembangan karakter siswa. 70 ESQ merupakan kecerdasan yang abstrak sehingga pengukurannya sangat sulit, tidak seperti IQ yang pengukuranya terkait dengan persoalan-persoalan logis rasional, jadi untuk memberikan penilaian ESQ para guru hanya dengan memberikan peraturan dan batasanbatasan yang lentur dan sikap atau tingkah laku siswa sehari-hari. 71 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah penulis mendeskripsikan pembahasan secara menyeluruh sebagaimana terliahat dalam bab-bab sebelumnya, dari pembahasan mengenai “peran guru dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) siswa di MA Al Bidayah Candi Bandungan” maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut: 1. Bahwa peran guru dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) siswa di MA Al Bidayah Candi Bandungan adalah: a. Peran guru dalam mengembangkan konsistensi (istiqomah) dalam diri siswa yaitu dengan mewajibkan sholat berjamaah, membiasakan para siswa untuk selalu membaca Al Qur’an dan Asmaul husna. b. Dalam hal kerendahan hati peran guru yaitu melibatkan siswa secara optimal dalam kegiatan belajar mengajar serta dalam berorganisasi sehingga siswa dapat bersosialisasi dengan baik tanpa memandang harta, fisik, dan jabatan. c. Dalam mengembangkan sikap berusaha dan berserah diri di MA Al Bidayah, membantu siswa untuk menyelesaikan masalahnya dan menyerahkannya kepada Allah SWT, 72 d. Sikap ketulusan (keikhlasan) para siswa di MA Al Bidayah diterapkan melalui tindakan-tindakan langsung seperti pembagian zakat, infak dan shodaqah, bantuan moril kepada yang membutuhkan, menanamkan sikap tolong menolong dan peduli terhadap antar sesama. Sehingga antara teori dan praktiknya dapat berjalan dengan seimbang. e. Mendorong siswa untuk aktif dalam organisasi yang ada di dalam sekolah maupun di luar sekolah merupakan usaha guru dalam mengembangkan sikap totalitas (kaffah). f. Mencerminkan sosok tauladan yang positif dalam perilaku dan perbuatan untuk perkembangan integritas dan penyempurnaan (ihsan) siswa 2. Faktor pendukung dan penghambat dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) siswa di MA Al Bidayah bandungan: a. Faktor pendukung dalam mengembangkang ESQ adalah sarana dan prasarana yang memadai, serta lingkungan yang nyaman dan kondusif karena berada dalam lingkungan pedesaan. b. Faktor yang menghambat pengembangan ESQ adalah: Terbatasnya waktu pertemuan dan interaksi antara guru dan siswa. Kurangnya motivasi dan perhatian orang tua. Tidak adanya penilain secara tertulis dalam kecerdasan emosional dan spiritual. 73 B. Saran-saran 1. Kepada peneliti lain untuk bisa mengkaji dan meneliti ulang masalah ini, sebab hasil penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini dikarenakan semata-mata keterbatasan pengetahuan dan metodologi penulis, namun demikian semoga hasil penelitian ini bisa dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya. 2. Bagi lembaga pendidikan, diharapkan dapat memberikan perhatian yang khusus terhadap aspek-aspek dan nilai-nilai peningkatan ESQ siswa. 3. Kepada para pendidik (guru) di harapkan untuk mampu meningkatkan tiga kecerdasan baik kecerdasan inteligen (otak), kecerdasan emosional maupun kecerdasan spiritual secara seimbang. 4. Seorang guru harus menampakkan dan menjalankan figur yang tidak hanya mengajar (transfer of knowledge) tetapi juga harus mendidik dengan mentransfer nilai-nilai budi pekerti atau akhlak yang baik. 5. Dalam pelaksanaan peningkatan ESQ siswa, dibutuhkan kerjasama yang harmonis dari berbagai pihak baik orang tua, guru dan masyarakat. 74 DAFTAR PUSTAKA Agustian, Ary Ginanjar. 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ Emotional Spiritual Quotient The ESQ Way 165 Jilid 1. Jakarta: PT Arga Tilanta. .2003. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional Spiritual ESQ Emotional Spiritual Quotient The ESQ Way 165 Jilid 2. Jakarta: PT Arga Tilanta. Azzet, Muhammad Muhaimin. 2010. Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Bagi Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT remaja rosdakarya Departement Agama Republik Indonesia, 1998. Al Qur’an dan Terjemahnya. Semarang: PT Karya Toha putra Goleman, Daniel. 1995. Kecerdasan Emosional. Terjemahan oleh T. Hermaya. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hadi, Sutrisno. 1987. Metodologi Reseach. Yogyaarta: Yayasan Penerbit Fakultas UGM Hidayatullah, Muhammad Furqon. 2009. Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter Kuat Dan Cerdas. Surakarta: yuma pustaka. Hude, Darwis. 2006. Emosi: Penjelajahan Religio Psikologis Tentang Emosi Manusia Di Dalam Al Qur’an. Jakarta: Erlangga. Ilyas, Yunahar. 2007. Kuliah Akhlak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Moleong, Lexy J. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja 1 Rosdakarya. Moh. Uzer usman.2011. Menjadi Guru Profesional. Bandung: remaja rosdakarnya. Mulyasa. 2008. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda karya Mustofa, Yasin. 2007. EQ untuk Anak Usia Dini dalam Pendidikan Islam: Meningkatkan Perilaku Pengendalian Diri dan Rasa Empati atau Kasih Sayang pada Anak. Yogyakarta: Sketsa. Nasution, Ahmad Taufik. 2009. Melejitkan SQ dengan Prinsip 99 Asmaul Husna: Merengkuh Puncak Kebahagiaan dan Kesuksesan Hidup. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Poerdarminto, W.J.S. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Suharsono.2004. Akselarasi Intelegensi, Optimalkan IQ, EQ, SQ, Secara Islami, Jakarta: Inisiasi. .2000. Mencerdaskan Anak. Jakarta: inisiasi. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung: Alfabeta Tasmara, Toto. 2001. Kecerdasan Ruhaniah Trasendental Intelligence. Jakarta: Gema Insani Press. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2008 DAFTAR RIWAYAT HIDUP A. Identitas Diri 1. Nama : Ahmad Jamhari 2. Tempat/tanggal lahir : KAB. Semarang 19 Juli 1991 3. Jenis kelamin : Laki-laki 4. Agama : Islam 5. Alamat : Ngipik RT 03/ RW 08 Candi KEC. Bandungan 6. Tempat penelitian : MA Al Bidayah Candi Bandungan B. Pendidikan 1. SD N Candi 03 lulus tahun 2003 2. SMP Islam Sudirman Sumowono lulus tahun 2006 3. MA Al Bidayah Candi Bandungan lulus tahun 2009 4. SI IAIN Salatiga sampai sekarang Salatiga, 9 Februari 2016 Penulis, Hasil wawancara Nama Jenis Kelamin Jabatan : Drs. Edi Winarno : Laki-Laki : Kepala sekolah 1. Bagaimana peran guru dalam mengembangkan kecerdasan emosioanal dan spiritual (ESQ) siswa di MA Al Bidayah ini? Jawaban: guru agama tentu saja berperan dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual siswa dengan menanamkan nilai-nilai moral, memberikan teladan. 2. Menurut bapak kecerdasan emosional dan spiritual itu apa? Jawaban: kecerdasan emosional adalah kecerdasan mengontrol emosi yang dia punya. 3. langkah apa saja yang bapak lakukan untuk mengembangkan konsistensi (istiqomah)? Jawaban: kami mewajibkan kepada seluruh guru dan karyawan untuk memberikan contoh keteladanan seperti kami juga ikut aktif dalam kegiatan shalat dhuhur berjama’ah demi terwujudnya budi beperti yang luhur sesuai dengan visi dan misi madrasah. 4. Untuk mengembangkan sikap rendah hati langkah apa yang bapak lakukan ? Jawaban: kami mendorong siswa untuk aktif dalam organisasi-organisasi yang ada di sekolah maupun di luar sekolah. 5. Untuk mengembangkan berusaha dan berserah diri langkah apa yang ibu lakukan? Jawaban: dengan adanya sarana wifi diharapkan siswa mempunyai semangat dalam belajar karana dapat mempermudah mereka dalam mengakses informasi yang dibutuhkan. 6. Dalam mengembangkan sikap tulus (keikhlasan) langkah apa yang dilakukan? Jawaban: disini diadakan infak dan shodaqoh serta takziah jika ada yang terkena musibah. 7. Untuk mengembangkan totalitas (kaffah) langkah apa yang bapak/ibu dilakukan? Jawaban: dengan mendorong siswa untuk aktif dalam organisasi sehingga siswa mampu bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik, sehingga mereka mampu beradaptasi dengan lingkungan dimana mereka berada. 8. Dalam hal integritas dan penyempurnaan (ihsan) langkah apa yang ibu/bapak lakukan? Jawab: kami menyediakan sarana dan prasarana yang dapat mempermuadah mereka dalam hal beribadah serta merasakan pengalaman ibadahnya, sepert masjid, Al Qur’an dan sebagainya. 9. Apa faktor penghambat dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual? Jawab: lingkungan tempat tinggal mereka seperti lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. 10. Faktor pendukung dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual? Jawab: sarana dan prasarana yang kami miliki sudah cukup mendukung dalam pengembangan kecerdasan emosional dan spiritua Nama : Dra. Retno Sri Sayekti Jenis Kelamin : Perempuan Jabatan : Guru akidah akhlak 1. Menurut ibu kecerdasan emosional dan spiritual itu apa? Jawaban: kecerdasan emosional itu kecerdasan untuk mengendalikan emosi. 2. Untuk mengembangkan sikap konsistensi atau istiqomah langkah apa yang ibu lakukan? Jawaban: untuk mengembangkan kesadaran diri kami menanamkan pada siswa bahwa Allah akan mengangkat derajat seseorang dengan ilmu yang dimilikinya, serta memberikan teladan. 3. Untuk mengembangkan sifat rendah hati langkah apa yang ibu lakukan? Jawaban: dengan melibatkan siswa secara optimal dalam proses pembelajara agar siswa mampu bersosialisasi dengan baik dengan metode diskusi dll. 4. Untuk mengembangkan sikap bersungguh-sungguh dan berserah diri (tawakkal) langkah apa yang dilakukan? Jawaban: “guru menanamkan pada siswa untuk berusaha dengan sungguh-sungguh dalam menjalankan aktifitas belajar, atau memberikan motivasi atau semangat pada siswa sehingga siswa akan tertarik dengan suasana belajar dalam kelas sehingga siswa tidak akan merasa bosan dalam kelas” 5. Dalam mengembangkan ketulusan (keikhlasan) langkah apa yang dilakukan ? Jawaban: disini diadakan infak dan shodaqoh serta takziah jika ada yang terkena musibah. 6. Untuk mengembangkan totalitas (kaffah) langkah apa yang ibu lakukan? Jawaban: kami menuntut siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar...selain itu kami juga melibatkan siswa untuk aktif dalam kegiatan-kegiatan, event-event atu perlombaan baik yang diadakan sekolah maupun diluar sekolah. 7. Dalam hal integritas dan penyempurnaan (ihsan) langkah apa yang dilakukan? Jawab: “guru menanamkan nilai-nilai moral dan agama melalui sikap dan perilaku guru, melalui pelajaran-pelajaran yang disampaikan seperti mata pelajaran akidah akhlak, fiqih, ski dan aswaja atu ke-NU an” 8. Apa faktor penghambat dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual? Jawab: kurangnya motivasi dan dukungan dari orang tua serta tidak adanya penilaian secara tertulis. Nama : Hening Titi Wijaya S.Pd Jenis Kelamin : perempuan Jabatan : Waka kesiswaan 1. Menurut ibu kecerdasan emosional dan spiritual itu apa? Jawaban: kecerdasan emosional itu kecerdasan untuk mengendalikan emosi berdasarkan nilai-nilai spiritual atau agama. 2. Untuk mengembangkan konsistensi langkah apa yang ibu lakukan? Jawaban: guru mengharuskan kepada siswa untuk shalat dhuhur berjamaah bagi siswa laki-laki maupun perempuan yang tidak berhalangan serta shalat jum’at dan guru hanya membimbing dan mengabsen siswa. 3. Untuk mengembangkan sifat rendah hati langkah apa yang ibu lakukan? Jawaban: guru menganjurkan pada siswa untuk bertutur kata dengan sopan dan mengucapkan salam apabila bertemu dengan guru serta ketika akan memasuki ruangan baik kelas maupun ruang guru. 4. Untuk mengembangkan berusaha dan berserah diri siswa langkah apa yang ibu lakukan? Jawaban: dengan mengajak siswa untuk telibat langsung dalam kegiatan atau event-event yang diadakan sekolah. 5. Dalam mengembangkan ketulusan (keikhlasan) langkah apa yang dilakukan? Jawaban: disini diadakan infak dan shodaqoh serta takziah jika ada yang terkena musibah. 6. Untuk mengembangkan sikap totalitas (kaffah) langkah apa yang bapak/ibu dilakukan? Jawaban: dengan mendorong siswa untuk aktif dalam organisasi sehingga siswa mampu bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik, sehingga mereka mampu beradaptasi dengan lingkungan dimana mereka berada. 7. Dalam hal integritas dan penyempurnaan (ihsan) langkah apa yang ibu/bapak lakukan? Jawab: dengan mengarahkan siswa untuk melakukan kegiatankegiatan dan siswa dituntut aktif didalamnya agar siswa dapat merasakan pengalaman pengamalan ibadahnya. guru agama menanamkan nilai-nilai moral dan agama melalui sikap dan perilaku guru melalui pelajaran-pelajaran yang disampaikan seperti mata pelajaran akidah akhlak 8. Apa faktor penghambat dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual? Jawab: lingkungan tempat tinggal mereka seperti lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. 9. Apa faktor pendukung dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual? Jawab: lingkungan yang jauh dari keramaian karena masih dalam suasana pedesaan Nama : Syaefudin S.Pdi Jenis kelamin : Laki-laki Jabatan : waka sarana dan parasaran 1. Menurut bapak/ibu kecerdasan emosional dan spiritual itu apa? Jawaban: kecerdasan emosional itu kecerdasan untuk mengendalikan emosi. 2. Untuk mengembangkan konsistensi (istiqomah) siswa langkah apa yang ibu lakukan? Jawaban: sebagai seorang guru tentu saja kita memberikan teladan yang baik, karena guru itu digugu dan ditiru, jadi apa yang kita lakukan tentu saja menjadi contoh bagi siswa baik perkataan maupun perbuatan. 3. Untuk mengembangkan sikap kerendahan hati siswa? Jawaban: dengan melibatkan siswa secara optimal dalam organisasi acara-acara sehingga siswa mempuyai sifat rendah hati dalam bersosialisasi.. 4. Untuk mengembangkan berusaha dan berserah diri siswa langkah apa yang ibu lakukan? Jawaban: dengan adanya sarana wifi diharapkan siswa mempunyai semangat dan berusaha dalam belajar karana dapat mempermudah mereka dalam mengakses informasi yang dibutuhkan. 5. Dalam mengembangkan sifat tulus (ketulusan) langkah apa yang dilakukan? Jawaban: disini diadakan infak dan shodaqoh serta takziah jika ada yang terkena musibah. 6. Untuk mengembangkan integritas dan penyempurnaan langkah apa yang bapak/ibu dilakukan? Jawaban: dengan mendorong siswa untuk aktif dalam organisasi sehingga siswa mampu bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik, sehingga mereka mampu beradaptasi dengan lingkungan dimana mereka berada. 7. Dalam hal totalitas (kaffah) langkah apa yang ibu/bapak lakukan? Jawab: kami menyediakan sarana dan prasarana yang dapat mempermuadah mereka dalam hal beribadah serta merasakan pengalaman ibadahnya, sepert masjid, Al Qur’an dan sebagainya. 8. Apa faktor penghambat dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual? Jawab: lingkungan tempat tinggal mereka seperti lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. 9. Faktor pendukung dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual? Jawab: sarana dan prasarana yang kami miliki sudah cukup mendukung dalam pengembangan kecerdasan emosional dan spiritual. Nama : Dra. Retno Sri Sayekti Jenis kelamin : Perempuan Jabatan : waka kurikulum 1. Kurikulum yang dipakai di MA Al Bidayah ini apa? Jawab: kurikulum yang dipakai mengacu pada peraturan pemerintah yaitu kurikulum 2013. 2. Adakah tambahan kurikulum atau pelajaran tambahan yang digunakan untuk mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual? Jawab: disini ada progam tambahan yang menjadi ciri khas seperti: dzikir tahlil, menghafal surat pendek dan praktek mengkafani jenazah mungkin itu bisa mengembangkan kecerdasan emosional mereka. 3. Untuk mengembangkan konsistensi (istiqomah) langkah apa yang ibu lakukan? Jawaban: kami menanamkan pada siswa bahwa Allah akan mengangkat derajat seseorang dengan ilmu yang dimilikinya, serta memberikan teladan. 4. Untuk mengembangkan sikap rendah hati siswa? Jawaban: dengan melibatkan siswa secara optimal dalam proses pembelajaran. 5. Untuk mengembangkan berusaha dan berserah diri langkah apa yang ibu lakukan? Jawaban: dengan adanya sarana wifi diharapkan siswa mempunyai semangat dalam belajar karana dapat mempermudah mereka dalam mengakses informasi yang dibutuhkan. 6. Dalam mengembangkan sikap tulus (keikhlasan) langkah apa yang dilakukan? Jawaban: disini diadakan infak dan shodaqoh serta takziah jika ada yang terkena musibah. 7. Untuk mengembangkan totalitas (kaffah) langkah apa yang bapak/ibu dilakukan? Jawaban: dengan mendorong siswa untuk aktif dalam organisasi sehingga siswa mampu bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik, sehingga mereka mampu beradaptasi dengan lingkungan dimana mereka berada. 8. Dalam hal integritas dan penyempurnaan (ihsan) langkah apa yang ibu/bapak lakukan? Jawab: kami menyediakan sarana dan prasarana yang dapat mempermuadah mereka dalam hal beribadah serta merasakan pengalaman ibadahnya, sepert masjid, Al Qur’an dan sebagainya. 9. Apa faktor penghambat dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual? Jawab: lingkungan tempat tinggal mereka seperti lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. 10. Faktor pendukung dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual? Jawab: sarana dan prasarana yang kami miliki sudah cukup mendukung dalam pengembangan kecerdasan emosional dan spiritual. DOKUMENTASI PENELITIAN Foto Proses Wawancara Foto kegiatan siswa shalat dzuhur berjama’ah Foto majlis taklim Foto ekstra