PENINGKATAN PEMAHAMAN HUBUNGAN ANTAR KOMPONEN

advertisement
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas
Vol. 16, No. 3, Juli 2015
ISSN 2087-3557
PENINGKATAN PEMAHAMAN HUBUNGAN ANTAR KOMPONEN
EKOSISTEM MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
DISCOVERY LEARNING
Noriko Candra Khaerani
SMP Negeri 3 Tirto Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa pada materi saling
ketergantungan ekosistem melalui penerapan model pembelajaran Discovery Learning. Penelitian
ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri atas 2 siklus, setiap siklus terdiri atas
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian dilakukan di kelas VIIB SMP N 3 Tirto
dengan jumlah subyek penelitian 33 siswa. Metode pengumpulan datanya menggunakan
dokumentasi, tes dan observasi. Data tes hasil penelitian dianalisis dengan teknik kuantitatif,
sedangkan data non tes dianalisis dengan teknik kualitatif. Hasil penelitian penggunaan model
pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi saling
ketergantungan ekosistem.
© 2015 Didaktikum
Kata Kunci: Ekosistem; Pemahaman Siswa; Model Discovery Learning
PENDAHULUAN
Biologi merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat besar
pengaruhnya untuk penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. IPA juga berperan penting dalam
usaha menciptakan manusia yang berkualitas. IPA lebih menekankan kegiatan belajar mengajar,
mengembangkan konsep dan ketrampilan proses siswa dengan berbagai metode mengajar yang
sesuai dengan bahan kajian yang diajarkan. Dalam pembelajaran IPA, sangat diperlukan strategi
pembelajaran yang tepat yang dapat melibatkan siswa seoptimal mungkin baik secara intelektual
maupun emosional, karena pengajaran IPA menekankan pada ketrampilan proses (Kasbolah, 2001).
Pola pengajaran IPA yang dilakukan oleh sekolah-sekolah cenderung menggunakan metode
ceramah. Dengan metode ceramah guru merasa lebih mudah mengawasi keterlibatan siswa dalam
mendengarkan pelajaran karena siswa melakukan hal yang sama, yakni serempak mendengarkan
guru. Perhatian guru juga tidak terbagi-bagi dengan kegiatan siswa yang sejenis tersebut. Namun
berdasarkan pengamatan guru di kelas, metode ceramah memiliki kelemahan yaitu guru tidak
mampu mengontrol sejauh mana siswa telah memahami materi yang diberikan. Dalam
pelaksanaannya di kelas, lebih dari separuh waktu siswa dipergunakan untuk mendengarkan.
Dalam proses pembelajaran IPA yang berlangsung di SMP, saat ini masih banyak yang
menggunakan sistem penyampaian materi secara monoton, yaitu sistem yang bertumpu pada
aktivitas guru. Pada umumnya guru cenderung menggunakan metode ceramah dalam mengajar
karena mudah dilakukan dan cepat. Bertumpunya proses belajar mengajar pada guru menimbulkan
kurang tumbuh berkembangnya sikap pembelajaran pada anak, sebab anak akan cenderung
42
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas
Vol. 16. No. 3. Juli 2015
menganggap dirinya tergantung pada guru dan sekolah demi belajar. Tanpa guru dan sekolah siswa
tidak dapat belajar secara teratur. Sikap ini bahkan dapat tumbuh dalam diri orang tuanya, sehingga
sekolah dan guru di anggap sebagai satu-satunya pihak yang bertanggung jawab atas keberhasilan
anak dalam belajar.
Dalam proses belajar mengajar terdapat beberapa kelemahan yang mempengaruh hasil
belajar siswa menjadi menurun. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman mengajar IPA, diperoleh
kesimpulan bahwa kelas VII B merupakan kelas yang dapat dipilih menjadi Penelitian Tindakan
Kelas yang akan peneliti lakukan. Kelas VII B merupakan kelas yang anggota siswanya mempunyai
mayoritas nilai yang cukup rendah dan keaktifan siswa juga masih rendah. Dari hasil observasi
diketahui proses pembelajaran IPA ditemukan kelemahan-kelemahan sebagai berikut: 1) siswa pasif
dan kurang memperhatikan penjelasan dari guru pada setiap pembelajaran, 2) siswa ramai pada saat
pembelajaran, 3) jenuh dan bosan pada pembelajaran yang monoton. 4) konsentrasi dan
pemahaman siswa kurang, setiap pembelajaran IPA, dan 5) hasil belajar siswa rendah. Kelemahankelemahan tersebut merupakan masalah dalam strategi pembelajaran kelas yang penting untuk
dipecahkan.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk dapat meningkatkan aktivitas serta hasil
belajar siswa dalam mempelajari saling ketergantungan dalam ekosistem adalah dengan
menggunakan model atau startegi mengajar yang lain dari biasanya, contohnya yaitu melalui model
pembelajaran Discovery Learning, dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning,
diharapkan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat meningkat, dan siswa mampu
menyerap materi-materi yang diberikan dengan maksimal.
Seperti yang dikemukakan Sund bahwa Discovery Learning atau model pembelajaran adalah
proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Proses mental
tersebut ialah mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan,
menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya (Roestiyah, 2001). Dalam
pembelajaran ini guru berperan sebagai motivator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar
bukan merupakan transfer pengetahuan dari guru ke siswa melainkan suatu kegiatan yang
memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya melalui serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh siswa, serta siswa dituntut bekerja untuk mencari konsep dari suatu materi.
Model pembelajaran Discovery Learning dipilih karena kita menyadari bahwa didalam
pembelajaran kelas yang kurang produktif dalam pembelajaran sehari-hari kelas selalu diisi dengan
ceramah sementara siswa dituntut menerima dan menghafal, maka dengan strategi ini dapat
menciptakan ruang kelas yang didalamnya siswa menjadi aktif, bukan hanya pasif. Dalam
penelitian ini difokuskan kearah tersebut dengan melakukan proses pembelajaran dengan model
pembelajaran Discovery Learning sebagai upaya untuk mengoptimalkan proses belajar siswa pada
pokok bahasan saling ketergantungan dalam ekosistem.
Rumusan penelitian ini yaitu apakah ada peningkatan pemahaman siswa kelas pada materi
saling ketergantungan ekosistem melalui penerapan model pembelajaran Discovery Learning?
Sedangkan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa kelas pada
materi saling ketergantungan ekosistem melalui penerapan model pembelajaran Discovery Learning.
METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Arikunto (2010)
menjelaskan proses penelitian dilaksanakan dua siklus, setiap siklusnya terdiri dari empat tahap
yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, (4) refleksi.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan bertempat di SMP N 3 Tirto Kabupaten
Pekalongan dengan subjek penelitian yaitu 33 siswa kelas VIIB. Metode pengumpulan datanya
PENINGKATAN PEMAHAMAN HUBUNGAN ANTAR KOMPONEN EKOSISTEM MELALUI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING
Noriko Candra Khaerani
43
menggunakan dokumentasi, tes dan observasi. Data tes hasil penelitian dianalisis dengan teknik
kuantitatif, sedangkan data non tes dianalisis dengan teknik kualitatif. Sebelum soal digunakan,
terlebih dahulu dilakukan uji coba untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan
daya pembeda soal.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebelum siklus I dilaksanakan, peneliti melakukan pengukuran pemahaman siswa kelas VII
B terhadap materi saling ketergantungan ekositem dengan memberikan tes evaluasi prasiklus kepada
siswa, untuk mengetahui gambaran pemahaman materi siswa pada kondisi awal. Pengukuran ini
dimaksudkan sebagai tes awal dalam penelitian ini sebelum menerapkan model pembelajaran
Discovery Learning.
Dari hasil tes diperoleh nilai rata-rata pemahaman siswa terhadap materi saling
ketergantungan ekosistem sebelum menerapkan model pembelajaran Discovery Learning adalah 66,43
dengan persentase ketuntasan 39,39%. Dari seluruh siswa yang ada yaitu sebanyak 33 siswa, ada 13
siswa yang tuntas dan 20 siswa yang belum tuntas. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa yaitu 80 dan
nilai terendahnya 50.
Untuk lebih jelas hasil tes pemahaman siswa pada materi saling ketergantungan ekosistem
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Tes Pemahaman Siswa Kondisi Awal
Hasil
Capaian
Tuntas
13
Tidak Tuntas
20
Rata-rata
66,43
%
39,39%
Siklus I
1. Perencanaan
Siklus pertama diawali dengan kegiatan perencanaan. Dalam kegiatan perencanaan,
peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang terkait dengan pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan
perencanaan ditandai dengan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
merupakan pedoman dalam melakukan langkah-langkah pembelajaran, membuat alat evaluasi
siklus I berupa soal tes, menyiapkan lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi kinerja guru,
pedoman wawancara dan menyiapkan materi diskusi.
2. Pelaksanaan
Secara garis besar kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan dibagi menjadi tiga tahap,
yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Berikut penjelasan masing-masing kegiatan:
a. Kegiatan Awal
Guru mengawalinya dengan mengucapkan salam, menyampaikan standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator pembelajaran, dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, mengecek
kehadiran siswa, dan membentuk kelompok belajar.
b. Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti guru menyajikan materi ekosistem secara singkat sesuai dengan RPP
yang sudah disiapkan pada tahap perencanaan kepada siswa yang dimulai dengan melakukan
apersepsi kepada siswa dengan mengajukan pertanyaan tentang materi yang akan dibahas. Setelah
44
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas
Vol. 16. No. 3. Juli 2015
selesai penyampaian materi, guru membagikan bahan diskusi kepada masing-masing kelompok.
Bahan diskusi berisi tugas-tugas yang harus dipelajari oleh tiap-tiap siswa dalam satu kelompok.
Setelah menerima lembar kegiatan yang berisi permasalahan-permasalahan yang berkaitan
dengan konsep materi dan klasifikasinya, siswa mempelajarinya dalam kelompok kecil yaitu
mendiskusikan masalah tersebut bersama-sama anggota kelompoknya. Siswa diberikan kesempatan
untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah sesuai dengan lembar kegiatan yang diberikan
oleh guru, yang kemudian dirumuskan ke dalam bentuk hipotesis. Masing-masing kelompok
menyelesaikan atau memecahkan masalah yang diberikan dengan cara mereka sendiri, yaitu dengan
mengumpulkan informasi-informasi yang dapat menjawab permasalahan. Kemudian diadakan
verifikasi, yaitu pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan apakah hipotesis yang dibuat oleh
siswa benar atau tidak. Setelah dilakukan verifikasi, guru dan siswa secara bersama-sama menarik
kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan pada hari itu.
Selama proses pembelajaran berlangsung, guru yang dibantu oleh rekan observer berkeliling
dan mengamati aktivitas siswa menggunakan lembar observasi aktivitas siswa. Proses diskusi
kelompok pada pertemuan kedua siklus I sudah berlangsung dengan baik, kekurangan yang terjadi
pada pertemuan pertama sudah tidak terlihat, masing-masing kelompok sudah mulai terlihat
kompak dan terbiasa bekerja dan belajar secara bersama.
c. Kegiatan Penutup
Pada akhir kegiatan, guru memberikan penguatan dan bersama siswa menyimpulkan materi
yang telah disampaikan dan memberikan tes evaluasi untuk mengukur pemahaman siswa terhadap
materi saling ketergantungan ekosistem.
3. Observasi
Observasi dilaksanakan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan
menggunakan lembar observasi. Observasi yang dilakukan yaitu observasi kepada siswa dan
observasi kepada guru.
4. Refleksi
Setelah pelaksanaan pembelajaran pada siklus I selesai, guru melakukan refleksi untuk
mengidentifikasi kekurangan maupun kelebihan pada saat pelaksanaan pembelajaran. Adapun
refleksi pada siklus I adalah:
a. Keberhasilan peneliti, yaitu: siswa menjadi mengetahui tentang pembelajaran Discovery Learning.
b. Hambatan yang dihadapi peneliti, yaitu: Ketika guru membagi kelompok, siswa gaduh, siswa
tidak memperhatikan dengan sungguh-sungguh ketika guru sedang menjelaskan materi, masih
banyak siswa yang tidak aktif bertanya maupun menjawab pertanyaan,
c. Rencana perbaikan pada siklus II, yaitu: uru mengarahkan kepada siswa agar pada pertemuan
selanjutnya siswa harus mengerjakan tes evaluasi sesuai dengan waktu yang sudah ditetapkan
sehingga waktu pembelajaran lebih efektif, pada pertemuan selanjutnya, guru kembali memberi
penjelasan tentang model pembelajaran Discovery Learning, Guru memberi motivasi kepada siswa
agar selalu aktif dalam kegiatan pembelajaran. Motivasi tersebut berupa penghargaan yang
berupa tambahan nilai bagi siswa yang aktif.
Siklus II
1. Perencanaan
Kegiatan perencanaan pada siklus II, disusun berdasarkan hasil refleksi pada siklus I dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (a) Guru mengarahkan kepada siswa agar pada pertemuan
selanjutnya siswa harus mengerjakan tes evaluasi sesuai dengan waktu yang sudah ditetapkan
sehingga waktu pembelajaran lebih efektif, (b) Pada pertemuan selanjutnya, guru kembali memberi
penjelasan tentang model pembelajaran Discovery Learning , (c) Guru memberi motivasi kepada siswa
PENINGKATAN PEMAHAMAN HUBUNGAN ANTAR KOMPONEN EKOSISTEM MELALUI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING
Noriko Candra Khaerani
45
agar selalu aktif dalam kegiatan pembelajaran. Motivasi tersebut berupa penghargaan yang berupa
tambahan nilai bagi siswa yang aktif.
2. Pelaksanaan
Berdasarkan rencana pembelajaran yang telah ditetapkan, pelaksanaan pembelajaran siklus
II dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:
a. Kegiatan Awal
Pada awal kegiatan, guru mengucapkan salam, mengecek kehadiran siswa, menyampaikan
standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pembelajaran, dan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai.
b. Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti, guru melanjutkan materi pada pembelajaran sebelumnya, guru
menjelaskan secara singkat materi saling ketergantungan ekosistem. Pada penyampaian
pembelajaran kali ini, guru menggunakan media power point. Hal ini bertujuan supaya
mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran. Ketika guru menjelaskan, siswa fokus
memperhatikan apa yang di jelaskan oleh guru, selama proses pembelajaran guru memberikan
pertanyaan-pertanyaan secara acak kepada siswa. Setelah selesai menjelaskan, guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami.
Diskusi kelompok pada siklus II berlangsung dengan baik, siswa saling membantu jika
sesama anggota kelompok ada yang belum paham. Kondisi kelas dalam proses belajar mengajar
juga sudah lebih kondusif bila dibandingkan pada pembelajaran siklus I, dimana semua siswa
tenang, teratur dan fokus mengerjakan tugas. Selama siswa berdiskusi, guru yang dibantu oleh rekan
observer berkeliling mengawasi masing-masing kelompok.
Setelah diskusi selesai, guru memanggil beberapa nomor secara acak kemudian siswa yang
dipanggil maju kedepan menyampaikan hasil diskusi. Setelah itu guru membahas soal-soal tersebut
agar siswa lebih paham. Proses ini berlangsung selama kurang lebih 15 menit..
c. Kegiatan Penutup
Pada akhir kegiatan pembelajaran, guru bersama-sama dengan siswa memberikan
kesimpulan tentang materi yang dijelaskan pada waktu itu dan guru memberikan tes evaluasi
membaca teks narrative yang bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami
materi pembelajaran yang telah disampaikan.
3. Observasi
Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan dibantu dengan rekan peneliti untuk mengetahui
aktivitas belajar siswa. Observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran membaca berlangsung.
4. Refleksi
Berdasarkan hasil yang diperoleh melalui pembelajaran siklus II, aktivitas belajar siswa
pada saat pembelajaran saling ketergantungan ekosistem dan pemahaman siswa terhadap materi
saling ketergantungan ekosistem melalui model pembelajaran Discovery Learning dapat dikatakan
lebih baik daripada siklus I. Siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran, dilihat dari
keaktifan siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, pemahamn
siswa terhadap materi juga meningkat dilihat dari hasil tes evaluasi yang dilaksanakan di akhir siklus
II sudah mmenuhi indikator ketercapaian. Oleh karena itu, Penelitian Tindakan Kelas berakhir pada
siklus II.
Hasil peningkatan pemahaman siswa pada Siklus I dan Siklus II dapat dilihat tabel 4.2
sebagai berikut:
46
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas
Vol. 16. No. 3. Juli 2015
Tabel 2. Hasil Tes Pemahaman Siswa Siklus I dan Siklus II
Hasil
Siklus I
Siklus II
Tuntas
20
29
Tidak Tuntas
13
4
Rata-rata
72,50
82,50
%
60,61
87,88
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1 berikut:
Gambar 1. Hasil Tes Pemahaman Siswa (Siklus I dan Siklus II)
SIMPULAN
Model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi
saling ketergantungan ekosistem dilihat dari hasil yang diperoleh siswa melalui tes evaluasi yang
dilaksanakan pada siklus I memperoleh rata-rata 72,50 dan siklus II 82,50. Sedangkan prosentase
pada siklus I 60,61% dan pada siklus II 87,88%.
UCAPAN TERIMAKASIH
Kami ucapkan terimakasih yang mendalam kepada kepala sekolah, guru dan para
kolaborator yang telah membantu selesainya penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineke Cipta
Kasbolah, Kasiani. 2001. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdikbud
Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar dalam CBSA. Jakarta: Rineka Cipta
PENINGKATAN PEMAHAMAN HUBUNGAN ANTAR KOMPONEN EKOSISTEM MELALUI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING
Noriko Candra Khaerani
47
Download