KATA PENGANTAR Pra FS Proyek investasi ini merupakan salah satu upaya Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk penyiapan bahan promosi investasi nasional yang lebih focus dan tajam baik secara sektoral maupun lokasi, sehingga akan mempermudah para investor untuk merealisasikan minat investasi mereka. Dengan dana dari BKPM, Badan Promosi dan Investasi Daerah Propinsi Kalimantan Timur bekerjasama dengan Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman telah menyusun Pra FS Proyek Investasi di Bidang Usaha Ikan Kerapu dengan lokasi di Kota Bontang, Kabupaten Kutai Timur dan Kabupoten Berau. Profil proyek ini merupakan peluang investasi yang siap ditawarkan kepada calon investor dalam dan luar negeri karena sudah didukung dengan informasi yang akurat. Semoga upaya ini dapat didukung bagi peningkatan kegiatan investasi dan penciptaan lapangan kerja di daerah. Samarinda, Juni 2009 Badan Perijinan dan Penanaman Modal Daerah Provinsi Kalimantan Timur, KEPALA H. Nusyirwan Ismail DAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………. i DAFTAR ISI................................................................................................................................................................ ii DAFTAR TABEL........................................................................................................ ................................................ iii DAFTAR GAMBAR................................................................................................................................................... iv PENDAHULUAN…………………………………………………….............................................. 1 1.1 Latar Belakang………………………………………..............................................……….. 1 1.2 Maksud dan Tujuan……………………………………………………………..………… 1 1.3 Kegunaan………………………………………………………………………..……….. 1 TINJAUAN PROFIL PROYEK POTENSIAL……………………………………….……………… 2 2.1 Potensi Bahan Baku…………………………………………..…………………………… 3 2.2 Lokasi…………………………….……………………………….………………………. 5 2.3 Sarana dan Prasarana……………………………………..…………………………….. 10 2.4 Analisis Produksi…………………………………………...……………………………… 12 2.5 Analisis Ekonomi…………………………………………..………………………………. 17 2.6 Aspek Pemasaran…………………………….…..………………………………………. 22 2.7 Aspek Sosial dan Lingkungan……….………….……………….………………………… 26 2.8 Aspek Legalitas………………………………………………...…………………………. 26 PENUTUP…………………………………………………………………...………………….. 27 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….…………………………….. 28 LAMPIRAN………………………………………………………………….………………………….. 30 I. II. III. DAFTAR TABEL Hal. 1. Produksi ikan kerapu (Ton) di kota Bontang tahun 2003-2004 …...........................................................… 4 2. Hasil pengamatan lingkungan budidaya ikan kerapu di kota Bontang ...................................................... 7 3. Jumlah lahan (Ha) pada budidaya perikanan darat dan budidaya laut kota Bontang ………..…… 8 4. Jumlah lahan potensial (hHa) untuk budidaya perikanan darat dan laut Kab. Berau tahun 2004 …. 8 5. Kebutuhan tenaga kerja untuk ikan kerapu per KJA …................................................................………… 16 6. Proyeksi biaya investasi unit pembenihan ikan kerapu (semester 1)............................................................ 17 7. Proyeksi biaya operasi dan pemeliharaan pembenihan ikan kerapu (semester 1)................................... 18 8. Proyeksi biaya investasi pendederan dan penggelondongan ikan kerapu (semester 1) .…………… 18 9. Proyeksi biaya operasional dan pemeliharaan pendederan dan penggelondongan ikan kerapu … 19 10. Proyeksi biaya investasi pembesaran ikan kerapu (semester 1) ….........................................................… 20 11. Proyeksi biaya operasional dan pemelihraan pembesaran ikan kerapu (semester 1) ……………… 21 12. Hasil analisis finansial proyek …………………………………………………...…………………… 22 13. Hasil analisis sensoitivitas kelayakan proyek ……………………………………………………….... 22 14. Produksi (Ton) ikan kerapu Indonesia tahun 1999-2001 ……………......................................................... 23 15. Harga ikan kerapu hidup pada tingkat lokal, ekspor dan pasar Hong Kong ……………………..… 23 16. Perkembangan produksi ikan kerapu di Kalimantan Timur tahun 1999-2004 ...…….........................… 24 17. Hasil usaha penangkapan komoditas laut perairan kota Bontang (ton) tahun 2004 ……………....... 25 DAFTAR GAMBAR Hal 1. Berapa jenis ikan kerapu yang di perdagangkan di Indonasia ………………………….....…...... 2 2. Nelayan dengan peralatannya ………………………………………………………………........ 3 3. Benih ikan kerapu …….. …………..……………………………………………………………… 3 4. Jenis pakan ikan kerapu ………..………………………………………………………………… 4 5. Lokasi penyebaran terumbu karang sebagai habitan ikan kerapu di Indonesia …………...…… 5 6. Lokasi peruntukan KJA ikan kerapu di kota Bontang ……..................................................………… 9 7. Rumah makan di perairan Bontang ………………………………………….…………………… 11 8. Keramba jaring apung ikan ………………………………………………………….…………… 13 9. Grading benih ikan kerapu ……. ……………………………………....………………………… 13 10. Sarana penangkapan benih berupa bubu dan pancing rawai ………………………………...… 15 11. Mesin penyemprot jarring …………………………………………………………………...……. 16 12. Produsen utama ikan kerapu dunia …………………………………………………..…………… 23 13. Diagram alur kegiatan produksi dan pemasaran ikan kerapu ………………………………..….. 24 I. PENDAHULUAN Ikan kerapu merupakan komoditas yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi, karena permintaan di pasar dunia maupun domestik cukup tinggi. Rasa dagingnya yang lezat, membuat ikan kerapu ini memiliki nilai jual yang tinggi di pasar dunia. Usaha budidaya karamba jaring apung (KJA) ikan kerapu yang diasumsikan memilki unit pembenihan, 13 unit keramba pendederan/pengelondongan dan 10 unit keramba pembesaran dengan biaya investasi Rp 317.064.450,- dalam 5 tahun mampu mengembalikan modal sebesar Rp 1.674.635.761,-. Dari analisis kriteria investasi, menunjukkan bahwa nilai Return on Investmen (ROI) sebesar 83,89%, Net Benefit Cost Ratio 5,16, Internal Rate of Return (IRR) 78,46%, Break Even Point (BEP) dicapai pada 905,86 kg atau sebesar Rp. 72.468.803,- dengan payback peiod (PP) 1 tahun 5 bulan. Pasar ekspor yang terbuka dan harga yang tinggi, sehingga tidaklah berlebihan apabila ikan kerapu dijuluki primadona hasil laut yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. 1.1. Latar Belakang Dalam rangka mendorong investor baik asing maupun dalam negeri untuk menanamkan investasinya, masih dirasakan perlunya informasi secara detail untuk memberikan gambaran mengenai komoditas unggulan yang memiliki potensi dan prospektif untuk diusahakan. Ikan kerapu merupakan komoditi unggulan yang prospektif untuk dikembangkan di Kalimantan Timur. Prospek budidaya ikan kerapu yang cerah ini, disebabkan dengan semakin meningkatnya permintaan pasar baik pasar luar negeri mapun domestik. Pasar luar negeri yang potensial adalah Hongkong, Singapura dan Jepang, sementara pasar domestik diperuntukkan sebagai hidangan di restoran dan hotel. Ikan kerapu tergolong ikan karang yang sulit dibudidayakan. Namun, ditinjau dari aspek teknis, Kalimantan Timur khususnya daerah perairan Bontang, Kabupaten Kutai Timur dan Kabupaten Berau layak untuk pengembangan budidaya ikan kerapu, terbukti dengan semakin banyaknya nelayan yang mengusahakannya. Hal ini didorong tingginya harga jual ikan kerapu. Potensi benih cukup tersedia, walaupun sementara masih berasal dari tangkapan laut. Namun benih tangkapan laut belum dapat dijamin ketersediaannya, sehingga pengusahaan perbenihanpun menjadi peluang usaha yang potensial untuk dikembangkan. Dari aspek finansial, hasil analisis menunjukkan bahwa usaha budidaya ikan kerapu layak untuk diusahakan. Dengan demikian usaha budidaya kerapu dari sisi aspek pasar, teknis dan finansial layak untuk diusahakan dan menguntungkan. Profil Project Ikan Kerapu 1 1.2. Maksud dan Tujuan Penyusunan profil proyek usaha budidaya ikan kerapu ini dimaksudkan untuk mengindintenfikasi kelayakan teknis, pasar dan finansial. Dari hasil identifikasi ini disusun buku yang dapat memberikan informasi mengenai kelayakan teknis, pasar dan finansial budidaya ikan kerapu bagi investor. 1.3. Kegunaan Dengan terbitnya buku profil komoditi unggulan usaha budidaya ikan kerapu, diharapkan dapat berguna sebagai: a. Informasi peluang usaha dan investasi usaha budidaya ikan kerapu kepada investor baik asing maupun dalam negeri serta kalangan dunia usaha, sehingga dapat memacu pertumbuhan investasi di Kalimantan Timur. b. Dasar bagi pemerintah daerah dalam mengambil kebijakan pengembangan sektor perikanan dan kelautan khususnya ikan kerapu di Kalimantan Timur. Profil Project Ikan Kerapu 2 II. TINJAUAN PROFIL PROYEK POTENSIAL Ikan kerapu merupakan ikan air laut yang belakangan ini dihargai cukup tinggi khususnya untuk konsumsi restoran-restoran besar di dalam maupun di luar negeri. Tingkat harga yang menarik dan kecocokan lingkungan budidaya ikan kerapu di banyak perairan pantai di wilayah Indonesia, menarik minat Pemerintah Daerah untuk bermitra dengan Perguruan Tinggi dan Pengusaha untuk melakukan eksplorasi atas peluang investasi tersebut. Cromileptis altivelis Humpback or Polka dot grouper (Kerapu Tikus atau Kerapu Bebek) Ephinephelus fuscoguttatus Brown marbled grouper (Kerapu Macan) Epinephelus tauvina Green grouper (Kerapu Lumpur) Plectopomus leopardus Spotted coral grouper (Kerapu Sunu) Epinephelus malabaricus Estuarine grouper (Kerapu Malabar) Chelinius undulatus Napoleon wrasse (Ikan Napoleon) Epinephelus lanceolatus Giant grouper (Kerapu Ketang) Gambar 1. Beberapa jenis ikan kerapu yang diperdagangkan di Indonesia Dalam pergaulan internasional kerapu dikenal dengan nama grouper, dari sekitar 46 spesies yang tersebar di berbagai jenis habitat bisa dikelompokkan ke dalam 7 Profil Project Ikan Kerapu 3 genus, meskipun hanya 3 genus yang sudah dibudidayakan dan menjadi jenis komersial, yaitu genus Chromileptis, Plectopomus, dan Epinephelus. Chromileptis altivelis disebut juga polka dot grouper atau hump backed rocked atau dalam bahasa lokal sering disebut ikan Kerapu Bebek, tubuhnya berwarna dasar abu-abu dengan bintik hitam. Kerapu Sunu (Coral trout) sering ditemukan hidup di perairan berkarang, warna tubuh merah atau kecoklatan sehingga disebut juga kerapu merah. Warna merah ini dapat berubah dalam kondisi stres. Selain itu mempunyai bintik-bintik biru dan tepinya berwarna lebih gelap. Kerapu Lumpur atau estuary grouper (Epinephelus spp.) mempunyai warna dasar hitam berbintik-bintik sehingga disebut juga kerapu hitam. Spesies ini paling banyak dibudidayakan karena laju pertumbuhannya yang cepat serta benih relatif lebih banyak ditemukan. 2.1. Potensi Bahan Baku Pengembangan usaha budidaya ikan kerapu di Bontang awalnya dengan KJT (Karamba Jaring Tancap) dan selanjutnya berkembang dengan KJA (Karamba Jaring Apung). Benih ditampung dan dipelihara sampai memenuhi kriteria permintaan pasar. Benih ikan kerapu yang dibudidayakan banyak berasal dari alam dengan beragam jenis dan ukuran. Umumnya ikan kerapu hanya ditampung sementara sambil menunggu pembeli untuk kemudian dikapalkan. Penyediaan benih untuk budidaya dan penyediaan ikan kerapu yang akan ditampung dilakukan dengan berbagai cara penangkapan, yaitu dengan cara memancing di ground fish ikan kerapu, penggunaan alat tangkap bubu, menangkap langsung dengan menggunakan peralatan selam Gambar 2. Nelayan dengan peralatannya atau dengan menggunakan alat tangkap trawl yang ditarik di sepanjang perairan Bontang, terutama di kawasan terumbu karang. Ketersedian benih dengan cara penangkapan seperti ini tidak menjamin kelancaran pemasokan ikan yang siap jual, karena harus menunggu sampai lebih kurang 3 (tiga) bulan sehingga jumlah ikan mencapai 1 – 2 ton. Hal ini dikarenakan ketidakseragaman benih yang diperoleh baik jumlah maupun ukuran serta jenis (Gambar 3). Profil Project Ikan Kerapu 4 Peluang mendatangkan benih dari luar Bontang ataupun usaha pembenihan sangat diperlukan untuk memasok kebutuhan benih kerapu. Pemerintah Bontang melalui Dinas Perikanan telah membangun Balai Benih Ikan Laut di Tanjung Laut Indah dalam rangka program “seribu karamba”. Upaya ini sangat penting untuk memasok kebutuhan benih di Kota Bontang serta Kalimantan Timur pada umumnya. Namun saat ini Balai benih ikan laut ini belum beroperasi, Gambar 3. Benih ikan kerapu tetapi bangunan fisik dan sarana telah tersedia dan terus dilengkapi. Di Indonesia usaha pembenihan kerapu sudah banyak dilakukan, menurut Trubus (2000) diantaranya oleh PT. Putri Cendana Prima-Jalan Sumatera No. 136 Surabaya, di Buleleng Bali oleh PT. Hema Karuna Citra dan PT. Halim Saripe Dinamika-Perumahan Taman Harapan Indah-Blok FF Lt.7 BJakarta. Teknologi pembenihannya dikembangkan oleh Balai Budidaya Laut (BBL) Lampung-Desa Hanura-Kecamatan Padang Cermin-Lampung Selatan dan Loka Budidaya Air Payau (LBAP) Situbondo-Jalan Raya Pecaron-Panarukan-Situbondo. Usaha mendatangkan benih kerapu dari luar Bontang telah diusahakan, walaupun masih terkendala dengan mortalitas, hal ini disebabkan kurang terampilnya nelayan dalam penanganan benih, serta pengadaptasian benih dengan perairan Bontang. Selain mendatangkan benih, peluang lain yang dapat dilakukan nelayan KJA saat ini adalah dengan mendatangkan telur kerapu dan menetaskannya sendiri dengan harapan toleransi dengan perairan Bontang dapat diantisipasi sedini mungkin, sehingga benih lebih resisten dan peluang hidupnya lebih tinggi. Untuk itu tentu saja diperlukan sarana dan prasarana pembenihan. Satu diantara faktor yang mendukung keberhasilan usaha budidaya kerapu adalah ketersediaan pakan yang berkesinambungan. Pakan yang diberikan untuk usaha pendederan, penggelondongan ataupun pembesaran di Gambar 4. Jenis pakan ikan kerapu Bontang diperoleh dari tangkapan yang dilakukan sendiri oleh nelayan karamba ataupun mem-belinya dari nelayan penangkap ikan (Gambar 4). Ikan kerapu merupakan ikan carnivora yang nafsu makannya cukup besar Profil Project Ikan Kerapu 5 sehingga selalu diperlukan pasokan pakan yang berkesinambungan. Mengingat ikan kerapu juga bersifat kanibal jika pemberian pakannya tidak tercukupi. Pakan kerapu jenisnya dapat terdiri dari ikan teri, tembang, dan ikan rucah. Berdasarkan data yang diperoleh dari DPK Kota Bontang (2004-2005) produksi ikan rucah di Bontang pada tahun 2003 untuk ikan teri sebanyak 34,14 ton, ikan tembang 28,85 ton, ikan jenis lain 96,84 ton. Pada tahun 2004 terjadi peningkatan untuk ikan teri sebanyak 45,54 ton, ikan tembang 32,05 ton dan ikan jenis lain 107,34 ton. Berdasarkan nilai produk tersebut diatas, maka pasokan ketersediaan pakan kerapu dapat terpenuhi. Rincian produksi ikan rucah di Kota Bontang tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Produksi ikan rucah (ton) di Kota Bontang tahun 2003-2004 Tahun Jenis ikan 2003 2004 Teri 34,14 45,54 Tembang 28,85 32,05 Lainnya 96,84 107,34 159,83 184,93 Jumlah Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Bontang (2004-2005) Berdasarkan DPK Kota Bontang (2003) ketersediaan wilayah Bontang untuk memenuhi permintaan ikan kerapu selama ini dapat dilihat berdasarkan produksi perikanan tangkapnya pada tahun 2002 sebesar 1.532,2 ton, dari jumlah tersebut yang diekspor sebanyak 41,557 ton, diantaranya terdapat kerapu sebanyak 25,928 ton. Berdasarkan DPK Kota Bontang (2004) pada tahun 2003 hasil tangkapan ikannya sebesar 946,07 ton sedangkan potensi kerapunya sebesar 17,97 ton. Berdasarkan DPK Kota Bontang (2005) pada tahun 2004 hasil tangkapan ikannya menjadi sebesar 1.044,17 ton, dari hasil tersebut untuk kerapu saja sebesar 22,32 ton. Fluktuasi pasokan kerapu ini disebabkan karena lebih banyak dari tangkapan alam saja, dan lambat laun jika tidak didukung dengan budidaya, maka pasokan dari alam dapat terus berkurang. Wilayah Berau pada tahun 2003 produksi untuk pakan ikan kerapu seperti ikan tembang mencapai 186,7 ton dengan harga Rp. 2.000,-/kg, untuk ikan rucah mencapai 636,7 ton dengan harga Rp. 2.500,-/kg (BPS Kabupaten Berau 2004), Ketersediaan pakan di wilayah Berau terpenuhi sehingga yang perlu diperhatikan aspek teknis lainnya. 2.2. Lokasi Berdasarkan studi yang dilakukan Tiensungusmee, et al (1989) dalam (Sunyoto, 2000), Kalimantan Timur merupakan salah satu diantara 14 propinsi di Indonesia yang memiliki areal berpotensi untuk budidaya kerapu sistem karamba jaring apung (potential region for grouper cultivation with floating net karamba), yaitu Bontang, Berau, Sangkulirang, Tarakan dan Teluk Adang seluas 110 ha. Profil Project Ikan Kerapu 6 Secara umum perairan laut Indonesia sebagian besar memiliki potensi terumbu karang yang memadai sebagai habitat ikan kerapu. Lokasi penyebarannya dapat di lihat pada Gambar 5. Gambar 5. Lokasi penyebaran terumbu karang sebagai habitat ikan kerapu di Indonesia Wilayah perairan Bontang secara umum, kondisi fisik, kondisi kimia dan kondisi sosialnya sangat mendukung untuk pengembangan budidaya perairan. Kondisi fisik perairan Bontang memiliki suhu berkisar antara 28-31º, kekeruhan air laut 3,65 NTU–7,83 NTU dengan dasar perairan berupa pasir dan karang mati serta dengan keragaman cukup tinggi. Keberadaan pulau-pulau karang membantu melindungi perairan ini dari gelombang dan arus air yang deras. Secara kimia perairan Kota Bontang memiliki nilai pH antara 6,84–7,61 dengan salinitas 30–32 ppm. Kandungan kimia NO2-N antara 0,001–0,003 mg/l dan NH3-N antara 0,088 – 0,119 mg/l (BAPPEDA Bontang, 2001). Kabupaten Berau memiliki suhu udara rata-rata berkisar antara 26-27o C dengan kelembaban udara berkisar antara 80- 89% per bulan. Curah hujan cenderung merata sepanjang tahun, berkisar antara 100–300 mm3 per tahun. Daerah Pesisir Kabupaten Berau terletak di Kecamatan Talisayan, Biduk-Biduk, Pulau Derawan serta Maratua, yang secara geografis berbatasan langsung dengan lautan. Daerah-daerah tersebut memiliki perairan laut yang potensial untuk pengembangan ikan kerapu (BPS Kabupaten Berau, 2004). Kabupaten Kutai Timur memiliki suhu udara antara 5o–7oC. Di wilayah ini hampir sepanjang tahun turun hujan sehingga keadaan iklim menjadi basah. Hal ini tidak begitu mempengaruhi pasang surut air laut, sehingga dapat diperkirakan pasang surutnya air. Daerah perairan di Kutai Timur yang memiliki potensi pengembangan ikan kerapu adalah sekitar pantai Sangata, Teluk Lombok, Sangkima, dan Sangkulirang (BPS Kabupaten Kutai Timur 2004). 2.2.1. Lahan Yang Diperlukan dan Lahan Yang Tersedia Pengembangan budidaya ikan kerapu sistem KJA tidak memerlukan areal yang begitu luas. Ketersedian lahan di wilayah Kalimantan Timur cukup memadai karena luas Profil Project Ikan Kerapu 7 areal lautnya jauh lebih luas dibandingkan dengan daratan. Luas perairan umum dan laut kurang lebih 14.774.121 ha. Jumlah lahan yang telah dimanfaatkan untuk budidaya darat dan budidaya laut yaitu tambak 45.211 ha, kolam 269,81 ha dan keramba 59,14 ha. Secara ekologi, tipe ekosistem utama yang terdapat di wilayah pesisir dan laut Kota Bontang ada 3, yakni hutan bakau (mangrove) seluas 600 Ha, terumbu karang (coral reef) seluas 8.744 Ha dan padang lamun (sea grass) seluas 13.990 Ha. Ketiganya merupakan ekosistem yang sangat vital, dinamis, dan esensial fungsi serta perannya. Ekosistem ini telah banyak dimanfaatkan bagi berbagai kepentingan seperti pemukiman, kegiatan perikanan tangkap, perikanan budidaya, perhubungan, industri, rekreasi dan pariwisata. Kondisi terumbu karang dengan kondisi sedang dan bagus terdapat pada perairan Bontang bagian tengah dan selatan dengan hamparan terumbu karang yang berada lebih ke arah laut memiliki kecenderungan lebih baik. Daerah yang masih baik terdapat di bagian timur Pulau Agar-Agar, antara Pulau Kedindingan dengan Pulau Beras Basah, di wilayah Mercusuar dekat Pulau Beras Basah, Pulau Panjang, Pulau Kedindingan - Indominco. Kondisi terumbu karang dengan kondisi rusak cenderung terdapat pada perairan Bontang bagian utara. Hal ini karena daerah tersebut merupakan alur kapal besar, dekat daerah perindustrian dan merupakan daerah yang sebelumnya pernah direklamasi, sehingga cenderung tingkat kekeruhan dan sedimentasinya tinggi. Daerah tersebut terdapat di bagian utara Pulau Biduk-Biduk dan daerah Karang/Gusung Kiampau. Luas daerah Kab. Berau ± 32.700 km2, dengan perbandingan luas daratan ± 22.528,3 km2 dan perairan seluas ± 10.171,7 km2. Potensi lahan Kabupaten Berau diperkirakan 863.467 Ha, dengan rincian perairan laut 838.220 Ha, perairan umum 1.790 Ha, budidaya tambak 20.850 Ha, budidaya laut 2.500 Ha, dan budidaya air tawar 107 Ha (DPK Kabupaten Berau tahun 2003). Potensi perairan laut pada tahun 2003 seluas 12.887,47 km2, perairan umumnya 1.790 Ha, Budidaya tambak sebesar 20.850 ha, budidaya laut 2.500 Ha dan budidaya air tawar sebesar 107 Ha (DPK Kabupaten Berau 2004). Potensi budidaya laut (marine culture) didukung dengan banyaknya perairan teluk dan pulau-pulau kecil yang relatif tenang dan bersih, memiliki hamparan terumbu karang khususnya perairan Kepulauan Derawan. Jenis budidaya yang dapat dikembangkan seperti ikan kakap, kerapu, tiram, kerang darah, teripang dan rumput laut. Areal yang dimanfaatkan baru mencapai 15 Ha. Kabupaten Kutai Timur dengan luas daerah 37.317,2 km2 memiliki daerah yang potensial untuk pengembangan perikanan yaitu di kawasan pesisi Sangatta – Sangkulirang. Kawasan pesisir ini memiliki bentang pantai 152 km dengan sumber daya laut yang melimpah (BPS Kabupaten Kutai Timur 2004). Agar usaha budidaya ikan kerapu dengan KJA dapat berjalan dengan baik, maka lokasi areal pembesaran ikan dimana KJA ditempatkan harus dilakukan penelitian, Profil Project Ikan Kerapu 8 sehingga lokasi tersebut benar-benar layak. Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam penentuan lokasi tersebut antara lain : 1. Gangguan Alam Lokasi harus terhindar dari badai dan gelombang besar atau gelombang terus menerus. Sebab gangguan alam ini akan mengakibatkan konstruksi KJA akan mudah rusak dan menyebabkan ikan menjadi stres yang akhirnya produksi menjadi turun. Untuk mengatasi hal ini, dapat dipilih lokasi perairan yang terdiri dari beberapa pulau-pulau kecil. Pulau-pulau kecil ini berguna untuk menghambat gelombang dan badai. 2. Gangguan Pencemaran Lokasi harus bebas dari bahan pencemaran yang mengganggu kehidupan ikan. Pencemaran tersebut dapat berupa limbah industri, limbah pertanian dan limbah rumah tangga 3. Gangguan Predator Predator yang harus dihindari adalah hewan laut buas seperti ikan buntal (ikan bola) dan ikan besar yang ganas yang dapat merusak KJA. Burung-burung laut pemangsa ikan juga harus diwaspadai 4. Gangguan Lalu Lintas Kapal Lokasi KJA bukan merupakan jalur transportasi kapal umum, kapal barang, atau kapal tanker 5. Kondisi Hidrografi Perairan dimana KJA ditempatkan harus pula memenuhi persyaratan sifat fisika dan kimia, yaitu : a) b) c) d) Kadar garam antara 33 - 35 ppt Suhu berkisar pada 27 - 32 o C pH air laut antara 7,6 - 8,7 Kandungan oksigen terlarut dalam air laut 0,2 - 05 m/detik Dilihat dari faktor-faktor yang menjadi syarat penentuan lokasi KJA maka wilayah Bontang khususnya di Malahing (Tanjung Laut), Pulau Agar-agar (Bontang Kuala), layak untuk dikembangkan budidaya ikan kerapu sistem KJA. Lokasi-lokasi tersebut sangat mendukung keberadaan KJA karena mempunyai kedalaman yang relatif tinggi, minimal 4 meter, kecerahannya tinggi, kecepatan arus relatif rendah dan merupakan daerah terlindung dari gelombang terutama saat musim utara. Berdasarkan evaluasi penilaian lokasi karamba jaring apung (Location Rating System for Floating Net Karamba) dengan memperhatikan Ecological Factors (mencakup tinggi air pasang, arus, kedalaman air dari dasar jaring, oksigen terlarut, perubahan cuaca) dan Endorsing Factors (sumber listrik, sumber pakan, tenaga kerja, ketersediaan benih, pencemaran) wilayah perairan Bontang diperoleh hasil seperti Tabel 2. Profil Project Ikan Kerapu 9 Tabel 2. Hasil Pengamatan Lingkungan Budidaya Ikan Kerapu di Perairan Bontang Lokasi KJA Parameter 1.Keterlindungan Bontang Kuala Loktuan Tanjung Limau Tanjung Laut Sekendis Terlindung Terlindung Kurang Terlindung Kurang Terlindung 2.Kedalaman perairan 12-20 m 12-15 m Dangkal terlindung 12-18 m 10-15 m 0,2-0,4 0,4-0,6 (< 6 m) 3.Kecepatan arus 0,4 0,4-0,5 0,5-1,0 (m/detik) Lanjutan Tabel 2 Parameter Lokasi KJA Bontang Kuala Loktuan Tanjung Limau Tanjung Laut Sekendis 4.Jarak dengan lim- Sangat Jauh Jauh Jauh Relatif dekat Bah pencemar Jauh 5. Terumbu Karang Dasar air Tidak ada Tidak ada Ada Ada Ditumbuhi 6. Padang lamun Ada Tidak ada Tidak ada Ada Ada 7. Ketersediaan Pakan segar Selalu ada Ada Ada Ada Ada 8. Benih kerapu Ada Ada Tidak Ada Ada Ada Cukup Cukup Cukup Kurang Kurang Memadai Memadai Memadai memadai Memadai Cukup Cukup Cukup Kurang Kurang Memadai Memadai Memadai memadai Memadai 11.Keamanan Aman Aman Kurang Aman Aman 12. Alur pelayaran Bukan Alur layar Alur layar Bukan Alur layar Kapal PKT Kapal niaga 9. Sarana & PraSarana budidaya 10.Transportasi air Kapal Kapal LNG Badak Sumber: BAPPEDA Bontang (2004) Profil Project Ikan Kerapu 10 Kelayakan lokasi untuk pemeliharaan ikan kerapu dengan sistem KJA dengan menggunakan skoring, menunjukkan bahwa Bontang Kuala adalah daerah perairan yang sangat layak. Perkembangan pemanfaatan lahan untuk wilayah Bontang dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. No. Jumlah Lahan (Ha) Pada Budidaya Perikanan Darat dan Budidaya Kota Bontang Tahun Jenis Budidaya 1 Kolam 2 Tambak 3 KJA Laut 2000 2001 2002 2003 3,5 1,42 1,5 2,5 134,0 128,50 229,5 230 3,1 2,0 6,7 10,0 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Bontang (2004) Kabupaten Berau memiliki potensi lahan yang potensial untuk produksi sumberdaya ikan, diperkirakan Potensi Perikanan Potensi Wilayah (ha) mencapai 2.500 ha dengan pemanfaatan Perairan laut 838 .220 lahan baru mencapai 15 Ha. Hal ini dimungkinkan Perairan umum 1.790 karena banyaknya Budidaya tambak 20.850 perairan teluk dan pulau-pulau kecil yang Budidaya laut 2.500 relatif tenang dan bersih serta memiliki Budidaya air tawar 107 hamparan terumbu Jumlah 863.467 karang, khususnya Kepulauan Derawan. Potensi ketersediaan lahan seluas 863.467 ha (Tabel 4). Tabel 4. Jumlah Lahan Potensial (Ha) Untuk Budidaya Perikanan Darat dan Laut Kabupaten Berau Tahun 2004 Sumber : BPID Kaltim, 2004 Pada tahun 2003 ekspor hasil laut dan sungai mencapai 912,70 ton dengan nilai eksport sekitar Rp 48,229 miliar. Ekspor udang sebanyak 818,10 ton dengan nilai ekspor Rp40,910 miliar, lobster 4,90 dengan nilai Rp343 juta, dan ikan kerapu mencapai 99,70 ton dengan nilai Rp 7,976 miliar. Ikan kerapu Kabupaten Berau di ekspor ke Hongkong, Singapura dan Malaysia. Kabupaten Berau memiliki potensi sumber daya laut yang belum teroptimalkan secara baik. Pengembangan ikan kerapu terkendala pada masalah permodalan. Oleh karenanya diperlukan kehadiran investor untuk mengelola potensi sumberdaya laut sehingga dapat meningkatkan perekonomian daerah. Profil Project Ikan Kerapu 11 2.2.2. tatus Tanah dan Peruntukan (RUTR) Lokasi pengembangan investasi ikan kerapu di Kalimantan Timur yaitu Kota Bontang, Kabupaten Kutai Timur dan Kabupaten Berau. Tersedianya lokasi pengembangan dan dukungan sarana dan prasarana yang memadai menjadi pertimbangan arahan pengembangan komoditas ikan kerapu di daerah. Arahan lokasi pengembangan ini sesuai dengan RTRW Provinsi Kalimantan Timur. Kota Bontang dalam Program Pembangunan di Wilayah RDTR Pesisir dan PulauPulau Kecil Kota Bontang Tahun 2004 – 2013 secara tegas merencanakan penegembangan perikanan sebagai berikut : - Tahun 2004 s/d 2006 dengan dana APBD dan swasta merencanakan Bontang Kuala, Tj. Merangas, Tj. Tebak Bontang, Selangan, Tj. Mendung dan Tj. Agar-Agar sebagai lokasi pengembangan sarana dan prasarana marikultur budidaya KJA (Karamba Jaring Apung). - Tahun 2005 s/d 2009 dengan APBD dan swasta merencanakan Bontang Kuala sebagai lokasi penataan dan pengembangan wisata bahari tradisional. - Tahun 2006 s/d 2007 dengan dana APBD merencanakan Kota Bontang sebagai kawasan industri Perikanan dan Kelautan Komersil . Melahing merupakan salah satu lokasi di perairan Kota Bontang yang sangat potensial bagi investor untuk berinvestasi di bidang budidaya ikan dan wisata bahari tradisional. Peta arahan pengembangan daerah tangkapan dan budidaya ikan kerapu di Kota Bontang seperti disajikan pada Gambar 6. Profil Project Ikan Kerapu 12 Gambar 6. Lokasi peruntukan KJA ikan kerapu di Kota Bontang 2.3. Sarana dan Prasarana Pengembangan investasi ikan kerapu telah didukung dengan tersedianya jaringan jalan, airport, pelabuhan laut, terminal, fasilitas air bersih dan listrik, serta hotel dan restoran. 2.3.1. Pelabuhan Beserta Spesifikasinya Kota Bontang memiliki pelabuhan laut yaitu Pelabuhan Laut Lok Tuan dan Tanjung Laut. Walaupun kondisi pelabuhan saat ini belum mendukung kegiatan pelayaran dan bongkar muat karena konstruksi, fasilitas, dan dangkal. Namun, pemerintah Kota Bontang telah membangun pelabuhan laut yang representatif baik untuk kapal antar pulau maupun expor-impor yang direncanakan selesai pada tahun 2006. Berau memiliki pelabuhan di Tanjung Redeb yang mampu menampung kapal seberat 3.000 ton. Kutai Timur memiliki pelabuhan laut yaitu di Sangatta 2 buah (milik KPC 1.800 m2 dan Pertamina 725 m2) dan pelabuhan umum di Sangkulirang seluas 189 m2. 2.3.2. Airport Beserta Fasilitas Kalimantan Timur telah memiliki 11 bandara, dengan kualifikasi bandara internasional dan perintis yaitu Sepinggan Balikpapan, Temindung Samarinda, Juata Tarakan, Kalimarau Berau, Nunukan dan Tanjung Harapan Bulungan. Ketersediaan bandara ini mampu untuk memberikan dukungan bagi pengembangan investasi dan kegiatan ekonomi daerah. Kalimantan Timur memiliki bandara internasional Sepinggan di Balikpapan yang memiliki 27 operator maskapai penerbangan dengan 15 penerbangan terjadwal (schedule) seperti Garuda Indonesia, Bouraq Indonesia, Merpati Airlines, Silk Air dan 12 penerbangan tidak terjadwal. Kota Bontang saat ini tersedia bandara khusus yang dioperasikan PT. Badak, NGL, belum tersedia bandara udara bagi masyarakat umum. Berau memiliki bandara umum dan bandara swasta. Bandara Kalimaru dikelola oleh Pemerintah dan dapat disinggahi oleh penerbangan nasional dan bandara swasta seperti Bandara Luncuran Naga, Mankajang milik PT Kiani Kertas, Bandara Batu Putih di Kecamatan Talisayan, Merasa dan Merapu di Kecamatan Kelay dan Bandara Long Caai di Kecamatan Segah. Kutai Timur memiliki 9 bandara yaitu KPC di Tanjung Bara dan Bandara Pertamina di Sangkimah serta 7 bandara perintis yaitu di LongLees, Sautara, Batu Ampar, Jabdan, Miau Baru, Long Segar, Pengadan. 2.3.3. Listrik Beserta Kapasitas Listrik merupakan utilitas yang amat penting untuk memasok kebutuhan industri di Kalimantan Timur. Sumber listrik hingga saat ini masih dipasok oleh Perusahaan Umum Listrik Negara. Pada tahun 2002, di daerah ini terdapat pembangkit tenaga listrik dengan daya terpasang 356 MW dan 200 KW yang terdiri dari PLTD (pembangkit Profil Project Ikan Kerapu 13 listrik tenaga diesel) 296 MW, PLTGU (pembangkit listrik tenaga gas) 60 MW dan PLTM (pembangkit listrik tenaga air) 200 KW. Kota Bontang telah dilayani jaringan listrik yang telah menjangkau seluruh wilayah kota. Pada tahun 2004, tenaga listrik yang diproduksi sebesar 58.217 MWH dengan kapasitas terpasang 13.650 MW. Pada tahun 2003, pemerintah Kabupaten Berau bekerjasama dengan PT. Indonesia Power telah membangun PLTU Tanjung Redeb dengan power plan 2 x 25 MW. Produksi tenaga listrik Kabupaten Berau tahun 2003 berjumlah 38.326 MWH dengan kapasitas terpasang 19,61 MW. Kabupaten Kutai Timur tahun 2003 memproduksi 38.085 MWH dengan kapasitas terpasang 10,07 MW. tenaga listrik sebesar 2.3.4. Air Bersih dan Kapasitasnya Seluruh kabupaten/kota di Kalimantan Timur memiliki jaringan air yang dikelola PDAM dengan kapasitas potensial 3.439 liter/detik dan kapasitas efektif 2.540 liter/detik. Kapasitas potensial 3.994 liter/detik dan kapasitas efektif 3.310 liter/detik. Produksi air bersih Kota Bontang yang terpakai 25 liter/detik diluar KIE (PT. PKT) dan PT. Badak LNG. Tahun 2004, kapasitas potensial air sebesar 780 liter/detik dengan produksi 1.813.817 m3 (Bontang dalam Angka 2003, BPS, 2004). Kabupaten Berau memiliki kapasitas terpasang 140 liter/detik dan produksi air bersih yang terpakai 140 liter/detik. Produksi total air bersih tahun 2003 sebesar 4.432.712 m3.Produksi total air bersih tahun 2003 di Kabupaten Kutai Timur 923.464 m3. 2.3.5. Hotel dan Restoran Kalimantan Timur sebagai daerah sentra perdagangan dan jasa, serta tujuan wisata terdapat sarana pendukung berupa hotel dan restoran. Jumlah hotel berbintang maupun non bintang pada tahun 2004 sebanyak 404 buah. Hotel berbintang 17 buah yang memiliki 1.775 kamar dan 2.777 tempat tidur, sedangkan hotel melati 297 buah dengan 3.063 kamar dan 4.987 tempat tidur. Gambar 7. Rumah Makan di Perairan Bontang Di Kota Bontang terdapai 1 buah hotel bintang III, yaitu Hotel Bintang Sintuk dan beberapa hotel non bintang 23 buah. Berau memiliki 2 buah hotel bintang II yaitu, hotel Berau Indah dan hotel Segah serta 37 buah hotel non bintang. Kabupaten Kutai Timur memiliki hotel non bintang 52 buah. Profil Project Ikan Kerapu 14 Selain hotel, di Kalimantan Timur terdapat pula restoran sebanyak 912 buah. Keberadaan hotel dan restoran ini selain mendukung fasilitas bagi investor, juga merupakan peluang pasar dengan menawarkan menu ikan kerapu (Gambar 7). 2.3.6. Sekolah/ PT/Lembaga Pendidikan Kalimantan Timur memiliki fasilitas pendidikan yang memadai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Universitas Mulawarman sebagai perguruan tinggi negeri di Kalimantan Timur memiliki Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan yang mampu menyediakan tenaga ahli untuk kebutuhan pengembangan investasi ikan kerapu. Di Kutai Timurpun telah terdapat Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER), yang salah satunya memiliki jurusan kelautan. Untuk wilayah utara Kalimantan, juga terdapat perguruan tinggi yaitu Universitas Borneo dan memiliki Fakultas Perikanan. Selain pendidikan formal, pelatihan-pelatihan pun dilaksanakan oleh lembaga-lambaga pelatihan swasta maupun oleh dinas tenaga kerja dan dinas teknis terkait. 2.3.7. Jalan/ transportasi Untuk memperlancar arus lintas bahan input maupun hasil tangkapan dan budidaya kerapu telah dibangun jalan lintas kalimantan yang terdiri 3 poros, yaitu poros selatan, tengah dan utara. Infrastruktur perhubungan darat yang tersedia telah memadai untuk angkutan antar kota dalam provinsi maupun antar kota antar provinsi. Pembangunan jembatan seperti jembatan Dondang dan Mahakam II yang memperpendek jarak jarak tempuh Samarinda-Balikpapan merupakan bagian dari pembangunan highway Bontang-Samarinda-Balikpapan. Pembangunan jalan pintas utara Kalimantan Timur Sangata, Kutai Timur dan Tanjung Redeb, Berau akan mempercepat arus angkutan barang/jasa. 2.3.8. Perbankan/Asuransi Lembaga perbankan di Kalimantan Timur pada tahun 2004 berjumlah 223 unit yang tersebar di kabupaten/kota di Kalimantan Timur. Posisi kredit yang telah tersalurkan kepada sektor usaha berjumlah Rp 8 trilyun, dan khusus untuk sektor perikanan mencapai Rp 3,27 milyar. Posisi kredit untuk wilayah Bontang berjumlah 815,044 milyar, Berau sebesar Rp 477,61 milyar dan Kutai Timur sebesar Rp 350,514 milyar. Di Kota Bontang terdapat 23 unit bank, terdiri dari 7 bank pemerintah, 5 bank swasta, 2 bank perkreditan dan lembaga keuangan non perbankan 74 koperasi dengan 3 koperasi perikanan ikut membantu struktur permodalan. Di Kabupaten Berau terdapat 9 unit bank. Di Kabupaten Kutai Timur terdapat 4 unit bank dengan 3 unit bank pemerintah dan 1 unit bank swasta serta lembaga non perbankan 188 koperasi dengan 1 koperasi khusus perikanan. Dan ada 3 lembaga asuransi yaitu Asuransi Bumi Putera, Asuransi Jiwasraya dan Asuransi Jiwa Mubarakah. 2.3.9. Pos dan Telekomunikasi Kalimantan Timur melalui PT. Telkom pada tahun 2001/2002 telah membangun 288.386 SST. Penggunaan jasa telekomunikasi telepon saat ini meningkat pesat, dengan diindikasikan tercatatnya 9 operator sembilan telepon selular. Profil Project Ikan Kerapu 15 Kota Bontang memiliki 10.470 SST dan 1.290 CCT. Kutai Timur memiliki 4.380 SST dan 540 CCT dan 7 Kantor Pos Cabang. 2.4. Analisis Produksi 2.4.1. Skala Usaha/Kapasitas Keberadaan dan keberlangsungan suatu usaha budidaya ikan kerapu sangat ditentukan oleh sistem usaha yang saling menunjang antara unit satu dengan unit lain. Kegagalan yang sering dijumpai disebabkan oleh ketersediaan pasokan benih untuk budidaya ikan kerapu yang umumnya mengandalkan bibit dari alam. Sekalipun tersedia benih dari luar, tingkat kematian tinggi karena benih tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan yang ada. Mengantisipasi hal tersebut diupayakan satu sistem budidaya berantai yang saling mensuplai yaitu dari unit pembenihan, pendederan dan penggelondongan serta unit pembesaran. Dalam budidaya ikan kerapu ini diusahakan dua jenis ikan dalam satu unit karamba. Jenis yang dibudidayakan adalah ikan kerapu macan dan kerapu bebek dengan persentase budidaya 75% untuk ikan kerapu macan dan 25% untuk ikan kerapu bebek. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam kegiatan budidaya ikan kerapu sebagai berikut: 1. Konstruksi Karamba Jaring Apung Rakit dapat dibuat dari bambu, kayu, pipa galvanis atau paralon. Tiga jenis kayu yang sering digunakan yakni kayu gelam, kayu serdang dan kayu kelapa tua. Ukuran rakit yang umum 8 x 8 meter terbagi empat kotak dengan ukuran 3 x 3 meter/kotak. Dari empat kotak ukuran 3 x 3 meter dapat dibagi lagi menjadi 16 kotak ukuran 1 x 1 meter yang biasa digunakan untuk penempatan waring dan jaring pendederan dan penggelondongan. Pelampung dapat menggunakan bahan dari styrofoam atau drum plastik, bisa juga jerigen ukuran besar; jangkar atau bahan pemberat lainnya, dan tali temali (Gambar 8). Waring terbuat dari bahan polyetheline berwarna hitam dengan ukuran mata jaring 4 mm. Bentuk waring bisa segi empat panjang atau bentuk kubus dengan ukuran 1 x 1 x 1,5 meter untuk pendederan dan penggelondongan. Jaring digunakan untuk penggelondongan dan pembesaran. Untuk penggelondongan ukurannya 1 x 1 x 1,5 meter dengan Profil Project Ikan Kerapu Gambar 8. Keramba jaring apung ikan 16 ukuran mata jaring 1 sampai 1,25 inchi. Ukuran benang jaring untuk pembesaran D 12 dan D 21. Bahan jaring dari polyetheline. Pemeliharaan kerapu bisa dilakukan di tambak maupun jala terapung. Pemeliharaan menggunakan jala apung lebih mudah sewaktu memanen hasil, dengan hanya mengangkat jala. Karamba jaring apung dipasang pada rakit, 4 karamba berukuran 3 x 3 x 3 m diikatkan dalam 1 rakit. Karamba menggunakan jaring polietilen (no. 380 D/9 dan 380 D/13, ukuran mata jaring 1 atau 2 ". Beberapa rakit bisa digabungkan menjadi satu dilengkapi dengan rumah jaga dan lantai kerja. 2. Ukuran dan Padat Penebaran Benih Gambar 9. Grading benih ikan kerapu Penebaran awal (tahap pendederan) ikan Kerapu Macan dan Kerapu Tikus ukurannya antara 3 – 4 cm (1,2 – 2 gr) per ekor. Sebelum dilakukan penebaran benih, terlebih dahulu dilakukan grading (Gambar 9). Untuk tahap penggelondongan padat penebaran 100 – 150 ekor/m3 dengan ukuran 9 – 12 cm (15 – 25 gr) per ekor. Tahap pembesaran padat penebarannya 25 – 30 ekor/m dengan ukuran 15 – 17 cm (50 – 75 gr) per ekor. 3. Pembesaran Pembesaran kerapu dimulai dari benih berukuran relatif kecil sehingga untuk menghindari kematian ikan diseleksi berdasarkan ukurannya. Karena ikan kerapu muda umumnya bersifat kanibal, maka untuk pembesarannya perlu dipelihara yang berukuran relatif sama. a. Pemberian Pakan Pakan yang diperlukan untuk budidaya Kerapu merupakan salah satu aspek yang memerlukan perhatian cukup besar sehingga harus direncanakan dengan matang dengan cara menekan anggaran pengeluaran serendah mungkin, tetapi hasilnya tetap optimal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara pemilihan jenis pakan yang tepat namun tetap mempertimbangkan kualitas nutrisi, selera ikan, dan harga yang murah. Dari hasil uji coba dan penerapan pada skala usaha, tujuan untuk mendapatkan hasil yang baik dengan pengeluaran yang relatif rendah adalah dengan memberikan pakan dari jenis ikan-ikan yang tak laku di pasaran (non-ekonomis), yaitu ikan-ikan yang digolongkan sebagai ikan rucah seperti ikan tembang, rebon, selar dan sejenisnya. Pemilihan pakan Profil Project Ikan Kerapu 17 ikan kerapu yang berasal dari ikan rucah ini, selain harganya murah dan mudah diperoleh, juga karena pakan buatan khusus ikan kerapu memang belum ada di pasaran. Ikan Kerapu Macan dan Kerapu Tikus berukuran antara 3 – 4 cm (1,2 – 2 gr) per ekor takaran pakannya setiap hari 15 – 20 % dari bobot biomassa. Untuk tahap penggelondongan dengan ukuran 9 – 12 cm (15 – 25 gr) per ekor takaran pakannya setiap hari 10 – 15 % dari bobot biomassa. Tahap pembesaran dengan ukuran 15 – 17 cm (50 – 75 gr) per ekor takaran pakannya setiap hari 6 % dari bobot biomassa. Selama masa pendederan ikan kerapu juga dapat diberikan pakan sebanyak 2 - 3 kali sehari sampai ikan terlihat kenyang. Memasuki tahap pembesaran, pakan ikan rucah diberikan per hari sebesar 15 % dari total biomass ikan kerapu berukuran 20 - 50 gr. Seterusnya jumlah pakan diturunkan seiring dengan pertumbuhan ikan. Jumlah pakan dapat diturunkan menjadi 10 % dari biomass untuk ikan seberat 100 gr. waktu pemberian pakan yang terbaik adalah sesaat setelah matahari terbit atau sesaat sebelum matahari terbenam. b. Monitoring Kualitas Air Secara berkala kualitas perairan perlu kembali dikontrol dengan cara dianalisis secara teliti. Air yang dianalisis hendaknya tidak diambil dari bagian permukaan saja, tetapi secara merata hingga kedalaman tertentu. Pada musim hujan tindakan pengontrolan kualitas air perlu ditingkatkan karena biasanya sering terjadi perubahan lingkungan perairan yang ekstrim dan dapat membahayakan kehidupan ikan. c. Monitoring Pertumbuhan Ikan Kerapu Monitoring pertumbuhan ikan diperlukan untuk mengetahui pertumbuhan ikan yaitu dengan menyeleksi bobot ikan. Hal ini untuk kepentingan panen juga. 4. Pengendalian Hama dan Penyakit Hama pada pemeliharaan kerapu dapat dari burung, penanggulangannya dengan memberi tutup pada wadah pemeliharaan. Pencurian oleh manusia juga merupakan kendala yang harus diatasi. Penyakit yang timbul pada ikan sebagai gangguan fungsi atau struktur dari alat tubuh. Penyakit dapat menyebabkan kematian, kekerdilan selama periode pemeliharaan, tingginya konversi makan, tingkat padat tebar yang lebih rendah dan menurunnya produksi. 2.4.2. Jangka Waktu Lama pemeliharaan ikan Kerapu Macan 7 bulan mulai dari tahap pendederan, penggelondongan, dan pembesaran dengan sintasan masing-masing 80 %, 85 % dan 95 %, dipanen pada bobot 500 gr/ekor. Ikan dijual dalam keadaan hidup di lokasi panen (pemeliharaan) dengan harga rata-rata sebesar Rp. 75.000,-/kg. Lama pemeliharaan ikan Kerapu Tikus 14 bulan mulai dari tahap pendederan, penggelondongan dan pembesaran dengan sintasan masing-masing 90 %, 95 % dan 95 Profil Project Ikan Kerapu 18 %, dipanen dalam keadaan hidup di lokasi panen (pemeliharaan) dengan harga ratarata sebesar Rp. 250.000,-/kg. Ikan kerapu umumnya dapat dipanen tiga kali dalam setahun dengan lama pemeliharaan 3 – 4 bulan dengan berat sudah mencapai 400 gram/ekor. Berat untuk pasar ikan kerapu sekitar 500 gram dan berbeda menurut spesies (ikan kerapu lumpur mempunyai ukuran konsumsi antara 400 - 1200 gram, sementara kerapu bebek antara 500 - 2000 gram. Laju pertumbuhan harian berbeda menurut spesies dan berat tubuh. Kerapu berbobot awal 50 - 100 g akan bertumbuh 2 - 3 % per hari sedangkan berat 200 - 300 gram tumbuh 0,7 - 1,5 % per hari. Dibutuhkan waktu pemeliharaan selama 5 bulan untuk mencapai berat komersial 500 gram (dari bobot awal 100 gram). Kerapu lumpur diberi pakan ikan rucah mempunyai nilai koversi pakan 5 - 8, sedangkan kerapu sunuk8-12. 2.4.3. Teknologi/Mesin yang diperlukan Pelaksanaan kegiatan budidaya ikan kerapu perlu didukung dengan penggunaan dan pemanfaatan teknologi yang dapat membantu terutama untuk efektivitas kerja. 1. Sarana Penangkapan Benih Kesulitan untuk menghasilkan benih kerapu dalam pemeliharaan buatan, menjadi kendala dalam pengembangan budidaya kerapu dalam hal penyediaan benih. Sarana penangkapan benih bisa menggunakan alat pancing (di daerah persembunyian ikan kerapu di rumpon ikan Gambar 10 . Sarana penangkapan benih berupa bubu bekas kapal tenggelam dll), dan pancing rawai jaring angkat yang diikat di antara 2 perahu (rakit) atau ditancapkan ke dasar perairan, sero (perangkap pagar bambu untuk penggunaan di perairan pasang surut), bubu (semacam keranjang dari bambu atau anyaman kawat yang ditempatkan di dasar perairan), jaring kantong, dan jaring dorong. Khusus di daerah Bontang, penangkapan benih ini menggunakan pancing yang disebut “rawai”, dimana satu kotak terdiri dari banyak pancing yang dipasang. 2. Sarana Pengangkutan Benih Dari lokasi penampungan benih ke tempat budidaya kerapu, diangkut dalam kantong plastik berkapasitas 20 liter yang diisi 3 liter air laut untuk 20 ekor benih dengan berat rata-rata 25 gram. Suhu dalam kantong diusahakan 17 - 20 °C dan lama pengangkutan 1 - 2 hari. Pengangkutan jarak jauh (antar pulau) menggunakan sistem transportasi yang lebih aman. Profil Project Ikan Kerapu 19 3. Sarana Pemeliharaan Rakit berbentuk bingkai dilengkapi pelampung untuk tempat melekatkan atau mengikatkan waring dan jaring. 4. Sarana Penunjang Perahu atau motor tempel diperlukan sebagai alat transportasi setiap hari dalam rangka pembelian pakan, penggantian jaring, perbaikan rakit, membawa jaring kotor dan bersih serta membawa benih atau hasil panen. Besarnya perahu tergantung kebutuhan umumnya digunakan perahu motor tempel dengan mesin 5 – 10 pk. Freezer digunakan untuk mempertahankan agar pakan dari jenis ikan rucah tetap terjaga kualitasnya, setidaknya kondisi pakan tetap dipertahankan dalam keadaan segar. Pakan yang tidak segar atau terlalu lama disimpan, akan menyebabkan turunnya kualitas nutrisi (asam lemak esensial) yang sangat dibutuhkan oleh ikan kerapu. Freezer juga digunakan sebagai tempat penyimpanan stock pakan. Mesin penyemprot jaring diperlukan untuk membantu mempercepat pembersihan jaring sehingga jaring yang kotor selama pemeliharaan bisa cepat diganti (Gambar 11). Peralatan kerja lapangan yang digunakan meliputi penggaris, skop-net, ember, gayung dan aerator. 2.4.4. SDM dan UMR Kalimantan Timur dengan angkatan kerja yang tinggi sejumlah 1.155.770 orang dengan tingkat partisipasi kerja 61,72% mampu untuk Gambar 11. Mesin penyemprot jaring memenuhi kebutuhan tenaga kerja untuk pengembangan investasi ikan kerapu. Angkatan kerja di Kota Bontang berjumlah 44.108 orang (TPAK 59,84%), Berau 62.615 orang (TPAK 71,54%) dan Kutai Timur 70.117 orang (TPAK 66,95%). Upah tenaga kerja disesuaikan dengan UMP Kalimantan Timur Tahun 2004 senilai Rp 572.400,- per bulan atau Rp 19.080,- per hari. Tenaga kerja dengan kualifikasi pendidikan setara SMA, tenaga madya dan sarjana perikanan dibutuhkan pada usaha budidaya ikan kerapu (Tabel 5) Tabel 5. Kebutuhan tenaga kerja untuk usaha ikan kerapu per KJ A Uraian Unit Pembenihan: Tahun 1 2 3 4 5 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 - Teknisi (3 org/smt) Unit Pendederan & Pengelondongan: Profil Project Ikan Kerapu 20 - Teknisi (1 org/smt) - Penjaga ( 1org/smt) Unit Pembesaran : 3 3 3 3 3 - Supervisor (1 org/smt) - Teknisi (2 org/smt) Sumber : Analisis Data Primer Jumlah rumah tangga perikanan (RTP) laut di Kalimantan Timur tahun 2004 berjumlah 21.398 RTP. Wilayah kota Bontang sebanyak 1.282 RTP, Berau 2.368 RTP dan Kutai Timur 1.019 RTP. Jumlah RTP yang ada menjadi bagian yang potensial dalam pengembangan ikan kerapu. 2.5. Analisis Ekonomi Analisis finansial kelayakan usaha ikan kerapu dibuat dengan beberapa asumsi sebagai berikut: 2.5.1. Unit Pembenihan Asumsi Luas lahan 500 m2 Kapasitas bak larva 10 m3 Ukuran larva 20 ekor/liter Kebutuhan telur per siklus 100.000 butir Padat Penebaran awal 0,8 – 1,1 mm Persentase sintasan 30% Siklus Budidaya dalam 1 tahun 2 kali Produksi per siklus 100.000 ekor Biaya investasi untuk kegiatan pembenihan dengan luasan 500 m2 dengan 2 siklus per tahun memerlukan biaya sebesar Rp. 86.950.000,- (Tabel 6). Profil Project Ikan Kerapu 21 Tabel 6. Proyeksi biaya investasi Unit Pembenihan Ikan Kerapu (Semester I) No Uraian Satuan Nilai Pembelian (Rp) Jumlah Nilai Investasi (Rp) Umur Ekonomis (tahun) Depresiasi (Rp) TANAH 1 Tanah M2 500 50,000 25,000,000 5 5,000,000 BAK DAN INSTALASI 1 Bak Larva dan pengatapan Unit 1 14,000,000 14,000,000 5 2,800,000 2 Bak pakan alami Unit 1 8,400,000 8,400,000 5 1,680,000 3 Bak reservoir, filter & tower Unit 1 14,000,000 14,000,000 5 2,800,000 4 Pompa celup Buah 1 1,050,000 1,050,000 5 210,000 5 Pompa air laut Unit 2 2,800,000 5,600,000 5 1,120,000 6 Instalasi pompa air laut Unit 1 2,100,000 2,100,000 5 420,000 7 High blow 200 W Unit 1 4,200,000 4,200,000 5 840,000 8 Instalasi aerasi Unit 1 1,400,000 1,400,000 5 280,000 9 Instalasi listrik Unit 1 700,000 700,000 5 140,000 10 Genset 3 KVA Unit 1 4,900,000 4,900,000 5 980,000 PERALATAN 1 Peralatan pembenihan Unit 1 1,400,000 1,400,000 1 1,400,000 2 Lain-lain Unit 1 4,200,000 4,200,000 1 4,200,000 59,200,000 86,950,000 JUMLAH BIAYA INVESTASI 26,250,000 BIAYA DEPRESIASI PER SEMESTER 13,125,000 Adapun biaya operasional pembenihan meliputi telur, pupuk, bahan kimia dan obatobatan, pakan, bahan bakar, upah tenaga kerja, dan perawatan untuk 1 unit pembenihan sebesar Rp. 28.752.000,- per semester (Tabel 7) Tabel 7. Proyeksi Biaya Operasi dan Pemeliharaan Pembenihan Ikan Kerapu (Semester 1) Cost A Satuan Volume Harga/Unit Tenaga Kerja Tetap 1 Teknisi Profil Project Ikan Kerapu Total 18,000,000 Orang 3 700,000 12,600,000 22 2 B Upah uang makan tenaga kerja Orang 3 300,000 5,400,000 Bahan dan Alat : 10,752,000 1 Telur Butir 100,000 5 500,000 2 Pupuk Paket 1 350,000 350,000 3 Bahan kimia dan obat Paket 1 700,000 700,000 4 Artemia Kaleng 6 1,250,000 7,500,000 5 Udang jambret & ikan rucah Paket 1 350,000 350,000 6 Listrik Bulan 6 140,000 840,000 7 Lain-lain 512,000 TOTAL BIAYA 28,752,000 2.5.2. Unit Pendederan dan Penggelondongan Asumsi Maksimum Unit (KJA) (8 x 8 m) 13 unit Ukuran Waring 1 x 1 x 1,5 m Ukuran Jaring 1 x 1 x 1,5 m Benih yang ditebarkan ukuran 1,5 – 2 cm Kepadatan awal 0,012 kg 200 ekor/waring Kepadatan per unit 3200 ekor/unit Lama Pemeliharaan 5 bulan Kebutuhan pakan : 0,1 kg Bulan ke 1 – 2 (1,0 -2,0 g) 15% BB Bulan ke 3 (21 – 30 g) 10% BB Bulan ke 4 – 5 (50 – 80 g) 6% BB Ukuran dipindahkan ke pembesaran 0,1 kg Biaya investasi untuk kegiatan pendederan dan penggelondongan sebanyak 13 unit KJA ukuran 8 x 8 m dengan 16 waring per petak ukuran 1 x 1 x 1,5 m sebesar Rp. 86.669.050,- (Tabel 8). Tabel 8. Proyeksi Biaya Investasi Pendederan dan Pengelondongan (Semester 1) Profil Project Ikan Kerapu Ikan Kerapu 23 No Uraian Satuan Jumlah Nilai Pembelian (Rp) Nilai Investasi (Rp) Umur Ekonomis (tahun) Depresiasi (Rp) KERAMBA 1 Karamba/rakit Unit 13 5,500,000 71,500,000 5 14,300,000 Jaring (1 x 1 x 1,5 m) 5 2 inch Kg 216 45,000 9,740,250 5 1,948,050 3 Waring(1x1x1,5m) Meter 930 3,000 2,788,800 2 1,394,400 4 Tali Polyethyline 0,6 cm Kg 50 24,000 1,200,000 5 240,000 5 Ongkos pembuatan waring Buah 144 10,000 1,440,000 0 0 Jumlah 5,582,000 86,669,050 17 17,882,450 Biaya operasi dan pemeliharaan selama 5 bulan di unit pendederan dan penggelondongan yang terdiri dari biaya beli beih, pakan, obat-obatan, es balok dan biaya tenaga kerja pada semester pertama sebesar Rp. 29.766.420,- (Tabel 9). Tabel 9. Proyeksi Biaya Operasional Penggelondongan Ikan Kerapu Cost Satuan Dan Pemeliharaan Volume Pendederan Harga/Unit Dan Total (Rp) A Biaya Tetap 12,000,000 1 Tenaga kerja Orang 2 700,000 8,400,000 2 Uang makan tenaga kerja Orang 2 300,000 3,600,000 B Biaya Operasi 17,766,420 1 Benih KG 269 3,000 806,400 2 Pakan (ikan rucah) Kg 9,576 1,500 14,364,000 3 Obat-obatan paket 4 Es balok batang 5 Lain-lain TOTAL BIAYA 1,000,000 150 5,000 750,000 846,020 29,766,420 Semester kedua, benih pada unit pendederan dan penggelondongan ini di suplai dari unit pembenihan sehingga biaya operasi dan pemeliharaan dikurangi dengan biaya pembelian benih sebesar Rp. 1. 497.000,- menjadi Rp. 29.594.580,-. Profil Project Ikan Kerapu 24 2.5.3. Unit Pembesaran Asumsi Maksimum Unit (KJA) (8 x 8 m) 10 unit 44 petak Benih yang ditebarkan ukuran 4-5 cm 0,1 kg Kepadatan awal 25 ekor/petak Kepadatan per unit 2000 ekor/unit Lama Pemeliharaan 6 bulan Persentase sintasan 90% Kebutuhan ikan rucah 5% BB Ukuran panen 0,6 kg Biaya investasi budidaya kerapu dengan memperhitungkan maksimum 10 unit keramba jaring apung (KJA (Karamba Jaring Apung)). Investasi yang diperlukan untuk unit KJA (Karamba Jaring Apung) (sebanyak 44 petak) dengan kepadatan per unit 2000 ekor selama 1 semester sebesar Rp.118.445.400,- (Tabel 10) Tabel 10. Proyeksi Biaya Investasi Pembesaran Ikan Kerapu (Semester I) No Uraian A Satuan Jumlah Nilai Pembelian (Rp) KERAMBA Nilai Investasi (Rp) Umur Ekonomis (tahun) 86,610,400 Depresiasi (Rp) 17,322,080 1 Karamba/rakit unit 10 5,000,000 50,000,000 5 10,000,000 2 Jaring (1 x 1 x 1,5 m) 5 inch kg 300 45,000 13,500,000 5 2,700,000 3 Tali Polyethyline D6 kg 930 24,000 22,310,400 5 4,462,080 4 Ongkos pembuatan Jaring unit 40 20,000 800,000 5 160,000 B BANGUNAN 6,500,000 1,300,000 1 Rumah Jaga buah 1 5,000,000 5,000,000 5 1,000,000 2 Tempat genset buah 1 1,500,000 1,500,000 5 300,000 C PERAHU DAN MESIN 1 Perahu dan mesin 24 pk Profil Project Ikan Kerapu 14,000,000 unit 2 4,000,000 8,000,000 2,800,000 5 1,600,000 25 2 Genset 20 PK Unit 1 3,000,000 3,000,000 5 600,000 3 Instlasi Listrik paket 1 1,000,000 1,000,000 5 200,000 4 Mesin Pembersih jaring + selang Unit 1 2,000,000 2,000,000 5 400,000 D PERALATAN 11,335,000 2,503,000 1 Timbangan Buah 2 125,000 250,000 5 50,000 2 Ember Buah 5 15,000 75,000 1 75,000 3 Serok/seser Buah 2 80,000 160,000 2 80,000 4 Alat dapur Paket 1,000,000 1,000,000 5 200,000 5 Bubu Buah 4 25,000 100,000 1 100,000 6 Trawl 11/2 Buah 1 750,000 750,000 5 150,000 7 Styrofoam 60 x 40 x 40 cm Buah 4 40,000 160,000 2 80,000 8 Freezer Unit 1 1,800,000 1,800,000 5 360,000 9 Alat monitor kualitas air - pH meter Digital buah 1 1,500,000 1,500,000 5 300,000 - DO meter buah 1 2,000,000 2,000,000 5 400,000 - Refraktometer buah 1 3,000,000 3,000,000 5 600,000 Drum Air buah 4 135,000 540,000 5 108,000 10 Jumlah 118,445,400 23,925,080 Biaya operasi dan pemeliharaan untuk kebutuhan membeli benih, pakan, obatobatan, bahan bakar, upah tenaga kerja untuk pada unit pembesaran semester 1 diperlukan biaya sebesar Rp. 157.792.500,-. (Tabel 11). Semester kedua, benih untuk pendederan/penggelondongan dipasok dari unit pembenihan. Dengan demikian, biaya operasi dan pemeliharaan menjadi Rp. 17.994.580,-, dengan asumsi biaya dikurangi dengan biaya pembelian benih. Tabel 11. Proyeksi Biaya Operasional dan Pemeliharaan Pembesaran Ikan Kerapu (Semester I) Cost A 1 Satuan Volume Harga/Unit Biaya Tetap Total (Rp) 2,050,000 20,400,000 1,000,000 6,000,000 Upah Tenaga Kerja - Supervisor Profil Project Ikan Kerapu Orang 1 26 2 B - Teknisi Orang 2 750,000 9,000,000 Uang makan Tenaga Kerja Orang 3 300,000 5,400,000 31,700 137,392,500 Biaya Operasi 1 Benih Ekor 20,000 5,000 10,000,000 2 Pakan (ikan rucah) Kg 63,000 1,500 94,500,000 3 Obat-obatan Paket 4 Bahan Bakar 2,500,000 - Kapal (Besin) Liter 3,600 2,700 9,720,000 - Genset (Solar) Liter 4,500 2,500 12,150,000 5 Oli (kapal + genset) Liter 12 15,000 180,000 6 Es balok Batang 360 5,000 1,800,000 7 Lain-lain TOTAL BIAYA 6,542,500 157,792,500 Biaya operasi dan pemeliharaan pada kegiatan pembesaran ikan kerapu di semester ke 2 dan seterusnya diperlukan untuk kebutuhan membeli pakan, obat-obatan, bahan bakar, upah tenaga kerja, dan perawatan pada unit Pembesaran diperlukan sebesar Rp. 147.792.500,- per semester, dengan asumsi benih telah disuplai dari unit pendederan / penggelondongan. Penerimaan dari usaha ini diperoleh sejak hasil dari unit pembenihan, pendederan dan penggelondongan, pembesaran serta hasil dari penangkapan ikan di laut. Kelebihan benih yang dihasilkan untuk mensuplai unit berikutnya dijual ke pasar. Tingkat produksi dari unit pembenihan sebanyak 360 kg. Sebanyak 269 kg disuplai untuk kebutuhan benih pada unit pendederan dan penggelondongan. Sehingga dengan harga jual Rp. 3.000,- per kg diperoleh penerimaan per semester dari unit pembenihan sebesar Rp. 273.600,-. Pada unit pendederan dihasilkan produksi sebesar 2.016 kg, dengan kebutuhan benih untuk pembesaran sebanyak 2.000 kg. Nilai Produksi yang di jual hanya sebesar 16 kg dengan berat ikan kerapu 0,1 kg seharga Rp. 5.000,-. Penerimaan dari unit pendederan dan penggelondongan ini sebesar Rp. 800.000,- per semester. Pada unit pembesaran, benih ikan telah disuplai dari unit pendederan dan penggelondongan. Selama 6 bulan, dihasilkan produksi sebanyak 10.800 kg dengan harga jual untuk kerapu macan Rp 35.000,- dan kerapu bebek Rp. 125.000,-. Penerimaan dari unit pembesaran sebesar Rp. 621.000.000,- .Di asumsikan bahwa jenis ikan kerapu macan yang diusahakan sebanyak 75%, sementara ikan kerapu bebek 25% dari total ikan yang diusahakan. Selain dari hasil budidaya juga diperoleh penerimaan dari hasil penjualan penangkapan. Setiap hari rata-rata penangkapan sebanyak 5 ekor per hari dengan waktu efektif penangkapan selama 60 hari dalam satu semester. Profil Project Ikan Kerapu 27 Penerimaan dari hasil tangkapan sebesar Rp. 7.200.000,- diperoleh dari produksi 180 kg dengan harga jual Rp. 40.000,-per kg. Berdasarkan analisis kelayakan proyek diperoleh nilai NPV, IRR, Net B/C dan Payback Period seperti disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Hasil Analisis Finansial Proyek Kriteria Kelayakan Proyek Nilai ROI 83,89 NPV 1.674.635.761 IRR Net B/C Payback Period 78,46% 5,16 1 tahun 5 bulan Seperti disajikan pada Tabel 12, nilai Return on Investmen (ROI) diperoleh 83,89%. Nilai ROI tersebut menunjukkan bahwa dari setiap Rp. 1,- modal yang ditanamkan pada usaha ikan kerapu akan diperoleh keuntungan sebesar Rp. 80,86. Berdasarkan analisis cash flow (cash inflow dan cash outflow) investasi usaha budidaya ikan kerapu dengan tingkat diskonto 14%, diperoleh nilai Net Present Value (NPV) Rp. 1.674.635.761,-. Nilai NPV ini lebih besar dari nol, sehingga usaha pengembangan ikan kerapu layak untuk dilaksanakan. Sementara nilai internal rate of return (IRR) sebesar 78,46%, jauh lebih tinggi dari suku bunga bank sebesar 14%, maka proyek ini layak untuk dilaksanakan. Berdasarkan analisis Net B/C ratio pun, proyek usaha ikan kerapu ini layak dilaksanakan karena nilai Net B/C nya 3,85 masih di atas dari nilai 1. Dilihat dari sudut kemampuan proyek ini mengembalikan modal (payback period), proyek ini mencapai titik impas setelah 1 tahun 5 bulan. Break Even Point (BEP) dicapai pada 905,86 kg atau sebesar Rp. 72.468.803,-. Dari beberapa kriteria kelayakan usaha di atas, maka pengembangan usaha ikan kerapu ini secara finansial layak diusahakan. Proyeksi aruskas (Cash flow) usaha ikan kerapuh dapat dilihat pada Lampiran 1. Untuk melihat kelayakan proyek ini, apabila terjadi kenaikan biaya produksi dan penurunan harga jual dilakukan analisis sensitivitas dengan hasil seperti disajikan pada Tabel 13. Profil Project Ikan Kerapu 28 Tabel 13. Hasil Analisis Sensitivitas Kelayakan Proyek Kenaikan Biaya Produksi (10 %) Kriteria Kelayakan Proyek Penurunan Harga Jual (10 %) ROI 71,39 68,68 NPV 1.359.354.291 1.301.090.457 49,84 48,17 3,37 3,27 1 tahun 6 bulan 1 tahun 6 bulan IRR Net B/C Pay back Period Walaupun terjadi kenaikan biaya produksi dan penurunan harga jual, dari hasil analisis sensitivitas seperti disajikan pada Tabel 13 ternyata usaha budidaya ikan kerapu masih layak untuk diusahakan. 2.6. Aspek Pemasaran Ikan kerapu merupakan komoditas komersial yang berorientasi ekspor. Berbeda dengan produksi ikan laut dengan system tangkapan lainnya, hasilnya dijual dalam keadaan hidup dan tidak cacat/rusak. Oleh karenanya selain melalui tangkapan, ikan ini diusahakan melalui teknis budidaya KJA. Komoditi ikan kerapu baik hasil budidaya maupun tangkapan sebagian besar di ekpor ke luar negeri dalam bentuk ikan fresh, ikan olahan setengah jadi (fillet, sashimi, dan sebagainya) serta ikan hidup. Negara-negara tujuan utama ekspor adalah Jepang, Hongkong, taiwan, Singapura, Malaysia dan Amerika Serikat. Harga ikan kerapu di tingkat nelayan saat ini Rp 70.000 per kg hidup, bahkan untuk spesies tertentu yang lebih langka bisa dihargai jauh lebih mahal. Dari informasi pasar diketahui permintaan kerapu bebek, baik ukuran kecil sebagai ikan hias maupun ukuran konsumsi, terus meningkat. Kerapu bebek ukuran 4 – 5 cm laku dijual dengan harga Rp.7.000,-/ekor, sedangkan ukuran konsumsi dengan berat 400 – 600 gram/ekor laku dijual di pasar lokal dengan harga tahun 2000 sekitar Rp.250.000,Rp.300.000,-/kg. Bahkan untuk pasar ekspor seperti Hongkong, Taiwan, dan China Daratan, harga kerapu bebek ukuran konsumsi sekitar US$ 55/kg. Produsen utama dunia ikan kerapu lainnya adalah China (32%), Thailand (25%), Fhiliphina (10%), Taiwan (9%) dan Indonesia (9%). Walaupun terdapat beberapa negara produsen ikan kerapu, produksi Indonesia sangat diminati karena beragamnya jenis ikan kerapu dan harganya relatif lebih mampu bersaing. 9% China 9% 32% Thailand Fhiliphina 10% Taiwan 25% Indonesia Produksi ikan kerapu hasil budidaya KJA dan penangkapan menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Gambar 12. Produsen Utama Ikan Kerapu Dunia Profil Project Ikan Kerapu 29 Permintaan ikan kerapu dari negara-negara tersebut sangat besar, dan Indonesia masih sulit memenuhi permintaan yang terus meningkat. Indonesia adalah salah satu negara ikan kerapu dunia yang mampu memasok sebesar 9%. Perkembangan produksi ikan kerapu di Indonesia disajikan pada Tabel 14. Tabel 14. Produksi (ton) Ikan Kerapu Indonesia Tahun 1999-2001 No. Uraian 1. Budidaya 2. Penangkapan 1999 Jumlah 2000 2001 Kenaikan 1.759 6.879 7.500 150,05 43.472 48.422 51.405 8,77 45.231 55.301 58.905 14,39 Sumber: Ditjen Perikanan Budidaya – DKP, 2002 Dilihat dari sisi harga jual, komoditi ikan kerapu ini menunjukkan kenaikan yang baik. Pada tahun 1994 harga ekspor ikan kerapu berkisar Rp 10.000,- s/d Rp. 30.000,per kg. Pada saat ini tahun 2004, harga ekspor ikan kerapu berkisar antara Rp 70.000,s/d Rp 130.000,- per kg. Perkembangan harga ikan kerapu di Indonesia dan Hongkong disajikan pada Tabel 15. Tabel 15. Harga Ikan Kerapu Hidup pada Tingkat Lokal, Eksportir dan Pasar Hongkong No. Jenis Harga (US$/kg) Petani Eksportir Restoran Hongkong 20 40-50 90-150 1 Kerapu Bebek 2 Kerapu Sunu 5-12 25 70-100 3 Kerapu Macan 5-12 25 70-100 4 Kerapu Lumpur 1-5 07-10 10-25 5 Kerapu Batu 1-5 07-10 10-25 Sumber: Live Reef Fish 1997 Alur kegiatan produksi dan pemasaran ikan kerapu di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 13. Penang Penampungan Ikan Hidup Ekspor Kerapu Hidup Devisa kapan Ikan Under Sea Induk Transport Ikan Hidup Benih Alam Tata Pemeli haraan induk Pemeli haraan larva Pembe nihan Pasar Domestik Budidaya pembe saran Ruang Profil Project Ikan Kerapu Induk Gambar 13. Diagram Alur Kegiatan Produksi dan Pemasaran Ikan Kerapu 30 Propinsi Kalimantan Timur merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki potensi dalam budidaya ikan kerapu. Kalimantan Timur turut berperan dalam meningkatkan devisa negara melalui ekspor ikan kerapu. Jumlah ekspor ikan kerapu jenis Kerapu sunu Kalimantan Timur tahun 2002–2004 mengalami penurunan dari 294.790 kg (US$1.326.555) menjadi 233.599 kg (US$ 592.178,80). Penurunan ini terjadi karena selama ini hanya mengandalkan hasil penangkapan dari alam sehingga kontinuitas ikan kerapu tidak bisa diharapkan. Hal ini mengindikasikan besarnya peluang usaha budidaya ikan kerapu guna mengisi pasar ekspor. Perkembangan produksi ikan kerapu di Kalimantan Timur dapat dilihat pada tabel 16. Tabel 16 menunjukkan bahwa produksi ikan kerapu di propinsi Kalimantan Timur mengalami penurunan dari Tabel 16. Perkembangan Produk Ikan Kerapu 1.016,6 ton di tahun 1999 Tahun Kaltim Kalimantan Timur 1999 - 2004 menjadi 967,3 ton pada (Ton) tahun 2004. Hal ini disebabkan budidaya ikan 1999 1.016,6 kerapu mengandalkan benih hasil tangkapan sehingga 2000 1.151,1 peluang investasi budidaya ikan kerapu masih terbuka 2001 1.436,1 agar perkembangan 2002 1.139,4 produksi kembali meningkat. Daerah penghasil ikan 2003 995,5 kerapu di Kalimantan Timur antara lain Bontang, Berau 2004 967,3 dan Kutai Timur. Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Prop. Kaltim (2004) Bontang pada tahun 2004 untuk budidaya ikan kerapu, kakap, kuwe, dan lobster dalam karamba yang luasnya 6,83 Ha dengan produksi 21,44 ton. Luas usaha budidaya karamba ikan kerapu, kuwe, kakap dan lainnya yang sudah eksis seluas 6.832 m2 terdapat di Bontang Selatan seluas 3.904 m2 dan Bontang Utara seluas 2.928 m2, tersebar di 5 kelurahan, yakni Kelurahan Bontang Kuala, Kelurahan Loktuan, Kelurahan Guntung, Kelurahan Berbas Pantai dan Kelurahan Bontang Lestari. Produksi budidaya kerapu saja pada tahun 2004 dari Bontang Selatan sebanyak 1,77 ton dan 6,81 ton dari Bontang Utara. Angka ini jauh sekali jika dibandingkan dengan hasil tangkapan, untuk itu peluang dalam meningkatkan produksi budidaya kerapu masih berpeluang besar. Potensi pengembangan budidaya laut pada tahun 2001-2003 di wilayah perairan Bontang mengalami peningkatan. Hasil usaha penangkapan ikan kerapu pada tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 17. Profil Project Ikan Kerapu 31 Tabel 17. Hasil Usaha Penangkapan Komoditas Laut Perairan Kota Bontang (ton) Tahun 2004 Jenis Komoditas Laut No. Kerapu Kepiting Lobster Teripang 1 3,50 3,82 0,002 4,35 2 3,15 4,45 0,006 6,76 3 4,17 2,43 0,008 10,14 4 6,61 7,99 0,007 14,19 Jumlah 17,97 18,68 0,23 35,44 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Bontang (2004) Wilayah Berau pada tahun 2003 produksi ikan kerapunya mencapai 517,1 ton. Produksi ikan dari usaha budidaya dari perairan umum dan laut mencapai 174,9 ton, dari hasil tersebut untuk budidaya lautnya hanya mencapai 49,6 ton atau 28,36 %. . Potensi produksi sumberdaya ikan Kab. Berau diperkirakan berjumlah 104.915 ton/tahun dengan perincian perairan laut 35.000 ton/tahun, perairan umum 8.950 ton/tahun, budidaya tambak 31.275 ton/tahun, budidaya laut 28.620 ton/tahun, dan budidaya air tawar 1.070 ton/tahun (DPK Kabupaten Berau, 2005). Wilayah Kutai Timur produksi ikan lautnya sejak 2001-2003 berturut-turut 2.146,2 ton, 2.859,7 ton, dan 2.190,0 ton (BPS Kabupaten Kutai Timur, 2004). Di Kalimantan Timur terdapat beberapa perusahaan yang bergerak di pengiriman/ekspor ikan kerapu yaitu PT. Pulau Mas (Tanjung Redeb), PT.Surya Alam Tunggal (Tanjung Redeb), dan CV.Derawan Penyu Lestari (Kampung Pulau Derawan) serta CV.Prathonylia Nusa Prima (PNP) (Balikpapan). Harga ikan kerapu berpariasi. Harga ikan kerapu jenis macan pada bulan Agustus 2005 di Bontang berkisar Rp.20.000,- s/d Rp 40.000,-. Sementara ikan kerapu jenis tikus berkisar antara Rp 120.000,- s/d Rp 200.000,- untuk ukuran 0,6 kg-1,3 kg. 2.7. Aspek Sosial dan Lingkungan Adanya kepastian peruntukkan lokasi budidaya KJA di wilayah perairan laut dalam RTRW, menyebabkan pengembangan budidaya kerapu di daerah aman akan persoalan tumpang tindih lahan usaha. Dukungan pemerintah Kota Bontang dengan program 1000 KJA dan dukungan masyarakat terhadap pengusahaan kerapu di wilayah tersebut ikut menjamin kelangsungan usaha dan terhindar dari masalah konflik yang sering mewarnai dunia investasi. Secara ekonomi, melalui pemanfaatan areal laut untuk lokasi KJA, akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar wilayah pengembangan KJA (Karamba Jaring Apung). Profil Project Ikan Kerapu 32 Pembukaan kawasan untuk proyek budidaya KJA dengan luas lahan yang sangat besar secara langsung maupun tidak langsung akan menimbulkan dampak postif maupun negatif terhadap komponen eksositem maupun sosial ekonomi. Secara teknis dampak dari proyek budidaya KJA, akan berpengaruh terhadap lalulintas kapal/pelayaran umum, oleh karena itu unit keramba dikembangkan pada lokasi yang berada di luar jalur pelayaran umum. Dampak positif dari pengembangan budidaya ikan kerapu sistem KJA yaitu perlindungan terhadap terumbu karang dan mangrove. Perairan pantai dekat muara sungai yang ditumbuhi hutan mangrove dan dasar perairan berupa pasair berkarang (terumbu karang) merupakan tempat hidup ikan kerapu muda. Oleh karenanya pengembangan budidaya KJA, meminimalisasi perusakan sumberdaya hutan mangrove, terumbu karang dan lingkungan perairan air laut dan pesisir, sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat. 2.8. Aspek Legalitas Dalam rangka pengembangan budidaya ikan kerapu, pemerintah telah melakukan berbagai kebijakan di tingkat nasional hingga daerah. Secara nasional, pemerintah Indonesia telah memberikan pembebasan bea masuk atas impor mesin yang terkait langsung dengan kegiatan industri/jasa, kemudahan dalam perijinan dan sejumlah insentif lainnya. Untuk mempercepat dan menjamin kepastian dalam proses perijinan usaha perikanan, pemerintah melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. Kep.02/MEN/2004 mengeluarkan peraturan tentang Perizinan Usaha Pembudidayaan Ikan. Tata cara pemberian izin usaha perikanan (IUP), diatur sebagai berikut: 1. Permohonan perizinan ditujukan ke Dinas Perikanan dan kelautan propinsi Kalimantan Timur dengan melampirkan rekomendasi dari Dinas Perikanan Kabupaten/Kota, dengan persyaratan: a. Rencana Usaha b. NPWP c. Akte pendirian perusahaa/koperasi d. Dokumen teknik kapal (bagi usaha penangkapan), dokumen bagunan (bagi pengusaha cold storage, hatchery dan tempat penampungan/pemyimpanan ikan). e. Izin lokasi dari pemerintah kabupaten/kota f. Penyajian informasi lingkungaan/amdal bagi yang dipersyaratkan 2. Petugas Tim Peneliti melakukan peninjauan, dan apabila sesuai dengan permohonan, kemudian Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Kalimantan Timur mengeluarkan IUP terhadap Badan usaha/perorangan yang berdomisili dan Profil Project Ikan Kerapu 33 berpangkalan di wilayah Kalimantan Timur dan tidak menggunakan modal atau tenaga asing. Khusus untuk Investor asing, yang mengeluarkan IUP adalah Departemen Kelautan dan Perikanan RI (pusat) dengan rekomendasi dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kota/kabupaten dan Dinas Perikanan dan Kelautan provinsi. Proses perizinan memakan waktu 1 minggu. Sesuai dengan Keputusan Gubernur Kalimantan Timur No. 30 Tahun 2003, tarif pengurusan IUP Pembudidayaan Ikan Air laut untuk lahan < 0,5 Ha sebesar Rp. 100.000,- dan bila > 0,5 Ha sebesar Rp. 150.000,Seperangkat peraturan usaha telah pula diatur melalui PERDA. Pemerintah Kota Bontang mengatur Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dalam PERDA Kota No. 23, sementara tentang Tanda Daftar Perusahaan dalam PERDA No. 24 tahun 2002. Untuk perdagangan dalam negeri ikan kerapu dan perikanan pada umumnya cukup hanya mendapatkan Surat Keterangan Asal (SKA) dari Dinas Perikanan Kota/Kabupaten. Untuk kebutuhan perdagangan luar negeri (ekspor), pengurusan SKA dilakukan di Dinas Perdagangan dan Industri setempat. Adapun prosedur penanaman modal asing maupun dalam negeri diatur sesuai dengan keputusan Kepala Badan Koordinasi Penawaran Modal (BKPM) No.57/SK/2004, dengan tahapan sebagai berikut : 1. Mengajukan permohonan kepala BKPM untuk PMA dan PMDN. 2. Kepala BKPM mengeluarkan dan menandatangani Surat Persetujuan (SP) penanaman modal dalam rangka PMDA dan PMA. Surat persetujuan tersebut diterbitkan selambat-lambatnya 10 hari pada hari kerja. Profil Project Ikan Kerapu 34 Diagram Alir Proses Perijinan 1. P E R M O H O N A N Model 1 / PMDN Kelengkapan -Akte perusahaan atau KTP bagi perorangan -Copy NPWP -Proses dan flowchart -Uraian produksi / kegiatan usaha -Surat kuasa apabila bukan ditandatangani Direksi 2. PERSETUJUAN PENANAMAN Surat Persetujuan untuk PMDN Model 1 / Foreigen Capital Investment (PMA) Peserta Indonesia -Akta perusahaan -Copy KTP apabila perorangan -Copy NPWP untuk PMA peserta asing -Akte perusahaan -Copy paspor apabila perorangan -Copy NPWP untuk PT PMA -Proses dan flowchart -Uraian produksi kegiatan Surat Persetujuan untuk PMA RENCANA PERUBAHAN - Perubahan bidang usaha atau produksi - Perubahan investasi - Perubahan/pertambahan TKA - Perubahan kepemilikan saham - Preusan PMA atau PMDN atau non PMA/PMDN - Perpanjangan WPP - Perubahan status 3. PERIZINAN PELAKSANA-AN -Pembelian saham preusan PMDN dan non PMA/PMDN oleh asing atau sebaliknya -APIT, untukmengimpor barang modal dan bahan baku yang dibutuhkan -RPTK untuk mendatangkan/ menggunakan TKA -Rekomendasi TA.01 kepada Dirjen Imigrasi agar dapat diterbitkan VISA bagi TKA -IKTA, untuk memperkerjakan TKA -SP Pabean BB/P, pemberian fasilitas atas penginfor bahan baku/penolong =========================================== 4. REALISASI IZIN USAHA Di Kabupaten/ Kota : Izin lokasi, IMB, Izin UUG/HO, Sertifikat Copy akta pendirian dan Atas Tanah pengesahan Sebagai dasar untuk Kelengkapan -Melakukan produksi komersil -Copy akte perusahaan -Copy IMB -Copy izin UUG/HO -Copy sertifikat hak atas tanah - LKPM -RKL/RPL atau UKL/UPL atau SPPL BAP -Copy SP PMDN atau SP PMA dan Profil Project Ikan Kerapu perubahannya -Pengajuan rencana peluasan investasi -Pengajuan restrukturisasi -Pengajuan atau tambahan bahan baku /penolong 35 PENUTUP Dari pemaparan mengenai peluang investasi budidaya ikan kerapu di Kalimantan Timur, terlihat jelas bahwa wilayah Kalimantan Timur antara lain Bontang, Berau dan Kutai Timur memiliki potensi perairan laut yang sangat besar untuk dikembangkan. Kendala pengembangan usaha ikan kerapu saat ini terletak pada benih ikan yang masih mengandalkan dari bibit alam dan bibit dari luar daerah. Untuk itu, investasi di bidang budidaya ikan kerapu ini sangat diperlukan. Selain sebagai suplai daerah, tentunya mampu memberikan pendapatan yang sangat tinggi karena ikan kerapu sangat diminati di pasar luar negeri Diharapkan dengan membaca buku ini dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai bagaimana prospek pasar ikan kerapu, apakah secara teknis Kalimantan Timur khususnya di daerah perairan Bontang, Berau dan Kutai Timur memungkinkan untuk usaha budidaya ikan kerapu, dan apakah secara finansial menguntungkan atau tidak bagi pihak investor. Investor yang menginginkan informasi lebih lanjut dapat menghubungi: Badan Perijinan dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) Propinsi Kalimantan Timur Jl. Basuki Rachmad No. 56 Telp. (62-541) 743235 & 743487 Fax. (62-541) 736446 E-mail: [email protected] Website: http://bppmd.kaltimprov.go.id Ir. M. Dyahyar, M.Si Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Bontang Jl. Juanda No. 41 Bukit Indah Bontang Telp. (62-548) 25370 Fax. (62-548) 25370 Profil Project Ikan Kerapu 36