Buku - dpmptsp kaltim

advertisement
KATA PENGANTAR
Pra FS Proyek investasi ini merupakan salah satu upaya Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM) untuk penyiapan bahan promosi investasi nasional yang lebih focus dan tajam baik secara
sektoral maupun lokasi, sehingga akan mempermudah para investor untuk merealisasikan minat investasi
mereka.
Dengan dana dari BKPM, Badan Promosi dan Investasi Daerah Propinsi Kalimantan Timur
bekerjasama dengan Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman telah menyusun Pra FS Proyek Investasi
di Bidang Usaha Ikan Kerapu dengan lokasi di Kota Bontang, Kabupaten Kutai Timur dan Kabupoten
Berau. Profil proyek ini merupakan peluang investasi yang siap ditawarkan kepada calon investor dalam
dan luar negeri karena sudah didukung dengan informasi yang akurat.
Semoga upaya ini dapat didukung bagi peningkatan kegiatan investasi dan penciptaan
lapangan kerja di daerah.
Samarinda,
Juni 2009
Badan Perijinan dan Penanaman Modal Daerah
Provinsi Kalimantan Timur,
KEPALA
H. Nusyirwan Ismail
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………….
i
DAFTAR ISI................................................................................................................................................................
ii
DAFTAR TABEL........................................................................................................ ................................................
iii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................................................................
iv
PENDAHULUAN……………………………………………………..............................................
1
1.1 Latar Belakang………………………………………..............................................………..
1
1.2 Maksud dan Tujuan……………………………………………………………..…………
1
1.3 Kegunaan………………………………………………………………………..………..
1
TINJAUAN PROFIL PROYEK POTENSIAL……………………………………….………………
2
2.1 Potensi Bahan Baku…………………………………………..……………………………
3
2.2 Lokasi…………………………….……………………………….……………………….
5
2.3 Sarana dan Prasarana……………………………………..……………………………..
10
2.4 Analisis Produksi…………………………………………...………………………………
12
2.5 Analisis Ekonomi…………………………………………..……………………………….
17
2.6 Aspek Pemasaran…………………………….…..……………………………………….
22
2.7 Aspek Sosial dan Lingkungan……….………….……………….…………………………
26
2.8 Aspek Legalitas………………………………………………...………………………….
26
PENUTUP…………………………………………………………………...…………………..
27
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….……………………………..
28
LAMPIRAN………………………………………………………………….…………………………..
30
I.
II.
III.
DAFTAR TABEL
Hal.
1.
Produksi ikan kerapu (Ton) di kota Bontang tahun 2003-2004 …...........................................................…
4
2.
Hasil pengamatan lingkungan budidaya ikan kerapu di kota Bontang ......................................................
7
3.
Jumlah lahan (Ha) pada budidaya perikanan darat dan budidaya laut kota Bontang ………..……
8
4.
Jumlah lahan potensial (hHa) untuk budidaya perikanan darat dan laut Kab. Berau tahun 2004 ….
8
5.
Kebutuhan tenaga kerja untuk ikan kerapu per KJA …................................................................…………
16
6.
Proyeksi biaya investasi unit pembenihan ikan kerapu (semester 1)............................................................
17
7.
Proyeksi biaya operasi dan pemeliharaan pembenihan ikan kerapu (semester 1)...................................
18
8.
Proyeksi biaya investasi pendederan dan penggelondongan ikan kerapu (semester 1) .……………
18
9.
Proyeksi biaya operasional dan pemeliharaan pendederan dan penggelondongan ikan kerapu …
19
10.
Proyeksi biaya investasi pembesaran ikan kerapu (semester 1) ….........................................................…
20
11.
Proyeksi biaya operasional dan pemelihraan pembesaran ikan kerapu (semester 1) ………………
21
12.
Hasil analisis finansial proyek …………………………………………………...……………………
22
13.
Hasil analisis sensoitivitas kelayakan proyek ………………………………………………………....
22
14.
Produksi (Ton) ikan kerapu Indonesia tahun 1999-2001 …………….........................................................
23
15.
Harga ikan kerapu hidup pada tingkat lokal, ekspor dan pasar Hong Kong ……………………..…
23
16.
Perkembangan produksi ikan kerapu di Kalimantan Timur tahun 1999-2004 ...…….........................…
24
17.
Hasil usaha penangkapan komoditas laut perairan kota Bontang (ton) tahun 2004 …………….......
25
DAFTAR GAMBAR
Hal
1.
Berapa jenis ikan kerapu yang di perdagangkan di Indonasia ………………………….....…......
2
2.
Nelayan dengan peralatannya ………………………………………………………………........
3
3.
Benih ikan kerapu …….. …………..………………………………………………………………
3
4.
Jenis pakan ikan kerapu ………..…………………………………………………………………
4
5.
Lokasi penyebaran terumbu karang sebagai habitan ikan kerapu di Indonesia …………...……
5
6.
Lokasi peruntukan KJA ikan kerapu di kota Bontang ……..................................................…………
9
7.
Rumah makan di perairan Bontang ………………………………………….……………………
11
8.
Keramba jaring apung ikan ………………………………………………………….……………
13
9.
Grading benih ikan kerapu ……. ……………………………………....…………………………
13
10.
Sarana penangkapan benih berupa bubu dan pancing rawai ………………………………...…
15
11.
Mesin penyemprot jarring …………………………………………………………………...…….
16
12.
Produsen utama ikan kerapu dunia …………………………………………………..……………
23
13.
Diagram alur kegiatan produksi dan pemasaran ikan kerapu ………………………………..…..
24
I. PENDAHULUAN
Ikan kerapu merupakan komoditas yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi, karena
permintaan di pasar dunia maupun domestik cukup tinggi. Rasa dagingnya yang lezat,
membuat ikan kerapu ini memiliki nilai jual yang tinggi di pasar dunia.
Usaha budidaya karamba jaring apung (KJA) ikan kerapu yang diasumsikan
memilki unit pembenihan, 13 unit keramba pendederan/pengelondongan dan 10 unit
keramba pembesaran dengan biaya investasi Rp 317.064.450,- dalam 5 tahun mampu
mengembalikan modal sebesar Rp 1.674.635.761,-. Dari analisis kriteria investasi,
menunjukkan bahwa nilai Return on Investmen (ROI) sebesar 83,89%, Net Benefit Cost
Ratio 5,16, Internal Rate of Return (IRR) 78,46%, Break Even Point (BEP) dicapai pada
905,86 kg atau sebesar Rp. 72.468.803,- dengan payback peiod (PP) 1 tahun 5 bulan.
Pasar ekspor yang terbuka dan harga yang tinggi, sehingga tidaklah berlebihan apabila
ikan kerapu dijuluki primadona hasil laut yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi
daerah.
1.1. Latar Belakang
Dalam rangka mendorong investor baik asing maupun dalam negeri untuk
menanamkan investasinya, masih dirasakan perlunya informasi secara detail untuk
memberikan gambaran mengenai komoditas unggulan yang memiliki potensi dan
prospektif untuk diusahakan.
Ikan kerapu merupakan komoditi unggulan yang prospektif untuk dikembangkan
di Kalimantan Timur. Prospek budidaya ikan kerapu yang cerah ini, disebabkan dengan
semakin meningkatnya permintaan pasar baik pasar luar negeri mapun domestik. Pasar
luar negeri yang potensial adalah Hongkong, Singapura dan Jepang, sementara pasar
domestik diperuntukkan sebagai hidangan di restoran dan hotel.
Ikan kerapu tergolong ikan karang yang sulit dibudidayakan. Namun, ditinjau
dari aspek teknis, Kalimantan Timur khususnya daerah perairan Bontang, Kabupaten Kutai
Timur dan Kabupaten Berau layak untuk pengembangan budidaya ikan kerapu, terbukti
dengan semakin banyaknya nelayan yang mengusahakannya. Hal ini didorong
tingginya harga jual ikan kerapu. Potensi benih cukup tersedia, walaupun sementara
masih berasal dari tangkapan laut. Namun benih tangkapan laut belum dapat dijamin
ketersediaannya, sehingga pengusahaan perbenihanpun menjadi peluang usaha yang
potensial untuk dikembangkan. Dari aspek finansial, hasil analisis menunjukkan bahwa
usaha budidaya ikan kerapu layak untuk diusahakan. Dengan demikian usaha budidaya
kerapu dari sisi aspek pasar, teknis dan finansial layak untuk diusahakan dan
menguntungkan.
Profil Project Ikan Kerapu
1
1.2. Maksud dan Tujuan
Penyusunan profil proyek usaha budidaya ikan kerapu ini dimaksudkan untuk
mengindintenfikasi kelayakan teknis, pasar dan finansial. Dari hasil identifikasi ini disusun
buku yang dapat memberikan informasi mengenai kelayakan teknis, pasar dan finansial
budidaya ikan kerapu bagi investor.
1.3. Kegunaan
Dengan terbitnya buku profil komoditi unggulan usaha budidaya ikan kerapu,
diharapkan dapat berguna sebagai:
a. Informasi peluang usaha dan investasi usaha budidaya ikan kerapu kepada investor
baik asing maupun dalam negeri serta kalangan dunia usaha, sehingga dapat
memacu pertumbuhan investasi di Kalimantan Timur.
b. Dasar bagi pemerintah daerah dalam mengambil kebijakan pengembangan sektor
perikanan dan kelautan khususnya ikan kerapu di Kalimantan Timur.
Profil Project Ikan Kerapu
2
II. TINJAUAN PROFIL PROYEK POTENSIAL
Ikan kerapu merupakan ikan air laut yang belakangan ini dihargai cukup tinggi
khususnya untuk konsumsi restoran-restoran besar di dalam maupun di luar negeri. Tingkat
harga yang menarik dan kecocokan lingkungan budidaya ikan kerapu di banyak
perairan pantai di wilayah Indonesia, menarik minat Pemerintah Daerah untuk bermitra
dengan Perguruan Tinggi dan Pengusaha untuk melakukan eksplorasi atas peluang
investasi tersebut.
Cromileptis altivelis
Humpback or Polka dot grouper
(Kerapu Tikus atau Kerapu Bebek)
Ephinephelus fuscoguttatus
Brown marbled grouper
(Kerapu Macan)
Epinephelus tauvina
Green grouper
(Kerapu Lumpur)
Plectopomus leopardus
Spotted coral grouper
(Kerapu Sunu)
Epinephelus malabaricus
Estuarine grouper
(Kerapu Malabar)
Chelinius undulatus
Napoleon wrasse
(Ikan Napoleon)
Epinephelus lanceolatus
Giant grouper
(Kerapu Ketang)
Gambar 1. Beberapa jenis ikan kerapu yang diperdagangkan di Indonesia
Dalam pergaulan internasional kerapu dikenal dengan nama grouper, dari sekitar
46 spesies yang tersebar di berbagai jenis habitat bisa dikelompokkan ke dalam 7
Profil Project Ikan Kerapu
3
genus, meskipun hanya 3 genus yang sudah dibudidayakan dan menjadi jenis komersial,
yaitu genus Chromileptis, Plectopomus, dan Epinephelus. Chromileptis altivelis disebut juga
polka dot grouper atau hump backed rocked atau dalam bahasa lokal sering disebut ikan
Kerapu Bebek, tubuhnya berwarna dasar abu-abu dengan bintik hitam. Kerapu Sunu
(Coral trout) sering ditemukan hidup di perairan berkarang, warna tubuh merah atau
kecoklatan sehingga disebut juga kerapu merah. Warna merah ini dapat berubah dalam
kondisi stres. Selain itu mempunyai bintik-bintik biru dan tepinya berwarna lebih gelap.
Kerapu Lumpur atau estuary grouper (Epinephelus spp.) mempunyai warna dasar hitam
berbintik-bintik sehingga disebut juga kerapu hitam. Spesies ini paling banyak
dibudidayakan karena laju pertumbuhannya yang cepat serta benih relatif lebih banyak
ditemukan.
2.1. Potensi Bahan Baku
Pengembangan usaha budidaya
ikan kerapu di Bontang awalnya dengan
KJT (Karamba Jaring Tancap) dan
selanjutnya berkembang dengan KJA
(Karamba
Jaring
Apung).
Benih
ditampung dan dipelihara sampai
memenuhi kriteria permintaan pasar.
Benih ikan kerapu yang dibudidayakan
banyak berasal dari alam dengan
beragam jenis dan ukuran. Umumnya
ikan kerapu hanya ditampung sementara
sambil
menunggu
pembeli
untuk
kemudian dikapalkan. Penyediaan benih
untuk budidaya dan penyediaan ikan
kerapu yang akan ditampung dilakukan
dengan berbagai cara penangkapan,
yaitu dengan cara memancing di ground
fish ikan kerapu, penggunaan alat
tangkap bubu, menangkap langsung
dengan menggunakan peralatan selam
Gambar 2. Nelayan dengan peralatannya
atau dengan menggunakan alat
tangkap trawl yang ditarik di sepanjang
perairan Bontang, terutama di kawasan terumbu karang.
Ketersedian benih dengan cara penangkapan seperti ini tidak menjamin kelancaran
pemasokan ikan yang siap jual, karena harus menunggu sampai lebih kurang 3 (tiga)
bulan sehingga jumlah ikan mencapai 1 – 2 ton. Hal ini dikarenakan ketidakseragaman
benih yang diperoleh baik jumlah maupun ukuran serta jenis (Gambar 3).
Profil Project Ikan Kerapu
4
Peluang mendatangkan benih dari luar Bontang ataupun usaha pembenihan
sangat diperlukan untuk memasok kebutuhan benih kerapu. Pemerintah Bontang melalui
Dinas Perikanan telah membangun Balai Benih Ikan Laut di Tanjung Laut Indah dalam
rangka
program
“seribu
karamba”.
Upaya ini sangat
penting
untuk
memasok kebutuhan
benih di Kota Bontang
serta
Kalimantan
Timur pada umumnya.
Namun saat ini Balai
benih ikan laut ini
belum
beroperasi,
Gambar 3. Benih ikan kerapu
tetapi bangunan fisik
dan sarana telah tersedia dan terus dilengkapi. Di Indonesia usaha pembenihan kerapu
sudah banyak dilakukan, menurut Trubus (2000) diantaranya oleh PT. Putri Cendana
Prima-Jalan Sumatera No. 136 Surabaya, di Buleleng Bali oleh PT. Hema Karuna Citra
dan
PT. Halim Saripe Dinamika-Perumahan Taman Harapan Indah-Blok FF Lt.7 BJakarta. Teknologi pembenihannya dikembangkan oleh Balai Budidaya Laut (BBL)
Lampung-Desa Hanura-Kecamatan Padang Cermin-Lampung Selatan dan Loka Budidaya
Air Payau (LBAP) Situbondo-Jalan Raya Pecaron-Panarukan-Situbondo.
Usaha mendatangkan benih kerapu dari luar Bontang telah diusahakan,
walaupun masih terkendala dengan mortalitas, hal ini disebabkan kurang terampilnya
nelayan dalam penanganan benih, serta pengadaptasian benih dengan perairan
Bontang. Selain mendatangkan benih, peluang lain yang dapat dilakukan nelayan KJA
saat ini adalah dengan mendatangkan telur kerapu dan menetaskannya sendiri dengan
harapan toleransi dengan perairan Bontang dapat diantisipasi sedini mungkin, sehingga
benih lebih resisten dan peluang hidupnya lebih tinggi. Untuk itu tentu saja diperlukan
sarana dan prasarana pembenihan.
Satu
diantara
faktor yang mendukung
keberhasilan usaha budidaya kerapu adalah
ketersediaan pakan yang
berkesinambungan.
Pakan yang diberikan
untuk usaha pendederan,
penggelondongan ataupun
pembesaran
di
Gambar 4. Jenis pakan ikan kerapu
Bontang diperoleh dari
tangkapan yang dilakukan sendiri oleh nelayan karamba ataupun mem-belinya dari nelayan penangkap ikan
(Gambar 4). Ikan kerapu merupakan ikan carnivora yang nafsu makannya cukup besar
Profil Project Ikan Kerapu
5
sehingga selalu diperlukan pasokan pakan yang berkesinambungan. Mengingat ikan
kerapu juga bersifat kanibal jika pemberian pakannya tidak tercukupi. Pakan kerapu
jenisnya dapat terdiri dari ikan teri, tembang, dan ikan rucah. Berdasarkan data yang
diperoleh dari DPK Kota Bontang (2004-2005) produksi ikan rucah di Bontang pada
tahun 2003 untuk ikan teri sebanyak 34,14 ton, ikan tembang 28,85 ton, ikan jenis lain
96,84 ton. Pada tahun 2004 terjadi peningkatan untuk ikan teri sebanyak 45,54 ton,
ikan tembang 32,05 ton dan ikan jenis lain 107,34 ton. Berdasarkan nilai produk
tersebut diatas, maka pasokan ketersediaan pakan kerapu dapat terpenuhi. Rincian
produksi ikan rucah di Kota Bontang tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Produksi ikan rucah (ton) di Kota Bontang tahun 2003-2004
Tahun
Jenis ikan
2003
2004
Teri
34,14
45,54
Tembang
28,85
32,05
Lainnya
96,84
107,34
159,83
184,93
Jumlah
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Bontang (2004-2005)
Berdasarkan DPK Kota Bontang (2003) ketersediaan wilayah Bontang untuk
memenuhi permintaan ikan kerapu selama ini dapat dilihat berdasarkan produksi
perikanan tangkapnya pada tahun 2002 sebesar 1.532,2 ton, dari jumlah tersebut yang
diekspor sebanyak 41,557 ton, diantaranya terdapat kerapu sebanyak 25,928 ton.
Berdasarkan DPK Kota Bontang (2004) pada tahun 2003 hasil tangkapan ikannya
sebesar 946,07 ton sedangkan potensi kerapunya sebesar 17,97 ton. Berdasarkan DPK
Kota Bontang (2005) pada tahun 2004 hasil tangkapan ikannya menjadi sebesar
1.044,17 ton, dari hasil tersebut untuk kerapu saja sebesar 22,32 ton. Fluktuasi pasokan
kerapu ini disebabkan karena lebih banyak dari tangkapan alam saja, dan lambat laun
jika tidak didukung dengan budidaya, maka pasokan dari alam dapat terus berkurang.
Wilayah Berau pada tahun 2003 produksi untuk pakan ikan kerapu seperti ikan
tembang mencapai 186,7 ton dengan harga Rp. 2.000,-/kg, untuk ikan rucah mencapai
636,7 ton dengan harga Rp. 2.500,-/kg (BPS Kabupaten Berau 2004), Ketersediaan
pakan di wilayah Berau terpenuhi sehingga yang perlu diperhatikan aspek teknis lainnya.
2.2. Lokasi
Berdasarkan studi yang dilakukan Tiensungusmee, et al (1989) dalam (Sunyoto,
2000), Kalimantan Timur merupakan salah satu diantara 14 propinsi di Indonesia yang
memiliki areal berpotensi untuk budidaya kerapu sistem karamba jaring apung (potential
region for grouper cultivation with floating net karamba), yaitu Bontang, Berau,
Sangkulirang, Tarakan dan Teluk Adang seluas 110 ha.
Profil Project Ikan Kerapu
6
Secara umum perairan laut Indonesia sebagian besar memiliki potensi terumbu
karang yang memadai sebagai habitat ikan kerapu. Lokasi penyebarannya dapat di
lihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Lokasi penyebaran terumbu karang sebagai habitat ikan kerapu
di Indonesia
Wilayah perairan Bontang secara umum, kondisi fisik, kondisi kimia dan kondisi
sosialnya sangat mendukung untuk pengembangan budidaya perairan. Kondisi fisik
perairan
Bontang memiliki suhu berkisar antara 28-31º, kekeruhan air laut
3,65 NTU–7,83 NTU dengan dasar perairan berupa pasir dan karang mati serta dengan
keragaman cukup tinggi. Keberadaan pulau-pulau karang membantu melindungi perairan
ini dari gelombang dan arus air yang deras. Secara kimia perairan Kota Bontang
memiliki nilai pH antara 6,84–7,61 dengan salinitas 30–32 ppm. Kandungan kimia
NO2-N antara 0,001–0,003 mg/l dan NH3-N antara 0,088 – 0,119 mg/l (BAPPEDA
Bontang, 2001).
Kabupaten Berau memiliki suhu udara rata-rata berkisar antara 26-27o C
dengan kelembaban udara berkisar antara 80- 89% per bulan. Curah hujan cenderung
merata sepanjang tahun, berkisar antara 100–300 mm3 per tahun. Daerah Pesisir
Kabupaten Berau terletak di Kecamatan Talisayan, Biduk-Biduk, Pulau Derawan serta
Maratua, yang secara geografis berbatasan langsung dengan lautan. Daerah-daerah
tersebut memiliki perairan laut yang potensial untuk pengembangan ikan kerapu
(BPS Kabupaten Berau, 2004).
Kabupaten Kutai Timur memiliki suhu udara antara 5o–7oC. Di wilayah ini hampir
sepanjang tahun turun hujan sehingga keadaan iklim menjadi basah. Hal ini tidak begitu
mempengaruhi pasang surut air laut, sehingga dapat diperkirakan pasang surutnya air.
Daerah perairan di Kutai Timur yang memiliki potensi pengembangan ikan kerapu adalah
sekitar pantai Sangata, Teluk Lombok, Sangkima, dan Sangkulirang (BPS Kabupaten Kutai
Timur 2004).
2.2.1. Lahan Yang Diperlukan dan Lahan Yang Tersedia
Pengembangan budidaya ikan kerapu sistem KJA tidak memerlukan areal yang
begitu luas. Ketersedian lahan di wilayah Kalimantan Timur cukup memadai karena luas
Profil Project Ikan Kerapu
7
areal lautnya jauh lebih luas dibandingkan dengan daratan. Luas perairan umum dan laut
kurang lebih 14.774.121 ha. Jumlah lahan yang telah dimanfaatkan untuk budidaya
darat dan budidaya laut yaitu tambak 45.211 ha, kolam 269,81 ha dan keramba
59,14 ha.
Secara ekologi, tipe ekosistem utama yang terdapat di wilayah pesisir dan laut
Kota Bontang ada 3, yakni hutan bakau (mangrove) seluas 600 Ha, terumbu karang
(coral reef) seluas 8.744 Ha dan padang lamun (sea grass) seluas 13.990 Ha. Ketiganya
merupakan ekosistem yang sangat vital, dinamis, dan esensial fungsi serta perannya.
Ekosistem ini telah banyak dimanfaatkan bagi berbagai kepentingan seperti pemukiman,
kegiatan perikanan tangkap, perikanan budidaya, perhubungan, industri, rekreasi dan
pariwisata.
Kondisi terumbu karang dengan kondisi sedang dan bagus terdapat pada
perairan Bontang bagian tengah dan selatan dengan hamparan terumbu karang yang
berada lebih ke arah laut memiliki kecenderungan lebih baik. Daerah yang masih baik
terdapat di bagian timur Pulau Agar-Agar, antara Pulau Kedindingan dengan Pulau
Beras Basah, di wilayah Mercusuar dekat Pulau Beras Basah, Pulau Panjang, Pulau
Kedindingan - Indominco.
Kondisi terumbu karang dengan kondisi rusak cenderung terdapat pada
perairan Bontang bagian utara. Hal ini karena daerah tersebut merupakan alur kapal
besar, dekat daerah perindustrian dan merupakan daerah yang sebelumnya pernah
direklamasi, sehingga cenderung tingkat kekeruhan dan sedimentasinya tinggi. Daerah
tersebut terdapat di bagian utara Pulau Biduk-Biduk dan daerah Karang/Gusung
Kiampau.
Luas daerah Kab. Berau ± 32.700 km2, dengan perbandingan luas daratan
± 22.528,3 km2 dan perairan seluas ± 10.171,7 km2. Potensi lahan Kabupaten Berau
diperkirakan 863.467 Ha, dengan rincian perairan laut 838.220 Ha, perairan umum
1.790 Ha, budidaya tambak 20.850 Ha, budidaya laut 2.500 Ha, dan budidaya air
tawar 107 Ha (DPK Kabupaten Berau tahun 2003). Potensi perairan laut pada tahun
2003 seluas 12.887,47 km2, perairan umumnya 1.790 Ha, Budidaya tambak sebesar
20.850 ha, budidaya laut 2.500 Ha dan budidaya air tawar sebesar 107 Ha
(DPK Kabupaten Berau 2004). Potensi budidaya laut (marine culture) didukung dengan
banyaknya perairan teluk dan pulau-pulau kecil yang relatif tenang dan bersih, memiliki
hamparan terumbu karang khususnya perairan Kepulauan Derawan. Jenis budidaya
yang dapat dikembangkan seperti ikan kakap, kerapu, tiram, kerang darah, teripang
dan rumput laut. Areal yang dimanfaatkan baru mencapai 15 Ha.
Kabupaten Kutai Timur dengan luas daerah 37.317,2 km2 memiliki daerah yang
potensial untuk pengembangan perikanan yaitu di kawasan pesisi Sangatta – Sangkulirang.
Kawasan pesisir ini memiliki bentang pantai 152 km dengan sumber daya laut yang
melimpah (BPS Kabupaten Kutai Timur 2004).
Agar usaha budidaya ikan kerapu dengan KJA dapat berjalan dengan baik,
maka lokasi areal pembesaran ikan dimana KJA ditempatkan harus dilakukan penelitian,
Profil Project Ikan Kerapu
8
sehingga lokasi tersebut benar-benar layak. Beberapa faktor yang harus diperhatikan
dalam penentuan lokasi tersebut antara lain :
1. Gangguan Alam
Lokasi harus terhindar dari badai dan gelombang besar atau gelombang terus
menerus. Sebab gangguan alam ini akan mengakibatkan konstruksi KJA akan mudah
rusak dan menyebabkan ikan menjadi stres yang akhirnya produksi menjadi turun.
Untuk mengatasi hal ini, dapat dipilih lokasi perairan yang terdiri dari beberapa
pulau-pulau kecil. Pulau-pulau kecil ini berguna untuk menghambat gelombang dan
badai.
2. Gangguan Pencemaran
Lokasi harus bebas dari bahan pencemaran yang mengganggu kehidupan ikan.
Pencemaran tersebut dapat berupa limbah industri, limbah pertanian dan limbah
rumah tangga
3. Gangguan Predator
Predator yang harus dihindari adalah hewan laut buas seperti ikan buntal (ikan bola)
dan ikan besar yang ganas yang dapat merusak KJA. Burung-burung laut pemangsa
ikan juga harus diwaspadai
4. Gangguan Lalu Lintas Kapal
Lokasi KJA bukan merupakan jalur transportasi kapal umum, kapal barang, atau
kapal tanker
5. Kondisi Hidrografi
Perairan dimana KJA ditempatkan harus pula memenuhi persyaratan sifat fisika dan
kimia, yaitu :
a)
b)
c)
d)
Kadar garam antara 33 - 35 ppt
Suhu berkisar pada 27 - 32 o C
pH air laut antara 7,6 - 8,7
Kandungan oksigen terlarut dalam air laut 0,2 - 05 m/detik
Dilihat dari faktor-faktor yang menjadi syarat penentuan lokasi KJA maka
wilayah Bontang khususnya di Malahing (Tanjung Laut), Pulau Agar-agar (Bontang Kuala),
layak untuk dikembangkan budidaya ikan kerapu sistem KJA. Lokasi-lokasi tersebut
sangat mendukung keberadaan KJA karena mempunyai kedalaman yang relatif tinggi,
minimal 4 meter, kecerahannya tinggi, kecepatan arus relatif rendah dan merupakan
daerah terlindung dari gelombang terutama saat musim utara.
Berdasarkan
evaluasi
penilaian
lokasi
karamba
jaring
apung
(Location Rating System for Floating Net Karamba) dengan memperhatikan Ecological
Factors (mencakup tinggi air pasang, arus, kedalaman air dari dasar jaring, oksigen
terlarut, perubahan cuaca) dan Endorsing Factors (sumber listrik, sumber pakan, tenaga
kerja, ketersediaan benih, pencemaran) wilayah perairan Bontang diperoleh hasil seperti
Tabel 2.
Profil Project Ikan Kerapu
9
Tabel 2. Hasil Pengamatan Lingkungan Budidaya Ikan Kerapu di Perairan Bontang
Lokasi KJA
Parameter
1.Keterlindungan
Bontang
Kuala
Loktuan
Tanjung
Limau
Tanjung
Laut
Sekendis
Terlindung
Terlindung
Kurang
Terlindung
Kurang
Terlindung
2.Kedalaman
perairan
12-20 m
12-15 m
Dangkal
terlindung
12-18 m
10-15 m
0,2-0,4
0,4-0,6
(< 6 m)
3.Kecepatan arus
0,4
0,4-0,5
0,5-1,0
(m/detik)
Lanjutan Tabel 2
Parameter
Lokasi KJA
Bontang
Kuala
Loktuan
Tanjung
Limau
Tanjung
Laut
Sekendis
4.Jarak dengan lim-
Sangat
Jauh
Jauh
Jauh
Relatif dekat
Bah pencemar
Jauh
5. Terumbu Karang
Dasar air
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Ada
Ditumbuhi
6. Padang lamun
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Ada
7. Ketersediaan
Pakan segar
Selalu ada
Ada
Ada
Ada
Ada
8. Benih kerapu
Ada
Ada
Tidak Ada
Ada
Ada
Cukup
Cukup
Cukup
Kurang
Kurang
Memadai
Memadai
Memadai
memadai
Memadai
Cukup
Cukup
Cukup
Kurang
Kurang
Memadai
Memadai
Memadai
memadai
Memadai
11.Keamanan
Aman
Aman
Kurang
Aman
Aman
12. Alur pelayaran
Bukan
Alur layar
Alur layar
Bukan
Alur layar
Kapal PKT
Kapal niaga
9. Sarana & PraSarana budidaya
10.Transportasi air
Kapal
Kapal LNG
Badak
Sumber: BAPPEDA Bontang (2004)
Profil Project Ikan Kerapu
10
Kelayakan lokasi untuk pemeliharaan ikan kerapu dengan sistem KJA dengan
menggunakan skoring, menunjukkan bahwa Bontang Kuala adalah daerah perairan yang
sangat layak. Perkembangan pemanfaatan lahan untuk wilayah Bontang dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3.
No.
Jumlah Lahan (Ha) Pada Budidaya Perikanan Darat dan Budidaya
Kota Bontang
Tahun
Jenis Budidaya
1
Kolam
2
Tambak
3
KJA
Laut
2000
2001
2002
2003
3,5
1,42
1,5
2,5
134,0
128,50
229,5
230
3,1
2,0
6,7
10,0
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Bontang (2004)
Kabupaten
Berau
memiliki potensi lahan
yang potensial untuk
produksi
sumberdaya
ikan,
diperkirakan
Potensi Perikanan
Potensi Wilayah (ha)
mencapai 2.500 ha
dengan pemanfaatan
Perairan laut
838 .220
lahan baru mencapai 15
Ha. Hal ini dimungkinkan
Perairan umum
1.790
karena
banyaknya
Budidaya tambak
20.850
perairan teluk dan
pulau-pulau kecil yang
Budidaya laut
2.500
relatif
tenang
dan
bersih
serta
memiliki
Budidaya air tawar
107
hamparan
terumbu
Jumlah
863.467
karang,
khususnya
Kepulauan Derawan. Potensi ketersediaan lahan seluas 863.467 ha (Tabel 4).
Tabel 4. Jumlah Lahan Potensial (Ha) Untuk Budidaya
Perikanan Darat dan Laut Kabupaten Berau Tahun
2004
Sumber : BPID Kaltim, 2004
Pada tahun 2003 ekspor hasil laut dan sungai mencapai 912,70 ton dengan
nilai eksport sekitar
Rp 48,229 miliar. Ekspor udang sebanyak 818,10 ton
dengan nilai ekspor Rp40,910 miliar, lobster 4,90 dengan nilai Rp343 juta, dan ikan
kerapu mencapai 99,70 ton dengan nilai Rp 7,976 miliar. Ikan kerapu Kabupaten Berau
di ekspor ke Hongkong, Singapura dan Malaysia.
Kabupaten Berau memiliki potensi sumber daya laut yang belum teroptimalkan
secara baik. Pengembangan ikan kerapu terkendala pada masalah permodalan. Oleh
karenanya diperlukan kehadiran investor untuk mengelola potensi sumberdaya laut
sehingga dapat meningkatkan perekonomian daerah.
Profil Project Ikan Kerapu
11
2.2.2. tatus Tanah dan Peruntukan (RUTR)
Lokasi pengembangan investasi ikan kerapu di Kalimantan Timur yaitu Kota
Bontang, Kabupaten Kutai Timur dan Kabupaten Berau.
Tersedianya lokasi
pengembangan dan dukungan sarana dan prasarana yang memadai menjadi
pertimbangan arahan pengembangan komoditas ikan kerapu di daerah. Arahan lokasi
pengembangan ini sesuai dengan RTRW Provinsi Kalimantan Timur.
Kota Bontang dalam Program Pembangunan di Wilayah RDTR Pesisir dan PulauPulau Kecil Kota Bontang Tahun 2004 – 2013 secara tegas merencanakan
penegembangan perikanan sebagai berikut :
-
Tahun 2004 s/d 2006 dengan dana APBD dan swasta merencanakan Bontang Kuala,
Tj. Merangas, Tj. Tebak Bontang, Selangan, Tj. Mendung dan Tj. Agar-Agar sebagai
lokasi pengembangan sarana dan prasarana marikultur budidaya KJA (Karamba
Jaring Apung).
- Tahun 2005 s/d 2009 dengan APBD dan swasta merencanakan Bontang Kuala
sebagai lokasi penataan dan pengembangan wisata bahari tradisional.
- Tahun 2006 s/d 2007 dengan dana APBD merencanakan Kota Bontang sebagai
kawasan industri Perikanan dan Kelautan Komersil .
Melahing merupakan salah satu lokasi di perairan Kota Bontang yang sangat
potensial bagi investor untuk berinvestasi di bidang budidaya ikan dan wisata bahari
tradisional. Peta arahan pengembangan daerah tangkapan dan budidaya ikan kerapu
di Kota Bontang seperti disajikan pada Gambar 6.
Profil Project Ikan Kerapu
12
Gambar 6. Lokasi peruntukan KJA ikan kerapu di Kota Bontang
2.3. Sarana dan Prasarana
Pengembangan investasi ikan kerapu telah didukung dengan tersedianya
jaringan jalan, airport, pelabuhan laut, terminal, fasilitas air bersih dan listrik, serta hotel
dan restoran.
2.3.1. Pelabuhan Beserta Spesifikasinya
Kota Bontang memiliki pelabuhan laut yaitu Pelabuhan Laut Lok Tuan dan Tanjung
Laut. Walaupun kondisi pelabuhan saat ini belum mendukung kegiatan pelayaran dan
bongkar muat karena konstruksi, fasilitas, dan dangkal. Namun, pemerintah Kota Bontang
telah membangun pelabuhan laut yang representatif baik untuk kapal antar pulau
maupun expor-impor yang direncanakan selesai pada tahun 2006.
Berau memiliki pelabuhan di Tanjung Redeb yang mampu menampung kapal
seberat 3.000 ton.
Kutai Timur memiliki pelabuhan laut yaitu di Sangatta 2 buah (milik KPC 1.800 m2
dan Pertamina 725 m2) dan pelabuhan umum di Sangkulirang seluas 189 m2.
2.3.2. Airport Beserta Fasilitas
Kalimantan Timur telah memiliki 11 bandara, dengan kualifikasi bandara
internasional dan perintis yaitu Sepinggan Balikpapan, Temindung Samarinda, Juata
Tarakan, Kalimarau Berau, Nunukan dan Tanjung Harapan Bulungan. Ketersediaan
bandara ini mampu untuk memberikan dukungan bagi pengembangan investasi dan
kegiatan ekonomi daerah. Kalimantan Timur memiliki bandara internasional Sepinggan
di Balikpapan yang memiliki 27 operator maskapai penerbangan dengan 15
penerbangan terjadwal (schedule) seperti Garuda Indonesia, Bouraq Indonesia, Merpati
Airlines, Silk Air dan 12 penerbangan tidak terjadwal.
Kota Bontang saat ini tersedia bandara khusus yang dioperasikan PT. Badak,
NGL, belum tersedia bandara udara bagi masyarakat umum.
Berau memiliki bandara umum dan bandara swasta. Bandara Kalimaru dikelola
oleh Pemerintah dan dapat disinggahi oleh penerbangan nasional dan bandara swasta
seperti Bandara Luncuran Naga, Mankajang milik PT Kiani Kertas, Bandara Batu Putih di
Kecamatan Talisayan, Merasa dan Merapu di Kecamatan Kelay dan Bandara Long Caai
di Kecamatan Segah.
Kutai Timur memiliki 9 bandara yaitu KPC di Tanjung Bara dan Bandara
Pertamina di Sangkimah serta 7 bandara perintis yaitu di LongLees, Sautara, Batu Ampar,
Jabdan, Miau Baru, Long Segar, Pengadan.
2.3.3. Listrik Beserta Kapasitas
Listrik merupakan utilitas yang amat penting untuk memasok kebutuhan industri di
Kalimantan Timur. Sumber listrik hingga saat ini masih dipasok oleh Perusahaan Umum
Listrik Negara. Pada tahun 2002, di daerah ini terdapat pembangkit tenaga listrik
dengan daya terpasang 356 MW dan 200 KW yang terdiri dari PLTD (pembangkit
Profil Project Ikan Kerapu
13
listrik tenaga diesel) 296 MW, PLTGU (pembangkit listrik tenaga gas) 60 MW dan PLTM
(pembangkit listrik tenaga air) 200 KW.
Kota Bontang telah dilayani jaringan listrik yang telah menjangkau seluruh
wilayah kota. Pada tahun 2004, tenaga listrik yang diproduksi sebesar 58.217 MWH
dengan kapasitas terpasang 13.650 MW.
Pada tahun 2003, pemerintah Kabupaten Berau bekerjasama dengan
PT. Indonesia Power telah membangun PLTU Tanjung Redeb dengan power
plan 2 x 25 MW. Produksi tenaga listrik Kabupaten Berau tahun 2003 berjumlah
38.326 MWH dengan kapasitas terpasang 19,61 MW.
Kabupaten Kutai Timur tahun 2003 memproduksi
38.085 MWH dengan kapasitas terpasang 10,07 MW.
tenaga
listrik
sebesar
2.3.4. Air Bersih dan Kapasitasnya
Seluruh kabupaten/kota di Kalimantan Timur memiliki jaringan air yang dikelola
PDAM dengan kapasitas potensial 3.439 liter/detik dan
kapasitas
efektif
2.540 liter/detik. Kapasitas potensial 3.994 liter/detik dan
kapasitas efektif
3.310 liter/detik.
Produksi air bersih Kota Bontang yang terpakai 25 liter/detik diluar KIE (PT. PKT)
dan PT. Badak LNG. Tahun 2004, kapasitas potensial air sebesar 780 liter/detik dengan
produksi 1.813.817 m3 (Bontang dalam Angka 2003, BPS, 2004).
Kabupaten Berau memiliki kapasitas terpasang 140 liter/detik dan produksi air
bersih yang terpakai 140 liter/detik. Produksi total air bersih tahun 2003 sebesar
4.432.712 m3.Produksi total air bersih tahun 2003 di Kabupaten Kutai Timur 923.464 m3.
2.3.5. Hotel dan Restoran
Kalimantan Timur sebagai
daerah sentra perdagangan dan
jasa, serta tujuan wisata terdapat
sarana pendukung berupa hotel
dan restoran.
Jumlah hotel
berbintang maupun non bintang
pada tahun 2004 sebanyak 404
buah. Hotel berbintang 17 buah
yang memiliki 1.775 kamar dan
2.777 tempat tidur, sedangkan
hotel melati 297 buah dengan
3.063 kamar dan 4.987 tempat
tidur.
Gambar 7. Rumah Makan di Perairan Bontang
Di Kota Bontang terdapai
1 buah hotel bintang III, yaitu
Hotel Bintang Sintuk dan beberapa hotel non bintang 23 buah. Berau memiliki 2 buah
hotel bintang II yaitu, hotel Berau Indah dan hotel Segah serta 37 buah hotel non
bintang. Kabupaten Kutai Timur memiliki hotel non bintang 52 buah.
Profil Project Ikan Kerapu
14
Selain hotel, di Kalimantan Timur terdapat pula restoran sebanyak 912 buah.
Keberadaan hotel dan restoran ini selain mendukung fasilitas bagi investor, juga
merupakan peluang pasar dengan menawarkan menu ikan kerapu (Gambar 7).
2.3.6. Sekolah/ PT/Lembaga Pendidikan
Kalimantan Timur memiliki fasilitas pendidikan yang memadai dari pendidikan
dasar hingga perguruan tinggi. Universitas Mulawarman sebagai perguruan tinggi negeri
di Kalimantan Timur memiliki Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan yang mampu
menyediakan tenaga ahli untuk kebutuhan pengembangan investasi ikan kerapu. Di Kutai
Timurpun telah terdapat Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER), yang salah satunya
memiliki jurusan kelautan. Untuk wilayah utara Kalimantan, juga terdapat perguruan
tinggi yaitu Universitas Borneo dan memiliki Fakultas Perikanan. Selain pendidikan
formal, pelatihan-pelatihan pun dilaksanakan oleh lembaga-lambaga pelatihan swasta
maupun oleh dinas tenaga kerja dan dinas teknis terkait.
2.3.7. Jalan/ transportasi
Untuk memperlancar arus lintas bahan input maupun hasil tangkapan dan
budidaya kerapu telah dibangun jalan lintas kalimantan yang terdiri 3 poros, yaitu poros
selatan, tengah dan utara. Infrastruktur perhubungan darat yang tersedia telah memadai
untuk angkutan antar kota dalam provinsi maupun antar kota antar provinsi.
Pembangunan jembatan seperti jembatan Dondang dan Mahakam II yang
memperpendek jarak jarak tempuh Samarinda-Balikpapan merupakan bagian dari
pembangunan highway Bontang-Samarinda-Balikpapan.
Pembangunan jalan pintas utara Kalimantan Timur Sangata, Kutai Timur dan
Tanjung Redeb, Berau akan mempercepat arus angkutan barang/jasa.
2.3.8. Perbankan/Asuransi
Lembaga perbankan di Kalimantan Timur pada tahun 2004 berjumlah 223 unit
yang tersebar di kabupaten/kota di Kalimantan Timur. Posisi kredit yang telah
tersalurkan kepada sektor usaha berjumlah Rp 8 trilyun, dan khusus untuk sektor
perikanan mencapai Rp 3,27 milyar. Posisi kredit untuk wilayah Bontang berjumlah
815,044 milyar, Berau sebesar Rp 477,61 milyar dan Kutai Timur sebesar
Rp 350,514 milyar.
Di Kota Bontang terdapat 23 unit bank, terdiri dari 7 bank pemerintah, 5 bank
swasta, 2 bank perkreditan dan lembaga keuangan non perbankan 74 koperasi dengan
3 koperasi perikanan ikut membantu struktur permodalan.
Di Kabupaten Berau terdapat 9 unit bank. Di Kabupaten Kutai Timur terdapat 4
unit bank dengan 3 unit bank pemerintah dan 1 unit bank swasta serta lembaga non
perbankan 188 koperasi dengan 1 koperasi khusus perikanan. Dan ada 3 lembaga
asuransi yaitu Asuransi Bumi Putera, Asuransi Jiwasraya dan Asuransi Jiwa Mubarakah.
2.3.9. Pos dan Telekomunikasi
Kalimantan Timur melalui PT. Telkom pada tahun 2001/2002 telah membangun
288.386 SST. Penggunaan jasa telekomunikasi telepon saat ini meningkat pesat, dengan
diindikasikan tercatatnya 9 operator sembilan telepon selular.
Profil Project Ikan Kerapu
15
Kota Bontang memiliki 10.470 SST dan 1.290 CCT. Kutai Timur memiliki 4.380
SST dan 540 CCT dan 7 Kantor Pos Cabang.
2.4. Analisis Produksi
2.4.1. Skala Usaha/Kapasitas
Keberadaan dan keberlangsungan suatu usaha budidaya ikan kerapu sangat
ditentukan oleh sistem usaha yang saling menunjang antara unit satu dengan unit lain.
Kegagalan yang sering dijumpai disebabkan oleh ketersediaan pasokan benih untuk
budidaya ikan kerapu yang umumnya mengandalkan bibit dari alam. Sekalipun tersedia
benih dari luar, tingkat kematian tinggi karena benih tidak dapat beradaptasi dengan
lingkungan yang ada. Mengantisipasi hal tersebut diupayakan satu sistem budidaya
berantai yang saling mensuplai yaitu dari unit pembenihan, pendederan dan
penggelondongan serta unit pembesaran.
Dalam budidaya ikan kerapu ini diusahakan dua jenis ikan dalam satu unit
karamba. Jenis yang dibudidayakan adalah ikan kerapu macan dan kerapu bebek
dengan persentase budidaya 75% untuk ikan kerapu macan dan 25% untuk ikan kerapu
bebek.
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam kegiatan budidaya ikan kerapu
sebagai berikut:
1. Konstruksi Karamba Jaring Apung
Rakit dapat dibuat dari bambu, kayu, pipa galvanis atau paralon. Tiga jenis
kayu yang sering digunakan yakni kayu gelam, kayu serdang dan kayu kelapa tua.
Ukuran rakit yang umum 8 x 8 meter terbagi empat kotak dengan ukuran 3 x 3 meter/kotak.
Dari empat kotak ukuran 3 x 3 meter dapat dibagi lagi menjadi 16 kotak ukuran 1 x 1 meter
yang biasa digunakan untuk penempatan waring dan jaring pendederan dan
penggelondongan. Pelampung dapat menggunakan bahan dari styrofoam atau drum
plastik, bisa juga jerigen ukuran besar; jangkar atau bahan pemberat lainnya, dan tali
temali (Gambar 8).
Waring terbuat dari bahan polyetheline berwarna hitam dengan ukuran mata
jaring 4 mm. Bentuk waring
bisa segi empat panjang atau
bentuk kubus dengan ukuran
1 x 1 x 1,5 meter untuk
pendederan
dan
penggelondongan.
Jaring
digunakan
untuk penggelondongan dan
pembesaran.
Untuk
penggelondongan ukurannya
1 x 1 x 1,5 meter dengan
Profil Project Ikan Kerapu
Gambar 8. Keramba jaring apung ikan
16
ukuran mata jaring 1 sampai 1,25 inchi. Ukuran benang jaring untuk pembesaran D 12
dan D 21. Bahan jaring dari polyetheline.
Pemeliharaan kerapu bisa dilakukan di tambak maupun jala terapung.
Pemeliharaan menggunakan jala apung lebih mudah sewaktu memanen hasil, dengan
hanya mengangkat jala. Karamba jaring apung dipasang pada rakit, 4 karamba
berukuran 3 x 3 x 3 m diikatkan dalam 1 rakit. Karamba menggunakan jaring polietilen
(no. 380 D/9 dan 380 D/13, ukuran mata jaring 1 atau 2 ". Beberapa rakit bisa
digabungkan menjadi satu dilengkapi dengan rumah jaga dan lantai kerja.
2. Ukuran dan Padat Penebaran Benih
Gambar 9. Grading benih ikan kerapu
Penebaran
awal
(tahap pendederan) ikan
Kerapu Macan dan Kerapu
Tikus ukurannya antara 3 – 4
cm (1,2 – 2 gr) per ekor.
Sebelum dilakukan penebaran
benih,
terlebih
dahulu
dilakukan grading (Gambar
9). Untuk tahap penggelondongan padat penebaran
100 – 150 ekor/m3 dengan
ukuran 9 – 12 cm (15 – 25 gr)
per ekor. Tahap pembesaran
padat penebarannya 25 – 30
ekor/m dengan ukuran 15 – 17
cm (50 – 75 gr) per ekor.
3. Pembesaran
Pembesaran kerapu dimulai dari benih berukuran relatif kecil sehingga untuk
menghindari kematian ikan diseleksi berdasarkan ukurannya. Karena ikan kerapu muda
umumnya bersifat kanibal, maka untuk pembesarannya perlu dipelihara yang berukuran
relatif sama.
a. Pemberian Pakan
Pakan yang diperlukan untuk budidaya Kerapu merupakan salah satu aspek
yang memerlukan perhatian cukup besar sehingga harus direncanakan dengan matang
dengan cara menekan anggaran pengeluaran serendah mungkin, tetapi hasilnya tetap
optimal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara pemilihan jenis pakan yang tepat namun
tetap mempertimbangkan kualitas nutrisi, selera ikan, dan harga yang murah. Dari hasil
uji coba dan penerapan pada skala usaha, tujuan untuk mendapatkan hasil yang baik
dengan pengeluaran yang relatif rendah adalah dengan memberikan pakan dari jenis
ikan-ikan yang tak laku di pasaran (non-ekonomis), yaitu ikan-ikan yang digolongkan
sebagai ikan rucah seperti ikan tembang, rebon, selar dan sejenisnya. Pemilihan pakan
Profil Project Ikan Kerapu
17
ikan kerapu yang berasal dari ikan rucah ini, selain harganya murah dan mudah
diperoleh, juga karena pakan buatan khusus ikan kerapu memang belum ada di pasaran.
Ikan Kerapu Macan dan Kerapu Tikus berukuran antara 3 – 4 cm (1,2 – 2 gr)
per ekor takaran pakannya setiap hari 15 – 20 % dari bobot biomassa. Untuk tahap
penggelondongan dengan ukuran 9 – 12 cm (15 – 25 gr) per ekor takaran pakannya
setiap hari 10 – 15 % dari bobot biomassa. Tahap pembesaran dengan ukuran
15 – 17 cm (50 – 75 gr) per ekor takaran pakannya setiap hari 6 % dari bobot
biomassa.
Selama masa pendederan ikan kerapu juga dapat diberikan pakan sebanyak
2 - 3 kali sehari sampai ikan terlihat kenyang. Memasuki tahap pembesaran, pakan ikan
rucah diberikan per hari sebesar 15 % dari total biomass ikan kerapu berukuran 20 - 50 gr.
Seterusnya jumlah pakan diturunkan seiring dengan pertumbuhan ikan. Jumlah pakan
dapat diturunkan menjadi 10 % dari biomass untuk ikan seberat 100 gr. waktu
pemberian pakan yang terbaik adalah sesaat setelah matahari terbit atau sesaat
sebelum matahari terbenam.
b. Monitoring Kualitas Air
Secara berkala kualitas perairan perlu kembali dikontrol dengan cara dianalisis
secara teliti. Air yang dianalisis hendaknya tidak diambil dari bagian permukaan saja,
tetapi secara merata hingga kedalaman tertentu. Pada musim hujan tindakan
pengontrolan kualitas air perlu ditingkatkan karena biasanya sering terjadi perubahan
lingkungan perairan yang ekstrim dan dapat membahayakan kehidupan ikan.
c.
Monitoring Pertumbuhan Ikan Kerapu
Monitoring pertumbuhan ikan diperlukan untuk mengetahui pertumbuhan ikan yaitu
dengan menyeleksi bobot ikan. Hal ini untuk kepentingan panen juga.
4. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama pada pemeliharaan kerapu dapat dari burung, penanggulangannya
dengan memberi tutup pada wadah pemeliharaan. Pencurian oleh manusia juga
merupakan kendala yang harus diatasi. Penyakit yang timbul pada ikan sebagai
gangguan fungsi atau struktur dari alat tubuh. Penyakit dapat menyebabkan kematian,
kekerdilan selama periode pemeliharaan, tingginya konversi makan, tingkat padat tebar
yang lebih rendah dan menurunnya produksi.
2.4.2. Jangka Waktu
Lama pemeliharaan ikan Kerapu Macan 7 bulan mulai dari tahap pendederan,
penggelondongan, dan pembesaran dengan sintasan masing-masing 80 %, 85 % dan
95 %, dipanen pada bobot 500 gr/ekor. Ikan dijual dalam keadaan hidup di lokasi
panen (pemeliharaan) dengan harga rata-rata sebesar Rp. 75.000,-/kg.
Lama pemeliharaan ikan Kerapu Tikus 14 bulan mulai dari tahap pendederan,
penggelondongan dan pembesaran dengan sintasan masing-masing 90 %, 95 % dan 95
Profil Project Ikan Kerapu
18
%, dipanen dalam keadaan hidup di lokasi panen (pemeliharaan) dengan harga ratarata sebesar Rp. 250.000,-/kg.
Ikan kerapu umumnya dapat dipanen tiga kali dalam setahun dengan lama
pemeliharaan 3 – 4 bulan dengan berat sudah mencapai 400 gram/ekor. Berat untuk
pasar ikan kerapu sekitar 500 gram dan berbeda menurut spesies (ikan kerapu lumpur
mempunyai ukuran konsumsi antara 400 - 1200 gram, sementara kerapu bebek antara
500 - 2000 gram. Laju pertumbuhan harian berbeda menurut spesies dan berat tubuh.
Kerapu berbobot awal 50 - 100 g akan bertumbuh 2 - 3 % per hari sedangkan berat
200 - 300 gram tumbuh 0,7 - 1,5 % per hari. Dibutuhkan waktu pemeliharaan selama
5 bulan untuk mencapai berat komersial 500 gram (dari bobot awal 100 gram). Kerapu
lumpur diberi pakan ikan rucah mempunyai nilai koversi pakan 5 - 8, sedangkan kerapu
sunuk8-12.
2.4.3. Teknologi/Mesin yang diperlukan
Pelaksanaan kegiatan budidaya ikan kerapu perlu didukung dengan
penggunaan dan pemanfaatan teknologi yang dapat membantu terutama untuk
efektivitas kerja.
1.
Sarana Penangkapan Benih
Kesulitan
untuk
menghasilkan benih kerapu
dalam
pemeliharaan
buatan, menjadi kendala
dalam
pengembangan
budidaya kerapu dalam hal
penyediaan benih. Sarana
penangkapan benih bisa
menggunakan alat pancing
(di daerah persembunyian
ikan kerapu di rumpon ikan
Gambar 10 . Sarana penangkapan benih berupa bubu
bekas kapal tenggelam dll),
dan pancing rawai
jaring angkat yang diikat di
antara 2 perahu (rakit) atau ditancapkan ke dasar perairan, sero (perangkap pagar
bambu untuk penggunaan di perairan pasang surut), bubu (semacam keranjang dari
bambu atau anyaman kawat yang ditempatkan di dasar perairan), jaring kantong, dan
jaring dorong. Khusus di daerah Bontang, penangkapan benih ini menggunakan pancing
yang disebut “rawai”, dimana satu kotak terdiri dari banyak pancing yang dipasang.
2. Sarana Pengangkutan Benih
Dari lokasi penampungan benih ke tempat budidaya kerapu, diangkut dalam
kantong plastik berkapasitas 20 liter yang diisi 3 liter air laut untuk 20 ekor benih dengan
berat rata-rata 25 gram. Suhu dalam kantong diusahakan 17 - 20 °C dan lama
pengangkutan 1 - 2 hari. Pengangkutan jarak jauh (antar pulau) menggunakan sistem
transportasi yang lebih aman.
Profil Project Ikan Kerapu
19
3. Sarana Pemeliharaan
Rakit berbentuk bingkai dilengkapi pelampung untuk tempat melekatkan atau
mengikatkan waring dan jaring.
4. Sarana Penunjang
Perahu atau motor tempel diperlukan sebagai alat transportasi setiap hari dalam
rangka pembelian pakan, penggantian jaring, perbaikan rakit, membawa jaring kotor
dan bersih serta membawa benih atau hasil panen. Besarnya perahu tergantung
kebutuhan umumnya digunakan perahu motor tempel dengan mesin 5 – 10 pk.
Freezer digunakan untuk mempertahankan agar pakan dari jenis ikan rucah tetap
terjaga kualitasnya, setidaknya kondisi pakan tetap dipertahankan dalam keadaan
segar. Pakan yang tidak segar atau terlalu lama disimpan, akan menyebabkan turunnya
kualitas nutrisi (asam lemak esensial) yang sangat dibutuhkan oleh ikan kerapu. Freezer
juga digunakan sebagai tempat penyimpanan stock pakan.
Mesin penyemprot jaring diperlukan untuk membantu mempercepat pembersihan
jaring sehingga jaring yang kotor
selama pemeliharaan bisa cepat
diganti (Gambar 11). Peralatan kerja
lapangan yang digunakan meliputi
penggaris, skop-net, ember, gayung
dan aerator.
2.4.4.
SDM dan UMR
Kalimantan Timur dengan
angkatan kerja yang tinggi sejumlah
1.155.770 orang dengan tingkat
partisipasi kerja 61,72% mampu untuk
Gambar 11. Mesin penyemprot jaring
memenuhi kebutuhan tenaga kerja
untuk pengembangan investasi ikan kerapu. Angkatan kerja di Kota Bontang berjumlah
44.108 orang (TPAK 59,84%), Berau 62.615 orang (TPAK 71,54%) dan Kutai Timur
70.117 orang (TPAK 66,95%). Upah tenaga kerja disesuaikan dengan UMP Kalimantan
Timur Tahun 2004 senilai Rp 572.400,- per bulan atau Rp 19.080,- per hari. Tenaga
kerja dengan kualifikasi pendidikan setara SMA, tenaga madya dan sarjana perikanan
dibutuhkan pada usaha budidaya ikan kerapu (Tabel 5)
Tabel 5. Kebutuhan tenaga kerja untuk usaha ikan kerapu per KJ A
Uraian
Unit Pembenihan:
Tahun
1
2
3
4
5
3
3
3
3
3
2
2
2
2
2
- Teknisi (3 org/smt)
Unit Pendederan & Pengelondongan:
Profil Project Ikan Kerapu
20
- Teknisi (1 org/smt)
- Penjaga ( 1org/smt)
Unit Pembesaran :
3
3
3
3
3
- Supervisor (1 org/smt)
- Teknisi (2 org/smt)
Sumber : Analisis Data Primer
Jumlah rumah tangga perikanan (RTP) laut di Kalimantan Timur tahun 2004 berjumlah
21.398 RTP. Wilayah kota Bontang sebanyak 1.282 RTP, Berau 2.368 RTP dan Kutai
Timur 1.019 RTP.
Jumlah RTP yang ada menjadi bagian yang potensial dalam
pengembangan ikan kerapu.
2.5. Analisis Ekonomi
Analisis finansial kelayakan usaha ikan kerapu dibuat dengan beberapa asumsi
sebagai berikut:
2.5.1.
Unit Pembenihan
Asumsi
Luas lahan
500 m2
Kapasitas bak larva
10 m3
Ukuran larva
20 ekor/liter
Kebutuhan telur per siklus
100.000 butir
Padat Penebaran awal
0,8 – 1,1 mm
Persentase sintasan
30%
Siklus Budidaya dalam 1 tahun
2 kali
Produksi per siklus
100.000 ekor
Biaya investasi untuk kegiatan pembenihan dengan luasan 500 m2 dengan 2 siklus
per tahun memerlukan biaya sebesar Rp. 86.950.000,- (Tabel 6).
Profil Project Ikan Kerapu
21
Tabel 6. Proyeksi biaya investasi Unit Pembenihan Ikan Kerapu (Semester I)
No
Uraian
Satuan
Nilai
Pembelian
(Rp)
Jumlah
Nilai
Investasi (Rp)
Umur
Ekonomis
(tahun)
Depresiasi
(Rp)
TANAH
1
Tanah
M2
500
50,000
25,000,000
5
5,000,000
BAK DAN INSTALASI
1
Bak Larva dan pengatapan
Unit
1
14,000,000
14,000,000
5
2,800,000
2
Bak pakan alami
Unit
1
8,400,000
8,400,000
5
1,680,000
3
Bak reservoir, filter & tower
Unit
1
14,000,000
14,000,000
5
2,800,000
4
Pompa celup
Buah
1
1,050,000
1,050,000
5
210,000
5
Pompa air laut
Unit
2
2,800,000
5,600,000
5
1,120,000
6
Instalasi pompa air laut
Unit
1
2,100,000
2,100,000
5
420,000
7
High blow 200 W
Unit
1
4,200,000
4,200,000
5
840,000
8
Instalasi aerasi
Unit
1
1,400,000
1,400,000
5
280,000
9
Instalasi listrik
Unit
1
700,000
700,000
5
140,000
10
Genset 3 KVA
Unit
1
4,900,000
4,900,000
5
980,000
PERALATAN
1
Peralatan pembenihan
Unit
1
1,400,000
1,400,000
1
1,400,000
2
Lain-lain
Unit
1
4,200,000
4,200,000
1
4,200,000
59,200,000
86,950,000
JUMLAH BIAYA INVESTASI
26,250,000
BIAYA DEPRESIASI PER
SEMESTER
13,125,000
Adapun biaya operasional pembenihan meliputi telur, pupuk, bahan kimia dan obatobatan, pakan, bahan bakar, upah tenaga kerja, dan perawatan untuk 1 unit
pembenihan sebesar Rp. 28.752.000,- per semester (Tabel 7)
Tabel 7.
Proyeksi Biaya Operasi dan Pemeliharaan Pembenihan Ikan Kerapu
(Semester 1)
Cost
A
Satuan
Volume
Harga/Unit
Tenaga Kerja Tetap
1
Teknisi
Profil Project Ikan Kerapu
Total
18,000,000
Orang
3
700,000
12,600,000
22
2
B
Upah uang makan
tenaga kerja
Orang
3
300,000
5,400,000
Bahan dan Alat :
10,752,000
1
Telur
Butir
100,000
5
500,000
2
Pupuk
Paket
1
350,000
350,000
3
Bahan kimia dan obat
Paket
1
700,000
700,000
4
Artemia
Kaleng
6
1,250,000
7,500,000
5
Udang jambret & ikan
rucah
Paket
1
350,000
350,000
6
Listrik
Bulan
6
140,000
840,000
7
Lain-lain
512,000
TOTAL BIAYA
28,752,000
2.5.2. Unit Pendederan dan Penggelondongan
Asumsi
Maksimum Unit (KJA) (8 x 8 m)
13 unit
Ukuran Waring
1 x 1 x 1,5 m
Ukuran Jaring
1 x 1 x 1,5 m
Benih yang ditebarkan ukuran 1,5 – 2 cm
Kepadatan awal
0,012 kg
200 ekor/waring
Kepadatan per unit
3200 ekor/unit
Lama Pemeliharaan
5 bulan
Kebutuhan pakan :
0,1 kg
Bulan ke 1 – 2 (1,0 -2,0 g)
15% BB
Bulan ke 3 (21 – 30 g)
10% BB
Bulan ke 4 – 5 (50 – 80 g)
6% BB
Ukuran dipindahkan ke pembesaran
0,1 kg
Biaya investasi untuk kegiatan pendederan dan penggelondongan sebanyak 13
unit KJA ukuran 8 x 8 m dengan 16 waring per petak ukuran 1 x 1 x 1,5 m sebesar
Rp. 86.669.050,- (Tabel 8).
Tabel 8.
Proyeksi Biaya Investasi Pendederan dan Pengelondongan
(Semester 1)
Profil Project Ikan Kerapu
Ikan Kerapu
23
No
Uraian
Satuan
Jumlah
Nilai
Pembelian (Rp)
Nilai
Investasi
(Rp)
Umur
Ekonomis
(tahun)
Depresiasi
(Rp)
KERAMBA
1
Karamba/rakit
Unit
13
5,500,000
71,500,000
5
14,300,000
Jaring (1 x 1 x 1,5 m) 5
2
inch
Kg
216
45,000
9,740,250
5
1,948,050
3
Waring(1x1x1,5m)
Meter
930
3,000
2,788,800
2
1,394,400
4
Tali Polyethyline 0,6 cm
Kg
50
24,000
1,200,000
5
240,000
5
Ongkos pembuatan waring
Buah
144
10,000
1,440,000
0
0
Jumlah
5,582,000
86,669,050
17
17,882,450
Biaya operasi dan pemeliharaan selama 5 bulan di unit pendederan dan
penggelondongan yang terdiri dari biaya beli beih, pakan, obat-obatan, es balok dan
biaya tenaga kerja pada semester pertama sebesar Rp. 29.766.420,- (Tabel 9).
Tabel
9.
Proyeksi Biaya Operasional
Penggelondongan Ikan Kerapu
Cost
Satuan
Dan
Pemeliharaan
Volume
Pendederan
Harga/Unit
Dan
Total (Rp)
A
Biaya Tetap
12,000,000
1
Tenaga kerja
Orang
2
700,000
8,400,000
2
Uang makan tenaga kerja
Orang
2
300,000
3,600,000
B
Biaya Operasi
17,766,420
1
Benih
KG
269
3,000
806,400
2
Pakan (ikan rucah)
Kg
9,576
1,500
14,364,000
3
Obat-obatan
paket
4
Es balok
batang
5
Lain-lain
TOTAL BIAYA
1,000,000
150
5,000
750,000
846,020
29,766,420
Semester kedua, benih pada unit pendederan dan penggelondongan ini di suplai
dari unit pembenihan sehingga biaya operasi dan pemeliharaan dikurangi dengan biaya
pembelian benih sebesar Rp. 1. 497.000,- menjadi Rp. 29.594.580,-.
Profil Project Ikan Kerapu
24
2.5.3. Unit Pembesaran
Asumsi
Maksimum Unit (KJA) (8 x 8 m)
10 unit
44 petak
Benih yang ditebarkan ukuran 4-5 cm
0,1 kg
Kepadatan awal
25 ekor/petak
Kepadatan per unit
2000 ekor/unit
Lama Pemeliharaan
6 bulan
Persentase sintasan
90%
Kebutuhan ikan rucah
5% BB
Ukuran panen
0,6 kg
Biaya investasi budidaya kerapu dengan memperhitungkan maksimum 10 unit
keramba jaring apung (KJA (Karamba Jaring Apung)). Investasi yang diperlukan untuk
unit KJA (Karamba Jaring Apung) (sebanyak 44 petak) dengan kepadatan per unit 2000
ekor selama 1 semester sebesar Rp.118.445.400,- (Tabel 10)
Tabel 10. Proyeksi Biaya Investasi Pembesaran Ikan Kerapu (Semester I)
No
Uraian
A
Satuan
Jumlah
Nilai
Pembelian
(Rp)
KERAMBA
Nilai Investasi
(Rp)
Umur
Ekonomis
(tahun)
86,610,400
Depresiasi
(Rp)
17,322,080
1
Karamba/rakit
unit
10
5,000,000
50,000,000
5
10,000,000
2
Jaring (1 x 1 x 1,5 m) 5 inch
kg
300
45,000
13,500,000
5
2,700,000
3
Tali Polyethyline D6
kg
930
24,000
22,310,400
5
4,462,080
4
Ongkos pembuatan Jaring
unit
40
20,000
800,000
5
160,000
B
BANGUNAN
6,500,000
1,300,000
1
Rumah Jaga
buah
1
5,000,000
5,000,000
5
1,000,000
2
Tempat genset
buah
1
1,500,000
1,500,000
5
300,000
C
PERAHU DAN MESIN
1
Perahu dan mesin 24 pk
Profil Project Ikan Kerapu
14,000,000
unit
2
4,000,000
8,000,000
2,800,000
5
1,600,000
25
2
Genset 20 PK
Unit
1
3,000,000
3,000,000
5
600,000
3
Instlasi Listrik
paket
1
1,000,000
1,000,000
5
200,000
4
Mesin Pembersih jaring +
selang
Unit
1
2,000,000
2,000,000
5
400,000
D
PERALATAN
11,335,000
2,503,000
1
Timbangan
Buah
2
125,000
250,000
5
50,000
2
Ember
Buah
5
15,000
75,000
1
75,000
3
Serok/seser
Buah
2
80,000
160,000
2
80,000
4
Alat dapur
Paket
1,000,000
1,000,000
5
200,000
5
Bubu
Buah
4
25,000
100,000
1
100,000
6
Trawl 11/2
Buah
1
750,000
750,000
5
150,000
7
Styrofoam 60 x 40 x 40 cm
Buah
4
40,000
160,000
2
80,000
8
Freezer
Unit
1
1,800,000
1,800,000
5
360,000
9
Alat monitor kualitas air
- pH meter Digital
buah
1
1,500,000
1,500,000
5
300,000
- DO meter
buah
1
2,000,000
2,000,000
5
400,000
- Refraktometer
buah
1
3,000,000
3,000,000
5
600,000
Drum Air
buah
4
135,000
540,000
5
108,000
10
Jumlah
118,445,400
23,925,080
Biaya operasi dan pemeliharaan untuk kebutuhan membeli benih, pakan, obatobatan, bahan bakar, upah tenaga kerja untuk pada unit pembesaran semester 1
diperlukan biaya sebesar Rp. 157.792.500,-. (Tabel 11). Semester kedua, benih untuk
pendederan/penggelondongan dipasok dari unit pembenihan. Dengan demikian, biaya
operasi dan pemeliharaan menjadi Rp. 17.994.580,-, dengan asumsi biaya dikurangi
dengan biaya pembelian benih.
Tabel 11. Proyeksi Biaya Operasional dan Pemeliharaan Pembesaran Ikan Kerapu
(Semester I)
Cost
A
1
Satuan
Volume
Harga/Unit
Biaya Tetap
Total (Rp)
2,050,000
20,400,000
1,000,000
6,000,000
Upah Tenaga Kerja
- Supervisor
Profil Project Ikan Kerapu
Orang
1
26
2
B
- Teknisi
Orang
2
750,000
9,000,000
Uang makan Tenaga Kerja
Orang
3
300,000
5,400,000
31,700
137,392,500
Biaya Operasi
1
Benih
Ekor
20,000
5,000
10,000,000
2
Pakan (ikan rucah)
Kg
63,000
1,500
94,500,000
3
Obat-obatan
Paket
4
Bahan Bakar
2,500,000
- Kapal (Besin)
Liter
3,600
2,700
9,720,000
- Genset (Solar)
Liter
4,500
2,500
12,150,000
5
Oli (kapal + genset)
Liter
12
15,000
180,000
6
Es balok
Batang
360
5,000
1,800,000
7
Lain-lain
TOTAL BIAYA
6,542,500
157,792,500
Biaya operasi dan pemeliharaan pada kegiatan pembesaran ikan kerapu di
semester ke 2 dan seterusnya diperlukan untuk kebutuhan membeli pakan, obat-obatan,
bahan bakar, upah tenaga kerja, dan perawatan pada unit Pembesaran diperlukan
sebesar Rp. 147.792.500,- per semester, dengan asumsi benih telah disuplai dari unit
pendederan / penggelondongan.
Penerimaan dari usaha ini diperoleh sejak hasil dari unit pembenihan,
pendederan dan penggelondongan, pembesaran serta hasil dari penangkapan ikan di
laut. Kelebihan benih yang dihasilkan untuk mensuplai unit berikutnya dijual ke pasar.
Tingkat produksi dari unit pembenihan sebanyak 360 kg. Sebanyak 269 kg disuplai untuk
kebutuhan benih pada unit pendederan dan penggelondongan. Sehingga dengan harga
jual Rp. 3.000,- per kg diperoleh penerimaan per semester dari unit pembenihan sebesar
Rp. 273.600,-.
Pada unit pendederan dihasilkan produksi sebesar 2.016 kg, dengan kebutuhan benih
untuk pembesaran sebanyak 2.000 kg. Nilai Produksi yang di jual hanya sebesar 16 kg
dengan berat ikan kerapu 0,1 kg seharga Rp. 5.000,-. Penerimaan dari unit pendederan
dan penggelondongan ini sebesar Rp. 800.000,- per semester.
Pada unit pembesaran, benih ikan telah disuplai dari unit pendederan dan
penggelondongan. Selama 6 bulan, dihasilkan produksi sebanyak 10.800 kg dengan
harga jual untuk kerapu macan Rp 35.000,- dan kerapu bebek Rp. 125.000,-.
Penerimaan dari unit pembesaran sebesar Rp. 621.000.000,- .Di asumsikan bahwa jenis
ikan kerapu macan yang diusahakan sebanyak 75%, sementara ikan kerapu bebek 25%
dari total ikan yang diusahakan. Selain dari hasil budidaya juga diperoleh penerimaan
dari hasil penjualan penangkapan. Setiap hari rata-rata penangkapan sebanyak 5 ekor
per hari dengan waktu efektif penangkapan selama 60 hari dalam satu semester.
Profil Project Ikan Kerapu
27
Penerimaan dari hasil tangkapan sebesar Rp. 7.200.000,- diperoleh dari produksi
180 kg dengan harga jual Rp. 40.000,-per kg.
Berdasarkan analisis kelayakan proyek diperoleh nilai NPV, IRR, Net B/C dan
Payback Period seperti disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Hasil Analisis Finansial Proyek
Kriteria Kelayakan Proyek
Nilai
ROI
83,89
NPV
1.674.635.761
IRR
Net B/C
Payback Period
78,46%
5,16
1 tahun 5 bulan
Seperti disajikan pada Tabel 12, nilai Return on Investmen (ROI) diperoleh 83,89%.
Nilai ROI tersebut menunjukkan bahwa dari setiap Rp. 1,- modal yang ditanamkan pada
usaha ikan kerapu akan diperoleh keuntungan sebesar Rp. 80,86.
Berdasarkan analisis cash flow (cash inflow dan cash outflow) investasi usaha
budidaya ikan kerapu dengan tingkat diskonto 14%, diperoleh nilai Net Present Value
(NPV) Rp. 1.674.635.761,-. Nilai NPV ini lebih besar dari nol, sehingga usaha
pengembangan ikan kerapu layak untuk dilaksanakan.
Sementara nilai internal rate of return (IRR) sebesar 78,46%, jauh lebih tinggi dari
suku bunga bank sebesar 14%, maka proyek ini layak untuk dilaksanakan. Berdasarkan
analisis Net B/C ratio pun, proyek usaha ikan kerapu ini layak dilaksanakan karena nilai
Net B/C nya 3,85 masih di atas dari nilai 1.
Dilihat dari sudut kemampuan proyek ini mengembalikan modal (payback period),
proyek ini mencapai titik impas setelah 1 tahun 5 bulan. Break Even Point (BEP) dicapai
pada 905,86 kg atau sebesar Rp. 72.468.803,-. Dari beberapa kriteria kelayakan
usaha di atas, maka pengembangan usaha ikan kerapu ini secara finansial layak
diusahakan. Proyeksi aruskas (Cash flow) usaha ikan kerapuh dapat dilihat pada
Lampiran 1.
Untuk melihat kelayakan proyek ini, apabila terjadi kenaikan biaya produksi dan
penurunan harga jual dilakukan analisis sensitivitas dengan hasil seperti disajikan pada
Tabel 13.
Profil Project Ikan Kerapu
28
Tabel 13. Hasil Analisis Sensitivitas Kelayakan Proyek
Kenaikan Biaya
Produksi (10 %)
Kriteria Kelayakan Proyek
Penurunan Harga
Jual (10 %)
ROI
71,39
68,68
NPV
1.359.354.291
1.301.090.457
49,84
48,17
3,37
3,27
1 tahun 6 bulan
1 tahun 6 bulan
IRR
Net B/C
Pay back Period
Walaupun terjadi kenaikan biaya produksi dan penurunan harga jual, dari hasil analisis
sensitivitas seperti disajikan pada Tabel 13 ternyata usaha budidaya ikan kerapu masih
layak untuk diusahakan.
2.6. Aspek Pemasaran
Ikan kerapu merupakan komoditas komersial yang berorientasi ekspor. Berbeda
dengan produksi ikan laut dengan system tangkapan lainnya, hasilnya dijual dalam
keadaan hidup dan tidak cacat/rusak. Oleh karenanya selain melalui tangkapan, ikan ini
diusahakan melalui teknis budidaya KJA. Komoditi ikan kerapu baik hasil budidaya
maupun tangkapan sebagian besar di ekpor ke luar negeri dalam bentuk ikan fresh, ikan
olahan setengah jadi (fillet, sashimi, dan sebagainya) serta ikan hidup. Negara-negara
tujuan utama ekspor adalah Jepang, Hongkong, taiwan, Singapura, Malaysia dan
Amerika Serikat. Harga ikan kerapu di tingkat nelayan saat ini Rp 70.000 per kg hidup,
bahkan untuk spesies tertentu yang lebih langka bisa dihargai jauh lebih mahal. Dari
informasi pasar diketahui permintaan kerapu bebek, baik ukuran kecil sebagai ikan hias
maupun ukuran konsumsi, terus meningkat. Kerapu bebek ukuran 4 – 5 cm laku dijual
dengan harga Rp.7.000,-/ekor, sedangkan ukuran konsumsi dengan berat 400 – 600
gram/ekor laku dijual di pasar lokal dengan harga tahun 2000 sekitar Rp.250.000,Rp.300.000,-/kg. Bahkan untuk pasar ekspor seperti Hongkong, Taiwan, dan China
Daratan, harga kerapu bebek ukuran konsumsi sekitar US$ 55/kg.
Produsen utama dunia ikan kerapu lainnya adalah China (32%), Thailand (25%),
Fhiliphina (10%), Taiwan (9%) dan Indonesia (9%). Walaupun terdapat beberapa
negara produsen ikan kerapu, produksi Indonesia sangat diminati karena beragamnya
jenis ikan kerapu dan
harganya relatif lebih
mampu bersaing.
9%
China
9%
32%
Thailand
Fhiliphina
10%
Taiwan
25%
Indonesia
Produksi
ikan
kerapu hasil budidaya KJA
dan
penangkapan
menunjukkan peningkatan
dari tahun ke tahun.
Gambar 12. Produsen Utama Ikan Kerapu Dunia
Profil Project Ikan Kerapu
29
Permintaan ikan kerapu dari negara-negara tersebut sangat besar, dan Indonesia masih
sulit memenuhi permintaan yang terus meningkat. Indonesia adalah salah satu negara
ikan kerapu dunia yang mampu memasok sebesar 9%. Perkembangan produksi ikan
kerapu di Indonesia disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14. Produksi (ton) Ikan Kerapu Indonesia Tahun 1999-2001
No.
Uraian
1.
Budidaya
2.
Penangkapan
1999
Jumlah
2000
2001
Kenaikan
1.759
6.879
7.500
150,05
43.472
48.422
51.405
8,77
45.231
55.301
58.905
14,39
Sumber: Ditjen Perikanan Budidaya – DKP, 2002
Dilihat dari sisi harga jual, komoditi ikan kerapu ini menunjukkan kenaikan yang
baik. Pada tahun 1994 harga ekspor ikan kerapu berkisar Rp 10.000,- s/d Rp. 30.000,per kg. Pada saat ini tahun 2004, harga ekspor ikan kerapu berkisar antara Rp 70.000,s/d Rp 130.000,- per kg. Perkembangan harga ikan kerapu di Indonesia dan Hongkong
disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15. Harga Ikan Kerapu Hidup pada Tingkat Lokal, Eksportir dan Pasar Hongkong
No.
Jenis
Harga (US$/kg)
Petani
Eksportir
Restoran Hongkong
20
40-50
90-150
1
Kerapu Bebek
2
Kerapu Sunu
5-12
25
70-100
3
Kerapu Macan
5-12
25
70-100
4
Kerapu Lumpur
1-5
07-10
10-25
5
Kerapu Batu
1-5
07-10
10-25
Sumber: Live Reef Fish 1997
Alur kegiatan produksi dan pemasaran ikan kerapu di Indonesia dapat dilihat
pada Gambar 13.
Penang
Penampungan
Ikan Hidup
Ekspor
Kerapu
Hidup
Devisa
kapan
Ikan
Under
Sea
Induk
Transport Ikan
Hidup
Benih
Alam
Tata
Pemeli haraan
induk
Pemeli haraan
larva
Pembe nihan
Pasar
Domestik
Budidaya
pembe saran
Ruang
Profil Project Ikan Kerapu
Induk
Gambar 13. Diagram Alur Kegiatan Produksi dan Pemasaran Ikan Kerapu
30
Propinsi Kalimantan Timur merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki
potensi dalam budidaya ikan kerapu. Kalimantan Timur turut berperan dalam
meningkatkan devisa negara melalui ekspor ikan kerapu. Jumlah ekspor ikan kerapu jenis
Kerapu sunu Kalimantan Timur tahun 2002–2004 mengalami penurunan dari 294.790 kg
(US$1.326.555) menjadi 233.599 kg (US$ 592.178,80). Penurunan ini terjadi karena
selama ini hanya mengandalkan hasil penangkapan dari alam sehingga kontinuitas ikan
kerapu tidak bisa diharapkan. Hal ini mengindikasikan besarnya peluang usaha
budidaya ikan kerapu guna mengisi pasar ekspor.
Perkembangan produksi ikan kerapu di Kalimantan Timur dapat dilihat pada
tabel 16.
Tabel 16 menunjukkan bahwa produksi ikan kerapu di propinsi Kalimantan Timur
mengalami penurunan dari
Tabel 16. Perkembangan Produk Ikan Kerapu
1.016,6 ton di tahun 1999
Tahun
Kaltim
Kalimantan Timur 1999 - 2004
menjadi 967,3 ton pada
(Ton)
tahun
2004.
Hal
ini
disebabkan budidaya ikan
1999
1.016,6
kerapu mengandalkan benih
hasil tangkapan sehingga
2000
1.151,1
peluang investasi budidaya
ikan kerapu masih terbuka
2001
1.436,1
agar
perkembangan
2002
1.139,4
produksi kembali meningkat.
Daerah
penghasil
ikan
2003
995,5
kerapu di Kalimantan Timur
antara lain Bontang, Berau
2004
967,3
dan Kutai Timur.
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Prop. Kaltim (2004)
Bontang pada tahun 2004
untuk budidaya ikan kerapu, kakap, kuwe, dan lobster dalam karamba yang luasnya
6,83 Ha dengan produksi 21,44 ton. Luas usaha budidaya karamba ikan kerapu, kuwe,
kakap dan lainnya yang sudah eksis seluas 6.832 m2 terdapat di Bontang Selatan seluas
3.904 m2 dan Bontang Utara seluas 2.928 m2, tersebar di 5 kelurahan, yakni Kelurahan
Bontang Kuala, Kelurahan Loktuan, Kelurahan Guntung, Kelurahan Berbas Pantai dan
Kelurahan Bontang Lestari. Produksi budidaya kerapu saja pada tahun 2004 dari
Bontang Selatan sebanyak 1,77 ton dan 6,81 ton dari Bontang Utara. Angka ini jauh
sekali jika dibandingkan dengan hasil tangkapan, untuk itu peluang dalam meningkatkan
produksi budidaya kerapu masih berpeluang besar. Potensi pengembangan budidaya
laut pada tahun 2001-2003 di wilayah perairan Bontang mengalami peningkatan. Hasil
usaha penangkapan ikan kerapu pada tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 17.
Profil Project Ikan Kerapu
31
Tabel 17.
Hasil Usaha Penangkapan Komoditas Laut Perairan Kota Bontang (ton)
Tahun 2004
Jenis Komoditas Laut
No.
Kerapu
Kepiting
Lobster
Teripang
1
3,50
3,82
0,002
4,35
2
3,15
4,45
0,006
6,76
3
4,17
2,43
0,008
10,14
4
6,61
7,99
0,007
14,19
Jumlah
17,97
18,68
0,23
35,44
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Bontang (2004)
Wilayah Berau pada tahun 2003 produksi ikan kerapunya mencapai 517,1 ton.
Produksi ikan dari usaha budidaya dari perairan umum dan laut mencapai 174,9 ton,
dari hasil tersebut untuk budidaya lautnya hanya mencapai 49,6 ton atau 28,36 %. .
Potensi produksi sumberdaya ikan Kab. Berau diperkirakan berjumlah 104.915 ton/tahun
dengan perincian perairan laut 35.000 ton/tahun, perairan umum 8.950 ton/tahun,
budidaya tambak 31.275 ton/tahun, budidaya laut 28.620 ton/tahun, dan budidaya air
tawar 1.070 ton/tahun (DPK Kabupaten Berau, 2005).
Wilayah Kutai Timur produksi ikan lautnya sejak 2001-2003 berturut-turut
2.146,2 ton, 2.859,7 ton, dan 2.190,0 ton (BPS Kabupaten Kutai Timur, 2004).
Di Kalimantan Timur terdapat beberapa perusahaan yang bergerak di
pengiriman/ekspor ikan kerapu yaitu PT. Pulau Mas (Tanjung Redeb), PT.Surya Alam
Tunggal (Tanjung Redeb), dan CV.Derawan Penyu Lestari (Kampung Pulau Derawan) serta
CV.Prathonylia Nusa Prima (PNP) (Balikpapan).
Harga ikan kerapu berpariasi. Harga ikan kerapu jenis macan pada bulan Agustus
2005 di Bontang berkisar Rp.20.000,- s/d Rp 40.000,-. Sementara ikan kerapu jenis
tikus berkisar antara Rp 120.000,- s/d Rp 200.000,- untuk ukuran 0,6 kg-1,3 kg.
2.7. Aspek Sosial dan Lingkungan
Adanya kepastian peruntukkan lokasi budidaya KJA di wilayah perairan laut
dalam RTRW, menyebabkan pengembangan budidaya kerapu di daerah aman akan
persoalan tumpang tindih lahan usaha. Dukungan pemerintah Kota Bontang dengan
program 1000 KJA dan dukungan masyarakat terhadap pengusahaan kerapu di wilayah
tersebut ikut menjamin kelangsungan usaha dan terhindar dari masalah konflik yang
sering mewarnai dunia investasi. Secara ekonomi, melalui pemanfaatan areal laut untuk
lokasi KJA, akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar wilayah
pengembangan KJA (Karamba Jaring Apung).
Profil Project Ikan Kerapu
32
Pembukaan kawasan untuk proyek budidaya KJA dengan luas lahan yang sangat
besar secara langsung maupun tidak langsung akan menimbulkan dampak postif maupun
negatif terhadap komponen eksositem maupun sosial ekonomi. Secara teknis dampak
dari proyek budidaya KJA, akan berpengaruh terhadap lalulintas kapal/pelayaran
umum, oleh karena itu unit keramba dikembangkan pada lokasi yang berada di luar jalur
pelayaran umum.
Dampak positif dari pengembangan budidaya ikan kerapu sistem KJA yaitu
perlindungan terhadap terumbu karang dan mangrove. Perairan pantai dekat muara
sungai yang ditumbuhi hutan mangrove dan dasar perairan berupa pasair berkarang
(terumbu karang) merupakan tempat hidup ikan kerapu muda. Oleh karenanya
pengembangan budidaya KJA, meminimalisasi perusakan sumberdaya hutan mangrove,
terumbu karang dan lingkungan perairan air laut dan pesisir, sekaligus meningkatkan
pendapatan masyarakat.
2.8. Aspek Legalitas
Dalam rangka pengembangan budidaya ikan kerapu, pemerintah telah
melakukan berbagai kebijakan di tingkat nasional hingga daerah.
Secara nasional,
pemerintah Indonesia telah memberikan pembebasan bea masuk atas impor mesin yang
terkait langsung dengan kegiatan industri/jasa, kemudahan dalam perijinan dan sejumlah
insentif lainnya. Untuk mempercepat dan menjamin kepastian dalam proses perijinan
usaha perikanan, pemerintah melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.
Kep.02/MEN/2004 mengeluarkan peraturan tentang Perizinan Usaha Pembudidayaan
Ikan.
Tata cara pemberian izin usaha perikanan (IUP), diatur sebagai berikut:
1. Permohonan perizinan ditujukan ke Dinas Perikanan dan kelautan propinsi Kalimantan
Timur dengan melampirkan rekomendasi dari Dinas Perikanan Kabupaten/Kota,
dengan persyaratan:
a. Rencana Usaha
b. NPWP
c. Akte pendirian perusahaa/koperasi
d. Dokumen teknik kapal (bagi usaha penangkapan), dokumen bagunan (bagi
pengusaha cold storage, hatchery dan tempat penampungan/pemyimpanan ikan).
e. Izin lokasi dari pemerintah kabupaten/kota
f. Penyajian informasi lingkungaan/amdal bagi yang dipersyaratkan
2. Petugas Tim Peneliti melakukan peninjauan, dan apabila sesuai dengan permohonan,
kemudian Kepala
Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Kalimantan Timur
mengeluarkan IUP terhadap Badan usaha/perorangan yang berdomisili dan
Profil Project Ikan Kerapu
33
berpangkalan di wilayah Kalimantan Timur dan tidak menggunakan modal atau
tenaga asing.
Khusus untuk Investor asing, yang mengeluarkan IUP adalah Departemen Kelautan dan
Perikanan RI (pusat) dengan rekomendasi dari Dinas Perikanan dan Kelautan
Kota/kabupaten dan Dinas Perikanan dan Kelautan provinsi.
Proses perizinan memakan waktu 1 minggu. Sesuai dengan Keputusan Gubernur
Kalimantan Timur No. 30 Tahun 2003, tarif pengurusan IUP Pembudidayaan Ikan Air laut
untuk lahan < 0,5 Ha sebesar Rp. 100.000,- dan bila > 0,5 Ha sebesar Rp. 150.000,Seperangkat peraturan usaha telah pula diatur melalui PERDA. Pemerintah Kota
Bontang mengatur Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dalam PERDA Kota No. 23,
sementara tentang Tanda Daftar Perusahaan dalam PERDA No. 24 tahun 2002. Untuk
perdagangan dalam negeri ikan kerapu dan perikanan pada umumnya cukup hanya
mendapatkan Surat Keterangan Asal (SKA) dari Dinas Perikanan Kota/Kabupaten. Untuk
kebutuhan perdagangan luar negeri (ekspor), pengurusan SKA dilakukan di Dinas
Perdagangan dan Industri setempat.
Adapun prosedur penanaman modal asing maupun dalam negeri diatur sesuai
dengan keputusan Kepala Badan Koordinasi Penawaran Modal
(BKPM)
No.57/SK/2004, dengan tahapan sebagai berikut :
1. Mengajukan permohonan kepala BKPM untuk PMA dan PMDN.
2. Kepala BKPM mengeluarkan dan menandatangani Surat Persetujuan (SP) penanaman
modal dalam rangka PMDA dan PMA.
Surat persetujuan tersebut diterbitkan selambat-lambatnya 10 hari pada hari kerja.
Profil Project Ikan Kerapu
34
Diagram Alir Proses Perijinan
1.
P
E
R
M
O
H
O
N
A
N
Model 1 / PMDN
Kelengkapan
-Akte perusahaan atau KTP
bagi perorangan
-Copy NPWP
-Proses dan flowchart
-Uraian produksi / kegiatan
usaha
-Surat kuasa apabila bukan
ditandatangani Direksi
2. PERSETUJUAN
PENANAMAN
Surat Persetujuan
untuk PMDN
Model 1 / Foreigen Capital
Investment (PMA)
Peserta Indonesia
-Akta perusahaan
-Copy KTP apabila perorangan
-Copy NPWP untuk PMA
peserta asing
-Akte perusahaan
-Copy paspor apabila perorangan
-Copy NPWP untuk PT PMA
-Proses dan flowchart
-Uraian produksi kegiatan
Surat Persetujuan
untuk PMA
RENCANA PERUBAHAN
- Perubahan bidang usaha atau produksi
- Perubahan investasi
- Perubahan/pertambahan TKA
- Perubahan kepemilikan saham
- Preusan PMA atau PMDN atau non PMA/PMDN
- Perpanjangan WPP
- Perubahan status
3. PERIZINAN
PELAKSANA-AN
-Pembelian saham preusan PMDN dan non PMA/PMDN
oleh asing atau sebaliknya
-APIT, untukmengimpor barang modal dan bahan baku yang dibutuhkan
-RPTK untuk mendatangkan/ menggunakan TKA
-Rekomendasi TA.01 kepada Dirjen Imigrasi agar dapat diterbitkan VISA
bagi TKA
-IKTA, untuk memperkerjakan TKA
-SP Pabean BB/P, pemberian fasilitas atas penginfor bahan
baku/penolong
===========================================
4. REALISASI
IZIN
USAHA
Di Kabupaten/ Kota : Izin lokasi, IMB, Izin UUG/HO, Sertifikat
Copy akta pendirian dan
Atas Tanah
pengesahan
Sebagai dasar untuk
Kelengkapan
-Melakukan produksi komersil
-Copy akte perusahaan
-Copy IMB
-Copy izin UUG/HO
-Copy sertifikat hak atas tanah
- LKPM
-RKL/RPL atau UKL/UPL atau SPPL
BAP
-Copy SP PMDN atau SP PMA dan
Profil Project Ikan Kerapu
perubahannya
-Pengajuan rencana peluasan
investasi
-Pengajuan restrukturisasi
-Pengajuan atau tambahan
bahan baku /penolong
35
PENUTUP
Dari pemaparan mengenai peluang investasi budidaya ikan kerapu di
Kalimantan Timur, terlihat jelas bahwa wilayah Kalimantan Timur antara lain Bontang,
Berau dan Kutai Timur memiliki potensi perairan laut yang sangat besar untuk
dikembangkan.
Kendala pengembangan usaha ikan kerapu saat ini terletak pada benih ikan
yang masih mengandalkan dari bibit alam dan bibit dari luar daerah. Untuk itu, investasi
di bidang budidaya ikan kerapu ini sangat diperlukan. Selain sebagai suplai daerah,
tentunya mampu memberikan pendapatan yang sangat tinggi karena ikan kerapu sangat
diminati di pasar luar negeri
Diharapkan dengan membaca buku ini dapat memberikan gambaran yang jelas
mengenai bagaimana prospek pasar ikan kerapu, apakah secara teknis Kalimantan Timur
khususnya di daerah perairan Bontang, Berau dan Kutai Timur memungkinkan untuk usaha
budidaya ikan kerapu, dan apakah secara finansial menguntungkan atau tidak bagi
pihak investor.
Investor yang menginginkan informasi lebih lanjut dapat menghubungi:
Badan Perijinan dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) Propinsi Kalimantan Timur
Jl. Basuki Rachmad No. 56 Telp. (62-541) 743235 & 743487
Fax. (62-541) 736446 E-mail: [email protected]
Website: http://bppmd.kaltimprov.go.id
Ir. M. Dyahyar, M.Si
Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Bontang
Jl. Juanda No. 41 Bukit Indah Bontang
Telp. (62-548) 25370 Fax. (62-548) 25370
Profil Project Ikan Kerapu
36
Download