Jurnal Kelautan - Universitas Dr. Soetomo Repository

advertisement
Volu me 17, Nomor 1, Januari 2011
ISSN 0852-2812 Jurnal Kelautan ~~@IDru~~~
_~litmflD
Neptunus
J. Kelautan
Vol. 17
I
No.1
Hal. 1 - 59
I
Surabaya
I Januari 2011
ISSN
0852-2812
Volume 17, Nomor 1, Januari 2011
ISSN 0852-2812
Jurnal Kelautan
DAFTAR 151
Respon Pertumbuhan Kepiting Bakau (Scylla Serrata Forskal) terhadap
Salinitas Dan Jenis Pakan Segar
Sri Oetami Madyowati
1-6
Laju Korosi Pel at Baja l unak Grade A yang Telah Mengalami Deformasi
Plastis pada Media Air La ut
Tri Agung Kristiyono, Nur Yanu Nugroho
7 - 16
Analisis Kualitas Perairan untuk Ka ramba Jaring Apung Ikan Kerapu di
Kabupaten Situbondo
Sumaryam,Yusrudin
17 - 26
Perbandingan Kons umsi Daya Listrik Penggunaan Refrigerant Hydrocarbon
(He) dengan Freon (CFe) pada Sistem Pendi ngin
Subuh Isnur Haryudo, Urip Prayogi
27 - 37
Pengaruh Pemindangan dan Pengasapan t erhadap Masa Simpan Ikan
Lemuru (Sardinella /ongiceps)
Restu Tjiptaningdyah
38 - 43
Mutu Tepung Pati Singkong Termo difi kasi Oksidasi dan Aplikasinya
sebagai Filling Agent pada Makanan Berbasis Daging Ikan
Titiek Indhira Agustin
44 - 59
(Cover depan : general cargo yang sedang melakukan bongkar muat di pelabuhan Teluk Bayur Padang,
Sumatera Barat- NYN/Neptunus)
ANALISIS KUALITAS PERAIRAN UNTUK KARAMBA JARING APUNG IKAN KERAPU 01 KABUPATEN SITUBONOO Sumaryam Yusrudin
Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Dr. Soetomo Surabaya
e-mail: [email protected]
Abstract: This research about analysis of water quality for the floating cages of
the groupers has been conducted. This research represents the exploratory study
as a mean to study the level of suitability to water quality of territorial water the
Sub district of Besuki of Regency Situbondo for magnification of Groupers which is
looked after in the floating cages. Analysis conducted by compiling suitability
matrix to assess the eligibility on the basis of score gift of water quality parameter
as constraint of activity of the grouper culture in the floating cages. Each
parameter given by the score to be used in determination to the level of suitability.
Score 5 showing optimum value of pertinent parameter to culture activity, score 3
enough according to and score 1 inappropriate or there are constraint. Result of
this research indicates that the territorial water the Sub district Besuki own the
level of suitability Sl or suitable for floating cages of the grouper to its territorial
water quality value.
Keywords: Water quality, suitability, the floating cages, Grouper
PENDAHULUAN
Ikan kerapu termasuk warmwater
fish dengan suhu pemeliharaan optimum
20 - 30°C, dap at hidup pada perairan
payau dan laut (Hassin et al. 1997; Kohno
dkk. 1990; Mackie 2000). Indonesia ada­
lah negara produsen kerapu terbesar di
dunia dengan produksi 41.000 MT atau
13,94% produksi dunia. Produksi terse­
but 90% merupakan ekstraksi dari alam,
dengan tingginya tingkat pemanfaatan
disertai
dengan
pro dluktivitas yang
semakin menu run, maka produksi tang­
kapan pun cenderung menurun (Rach­
mansyah 2000; Ahmad dkk. 1995; Pirzan
dan Utojo 2000). Dari sekitar 58.905 ton
produksi ikan kerapu di Indonesia pada
tahun 2001, hanya sekitar 7.500 ton
(sekitar 13 %) yang berasal dari budidaya
(Subiyanto 2006). Untuk memenuhi per­
mintaan pasar yang cenderung mening­
kat, maka usaha pembudidayaan secara
masal perlu dilakukan sesegera mungkin.
Salah
satu
faktor
penunjang
keberhasilan pembesaran ikan kerapu
sistem Karamba Jaring Apung (KJA)
adalah pemilihan lokasi, karena tidak
semua lokasi pad a suatu kawasan sesuai
secara teknis untuk budidaya kerapu.
Kalaupun suatu perairan sesuai untu'k
budidaya jenis ikan ini tetapi belum tentu
cocok untuk penempatan KJA. Penelitian
ini dilakukan berdasarkan kenyataan
bahwa
kegagalan
pembesaran ikan
kerapu dalam karamba jaring apung (KJA)
terjadi karena kurang sesuainya kondisi
perairan dengan kebutuhan teknis budi­
daya. Tidak semua tempat sesuai untuk
penempatan KJA. Kelemahan dalam
17 Krlteria
Pasut
5
Bobot
1
3
1
5
2
3
1
>5 5
3 5
<3 3
Air
Arus
1
1
5
:2
3
1
27 -32 24- 26 <24 7­
30 32 5
1
3
1
5
3
1
1
5
1
3
1
DO
>5 3 5
<3 Nitrat 5
3
1
5
3
2
1
(mg/l)
5
3
1
1
19
Total skor selanjutnya dipakai untuk
menentukan
klas
kesesuaian
lahan
budidaya ikan kerapu dalam KJA. 5elang
antara
total
skor
penentu
lahan
maksimum dan total penentu minimum
dibagi reneana
(pad a penelitian
sesuai,
agak
Kesesuaian skor
Tebel2.
klas kesesuaian lahan
ini adalah 3 klas, yaitu:
sesuai,
tidak
sesuai.
klas dapat dilihat pada
Tabel 2. 5kor klas kesesuaian
51
52
N
Keterangan : Klas Kesesuaian Sesuai
Agak sesuai
Tidak sesuai
S = suitable
No = not suitable
Skor
48 - 65
30 - 47
13 -29
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kualitas perairan yang diamati da­
lam penelitian ini meliputi parameter fisik
dan kimia perairan yang dapat mem­
pengaruhi organisme budidaya dan ke­
mudahan penerapan metode budidaya,
meliputi keeerahan, kekeruhan, suhu air,
oksigen terlarut, pH, salinitas, kandungan
nitrat dan fosfat. Hasil pengukuran kuali­
tas air dapat dilihat pada Tabel 3.
Perbedaan antara tinggi permu­
kaan air pada saat pasang dan surut di
perairan Besuki rata-rata 70 em . Tinggi
gelombang pada seluruh areal penel1itian
berkisar antara 0- 0,15 m.
Nilai pengukuran masing-masing
parameter dinilai berdasarkan kebutuhan
kriteria budidaya dengan kriteria baik,
sedang, dan kurang berdasarkan Tabel 1,
hasil skoring tereantum pada Tabel 4.
Tabel 3. Kualitas air laut di wilayah penelitian
Parameter Satuan
Nilai pengukuran
Rata-rata
Stdev
FISIK
Keeepatan arus rata-rata
em/s
39,50
0,5000
Keeerahan
m
4,75
0,8292
Suhu air
o(
28,68
0,7521
mg/I
3,92
7,67
0,0389
0,2462
%0
0,6513
KIMIA
Oksigen
pH
Salinitas
20
Nitrat
mg/I
32,33
0,14
Fosfat
mg/I
0,02
0,0045
TSS
mg/I
6,72
0,1581
0,0037
Neptunus )urnol Kelouton, Vol. 17, No.1, )onuori 2011
S· oring parameter kualitas air di setiap stasiun penelitian untuk budidaya
. ~"'ap u dalam KJA
arameter
Satuan
m
m/s
m
m
Q(
23sa man (pH)
g~n t erlarut (DO)
Kadar garam
Fosfat
Nitrat
Total
Evaluasi
tingkat
kesesuaian
Evaluasi
berdasarkan parameter kualitas perairan
pada lokasi penelitian menunjukkan
angka 49, atau klas kesesuaian adalah 51
(suitable) . Klas kesesuaian 51 menunjuk­
kan bahwa kualitas perairan yang dinilai
pada lokasi penelitian dinyatakan layak
untuk mendukung kegiatan budidaya ikan
dalam karamba jaring apung, tanpa
kendala yang berarti.
Kualitas Perairan
Parameter kualitas air seeara me­
nyeluruh berpengaruh terhadap organis­
ma laut.
Pengaruh kualitas perairan
terhadap biota laut terjadi karena sifat
parameter kualitas air tersebut maupun
karena tingkat toleransi biota perairan
terhadap lingkungannya . Perairan Besuki
dapat dikatakan masih eukup baik untuk
menopang kehidupan organisma akuatik.
Kualitas air laut di perairan ini masih
berada di bawah baku mutu untuk
kegiatan konservasi, perikanan maupun
kegiatan pariwisata bahari, sehingga
kualHas air laut ini tidak menjadi faktor
penghambat bagi kegiatan tersebut.
mg/I
%0
mg/I
mg/I
Nilai Skor
3
10 6
3
5
5
6
5
3
3
49
51
Padatan tersuspensi atau Total Solid
Suspended (TSS) berhubungan erat
dengan nilai keeerahan perairan. Kandu­
ngan material tersuspensi dalam suatu
perairan dapat menghambat penetrasi
eahaya matahari ke dalam tubuh per­
airan, sehingga nilai keeerahan perairan
menjadi berkurang.
Hasil pengukuran
kedua parameter tersebut menunjukkan
bahwa semakin besar nilai TSS maka
tingkat keeerahan menjadi semakin keeil.
Bila dilihat dari besarnya nilai
kandungan bahan organik terlarut pada
perairan yang eukup tinggi yaitu lebih dari
6,72 mg/I. Hal ini mengindikasikan bahwa
aktivitas penduduk sekitar lokasi tersebut
memberikan kontribusi bahan organik ke
dalam perairan. Kegiatan penduduk seki­
tar lokasi penelitian disinyalir memiliki
kontribusi masuknya lim bah ke perairan.
Limbah yang memiliki kontribusi eukup
besar bagi tingginya kandungan bahan
organik di antaranya adalah limbah
rumah tangga, lim bah pertanian, dan
industri.
Keeerahan suatu perairan menun­
jukkan kemampuan eahaya matahari
Sumaryam Yusrudin: Analisis Kualitas Perairan untuk Karamba
21
menembus
air
tertentu. Pada perairan alamr kecerahan
dengan
nutrien
bagi organisme laut. Makin besar
laman penetrasi cahaya, nilsknya makin
baik bagi
budidaya. Kegiatan
budidaya pembesaran ikan memerlukan
penetrasi cahaya lebih
meter
(Balitbang SDL 1995).
Oksigen terlarut suatu perairan
dipengaruhi. oleh suhu, fotosintesis dian
penyerapan oksigen dari atmosfir. Kela­
rutan
dalam
laut menurut
Nybakken (1988) merllpakan suatu fungsi
dari suhu, semakin rendah suhu perairan
semakin
kelarutannya.
Pada perairan yang memiliki suhu air
rendah akan memiliki kandungan oksigen
terlarut
5uatu
perakan dapat pula dihubungkan dengan
kondis!
yang masuk
perairan memerlukan
untuk proses oks~dasinya, se­
perarran
tercemar biasanya
memiliki kandungan oksigen yang refatif
lebih
Kandungan oksigen tertarut
kurang dar! 5 mg/I, menandakan bahwa
peraitan
organisme dan pengu­
kan untuk
utama ok­
raian bahan
sigen terlarut adalah dari udara melalu~
difusi dan
fitoplankton padia
hari. Faktor
dapat menurunkan kadar oksigen terlarut
adalah kenaikan suhu air,
khu­
malam hari, adanya lapisan
minyak di atas permukaan laut dan
masuknya !imbah organik kedalam
terlarut yang dlinginkan bagi budidaya
perikanan
lebih dari 4 mg/I ,BBL
Ditjen Perikanan 1994}.
terutama
nitrat
dan fosfat sangat diperlukan oSeh
kehidupan
rantai kehidupan. Kandung­
unsur
an nitrat dan fosfat
digunakan untuk
ran perairan tersebut {Odum
Nybakken (1988) menyatakan banwa
mempunyai kebutuhar:l
minimum terhadap berbagai berbagai
unsur, bila unsur ini jumlahnya menurun
di bawah kebutuhan minimumnya maka
tersebut akan tersingkirkan.
Senyawa nitrogen dalam air laut
dalam tiga bentuk utama, yang berada
dalam keadaan kesetimbangan, yaltu
amoniak, nitrit
nitrat.
sangat
dipengaruhi
oleh
tersebut
kandung.an oksigen bebas dalam air.
seat
bergerak menuju amoniak, sedangkan
oksigen tinggi
pada saat
timbangan
menuju
merupakan hasi! akhir
oksidasi nitrogen
yang terkandung dalam air laut,
maupun terlarut berada
organik dan
Sumber fosfat umumnya berasal
dekomposisi organisme yang sudah matI.
nutrien bersama nitrat,
fosfat diabsorpsi oleh fitoplankton dan
masuk kedalam rantai
makanan (Romimohtarto &
et 01. 2000}.
Kandungan
ideal untuk
budidaya
ikan adalah 0,004 - 0,05
nitrat antara 0,02 - 0,4 mg/l (BBl Ditjen
Perikanan 1994).
Suhu air hasil pengukuran di ~okasi
penelltian menunjukkan
rata-rata
28,68 0c. Nugroho (1989) me­
nyatakan bahwa kebutuhan suhu air
untuk budidaya perikanan laut berkisar
antara 28 0c.
ikan tropis
Neptunus Jurnal Kelautan, Vol.
No.1, Januari 2011
tidak akan tumbuh baik pada suhu di
bawah 24°C dan perubahan suhu harian
yang masih dapat ditolerir organisme air
maksimal 4°C (Mubarak 1990; BBL Ditjen
Perikanan 1994), sehingga suhu perairan
Besuki dapat dikatakan mampu mendu­
kung kegiatan budidaya.
Analisis kesesuaian wilayah perairan
untuk budidaya laut
Analisis
ini
dilakukan
dengan
menyusun matriks kesesuaian untuk
menilai kelayakan atas dasar pemberian
skor pada parameter-parameter pemba­
tas kegiatan budidaya laut dan dalam
parameter ini mengandung kriteria yang
untuk
menentukan
klas
berfungsi
kesesuaian. Nlilai pengukuran masing­
masing parameter tersebut dinilai ber­
dasarkan kebutuhan kriteria budidaya
dengan kriterium baik, sedang, dan
kurang berdasarkan Tabel 1. Kriteria pe­
nilaian merupakan evaluasi dari hasil
pembobotan masing-masing hasil pengu­
kuran parameter (Iihat Tabel 2). Para­
meter kualitas air laut yang dinil'ai dalam
penelitian ini pada masing-masing stasiun
pengamatan meliputi pasang surut,
keeepatan arus, tinggi gelombang, suhu
perairan, derajat keasaman, oksigen
terlarut, salinitas, kandungan nitrat dan
fosfat.
Pasang surut berkaitan erat dengan
metode
penentuan
konstruksi
dan
budidaya, untuk menghindari· pada saat
surut dasar jaring tidak terlalu dekat
dengan dasar perairan. Besarnya kisaran
pasang surut juga mempengaruhi pola
arus dalam suatu teluk yang sangat
diperlukan bagi pelaksanaan budidaya
ikan, terutama dalam distribusi oksigen
Perbedaan antara tinggi
dan nutrien.
permukaan air pada saat pasang dan
surut di perairan Besuki rata-rata 70 em,
sehingga berdasarkan kriteria kesesuaian
pada Tabel 1 termasuk kategori sedang
dengan skor 3.
Arus merupakan faktor penentu
budidaya laut karena memiliki peranan
yang eukup penting dalam menunjang
proses budidaya.
Fungsi utama arus
dalam kegiatan budidaya laut adalah
sebagai pembawa nutrien dan gas-gas
terlarut yang diperlukan organisme
budidaya. Nilai rata-rata parameter ke­
eepatan arus pad a lokasi penelitian
adalah 39,S em/so Nilai keeepatan arus ini
menurut Sueiantoro (1997) termasuk
dalam kisaran yang baik untuk budidaya
ikan dalam karamba yaitu sebesar 20 - 40
em/so
Keeepatan arus yang demikian
eukup untuk pergerakan unsur hara dari
tempat lain, serta pergerakan hasil
ekskresi organisme budidaya.
Lebih
lanjut dinyatakan juga bahwa keeepatan
arus lebih dari 50 em/s akan sangat
mengganggu pertumbuhan organisme
budidaya, karena energi yang diperoleh
dari makanan akan semakin banyak
digunakan untuk mempertahankan posisi
melawan arus. Raharjo (1996) menyata­
kan bahwa arus yang terlalu kuat dapat
menyebabkan stres pad a ikan sehingga
produksi menu run.
Sementara Pilay
(1992) menyatakan bahwa keeepatan
arus yang teri'alu kecil bahkan relatif te­
nang akan menghambat proses penga­
dukan sisa hasil ekskresi organisme bu­
didaya. Hasil pembobotan berdasar-kan
Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai keeepa­
tan arus pad a perairan i,ni termasuk kate­
gori baik dengan skor 10.
Gelombang dalam budidaya laut
perlu diperhatikan karena berkaitan
dengan kenyamanan dan keselamatan
investasi. Gel'o mbang yang besar dapat
merusak konstruksi budidaya dan dapat
pula menyebabkan ikan stress. Tetapi
gelombang dapat meningkatkan bidang
sentuh antara air dan udara, sehingga
Sumaryam Yusrudin: Ana/isis Kua/itas Perairan untuk Karamba
23
24
ruhi oleh kandu ngan oksigen bebas dalam
air. Pada sa at oksigen rendah kesetim­
bangan bergerak menuju amoniak, se­
dangkan pada saat kadar oksigen tinggi
kesetimbangan bergerak menuju nitrat,
sehingga nitrat merupakan hasil akhir
oksidasi nitrogen dalam air laut (Johnsen,
et al. 1993; Neori, et al. 2000).
KESI MPULAN
Perairan Keca mat an Besuki Kabu­
paten Situbondo memungkinkan untuk
dilakukan usaha pembesaran ikan kerapu
dengan penerapan teknik budidaya
karam a jaring apu ng, berdasarkan aspek
ka rakt erist ik ku alitas pera irannya.
Perlu dil akukan penelitian lanjutan
tentang an alisis spasial dengan metode
GIS untuk menentukan lokasi yang paling
sesuai bagi penempatan KJA di perairan
tersebut dengan me mpertimbangkan
aspek t ekn is, sosial, serta kelestarian
lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad T, Rukyani A, Wijono A. 1995.
Teknik Budidaya Laut dengan
Karamba Jaring Apu ng. Oi dalam :
Prosiding Temu Usaha Pemasya­
rakatan Teknologi Keromba laring
Apung bagi Budidaya Laut, Jakarta,
12-13 April 1995. No.38/PHK/KAN/
1995. HaI.69-87.
Aji N, Murdjani M, Notowinarto. 1989.
Budidaya Ikan Kerapu di Kurungan
Apung. INFIS manual seri 104.
Jakarta : Oitjen Perikanan dan lORe.
[BBL] Budidaya Laut Oitjen Perikanan .
1994. Pemilihan Lokasi Budidaya
Laut. Jakarta: Oirektorat Jenderal
Perikanan, Departemen Pertanian.
[Balitbang SOL] Balai Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Laut
Pusat Penelitian dan Pengembang­
an Oseanologi LlPI. 1995. Laporon
Survey
Pengembangan
Model
Prototipe
Kelautan.
Jakarta:
Puslitbang Oseanologi LlPI.
Boyd CEo 1990. Water Quality in Ponds
for Aquaculture Alabama. Agricul­
tural Experiment Station. Auburn
University.
Oahuri R, Rais J, GinHng SP, Sitepu MJ.
1996.
Pengelolaan Sumber-daya
Wilayah Pesisir dan Lautan Secara
Terpadu.
Jakarta : PT. Pradnya
Para mita.
[OKPj Oepartemen Kelautan dan Peri­
kanan . 2000.
Peluang Usaha
Peri kanan, Sepuluh Komoditas Ung­
gulan. Jakarta : Oirektorat Usaha
dan
Pengolahan
Hasil.
Dirjen
Perikanan OKP.
Direktorat Jenderal Perikanan. 1994.
Petunjuk Teknis Budidaya Ikan Laut
di l aring Apung. Jakarta: Oirek orat
Jenderal Peri kanan, Oepartemen
Pertani an .
Hassin S, Monbrison 00, Hanin V, Elizur A,
Zohar V,
Popper OM. 1997.
Domestication
of
The
White
Grouper,
Epinephelus
aeneus.
Growth and Reproduction. Elsevier.
Aquaculture 156 :305-316 .
Hutabarat S, Evans SM . 1986. Pengantar
Oseanogrofi. Cetakan III. Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia.
Johnsen RI, Grahl-Nielsen 0, Lunestad,
BT. 1993. Environmental Distribu­
tion of Organic Waste From A Ma­
rine Fish Farm. Elsevier. Aquculture
118 : 229-244.
Kohno H, Ouray M, Sunyoto P. 1990. A
Field Grouper to Grouper at
Southeast Asia. PHP/KAN/PT No.
Sumaryam Yusrudin : Analisis Kualitas Perairan untuk Karamba
25
Pilay
hal.
Sunyoto P.
Neori
Kerapu
Download