BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 melalui Pembangunan Nasional yang berkesinambungan.1 Pembangunan kesehatan menitikberatkan pada program-program penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) sebagai salah satu indikator penting dalam kesehatan masyarakat. AKB telah menurun dari 46 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1997 menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2005, dan diproyeksikan terus menurun menjadi 26 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2010. AKB ini sangat penting, karena tingginya AKB menunjukkan rendahnya kualitas perawatan selama masa kehamilan, saat persalinan, masa nifas, status gizi dan penyakit infeksi.2 Sebagai salah satu indikator yang penting untuk mengetahui derajat kesehatan di suatu negara AKB yakni banyaknya bayi (umur 0-12 bulan) yang meninggal per 1000 kelahiran hidup (Data Statistik Indonesia, 2010).1 WalaupunAngka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia telah relatif menurun dari 103% pada akhir Pelita II menjadi 90,3% pada akhir Pelita III, dan 76% pada akhir Pelita IV, AKB di Indonesia masih terbilang tinggi, yaitu 31,04/1000 kelahiran hidup artinya terdapat 31,04 bayi meninggal dalam setiap 1000 kelahiran.Bila dibandingkan dengan Malaysia dan Singapura yang masing-masing sebesar 16,39/1000 dan 2,3/1000 kelahiran hidup, maka AKB di Indonesia jauh lebih tinggi. Menyangkut hal ini, pemerintah telah berupaya menyusun berbagai program guna mencapai sasaran Millenium Development Goals (MDGs) yaitu AKB menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Depkes RI, 2010).2 Keterkaitan tingginya AKB di Indonesia dengan derajat kesehatan di Indonesia tampaknya sangat logis. Pada penelitian penyebab kematian pada Balita di Indonesia, ternyata 70% kematian balita disebabkan karena diare, radang akut pada saluran pernapasan dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Dari sini dapat diketahui bahwa dengan meningkatkan derajat kesehatan dalam hal pencegahan penyakit dengan imunisasi, maka AKB dapat diturunkan (Depkes RI, 2010).2 1 Pada tahun 1990 Indonesia telah mencapai lebih dari 90% imunisasi dasar yang dikenal sebagai Universal Child Imunization (UCI). Kemudian secara regional dilakukan imunisasi terhadap Hepatitis B yang masih dalam pelaksanaan saat ini. Ditambah lagi dengan gerakan PIN (Pekan Imunisasi Nasional) terhadap penyakit polio pada tahun 1995, 1996, 1997 secara berturut-turut dan serentak diseluruh tanah air yang kemudian ditambah dengan vaksinasi terhadap tetanus neonatorum dan campak dengan harapan bahwa pada tahun 2003 Indonesia bebas dari penyakit polio dan tetanus pada bayi (Dinkes Banyuwangi, 2009).3 Cakupan imunisasi harus dipertahankan tinggi dan merata agar selain PD3I (penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi) dapat ditekan, juga mencegah terjadinya kejadian luar biasa (KLB). Berkaitan dengan hal ini, upaya imunisasi perlu disertai dengan upaya surveilans epidemiologi agar setiap peningkatan kasus penyakit atau terjadinya KLB dapat terdeteksi dan segera diatasi. Dengan kata lain, jelaslah bahwa upaya imunisasi perlu terus ditingkatkan untuk mencapai tingkat population imunity (kekebalan masyarakat) yang tinggi sehingga dapat memutuskan rantai penularan PD3I (Sinar Harapan, 2009).4 Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, upaya imunisasi dapat semakin efektif dan efisien dengan harapan dapat memberikan sumbangan yang nyata bagi kesejahteraan bayi dan anak, ibu serta masyarakat lainnya.. I.2 Rumusan Masalah a. Apakah cakupan imunisasi BCG di Puskesmas Sei Selincah pada tahun 2011memenuhi target yang ditetapkan? b. Apakah cakupan imunisasi DPT di Puskesmas Sei Selincah pada tahun 2011 memenuhi target yang ditetapkan? c. Apakah cakupan imunisasi HB di Puskesmas Sei Selincah pada tahun 2011 memenuhi target yang ditetapkan? d. Apakah cakupan imunisasi polio di Puskesmas Sei Selincah pada tahun 2011 memenuhi target yang ditetapkan? e. Apakah cakupan imunisasi campak di Puskesmas Sei Selincah pada tahun 2011memenuhi target yang ditetapkan? 2 I.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui cakupan imunisasi dasar di Puskesmas Sei Selincahpada tahun 2011 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengetahui cakupan imunisasi BCG di PuskesmasSei Selincah pada tahun 2011, b. Mengetahui cakupan imunisasi DPT di Puskesmas Sei Selincah pada tahun 2011, c. Mengetahui cakupan imunisasi HB di Puskesmas Sei Selincah pada tahun 2011, d. Mengetahui cakupan imunisasi polio di Puskesmas Sei Selincah pada tahun 2011, e. Mengetahui cakupan imunisasi campak diPuskesmas Sei Selincah pada tahun 2011 1.4 Manfaat Manfaat yang diharapkan dapat diambil dari makalah ini, antara lain: a. Bagi mahasiswa 1. Menambah pengetahuan mengenai manajemen program kesehatan ibu dan anak(KIA) dan sebagai salah satu pengalaman yang akan bermanfaat saat bertugas di puskesmas pada masa yang akan datang. 2. Mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh mahasiswa, sehingga dapat bermanfaat bagi pemantauan program puskesmas selanjutnya. b. Bagi puskesmas Menjadi salah satu bahan pertimbangan untuk mengevaluasi dan meningkatkan pencapaian upaya pelaksanaan program kesehatan ibu dan anak(KIA) c. Bagi dinas kesehatan Sebagai sarana informasi sehingga dapat memberikan dukungan terhadap upaya pelaksanaan program kesehatan ibu dan anak(KIA) di Puskesmas Sei Selincah. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Upaya Kesehatan Wajib dan Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak Program kerja tentang kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu dari upaya pelayanan wajib dari suatu pusat kesehatan masyarakat atau yang kerap disebut puskesmas.Beberapa upaya wajib yang dilakukan adalah : 4 1. Upaya promosi kesehatan 2. Upaya kesehatan lingkungan 3. Upaya perbaikan gizi 4. Upaya pencegahan & pemberantasan penyakit menular 5. Upaya kesehatan ibu, anak & kb 6. Upaya pengobatan dasar Selain 6 (enam) upaya diatas, terdapat beberapa upaya pengembangan yang dilakukan di suatu puskesmas. Diantaranya, usaha kesehatan sekolah, perawatan kesehatan masyarakat, kesehatan usia lanjut, upaya kesehatan tradisional, dan lainnya. Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) menjadi topik yang akan dibahas di dalam makalah ini. PWS KIA adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA disuatu wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat. Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita.5 Dengan manajemen PWS KIA diharapkan cakupan pelayanan dapat menjangkau seluruh sasaran di suatu wilayah kerja sehingga kasus dengan risiko komplikasi kebidanan dapat ditemukan sedini mungkin untuk dapat memperoleh penanganan yang memadai. Penyajian PWS KIA juga dapat dipakai sebagai alat motivasi, informasi dan komunikasi kepada sector terkait, khususnya aparat setempat yang berperan dalam pendataan dan 4 penggerakan sasaran maupun membantu dalam memecahkan masalah non teknis misalnya : bumil KEK, rujukan kasus dengan resiko. Pelaksanaan PWS KIA baru berarti bila dilengkapi dengan tindak lanjut berupa perbaikan dalam pelaksanaan pelayanan KIA. PWS KIA dikembangkanuntuk intensifikasi manajemen program. Walaupun demikian hasil rekapitulasinya di tingkat puskesmas dan kabupatan dapat di pakai untuk menentukan puskesmas dan desa / kelurahan yang rawan. Demikian pula rekapitulasi PWS KIA di tingkat propinsi dapat dipakai untuk menentukan kabupaten yang rawan. Berikut adalah beberapa cakupan dari program di KIA.5 1. Pelayanan Antenatal (K1 dan K4) 2. Pendeteksian ibu hamil, bersalin, dan nifas oleh tenaga kesehatan 3. Pendeteksian ibu hamil, bersalin, dan nifas oleh masyarakat 4. Kunjungan Neonatus 5. Kunjungan Bayi 6. Pelayanan Kesehatan Anak Pra Sekolah 7. Pelayanan Keluarga Berencana 8. Pelayanan Imunisasi Dengan contoh dari cakupan yang Kunjungan antenatal care yang dibagi menjadi Kunjungan 1 (K1) sebesar 95%, K4 sebesar 90%, pendeteksian ibu hamil, bersalin, dan nifas oleh tenaga kesehatan sebesar 20%, pendeteksian ibu hamil, bersalin, dan nifas oleh masyarakat sebesar 75%. 2.2 Angka Kematian Bayi (AKB)6 Angka kematian bayi dan meningkatnya angka harapan hidup mengindikasikan meningkatnya derajat kesehatan penduduk. Berdasarkan Sensus Penduduk (SP) 1990, estimasi angka kematian bayi di Sumatera Selatan diperkirakan 71 per 1000 kelahiran, sedangkan berdasarkan SP 2000, angka kematian bayi di Sumatera Selatan turun drastis menjadi 53 per 1000 kelahiran, atau turun 25 persen selama 10 tahun atau rata-rata turun 2,5 persen per tahun. AKB Sumsel lebih tinggi dibandingkan Angka Nasional yaitu 42 per 1000 kelahiran hidup (SUSENAS 2007). Menurut target MDGs AKB diharapkan turun menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup. Kematian bayi di Sumatera Selatan tahun 2009 adalah 4 per 1000 kelahiran hidup. Persentase 5 kematian bayi tertinggi terjadi di kabupaten Ogan Komering Ilir (1.31%) dan Lahat (0.82%), persentase terendah di kabupaten Muara Enim (0.14%) dan Empat Lawang (0.13%). Angka kematian bayi di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2009 adalah 0,8 (79 kematian bayi), sedangkan pada tahun 2008 adalah 3,4 (537 kematian bayi). . Dari hasil survei yang dilakukan AKB telah menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu, namun demikianupaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan millenium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus.6 Gambar 1 . Perkembangan Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Balita Nasional Tahun 1898-2005 2.3 Pengertian Imunisasi Imunisasi berasal dari kata Imun sedangkan kata imun berasal dari bahasa Latin „immunitas‟ yang berarti kekebalan. Dulu, kekebalan yang dimaksud ialah kekebalan yang diberikan kepada para senator Romawi selama masa jabatan mereka terhadap kewajiban sebagai warganegara biasa dan terhadap dakwaan. Dalam perkembangan sejarah, istilah imun kemudian 6 berkembang sehingga pengertiannya berubah menjadi perlindungan/kekebalan terhadap penyakit, dan lebih spesifik lagi, terhadap penyakit menular.10 Imunisasi yang dikenal saat ini ialah imunisasi dasar lengkap yakni pemberian 5 vaksin imunisasi (vaksin BCG, polio, DPT, hepatitis B, dan campak) sesuai jadwal yang telah ditentukan untuk bayi dibawah 1 tahun.7,8,9 2. 4Tujuan Pemberian Imunisasi Tujuan dari pemberian imunisasi secara umum ialah sebagai berikut: a. Untuk mencegah terjadinya penyakit infeksi tertentu sehingga menurunkan angka kesakitan dan kematian pada bayi akibat penyakit menular yang sebetulnya dapat dicegah dengan program imunisasi.8,9 b. Setelah pemberlakuan imunisasi, apabila terjadi penyakit tertentu, gejalanya tidak akan terlalu parah, apalagi sampai menimbulkan kecacatan dan kematian. 2. 5 Syarat-Syarat Imunisasi Ada beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya bagi anak, yang pencegahannya dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi dalam bentuk vaksin. Dapat dipahami bahwa imunisasi hanya dilakukan pada tubuh yang sehat. Anak dalam kondisi berikut tidak boleh diberikan imunisasi: Anak yang sedang sakit keras Keadaan fisik lemah Dalam masa tunas suatu penyakit Sedang mendapat pengobatan dengan sediaan kortikosteroid atau obat imunosupresif lainnya (Ranuh 2001 dan Rachman 1987).9 Dalam pemberian imunisasi ada syarat yang harus diperhatikan yaitu:10 Diberikan pada bayi atau anak yang sehat (dalam kondisi terbaik) Vaksin yang diberikan harus baik Vaksin disimpan di lemari es dan belum lewat masa berlakunya Pemberian imunisasi dengan teknik yang tepat Petugas mengetahui jadwal imunisasi dengan melihat umur dan jenis imunisasi yang telah diterima, meneliti jenis vaksin yang diberikan, memberikan dosis yang akan 7 diberikan, mencatat nomor batch pada buku anak atau kartu imunisasi serta memberikan informed concent kepada orang tua atau keluarga sebelum melakukan tindakan imunisasi Petugas juga harus menjelaskan kepada orang tua si anak tentang manfaat dan efek samping atau Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang dapat timbul setelah pemberian imunisasi. 2. 6 Jenis-Jenis Imunisasi Dasar11,12,13,14 2. 6.1 Vaksin BCG Vaksin BCG adalah vaksin hidup yang berasal dari bakteri. Bentuknya vaksin beku kering seperti vaksin campak berbentuk bubuk yang berfungsi melindungi anak terhadap penyakit tuberculosis (TBC). Dibuat dari bibit penyakit hidup yang telah dilemahkan, ditemukan oleh Calmett Guerint. Sebelum menyuntikkan BCG, vaksin harus lebih dulu dilarutkan dengan 4 cc cairan pelarut (NaCl 0,9%). Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan dalam waktu 3 jam. Vaksin akan mudah rusak bila kena sinar matahari langsung. Tempat penyuntikan adalah sepertiga bagian lengan kanan atas. Setelah 2 minggu akan terjadi pembengkakan kecil dan merah di tempat suntikan. setelah 2-3 minggu kemudian pembengkakan menjadi abses kecil yang menjadi luka dengan garis tengah sekitar 10 mm. jangan diberi obat apapun, dan biarkan luka tetap terbuka. luka tersebut akan sembuh dengan sendirinya dan meninggalkan parut yang kecil. Vaksin BCG diberikan hanya 1 kali, saat bayi lahir (di RS) atau saat bayi berumur 1 bulan. Dosis: 0,05 cc. Tempat penyuntikan: insersio m.deltoideus. Efek samping: Pembengkakan kelenjar regional menjadi pecah, ulkus, luka dibiarkan (tidak perlu diinsisi ataupun kompres) Gejala-gejala TBC: 1. Batuk lama (lebih dari 3 minggu), dapat disertai darah. 2. Demam ringan 3. Lesu dan tidak bergairah. 4. Berat badan menurun drastis serta nafsu makan menurun. 8 2. 6.2 Vaksin Polio Penyebab polio adalah virus. Vaksin yang digunakan oleh banyak negara termasuk Indonesia adalah vaksin hidup, berbentuk cairan. Pemberian pada anak dengan meneteskan pada mulut sebanyak 2 tetes. Kemasan sebanyak 1 cc / 2 cc dalam 1 ampul. Vaksin polio diberikan paling sedikit sebanyak 4 kali dan dengan jarak pemberian minimal 1 bulan sekali. (dapat diberikan saat bayi berumur 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan atau dapat mengikuti jadwal pada tabel yang telah diberikan di bawah). Efek samping: 1. Sangat jarang; bila terjadi kelumpuhan ekstremitas segera konsul, 2. Diare, 3. Dehidrasi (tergantung derajat diare, biasanya hanya diare ringan). Gejala-gejala poliomyelitis: 1. Demam 2. Muntah dan sakit perut 3. Lesu dan sensitif 4. Kram otot pada leher dan punggung 5. Otot terasa lembek jika disentuh 6. Kelumpuhan otot permanen 2. 6.3 Vaksin DPT Terdiridari toxoid difteri, bakteri pertusis dan tetanus toxoid, kadang disebut “triple vaccine”. Berisi vaksin DPT, TT dan DT. Vaksin DPT disimpan pada suhu 2,8°C kemasan yang digunakan : Dalam - 5cc untuk DPT, 5cc untuk TT, 5cc untuk DT. Pemberian imunisasi DPT, DT, TT dosisnya adalah 0,5 cc. Dalam pemberiannya biasanya berupa suntikan pada lengan atau paha. Kadang2 bayi menderita panas setelah mendapat vaksin ini. tetapi panas ini umumnya akan sembuh dalam 1-2 hari. sebagian bayi merasa nyeri, sakit, merah atau bengkak di tempat suntikan. sedangkan sebagian bayi lainnya tidak. keadaan ini tidak berbahaya dan tidak perlu pengobatan, akan sembuh sendiri. Vaksin DPT diberikan saat bayi berumur 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan atau dapat mengikuti jadwal pada tabel yang telah diberikan di bawah. Dosis: 0,5 cc. 9 Efek samping: 1. Demam ringan - berikan kompres dan anti piretik 2. Rasa sakit di daerah suntikan 1-2 hari, perlu berikan analgetik 3. Demam tinggi atau kejang, tetapi jarang, berikan anti convulsan. Gejala Difteri: 1. Demam tinggi 2. Pembengkakan pada amandel ( tonsil ) dan terlihat selaput puith kotor makin lama makin membesar dan dapat menutup jalan napas Gejala Pertussis: 1. Batuk terus menerus sukar berhenti 2. Muka menjadi merah atau kebiruan 3. Muntah kadang-kadang bercampur darah. 4. Batuk diakhiri dengan tarikan napas panjang dan berbunyi melengking. Gejala tetanus: 1. Kejang otot rahang (dikenal juga dengan trismus atau kejang mulut) 2. Pembengkakan, rasa sakit dan kaku di otot leher, bahu atau punggung 3. Kejang-kejang secara cepat merambat ke otot perut, lengan atas dan paha. 2. 6.4 Vaksin Hepatitis B Penyebab hepatitis B adalah virus. Vaksin hepatitis B dibuat dari bagian virus yaitu lapisan paling luar (mantel virus) yang telah mengalami proses pemurnian. Vaksin hepatitis B akan rusak karena pembekuan dan pemanasan. Vaksin hepatitis B paling baik disimpan pada temperatur 2,8°C. Biasanya tempat penyuntikan di paha 1/3 bagian atas luar. Vaksin hepatitis B dapat diberikan saat bayi berumur 0 bulan dan selanjutnya dapat diberikan bersamaan dengan vaksin DPT. Dosis: 0,5 cc. Gejala-gejala hepatitis B: 1. Demam 2. Sakit perut 3. Kuning (terutama pada area mata yang putih/sklera). 10 2. 6.5 Vaksin Campak Penyebab campak adalah virus. Vaksin yang digunakan adalah vaksin hidup. Kemasan dalam flacon berbentuk gumpalan yang beku dan kering untuk dilarutkan dalam 5 cc pelarut. Sebelum menyuntikkan vaksin ini, harus terlebih dahulu dilarutkan dengan pelarut vaksin (aqua bidest). Disebut beku kering oleh karena pabrik pembuatan vaksin ini pertama kali membekukan vaksin tersebut kemudian mengeringkannya. Vaksin yang telah dilarutkan potensinya cepat menurun dan hanya bertahan selama 8 jam. Vaksin campak diberikan saat bayi berusia 9 bulan Dosis: 0,5 cc. Efek samping: 1. Demam ringan berikan kompres dan obat antipiretik, 2. Nampak sedikit bercak merah pada pipi dan bawah telinga pada hari 7-8 setelah penyuntikan, tidak berbahaya dan lakukan observasi. Selain demam tinggi, gejala-gejala campak ialah: 1. Bintik putih pada bagian dalam pipi sebelah depan gigi geraham 2. Mata merah dan berair 3. Tenggorokan sakit, pilek, batuk kering. 4. Muntah-muntah, diare, bintik merah di belakang telinga. 2. 7Saat yang Tepat Untuk Memberikan Vaksinasi Secara umum semakin tua umur anak semakin baik response imunologinya karena sistem pembentukan antibodi semakin sempurna serta gangguan dari kekebalan ibu sudah tidak ada lagi. Namun demikian harus diperhatikan faktor epidemiologi dari penyakit setempat. Pada negara berkembang, dimana insidens penyakit menular sangat tinggi, pemberian vaksinasi harus sedini mungkin, bila perlu diberikan booster (vaksin pengulangan) pada usia yang lebih tua untuk mencapai tingkat kekebalan yang optimal. Pada vaksinasi yang memerlukan lebih dari 1 dosis untuk memperoleh imunisai dasar lengkap, semakin panjang intervalnya semakin baik, sebaliknya semakin pendek intervalnya semakin tidak efektif. Oleh karena itu, pada jadwal imunisasihanya dikenal interval minimal. Mengurangi jumlah dosis dengan memperpanjang interval dapat menghasilkan tingkat kekebalan yang sama namun umur kekebalannya lebih pendek. 11 2.8 Sasaran dan Jadwal Imunisasi 2.8.1 Sasaran Imunisasi Penentuan sasaran program imunisasi terutama didasarkan pada patofisiologi penyakit, gambaran epidemiologis penyakit, potensi vaksin, respons imunologi, kemampuan operasional di lapangan, serta statistik. 1. Bayi (umur 0 – 11 bulan) Bayi merupakan sasaran imunisasi karena angka kematian bayi cukup tinggi. Proporsi kematian bayi menurut golongan umur sangat besar. 12 2. 9.2 Jadwal Imunisasi Tabel 1 Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Bayi-Anak19 Sumber: Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2010. Jadwal Imunisasi 2010, Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia.[dikutip 12 Juni 2011]; Tersedia di: http://ayahbunda.co.id/imunisasi 13 BAB III PROFIL PUSKESMAS SEI SELINCAH PALEMBANG Berdasarkan Keputusan 128/MENKES/SK/II/2004 Menteri puskesmas Kesehatan adalah unit Republik pelaksana Indonesia teknis dinas Nomor kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal dengan menyelenggarakan upaya kesehatan wajib dan pengembangan. 6 Selain peraturan diatas, ada juga peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang puskesams dan wilayah kerja administratifnya. Surat Keputusan Walikota Palembang tahun 2001 yang mengatur wilayah kerja masing-masingnya. Puskesmas Sei Selincah terletak di Kecamatan Kalidoni tepatnya di kelurahan Sei Selincah. Puskesmas ini terletak di Jalan Mayor Zen. Masyarakat yang ingin berobat dapat menjangkaunya dengan berjalan kaki, angkutan umum, becak maupun menggunakan kendaraan bermotor. Wilayah kerja Puskesmas Sei Selincah meliputi2 kelurahan yaitu kelurahan Sei Selincah dan Sei Lais, dengan luas wilayah kerjanya ±2.365 Ha Luas Wilayah Kerja Puskesmas Sei Selincah Tabel 2 Luas Wilayah Kerja Puskesmas No Nama Kelurahan Luas Wilayah 1 Kelurahan Sei Selincah 1515 Ha 2 Kelurahan Sei Lais 850 Ha Total 2365 Ha Wilayah Kerja Puskesmas Sei Selincah ini berbatasan dengan: Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sukamandi Sebelah Selatan berbatasan dengan Sungai Musi Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Sei Selayur Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Musi 14 Kondisi geografi wilayah kerjanya terdiri dari dataran rendah, rawa-rawa dan sungai 3.1 Visi, Misi, Moto, dan Nilai Puskesmas Visi : Tercapainya Kelurahan Sei Selincah dan Sei Lais yang optimal yang bertumpu pada pelayanan prima dan pemberdayaan masyarakat. Misi : meningkatkan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat meningkatkan pelayanan kesehatan dan profesionalitas provider meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan yang bermutu prima Motto menurunkan angka kesakitan dan kematian : Anda Sehat Kami Puas Pelayanan Prima Harapan Kami Ramahlah Satu Langkah Satu Senyuman Kreatiflah Satu Langkah, Satu Ide, Langsung Aksi 1.2 Letak Geografis Wilayah kerja Puskesmas Sei Selincah meliputi2 kelurahan yaitu kelurahan Sei Selincah dan Sei Lais, dengan luas wilayah kerjanya ±2.365 Ha Luas Wilayah Kerja Puskesmas Sei Selincah Tabel 3 Luas Wilayah Kerja Puskesmas No Nama Kelurahan Luas Wilayah 1 Kelurahan Sei Selincah 1515 Ha 2 Kelurahan Sei Lais 850 Ha Total 2365 Ha Wilayah Kerja Puskesmas Sei Selincah ini berbatasan dengan: 15 Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sukamandi Sebelah Selatan berbatasan dengan Sungai Musi Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Sei Selayur Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Musi Kondisi geografi wilayah kerjanya terdiri dari dataran rendah, rawa-rawa dan sungai 3.3 Keadaan Demografi Wilayah kerja Puskesmas Sei Selincah meliputi 2 kelurahan dengan jumlah penduduk 33.071 jiwa. Ditinjau dari tingkat sosial ekonomi penduduk yang berada di sekitar wilayah kerja Puskesmas Sei Selincah meliputi mata pencaharian yang berbeda-beda, tetapi tidak ada yang mendominasi. Mata pencaharian tersebut antara lain buruh kasar, pegawai negeri, pedagang, pensiunan, pengrajin, nelayan, petani dan lain-lain. Berdasarkan data jumlah penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas Sei Selincah pada tahun 2011 adalah : 1. Penduduk : 33.071 jiwa 2. Penduduk Wanita : 16.869 jiwa 3. Penduduk Laki-Laki : 16.202 jiwa 4. Bayi (0-11 bulan) : 733 jiwa 5. Anak (1-3 tahun) : 1.754 jiwa 6. Anak(3-5 tahun) : 883 jiwa 7. Bumil : 810 jiwa 8. Bulin : 777 jiwa 9. PUS : 296 jiwa 10. WUS : 9.579 jiwa 11. KK : 7.141 jiwa 12. Posyandu : 24 3.4Ketenagaan 16 Untuk kelancaran pelayanan kegiatan sehari-harinya, puskesmas Sei.Selincah dipimpin oleh seorang pimpinan puskesmas sejak maret 2006 dijabat oleh dr.. Hj. Sri Mariawati yang dibantu oleh 1 dokter umum, 1 orang dokter gigi, 7 orang perawat, 3 orang perawat gigi, 6 orang bidan, 2 orang asisten apoteker, 2 orang sanitarium, 1 orang petugas gizi, dan 1 orang pegawai laboratorium. 3.5 Fasilitas Pelayanan Kesehatan Puskesmas Sei Selincah memenuhi kebutuhan masyarakat melalui enam program pokok Puskesmasbeserta 2 Program Spesifik yang ditentukan berdasarkan banyaknya permasalahan kesehatan masyarakat setempat serta tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Enam program pokok Puskesmas tersebut antara lain: 1. Promosi Kesehatan (Promkes) 2. Kesehatan Ibu, Anak, dan Keluarga Berencana (KIA/KB) 3. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) 4. Kesehatan Lingkungan 5. Perbaikan Gizi Masyarakat 6. Pengobatan Dasar Seluruh program kegiatan tersebut di dalam gedung difasilitasi dengan adanya ruang dan peralatan yang memadai, program kerja, sumber daya manusia yang selalu ditingkatkan kemampuannya dan protap-protap sebagai standar pelayanannya.Fasilitas yang disediakan di Puskesmas Sei selincah adalah sebagai berikut: 1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak a) Ibu hamil, b) Ibu bersalin, c) Ibu yang telah bersalin, d) Ibu menyusui 2. Pelayanan Pengobatan a) Emergensi b) Pengobatan umum c) Pengobatan gigi 17 d) Rujukan 3. Pelayanan Laboratorium a) Pemeriksaan urine rutin b) Pemeriksaan darah rutin c) Tes kehamilan 4. Klinik Sehat Gilingan Mas a) Pelayanan Gizi i. Pemberian Vit. A dan garam beryodium ii. Konsultasi balita BGM dan Obesitas iii. Konsultasi bayi / balita sakit iv. Konsultasi gizi rujukan dari BP Umum/KIA b) Pelayanan Imunisasi i. BCG ii. Polio iii. DPT iv. Hepatitis v. Campak vi. TT calon pengantin vii. Anti Tetanus Serum c) Pelayanan Sanitasi i. Memberikan konsultasi/penyuluhan penyakit akibat faktor lingkungan ii. Memberikan konsultasi tentang rumah sehat, jamban, dll 5. Lain-lain a) Posyandu Balita di 23 Posyandu, b) Posyandu Lansia di 3 Posyandu c) UKS/UKGS di 13 SD/MI d) UKGMD di 23 Posyandu e) Serta melakukan kunjungan rumah pasien bagi pasien-pasien yang membutuhkan. 18