Serambi Engineering, Volume II, No.3, Juli 2017 ISSN : 2528-3561 Bioetanol Limbah Kulit Durian Dengan Metode Sakarifikasi dan Liquifikasi Irhamni*1, Dewi Mulyati2, Diana3, Saudah4 Fakultas Teknik, Universitas Serambi Mekkah, Banda Aceh Indonesia Fakultas Teknik, Universitas Serambi Mekkah, Banda Aceh Indonesia 3 Fakultas MIPA Kimia, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Indonesia 4 Fakultas MIPA Biologi, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Indonesia *Koresponden email: [email protected] 1 2 Abstrak.Limbah kulit durian dapat dianggap sebagai bahan baku utama untukfermentasi lanjutdalam pembuatan bioetanol, yang memiliki aplikasi lebih luas sebagai bahan bakar terbarukan, baik dalam industri dan masyarakat pedesaandi negara-negaraberkembang. Penelitian ini bertujuan mempelajari proses produksi bioetanol yang dihasilkan dari limbah kulit durian dan dengan melihat proses sakarifikasi yang tepat pada limbah kulit durian menjadi pilihan bahan baku yang tepat untuk fermentasi lanjut sebagai penghasil bioetanol yang baik.Penelitian dilakukanfermentasi limbah kulit durian selama 48 jam. Enzim α-amilase dan glukoamilase digunakan pada proses sakarifikasi dan liquifikasi untuk menghasilkan bioetanol. Hasil penelitian menunjukkan pH 4.5 merupakan pH fermentasi sampel limbah kulit durian yang memiliki persentase maksimum produksi bioetanol. pH 4,5 menunjukkan kadar etanol tertinggi dalam air yaitu sebesar 16,69%. Kemurnian bioetanol dianalisis menggunakan GC-MS.Puncak kromatogram tertinggi berada pada area 96,99% dimenit ke 2,163 terdeteksi pada puncak pertama adalah bioetanol. Diikuti puncak kedua asam asetat 3,01% menit ke 13,279. Diatas kemurnian bioetanol yang dapat digunakan untuk bahan bakar yaitu 95%. Dari hasil penelitian bahwa bioetanol dari limbah kulit durian sangat baik digunakan sebagai bahan bakar alternatif yang bersumber dari tumbuhan, disamping bersifat terbarukan juga ramah lingkungan untuk kendaraan bermotor. Kata kunci: kulit durian, bioetanol, sakarifikasi, liquifikasi, dan GC-MS Abstract. Durian leather waste can be considered as the main raw material for advanced fermentation in the manufacture of bioethanol, which has a wider application as a renewable fuel, both in industrial and rural communities in developing countries. This study aims to study the process of bioethanol production resulting from durian leather waste and by looking at the proper saccharification process on the durian leather waste into a choice of appropriate raw materials for further fermentation as a good bioethanol producer. The research was carried out fermentation of durian skin waste for 48 hours. Enzyme α-amylase and glucoamylase are used in the process of saccharification and liquification to produce bioethanol. The results showed pH 4.5 is a pH fermentation of durian leather waste samples that have the maximum percentage of bioethanol production. PH 4.5 shows the highest ethanol content in water that is equal to 16,69%. The purity of bioethanol was analyzed using GC-MS. The highest peak of chromatogram is in an area of 96.99% in 2,163 minutes detected at the first peak is bioethanol. Followed the second peak of acetic acid 3.01% minutes to 13,279. Above the purity of bioethanol that can be used for fuel that is 95%. From the results of research that bioethanol from durian leather waste is very well used as an alternative fuel sourced from plants, in addition to renewable nature is also environmentally friendly for motor vehicles. Keywords: durian leather, bioethanol, saccharification, liquification, and GC-MS 1. Pendahuluan Durian (Durio zibethinus Murr) adalah buah klimakterik yang memiliki umur waktu penyimpanan yang singkat. Suhu penyimpanan tidak boleh lebih rendah dari 15°C karena suhu dingin yang lebih rendah menginduksi kerusakan, dimana, kulit berubah coklat gelap, daging buah kehilangan aroma dan pelunakan buah tertunda (Ketsa dan Paull, 2008). Kulit buah 114 Serambi Engineering, Volume II, No.3, Juli 2017 ISSN : 2528-3561 Gambar. 1 Liquifikasi dan sakarifikasi tepung kulit durian. durian menunjukkan tingkat yang lebih tinggi dari produksi etilena dari daging buah. Dalam dekade terakhir, terjadi peningkatan yang signifikan dalam produksi, pemasaran, dan asupan buah-buahan tropis yang eksotis di pasar lokal dan internasional seperti durian. Selain itu, buah ini kaya akan mikro esensial dan makro nutrien serta mengandung kadar mineral dan vitamin tinggi yang sangat penting (A, C, dan E) (Contreras, 2011). Limbah kulit durian dapat dianggap sebagai bahan baku utama untuk fermentasi lanjut dalam pembuatan bioetanol, yang memiliki aplikasi yang lebih luas sebagai bahan bakar terbarukan, baik dalam industri dan masyarakat pedesaan di negara-negara berkembang. Penambahan enzim melalui proses sakarifikasi dan liquifikasi untuk menghasilkan bioetanol. Bioetanol murni diperoleh melalui proses destilasi menggunakan rotary evaporator. Kemurnian bioetanol dianalisis menggunakan alat GC-MS. Permintaan minyak diperkirakan akan meningkat 57% dari tahun 2002 ke tahun 2030. Akibatnya, produksi bioetanol sebagai pengganti bahan bakar fosil. Semakin rendah biaya untuk menghasilkan bioetanol yang berasal dari biomassa limbah karena tersedianya bahan baku yang berlimpah. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari proses produksi bioetanol yang dihasilkan dari limbah kulit durian dan tujuan khusus yang ingin dicapai adalah untuk mempelajari variabel-variabel proses, diantaranya untuk memgetahui proses sakarifikasi yang tepat pada limbah kulit durian menjadi pilihan bahan baku yang tepat untuk fermentasi lanjut sebagai penghasil bioetanol yang baik. Dengan melihat tujuan umum dari penelitian ini, maka manfaat yang ingin diharapkan adalah sebagai berikut :Mendapatkan pengetahuan tentang proses produksi bioetanol dari limbah kulit durian melalui proses fermentasi, dan meningkatkan nilai ekonomi pada tanaman durian yang merupakan flora identitas Indonesia. Sampai saat ini, para peneliti memiliki berfokus terutama pada ekstraksi enzim bromelain dan yang sekunder pada penggunaan limbah sebagai bahan baku murah untuk produksi antioksidan fenolik, asam organik, bioetanol, biogas dan serat. Selain itu, sampah juga bisa menjadi sumber potensial untuk produksi cuka karena gula yang ditemukan dalam serat adalah bahan baku utama untuk fermentasi (Roda et al., 2014). 2. Metode Penelitian Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GC-MS, aluminium foillabu ukur, erlenmeyer, gelas kimia, pipet volum, pipet tetes, timbangan digital, Bahan yang digunakan adalah enzim α-amilase, enzim gluko amilase, Saccharaomyces cerevisiae (ragi), limbah kulit durian, aquadest, buffer 115 Gambar. 2 Kromatogram GCMS Bioetanol Kulit Durian. Serambi Engineering, Volume II, No.3, Juli 2017 ISSN : 2528-3561 fosfat, buffer natrium dan NaOH. Westhoff, 1978 dalam Rahim, 2009) bahwa Saccharomyces cerevisiae tumbuh minimum pada 2.1. Pengumpulan dan Seleksi Limbah Kulit suhu 25-30ºC dan maksimum pada suhu 35-47ºC. Durian Hasil fermentasi limbah kulit durian didestilasi Tahapan persiapan sampel atau bahan baku menggunakan rotary evaporator. Sampel dipanaskan diawali dengan proses preetreatment yang terdiri pada suhu 65ºC untuk memperoleh bioetanol dari proses pengumpulan limbah kulit durian, murni. Bioetanol dari hasil destilasi berwarna bening. penghilangan tanah atau pengotor lainnya yang Kemurnian bioetanol dianalisis menggunakan GCada pada kulit durian, pencucian, pencacahan, MS. penggeraian, pengeringan, penumbukan, Puncak kromatogram tertinggi berada pada area penggilingan dan pengayakan hingga limbah kulit 96,99% dimenit ke 2,163 terdeteksi pada puncak durian menjadi tepung sehingga lebih mudah untuk pertama adalah bioetanol. Diikuti oleh puncak melakukan proses pembuatan bioetanol. kedua yaitu asam asetat 3,01% menit ke 13,279. Selama proses fermentasi terjadi pembentukan 2.2. Fermentasi Limbah Kulit Durian asam seperti asam asetat, asam piruvat dan asam Fermentasi limbah kulit durian pada penelitian laktat yang dapat menurunkan pH cairan. ini berlangsung selama 48 jam. Enzim α-amilase dan Dari hasil GC-MS diatas, bioetanol limbah kulit glukoamilase digunakan pada proses sakarifikasi durian diperoleh sebesar 96,99% diatas kemurnian dan liquifikasi untuk menghasilkan bioetanol. bioetanol yang dapat digunakan untuk bahan bakar yaitu 95%. Dari hasil ini diketahui bahwa bioetanol 3. Hasil Dan Pembahasan dari limbah kulit durian sangat baik digunakan Penelitian ini menggunakan sampel limbah sebagai bahan bakar alternatif yang bersumber kulit durian untuk memperoleh bioetanol melalui dari tumbuhan, disamping bersifat terbarukan juga proses fermentasi.. Hasil kulit durian yang telah ramah lingkungan untuk kendaraan bermotor. dikumpulkan dan diseleksi dicuci dengan aquadest agar kulit durian bebas dari zat pengotor, kemudian 4. Kesimpulan kulit durian dikeringkan ke dalam oven pada suhu Hasil analisa dalam penelitian ini adalah bioetanol 60ºC selama 3 hari. Dilakukan pada suhu 60ºC dari limbah kulit durian diperoleh pada pH optimum karena jika suhu lebih tinggi, akan mempengaruhi 4,5 dan suhu 35°C. % kadar bioetanol dalam air enzim dalam limbah kulit durian (Wong, et.all). sebesar 16,69%. Kemurnian bioetanol dari hasil Hasil penggilingan limbah kulit durian di dalam destilasi menggunakan rotary evaporator dan dianalisis blender dilakukan secara bertahap, kemudian menggunakan GC-MS diperoleh kemurniannya kulit durian yang sudah diblender diayak dengan sebesar 96.99% dan kemungkinan layak digunakan ayakan 100 mesh supaya ukuran partikel dari tepung sebagai bahan bakar karena bioetanol yang dapat limbah kulit durian memiliki ukuran yang sama dipergunakan sebagai bahan bakar adalah bioetanol sehingga mempercepat reaksi kimia didalam tahap- dengan kemurnian 95%. tahap proses pembuatan bioetanol seperti tahap liquifikasi, sakarifikasi hingga tahap fermentasi 5. Daftar Pustaka untuk memperoleh bioetanol. Amin, A. M., Jaafar, Z., & Khim, L. N. (2004). Sampel limbah kulit durian ini menunjukkan Effect of salt on tempoyak fermentation and sensory hasil dimana pH 4.5 merupakan pH fermentasi evaluation. Journal of Biological Sciences, 4, sampel limbah kulit durian yang memiliki 650–653. persentase maksimum produksi bioetanol. pH 4,5 Arianna. R., Dante, M. F., Simone, G., Roberta, D., menunjukkan kadar etanol tertinggi dalam air yaitu dan Milena, L, (2015). Effect of pre-treatments on sebesar 16,69%. the saccharification of pineaple waste as a potential suhu yang digunakan untuk fermentasi adalah source for vinegar production. Journal Elsevier suhu 35ºC dan produksi bioetanol yang dihasilkan journal of cleaner production 112. juga sangat baik karena menurut (Frazier dan 116 Serambi Engineering, Volume II, No.3, Juli 2017 ISSN : 2528-3561 Contreras-Calderón, J., Calderón-Jaimes, L., Guerra-Hernández, E., & García-Villanova, B. (2011). Antioxidant capacity, phenolic content and vitamin C in pulp, peel and seed from 24 exotic fruits from Colombia. Food Research International, 44, 2047–2053. Feryanto, (2009), Ekstraksi Pelarut Untuk Minyak Atsiri Unga-Bungaan, Dipublikasikan di http://ferry-atsiri.blogspot.com/.diakses 2 januari 2013 Irhamni, (2009) Aplikasi fitoremediasi dalam penyisihan ion logam cromium (Cr) dengan menggunakan tumbuhan air (Typha latifolia). Tesis. Universitas Syiah Kuala Husni, (2013). Pemanfaatan Kulit Durian Menjadi Briket.html http blogspot.co.id// Ketsa, S., Paull, R.E., (2008). Durio zibethinus, durian. In: Janick, J., Paull, R.E. (Eds.), The Encyclopedia of Fruit and Nuts. CABI, Wellington, pp. 176–182. Lambri, M., Fumi, M.D., (2014). Food technologies and developing countries: a processing method for making edible the highly toxic cassava roots. Ital. J. Agron. 9, 79-83. Lee. H. H dan Rajeev Bhat, (2015). Ecploring the Potential Nutraceutical Values of Durian (Durio Zibethinus L)- An Exotic Tropical Fruit (Review). Journal Elsivier Food Chemistry 168 Mirhosseini, H., & Tabatabaee Amid, B. (2012). Influence of chemical extraction conditions on the physicochemical and functional properties of polysaccharide gum from durian (Durio zibethinus) seed. Molecules, 17, 6465-6480. Norjana, I., & Noor Aziah, A. A. (2011). Quality attributes of durian (Durio zibethinus Murr) juice after pectinase enzyme treatment. International Food Research Journaz, 18, 1117–1122. Roda, A., De Faveri, D.M., Dordoni, R., Lambri, M., (2014). Vinegar production from pineapple wastes e preliminary saccharification trials. Chem. Eng. Trans. 37, 607-612. Samsul, (2014). Aspek Hukum Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Cetakan Pertama, Penerbit Medan Area University Press Sun, Q., Foston, M., Sawada, D., Pingali, S.V., O’Neill, H.M., Li, H., Wyman, C.E., Langan, P., Pu, Y., Ragauskas, A.J., (2014). Comparison of changes in cellulose ultrastructure during different pretreatments of poplar. Cellulose 21, 2419-2431. Tate, D. (1999). Tropical fruit. Singapore: Tien Wah Press. The Straits Times. (2013). Durian wine, anyone? Available from http:// newshub.nus.edu.sg/ news/1307/PDF/DURIAN-st-11jul-pB10. pdf (Assess date 13.03.14). Y. C. Wong dan V.Sanggari, (2015). Bioethanol production from sugarcane bagasse using fermentation process.Oriental journal of chemistry. 117