DAFTAR ISI Kelas Dasar III 01. Visi, Misi Family Altar ..................................................... 1 02. Prinsip Dua Belas ........................................................... 10 03. Penggembalaan Family Altar ..........................................14 04. Kepemimpinan Dalam Family Altar ................................ 20 05. Pujian dan Penyembahan Dalam Family Altar ............... 24 06. Pra Ibadah (Ice Breaker) ................................................ 30 07. Khotbah Versi Family Altar ............................................. 34 08. Penginjilan Kontekstual Versi Family Altar ..................... 36 09. Doa dalam Family Altar .................................................. 40 10. Karunia-karunia Dalam Kelompok Family Altar ............. 43 11. Pastoral Konseling I (2 Sesion)...................................... 48 12. Pastoral Konseling II (2 Sesion)...................................... 59 1 Pelajaran 1 SOM GBI Denpasar Lembah Pujian Kelas Dasar III VISI, MISI FAMILY ALTAR Ayat hafalan: Ibrani 10:25 Yesaya 54:2-3 Lapangkanlah tempat kemahmu, dan bentangkanlah tenda tempat kediamanmu, janganlah menghematnya; Pancangkanlah tali-tali kemahmu dan pancangkan kokoh-kokoh patok-patokmu ! Sebab engkau akan mengembang kekanan kekiri, keturunanmu akan memperoleh tempat bangsa-bangsa dan akan mendiami kota-kota yang sunyi. FA adalah cara yang efektif dalam mensukseskan visi dari Tuhan ini. Melalui FA maka jemaat akan bertumbuh makin dewasa dan menjadi pasukan Kristen yang setia dan militan. Penginjilan yang paling efektif adalah melalui pembukaan gereja yang baru. Pembukaan Gereja yang baru dimulai dengan pembukaan ranting baru di daerah tersebut. Pos PI ini terbentuk dari pergumulan, dorongan kelompok-kelompok FA yang ada di daerah itu. Melalui pertumbuhan demikian maka FA akan menjadi sarana pertumbuhan gereja tanpa batas yang kuat, mencerminkan kemuliaan bagi nama Yesus Kristus dalam kehidupan berjemaat. PENGERTIAN FAMILY ALTAR Family Altar adalah Sel Group dalam gereja yang berfungsi dalam penggembalaan jemaat. FA adalah suatu komunitas, yaitu suatu bentuk kehidupan dimana pribadi-pribadi yang hidup saling berhubungan satu dengan yang lain. Komunitas adalah bentuk kehidupan yang diciptakan oleh Tuhan. Tuhan menciptakan manusia agar mereka hidup dalam komunitas. Komunitas mempunyai pengertian keluarga ! Dalam bahasa Yunani disebut OIKOS. Manusia diciptakan hidup dalam keluarga seperti Sang Pencipta yang Agung hidup dalam komunitas, Keluarga yang Agung dan Mulia. Kasih akan Allah dan kasih akan sesama manusia seperti diri sendiri. Ini yang dapat dijalankan bila cara pandang manusia adalah keluarga sendiri. Tuhan Yesus berkata siapakah ibuKu dan siapakah SaudaraKu ? Dia yang melakukan perintah BapaKu itulah ibuKu dan saudaraKu Markus 3:31-35. Ini berbicara tentang keluarga. Kita keluarga di dalam Yesus Kristus. Rasul Paulus mengatakan didalam Kristus tidak ada orang Yahudi, orang Yunani.... I Kor. 9:20 Ini keluarga. Di Kayu salib Tuhan berkata kepada Yohanes, sambil menunjuk pada Maria IbuNya.... itu ibumu....! “ Dan kepada Maria.... ! itulah anakmu....! “ Yoh. 19:25-27 Dalam kehidupan keluarga terdapat kerukunan, kasih. Inilah dasar pertumbuhan dan penggembalaan jemaat dalam gereja FA. Allah Bapa Allah Anak dan Roh Kudus hidup dalam komunitas dan tidak pernah terpisah dan memisahkan diri. Iblis bertekad untuk merusak kehidupan berkomunitas. Adam dan Hawa digoda dan jatuh dalam dosa. Akibatnya kehidupan komunitas dengan Tuhan terputus dan mereka diusir dari taman Eden. Anak-anaknya Kain dan Habel juga dirusak hubungannya satu dengan yang lain. Kain berkata kepada Tuhan : “Aku tidak tahu dimana adikku berada, apakah aku penunggu adikku ?” Kej. 4:9 Setiap 2 kehidupan dalam setiap keluarga ada saling tanggung jawab satu dengan yang lain dalam kehidupan yang rukun dan bertangung jawab sesama anggota. Dosalah yang telah merusak citra Tuhan dalam keluarga-keluarga. OIKOS Kata ini terdapat dalam Alkitab, menggambarkan bahwa kita adalah keluarga (oikos) Allah... Ef. 2:19; I Tim 3:15 1. Tugas dan sikap oikos adalah oikonomos. a. Layanilah satu dengan yang lain sebagai pengurus dalam kehidupan beragama kita I Pet. 4:10. b. Jadi siapakah pengurus rumah yang setia dan bijaksana ? Luk. 12:42 c. Demikianlah hendaknya orang memandang kami; sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah. I Kor 4:1 Istilah yang digunakan disini ialah oikonomos yaitu sikap dalam tugas para oikos 2. Tanggung jawab para oikos adalah oikodomeo a. Sebab itu marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun Roma 14:19 b.Setiap orang diantara kita harus mencari kesenangan diantara kita demi kebaikannya untuk membangunnya Roma 15:2 c. Hendaklah kamu berusaha menggunakannya untuk membangun jemaat I Kor. 14:12 d. Jadi bagaimana sekarang saudara-saudara ? Bilamana kamu berkumpul, hendaklah tiap-tiap orang mempersembahkan sesuatu; yang seorang Mazmur, yang lain pengajaran, atau pernyataan Allah, atau karunia bahasa Roh atau karunia untuk menafsirkan bahasa roh, tetapi semuanya itu digunakan untuk membangun (I Kor. 14:26) Apabila ada sikap tugas dan tanggung jawab, akibatnya dalam kondisi kehidupan komunitas, oikos, keluarga seperti ini maka setiap anggota akan sujud menyembah Dia I Kor. 14:24-25. Inilah bentuk kehidupan dalam kelompokkelompok FA MOTTO FAMILY ALTAR FA memiliki motto KTM , singkatan dari Kesatuan hati, Tumbuh bersama dan Memenangkan jiwa. Motto ini menggambarkan kehidupan kelompok FA yang dinamis karena adanya pertumbuhan pada kehidupan rohani dalam seluruh anggota. Jenjang kehidupan para anggotanya nyata dimulai dengan : Kesatuan Hati. Mereka belajar untuk saling mengasihi dan menerima keadaan masingmasing, mengenal sesama. Dalam jumlah anggota terbatas yaitu 7-15 orang, hal ini terjadi dan dipraktekkan. Pada awal mula kelompok yang baru, maka kurang lebih dari 3 bulan kesatuan hati harus tercapai. Perlu disadari bahwa setiap pribadi yang hadir masing-masing mempunyai sikap dan motivasi sendiri dalam kehadirannya. Hal ini didorong oleh kepentingannya, ada yang menginginkan kesembuhan, berkat, doa, atau sekedar ikut dalam kelompok FA ! Para gembala (pengurus) kelompok FA disini mulai berperan untuk meluruskan. Tumbuh bersama, setelah periode pertama saling kenal tercapai, maka proses 3 kedua terjadi. Kelompok disini sangat akrab antar anggota, saling menerima dan karena kesatuan hati diantara mereka Tuhan mengaruniakan berkat Karunia Roh pada anggota FA. Peranan pemimpin kelompok besar dengan lebih banyak sharing dan praktek berjalan dalam berbagai bidang rohani. Mereka berdoa bersama, memuji menyembah bersama-sama, makan bersama dari rumah ke rumah dan mujizat banyak terjadi dan mereka disukai orang banyak ! .... Kis. 2:41-47 Disini terjadi pemuridan. Periode ini terjadi kurang lebih dalam bulan 2 - 6 Periode terakhir adalah memenangkan jiwa. Pada masa ini beberapa yang sudah bertumbuh akan mulai dewasa dan membawa jiwa untuk dipersembahkan kepada Tuhan Yesus. Dorongan yang dilakukan oleh pemimpin Kelompok FA supaya banyak bersaksi dan memenangkan jiwa akan terlihat hasilnya. Secara team diadakan Penginjilan Kontekstualisasi yaitu bentuk penuaian cara FA yang praktis dan efektif. Masing-masing anggota didorong membawa satu jiwa dalam acara tersebut. Mereka yang dibawa sudah lama didoa-puasakan. Masing-masing kemudian akan melihat sendiri jiwa yang bertobat dan dilahirkan oleh kuasa Roh Kudus. Melalui pertumbuhan yang demikian, maka pembelahan FA dapat diperkirakan sebelumnya, yaitu dalam kurun waktu bulan ke 6-12. Artinya kedewasaan seseorang dapat dicapai dalam waktu 12 bulan, dengan demikian FA adalah kelompok yang dinamis dan misioner. Kelompok yang berhasil adalah kelompok yang dinamis, kelompok yang telah merencanakan jadwal penggembalaan dengan baik dan taat pada pimpinan Roh Kudus KEGIATAN KELOMPOK FAMILY ALTAR Kelompok FA terdiri dari Kelompok FA Umum, kelompok FA Wanita, Kelompok FA Pemuda. Masing-masing kelompok diadakan untuk dapat melakukan penggembalaan secara efektif sesuai keunikan anggotanya. Pembinaan dan bahan pembinaan disediakan oleh Litbang FA. 1. Ibadah Kelompok FA. Pada ibadah mingguan ini terdapat agenda ibadah yang mengandung 4 (W) yaitu: * Welcome, Selamat Datang ! Bentuk permainan untuk memecah kekacauan, terutama bila jiwa baru hadir didalam kelompok. disebut juga sebagai Ice Breaker, disini terdapat suatu bentuk pembuka hati untuk saling menerima - dan sesama. * Worship, Pujian dan penyembahan kepada Tuhan Yesus ! - Manusia kepada Tuhan * What, pemberitaan Firman Tuhan ! - Khotbah ciri FA - Tuhan kepada manusia * Work, Pelayanan, setelah pelayanan Firman Tuhan, mereka saling melayani dan melatih karunia-karunia roh. Biasanya dibagi dalam sub kelompok dua atau tiga orang. Wanita dengan wanita, pria dengan pria 4 saling mendoakan dan terbuka satu dengan yang lain. Mereka yang tidak hadir dalam pertemuan kelompok, juga didoakan bersama-sama. Pelayanan In and Out Di dalam pertemuan ibadah, setiap minggu dirumah-rumah jemaat tempat pertemuan saling bergantian agar dapat saling lebih mengenal. Ibadah mingguan kelompok FA ini berlangsung kurang lebih 1.5 jam. Ada kelompok yang melakukan pagi atau siang hari ada yang malam harinya. Hari ibadah rabu atau tergantung kesepakatan masing-masing, namun tidak diperkenankan berganti-ganti hari. Buatlah jadwal acara ibadah kelompok FA dan agenda pelayanan selama sebulan. 2. Kunjungan. Pertemuan-pertemuan dilakukan antar pengurus FA dipantau oleh pengurus Sektor, yaitu * Pertemuan para pengurus Kelompok seminggu sekali untuk membicarakan rencana kerja dan doa bersama-sama pengurus. Pertemuan ini dapat dilakukan satu jam sebelum ibadah mingguan atau dilain tempat yang disepakati bersama. * Pertemuan atau kunjungan para pengurus dengan jemaat - domba terutama dilakukan untuk jiwa yang baru hadir di kelompok. Tiap minggu upayakan dapat dilakukan kunjungan, dilakukan bersama wakil pemimpin kelompok FA dan sekretaris kelompok FA atau masing-masing berbagi tugas untuk kunjungan ini. Dengan demikian dalam seminggu ada tiga orang anggota kelompok yang dikunjungi. Dalam pertemuan kunjungan ini dilakukan syaring singkat dan doa bersama untuk masalah-masalah mereka. Ingat setiap orang pasti punya pergumulan. 3. Pembinaan. Kedewasaan para anggota FA sangat bergantung pada pembinaan yang dilakukan pada pembinaan yang dilakukan secara bersama-sama GFA / pengurus. Pembinaan dilakukan karena adanya pengamatan dari pengurus kelompok bersama G.Sektor. FA . Kegiatan pembinaan mengikuti masalah rohani seperti pelajaran berdoa, dengar suara Tuhan, dasar-dasar kekristenan, pelepasan, penginjilan pribadi, pemberkatan rumah dan kunjungan orang sakit. 4. Misi dan Penginjilan. Kegiatan ini paling tidak dilakukan dua kali satu tahun oleh setiap kelompok FA. Dilakukan dengan persiapan paling tidak tiga bulan sebelumnya. Dibarengi dengan doa puasa para anggota. Persiapan dititik beratkan pada penuaian jiwa, tidak pada acara santai. Ada dua bentuk penginjilan dalam FA : a. Family Day, dilakukan bersama-sama kelompok FA diwilayah sektor sendiri, yaitu kelompok FA umum, wanita dan pemuda. Masing-masing membawa jiwa dan pergi ke suatu tempat yang berjauhan dengan tempat tinggal, secara santai disana diadakan permainan berhadiah, makan bersama, kegiatan-kegiatan yang menarik lainnya. Tetapi acara intinya adalah ibadah disertai tantangan jiwa yang mau menerima Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat pribadi. Perlu ada persiapan kartu untuk mem 5 follow up jiwa baru dalam kelompoknya. Keunikan dari Family Day adalah anggota keluarga dapat mengamati kesungguhan dan keberhasilan pembinaan FA bagi anggota keluarga mereka. Hal ini akan membawa dampak keluarga Allah yang bahagia dan yang sungguh menjadi berkat bagi sesama. b. Pengijilan kontekstual. Kegiatan ini dilakukan oleh masing-masing atau beberapa kelompok FA umum saja, atau wanita saja, atau pemuda saja. Acara dan persiapan sama dengan Family Day diatas. Kegiatan-kegiatan lain yang akan mengairahkan kehidupan kelompoknya dapat saja dilakukan kelompok FA dengan bantuan para GFA ORGANISASI DAN ADMINITRASI FAMILY ALTAR Struktur Organisasi FA, Struktur organisasi FA mengikuti struktur bani Israel, yaitu yang dikenal dengan struktur Yitro Kel. 18:13-21. * Gembala Wilayah pemimpin ribuan, membawahi empat (minimal tiga, maksimal 6 asisten wilayah / sektor) * Gembala Sektor pemimpin 50 an - membawahi minimal (3 maksimal 6 ) pemimpin kelompok FA (GFA) * Gembala FA , pemimpin sepuluhan, membawahi 7 sampai 15 jemaat Pemimpin kelompok FA otomatis menjadi pekerja dalam gereja, yang kewajibannya harus menghadiri pertemuan para pekerja dan doa puasa pekerja. Tata tertib dan tanggung jawab sebagai seorang pekerja harus dipahami dan diikuti. Gembala Sektor dapat dipilih untuk menjadi diaken atau diakones yang bertugas dalam kebaktian umum (tidak semua dipilih). Gembala Wilayah potensi untuk diangkat menjadi pejabat nasional GBI yaitu Pdp. Ketua Wilayah berpotensi untuk Pdm. dan calon Full Timer. Dengan keteraturan dan keberhasilan pelayanan dalam gereja diharapkan para pekerja akan semakin baik dan berbobot. Pengangkatan Pengurus FA Setelah calon pengurus kelompok FA mengikuti pendidikan SOM maka ia harus mengikuti konseling pelepasan dan inner healing bagi dosa atau ikatan yang belum disadari dan dibereskan. Penggunaan Formulir pemberesan tersedia dan bisa dilakukan pelayanan hendaklah mengikuti cara yang sudah disepakati bersama. Calon pengurus sudah dilahirkan kembali. Setelah itu G. Sektor kelompok FA mengisi formulir usulan pengangkatan pengurus kelompok FA yang tersedia yang disampaikan kepada Gembala Sidang (Cq. Litbang FA) untuk ditandatangani sebagai persetujuan. Pengurapan dan pengutusan dari Gembala Sidang. Persyaratan Pengurus Kelompok FA 6 Keluaran 18:21 “Di samping itu kau carilah dari seluruh bangsa itu orangorang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci pada pengejaran suap, tempatkanlah mereka di antara bangsa itu menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang.” Kriteria kunci dari para pemimpin kelompok FA adalah dia bertindak sebagai seorang panutan, model yang berfungsi sebagai Leader, Manager dan Pastor. 1. Pastor - sebagai Gembala, Mempunyai hati yang mengasihi Allah! Hidup dalam ketaatan dan senang berada dalam hadirat-Nya senantiasa. bertumbuh dalam iman. Mempunyai hati untuk sesama, mengasihi sesama tanpa membeda-bedakan satu dengan yang lain; Senang bekerja sama dengan pribadi lain. 2. Manager - sebagai Pengurus, yang cakap dan dapat dipercaya dalam keuangan dan keluarga yang baik. Seorang yang beriman dan siap sedia untuk melayani; seorang yang berinovasi, tunduk pada atasan, teachable (mau belajar dan diajar). 3. Leader - Seorang pemimpin, yang menjadi Model dalam berbagai pelayanan, mengerti Visi dan mempunyai Visi dan program untuk dijalankan, sanggup memotivasi dan berhasil dalam pelayanannya. Pengurus dalam kelompok 10 adalah : Pemimpin kelompok, wakil pemimpin kelompok dan sekretaris, bendahara kelompok Berikut ini adalah persyaratan menjadi pengurus FA a. Mengerti Visi gereja dan mempunyai Visi Mengerti bahwa kita sedang dalam masa penuaian, dimana kita harus melakukan peperangan melalui doa puasa yaitu menjadi rumah doa. FA adalah tim inti untuk menjaring jiwa. Mempunyai visi pribadi yang Tuhan berikan untuk memperlengkapi diri dan merupakan panggilan Tuhan untuk terlibat dalam melayani, mensukseskan visi gereja. Calon pengurus FA adalah anggota gereja yang terdaftar sudah lahir baru, telah dibabtis selam dan dipenuhi Roh Kudus. Sudah mengikuti kelas SOM b. Hati seorang gembala. Hati yang mencerminkan hati Bapa di sorga yang sedih melihat banyak dombanya berkeliaran tanpa gembala. Hati yang mengasihi dan terbeban untuk berkorban bagi sesama keluarga Allah. c. Bersemangat dan dinamis Ini penting untuk pertumbuhan dan pendewasaan kelompoknya. Seorang yang berkobar-kobar dalam pelayanan banyak ide baru, berani dalam kasih dan tertib dalam melayani. II Tim 1:7. d. Kesaksian hidup Mempunyai kesaksian hidup yang membawa damai sejahtera dan memuliakan nama Tuhan. Terutama dalam pertobatan dan proses kelahiran baru. Hal ini akan memberikan dampak positip dalam ruang untuk saling membagi pengalaman. e. Mempunyai Waktu. 7 Ada orang yang mau melayani dan sudah dipersiapkan dengan perangkat untuk maju melayani, tetapi mereka mundur oleh karena alasan ini. Sadarilah bahwa waktu itu bukan milik kita tetapi milik Tuhan. Minta dari Tuhan dan taatilah pimpinanNya saudara akan lihat betapa luar biasanya Tuhan bekerja. Pelayanan saudara dan bisnis saudara akan berhasil. Ijinkan Tuhan menggunakan waktu yang dipercayakan kepada saudara, supaya saudara dapat melayani Dia. Jangan absen dan melarikan diri dari pelayanan. f. Taat kepada pemimpin Renungkan ini mungkinkah kita sungguh taat pada yang tidak kelihatan apabila pada yang kelihatan saja kita tidak taat ? Disini diperlukan pengabdian mengenai struktur organisasi dan adminitrasi serta hubungan kerjasama dengan anggota keluarga Konsekwensi tidak memenuhi syarat-syarat ini jabatan akan ditinjau ulang PERAN DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN FA (Job Description) a. Berdoa setiap hari sesama pengurus kelompok, anggota kelompok, terutama jiwa baru yang sedang dalam kebingungan, bersama dengan anggota kelurga mereka - minta tutup bungkus dengan Kuasa Darah Yesus. Renungkan Firman Tuhan setiap hari dalam saat teduh dan dapatkan tuntunanNya supaya saudara dapat menggembalakan dengan baik hari itu. Penggembalaan itu dilakukan setiap hari ! b. Kunjungi anggota yang bermasalah atau yang mundur rohaninya dengan anggota FA yang lain. Latihlah mereka untuk melayani ! c. Milikilah jiwa misi dengan antusias dan menangkan jiwa bagi Kristus. Jalankan prinsip KTM dan CGF dalam memimpin kelompok. CGF (Cari, Gembalakan, Fungsikan). d. Memiliki sikap keterbukaan dan menjadi model dalam ketaatan Firman Tuhan. Merencanakan penginjilan kontekstual yang melibatkan anggota kelompok. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB WAKIL PEMIMPIN FA (Job Description) a. Mencari dan mendoakan calon pengurus baru dari para anggota, bersiap untuk mengirimkan dia ke kelas SOM b. Aktif dalam mencari jiwa baru bersama para anggota yaitu untuk mengembangan kelompok FA, menemukan dan mengundang mereka untuk menjadi anggota gereja dengan mengisi daftar KKJ c. Mendukung pemimpin FA dalam tugas penggembalaan dan tugas kepemimpinan. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB SEKRETARIS FA a. Menangani urusan adminitrasi dan keuangan kelompok FA. Membuat catatan jadwal pelayanan untuk bulan berikut , menyampaikan kepada masing-masing yang bertugas b. Membuat laporan kehadiran ibadah FA mingguan dan mengirimkan 8 masing-masing copy bagian bersangkutan. c. Menghitung uang persembahan bersama seorang anggota lain, secara bergilir memasukkan ke dalam amplop persembahan yang tersedia bersama laporan yang tersedia d. Bertanggung jawab agar amplop persembahan sudah diserah terimakan dimeja Litbang FA pada Ibadah raya hari minggu. Dan menyimpan tanda bukti e. Bila sekretaris berhalangan untuk menyampaikan amplop persembahan, maka wakil atau ketua kelompok yang mengambil alih tanggung jawab itu. f. Mengikuti administrasi pendataan jemaat gereja dilingkungan kelompok FA dengan berhubungan dengan petugas kantor sekretariat gereja untuk informasi-informasi yang lain. Contoh: Pengurus FA yang terdiri dari ketua wakil ketua, dan sekretaris harus bekerja dalam bentuk Tim yang kompak. Dimana tidak ada yang merasa lebih dari yang lain. Tetapi sama-sama saling terkait dan peduli tetap bertanggung jawab. ADMINISTRASI FA Setiap kegiatan kelompok apapun harus disertai laporan yang diadministrasikan dan dilaporkan kepada Litbang (dengan tembusan Sektor atau Wilayah) Administrasi antara lain mengikuti kehadiran, dalam ibadah mingguan kelompok FA, penerimaan persembahan dalam kelompok FA, jiwa baru yang hadir dan yang telah dimenangkan dan dibabtis di gereja. Pelaksanaan penginjilan kontekstual, Family day, diakonia, struktur organisasi FA dan pengangkatan para pemimpin FA Administrasi ini mengikuti keseragaman dari Litbang Keberhasilan penggembalaan ada kaitannya dengan tertib adminitrasi. Administrasi kelompok menggunakan formulir yang seragam dari Litbang. Contoh Form TANDA TERIMA Sampul Persembahan Family Altar Tgl. Kebaktian : Kode F.A. : Nama F.A. : Jumlah uang Rp. : (_______________________________________) Diserahkan Tgl : ___________________ Yang Menerima Sekretariat FA Yang menyerahkan (____________) Nama Terang (_______________) Nama Terang LAPORAN MINGGUAN 9 Nama FA Nomor FA Gembala FA Sekretaris Dirumah Keluarga Tanggal No: :……………………………. Kelurahan :…………………… : ………………………….. : …………………………… Paraf : …………………… : …………………………… Paraf : …………………… : …………………………… Alamat : …………………… : …………………………… Hari : ………… Jam : …………… Nama Alamat Kode 1 15 Jumlah Hadir Posisi dimana kelompok dipersiapkan u/ berganda Anggota Pengunjung Pujian Penyembahan Doa Pembukaan Doa Firman Pembawa Firman : : : : Kesaksian : Jiwa Baru Pers. Rp. Isi Firman : Doa Pers./Penutup : Doa Syafaat : Doa Berkat Jasmani: Pertemuan 1 minggu berikutnya : Catatan Khusus : ____________________________________________ Pelajaran 2 10 SOM GBI Denpasar Lembah Pujian Kelas Dasar III PRINSIP DUA BELAS Ayat hafalan: II Timotius 2:2 Usaha kita terhadap pengembangan kepemimpinan yang berhasil mungkin akan mencapai puncaknya dengan cara yang sama Yesus lakukan: mengembangkan “dua belas” asisten yang dipilih dimana kita menghabiskan kebanyakan waktu kita bersama mereka dengan tujuan untuk menolong kita membagikan visi. Prinsip dua belas diteguhkan lagi dan lagi di Alkitab: 12 suku Israel (Kej. 49:28), 12 rasul (Luk. 6:13), 12 batu dasar di Yerusalem Surgawi (Wah 21:14,12) dan banyak ayat-ayat yang lain menekankan pentingnya angka ini sebagai angka pemerintahan. Gereja di seluruh dunia menemukan bahwa dengan kelompok dua belas Amanat Agung bisa dengan mudah diselesaikan. Sebagai contoh , Maiwa’azi Dan Daura dari kota Jos, Nigeria. Pelayanannya mulai dengan 7 orang yang dia muridkan. Sasaran dari 7 orang tersebut adalah untuk mendapatkan 12 orang yang lain untuk dimuridkan. Setelah 20 tahun , kelompok kecil mereka tersebut telah berkembang menjadi sebuah “jaringan dua belas” kepemimpinan yang telah melahirkan lebih dari 1200 gereja di Nigeria. Setiap minggu, para murid bertemu dengan pemurid mereka dan orang-orang yang mereka muridkan Secar dan Claudia Castellanos memulai kelompok kecil mereka, Mission Carismatica International, di Bogota, Kolombia, pada tahun 1983. Setelah beberapa tahun, gembala departemen kaum muda mereka, Cesar Fajardo, memulai sebuah proses yang mirip dengan Maiwa’azi Dan Daura dengan memuridkan 12 remaja di depatermennya. 12 anak remaja ini pada gilirannya juga diberi tugas untuk menemukan 12 anak muda yang lain (berumur 16-25 tahun) untuk dimuridkan dan dilepaskan dalam pelayanan sebagai asisten mereka. Struktur piramida yang besar dari hubungan pelayanan ini sekarang telah mencapai tiga generasi dari “dua belas” yang beberapa dari mereka sedang memulai generasi keempatnya. Sekarang ada sekitar 6.600 kelompok sel dalam departemen anak muda mereka di Mission Carismatica International dengan sasaran mempunyai 10. 000 kelompok sel anak muda! Setiap Sabtu lebih dari 600 anak muda baru ditobatkan pada Kebaktian kaum muda Sabtu pagi. Bukankah tidak wajar untuk melihat seorang anak muda 25 tahun mengawasi sebanyak 800 kelompok sel. menggunakan “Prinsip Dua Belas”. Gereja ini telah memiliki 14.000 kelompok sel dan semua pemimpin diatur di bawah satu dengan yang lain dalam “Prinsip Dua Belas”. Keuntungan Prinsip Dua Belas dibandingkan Kelompok Sel I. Menjaga Hubungan Melalui “Prinsip Dua Belas” Cara multiplikasi kelompok sel secara tradisional melewati fase-fase: lahir dan bertumbuh, kanak-kanak, remaja, dewasa, tua dan mati. Kelompok-kelompok sel ini bisa bermultiplikasi beberapa kali, tetapi tiap kali multiplikasi terjadi akan melukai hubungan yang telah mereka bangun dalam kelompok sel itu. Setelah beberapa kali bermultiplikasi anggota kelompok sel akan cenderung untuk kehilangan motivasi untuk bermultiplikasi karena tidak seorangpun senang 11 bermultiplikasi hanya untuk mengulangi semuanya dari awal lagi, mereka harus membangun hubungan yang baru dan segera setelah itu mengalami perpecahan/luka lagi. “Prinsip Dua Belas” telah merubah prinsip tradisonal mengenai multiplikasi kelompok sel dengan memberikan kemungkinan hubungan yang terus berlanjut setelah multiplikasi. Pemimpin kelompok sel berkembang, tidak hanya menjadi “dua kelompok sel”, tetapi pemimpin kelompok sel bisa mengembangkan seluruh anggota kelompok sel yang ada di bawah kepemimpinannya menjadi pemimpin. Kemampuan untuk memelihara hubungan dengan anggota sel mulamula sementara bermultiplikasi akan memberikan dorongan/ semangat yang kuat. Perkembangan atau produktivitas pemimpin kelompok sel ini tidak terbatas, mereka bisa berkembang sesuai dengan kasih karunia dan kemampuan yang Tuhan berikan pada mereka. II. Dasar “Prinsip Dua Belas” “Prinsip Dua Belas” sangat dinamis dan dahsyat tetapi mudah untuk dipahami dan dipraktekkan. Kita bisa mengikuti prinsip ini dengan mudah jika kita mengerti tujuh prinsip dasar ini: 1. Setiap orang adalah pemimpin yang berpotensi. Pernyataan ini menentang hikmat dunia yang lazim mengenai kepemimpinan dan siapa yang bisa (berpotensi) menjadi pemimpin. Jika kita hanya melihat sepintas orang-orang yang hadir dalam kelompok sel (beberapa orang malu, beberapa malas, beberapa masih terus bergumul), kita akan mempertanyakan kebenaran pendapat ini. Tetapi kita harus ingat, orangorang yang Allah kirimkan kepada Daud di gua Adulam, mereka adalah orang-orang yang dalam kesukaran, dikejar-kejar tukang piutang, atau sakit hati (1 Sam 22:2), tetapi akhirnya orang-orang ini berubah menjadi pemimpin yang luar biasa, mereka menjadi orang-orang perkasanya Daud. Kelompok sel adalah seperti keluarga secara rohani. Setelah setiap anak dalam keluarga dididik dengan baik sampai dewasa, mereka siap membangun keluarganya sendiri. Demikian pula dalam kelompok sel. Mengetahui bahwa tiap orang adalah pemimpin yang berpotensi akan merubah segalanya. Sasaran anda sebagai pemimpin kelompok sel adalah untuk melatih, menantang dan mempercayai orang-orang yang Allah telah kirimkan sehingga mereka bisa mengambil langkah yang tepat untuk menjadi pemimpin kelompok sel. Dengan mengasihi mereka , mendengarkan mereka, dan menguatkan mereka, dan dengan semangat menanamkan visi dan kepercayaaan Allah pada mereka yaitu bahwa mereka siap untuk melangkah maju menjadi pemimpin kelompok sel. Sewaktu mereka mulai melangkah maju, satu demi satu, halangan demi halangan akan mereka lewati dan mereka akan mulai mampu memenangkan jiwa dan memuridkan orang lain (Kej. 1:28; Ul. 28”13; Mat 5:13; Mat 28:19). 2. Setiap orang bisa memuridkan “dua belas” orang Jika setiap orang mempunyai potensi menjadi pemimpin, berarti usaha kita untuk memuridkan mereka sangatlah penting dan berharga. Yesus 12 mempunyai 12 murid yaitu orang-orang yang Yesus menginvestasikan kebanyakan dari waktunya selama tiga setengah tahun. Dengan jelas Yesus memilih 12 karena itu adalah angka yang sempurna untuk memuridkan. Paulus mengerti mengenai pemuridan, oleh karena itu dia mempunyai kelompok orang-orang (contoh:Timotius, Titus) yang sering bepergian bersamanya. Mereka terus menerus belajar dan menyelidiki “ajaranku, cara hidupku, pendirianku, imanku, kesabaranku, kasihku, dan ketekunanku” (II Tim.3:10). Sasaran seumur hidup untuk mengembangkan “dua belasmu” menjadi tantangan yang luar biasa untuk pengembangan kepemimpinan. Melalui proses waktu, keadaan, dan pemuridan muka dengan muka, seseorang yang mungkin belum pernah melakukan sesuatu yang berarti, tiba-tiba menjadi seorang yang mempunyai potensi, tujuan hidup, kemampuan dan integritas yang luar biasa. Kerja kerasmu dan usaha untuk memuridkan orang-orang ini akan terlunasi sewaktu mereka mulai mencari dan mulai memuridkan “dua belas mereka.” 3. Setiap orang dimuridkan dan memuridkan “Menerima dan memberi” adalah prinsip kehidupan. Tanaman yang sehat menyerap sari-sari makanan dan mengeluarkan buah. Ini juga adalah alasan utama dari “prinsip dua belas”. Sebagai contoh, gembala senior memberikan pelajaran sel dan prinsip kepemimpinan yang dia ajarkan kepada 12 muridnya. Mereka mengambil informasi yang mereka terima dan kemudian membagikan sewaktu mereka mengajar “dua belas” mereka pada minggu yang sama. “Ajarkan apa yang diajarkan kepadamu” dimulai dari sekelompok “dua belas” ke kelompok “dua belas” selanjutnya sepanjang minggu. Baik tertulis maupun lisan, prinsip dan pengajaran diturunkan dari “generasi ke generasi” dan kemudian “ke generasi yang paling bawah” sebagai ujung tombak penginjilan. Pelajaran turun dari atas melalui pertemuan “dua belas”. “Ajarkan apa yang diajarkan kepadamu” (II Tim. 2:2) dengan cara ini, pengajaran tidak akan berhenti di suatu tempat, tapi pengajaran itu segera diimpartasikan/ diteruskan kepada mereka yang ada di bawah kepemimpinan kita. 4. Seorang termasuk dalam “dua belasmu” hanya jika orang tersebut telah membuka kelompok sel. Seorang bisa masuk dalam kelompok sel (menjadi anggota kelompok sel) tanpa termasuk dalam “dua belasmu”. Sasaran memuridkan dan pelatihan kepemimpinan adalah supaya pemimpin yang berpotensi (anggota sel) membuka kelompok selnya sendiri. Ini bisa dilakukan setelah anda membawa orang tersebut melalui proses “Memultiplikasikan Pemimpin“ Proses 8 - 12 bulan ini bertujuan untuk menyiapkan individu menjadi pemimpin sel yang efektif. 5. Setiap orang harus memenangkan jiwa-jiwa dan mengembangkan pemimpin yang berpotensi. Setiap gembala, pemimpin dan orang-orang Kristen seharusnya memenangkan jiwa-jiwa - kitapun telah diperintahkan oleh Tuhan melakukan hal yang sama! Dengan menggunakan “Prinsip Dua belas” sasarannya nyata adalah dengan doa, paling tidak kita membawa “dua belas” orang pada 13 Tuhan tiap tahun melalui penginjilan pribadi. Para petobat baru masuk dalam kelompok sel dan kemudian membuka kelompok sel menjadi pemimpin tetap di dalam “dua belasmu”. Pertemuan sel anda menjadi “pertemuan pemimpin” dimana seluruh pemimpinmu berkumpul bersama untuk dikuatkan dan dilatih. 6. Kelompok sel berkembang paling cepat jika mereka berkembang dengan cara homogen. Kata “homogen” definisinya “macam atau sifat dasar yang sama atau mirip”. Penyelidikan telah menunjukan bahwa kebanyakan orang menemukan hubungan/ teman di tempat kerja mereka, lebih daripada di lingkungan mereka. Oleh karena itu, banyak kelompok sel yang bisa dibuka dengan cepat di tempat kerja atau dengan kelompok sel yang anggotaanggotanya mempunyai hubungan kekerabatan. Jika mereka diberi keluasan untuk mengembangkan kelompok sel homogen (misalnya: kelompok wanita, laki-laki, pekerjaan, hobi, sekolah, dll) dan menerima pelajaran sel/ pengarahan yang teratur, maka mereka akan mempunyai rasa percaya diri untuk membangun kelompok sel mereka sendiri. 7. “Dua belasmu” adalah asistenmu Anda tidak hanya memuridkan “dua belasmu” tetapi mereka menjadi asistenmu. Di Bogota, setiap anggota “dua belasmu” mengambil peran utama untuk memfollow-up petobat baru selama sebulan dalam satu tahun. Kebangunan rohani di Efesus menggoncangkan seluruh benua Asia Minor, dan itu semua dimulai dengan “dua belas orang”. Pelajaran 3 14 SOM GBI Denpasar Lembah Pujian Kelas Dasar III PENGGEMBALAAN FAMILY ALTAR Ayat hafalan: I Samuel 2:35 PRINSIP DASAR PENGGEMBALAAN FA Yeh. 34:16 “yang hilang akan engkau cari, yang tersesat akan engkau bawa pulang, yang luka akan kubalut yang sakit akan kukuatkan, serta yang gemuk dan kuat akan kulindungi, aku akan menggembalakan mereka sebagaimana seharusnya.” Seorang gembala adalah orang yang pekerjaannya menggembalakan ternak piaraannya di ladang. Ternak piaraan adalah milik tuannya yang punya ternak. Yang memilih dan memberi upah kepada gembala-gembala itu. Dan tuan itu menginginkan hasil dari penggembalaan dari sang gembala, antara lainnya makin banyak ternaknya Tuhan melihat umat manusia banyak berkeliaran seperti domba yang tidak ada gembalanya (I Raj. 22:17 Mat. 9:36-39). Tuhan selalu menginginkan supaya domba-dombanya digembalakan. Tuhan sendiri yang memberi contoh bagaimana menggembalakan domba-dombanya. Ia memberikan perumpamaan dalam Yoh. 10 dan Mazmur 23 tentang gembala yang baik. Tuhan memilih sendiri gembala-gembala seperti Dia memilih Yosua (Bil 27: 18) dan Daud (Maz. 78:70-72; Yer. 23:4). Kepada gembala dipilihnya ada perintah gembalakanlah domba-dombaKu (Yoh. 21:15 ; I Pet. 5:2) jangan dengan paksa. Bagaimana cara menggembalakan domba-dombanya ? Memelihara (Yeh. 34:16) melindungi (Kis. 20:28-32) dan mempersiapkan mereka agar menjadi dewasa sebagai Imamat yang Rajani (I Pet. 2:2-5, 9, 12). Dengan kasih. Siapakah domba-dombaNya itu dan bagaimana kondisi mereka ? Mereka adalah anggota keluargaNya, karena mereka dipilih dan dipisahkan dari dunia ini ke dalam kerajaanNya yang ajaib. Ada yang besar ada yang kecil. Selengkapnya mereka terdiri dari: anak-anak (bayi); orang muda dan bapa-bapa (dewasa) (1 Yohanes 2:12-14). Mereka adalah satu keluarga besar, komunitas, itulah oikos. Keadaan jemaat di dalam Gereja Tuhan memberikan gambaran di atas, di tambah dengan calon keluarga. Hal ini dapat saudara dapatkan dalam kelompok FA saudara. Seorang gembala harus mengenal domba-dombanya dan senatiasa berada di antara dombanya. Dia bukan seorang upahan dan dia bersedia bahkan memberikan nyawanya bagi keselamatan domba-dombanya. Pengembalaan dalam kelompok FA bukanlah sekedar mengunjungi yang sakit dan menghibur yang sedih namun lebih dari pada itu, yaitu dalam kasih menjadi contoh, model atau panutan bagi mereka dan mendoakan mereka setiap hari. Mengajar, membimbing, bersehati dengan mereka, bertumbuh bersama dan menjadi pelaku Firman sampai memenangkan jiwa bagi Tuhan. FA ADALAH PENGGEMBALAAN 15 Arti penggembalaan dalam FA adalah : 1. Jemaat dikenal secara pribadi oleh Gembala FA dan wakilnya, karena mereka rajin melakukan kunjungan sehingga dapat bergaul dengan mereka. “Akulah gembala yang baik dan aku mengenal domba-dombaKu (Yoh 10:14). 2. Gembala FA dan wakilnya menjadi figur orang tua (Bapa/ Ibu) rohani bagi jemaatnya. “Kamu (Jemaat) tahu, betapa kami (Gembala), seperti bapa terhadap anak-anaknya” (1 Tes. 2:11-12) “kami (gembala) berlaku di antara kamu (jemaat), sama “seperti seorang ibu mengasihi dan merawat anaknya” (! Tes. 2:7) 3. Gembala FA dan wakilnya menjadi figur pelindung dan penjaga rohani bagi jemaatnya. “Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi dombadombaNya” (Yoh 10:11b) • • • • • • Keberhasilan sebuah kelompok FA, 80% ditunjang oleh pelayanan lapangan contoh kegiatan lapangan dalam penggembalaan FA: Perkunjungan ke rumah-rumah keluarga jemaat dan calon jemaat untuk bergaul dengan mereka agar mengenal secara pribadi dan terjalin ikatan batin. Mengunjungi dan mendoakan jemaat FA yang sakit ataupun yang mengalami kematian, baik yang di rumah sakit atau di rumah. Mengunjungi secara teratur jiwa-jiwa yang belum mengenal Kristus dan memberikan pengajaran Firman, sehingga dari pendengaran akan Firman tersebut, timbul iman dari orang tersebut untuk percaya kepada Tuhan dan bertobat. Memberikan konseling dan penghiburan kepada jemaat. Berdoa syafaat untuk setiap jiwa jemaat secara pribadi, bila perlu disertai puasa. Mengelilingi kawasan FA untuk mengenal seluk beluk kawasan sambil mencari jiwa-jiwa baru dan melakukan doa mengikat kuasa kegelapan di kawasan tersebut. Apabila terjadi kondisi seperti ini, maka bagi seorang gembala di kelompok FA diharuskan agar ia mengerti bahwa peranannya di dalam kelompok adalah sebagai: 1. Gembala • Dia harus mempunyai hati yang mengasihi dan taat pada Tuannya; hati untuk Tuannya; selalu berada dalam hadirat-Nya dan bertumbuh di dalam Dia. • Dia harus mempunyai hati untuk domba-dombanya yang diberikan oleh tuannya, supaya dia menggembalakan mereka. Dia tidak memeras tetapi mengasihi mereka. Dia senang bekerjasama dengan mereka. Dia mengenal para dombanya ! • Mengerti akan panggilan sebagai gembala, dan menyadari dalam dia Tuhan memperlengkapi pelayanannya dengan “karunia gembala dan melihat Tuhan Yesus sebagai panutannya. Upahnya besar di sorga 2. Manajer 16 • Cakap dan mampu untuk mengelola, dan hidup baik sebagai panutan para domba. • Mampu mengatur, siap sedia untuk melayani baik siang atau malam, bukan karena jabatan, tetapi untuk dapat berfungsi dengan baik dalam kasih. • Mengerti bahwa ia berada dalam keluarga sendiri. Ia harus bertindak untuk mengajar mereka (memuridkan), mendewasakan, memberi peluang dan cara-cara untuk pertumbuhan dalam iman dan karunia-karunia roh. Taat kepada atasan dan mempunyai iman yang hidup 3. Pemimpin • Sebagai leader harus berjalan didepan barisan; tidak takut, tahu pasti jalan yang diambil seorang yang peka terhadap pimpinan Tuhan, mengerti akan visi gereja. • Berkemampuan sebagai pemimpin, penuh urapan, menjadi model dalam berbagai segi kepemimpinan, mampu memotivasi, mendorong dan mengarahkan domba-domba dalam kasih supaya mereka dapat bertumbuh dan menikmati hasil pertumbuhan itu. • Mau belajar dan diajar oleh Tuhan dan manusia. • Seorang yang berani, menyala-nyata rohani dalam melayani PENGGEMBALAAN FAMILY ALTAR A. Arti panggilan gembala adalah 1. Menunggu - Orang yang menjaga pintu Yoh. 10:3 2. Mengenal domba-dombanya - Mengetahui kondisinya, mengenal domba-dombanya Yoh. 10:3,14 / Amsal 27:23 - Yang sakit dirumah atau dirumah sakit dikunjungi dan didoakan. - Yang mundur dihibur dan dikuatkan 3. Pemimpin - Memimpin domba-dombanya, Maz. 23:1 - Menjadi teladan bagi domba-dombanya I Pet. 5:2-3 - Dan rela berkorban bagi Tuhan dan dombanya Yoh. 10:11 - Paulus rela mengorbankan miliknya bahkan dirinya bagi orang kristen yang Tuhan percayakan kepadanya II Kor. 12:15 4. Pemeliharaan - Yang sakit disembuhkan Yeh. 34:4 oleh nama Yesus dan Firman Allah. Yang luka dirawat dan yang lapar diberi makan Yoh. 10:9; 21:15-17; Yeh. 34:16. Yang hilang dicari dan dibawa pulang, walaupun yang hilang itu jelek menurut pandangan manusia, tetapi semua berharga dimata Tuhan, ingat 100 domba, 1 hilang dicari. Kwantitas (jumlah) adalah orientasi Yesus dalam menyelamatkan dombanya. setelah itu Kwalitas (mutu) dijaga dan dipertunjukkan. 5. Penasihat 17 - Yeh. 34:17-19 Gembala tidak boleh memihak kepada yang satu dan mencelakakan yang lain. Harus netral berdiri atas kebenaran Firman Tuhan. Tujuannya supaya kedua belah pihak yang mempunyai persoalan berbaik kembali dengan sepenuh hati menasihati mereka supaya hidup rukun (Rom. 12:18) B. Hal yang menjadikan seorang gembala gagal 1. Pandangan yang kurang luas dan berhati sempit - Hanya mencari keuntungan sendiri dan menyingkirkan orang-orang berbakat 2. Kurang bertanggung jawab - Tidak mempunyai rasa tanggung jawab yang aktif, asal menjalankan kewajibannya saja 3. Kurang bergairah dalam bekerja - Tidak dengan setia menjalankan tugas, mudah tertarik kepada pekerjaan baru, tetapi mudah pula kehilangan gairah terhadap pekerjaan tersebut. Ada awal tetapi tidak bisa mengakhiri dengan baik. Sibuk sana-sini, tetapi tidak menghasilkan jiwa bagi Tuhan. 4. Kurang bertekun dan sabar - Ketika menghadapi kesukaran tidak dengan sekuat tenaga menghadapinya. Mudah putus asa dan tidak mengandalkan pertolongan Tuhan 5. Kurang memiliki kemampuan untuk bersatu, sulit bekerja sama dengan orang lain. C. Penyebabnya adalah 1. Menganggap diri sendiri lebih tinggi dan meremehkan orang lain. 2. Melihat diri sendiri tidak semampu orang lain (rendah diri) dan iri terhadap semua orang. 3. Tidak mau menerima kritikan orang lain. 4. Kurang mempunyai kemampuan untuk taat. Mudah melakukan hal-hal yang melanggar atau tidak sesuai dengan peraturan umum yang telah diterapkan. 5. Kurang memiliki kemampuan untuk memperhatikan kesejahteraan sesama pelayan atau egois. 6. Kurang memiliki kemampuan untuk membedakan antara yang benar dan yang salah, dan bersikeras untuk mempertahankan kehendaknya sendiri. 7. Kurang memiliki kemampuan untuk menahan diri. Sering kali melakukan secara berlebihan atau sebaliknya (Over acting atau sebaliknya ngambek). Seorang gembala yang cakap tidak didapatkan dalam waktu satu hari. Saudara tidak akan menjadi gembala yang berkenan hanya duduk saja. Saudara harus bertindak dan melakukan tugas dari Tuhan. Jangan takut gagal. Abraham pernah gagal (Kej. 12:10-13; 16:1-6) Musa pernah gagal (Kel. 2:11-12; Bil 11:10-23). Petrus pernah gagal (Mat. 26:69-75). Tanda gembala yang berhasil itu bukan karena pernah gagal, tetapi bagaimana dia menangani atau mengatasi kegagalan itu, belajar dari kegagalan itu dan tetap tekun dan setia, sehingga Allah terus memakai dia menjadi alat yang luar biasa untuk menyelamatkan jiwa-jiwa. 18 Penggembalaan dalam FA memerlukan otoritas dari atas, tetapi juga tunduk kepada otoritas diatas, dalam pengertian dengan oikos, keluarga kerajaan, yang akan menghasilkan anak-anak atau anggota kerajaan yang bertumbuh. Dengan penggembalaan ini Tuhan menyertai senantiasa, Dia memantau dan mengarahkan aliran karunia rohNya yang mengakibatkan domba-dombaNya bertumbuh dewasa dan bersih, Kudus dan multiplikasi (berkembang biak) Tuhan Yesus memberi contoh dalam pelayananNya sebagai gembala yang baik di dunia selama 3.5 tahun “Akulah gembala yang baik” Dia melakukannya dengan ajaib, Dia mengajar, membetulkan, memotivasi mereka, memperlengkapi, dan mengutus mereka. Dia mengingatkan supaya mereka pergi, pergi sampai ke ujung bumi dan Dia menyertai mereka sampai selama-lamanya. Dari hasil penggembalaanNya lahir para nabi, rasul, penginjil, gembala, guru dan anggota lain yang penuh roh untuk mendewasakan anggota keluarga yang lain (Ef. 4:11-16). Dalam penggembalaan di FA semakin nyata perkembangan para anggota keluarga kerajaan yang dipantau para gembalanya. Terjadi perubahan hidup tiap anggota, dan hal ini dirasakan setiap anggota lain. Pertobatan yang sejati dipantau oleh gembala, terjadi pemuridan yang efektif dan penginjilan yang efefktif. Perubahan hidup yang individualis ke arah komunitas keluarga kerajaan. Karunia roh bekerja dengan ajaib dalam pertemuan kelompok dilatih dan dikembangkan. Jemaat langsung akan melihat dan merasakannya. Tujuan akhir adalah gereja yang penuh kemuliaan Tuhan karena semua jemaat hidup baru, penuh Firman dan pelaku Firman yang dewasa dan misioner. PRINSIP DASAR PENGEMBALAAN DI FA • Perubahan cara hidup jemaat dimulai di dalam Komunitas FA • Pemuridan sejati dalam konteks “Tubuh Kristus” (Yoh 13:34) Komunitas FA • FA mendorong jemaat agar bertumbuh dewasa dengan memenangkan jiwa bagi Kristus Yesus. • Memberi ruang waktu untuk manifestasi layanan dan karunia Roh Kudus dan buahNya dalam komunitas FA. • Fungsi-fungsi karunia Roh semakin nyata dalam komunitas FA ini OBJEKTIVE FA Cari - Gembalakan - Fungsikan Agenda Pertemuan Kelompok FA Welcome Ice Breaker, Manusia dengan Manusia ................................................ Worship Pujian Penyembahan, Manusia kepada Tuhan ..................................... Word Firman Tuhan, Tuhan kepada Manusia ............................................. Work Pelayanan, Manusia dengan Manusia ............................................... 19 10 menit 20 menit 30 menit 30 menit • • • • • Persembahan Kesaksian Administrasi dan keuangan Pembukaan rencana, kegiatan Selesai Pelajaran 4 SOM GBI Denpasar Lembah Pujian 20 Kelas : Dasar III KEPEMIMPINAN DALAM FA Ayat hafalan: I Petrus 5:6 KEPEMIMPINAN KRISTIANI • Kemampuan seorang/pemimpin untuk menunjukkan jalan kepada anggota kelompok dan mempengaruhi kelompok untuk bekerjasama dengan keyakinan penuh, dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh atasan dengan berorientasi kepada pola Tuhan Yesus. • Amsal 11:14 Jikalau tidak ada pimpinan, jatuhlah suatu bangsa, tetapi jikalau penasihat banyak keselamatan ada. KEPEMIMPINAN DALAM FA Kepemimpinan dalam FA adalah keteladanan yang ditunjukkan. Pemimpin yang mempengaruhi dan mendorong anggota-anggota FA agar mereka bergerak maju di dalam Tuhan Yesus sampai kepada kebaikan Allah dan rencanakan Allah bagi mereka. Kepemimpinan dalam FA memberikan arah pertumbuhan menuju kedewasaan dalam Kristus dan dorongan untuk terbentuknya kesatuan hati di dalam kelompok FA. “Kepemimpinan dalam FA berfokus kepada keteladanan Kristus yang mengajak orang dan berkata “Ikutlah Aku.” (Matius 4:19) Yesus memberi diriNYa menjadi contoh untuk diikuti, Ia berkata “Akulah terang dunia, barangsiapa mengikut Aku, . . .(Yohanes 8:12) Rasul Paulus memimpin orang lain untuk mengikuti teladannya, “Jadilah pengikutku, sama seperti aku menjadi pengikut Kristus” (I Korintus 11:1) Karena itu seorang pemimpin kelompok FA harus memacu dirinya untuk mengejar pertumbuhan dalam mengikuti teladan Kristus di dalam seluruh aspek kehidupannya, sehingga ia juga dapat memimpin jemaat anggota FA sebagaimana Yesus telah memimpin hidupnya. Sebagaimana Tuhan Yesus dalam hidupnya telah menghasilkan para pemimpin rohani (para rasul), maka kepemimpinan Gembala FA harus diarahkan untuk melahirkan lagi para calon gembala FA, yang nantinya akan memimpin kelompok-kelompok FA yang akan dilahirkan melalui kelompok yang sekarang. Pemimpin FA harus mengarahkan dan mendorong jemaat anggota FA agar mereka memiliki gaya hidup bereproduksi rohani. Sehingga terjadi, pemimpin melahirkan pemimpin, gembala melahirkan gembala, dan domba melahirkan domba. Pola kepemimpinan dalam kelompok FA adalah kepemimpinan menurut Alkitab, yaitu: 1. Pemimpin sebagai Gembala Yesus berkata:”Akulah Gembala yang baik . . .” (Yoh. 10:14-15) Pemimpin harus mengenal dombanya (anggota FA), bukan hanya mengenal nama, alamat dan pekerjaannya, tetapi harus mengenal kehidupannya. Termasuk keadaan keluarganya, rohaninya dan segala sesuatu yang bersangkutan dengan kehidupannya. 21 Juga pemimpin harus dapat mengasihi dombanya. 2. Pemimpin sebagai Pelayan Pemimpin harus juga menjadi pelayan/melayani dan bukan untuk dilayani (Yoh. 20:28), sama seperti Yesus ketika membasuh kaki murid-muridNya (Yoh. 13:16). Jadi sebagai pemimpin di kelompok FA hendaknya dapat melayani anggotanya sebagaimana Tuhan Yesus 3. Pemimpin sebagai Manajer Tuhan Yesus sebagai manajer yang agung telah merencanakan dan mengatur gerejaNya melalui orang-orang yang telah Ia didik dan latih dan hasilnya hingga kini masih kita rasakan. Sebagai pemimpin dalam kelompok FA, haruslah dapat mengatur kelompok FA yang dipercayakan kepadanya dan anggota FA tersebut. Pemimpin FA mengatur jadwal pemimpin pujian, pemusik, tempat pertemuan FA dan lainlain. Dia juga harus dapat mengatur jalannya ibadah FA agar ibadah tersebut berjalan dengan baik PRINSIP-PRINSIP KEPEMIMPINAN ROHANI Dalam kepemimpinan rohani, Gembala Agungnya adalah Tuhan Yesus TUHAN YESUS GEMBALA DOMBA = Gembala Agung = Murid-murid Yesus yang melayani = Jemaat A. Gembala Agung = Tuhan Yesus Lukas 10:27 : Bagi mereka yang mengasihi Yesus - Gembalakan dombadombaKu B. Gembala = murid Yesus yang melayani, pengurus kelompok FA Seorang pemimpin kelompok FA yang dipilih oleh Tuhan Yesus (Yoh. 15:16), dan mengasihi Tuhan Yesus (Yoh. 21:15-19) mempunyai tanggungjawab untuk menggembalakan domba-domba yang dipercayakan padanya. C. Domba = jemaat Keadaan yang dihadapi oleh domba-domba : Lapar, haus, luka, tersesat, terancam, tidak tahu jalan, tak berdaya dll. Dalam kehidupan sehari-hari, hal ini dapat berupa kelaparan, sakit penyakit, sakit hati, masalah ekonomi, masalah keluarga dan lain-lain KARAKTER PEMIMPIN - I Petrus 5:2-4 Seorang pemimpin terkadang dipengaruhi oleh karakternya sendiri. Untuk itu seorang pemimpin harus mempunyai karakter yang dapat diteladani oleh 22 dombanya. Bila tidak maka akan mengakibatkan hal yang tidak baik, karakter seorang pemimpin cepat sekali mempengaruhi dombanya. Untuk itu dibawah ini ada beberapa karakter yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin: 1. Yang ada padamu, tidak dengan iri. (Yoh. 3:27) 2. Jangan dengan paksa, tetapi sukarela sesuai dengan kehendak Allah. (Kol. 3:23) 3. Tidak mencari keuntungan sendiri, tetapi dengan pengabdian diri. (Mat. 23:1112) 4. Jangan seolah-olah mau memerintah, tetapi menjadi teladan bagi kawanan domba. Fil.3:17-19 Daud memiliki karakter seorang pemimpin walaupun ketika itu ia belum menjadi pemimpin (I Sam. 17:10, 11, 22, 23, 26, 31, 37) Nehemia (Neh. 1:1-4) adalah hamba Tuhan yang berhasil membangun tembok Yerusalem yang roboh, dan membawa pulang bangsa Israel dari tawanan Nebukadnezar raja Babel. Pemimpin kelompok FA harus dapat menjadi contoh bagi anggota FA yang dipimpinnya, baik dalam kehidupan rohani maupun kehidupan sehari-hari. Seorang pemimpin kelompok FA bukanlah seorang yang hanya memerintah atas anggotanya, tetapi menjadi teladan bagi anggotanya (I Pet. 3:5), sehingga mereka akan mengikuti apa yang dilakukan dan diminta oleh pemimpinnya. Karakter pemimpin FA harus seperti Kristus, penuh kasih dan dapat mencontoh seorang figur pemimpin rohani yang disegani dalam sejarah yaitu Nehemia. Nehemia telah menunjukkan karakter kepemimpinannya dengan bersedia untuk membayar harga bagi penyelesaian masalah yang dihadapi bangsanya termasuk meninggalkan kedudukannya yang “enak”. Dibawah ini ada beberapa penjelasan tentang ciri dan keteladanan seorang pemimpin 1. Ciri-ciri Pemimpin • Seperti Yesus yaitu melayani bukan untuk dilayani (Mat. 20:26-28) • Tahan uji, berdiri tegap sebagai laki-laki (Ikor. 16:13) • Memiliki “mata” yang melihat seperti Elia, Petrus • Menerima karunia Roh Kudus • Ada “pengurapan dari Tuhan” - Yang meninggikan tanduk kekuatan ( I Sam. 2:10) - Memberi kemenangan (Maz. 20:7) • Memiliki kasih, belas kasihan dan mengasihi Yesus ( I Kor. 13:1-2) - Inilah yang perlu dimiliki oleh pemimpin • Memiliki keyakinan yang kokoh dalam Injil (Rom. 1:16) - Tidak ada satupun yang dapat mengoyahkan kita dalam melayani Yesus, karena apa yang kita imani itu ada di dalam Injil. 2. Keteladanan Pemimpin • Seperti prajurit yang menyenangkan hati komandan, tidak memusingkan diri dengan soal kehidupan ( II Tim. 2:4) • Menjadi surat Kristus yang terbuka dan dibaca semua orang ( II Kor. 3:2-3) • Tidak terpaksa, sukarela, tidak mencari keuntungan, tetapi pengabdian, 23 bukan memerintah tetapi menjadi teladan (1 Petrus 5:3) • Hamba mendengar suara Allah sebagai pemimpin tertinggi (Kis 5:29) • Hamba Tuhan tidak boleh bertengkar (2 Tim 2:23-26) • Penundukan diri pada otoritas di atasnya (1 Tim 6:1-2a; Ibr 13:17) • Cepat mendengar, lambat bicara (Yak 1:19) • Tidak menghakimi (mat 7) • Lidah yang menjadi berkat (Yak 3) • Setia pada perkara yang kecil (Mat 25:21) Seorang pemimpin selain harus mempunyai ketentuan di atas seperti karakter Kristus, menjadi teladan dan ciri-ciri seorang pemimpin, juga harus dapat membina anggotanya untuk menjadi pemimpin yang cakap. Tanda-tanda seorang pemimpin yang cakap: 1. Mengenali masalah yang jelas (Neh 1:2 “Aku menanyakan”) 2. Memiliki perhatian terhadap masalah (Neh.1:4) “Duduklah aku menangis dan berkabung”) 3. Membawa persoalan pertama-tama kepada Allah (Neh 1:4 Aku berpuasa dan berdoa) 4. Menyediakan diri untuk terlibat dalam suatu masalah (Neh 1:11 dan biarlah hambamu berhasil) Pelajaran 5 SOM GBI Denpasar Lembah Pujian 24 Kelas : Dasar III PUJIAN PENYEMBAHAN Ayat hafalan: Mazmur 108:2 PENDAHULUAN Peranan pujian-penyembahan di dalam suatu ibadah adalah sangat penting demikian juga dalam ibadah FA, sebab dapat mengundang kuasa dan hadirat Allah. Firman Tuhan dalam Mazmur 22:4 mengatakan bahwa “Tuhan bersemayam di atas puji-pujian orang Israel.” (Bersemayam artinya tinggal, berdiam, bertahta). Pada saat umat Tuhan mulai memuji dan menyembah Tuhan, maka pada saat itu Allah hadir dan kita dapat merasakan hadiratNya I. Pengertian 1. Pujian Memuji Tuhan artinya: Cara/tindakan untuk mengagungkan membesarkan, memuliakan Tuhan. Bisa berupa lagu/pernyataan sambil membuat gerakan/tanda/sikap misalnya: - Menyanyikan lagu: Tuhan kami agungkan namaMu - Mengatakan: Tuhan Engkau luar biasa! sambil mengangkat tangan sorak sorai, melompat. Jadi dalam pujian itu harus diucapkan/vokal/mengeluarkan suara. Pujian / praise banyak didapatkan di PL, yaitu di kitab Mazmur. Kitab ini terpanjang didalam Alkitab, justru membicarakan tentang pujian. Pujian ini tidak boleh dipengaruhi oleh pikiran dan perasaan, tetapi oleh kehendak. Sebab kalau dipengaruhi pikiran, tidak masuk akal bila sedang ditipu, sedang susah harus memuji Tuhan oleh kehendak “I will”, aku mau memuji Tuhan. Justru dalam keadaan yang tidak baik, kita harus memuji Tuhan. Kita harus katakan “Aku mau memuji Tuhan”....Selanjutnya nanti Tuhan yang bertindak. Jadi pujian adalah kata-kata/tindakan yang mengagungkan/meninggikan Tuhan pada saat senang maupun susah. Terutama di waktu susah. Pujian ada dua macam : I Kor. 14:15 Caranya : a. Menyanyi/memuji Tuhan dengan pengertian/akal budi b. Menyanyi/memuji Tuhan dengan Roh Jadi kita harus penuh dengan Roh Kudus supaya sempurna sebab kalau hanya dengan akal budi berarti kurang sempurna (tidak seratus persen). Roma 12:1 mempersembahkan seluruh tubuh (seutuhnya : roh, jiwa dan tubuh) 2. Penyembahan. Arti kata penyembahan: 1. Shahach : Bersujud, bertekuk lutut, menyembah, bertiarap Artinya : merendahkan diri (budak belian-hamba/taat) 2. Latreuo : Melayani, berbakti Artinya : selalu tanya Tuhan, apa yang Engkau mau dariku 25 3. Proskuneo (aku mau menyenangkan Engkau) : Mencium Artinya : Seperti anjing yang mencium tangan majikannya Seperti wanita yang mencium kaki Yesus Ucapan syukur dan Pujian berbicara tentang apa yang telah Tuhan perbuat dalam hidup kita. Dalam penyembahan, tidak melihat apa yang Tuhan perbuat, tetapi melihat keagungan/kebesaran Tuhan. Apa berbedaan antara Pujian dan Penyembahan ? Memisahkan antara pujian dan penyembahan hampir sama sulitnya memisahkan jiwa dan roh. Jelas bahwa jiwa dan roh adalah 2 aspek yang berbeda dari manusia, namun sulit sekali kita mendefinisikan perbedaan-perbedaan keduanya. Begitu juga pujian-pujian dan penyembahan adalah 2 hal yang berbeda, namun mereka seringkali tidak mungkin terpisahkan. Cara terbaik untuk membedakan kedua hal ini adalah dengan mempelajari latar belakang dari kata-kata yang dipakai dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Secara garis besar yaitu: a. Penyembahan Arti penyembahan ada dua macam 1. Penyembahan yang bersifat umum, yaitu sesuatu yang kita lakukan didalam melayani Allah. Segala sesuatu yang kita kerjakan dalam nama Tuhan. Semua hal yang kita lakukan karena kesetiaan kepadaNya. 2. Penyembahan yang bersifat spesifik yaitu dimana kita merendahkan diri dihadapan Allah. Kita sujud dengan sikap yang penuh hormat dan kagum, terpesona akan kebesaranNya (merasakan hadiratNya). Penyembahan ini dimulai dari dalam hati seorang yang benar-benar takut akan Allah. Kedua segi penyembahan itu sama-sama penting. Disatu sisi diminta agar seluruh kehidupan kita harus menjadi suatu ekspresi dari penyembahan kita. b. Pujian Pujian secara spesifik memiliki arti “Act of Worship” (tindakan pemujaan) dimana dengan suara yang jelas kita mengucapkan syukur kepada Allah sambil mengangkat tangan. Tujuan Pujian dan Penyembahan dalam Family Altar adalah: 1. Untuk memberikan pengertian yang jelas kepada setiap anggota atau pengurus FA tentang tanggung jawab sebagai Imam dihadapan Allah untuk mempersembahkan korban-korban rohani dalam pujian, penyembahan dan ucapan syukur (setiap orang percaya adalah penyembah Allah) 2. Mendorong setiap anggota/pengurus FA untuk lebih giat dalam hal mengekpresikan penyembahan dalam hidup sehari-hari (pola hidup) 3. Belajar bagaimana memimpin pujian penyembahan (dlm konteks ibadah FA) 4. Belajar untuk masuk dalam pelayanan prophetik (nubuatan) melalui pelayanan pujian dan penyembahan di Ibadah FA 26 Sasaran praktis: 1. Menjadikan setiap anggota atau pengurus FA sedikitnya mampu memimpin pujian penyembahan di ibadah FA 2. Membentuk tentara Allah yang dapat mengunakan pujian penyembahan sebagai senjata yang efektif untuk peperangan rohani diibadah FA 3. Menjadikan setiap anggota atau pengurus FA seorang worshiper. II. MENGAPA KITA HARUS MEMUJI DAN MENYEMBAH TUHAN A. Dari sudut pandang Allah 1. Perintah Allah (I Taw.16:29; Mzm.150) 2. Allah layak menerima pujian (Mzm.48:2; Mzm.63:3-4) 3. Manusia diciptakan untuk memuji dan menyembah Tuhan (Yes.43:21; Yer.13:11; I Ptr.2:9) 4. Allah sendiri yang menetapkan puji-pujian sebagai cara untuk masuk hadirat Tuhan (Yes.60:18; 62:10; Mzm.22:4) B. Dari sudut pandang manusia: 1. Melalui pujian dan penyembahan perhatian kita tertuju sepenuhnya kepada Allah 2. Pujian dan penyembahan merupakan hubungan kasih kita kepada Allah 3. Jika kita memberi diri kita kepada Allah, Ia akan memberkati kita (Gal.6:8; Ayub 36:26-29) 4. Pujian dan penyembahan adalah bagian manifestasi iman kita kepada Allah 5. Pujian dan penyembahan menunjukkan keadaan hati yang penuh syukur (Mzm.100:4) 6. Pujian dan penyembahan menyatakan kuasa & hadirat Allah (II Taw.5:13-14; II Taw.20; Mzm.22:4) Tujuan Pujian dan Penyembahan Aspek Vertikal adalah: 1. Melayani Tuhan 2. Membesarkan dan memuliakan Tuhan 3. Untuk mengoperasikan karunia Roh Kudus dan berbagai pelayanan rohani. 4. Untuk membuka saluran komunikasi antara kita dengan Allah sebagai pribadi yang kita sembah Aspek horisontal adalah: 1. Memperkuat rasa persatuan didalam Tubuh Kristus (Mzm.13:3) 2. Saling melayani (I Yoh.4:21) 3. Mengajarkan dan memperkuat kebenaran rohani (Kol.3:16) 4. Menyediakan kesempatan bagi orang percaya untuk mengakui iman mereka didalam Tuhan dihadapan orang lain. Karena sesungguhnya pujian adalah memberikan pernyataan dengan vokal/suara mengenai kasih dan iman di dalam Tuhan Yesus. 5. Untuk menyatakan kemuliaan Tuhan dihadapan orang banyak / tidak percaya, 27 dimana pujian berarti penginjilan untuk menarik jiwa-jiwa datang kepada Tuhan Aspek ke dalam adalah: 1. Pujian Membajak tanah hati kita sehingga kita siap menerima benih, yaitu Firman Tuhan. 2. Pujian membebaskan umat Tuhan dari segala hambatan apapun (Maz. 24:7) 3. Merupakan ekspresi verbal perasaan kita. 4. Menambah iman (Mat. 8:17) 5. Bertumbuh dalam kekudusan (Mzm.115; II Kor.3:18; I Yoh. 3:2) 6. Mendorong kita memiliki tekad untuk menerima hal baru yang Allah ingin nyatakan (Yes. 43:19) III. PETUNJUK DALAM MEMIMPIN PUJIAN & PENYEMBAHAN Pujian dan penyembahan yang dilakukan di FA harus dapat membawa anggota FA siap untuk menyembah dan memuji Tuhan Pola pujian dan penyembahan di FA yang dilakukan di FA adalah: 1. Lagu lembut / lambat 2. Lagu cepat 3. Lagu lembut / lambat Lagu-lagu nomor 1 dan 2 bersifat lagu pujian, sedangkan lagu-lagu pada nomor 3 bersifat lagu penyembahan Pola ini tentunya tidak mutlak, tergantung kepada situasi FA masing-masing pada waktu tertentu. Misalnya ice breaker langsung menyanyikan lagu-lagu cepat. Hal ini bisa saja bila situasinya memungkinkan dan jika dipandang lebih baik/cocok. Pola seperti di atas pada umumnya kita lakukan dengan menyanyikan lagu lembut terlebih dahulu sebelum menyanyikan lagu cepat dengan tujuan untuk mempersiapkan hati jemaat sebelum mereka dapat bersorak-sorai memuji Tuhan, sehingga setelah itu mereka dapat masuk lebih dalam untuk menyembah Tuhan dan mendengarkan FirmanNya 1 1. Persiapan sebelum Memimpin a. Berdoa menyerahkan diri, minta pengurapan Roh Kudus dan tuntunanNya b. Carilah kehendak Allah untuk sebuah tema / tujuan Cara mendapatkan tema: - Allah berbicara langsung di dalam hati sang pemimpin pujian dan memberikan suatu beban khusus untuk disampaikan lewat pujian dan penyembahan - Allah berbicara melalui pengalaman pribadi. Melalui hal-hal yang dialami oleh pemimpin pujian pada saat-saat sebelum memimpin dapat dinaikkan lagu-lagu yang membawa kemenangan dan berkat-berkat bagi jemaat. 28 (Bersukacitalah senantiasa dan mengucap syukurlah dalam segala hal, I Tes.5:16-18) Contoh: Waktu dalam lembah kekelaman, dalam tekanan dan masalah, bisa dinaikkan pujian “Sekalipun aku dalam lembah kekelaman “. Dan terus diarahkan kepada pujian yang menguatkan dan membangun iman. Pada saat mengalami kemenangan, bisa dinaikkan pujian “syukur”, Kitalah umat pemenang “ dan lain-lain yang membawa sukacita. - Allah menaruhkan/memberikan sebuah pujian di dalam hati sang pemimpin penyembahan pada waktu-waktu sebelum memimpin. Lagu tersebut bisa saja diberikan dalam beberapa hari sebelumnya dan terus dinyatakan oleh sang pemimpin dalam beberapa hari sampai pada hari FA itu tiba. Ujilah lagu tersebut, karena bisa saja lagu tersebut merupakan tema pujian dan penyembahan pada hari itu. c. Latihlah lagu-lagu yang saudara pilih dan renungkan Firman Tuhan yang tersirat di dalam lirik lagu tersebut. d. Perhatikan kondisi/tingkat emosi yang akan saudara capai e. Mengetahui bagaimana memulai satu lagu dan mengakhirinya, teruslah berlatih sampai anda mahir f. Tetaplah berapa kali suatu lagu akan dinyanyikan (dianjurkan jangan terlalu banyak mengulang-ngulang sebuah lagu berhubung waktu pujian penyembahan yang singkat, cukup sebuah lagu dinyanyikan 2 x secara utuh + mengulang refrain 2 x) g. Lagu-lagu dengan nada/kunci dan tempo yang sama dapat dibuat medley, terutama lagu-lagu bertempo cepat. h. Tulislah lagu-lagu yang saudara pilih dan diskusikan dengan pemain musik sebelum ibadah FA I. Waktu pujian dan penyembahan kurang lebih 20-25 menit Beberapa hal dasar mengenai Pemimpin Pujian - kwalitas umum: a. Kita sudah ada di dalam hadirat Allah - iman Bertemu Allah secara pribadi - lahir dari pelayanan, dari dalam hadirat Allah. Yesus mau menjadi pusat pandangan kita. Yesaya 42:8; 30:20. Manusia bisa memimpin nyanyian tetapi Allah yang memimpin (memiliki penyembahan) b. Jangan menarik orang pada diri kita tetapi bawa perhatian mereka pada Yesus. Memimpin mereka dan jangan “manupulasi” (Yohanes 3:27-30). Dia yang harus makin bertambah dan kita semakin berkurang-kurang. c. Jadilah orang yang bisa dipercaya (Man of Intregity) Memimpin umat Tuhan dengan ketulusan hati, bertindak berdasarkan keyakinan atau antara mulut dan hati sama. 2. Selama memimpin Pujian dan Penyembahan a. Memimpinlah dengan disertai suatu kepekaan terhadap pekerjaan Roh 29 dan analisa terhadap keadaan, sebab itu jangan terus menutup mata. b. Bertanggung jawablah untuk saat itu, bahkan ketika saudara merasa gugup, jangan tunjukkan c. Angkatlah penyembahan dalam roh dengan mantap dan yakin (jangan ragu-ragu) d. Lagu lembut jangan dinyanyikan terlalu lambat. Terkesan “loyo” ! e. Berilah sedikit komentar diantara lagu dan penyembahan, tetapi jangan terlalu banyak. Misalnya : Kata-kata “Haleluya, Amin, pujilah Dia dll. Tujuan untuk menambah semangat dan sukacita selama memuji Tuhan. f. Jika tanpa alat musik, ambillah nada yang “sedang dan cocok/pas” bagi pemimpin pujian. Sedang artinya : tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. g. Bebaskanlah Roh Kudus berkarya, walaupun saudara telah menyiapkan segala sesuatu, ijinkanlah Roh memimpin saudara kapan mengulang suatu lagu, berhenti, atau menyampaikan pujian lisan dan memulai lagu baru. h. Jika ada pemain musik, dapat dilakukan saat teduh hanya dengan iringan musik. Bagimana jika tanpa pemusik ? Dapat diiringi dengan penyembahan 1/2 suara oleh sang pemimpin, dengan doa 1/2 didalam roh, atau dengan mengucapkan beberapa kata pujian dengan suara yang lembut (Misalnya: Engkau baik Tuhan, Haleluya, kami mengasihiMu Tuhan.....) Pada saat seperti ini dapat disampaikan Firman Tuhan atau kata-kata yang menguatkan dan mendorong jemaat untuk menyembah lebih lagi. I. Dapat diberikan juga ruang kesaksian + 5 menit ditengah puji-pujian sebelum lagu persiapan Firman Tuhan 3. Hal-hal yang harus dihindari selama memimpin a. Hindari persiapan yang mendadak. b.Hindari pembukaan yang terlalu panjang dan komentar-komentar atau penjelasan-penjelasan yang tidak perlu diantara lagu c. Hindari lagu-lagu yang saudara dan jemaat tidak kenal dengan baik. Jika ada lagu baru sebaiknya ditulis dan dibagikan (cukup 1 lagu dalam satu kali ibadah) d. Dilarang meminta jemaat memilih lagu, sebab bisa kacau Pelajaran 6 SOM GBI Denpasar Lembah Pujian 30 Kelas : Dasar III PRA IBADAH (Ice Breaker) Ayat hafalan: Efesus 4:2 Ice Breaker sesuai dengan namanya yaitu pemecah es adalah salah satu sarana FA yang bertujuan untuk memecahkan kecanggungan, serta menciptakan keakrapan saling mengenal, sebelum kelompok masuk dalam acara ibadah. Matius 18:19-20: Dan lagi Aku berkata kepadamu: “Jika dua orang daripadamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh BapaKu yang di sorga. Sebab dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam NamaKu, disitu Aku ada di tengah-tengah mereka”. Sepakat sehati, berarti memiliki pikiran yang sama, atau semua anggota terfokus pada sesuatu yang sedang berlangsung. Berkumpul, bersekutu dan sepakat karena Tuhan, adalah prasyarat bagi kehadiran Tuhan dalam pertemuan, serta prasyarat bagi doa-doa untuk dijawab. Tujuan Ice Breaker sendiri tidak secara langsung menyentuh aspek rohani, tetapi pada aspek kejiwaan (pikiran, perasaan dan emosi atau merupakan suatu pra kondisi untuk masuk ke alam roh (tujuan ibadah). Dalam pengamatan kami ada perbedaan antara: A. Kelompok yang menerapkan B. Kelompok yang tidak menerapkan - Ibadah lebih bergairah - Suasana ibadah agak mencekam - Lebih akrab - Kurang akrab - Terbuka untuk pergumulan - Lebih tertutup Ikatan kasih lebih baik - Ikatan kasih kurang kuat Ice Breaker dan hal ini sudah merupakan sesuatu yang mutlak harus dilakukan, dengan tujuan kekompakan atau kesatuan dalam team work Kesimpulannya ice breaker bukan suatu permainan belaka yang tanpa arti, tetapi ada dinamika-dinamika yang terjadi antara anggota dengan anggota (manusia dengan manusia) ketika ice breaker sedang berlangsung baik di dalam roh, emosi ataupun di dalam kehidupan kelompok sendiri. JENIS ICE BREAKER DAN TUJUANNYA 1. Untuk tujuan agar anggota kelompok membaur dan saling berpartisipasi Jenis ice breaker ini pada umumnya tidak menerapkan sangsi. Pesertanya tidak diharuskan mengenal nama-nama peserta lain. Permainan ini biasanya dipakai oleh kelompok dimana anggota tidak saling berhubungan satu dengan yang lain. Hal ini membantu para peserta perasaan terasing atau acuh-tak acuh untuk kemudian saling berinteraksi. Jenis ice breaker ini mengharuskan para peserta untuk membaur satu dengan yang lain, sehingga di dalam waktu yang singkat para anggota sudah saling menerima. Biasanya suasananya dengan agak ramai. Setelah ice breaker ini akan lebih efektif lagi bila diikuti dengan jenis “ICE BREAKER 31 UNTUK SALING MENGENAL” sehingga para peserta mendapat informasi data-data peserta lainnya dalam kelompok tersebut (hobby, kebiasaan, nama dll) Pergunaan ice breaker jenis ini kalau kelompok saudara baru terbentuk, dimana kebanyakan anggotanya belum saling mengenal ! Sesudah kelompok berjalan normal dan rutin, kurang lebih 1 atau 2 bulan, jenis ice breaker ini tidak sesuai lagi, kecuali ada anggota-anggota yang baru. Contoh ice Breaker untuk kategori ini yaitu: • Dapatkah saudara menemukan lawan ? 2. Untuk saling mengenal Jenis ice breaker ini membantu para anggotanya untuk saling mengenal dan mengetahui lebih dalam tentang pribadi para peserta yang berbeda-beda (kompleks) Permainan ini menyenangkan dan merupakan sarana yang kreatif untuk mengetahui identitas para anggota, nama pekerjaan, hobi, anggota keluarga, hal-hal yang disukai atau yang tidak disukai dll. Ice breaker ini merupakan langkah awal untuk mengetahui minat para anggota dan untuk pengembangan persahabatan diantara anggota kelompok. Contoh ice breaker jenis ini : Tebak profesi satu 3. Untuk mengawali komunikasi diantara anggota kelompok Emosi dan pergumulan seseorang biasanya sukar diutarakan. Ice breaker jenis ini menciptakan suasana untuk mengangkat perasaan mereka, sehingga mereka tidak sungkan-sungkan untuk mengutarakannya. Ice breaker ini sangat membantu agar anggota kelompok saudara berani mengutarakan perasaan mereka, bahkan perasaan yang paling dalam sekalipun, Ini bisa terjadi dalam banyak hal tergantung sejauh mana keefektifan saudara sebagai “fasilitator”. Bagaimanapun juga saudara harus dapat mengusahakan agar mereka tetap memelihara timbulnya saling “sharing/tukar pikiran”, tanpa membuat peserta merasa dipaksa untuk mengutarakan perasaan. Ice breaker ini dilakukan, setelah ice breaker “saling mengenal” terlaksana dengan tujuan agar para anggota dapat saling terbuka. Contoh Ice breaker dalam katagori ini adalah: • Mari kita berbicara tentang ................ • Bagaimana perasaan anda ? dan sebagainya. 4. Untuk Membangun team work (Kerjasama atau komunikasi dalam kelompok) Jenis ice breaker ini dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil (3-4 orang) dimana para anggotanya diminta untuk menyelesaikan permainan dalam waktu tertentu. Ice breaker ini bertujuan membantu para anggota kelompok meningkatkan kerjasama antar para anggota secara maksimal Jenis ice breaker ini akan sangat membantu dalam kelompok dimana para 32 anggotanya sangat individual dan sukar bekerjasama, walaupun sudah lama bergabung. Contoh ice breaker dalam kategori ini adalah: a. Bongkar pasang gambar yang harus selesai dalam waktu 10 menit b. Partisipasi dalam membangun sebuah obyek yang dibuat dari tangkai korek api dan lem. c. Sejenis permainan dimana kata-kata digambarkan dalam gerak (pantomim) yang artinya harus diterka oleh peserta lainnya dengan mempergunakan karakter-karakter yang ada di Alkitab dan sebagainya Kadang-kadang perlu diberi contoh teknis memperagakan, agar tujuan bisa tercapai maksimal Sehingga kadang-kadang memerlukan waktu satu jam atau lebih. Pada waktu mereka datang ke kelompok, masing-masing masih terpusat pada diri sendiri, walaupun mereka sudah lama saling mengenal, apalagi untuk kelompok-kelompok yang baru pertama kali berkumpul. Sebelum masuk Ibadah, mereka perlu Ice Breaker terlebih dulu. Pada saat kelompok FA terbentuk, sampai 2-3 minggu disebut sebagai “Tahap Eksplorasi”. Strategi: - Membutuhkan sekitar 3 minggu agar persahabatan (relationship) terbentuk. - Pada pertemuan pertama, tujuan utama yaitu untuk saling mengenal. Pertemuan kedua, untuk lebih mengokohkan persahabatan di antara anggota. - Gunakan 10 menit untuk Ice breaker pada pertemuan-pertemuan selanjutnya. Ice breaker jangan dimulai sebelum anggota-anggota berkumpul seluruhnya. Setiap Ice breaker dimaksudkan agar setiap anggota ikut ambil bagian. - Ice breaker harus memberi kesempatan untuk para anggota untuk saling menukar riwayat hidupnya, saling meneguhkan, dll. - Fokuskan untuk tujuan keakraban dengan memanfaatkan kesamaan minat, perhatian yang berlaku umum. - Tukar-menukar kesaksian. - Share apa-apa saja yang menjadi keuntungan dengan ikut berpartispasi dalam kelompok FA. KESIMPULAN: Ice breaker bukan sekedar permainan tetapi yaitu suatu kegiatan dengan tujuan agar setiap peserta didalam kelompok tidak terfokus pada diri mereka sendiri, sehingga satu dengan lainnya tidak canggung. Ice breaker dapat dilakukan dengan beberapa cara misalnya: Kelompok membicarakan suatu topik yang ditentukan oleh GFA atau membentuk group-group kecil (2 atau 3 orang) untuk melakukan tugas (permainan atau pekerjaan tertentu) dengan waktu yang ditentukan. - Ice breaker bertujuan membuat setiap anggota yang hadir di kelompok untuk terfokus pada hal-hal yang umum. 33 - Ice breaker meningkatkan keakraban satu dengan yang lain (tetapi tidak sampai pada tingkat yang dalam, hanya pada tingkat permukaan saja). Jangan mengharapkan terlalu banyak dari Ice breaker (misalnya perselisihan dapat otomatis selesai pada saat itu juga). Sesuai dengan namanya, Ice breaker diperlukan untuk memecahkan sikap bungkam dari seseorang. Beberapa pengurus FA sering salah pikir, bahwa Ice breaker adalah sesuatu kegiatan membuang-buang waktu saja. Pemikiran itu adalah salah. Pelajaran 7 34 SOM GBI Denpasar Lembah Pujian Kelas : Dasar III KHOTBAH VERSI FA Ayat hafalan: Mazmur 119:18 PENDAHULUAN Di dalam Kelas Menengah, diberikan materi bagaimana berkhotbah. Dalam materi kita disini bersifat praktis sehingga setiap siswa harus tarus memanfaatkan kesempatan yang ada. Pemberitaan Firman Allah di dalam ibadah FA bertujuan agar kelompok ini mendapat makanan rohani yang menumbuhkan iman mereka bersama dalam hidup, untuk menjadi saksi yang dewasa. Pengkhotbah diharapkan agar menyampaikan khotbah dengan cara yang sederhana dan mudah dimengerti, sehingga memacu anggota kelompok FA untuk dapat melakukan Firman Tuhan. Seseorang yang hanya membaca Firman Tuhan, tetapi tidak menerangkannya, tidak membangun iman jemaat, dan belum dapat berkhotbah. Ciri khotbah dalam FA adalah khotbah penggembalaan. Waktu yang dibutuhkan dalam pemberitaan Firman Tuhan kurang lebih 25 menit, dengan menggunakan metode penyuluhan. Keberadaan pengkhotbah adalah seperti seorang fasilitator, penyuluh atau seorang model. Pada waktu berkhotbah maka pengkhotbah melakukan evaluasi dengan melontarkan pertanyaan-pertanayaan; Mengapa, Bagaimana, menurut saudara ? kepada jemaat. Oleh karena itu kita harus dapat mengajar dengan cakap, menanamkan Firman Tuhan dalam hati jemaat, menjalankan Firman, dan melaksanakan jabatan Ilahi yang dikaruniakan kepada kita, oleh karena itu kita perlu mempelajari dasar-dasar pengkhotbah yang baik. Tuhan Yesus adalah model bagi setiap pengkhotbah yang baik PENGERTIAN Berkhotbah merupakan suatu hak istimewa dan juga tanggung jawab yang besar terhadap Allah, karena Allah mempercayakan perkataanNya / FirmanNya kepada sang pengkhotbah itu. Khotbah yang baik adalah khotbah yang disampaikan dalam urapan. Khotbah seperti ini diperoleh terlebih dahulu dari hubungan dan persekutuan yang erat antara pengkhotbah dengan Tuhan. Itulah sebabnya perlu belajar mempersiapkan diri sebelum berkhotbah, didalam hadirat Tuhan untuk mendapat urapan dan hikmat Tuhan supaya apa yang kita sampaikan bukan berasal dari kita tetapi dari Tuhan PERSIAPAN KHOTBAH FA Khotbah yang berhasil adalah khotbah yang dipersiapkan dengan baik. Setiap orang yang akan berkhotbah, diwajibkan untuk mempersiapkan diri didalam hadirat Tuhan. Hal penting yang harus selalu diingat bahwa khotbah ini berasal dari Allah. Jika kita ingin menyampaikan dengan tepat isinya, kita hasrus mengerti lebih dahulu kehendakNya dan untuk itu harus lebih banyak mempunyai waktu dengan Dia. Untuk hal demikian kita harus membuat 35 persiapan, misalnya: 1. Menunggu dalam hadirat Allah 2. Mempelajari Firman Allah 3. Mempersiapkan buku catatan dan catatan inspirasi-insirasi yang diberikan Tuhan. 4. Mau dibersihkan oleh FirmanNya. CARA PENYAMPAIAN KHOTBAH Konteks penyampaian khotbah ini adalah untuk pengkhotbah Family Altar. Berikut ini uraian secara rinci isi khotbah tersebut disertai keterangan mengenai cara terbaik untuk menyampaikan sekaligus alokasi waktunya: 1. Pra Pendahuluan ( + 3 menit) a. Ayat Teks (emas) : Dibaca oleh Pengkhotbah Family Altar dengan mantap (kalau perlu diulang dengan dibaca bersamasama b. Ayat Bacaan : Dibaca bergantian oleh anggota Family Altar secara bergantian (agar melibatkan anggota) 2. Pendahuluan ( + 2 menit) Pendahuluan dapat diibaratkan seperti pintu bagi sebuah rumah. Dimana melalui pintu itu seseorang dapat masuk kedalam rumah tersebut, sehingga kalau pintu tersebut tidak terbuka, maka sukar untuk masuk. Maksud pendahuluan: a. Untuk mengarahkan anggota ke arah thema b. Sebagai penyuluh thema khotbah 3. Isi Khotbah ( + 10-15 menit) Biasanya dalam isi khotbah terdiri dari berbagai pokok yang saling terkait, misalnya: Apa, Bagaimana, Mengapa, akibatnya. Isi khotbah yang baik harus diuraikan berupa rincian yang berurutan dengan point-point yang jelas. Agar isi khotbah hidup dan bervariasi, penting diberi lukisan / ilustrasi 4. Diskusi ( + 5 menit) Dalam diskusi ini bertujuan agar ada variasi dalam penyampaian khotbah, tidak monolog, bahkan kadang-kadang monoton, tetapi juga dialog supaya ada komunikasi timbal balik serta ada komunikasi akrab (saling memberi dan menerima) 5. Kesimpulan (Kesimpulan / penerapan / tantangan) Penutup atau kesimpulan ialah ikatan dari segala isi dan bagian yang telah diuraikan, supaya terikat dan terkunci menjadi satu yang merupakan maksud dari khotbah. Kesimpulan khotbah akan menyempurnakan khotbah yang disertai tantangan Pelajaran 8 36 SOM GBI Denpasar Lembah Pujian Kelas : Dasar III PENGINJILAN KONTEKSTUAL VERSI FAMILY ALTAR Ayat hafalan: Matius 28:19-20 I. PENDAHULUAN Penginjilan kontekstual (PK, bukan merupakan suatu metode baru dalam memenangkan mereka yang belum terjangkau oleh Injil). Pelaksanaan PK mengacu pada model Penginjilan Alkitabiah yang menekankan unsur “Relationship” dengan orang-orang yang belum terjangkau oleh Injil. Keberhasilan Gereja Family Altar dalam memenangkan jiwa yaitu terletak pada keterlibatan dan pembauran para jemaat dengan lingkungan yang belum terjangkau Injil, kemudian memenangkan mereka. Unsur “Relationship” dengan orang-orang yang belum terjangkau oleh Injil adalah kata kunci dalam strategi Penginjilan Kontekstual Misi Penginjilan Tuhan Yesus • Lukas 4:18-19 ............. Menyampaikan kabar baik. • Yoh. 13:15 ............. Memberikan teladan (I Pet. 2:21) • Mat. 20:28 .............. Melayani dan berkorban / menebus • Yoh. 18:37 .............. Memberi kesaksian tentang kebenaran • I Tim. 1:15 ............... Menyelamatkan orang berdosa Mengapa Misi Penginjilan ? 1. Fakta dan kebenaran iman Kristen a. Semua orang berdosa b. Upah dosa maut c. Yesus satu-satunya Jalan dan Kebenaran d. Menerima Yesus untuk kepastian penebusan dan pengampunan 2. Kita mengasihi orang lain 3. Tujuan kita dipanggil, dipilih, dibentuk untuk memberitakan kabar kesukaan, untuk menjadi serupa Yesus (melakukan pekerjaan Yesus) 4. Perintah / Amanat Agung II. AMANAT AGUNG (Mar. 16:15-20; Mat. 28:18-20) Mencari dan menyelamatkan yang hilang adalah fokus utama mengapa Tuhan Yesus datang ke dunia ini (Luk. 19:10), dan ini juga yang Tuhan perintahkan sebelum naik Sorga. Ini juga yang menjadi fokus mengapa Tuhan : a. Menempatkan GerejaNya di bumi ini. b. Menyelamatkan, memberkati dan mengurapi kita (Kis. 1:8) c. Memberi visi (Yes. 54:2-3), Allah tidak pernah gagal dalam rencanaNya (Yes. 14:27), kita sebagai anak Allah adalah mitra kerjaNya untuk melaksanakan misi itu, pengurapan / kuasa sudah diberikan. Allah akan bertindak jika kita bertindak. Tuaian itu sangat banyak dan itu akan tetap melekat dipohonnya selama kita hanya berencana 37 dan menunggu. Dibutuhkan seseorang untuk memberitahukan kepada mereka (Rom. 10:13-15). Tanah perjanjian sudah diberikan kepada Yosua dan umat Israel, tahun itu tidak akan pernah mereka miliki, kecuali mereka bertindak : menyeberangi sungai Yordan berperang dan mengalahkan musuh mereka. Kita sebagai umat Allah yang sudah mengecap anugerah/kebaikan Tuhan serta memegang Amanat Agung itu, mari kita berbuat semaksimal mungkin untuk memenangkan mereka yang belum terjangkau oleh Injil. Family Altar berada di garis depan dalam penuaian ini. Segala sesuatu yang kita lakukan untuk memenangkan mereka pasti direstui oleh Tuhan, kecuali dengan cara-cara yang melawan Firman Tuhan. 5 Faktor Utama Dalam Penuaian a. Doa Faktor doa sangat berperan dalam proses penuaian. Lahan sudah menguning dan siap untuk dituai (Yoh. 4:35) b. Pekerja terlatih dengan jumlah yang cukup (Luk. 10:2) Penuai-penuai yang cukup dan terlatih serta berkualitas sangat dibutuhkan dalam proses penuaian. Jemaat dimungkinkan untuk dilibatkan setelah terlebih dahulu digembalakan dan difungsikan melalui penggembalaan FA c. Gudang / lumbung yang memadai Hasil tuaian yang terdiri atas jiwa-jiwa baru dan “terhilang” harus ditampung dan digembalakan dalam kandang-kandang (Kelompok FA). Untuk menampung hasil tuaian yang melimpah, harus disediakan kandang yang memadai dan jika konsisten dengan visi Yes. 54:2-3, maka dalam waktu singkat, kandang-kandang ini akan siap tersedia. d. Pengurapan dan Doa Kuasa dan otoritas adalah sesuatu yang sangat diperlukan untuk tugastugas dalam pelayanan ( II Raja. 9:3). Pengurapan dan pengutusan sudah diberikan, sekarang waktunya untuk pergi dan menghasilkan buah (Yoh. 15:16) e. Strategi Visi Allah akan berhasil bila menggunakan strategi Allah. “Relationship” dengan orang yang belum terjangkau oleh Injil, adalah jawaban Tuhan untuk Pola Penginjilan Kontekstual (Family Altar). Pola ini yang Tuhan lakukan ketika Dia mengutus AnakNya yang tunggal ke bumi ini, untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang. Dalam Definisi: Penginjilan Kontekstual ialah penyesuaian atau pengadaptasian seseorang ke dalam suatu lingkungan untuk tujuan penginjilan. Note: Yang menyesuaikan diri adalah manusianya, Injilnya tidak boleh dikompromikan Dimana melakukan Misi Penginjilan ? a. Dirumah-rumah Tuhan Yesus melayani di rumah Simon (Mat. 8:14-17) Paulus ......dirumah....memberitakan Kerajaan Allah (Kis. 28:30) 38 b. Dirumah ibadah (Mat. 4:23) c. Di kota-kota dan desa-desa juga (Mat. 9:35) d. Ke Bangsa-bangsa lainnya ( Mat. 28:19) Bagaimana melakukan Misi Penginjilan ? a. Mengajak / kontekstual (Yoh. 1:35-45) b. PI Pribadi (Yoh. 4:1-42) c. Memberitakan Injil (Mat. 7:29) d. Menjadi teladan (Fil. 3:17) e. Mengajar dirumah ibadat (Mat. 4:23) f. Mengajar di rumah orang yang mengundang III. CARA MEMBENTUK RELATIONSHIP Sebelum kita dapat melakukan penginjilan kontekstual, kita harus membentuk suatu relationship terlebih dahulu. Berikut ini beberapa contoh untuk membentuk relatiopnship: 1. Jalin persahabatan dengan mereka yang belum terjangkau Injil. Jangan membentuk kelompok-kelompok eksklusif Ikuti kegiatan yang diadakan dilingkungan saudara, misalnya PKK, Karang Taruna, Siskamling, dll dan membentuk “Relationship dengan para tetangga. Saudara dapat juga mengajak mereka untuk melakukan kegiatan seperti: belajar bermain gitar, belajar memasak, berolahraga, dll 2. Kunjungan kepada mereka yang bermasalah (90% orang bermasalah bersedia untuk didoakan). - Setelah kunjungan pertama, jaga agar hubungan tidak terputus, untuk kunjungan-kunjungan selanjutnya. - Setelah pulih, undang mereka pada acara-acara pertemuan FA atau acara PK untuk memberikan kesaksian. 3. Follow up a. Jika mereka dari kalangan Kristen tradisi, mereka dapat diundang langsung pada acara-acara PK (Pagelaran Musik, Film, drama, melodrama, rekreasi, dll) selanjutnya diundang pada pertemuanpertemuan FA b. Jika mereka dari kalangan orang-orang yang belum percaya, mereka dapat diundang pada acara-acara yang berwarna Kristen misalnya: Ulang Tahun, ucapan syukur, Natal, dll, jangan langsung “to the pont” Perlakuan khusus dan ekstra hati-hati sangat dibutuhkan untuk kalangan ini. Mereka selanjutnya dapat diundang pada acara PK, setelah ada tanda-tanda bahwa mereka menaruh minat untuk keselamatan jiwanya. IV. MERENCANAKAN PENGINJILAN KONTEKSTUAL (PENUAIAN) Persiapkan jadwal untuk PK secara teratur, disarankan tiga atau empat kali setahun dengan memanfaatkan hari libur nasional atau “weekend”. Pastikan agar semua anggota mengetahui rencana ini, sehingga mereka dapat mempersiapkan diri dan berdoa jauh-jauh hari untuk sahabat-sahabat yang akan menjadi target untuk dimenangkan. 39 Langkah-langkah melakukan penginjilan kontekstual: 1.Tentukan acara yang akan dilakukan sebagai kegiatan penginjilan kontekstual 2. Ajak para anggota FA untuk berpartisipasi dalam kegiatan ini dengan mengajak keluarga, famili, teman dan kenalan 3. Disetiap pertemuan FA, adakan doa untuk kegiatan ini dan jiwa-jiwa yang akan diajak / diundang mengikuti kegiatan tersebut. 4. Pada saat penginjilan kontekstual dilakukan, adakan saat tertentu dimana mereka diundang untuk menerima Yesus. Jawaban mereka bisa YA dan TIDAK Bila YA, harus dilakukan follow up lagi agar mereka mau dibabtis. Bila tidak, tanyakan apakah yang bersangkutan bersedia didoakan. (Doakan dan katakan padanya bahwa Tuhan Yesus tetap mengasihinya) 5. Jangan lupa untuk terus mem-follow up jiwa yang menerima Tuhan Yesus untuk dibabtis dan gembalakan mereka di FA-FA yang terdekat dengan tempat tinggalnya. V. MULTIPLIKASI (PELIPATGANDAAN) Cara pelipatgandaan: 1. Peran doa dan saat teduh sangat dominan 2. Berdoa bagi anggota-anggota yang Tuhan percayakan setiap waktu. 3. Gembala FA harus memperhatikan domba bukan sebaliknya atau domba jangan dijadikan saingan, tapi orbitkan. 4. Domba cepat-cepat difungsikan, agar segera membelah, didorong untuk mengikuti SOM untuk segera difungsikan 5. Banyak mempersiapkan diri dan punya visi kelompok. 6. Gembala FA harus memperhatikan pertumbuhan rohani domba, misalnya yang belum penuh Roh Kudus 7. Gembala FA harus mempercayakan tugas-tugas tapi lihat talentanya, ini namanya dilatih dan dididik, ajarkan mereka segala sesuatu di FA (misalnya cara berdoa) 8. Gembala FA harus mengajak domba-domba/ anggota untuk kunjungankunjungan dan ajak serta mereka berdoa bagi orang sakit, dll 9. Perbanyak hubungan / pendekatan dengan masyarakat setempat, karena FA harus memasyarakat. 10. Perbanyak membaur dengan orang-orang yang belum terjangkau Injil. Pelajaran 9 40 SOM GBI Denpasar Lembah Pujian Kelas : Dasar III DOA DALAM FAMILY ALTAR Ayat hafalan: Markus 11:24 PENDAHULUAN Sesuai dengan visi GBI Denpasar harus menjadi “ Rumah Doa bagi segala bangsa”, sebagai sarana utama maka jemaat-jemaat di setiap FA pun harus menjadi “Rumah Doa bagi segala bangsa”. Karena itu gembala FA beserta dengan seluruh anggotanya harus tahu dan mengerti tentang doa dan dapat menjadikan FA-nya “Rumah Doa” . Sasaran dalam materi ini ialah agar setiap siswa memahami arti doa dan dapat melakukannya dengan benar dalam pelayanan pribadi di FA. PENERAPAN KEGIATAN DOA DALAM FA I. Doa Syafaat Dilakukan secara bersama antara Gembala FA dengan anggota secara teratur, misalnya: 1. Doa syafaat sebelum Ibadah FA diselenggarakan 2. Doa syafaat dilakukan sesudah penyampaian Firman Tuhan dengan ketentuan sbb: a. Dipimpin sebanyak-banyaknya 3 orang secara bergantian b. Seorang berdoa untuk beban seluruh jemaat FA dikelompoknya, orang sakit, study, mendoakan kubu-kubu doa dilingkungan FA dan Pos PI dll c. Salah seorang berdoa untuk topik umum, yaitu gereja, Gembala sidang, Staf Gembala, Visi Gereja, lingkungan, Pejabat disetiap banjar dimana FA berada, jiwa-jiwa yang perlu diselamatkan diwilayah FA, dan pemilik rumah tempat ibadah FA 3. Doa syafaat sub group. Setelah khotbah, anggota FA dibagi menjadi beberapa kelompok (2-3 orang). Masing-masing mereka saling mendoakan pergumulannya. Ingat apa yang didoakannya bukan untuk disiarkan di luar. II. Kubu Doa FA Kubu doa adalah suatu tempat untuk berdoa. Setiap Gembala FA dan anggota harus berupaya mengikuti visi “Rumah Doa” yang telah Tuhan berikan. Kubu Doa akan menjadi sarana dasar untuk memenangkan banyak jiwa di daerah sekitarnya dan lebih mendorong agar semua jemaat menjadi “Rumah Doa”. Kubu doa juga akan berfungsi sebagai tempat untuk mempraktekan semua karunia Roh didalam setiap pertemuan FA, agar I Kor 14:26 menjadi nyata. Disini para pendoa akan berkumpul bersama jemaat untuk bersyafaat, berperang, dalam doa dan melihat kuasa doa. Kubu Doa FA dipimpin oleh seorang pemimpin Kubu. Kubu Doa bukan Persekutuan Doa. Kubu Doa berfungsi sebagai pertahanan yang paling mendasar dalam strategi peperangan rohani kita. Kubu Doa diadakan diarea FA. Satu FA dapat mempunyai 2-4 Kubu Doa. Namun dapat terjadi pula FA 41 tersebut mengirimkan anggota-anggotanya yaitu para pendoa untuk membuka Kubu Doa ditempat lain yang belum ada kelompok FA. Kubu Doa berada di rumah jemaat dan dapat beroperasi 1 minggu sekali atau seminggu 5 kali tergantung kesepakatan dengan pengurus Kubu Doa dan tuan rumah. Waktu pertemuan di Kubu Doa bisa diadakan 1- 2 jam. Pengurus FA bersama pendoa syafaat mencari dan menetapkan tempat lain yang dijadikan Kubu Doa. Berikut adalah tugas koordinator pemimpin Kubu Doa: 1. Mencari dan mengumpulkan beban-beban doa yang ada di setiap FA-nya. Untuk itu sangat diperlukan pemetaan rohani di area FA tersebut. 2. Memberi arahan dan petunjuk ibadah doa yang benar dan berkuasa kepada anggota-anggota FA yang terpanggil 3. Memimpin ibadah kubu doa FA 4. Membuat laporan Kubu Doa FA Waktu, Tempat dan Peserta di Kubu Doa: Waktu : Minimum seminggu sekali dengan waktu ibadah antara 1-2 jam Tempat : Kubu Doa dirikan di rumah-rumah jemaat dingkungan FA dan ditempat, yaitu di rumah jemaat yang bersedia rumahnya dipakai Kubu Doa, meskipun belum ada FA didaerah itu. Peserta : Pendoa, pengurus FA dan anggota FA yang terpanggil dan ingin berdoa. Minimum 2-3 orang satu Kubu Doa. Maksimal 10 orang. Kalau sudah melebihi sebaiknya dijadikan dua kelompok. Tata Cara Ibadah Kubu Doa 1. Masuk hadirat Tuhan dengan Pujian dan Penyembahan sampai hadirat dan kemuliaan Allah melingkupi Kubu doa. 2. Menaikan doa syafaat FA: a. Pengakuan dosa, meratapi jiwa-jiwa yang tersesat dan terhilang yang ada di area FA tersebut. b. Peperangan melawan kuasa-kuasa kegelapan dan merampas jiwa-jiwa dari iblis dan dari cengkeraman kuasa kegelapan. c. Puji dan sorak-sorai kemenangan 3. Menaikkan doa syafaat bagi Gereja (Umum) a. Pemerintah dan bangsa Indonesia b. Gembala, wakil gembala, Gembala Wilayah, Gembala Sektor, Gembala FA c. Gereja-gereja lain, dll. III. Doa Keliling Doa keliling adalah doa yang dilakukan sambil mengelilingi suatu kota, wilayah, desa dll. Doa keliling adalah suatu bentuk doa yang seluruhnya dilaksanakan dalam keadaan mata terbuka ! Di dalam doa keliling dilakukan; Doa Peperangan, Doa syafaat, Doa Memberkati. Doa Keliling FA mencakup berdoa, pemetaan daerah teritorial 42 rohani yang dikelilingi dengan mengharapkan Roh Kudus bekerja mewahyukan penyataan penglihatan. Hasil pemetaan ini selanjutnya dibawa ke Kubu Doa untuk didoakan lebih lanjut. Agar jiwa-jiwa dilingkungan tersebut dapat diselamatkan, penguasa udara diketahui dan dikalahkan. Kemudian jiwa-jiwa dapat dituai dan dibawa ke kelompokkelompok FA untuk digembalakan. Setiap tempat yang diinjak oleh telapak kakimu, kuberikan kepada kamu (Yos. 1:3) Tata Cara Doa Keliling 1. Berkumpul. 2. Nyanyikan pujian dan penyembahan (1 - 2 lagu) 3. Kenakan selengkap senjata Allah 4. Peperangan untuk wilayah yang akan dilalui dan dirampas jiwa-jiwa 5. Pelaksanaan Doa Keliling: - Dengan jalan kaki - Dengan bersepeda - Dengan mengendarai Mobil atau kendaraan bermotor lainnya 6. Kembali ke Kubu Doa dan bersyukur dalam doa kemenangan 7. Selama doa keliling peserta harus menjaga kekudusan, kesatuan, kesatuan hati dan ketertipan 8. Jumlah peserta antara 3 - 6 orang / team 9. Memperhatikan hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama doa keliling Catatan: Setiap anggota yang akan mengikuti doa keliling di mohon untuk menyiapkan diri secara pribadi untuk menghindari serangan balik. IV. Doa Rantai : Doa yang tidak berkeputusan dan berkesinambungan dalam waktu tertentu dengan materi doa yang sudah disepakati tetapi berlainan pendoa (bisa 1 atau 2 jam secara bergilir/bergantian) Pelajaran 10 43 SOM GBI Denpasar Lembah Pujian Kelas Dasar III KARUNIA-KARUNIA DALAM KELOMPOK FA Ayat hafalan : I Korintus 12:4 Karunia Roh tidak diberikan karena seseorang telah memperoleh pengetahuan Alkitab. Tetapi karunia Roh diberikan kepada semua orang pada saat bertobat, yang diperlukan supaya kehidupan rohani dapat berfungsi. Jadi setiap orang percaya yang baru harus dibantu mengerti dan menggunakan karunia rohani. Karunia-karunia rohani itu disediakan supaya Tubuh Kristus dapat dipakai olehNya untuk melakukan pekerjaanNya. Gereja kelompok FA harus bergantung sepenuhnya kepada Roh Kudus untuk melayani. Karunia-karunia Roh mengalirkan kuasa untuk melakukan tugas pelayanan dan untuk membuang segala kenajisan, dosa dari Tubuh Kristus. KARUNIA-KARUNIA UNTUK MELAYANI Semua karunia diberikan untuk melengkapi pekerjaan Kristus. I. KARUNIA-KARUNIA DASAR Karunia yang paling dasar ini menyatakan kesiapan orang kristen untuk mentaati dan masuk dalam pelayanan. 1. Karunia untuk melayani (Rom. 12:7; I Kor. 16:15; Kis. 9:36) 2. Karunia membagi-bagikan (Rom. 12:8; Kis. 4:32-35; I Kor 16:2) * Melayani, berhubungan dengan hidup seseorang yang dipakai untuk mencukupi kebutuhan orang lain. Kata ini secara Harafiah berarti “menunggu meja”. Dalam bahasa Gerika, digunakan kata diakonia dari kata “deacon”. Dalam I Kor 16:15, seluruh keluarga Stefanus digambarkan sebagai orangorang yang “telah mengabaikan diri kepada pelayanan orang-orang kudus” * Memberi, berarti juga memakai milik seseorang untuk memenuhi kebutuhan orang lain. Kata ini menggambarkan seseorang yang sengaja melepaskan sesuatu dari miliknya, sehingga terjadi peralihan kepemilikan. Juga berarti penyerahan, seperti persembahan khusus pada Perjanjian Lama. II. KARUNIA PELAYANAN Ketiga karunia ini diberikan dalam kekuatan yang berbeda kepada berbagai anggota Tubuh Kristus. dan memungkinkan kita untuk berfungsi secara bersama-sama untuk menggenapi panggilanNya. 3. Karunia untuk membantu orang lain dalam kesusahan (karunia menunjukkan kemurahan) Roma 12:8 4. Karunia iman ( I Kor. 12:9; Rom. 12:3; Ibr, 11:1) 5. Karunia untuk membeda-bedakan roh yang benar dan palsu 44 ( I Kor. 12:10; Ibr. 5:14; I Yoh. 2:14; 4:1-3) * Membantu orang dalam kesusahan, menunjukan kemurahan adalah suatu kata yang berarti “merasa simpati terhadap kesusahan orang lain, khususnya simpati yang dinyatakan dalam suatu tindakan, bukan hanya perkataan. Menolong orang lain yang dalam kesusahan dengan gembira merupakan karunia yang penuh kuasa ! * Iman, adalah karunia menurut Roma 12:3, yang diberikan dalam ukuran yang berbeda kepada setiap orang percaya. Kepada beberapa orang diberikan ukuran iman yang lebih daripada yang lain. Ada semacam pra pengetahuan dalam penggunaan karunia ini. Iman adalah percaya akan segala sesuatu bahwa Allah akan melakukannya untuk kita. * Membedakan roh yang benar dan palsu, menyediakan perlindungan Roh Kudus bagi Tubuh Kristus, merasakan dan memisahkan sumber penyerangan asing oleh roh-roh asing. Mungkin itu serangan roh-roh jahat atau mengenali roh manusia yang tidak percaya kepada Yesus. Yudas mengingatkan kita dalam ayat 12 tentang orang-orang yang adalah “noda dalam perjamuan kasihmu, dimana mereka tidak malu-malu melahap dan hanya mementingkan dirinya sendiri”. Orang-orang percaya yang dewasa akan mempunyai karunia untuk membeda-bedakan roh seperti ini digunakan dalam keluarga Allah. III. KARUNIA-KARUNIA UNTUK MEMPERLENGKAPI 6. Karunia untuk memimpin (Rom. 12:8; Kis.13; Yoh. 17:18-19) 7. Karunia untuk bernubuat ( Rom. 12:6; I Kor. 12:10) 8. Karunia untuk mengajar ( (Rom. 12:7; Mat. 28:18-20) 9. Karunia untuk berkata-kata dalam hikmat ( Mat. 12:42; Kis. 6:3; 7:10; I Kor. 1:26; 2:6-12; Kol. 1:24-27; 2:3; 3:16; Yak. 1:5; Wah. 5:12. 10. Karunia untuk berkata-kata dengan pengetahuan ( I Kor. 12:8). 11. Karunia untuk menasihati (Rom. 12:8; Yoh. 14:16 * Karunia untuk memimpin, bukanlah suatu jabatan, tetapi suatu karunia rohani. Mereka yang diurapi Allah untuk memberi pimpinan, melakukannya dengan penuh urapan yang jelas. Ini bukan talenta, tetapi aliran Ilahi dari Kristus, memilih dan menetapkan mereka untuk membimbing orang lain. Dalam Perjanjian Lama, Daud adalah contoh seorang anak muda yang diurapi minyak untuk menjadi raja Israel. Ini merupakan ilustrasi bagaimana Allah memilih orang-orang tertentu untuk dialiri karunia ini. * Karunia untuk bernubuat, sangat dianjurkan oleh Paulus. Dalam bahasa Gerika diterjemahkan “ucapan yang diilhami” dari kata prophetia. Kata ini dipakai “untuk beberapa tujuan yang berguna”. * Karunia untuk Mengajar, Mengharuskan seseorang untuk tetap diajar oleh Roh Kudus. Dalam Bilangan 3:1 keturunan Harun juga dinyatakan 45 sebagai keturunan Musa. Alasannya adalah karena Musa guru mereka, dianggap telah melahirkan mereka dengan memperkenalkan mereka kepada hukum. Seseorang yang dikaruniai karunia ini, menyampaikan perintah dan kehendak Allah, yang mengatur hubungan antara Kristus dengan anggota TubuhNya. * Karunia untuk berkata-kata dengan Hikmat dan karunia untuk berkatakata dengan pengetahuan. Saling berdekatan. Gabungan keduanya menyediakan bimbingan bagi orang-orang percaya yang masih muda. Karunia yang satu menyediakan kebenaran karunia yang lain dan pandangan bagaimana menerapkan dalam situasi kehidupan. * Karunia untuk Menasihati. Juga disebut “karunia menghibur” (paraclete) artinya, “orang yang dipanggil mendampingi untuk menolong”. Kata ini memakai akar kata yang sama yang dipakai untuk Roh Kudus. Orang ini adalah seorang yang mengerti penderitaan dalam kehidupan orang lain secara mendalam, menderita dengan orang lain dan berdoa kepada Tuhan tentang setiap masalah. Semua karunia-karunia ini harus digunakan dalam kehidupan FA. Karuniakarunia dasar dapat dipakai oleh orang kristen baru, segera setelah pertobatannya. Bila karunia-karunia tersebut digunakan, maka akan bertumbuh kepada karunia pelayanan dan akan membangun orang-orang percaya untuk melatih karunia melengkapi. Supaya karunia-karunia ini bermanfaat untuk membangun orang lain, maka diperlukan kedewasaan rohani. Perlu ditekankan kepada orang-orang kristen yang baru untuk menggunakan karunia-karunia rohani. Sebab apabila karuniakarunia tersebut tidak digunakan, maka karunia-karunia itu tidak akan dimanifestasikan dan pekerjaan Kristus tidak dapat dilakukan. TANDA-TANDA KARUNIA. Ada 4 tanda karunia yang mungkin berguna dalam pelayanan. 1. Berbahas lidah ( I Kor. 14) 2. Menafsirkan bahasa lidah (I Kor. 14) 3. Menyembuhkan (I Kor. 12:10) 4. Mujizat ( I Kor. 12:10) Bahasa lidah dibagi Paulus dalam I Korintus 14 menjadi 2 kategori (I Kor. 14:24-25) a. Penggunaan bahasa lidah dengan penafsirannya merupakan tanda didepan umum. Tanda itu bisa negatif, memandang penghakiman bagi orangorang yang tidak beriman yang menghadiri kebaktian, atau tanda-tanda positif bagi orang-orang percaya. b. Bahasa itu menjadi bahasa doa yang bersifat pribadi. Paulus mencegah pemakaian bahasa lidah di depan umum sebagai suatu 46 kegiatan yang tidak membangun Tubuh Kristus seperti nubuatan. Paulus berkata bahwa ia berbahasa lidah lebih dari siapapun didalam gereja di Korintus. Jelas ia menggunakannya dalam doa pribadinya, bukan didepan umum. Penafsiran Bahasa Lidah ialah untuk menyertai setiap kesempatan pemakaian bahasa lidah di depan umum. Dalam I Korintus 14:27 dikatakan “harus ada lain yang menafsirkannya” Pemakaian semua karunia di depan umum harus tetap digunakan untuk membangun Tubuh Kristus dan harus relevan dengan kebutuhan jemaat pada saat itu. Penyembuhan dan mujizat merupakan saat-saat khusus dimana Allah menunjukkan kasih karunia dan kuasaNya untuk memberkati kita. Ada persyaratan khusus bagi kesembuhan yang ditekankan dalam Yakobus 5:14, 16 yaitu melibatkan para penatua sebagai peserta. Dalam kesempatan lain doa untuk kesembuhan dapat dilayani oleh sel atau perorangan. Pemakaian karunia-karunia ini selain digunakan untuk membangun Tubuh Kristus juga dipakai untuk mendemontrasikan kuasa Allah kepada orang-orang yang tidak beriman. TUJUAN KARUNIA-KARUNIA Karunia rohani diberikan untuk maksud pelayanan, bukan untuk pemakaian pribadi. Tujuan karunia-karunia tersebut dinyatakan dengan jelas dalam I Korintus 14:26 “Jadi bagaimana sekarang, saudara-saudara ? Bilamana kamu berkumpul, hendaklah tiap-tiap orang mempersembahkan sesuatu; yang seorang mazmur, yang lain pengajaran, atau pernyataan Allah atau karunia bahasa roh, atau karunia untuk menafsirkan bahasa roh, tetapi semuanya itu harus dipergunakan untuk membangun”. MOTIVASI YANG SALAH UNTUK MENERIMA KARUNIA-KARUNIA ROHANI Apakah motivasi yang benar bagi orang percaya untuk menerima karuniakarunia rohani ? Jika itu adalah untuk mendapatkan peneguhan atau menerima upah, maka motivasi itu tidak benar dan karunia-karunia itu tidak akan mengalir. Karena karunia-karunia dapat ditiru (dipalsukan), maka motivasi itu mendorong banyak orang untuk memiliki suatu karunia rohani untuk kepentingan pribadi atau untuk kesombongan rohani. Jika ada orang yang mendesak orang lain untuk menerima karunia rohani, hal itu tidak benar, “Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita...” ( Rom. 12:6). Salah satu istilah bagi karunia-karunia dalam bahasa Gerika ialah “Charisma” yang berasal dari sebuah kata kerja “charizomai” artinya diberikan sebagai suatu hadiah. Kata ini dipakai Paulus, yang ditempatkan dalam konteks pemakaian untuk membangun Tubuh ( Rom. 12:4-6). Ayat ini dapat diartikan, “setiap orang mempunyai karunia yang berlainan dari semua anggota Tubuh Kristus lainnya” atau satu orang yang memperlihatkan karunia yang berbeda-beda, sesuai dengan yang diperlukan pada kesempatan itu. 47 Dalam I Korintus 12:4-6, penekanannya pada perbedaan karunia-karunia yang disesuaikan dengan kesempatan yang ada. I Korintus 12:11, penekanannya pada tindakan, bukan pada penerimaan karunia. Petrus menulis dengan jelas tentang penggunaan karunia-karunia: ( I Pet. 4:10). Jadi karunia-karunia rohani digunakan dalam kelompok FA untuk membangun Tubuh, manivestasinya harus selalu dikaitkan dengan situasinya. Jelas bahwa Allah akan mengalirkan semua karunia rohani kedalam kelompok FA yang diperlukan untuk membangun Tubuh Kristus. I Kor. 12:8. Dan tidak semua orang mempunyai karunia yang sama. I Korintus 12:30 dan tidak semua mempunyai karunia-karunia ini, hanya mereka yang telah dipilih Roh Kudus untuk menjadi saluran kasih karunia sesuai penggunaannya. Kemudian Paulus menambahkan dalam I Korintus 14:1, “kejarlah kasih itu dan usahakanlah dirimu memperoleh karunia-karunia Roh, terutama karunia untuk bernubuat. Mengejar karunia untuk bernubuat ini merupakan suatu manifestasi dari kerinduan seseorang untuk membangun orang lain dalam suatu kelompok. Penulis Surat Ibrani meneguhkan bahwa karunia-karunia Roh Kudus dibagikan menurut kehendak Allah (Ibr. 2:4). MOTIVASI MEMAKAI KARUNIA-KARUNIA KITA IALAH KASIH Setelah Paulus membahas tentang karunia-karunia rohani dalam I Korintus 12 dan 14, ia mengatakan bahwa motivasi bagi karunia-karunia tersebut ialah kasih (I Kor. 13). Jika orang-orang Kristen mencari manifestasi karunia-karunia untuk alasan lain, mereka akan jatuh dalam kesalahan. Prioritas Alkitabiah dalam kehidupan kita ialah sebagai berikut: - Gereja - Keluarga - Pekerjaan Gereja adalah Tubuh Kristus. Orang-orang kristen yang menempatkan gereja dibelakang keluarga membuat kesalahan besar. Keluarga tidak mungkin menjadi kristen sampai keluarga berada di dalam kehidupan FA. Hanya saat itulah keluarga hidup dalam suatu tempat kasih, pemeliharaan dan dibangun. Ketika gereja menjadi yang utama dari yang lain, maka keluarga dan situasi kerja akan memperoleh manfaat dari kuasa karunia-karunia rohani. Pelajaran 11 48 SOM GBI Denpasar Lembah Pujian Kelas Dasar III Pastoral Konseling I Ayat hafalan: Galatia 6:2 Pengertian Konseling. Konseling adalah hubungan timbal balik antara dua individu, yaitu konselor yang berusaha menolong atau membimbing dan konseli yang membutuhkan pengertian untuk mengatasi persoalan yang dihadapinya. Dalam hal ini seorang konselor kristen akan berusaha mengaplikasikan kebenaran Firman Tuhan atas persoalan-persoalan hidup ini. Konseling dapat mempunyai arah yang bervariasi, meskipun tidak semuanya dapat diaplikasikan dalam setiap situasi konseling. • Mengubah sikap/tingkah laku yang merugikan, menolong mengerti akan nilainilai kehidupan yang ada • Belajar bagaimana bergaul dan berkomunikasi dengan sesama • Menolong untuk dapat mengekspresikan perasaan kuatir, gelisah, takut, kesepian atau kemarahan secara sehat • Menolong mengerti sebab-sebab dari persoalan yang timbul • Menyadari akan dosa, mengakuinya dihadapan Allah, mengalami pengampunan, dan mulai suatu kehidupan yang baru • Menciptakan kesediaan untuk mendengar nasehat, teguran dan menolong orang lain yang mempunyai problem yang sama • Belajar tumbuh dalam iman dan pengenalan akan Tuhan, dalam doa dan perenungan Firman Tuhan secara teratur. Konseling yang terdapat dalam Alkitab: - Elihu memberi nasehat kepada Ayub - Allah memberi konseling kepada Elia yang putus asa di gunung Horeb - Daniel memberi nasehat kepada raja Nebukadnesar - Daud memainkan kecapi untuk menghibur Saul yang murung dan gelisah - Tuhan Yesus sebagai penasehat yang ajaib dalam Yesaya 5 (Nikodemus, perempuan Samaria Dalam PB) - Yitro memberi nasehat tentang pendelegasian kepada Musa Setiap orang kristen mempunyai tanggung jawab untuk saling menolong, menasehati satu dengan yang lain. Keunikan konseling kristen karena mempunyai misi khusus. Memang banyak persamaan antara konseling kristen dan non kristen dalam hal menolong konseli menghadapi persoalan, bergaul dengan orang lain, mengatasi krisis, mengubah kebiasaan dan sikap hidup yang merugikan, meningkatkan gairah hidup dll, namun disamping itu konseling kristen mempunyai arah yang lebih konkrit, yaitu memperkenalkan Yesus Kristus sebagai Juru Selamat pribadi dan Penebus dosa. Yang ditekankan dalam konseling: - Listening (mendengar) - Empaty ( Memposisikan kalau saya diposisi dia bagaimana) - Tanya jawab yang terarah 49 - Pemberi dorongan - Mengkonfrontasikan konseli/klien dengan kelemahan atau kesalahan Mungkin seseorang menghadapi persoalan dan membutuhkan pertolongan kita, tetapi belum tentu mereka tertarik pada hal-hal rohani, tetapi dalam konseling kristen jangan lupa kita memperkenalkan siapakah Yesus Kristus yang mampu menolong kita. Dunia konseling dibagi dalam tiga golongan: - Directive approaches(Pendekatan petunjuk, instruksi, perintah) : Disini konselor dipandang sebagai seorang ahli yang dapat menganalisis persoalan, mengerti akan pemecahannya dan mampu mengkomunikasikan jalan keluar tersebut kepada konseli. Jadi konseli hanya datang untuk menerima petunjuk apa yang harus dilakukannya. Tentu saja ini berarti, bahwa tanggung jawab dan beban terbesar terletak pada bahu konselor. - Permissive approaches (pendekatan membolehkan, mengizinkan) Suatu metode konseling dimana konseli diberi kesempatan untuk mengatasi persoalannya sendiri, yaitu dengan memberi kebebasan pada mereka untuk mengumulinya. Konselor disini tidak memberikan diagnosis, menganjurkan jalan keluar, atau memberikan terapi, tetapi ia lebih banyak mendengar, kadang-kadang menyimpulkan apa yang sudah didengar dan memberikan suasana konseling yang hangat, sehingga konseli bebas mengeluarkan isi hatinya, menyatakan perasaannya, dan tanpa disadari akhirnya ia menemukan jawab atas persoalannya. - Interactional approaches (pendekatan saling interaksi) : Disini konselor dan konseli mendiskusikan persoalan, dalam hubungan mereka yang equal (seimbang, sejajar), sehingga keduanya dapat mengambil keputusan bagaimana sebaiknya persoalan tersebut diatas. Ketika metode/pendekatan ini sebenarnya mencerminkan kepribadian atau kebudayaan suatu bangsa. Dalam masyarakat dimana orang sangat menghormati orang yang lebih tua, ataupun pemimpin-pemimpin mereka biasanya konseling lebih cenderung memilih pendekatan directive approaches. Sedangkan dalam masyarakat yang lebih demokratis, pendekatan yang kedua dan ketigalah yang sering kita jumpai. Mana yang lebih praktis dan lebih menyakinkan? Tentu saja bergantung kepada persoalannya, kepada apa yang diharapkan konseli maupun kepada pribadi konselor sendiri. Tuhan Yesus memakai direct approach (pendekatan langsung) dan sangat autoritative (penuh kuasa dan kewibawaan) dalam menghadapi para imam besar dan orang farisi. Tetapi Ia menegur dengan lebih lunak ketika bersama dua orang dalam perjalanan menuju Emaus setelah kebangkitanNya. Ia membiarkan mereka untuk bebas berbicara kemudian mengarahkannya. Dalam percakapanNya dengan Nikodemus, Ia mengunakan pendekatan yang lebih dari hati kehati, dan kepada perempuan yang sakit (yang menjamah jubahNya) Tuhan menghardik dengan lembut. Sedangkan kepada anak-anak Ia memeluk dan membawa mereka dekat kepadaNya; dan dengan tiap-tiap muridNya ia memberikan pendekatan yang berbeda. Sebagai orang kristen kita harus sadar, bahwa Tuhan menciptakan setiap 50 individu sangat unik, dan berbeda dengan individu yang lain, sehingga kitapun mengadakan pendekatan yang berbeda pula dalam menolong tiap-tiap individu. Melalui konseling kita harus mengunakan cara dimana Kristus dipermuliakan dan sesuai dengan kebenaran Alkitab, namun kita juga jangan gegabah menuduh pendekatan yang dilakukan konselor atau teori lain sebagai yang hal yang sesat, seolah-olah hanya teori kita saja yang sesuai dengan Firman Tuhan. Pemikiran yang kurang sensitif dan membanggakan teorinya sendiri, seringkali juga merupakan hambatan dalam konseling kristen, merugikan konseli, dan tidak memuliakan Allah. FT dalam Roma 12:8 – Karunia menasehati “paraklesis” = datang untuk menolong, memberi penghiburan, mendukung, memberi semangat, dan menasehati. Ada orang beranggapan konseling adalah karunia, tetapi sebenarnya ini adalah tanggung jawab setiap orang kristen (I Tes.5:11,14; Gal.6:1-2,10; Kol.3:12-14) Ciri-ciri Konselor kristen ditinjau dari Kitab Galatia: - Pertama, seorang konselor kristen yang efektif tentu harus memiliki kerohanian yang baik (Gal.5:22-26) - Kedua, seorang konselor kristen harus lemah lembut (Gal.6:1) Roh yang lemah lembut tidak berarti bahwa kita tidak boleh mengatakan apa yang tidak disukai untuk didengar dan dilakukan oleh konselor. Kadang-kadang kita harus tegas, namun juga lembut, sensitif, kepada mereka yang datang dengan berbagai persoalan - Ketiga, seorang konselor kristen harus bersedia menolong meringankan beban (Gal.6:2) - Keempat, seorang konselor kristen harus bersifat rendah hati (Gal.6:6) - Kelima, seorang konselor kristen harus bersifat sabar (Gal.6:7-8) - Keenam, seorang konselor kristen harus rajin berbuat baik (Gal.6:10) Hal-hal yang harus dihindari, supaya tidak menghambat keefektifan kerja konselor: a. Memihak/menitik beratkan pada informasi sepihak Problema yang kita dengar dari konseli biasanya hanya merupakan salah satu aspek dari persoalan yang dilihat melalui kacamata konselor itu sendiri. Misalkan saja, dalam konseling pernikahan, suami istri bisa mempunyai pandangan yang sangat berbeda mengenai satu persoalan. Jika konselor hanya melihat atau mendengar dari satu pihak saja, tentunya ia tidak akan mampu menyelesaikan persoalan itu dengan baik, apalagi kalau berpihak kepada salah satu konseli. b. Mengambil kesimpulan yang prematur/tergesa-gesa/ceroboh Seorang konselor harus dapat mendengar dengan baik, cermat, dan tidak mengambil kesimpulan terlalu pagi, atau langsung memberi jalan keluar. Karena apa yang dikemukakan oleh konseli belum tentu persoalan yang sebenarnya, seringkali hanya merupakan gejala tambahan dari inti persoalannya, sehingga konselor akan membuang banyak waktu dan tenaga karena persoalan seolah-olah tidak pernah habisnya. c. Menekankan konfrontasi 51 Ada beberapa orang menekankan, bahwa satu-satunya jalan bagi orang kristen untuk mengatasi persoalan adalah dengan mengkonfrontasikan konseli dengan kebenaran Firman Tuhan. Padahal jika kita perhatikan Alkitab menerangkan dengan mengunakan banyak cara, kadang-kadang melalui konfrontasi (Roma 15:14), kadang-kadang mengajar (Kol.3:16), menghibur (I Tes.4:18), memperhatikan (I Kor.12:25), menguatkan (I Tes.5:11), menerima (Roma 15:7), bahkan kadang dengan kasih menolong konseli menanggung beban atau pergumulan mereka (Gal.6:2), Jadi jelas tidak mungkin hanya melalui satu cara saja kita dapat menolong konseli. d. Terlalu banyak ikut campur Seringkali kita sebagai konselor kita banyak hal, sehingga kita tidak lagi obyektif terhadap inti persoalan. Tentunya hal ini akan menguras banyak waktu dan tenaga yang seharusnya dapat kita gunakan untuk hal lain. Kita sangat membutuhkan kebijaksanaan dari Tuhan untuk tetap memperhatikan konseli, tanpa menjadikan persoalan konseli menjadi pergumulan dan beban yang menghancurkan hidup kita sendiri sebagai pengorbanan yang sia-sia. Mungkin kita mengalami, betapa ada konseli-konseli yang menyita banyak waktu kita tanpa mempedulikan, bahwa konselor juga mempunyai tanggung jawab kepada keluarga dan konseli yang lain. Mereka biasanya menuntut perhatian yang penuh, kapan saja ia mau. Untuk menghindari hal ini, kita harus dapat menemukan cara yang tepat untuk mengatasinya tanpa merusak hubungan baik yang mungkin sudah terbina. e. Akrab dengan konseli lawan jenis Jangan kita mengira, karena kita adalah konselor-konselor kristen, ada jaminan, bahwa tidak akan terjadi skandal dalam hubungan kita dengan konseli. Konseling membutuhkan pendekatan yang kadang-kadang sampai pada kebutuhan pribadi yang sangat mendalam, seperti misalnya kebutuhan seksual. Konselor harus tegas, dan tidak membiarkan perasaannya terlibat lebih jauh, jika ia melihat kebutuhan-kebutuhan ini mulai muncul dalam hubungan mereka berdua. Banyak konselor profesional dan hamba-hamba Tuhan yang terlibat dalam persoalan ini dan pelayanan mereka gagal karena mengabaikan standar kesucian dan kehidupan kristen dengan membiarkan hawa nafsu dan perasaannya terikat dengan konseli. Konseling memang pelayanan yang sensitif dan godaan seringkali timbul karena diri kita sendiri lemah dan membiarkan timbulnya pikiran-pikiran yang kotor. Jangan kita menyombongkan diri, bahwa kita tidak akan jatuh (I Kor.10:12-13) Kita harus selalu merendahkan diri pada pimpinan Roh Kudus, Ia yang menghendaki kita melayani, Ia juga akan melindungi kita dalam pelayanan yang baik ini. Kadang-kadang setelah bertemu dengan konselor, konseli dapat menyebarkan tuduhan, bahwa konselor telah mencoba berbuat serong. Tuduhan ini sulit untuk dibuktikan, karena orang akan cenderung berpihak pada konseli. Karena itu penting sekali kita menjaga dan berhati-hati dalam membangun reputasi dalam pelayanan dan kehidupan pribadi kita, sehingga seorang konselor kristen kita dapat dihargai dan dipercaya (I Tes.5:22) Untuk menjaga hal ini, konselor dianjurkan untuk tidak mengadakan pertemuan-pertemuan ditempat-tempat tertutup, tersembunyi, ataupun 52 tempat-tempat yang sunyi, kecuali jikalau konselor ditemani diaken atau pekerja gereja yang lain. f. Kegagalan menyimpan rahasia Jika seorang datang kepada konselor dan mengutarakan segala persoalan dan isi hatinya tentu mereka berharap, bahwa apa yang mereka ceritakan kepada konselor tidak akan bocor. Tapi seringkali tanpa disadari oleh konselor sendiri, hal-hal yang peka tersebut terungkap dalam diskusi-diskusi yang tidak formal atau sebagai contoh ilustrasi kotbah. Untuk menghindari hal ini, dengan kuasa dan pertolongan Tuhan kita harus mematikan kebiasaan untuk membicarakan orang lain (Yak.3:1-10; I Ptr.3:10) *Punya telinga tetapi tidak punya mulut* g. Pelayanan yang tidak seimbang Konselor-konselor kristen seringkali menjadi terlalu sibuk dalam pelayanan konselingnya dan membiarkan tanggung jawab lain terbengkelai. Misalnya, tanggung jawab pada keluarganya sendiri, bahkan mengabaikan waktu untuk berdiam diri, berdoa dan beristirahat. Memang banyak konselor-konselor kristen yang terlalu peka terhadap kebutuhan pelayanan dan melupakan kebutuhan istri, anak-anak dan dirinya sendiri. Sekali lagi kita harus belajar dari Tuhan Yesus sendiri yang selalu mempunyai waktu untuk istirahat dan berdoa (Mar. 1:35, 6:46). Kita sebagai konselor-konselor kristen baik pendeta maupun kaum awam harus mengerti batas-batasnya, dan jangan sampai persiapan kotbah, waktu doa dan saat teduh kita abaikan, begitu juga tugas-tugas lainnya, jikalau hal itu diabaikan, pelayanan kita tidak akan menjadi efektif bahkan kita tidak akan menjadi teladan bagi orang-orang lain. Prinsip-prinsip pemecahan masalah oleh konselor 1. Konselor harus memastikan bahwa ia tidaklah “mengambil alih” masalahnya 2. Dengan berbagai cara ia harus memperlihatkan bahwa konseli tidak bodoh atau abnormal karena masalah-masalah yang mereka hadapi 3. Konselor harus membantu konseli untuk dapat melihat manfaat menyelesaikan masalah tersebut 4. Konselor harus menyadari alasan-alasan munculnya kesulitan dalam diri konseli, tetapi tidak mengatakan pada konseli apa yang tidak beres dalam dirinya 5. Konselor harus membantu dalam menetapkan sejumlah patokan untuk menguji gagasan-gagasan tentang pemecahan untuk masalah itu Prinsip-prinsip lainnya sebagai pelengkap: 1. Pemecahan masalah harus selalu dimulai dari posisi konseli, maksudnya mulai dari masalah yang diajukan konseli 2. Konseli harus memiliki tanggung jawab terakhir untuk menyelesaikan masalahnya. 3. Hanya masalah-masalah yang dianggap dapat dipecahkan, itulah yang harus ditangani 53 4. Pujian yang tepat harus diberikan terhadap konseli setiap kali ia mencapai keberhasilan 5. Pemecahan-pemecahan tidak perlu dilakukan jika konseli acuh tak acuh dalam menyelesaikan masalahnya. 6. Rujukan yang tepat harus dilakukan jika memang diperlukan 7. Konselor perlu melihat usaha-usaha positif konseli yang sudah dibuat sebelumnya untuk memecahkan masalah tersebut dengan tekanan pada kekuatan-kekuatan dan ciri-ciri positip konseli. Kualitas-kualitas konselor yang seharusnya dimiliki 1. Konselor harus sungguh-sunguh berniat untuk menolong konseli mereka dan berusaha sekuat tenaga merealisasikan minat ini 2. Konselor harus memandang konseli sebagai pribadi 3. Konselor harus percaya pada kemampuan terapeutisnya sendiri 4. Konselor harus memiliki pengetahuan yang luas tentang teori-teori dan praktik-praktik konseling ; luwes, tidak picik, dan terbuka untuk mendapatkan keterampilan baru serta mencobanya. 5. Konselor harus mampu menghadapi dan menyelesaikan keruwetankeruwetan mereka sendiri; tidak cemas, tidak tertekan, tidak bersikap bermusuhan, tidak membiarkan diri mereka sendiri merosot, tidak mengasihani diri, atau tidak disiplin 6. Konselor harus sabar dan tekun berusaha keras dalam kegiatan-kegiatan terapeutis mereka 7. Konselor bersikap etis dan bertanggung jawab, dan menggunakan konseling hampir seutuhnya demi kebaikan konseli dan bukannya untuk kesenangan pribadi 8. Konselor harus bertindak secara profesional dan dalam bidang terapeutis, tetapi masih tetap sanggup mempertahankan sikap manusiawi, spontan, dan gembira dalam bekerja 9. Konselor harus optimistik, mampu memberi semangat dan memperlihatkan pada konseli bahwa apapun kesulitan yang dihadapi konseli, mereka dapat berubah 10. Konselor harus berhasrat untuk menolong semua konselinya, dan dengan besar hati bersedia merujuk orang-orang yang mereka anggap tidak dapat mereka tolong kepada rekan-rekan seprofesi lainnya. Konselor juga harus berusaha untuk tidak terlalu acuh-tak acuh atau terlalu terlibat dengan konselinya. Konselor harus waspada terhadap pengandaian-pengandaian konseli yang mengarah pada sikap yang terlalu menguntungkan atau terlalu meremehkan sejumlah konseli Langkah-langkah rohani - Saya berdoa sebelum konseling ini untuk menunjukkan sikap saya - Saya berdoa untuk minta pimpinan dan pengertian serta hikmat (petunjuk Tuhan) - Saya berdoa bersama dengan konseli sebelum permulaan konseling. - Saya akan berdoa pada waktu mengakhiri konseling 54 - Saya membiarkan konseli untuk berdoa untuk saya Gunakan Firman Tuhan bukan pengertian kita * Gunakan Firman Tuhan bukan untuk menuduh tetapi memberikan garis besar arah yang baru * Kembali ke Firman Tuhan Tehnik dalam konseling kristen Contoh Ayub seorang saleh, jujur, takut akan Allah, tetapi kemudian beberapa peristiwa menimpa dirinya secara beruntun : Kehilangan hartanya, anaknya bahkan mendapat tekanan dari istrinya, penyakit barah dan tidak lagi dipandang orang. Ayub Kecewa, putus asa, frustasi dan bingung. Tiga konselor mencoba menolongnya tetapi tidak ada satupun yang dapat menolongnya. Kemudian datang Elihu ia seorang yang masih muda. Langkah yang ia ambil: 1. Elihu mendengar (Ayub 32:11) Mendengar adalah bagian yang sangat penting yang seringkali dilupakan dalam konseling. Konselor seringkali merasa, bahwa tugasnya adalah memberikan sebanyakbanyaknya nasehat, mengutip ayat-ayat atau memberikan pertanyaanpertanyaan. Hal-hal ini tentunya akan menghambat proses konseling, bahkan sejak permulaan sudah merusak proses tersebut jikalau sebenarnya kita tidak yakin akan apa yang menjadi persoalan konseli. 2. Seorang Teolog Jerman, DietricchBonhoeffer pernah menulis, bahwa banyak orang membutuhkan “telinga yang bisa mendengar”. Seringkali hal ini sulit dikemukakan diantara orang-orang kristen karena kecenderungan kita adalah mau berbicara dan memberi nasehat. Padahal, seorang yang tidak dapat mendengar sesamanya, iapun sulit untuk dapat mendengar suara Tuhan.” Karena seorang yang tidak mau sabar mendengar, akan berkata-kata tanpa arah yang baik, dan tentunya orang-orang seperti ini tidak dapat menolong orang lain. Jika kita mau mendengar, seperti Elihu yang sabar mendengar keluhankeluhan Ayub, konseli yang kita layani akan mempunyai kesempatan untuk mengutarakan isi hatinya, hal ini tentu akan melegakan hatinya, dan pada saat yang sama memberikan banyak bahan yang akan menolong proses konseling tersebut. Mendengar membutuhkan konsentrasi penuh, pikiran jangan melayang kemana-mana. Sesekali tersenyum, mengangguk/melontarkan pertanyaan sehingga kita menolong konseli untuk bebas mengutarakan perasaannya. 3. Elihu mengerti (Ayub 32:12) Sebelum bertemu dengan Elihu. Ayub sangat frustasi karena ia merasa tidak ada seorangpun yang bisa mengerti dia. Tetapi dengan Elihu yang penuh pengertian, keadaan sangat berbeda, keadaan sangat berbeda. 4. Elihu menguatkan (Ayub 33:6-7) Elihu berkata kepada Ayub, bagi Allah, aku sama dengan engkau, aku manusia biasa, dengan berbagai 55 persoalan dan aku tidak datang untuk membuat engkau takut. Banyak orang segan untuk mengutarakan isi hatinya kepada konselor, karena ia merasa malu, mengapa ia mempunyai persoalan seperti itu dan tidak dapat menyelesaikannya sendiri. Jika konseli berbuat dosa, ia takut kalau konselor marah, sinis, mengecam perbuatannya. Oleh sebab itu yang penting menguatkan dan meyakinkan konseli, bahwa sekalipun mereka gagal dan berbuat dosa, kita bisa mengerti dan tidak menolak mereka. Ingatkan bahwa Yesus mengasihi kita, pada waktu kita masih berdosa (Roma 5:8) 5. Elihu mengkonfrontasikan Ayub dengan kebenaran-kebenaran Allah (Ayub 33:12, 32) Tanggung jawab konselor bukan menghakimi, mengecam, mengutuk, menimbulkan rasa bersalah, tetapi menghadapkan konseli kepada kegagalannya, perbuatannya, dosanya/tingkah lakunya yang merugikan, yang mungkin tidak dilihat konseli sebelumnya. 6. Elihu mengajar (Ayub 33:33) Kadang-kadang bagian ini merupakan bagian yang sangat penting dalam proses konseling, yaitu membagikan hikmat kebenaran Firman Tuhan yang dibutuhkan konseli. (Memberi informasi, memberikan arah dan petunjuk yang dapat dilakukan konseli/contoh kehidupan diri kita) 7. Elihu membimbing Ayub kepada Tuhan (Ayub 34 ), Elihu mengungkapkan Allah yang Maha Tahu, Maha Kuasa, dan Maha Adil yang akhirnya membuka mata rohani Ayub (Ayub 42:5) - - Contoh dari Tuhan Yesus (Lukas 24) Tuhan Yesus berjalan bersama mereka (Luk.24:15) Apakah kita merasa kehadiranNya. Tuhan Yesus bertanya (Luk.24:17,19) Konselor yang sedang belajar seringkali membuat kesalahan dengan memberikan terlalu banyak pertanyaan kepada konseli, sehingga konseli merasa, konseling tidak lain daripada menjawab pertanyaan-pertanyaan konselor saja. Ada 2 jenis pertanyaan : Pertanyaan tertutup, dimana pertanyaan dijawab dengan singkat dan tidak berkembang. (Apakah anda menikah?, nama anda ?, apakah mempunyai anak ?, apakah anda susah? Pertanyaan terbuka: akan menstimulasi (merangsang) konseli untuk menceritakan/mengutarakan isi hatinya (Apakah yang sedang anda gumuli ?, Apa yang membuat anda susah ?, Apakah yang anda maksudkan dengan pernikahan anda tidak bahagia ? Apakah anda dapat memberikan contoh, mengapa anda begitu murung ? Kapan anda mulai minum-minuman keras dan mabuk? Dalam perjalanan ke Emaus, kedua orang itu menanyakan kepada Tuhan Yesus apakah Ia tidak tahu “Peristiwa-peristiwa yang baru-baru ini terjadi?” dan Tuhan Yesus menjawab pertanyaan itu “Apakah itu ? (Luk.24:19) Ini adalah contoh pertanyaan yang membuka banyak jalur bagi seseorang untuk dapat mengutarakan isi hatinya. Tuhan Yesus mendengar. Memang dalam Alkitab tidak menyebutkan secara khusus, namun dalam perjalanan dari Yerusalem Yesus tidak banyak berbicara, Ia lebih banyak mendengar. 56 - Tuhan Yesus menerima. Meskipun Ia tahu, bahwa murid-muridNya ini mempunyai kesimpulan yang salah, tetapi Ia tidak langsung menegur. Ia menerima mereka sebagaimana adanya. - Tuhan Yesus menghadapkan mereka dengan persoalan yang sebenarnya (Luk.24:25,26)Yesus mengkonfrontasikan/menegur kebodohan kesimpulan mereka. Apa yang Alkitab ajarkan mereka belum mengerti. Konfrontasi bukan satu-satunya cara yang dapat dilakukan oleh konselor, karena ternyata: • Understanding responses (respon positif/dapat mengerti) dapat dilakukan bila konselor ingin menunjukkan “empaty” dan pertanyaan, bahwa ia bisa mengerti perasaan konseli. • Probing responses (respon menyelidiki/memeriksa) dipakai bila konselor membutuhkan lebih banyak informasi, atau bila konselor ingin merangsang percakapan lebih lanjut. • Komentar-komentar yang supportive (membangun, membantu) dapat digunakan konselor untuk menghibur dan memberi semangat baru pada konseli • Interperative responses (respon menterjemahkan, menafsirkan) menjabarkan pada konseli apa yang sedang terjadi • Evaluative responses (respon mengevaluasi) konselor memberikan ideide/pemikiran yang baik dan bijaksana mengenai tindakan yang akan dilakukan • Action responses (respon untuk bertindak) konselor mencoba menganjurkan suatu langkah yang harus diambil konseli. Tuhan Yesus mengajar (Luk.24:27) Tuhan Yesus bersedia tinggal bersama mereka (Luk.24:28-29) Type-type respons dalam percakapan konseling: Understanding : Agaknya persoalan ini sangat memberatkan anda dengan kata lain, anda merasa………. Sejauh ini, anda sudah mengatakan…… Saya dapat merasakan pergumulan anda. Probing : Coba ceritakan lebih lanjut mengenai hal ini? Bagaimana reaksi suami atau istri anda? Kemudian…? Saya kurang jelas…… Supportive : Memang setiap orang akan merasakan hal yang sama jika diperlakukan demikian. TUHAN pasti mempunyai maksud tertentu….. Tentunya hal ini akan bertambah baik jika……. Saya yakin mereka akan mengerti jika…….. Interpretative : Sebenarnya apa yang terjadi adalah….. Apakah hal ini membuat anda merasa bersalah? Rasanya anda sangat tergantung kepada…. Apakah ini yang akan anda katakan……. Evaluative : Anda sangat bijaksana Ide yang baik Alkitab mengatakan itu dosa Saya kira itu tidak menolong 57 Action Anda harus mencoba jalan lain : Saya anjurkan anda…….. Mengapa anda tidak……. Jika anda kembali minggu depan….. Anda seharusnya…….. Beberapa kendala dari konseli yang bisa menghalangi proses konseling 1. Membisu -- Konseli datang untuk mendapatkan pertolongan, tetapi ia tidak bersedia berbicara. Ia sekedar duduk dan menatap atau bersikap mempertahankan jawaban-jawabannya. 2. Tidak serius -- Ada konseli yang membicarakan berbagai hal dengan ringannya dan kelihatannya tidak mempunyai masalah-masalah. Ia mungkin tersenyum ketika membicarakan masalah-masalahnya atau melihat berbagai hal dalam satu cara yang dangkal. Mungkin ia setuju bahwa ia mempunyai masalah-masalah, tetapi ia tidak mengijinkan konselor untuk menggalinya lebih jauh. 3. Berbicara berlebihan -- Orang yang berbicara terlalu banyak selalu penuh dengan kesengsaraan dan keluhan. Konselor biasanya tidak banyak mendapat kesempatan untuk memberi jawaban atau mengarahkan, sebab konseli tersebut terus saja berbicara. 4. Mendebat -- Konseli pendebat cenderung memberi alasan-alasan, penyebabpenyebab masalah dan pilihan atas metode-metode terapi. Konseli seperti ini lazim memperdebatkan kemanjuran rencana terapi konselor dan menyabot setiap usaha untuk membantunya. 5. Intelektualisme -- Konseli intelektual hanya tertarik pada suatu diskusi intelektual atas masalah-masalahnya. Ia akan menanyakan bahan-bahan bacaan untuk penelaahan pribadi. Setiap usaha untuk memecahkan masalah akan disimpangkan Ayat-ayat Alkitab yang dapat dipakai untuk Konseling Kebutuhan/Persoalan : Ayat-ayat rujukan Kuatir/Gelisah : Mzm. 43;5,46:2-3,9:11,Ams. 3:5-6, Mat.6:31,11:28-30, Fil.4:6-7,19; I Ptr. 5:6,7. : Mzm.37:8, Yak.1:19 , Kol.3:8 : Mzm.23:4 , Rat.3:22-25, : Yos.1:7-9, Mzm. 27:3 : Mzm.116:3-8, Yoh.14:1-6, Rm.14:8 : Mat.11:28-30, II Kor. 4:8-9 Kemarahan Penghiburan Keberanian Menghadapi Kematian Kekecewaan 58 Keragu-raguan : Ams. 3:5-6, Yoh. 7:17 Cemburu : Rm. 13:13, Gal. 5:26 Iman : Ibr. 11:6, Yak. 1:3 Ketakutan : Mzm. 27:1-8, I Yoh. 4:18 Pengampunan dosa : Mzm. 32:5, Yak. 5:15-16 Mengampuni kesalahan orang lain: Mat. 5:44-46, Kol. 3:13 Dukacita : Fil. 1:21, I Tes. 4:13 Minta pimpinan Tuhan : Mzm. 32:8, Yoh.16:13 Kebencian : Ef. 4:31-32. I Yoh. 1:9 Putus asa : Mzm. 34:7, I Ptr. 5:7 Kesepian : Mzm. 27:10, Ams. 18:24 Kebutuhan : Mzm. 34:10, Fil. 4:19 Kesabaran : Ibr. 10:36, Gal. 5:22 Damai sejahtera : Yes. 26:3, Yoh. 14:27 Pengucapan syukur : Mzm. 34:2, Ibr. 13:15 Pencobaan : Mat. 5:10-11, Yak. 1:2-4 Keselamatan : Yoh. 3:16, Kis. 4:12 Sakit penyakit : Mzm. 103:3, Yak. 5:14-15 Dosa : Rm. 3:23, Rom. 6:23 Pertumbuhan rohani : II Tim. 2:15, II Ptr. 1:5-8 Ketidakbahagiaan : Yoh. 15:10-12, Gal. 5:22 Kelemahan : Mzm. 27: 14, Fil. 4:13 Kebijaksanaan : Ams. 4:7, Ay. 28:23 Pelajaran 12 59 SOM GBI Denpasar Lembah Pujian Kelas Dasar III Pastoral Konseling II Ayat hafalan : Filipi 2:1 Mengenal pribadi seseorang dalam hubungan dengan orang lain. Aku Kamu 1. Banyak mengenal diri sendiri dan orang lain. Dia adalah orang yang sukses, terbuka dan progresif. Aku Kamu 2. Banyak mengenal diri sendiri, tetapi sedikit mengenal diri orang lain. Ia cenderung sombong dan besar kepala Aku Kamu 3. Sedikit mengenal diri sendiri, tetapi banyak mengenal diri orang lain. Ia menjadi pesimis, merasa rendah diri dan takut. Aku Kamu 4. Sedikit mengenal diri sendiri dan diri orang lain, ia menjadi apatis, statis, terkucil dan linglung. • Self disclosure : teori ini diperkenalkan oleh Yosef Luft (1969) yang menekankan bahwa setiap orang bisa mengetahui dan tidak mengetahui tentang dirinya, maupun orang lain. Untuk hal seperti itu dapat dikelompokkan kedalam empat macam bidang pengenalan yang 60 ditunjukkan dalam suatu gambar yang disebut dengan jendela Johari (Johari Window) Diket. diri sendiri Tid. diket. diri sendiri Diket. orang lain Terbuka Buta Tid. diket. orang lain Tersembunyi Tidak dikenal Bidang 1. Melukiskan suatu kondisi dimana antara seseorang dengan yang lain mengembangkan suatu hubungan yang terbuka sehingga dua pihak saling mengetahui masalah tentang hubungan mereka. Bidang 2. Melukiskan bidang buta, masalah hubungan antara kedua pihak hanya diketahui orang lain namun tidak diketahui oleh diri sendiri. Bidang 3. Disebut bidang tersembunyi, yakni masalah hubungan antara kedua pihak diketahui diri sendiri namun tidak diketahui orang lain. Bidang 4, bidang tidak dikenal, dimana kedua pihak sama-sama tidak mengetahui masalah hubungan diantara mereka. Keadaan yang dikehendaki sebenarnya dalam suatu komunikasi antar pribadi adalah bidang 1. tapi bisa tidak seideal itu, ada juga yang tidak diungkapkan dan disembunyikan. Unsur-unsur utama yang menolong terciptanya suasana percakapan konseling yang ideal: - Understanding (sikap penuh pengertian dari pihak konselor) a. Empathy : Sikap positif konselor terhadap konseli, yang diekspresikan melalui kesediaannya untuk menempatkan diri pada tempat konseli, merasakan apa yang dirasakan konseli, dan mengerti dengan pengertian konseli. b. Acceptance : Kesediaan konselor untuk menerima keberadaan konselinya sebagaimana ia ada. Suatu sikap nonjudgemental (tidak mengadili artinya, tidak melihat konseli semata-mata berdasar kesalahan, kelemahan dan kegagalan saja. Tetapi menempatkan hal-hal negatif tadi pada kontek yang tepat, yaitu kehidupannya yang utuh sebagai suatu pribadi yang unik, yang persoalannya pantas digumuli, dan kata-katanya pantas dipertimbangkan. Acceptance bukan sikap membenarkan atau menetralisir apa yang salah yang ada pada konseli, tetapi sikap positif yang terencana yang sengaja dikembangkan dipraktekan, karena mungkin dengan cara ini merupakan jalan untuk menemukan inti persoalan yang sebenarnya/paling tidak jalan untuk menyelesaikan persoalan yang sedang dirasakan menganggu hidup konseli akan terbuka. Hal ini dilakukankarena kita harus menyadari bahwa : Hampir setiap konseli yang datang, adalah mereka yang betul-betul terganggu dengan persoalan pribadinya. Karena setiap orang memiliki subyektifitas. 61 c. Listening : kesediaan untuk mendengar. - Responding (memberi tanggapan yang membangun) : bagaimana responding dapat menciptakan conducive atmosphere (Kehangatan, dukungan, stimulating) Tiga macam role yang dapat dipilih setiap individu: Role orang tua: Individu yang memilih role orang tua biasanya nampak dalam: - Kata-katanya yang bernada: melarang, menasehati, menghardik dsb. Disini nyata dengan pemakaian kata-kata “Awas....., jangan....., harus....., lebih baik...” - Sikap: menuding, membelai, merangkul dsb - Mimik wajah: Mata melotot, mata memelas, mengerutkan kening dsb. Pemilihan role ini membuat ia cenderung hanya melihat kelemahan orang lain saja sikapnya terhadap orang lain cenderung sama seperti sikap orang tua terhadap anaknya, dan dalam kasus sederhana saja (misalkan , menjatuhkan gelas) dapat mengekspresikan role itu dalam beberapa macam ekspresi, seperti misalnya: - Sinis: “Goblok.....bawa gelas saja tidak bisa!” - Marah: “Sudah dikasi tahu tidak menurut.” - Menasehati : “Awas....hati-hati.....kena beling nanti” - Menghukum: “Ini yang terakhir......sekali lagi awas.” Role dewasa: Individu yang memilih role dewasa biasanya akan nampak dalam: - Kata-katanya yang coba memperlakukan orang lain sederajat dengan dirinya, “Menurut hemat saya....; saya pikir...” - Sikap: Tegak, menatap tenang, sabar, empatik Role anak-anak: Individu yang memilih role anak-anak biasanya akan nampak dalam, - Kata-katanya : Seperti misalnya, “Wah...asyik lho” “Malu...ah”; ya ....pakdsb. - Penampilannya bisa: Spontan, penurut, memberontak, reaktif.....bebas. Cara-cara yang sering dipakai orang untuk melindungi dirinya dari pengalaman-pengalaman yang tidak disukai. yaitu salah satunya dengan “Defense mechanism” yaitu mekanisme yang dimiliki individu untuk mempertahankan diri dari pengalaman-pengalaman yang menyakitkan dan yang tidak disukai. Mekanisme ini biasanya bekerja secara spontan dan merupakan sesuatu yang “normal”, bahkan perlengkapan yang sangat penting dari setiap individu, asalkan munculnya gejala-gejala kerja mekanisme ini diikuti oleh kontrol dan kesadaran diri sehingga tidak berkembang menjadi ekstrem dan merugikan baik dirinya sendiri maupun sesamanya. Individu memakai defense mechanism ini biasanya karena ia hanya mau mengalami, membayangkan bahkan merasakan hal-hal yang disukainya saja. - Denial (penyangkalan) wujudnya berupa penyangkalan terhadap realita yang ia tidak sukai. (Sakit kangker - menyangkal, diagnosa dokter itu keliru.) - Forgetting (coba melupakan) wujudnya coba melupakan realita yang menyakitkan dengan cara tertentu (hampir sama dengan denial). Kematian istri yang dikasihi (menyakitkan) - menikah lagi dengan istri yang seksi - ada juga menjadi super aktif kerja/digereja 62 - Repression (penekanan keinginan dan perasaan) Wujudnya berupa usaha menekan dan mematikan keinginan-keinginan (yang muncul secara natural dari dalam dirinya sendiri) yang ia tidak harapkan, atau keinginan yang harus ia benci. (S Seorang kristen saleh, muncul keinginan seksual - ia berusaha menekan perasaan dan keinginan itu.) - Isolation (menyendiri) wujudnya berupa usaha untuk menghindarkan diri dari pertemuan dengan orang-orang lain oleh karena kekuatiran, hidupnya kembali kenangan yang menyakitkan atau bertambah besarnya gangguan perasaan yang tidak disukai. (Gagal ujian - malu terpukul, mengunci diri, malu bertemu teman-temannya) - Projection (pemindahan obyek untuk dipersalahkan) wujudnya berupa tindakan memindahkan kesalahan yang sebenarnya ada pada dirinya sendiri pada orang lain (bangun terlambat - menyalahkan orang lain) Rationalization (merasionalisasikan) yang bentuknya merasionalisasikan pengalaman-pengalaman menyakitkan atau yang tidak disukai dengan maksud mengurangi tekanan dan menghibur diri sendiri. (Bapak A kena musibah anaknya mati, temannya datang menghibur, ia nampak tenang dan tidak kelihatan susah sama sekali “ Hidup manusia ada ditangan Tuhan...kematian wajar...kitapun akan mati. - Reaction formation (pembentukan reaksi) mengejala dalam bentuk sikap yang justru berlawanan dengan apa yang ia sukai. Dan ini biasanya dilakukan oleh karena kesadaran bahwa hal yang ia sukai itu berlawanan dengan kebenaran (moral, batin ajaran agama) Guru yang sudah beristri tertarik murid - untuk menekan dan mematikan gejala itu dia bersikap masa bodoh, acuh tak acuh, bahkan ketus dalam setiap pembiacaraan dengan wanita itu. - Regression (kemunduran) cara yang tidak sehat untuk mengatasi kegelisahan dan perasaan insecure (terancam stabilitasnya) dengan mengadoftir sikap hidup yang tertentu (biasanya yang kekanak-kanakan) Bentuk ini biasanya dipakai oleh anak-anak oleh karena kehadiran adiknya yang dirasa merebut perhatian dan kasih sayang ibunya. --tiba-tiba jadi tukang ngompol lagi, minta digendong terus, rewel, mau tidur dengan mama. Pada orang dewasa bentuk ini lebih tersembunyi. (Dosen X mengajar matematika, dia satu-satunya - heran bahwa ia tiba-tiba mengundurkan diri karena ia mendengar sekolah itu mengundang guru matematika lulusan luar negeri. Dalam kasus ini regression bisa juga mengejala dalam sikap non aktif, mau menyerahkan semua tanggung jawab pada dosen yang baru, bahkan dapat bersikap memusuhi guru baru tanpa alasan yang jelas. - Rejection (penolakan) ini biasa dipakai oleh orang-orang yang punya “poor self image” (pengenalanan yang buruk terhadap dirinya sendiri) yang merasa dirinya serba kekurangan sehingga tidak mungkin dapat membagikan apa-apa pada atau bagi kepentingan orang lain. Orang ini komunikasinya dengan orang lain seringkali sikapnya acuh tak acuh, masa bodoh, bahkan kepada orang-orang yang embutuhkan pertolongan ia menutup telinfga dan tidak bersedia mendengar keluhan-keluhan., karena ia kuatir, semakin banyak ia memberi kesempatan padsa orang-orang itu untuk berbicara semakin besar tanggung jawab yang akan dipikulnya. (Les piano - ini 10 ribu urus semua, kurang karena mereka akan les ini, itu. 63 SUdah-sudah 5 ribu, saya repot....terserah you.) Compesation (kompensasi) yang mengejala dalam pemilihan kegiatan lain yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhannya. (Bapak Z dengan kebutuhan feeling of importance/dihargai sebagai suami, ayah dari anak-anak, tetapi dirumahnya ia merasa ditolak, oleh karena itu ia mengalihkan seluruh energi, talenta dan waktunya untuk kegiatan-kegiatan gerejani. ia berharap digereja segala usaha dan pengorbanannya akan dihargai dan ia mendapatkan feeling of importance yang ia butuhkan. - Over compensation (kompensasi yang berlebih-lebihan) Suatu defense yang mirip dengan kompensasi, tetapi diekspresikan dalam bentuk yang ekstrem. Dimana anger (kemarahan) terhadap kelemahan yang ada telah mendorong dia untuk mengatasi kelemahan tersebut secara ekstrem (Pemuda K cacat kakinya, siang malam melatih kedua kaki itu sehingga dapat merebut juara marathon.) - Displacement (pemindahan) defense yang hampir sama dengan projection tetapi dengan dengan motivasi yang berbeda. Kalau dalam projection motivasinya adalah irresponsibility (tidak mau bertanggung-jawab) maka dalam displacement motivasinya adalah kebutuhan yang harus dilampiaskan dan dipenuhi. (Ibu J sakit hati karena persoalan dikantor, ia memindahkan kemarahannya kepada anak-suami, pembantu dimana ia terus menrus marah tanpa alasan. - Fantasy (khayalan) Defense yang dipakai seseorang karena ia sadar meskipun tidak sepenuhnya kebutuhannya akan terpenuhi, tetapi melalui khayalannya ia dapat menikmati sebagian. (Bapak K adalah tukang kebun dari tuan X, diam-diam ia tertarik dengan nyonya X, tentu saja ia tidak berani coba-coba, oleh sebab itu ia membawa pengamatannya sehari-hari pada nyonya X dalam khayalan. Dipanggil disuruh bisa menjadi khayalan yang bukan-bukan. - Sublimation (mencari obyek penganti) Defense mechanisme yang dipakai orang karena obyek semula tidak dapat diharapkan lagi. Perasaan frustasi dan putus asa mendorong ia mencari penganti yang diharapkan dapat memberikan kepuasan yang sejenis. (Ibu C mandul, ia begitu ingin punya anak tetapi tidak mungkin. Oleh karena itu ia menjadi guru taman kanak-kanak yang setiap hari bisa bermain, mengajar dan mengasuh anak-anak.) Ada istilah didalam psikologi “resistant dan reluctant” yaitu cara yang tidak sehat yang sering kali dipakai orang untuk melindungi dirinya sendiri dari kemungkinan-kemungkinan timbulnya frustasi yang lebih besar lagi. - Resistant : Individu datang pada konselor, tetapi cenderung menolak usaha pertolongan, nasehat dan uluran tangan konselor karena motivasinya bukan karena kebutuhan akan pertolongan, tetapi motivasi yang lain, seperti misalnya: * Ia hanya mau menguji kemampuan bahkan seringkali mau menjebak konselor * Ia mau membanding-bandingkan konselor dengan konselor-konselor yang lain. Yang dibutuhkannya adalah resep yang manjur yang sesuai dengan seleranya. Oleh karena itu ia pindah dan akan terus berpindah-pindah dari satu konselor ke konselor lainnya. * Ia hanya iseng butuh teman bicara. Butuh feeling of worth-while/perasaan 64 berharga yang diharapkan dapat ia peroleh melalui pengalaman bahwa persoalannya sudah dianggap serius dan mendapat perhatian khusus dari konselor. Semakin terkenal hamba Tuhan semakin sering ia menghadapi konseli seperti ini. * Ia hanya mau melenyapkan perasaan gelisah, susah, terganggu dsb ((Symptoms) dari persoalan dan tidak bermaksud membicarakan persoalan itu. Ia dapat berperan sebagai: 1. Laughing boy & happy talker (si periang) Seolah-olah orang itu sedang begitu bahagia dan bertemu dengan konselor seperti bertemu teman lama. Kalaupun ia datang dengan masalah yang serius, ia membawakan/menceritakan masalah itu dengan tertawa-tawa/dengan wajah berseri-seri dan disertai katakata bumbu disana-sini seolah-olah baginya masalah itu kecil saja Kemungkinan besar persoalan ini sendiri baginya sudah sangat menyakitkan. Ia tidak mau lebih sakit lagi, kalau sampai dibicarakan secara serius. Oleh karena itu ia berperan sebagai periang, satu pihak supaya ia sendiri lupa untuk sementara akan sakitnya dan pada saat menceritakan pihak lain supaya suasana percakapan tidak menjadi percakapan konseling dimana ia sendiri menjadi konseli, obyek yang dipermasalahkan....yang berarti lebih menyakitkan lagi. 2. Talking boy (si cerewet) Disini individu itu datang pada konselor dengan menceritakan persoalannya tetapi tidak membiarkan konselor memberi tanggapan dengan cepat atau memotong ceritanya. Ia terus menerus bercerita, mungkin oleh karena sambil bercerita muncullah ide-ide baru yang lain dalam pikirannya yang membuat ia kuatir kalau bagian-bagian tertentu dari ceritanya akan ditangkap oleh konselor dan menjadi bahan yang akan membawa pada persoalan yang merugikan diri sendiri. 3. Intellectualizer (si ilmiah) konseli coba menerangkan persoalan secara ilmiah, karena sebenarnya yang ia butuhkan hanya pengakuan dan penghargaan dari konselor terhadap dirinya. Atau dapat dikatakan kebutuhannya akan “feeling of worthwhile” muncul dan menjadi kebutuhan utama pada saat ia menceritakan persoalannya sehingga penyelesaian persoalan itu sendiri tidak menjadi kebutuhan primer lagi. (Tuan I punya persoalan dengan istri....tetapi menurut buku yang saya baca....gejala menopause pada wanita setengah umur memang begitu....menurut pendapat bapak, ....menurut buku........bukan terfokus pada masalah tetapi hobby buku.) 4. Generalizer (si pembuat kekaburan) Kekuatiran akan timbulnya frustasi jikalau persoalan menjadi semakin kongkrit telah mendorong konseli menceritakan persoalan umum dan samar-samar......memang kemungkinan konseli betul-betul mau ditolong, tetapi ketakutan akan frustasi telah membuat dia tidak sabar dan berharap konselor bisa mengerti isi hatinya dan menangkap persoalannya melalui ceritanya yang pendek dan penjelasan yang samar-samar itu...., Tetapi dalam kontek “resistan” konseli sebenarnya tidak membutuhkan pertolongan, karena yang ia harapkan cuma melenyapkan symptoms yang menganggu dirinya (frustasi, susah, tidak dapat tidur) dan bukan memasalahkan pokok persoalannya. 65 5. Scene maker (si pemain sandiwara) Kebutuhan atensi terhadap dirinya secara pribadi (yang lebih besar daripada penyelesaian persoalan) telah mendorong konseli menciptakan suasana yang lain dalam percakapan konseli itu. (Setiap bertemu dengan konselor, pemudi A selalu tersedu-sedu, karena ia tahu bahwa hal itu akan menarik simpati konselor.) *Reluctant: individu datang pada konselor bukan atas kemauannya sendiri, oleh karena itu kalau ia menolak usaha pertolongan, nasehat dan uluran tangan konselor, maka sebabnya karena: Merasa dipaksa orang lain, kesombongan dan harga diri (dokter - penginjil), takut dan kuatir terhadap realita yang sebenarnya, malu dan rendah diri dll. Feedback: - Konseli mengatakan ya atau tidak. Konseli menganggukkan kepala tanda setuju atau mengelengkan kepala tanda tak setuju. Konseli memalingkan kepala atau sama sekali tidak bergeming menampakkan bahwa dia sama sekali tidak respect. Konseli mengerutkan wajah atau melototkan mata mungkin sebagai tanda heran, bingung, ragu-ragu, antusias, cemas atau tersinggung dan berbagai isyarat yang dapat diperlihatkan lagi. Macam-macam umpan balik: * Zero feedback: Konselor tidak mengerti feedback yang disampaikan oleh konseli. Ia tidak mengetahui sikap konseli, setuju atau tidak setuju. Zero feedback terjadi karena message yang tidak jelas/lambang dan bahasa yang dipergunakan tidak dipahami. * Feedback positif : feedback yang dapat dimengerti oleh konseli. Ada persetujuan dan keterbukaan. * Feedback netral : Feedback yang tidak menguntungkan (ABS), penyimpangan fakta dan manipulasi data (hanya untuk saling menyenangkan) * Feedback negatif : Feedback disampaikan oleh konseli kepada konselor tetapi tidak mendukung maksud konselor. Sikap menentang/menolak dapat berupa kritik atau sikap marah/interupsi. Kebutuhan-kebutuhan manusia dalam krisis: - Konseli menginginkan seseorang yang kuat untuk melindungi dan mengontrol mereka “tolong ambil alih masalah saya. - Konseli merasakan kekosongan yang hebat dan membutuhkan kasih “peliharalah saya” - Konseli membutuhkan konselor yang selalu siap dihubungi demi rasa amannya “Berada disana selalu” - Konseli dipengaruhi rasa bersalah dan ingin mengaku “Ambillah rasa salahku” - Konseli yang sangat perlu mengungkapkan segala persoalan “Biarkan aku mengeluarkan seluruh isi hatiku” - Konseli merindukan nasehat tentang persoalan-persoalan yang mendesak “Katakan kepadaku apa yang harus aku lakukan” - Konseli punya kerinduan untuk dapat mengerti sendiri dan mempunyai wawasan tentang masalah mereka “Saya minta konseling” - Konseli yang membutuhkan pertolongan praktis, seperti bantuan ekonomi atau tempat tinggal. “Aku membutuhkan pertolongan khusus.” 66 - Konseli membutuhkan informasi tentang dimana memperoleh pertolongan yang dapat memuaskan “Katakan kepadaku dimana aku dapat memperoleh apa yang kubutuhkan” Ciri-ciri pendekatan yang dipakai Yesus: - Ciri pokok pendekatan Yesus adalah belas kasihan-Nya terhadap orang lain. Kita melihat belas kasihNya yang ditulis dalam Markus 8:2 “HatiKu tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu.......” Mark.6:34...maka tergeraklah hatinya oleh belas kasihan kepada mereka........... - Pada waktu Yesus pertama kali bertemu dengan orang-orang. Ia menerima mereka sebagaimana keadaan mereka. Dengan kata lain, ia percaya kepada mereka dan apa yang terjadi atas mereka. Ciri penerimaanNya ini nampak dalam Yohanes 4, Yohanes 8 dan Lukas 19. Ketika Yesus bertemu dengan perempuan Samaria, Ia menerima perempuan sebagaimana keadaannya, tanpa menghakimi dia. ia menerima perempuan yang kedapatan berzinah, Ia juga menerima Zakheus, seorang pemungut cukai yang tidak jujur itu. - Pribadi-pribadi merupakan prioritas yang tertinggi bagi Yesus. Ia memperlihatkan prioritas ini dan menghargai mereka dengan lebih mengutamakan kebutuhan-kebutuhan mereka daripada hukum-hukum atau peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh para pemimpin agama. Ia melibatkan diri dengan kehidupan orang-orang yang dianggap orang-orang berdosa, dan Ia menjumpai mereka ketika mereka memerlukan pertolongan. Ia mengangkat harga diri mereka. - Yesus menghargai pribadi-pribadi itu dengan dengan menunjukkan nilai mereka dihadapan Allah, dengan membandingkan pemeliharaan Allah terhadap ciptaan lain “Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun daripadanya tidak akan jatuh ke bumi diluar kehendak BapaMu (Mat.10:29) Inti dari banyak masalah yang dihadapi orang-orang adalah konsepsi diri yang dangkal/perasaan tidak berarti. Karena itu, menolong seseorang untuk menemukan harga dirinya dengan memperkenalkan siapakah Allah dan apa yang telah ia kerjakan untuk kita, akan menolong menstabilkan orang itu. - Ciri pendekatan yang dilakukan Yesus selanjutnya adalah kemampuanNya untuk melihat kebutuhan setiap individu dan berbicara langsung kepada mereka, tidak peduli apa yang mereka ajukan untuk menarik perhatianNya. Kita melihat ketajaman pikiran Yesus dalam contoh tentang kedatangan Nikodemus. Apapun yang menjadi alasan Nikodemus untuk ingin bercakap-cakap dengan Yesus saat itu, Yesus melihat masalah sesungguhnya yang dihadapi Nikodemus dan Yesus menghadapkan Nikodemus dengan kebutuhannya untuk dilahirkan kembali - Kata-kata yang sering digunakan Yesus dalam melayani orang, kadangkadang Yesus berbicara langsung dan bahkan kasar, kadang-kadang ia berbicara lembut. Kadang-kadang Ia menyampaikan perasaanNya tidak secara lisan, seperti dalam Mark.3:5 “Ia berdukacita karena kedegilan mereka, dan dengan marah Ia memandang sekelilingNya.......ulurkan tanganmu...sembuhlah tangannya. - Yesus menekankan tingkah laku yang benar dalam hidup semua orang yang 67 Ia layani, Ia berkata kepada perempuan yang kedapatan berzinah”pergilah dan jangan berdosa lagi” Datang kepadaKu, mendengarkannya dan melakukan disamakan dengan orang bijaksana (Luk.6:47) - Yesus berusaha agar orang-orang menerima tanggungjawab untuk berubah dari keadaan mereka. Yoh.5 Maukah engkau sembuh? Yesus berusaha apakah orang mau menerima tanggung jawab sehat atau sakit. - Yesus mendorong semangat orang-orang yang datang padaNya (datanglah kepadaKu orang yang letih lesu, Aku akan memberi kelegaan kepadamu..... Mat.11:28-30) - Mengajar merupakan bagian yang pasti dalam konseling (..diperbolehkan menyembuhkan pada hari sabat...Luk.14:1-6, Luk.6:39-42) - Ciri pendekatan yang dipakai Yesus adalah Ia berbicara dengan kuasa. Ia tidak ragu-ragu, mundur atau segan, tetapi penuh kuasa “Sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli taurat ( Mat.7:29) Sejauh mana kuasa kata-kata yang digunakan dalam konseling. Fase-fase dalam percakapan konseling Banyak diantara kita yang membeli suatu barang mendapatkan buku pegangan di dalamnya mengenai bagaimana cara mengunakan barang tersebut. Kadangkadang kita harus mengikuti langkah demi langkah dari intruksi yang diberikan. Begitu juga dengan konseling, tentu akan menjadi sangat mudah bila kita bisa menemukan formula langkah demi langkah bagimana mengembalikan suatu kehidupan yang sudah kocar kacir. Konseling akan menjadi mudah dan problema-problema kehidupan dapat diselesaikan dengan resep-resep yang tersedia seperti dalam buku petunjuk untuk memasak. Tetapi ternyata kehidupan manusia demikian kompleknya dan problema merekapun tidak sesederhana memakai buku resep memasak. Setiap orang dan setiap kasus harus dihadapi secara unik, inilah yang membuat konseling menjadi sulit dan penuh tantangan. Empat fase dalam proses konseling: - Fase introduction - Understanding (Pendahuluan) - Fase goal - Setting (Penetapan goal) - Fase solution - Activity (mengerjakan penyelesaian) - Fase termination - Launching (terminasi akhir) * Fase introduction - understanding Pada permulaan konseling, paling tidak ada tiga tujuan yang harus dicapai yaitu bertemu dengan konseli, membangun hubungan yang baik, dan menjelaskan persoalan yang dihadapi konseli. (ingat ada juga konseli yang sulit mengemukakan persoalannya, jadi dapat juga dengan cara bicara tidak langsung kepersoalan, mis. tentang cuaca) Fase goal - Setting/fase penetapan goal Konselor baru seringkali kuatir bahwa mereka tidak dapat dengan cepat mengatasi problema konseli. Penyebab yang utama ialah oleh karena mereka berpegang pada konsep, bahwa konselor sama seperti dokter yang mendiagnosis pasaiennya dan membeli resep untuk mengatasi penyakitnya. Konseling biasanya tidak demikian. Yang normal adalah konseli mencoba membeberkan persoalannya dan bersama konselor ia mencoba untuk 68 mengatasinya. Setelah konselor dan konseli menjadi akrab dan saling mengerti, mereka dapat mendiskusikan langkah-langkah yang akan diambil untuk mengatasi persoalan itu. Ada goal-goal yang akan dicapai. Fase solution - activity /Fase mengerjakan penyelesaian Berjanji mengubah kebiasaan, tetapi tidak pernah berhasil karena tidak pernah memulainya. Tugas konselor yang utama adalah mendorong konseli untuk memulainya. Jadi yang jelas, konselor dan konseli tidak hanya membicarakan problema dan kemungkinan untuk mengatasinya, tetapi juga mencoba setiap kemungkinan. Jika memang tidak berhasil, kita harus melihat pada persoalannya kembali, mendiskusikan, mengevaluasi cara-cara yang lalu dan dicoba lagi. Fase Terminating - Launching/fase terminasi akhir Apabila konselor dan konseli sudah mengerti persoalannya, membicarakannya secara rinci, mencapai beberapa goal dan mulai dapat mengatasinya, tibalah saatnya untuk menghentikan konseling. Hubungan antara konselor dan konseli seringkali sudah sedemikian akrab, sehingga saat-saat untuk menghentikan konseling menjadi demikian sulit dan seringkali konseling masih diteruskan walaupun sebenarnya konseli sudah tidak membutuhkan lagi. REFERENSI BUKU: 69 01. Gerald Rowlands, Church Planting Institute , International Christian Mission Inc. Singapore 02. Ralph Mahoney, The Shepherd’s Staff (Tongkat Gembala) 03. Susabda Yakub B, Pastoral Konseling Jilid 1, (Malang: Gandum Mas) 04. SM Siahaan, Dr. Komunikasi (Jakarta: BPK , 1990) 05. Liliweri Alo, Komunikasi Antar Pribadi, (bandung: CAB, 1991 06. Collins, Gary R, DR., Konseling Kristen, (Malang: SAAT, 1998) 07. Wright, H. Norman, Konseling Krisis, (Malang: Gandum Mas, 1996 08. GBI “Keluarga Allah” Prinsip 12 Solo 2000 09. GBI Bethany Wilayah Barat, Panduan Family Altar Jakarta 2000 70 71