BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berpangkal dari kata “motif” yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat (Uno 2006:3). Demikian juga menurut Fathurrohman, dkk. (2007 : 19) motivasi dapat di artikan sebagai kekuatan baik dari dalam maupun dari luar yang menderong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya, ataupun dengan kata lain, motivasi dapat diartikan sebagai dorongan mental terhadap perorangan. Adapun menurut MC Donald ( dalam Fathurrohman dkk. (2007 : 19) menngartikan motivasi adalah energy dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya filing dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan, sedangkan menurut Maslow, sebagai toko motivasi aliran humanisme (dalam Uno 2006:6) menyatakan bahwa motivasi adalah kebutuhan manusia secara hierarkis semuanya dalam diri manusia. Teori Maslow ini dapat diterapkan dalam berbagai kehidupan manusia. Dalam aspek dunia pendidikan, teori ini dilakukan dengan cara memenuhi kebutuhan peserta didik, agar dpat mencapai hasil belajar yang maksimal dan sebaik mungkin. Asrori, dkk (2007:183) mengemukakan bahwa motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang, secara disadari atau tidak disadari, untu melakukan sesuatu tindakan dengan tujuan tertentu, serta usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang ingin dicapai. Menurut Dadi Permadi (2000: 72) „motivasi‟ adalah “dorongan dari dalam untuk berbuat sesuatu, baik yang positif maupun yang negatif”.Sedangkan menurut Purwanto (2004: 64-65), apa saja yang diperbuat manusia, yang penting maupun kurang penting, yang berbahaya maupun yang tidak mengandung resiko, selalu ada motivasinya. Ini berarti, apa pun tindakan yang dilakukan seseorang selalu ada motif tertentu sebagai dorongan ia melakukan tindakannya itu. Jadi, setiap kegiatan yang dilakukan individu selalu ada motivasinya. Nasution (2002: 58), membedakan antara „motif‟ dan „motivasi‟. Motif adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, sedangkan motivasi adalah usaha-usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi, sehingga orang itu mau atau ingin melakukannya. Sofyan (2003:1) mengemukakan bahwa motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakan seseorang bertingkah laku. Sedangkan menurut Uno ( 2006 : 10 ) motivasi adalah dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang untuk mengadakan perubahan tingkah laku, yang mempunyai indicator sebagai berikut: a. Adanya hasrat dan keinginan untuk melakukan kegiatan b. Adanya dorongan dan kebutuhan melakukan kegiatan c. Adanya harapan dan cita-cita d. Penghargaan dan penghormatan atas diri e. Adanya kegiatan yang menarik Pada kesimpulannya motivasi adalah suatu dorongan yang ada pada diri seseorang, baik datangnya dari diri sendiri ataupun dari luar untuk melakukan seseuatu sehingga tercapai suatu tujuan akhir. Pengertian secara psikologis (dalam Slameto, 2010:2) belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tigkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Slameto ( 2010: 2) belajar adalah salah satu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamnnya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Thorndike ( dalam Uno 2012 : 11 ) belajar adalah proses interaksi antara stimulus ( yang mungkin berupa pikiran, perasaan, atau gerakan ) dan respo ( yang juga bisa berupa pikiran, perasaan, atau gerakan ) yang lebih jelasnya perubahan tingkah laku dapat berwujud sesuatu yang kongkrit atau yang nonkongkrit. Sedangkan menurut Good dan Brophy yang menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses sesuatu yang baru dalam bentuk perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman itu sendiri. Perubahan perilaku tersebut tampak dalam penguasaan siswa pada pola-pola tanggapan baru terhadap lingkungannya yang berupa keterampilan ( skill ). Kebiasaan ( habit ). Sikap atau pendirian ( attitude ). Kemampuan ( Ability ), pengetahuan ( knowledge ), pemahaman ( understarding ), emosi ( emosional ), apresiasi ( appreciation). Jasmani dan etika atau budi pekerti serta hubungan social. Sedangkan menrut Galloway ( dalam Uno 2012:15 ) yang menyatakan belajar sebagai suatu perubahan perilaku seseorang yang relativ cenderung tetap sebagai akibat adanya penguatan ( reinforcement ). Perubahan perilaku, akibat penguatan ini, dapat terjadi apabila dalam proses belajar mengajar, siswa diberikan pengalaman belajar yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhannya. Adapun definisi para ahli tentang belajar, diantaranya adalah sebagai berikut : a. Skinner (dalam Fathurrohman dkk. 2007:5) mengartikan sebagai suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. b. Hilgard dan Bower(dalam Fathurrohman dkk. 2007:5) mengemukakan bahwa belajar nerhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamnnya yang berulang-ulang dalam situasi itu. c. M. Sobry Sutikno (dalam Fathurrohman dkk. 2007:5) mengartikan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh seorang untuk memperoleh perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Depdiknas (No 20:2003) mendefinisikan „belajar‟ sebagai proses membangun makna/pemahaman terhadap informasi dan/atau pengalaman. Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses itu disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan awal), dan perasaan siswa. Belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru. Hal ini terbukti, yakni hasil ulangan para siswa berbeda-beda padahal mendapat pengajaran yang sama, dari guru yang sama, dan pada saat yang sama. Mengingat belajar adalah kegiatan aktif siswa, yaitu membangun pemahaman, maka partisipasi guru jangan sampai merebut otoritas atau hak siswa dalam membangun gagasannya. Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar pada hakekatnya adalah ”perubahan “ yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi, tidak dapat dipisahkan artinya seseorang melakukan aktifitas belajar tertentu didukung oleh suatu keinginan yang ada pada dirinya untuk memenuhi kebutuhan. Hal ini karena motivasi sangat menentukan keberhasilan belajar. perubahan energy dalam diri seseorang itu berbentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik. Karena seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang ia dapat lakukan. Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktifitas belajar. Menurut Uno ( 2006:23) hakekat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Berdasarkan deskripsi „motivasi belajar‟ adalah suatu dorongan yang ada pada diri seseorang, baik datang dari diri sendiri ataupun dari luar untuk melakukan sesuatu sehingga tercapai suatu tujuan akhir. Sebagai proses dimana siswa dapat gagasan/pemahaman sendiri untuk berbuat, berpikir, berinteraksi sendiri secara lancar dan termotivasi tanpa hambatan guru baik melalui pengalaman mental. 2.2 Tujuan Motivasi Belajar Tujuan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi perubahan tingkah laku dari individu setelah individu tersebut melaksanakan proses belajar. Melalui belajar diharapkan dapat terjadi perubahan (peningkatan) bukan hanya pada aspek kognitif, tetapi juga pada aspek lainnya. Selain itu tujuan belajar yang lainnya adalah untuk memperoleh hasil belajar dan pengalaman hidup. Benyamin S Bloom, menggolongkan bentuk tingkah laku sebagai tujuan belajar atas tiga ranah, yakni: 1) Ranah kognitif berkaitan dengan perilaku yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui, dan memecahkan masalah. Dimyati & Mudjiono. (2006:15) Ranah kognitif dibedakan atas 6 tingkatan dari yang sederhana hingga yang tinggi, yakni: a. Pengetahuan (knowledge), meliputi kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. b. Pemahaman (comprehension), meliputi kemampuan menangkap arti dan makna dari hal yang dipelajari. c. Penerapan (aplication), meliputi kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru d. Analisis (analysis), meliputi kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. e. Sintesis (synthesis), meliputi kemampuan membentuk suatu pola baru dengan memperhatikan unsur-unsur kecil yang ada atau untuk membentuk struktur atau sistem baru. f. Evaluasi (evaluation), meliputi kemampuan membentuk pendapat tentang sesuatu atau beberapa hal dan pertanggungjawabannya berdasarkan kriteria tertentu. 2. Ranah afektif berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, minat, aspirasi dan penyesuaian perasaan sosial. Ranah efektif menurut Karthwohl dan Bloom (dalam Dimyanti 2006: 19 ) terdiri dari 5 jenis perilaku yang diklasifikasikan dari yang sederhana hingga yang kompleks, yakni: a. Penerimaan (reseving) yakni sensitivitas terhadap keberadaan fenomena atau stimuli tertentu, meliputi kepekaan terhadap hal-hal tertentu, dan kesediaan untuk memperhatikan hal tersebut. b. Pemberian respon (responding) yakni kemampuan memberikan respon secara aktif terhadap fenomena atau stimulus. c. Penilaian atau penentuan sikap (valuing) yakni kemampuan untuk dapat memberikan penilaian atau pertimbangan terhadap suatu objek atau kejadian tertentu. d. Organisasi (organization), yakni konseptualisasi dari nilai-nilai untuk menentukan keterhubungan diantara nilai-nilai. e. Karakterisasi, yakni kemampuan yang mengacu pada karakter dan gaya hidup seseorang. 3. Ranah psikomotor mencakup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan (skill) yang bersifat manual dan motorik. Penyesuaian pola gerakan (adaptation), meliputi kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku. Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar pada hakekatnya adalah “perubahan” yang terjadi di dalam seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. 2.3 Jenis-jenis Motivasi Belajar Menurut Uno (2006:33) Motivasi dapat diklasifikasikan menjadi dua: (1) motivasi intrinsik, (2) motivasi ekstrinsik a. Motivasi Intrinsik Motivasi intrisik adalah dorongan untuk melakukan sesuatu karena adanya dari diri individu itu sendiri. Dikatakan motivasi intrinsic apabila seseorang siswa termotivasi untuk belajar semata mata untuk menguasai ilmu pengetahuan bukan karena motif lain seperti pujian, nilai yang tinggi, atau hadiah. Motivasi itu muncul karena ia merasa membutuhkan sesuatu dari apa yang ia pelajari. Kesadaran pentingnya terhadap apa yang dipelajari adalah sangat penting untuk memunculkan motivasi intrinsic. Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsic maka selalu ingin maju dalam belajar serta haus ilmu pengetahuan. b. Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah dorongan untuk melakukan sesuatu karena adanya perangsang dari luar diri individu. peserta didik belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak di luar hal yang di pelajarinya, seperti nilai yang tinggi, kelulusan, ijazah, gelar, kehormatan dan lain-lain. motivasi ekstrinsik meskipun kurang baik akan tetapi sangat di perlukan dalam proses pendidikan agar anak didik mau belajar. Motivasi ekstrinsik tidak selalu buruk. ia sering digunakan karena bahan pelajaran kurang menarik perhatian anak didik. Menurtu Uno ( 2006:4) ada beberapa ciri-ciri yang harus dimiliki oleh pendidik dalam upaya memberikan motivasi kepada peserta didiknya dan mengabdi pada profesinya sebagai pendidik antara lain: a) Pendidik menggunakan berbagai metode dalam melaksanakan kegiatan pendidikannya b) Pendidik senantiasa memberikan bimbingan dan juga pengarahan kepada anak didiknya dan membantu, apabila mengalami kesulitan baik yang bersifat pribadi maupun akademis c) Pendidik harus mempunyai pengetahuan yang luas dan penguasaan bidang studi atau materi yang di ajarkan kepada peserta didiknya. d) Pendidik harus mempunyai rasa cinta dan sifat pengabdian kepada profesinya. Dengan adanya motivasi yang baik dalam belajar, maka akan menunjukkan hasil yang lebih baik dengan kata lain bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan didasari adanya motivasi tinggi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Motivasi sangat berhubungan erat dengan bagaimana seseorang melakukan kegiatan atau pekerjaan. Dengan demikian, makin banyak dan tepat motivasi belajar yang didapat siswa, maka aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa akan semakin tinggi sehingga pembelajaran siswa menjadi semakin berhasil. 2.4 Fungsi Motivasi Belajar Peranan yang dimainkan oleh guru dengan mengandalkan fungsi – fungsi motivasi merupakan langkah yang akurat untuk menciptakan ikllim belajar yang kondusif bagi anak didik. Baik motivasi intinsik maupun motivasi ekstrinsik sama berfungsi sebagi pendorong, penggerak dan penyeleksi perbuatan, ketiganya menyatu dalam sikap terimplikasi dalam perbuatan. Dorongan adalah fenomena psikologis dari dalam yang melahirkan hasrat untuk bergerak dalam menyeleksi perbuatan yang akan di lakukan. karena itulah baik dorongan atau penggerak maupun penyeleksi merupakan kata kunci dari motivasi dalam setiap perbuatan. Menurut Hamalik ( dalam Fathurrohman dkk, 2007 : 20 ) menyebutkan bahwa ada tiga fungsi motivasi yaitu : 2.4.1 Motivasi Sebagai Pendorong Perbuatan Pada mulanya anak didik tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada sesuatu yang di cari munculah minatnya untuk belajar, sesuatu yang belum diketahui itu akhirnya mendorong anak didik untuk belajar dalam rangka mencari tahu. Jadi motivasi yang berfungsi sebagai pendorong ini mempengaruhi sikap apa yang seharusnya anak didik ambil dalam rangka belajar. 2.4.2 Motivasi Sebagai Penggerak Perbuatan Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap anak didik itu merupakan sesuatu yang terkandung, yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik. Disini anak didik sudah melakukan aktifitas belajar dengan segenap raga dan jiwa. Akal pikiran berproses dengan sikap pada yang cenderung tunduk dengan kehendak perbuatan belajar. sikap berada dalam kepastian perbuatan dan akal pikiran mencoba membedah nilai yang terpatri dalam wacana prinsip, dalil dan hukum, sehingga mengerti betul isi yang dikandung. 2.4.3 Motivasi Sebagai Pengarah Perbuatan Anak didik yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan. Seseorang anak didik yang ingin mendapatkan sesuatu dari suatu mata pelajaran tertentu. Tidak mungkin dipaksakan untuk mempelajari mata pelajaran yang lain, pasti anak didik akan mempelajari mata pelajaran diman tersimpan sesuatu yang akan dicari itu. Sesuatu yang akan dicari anak didik merupakan tujuan belajar yang akan dicapainya. Tujuan belajar itulah sebagai pengarah yang memberikan motivasi kepada anak didik dalam belajar. 2.5 Pentingnya Motivasi Belajar Siswa Dalam kegiatan pembelajaran, „perhatian‟ berperan amat penting sebagai langkah awal yang akan memacu aktivitas-aktivitas berikutnya. Dengan „perhatian‟, seseorang berupaya memusatkan pikiran, perasaan emosional atau segi fisik dan unsur psikisnya kepada sesuatu yang menjadi tumpuan perhatiannya.tanpa adanya perhatian tidak mungkin terjadi belajar. Jadi seseorang siswa yang menaruh minat terhadap materi pelajaran, biasanya perhatiannya akan lebih intensif dan kemudian timbul motivasi dalam dirinya untuk mempelajari materi pelajaran tersebut. Di sini, motivasi belajar dapat didefinisikan sebagai usaha-usaha seseorang (siswa) untuk menyediakan segala daya (kondisi-kondisi) untuk belajar sehingga ia mau atau ingin melakukan proses pembelajaran. Dengan demikian, motivasi belajar dapat berasal dari diri pribadi siswa itu sendiri (motivasi intrinsik/motivasi internal) dan/atau berasal dari luar diri pribadi siswa (motivasi ekstrinsik/motivasi eksternal). Kedua jenis motivasi ini jalin-menjalin atau kait mengait menjadi satu membentuk satu sistem motivasi yang menggerakkan siswa untuk belajar. 2.6 Faktor-faktor Mempengaruhi Motivasi Belajar Menurut Slameto ( 2010: 54:71 ) faktor – faktor yang mempengaruhi Motivasi belajar adalah A. Faktor-faktor internal 1. Faktor jasmaniah a. Faktor kesehatan kesehatan seseorang sangat berpengaruh terhadap kegiatanya sehari-hari, misalnya dalam hal belajar. jika anggota badan tidak sehat maka kegiatan belajarnya akan terganggu. Sehingga proses dan hasil belajar tidak akan optimal. b. Cacat tubuh kurang sempurnanya anggota badan/tubuh, misalnya tuli, setengah tuli, buta, setengah buta. Keadaan ini akan mempengaruhi kegiatan belajar, karena mereka tidak akan konsentrasi dalam belajar di sebabkan oleh cacat tubuh yang mereka alami. 2 Faktor psikologois a. Intelegensi Intelegensi sangat berpengaruh dalam belajar seseorang, karena intelegensi setiap individu berbeda-beda. Ada yang tinggi dan ada yang rendah. b. Perhatian Untuk mendapatkan hasil belajar yang baik diharapkan siswa mempunyai perhatian dalam proses pembelajaran juga di usahakan menarik perhatian siswa sehingga tidak timbul rasa bosan dalam dirisiswa saat pemebelajaran. c. Minat Minat / kecenderungan jga sangat berpengaruh terhadap belajar. Jika seseorang mempunyai minat terhadap pelajaran yang dipelajarinya, maka siswa akan belajar dengan sebaik-baiknya. Tetapi bagi siswa yang tidak punya minat di pelajaran itu maka dia tidak akan tertarik untuk belajar. d. Bakat Bakat atau kemampuan dapat berpengaruh terhadap belajar seseorang. Jika bahan pelajaran sesuai dengan bakat siswa, maka hasil belajar akan lebeih baik. Karena siswa akan senang dan akan lebih giat dalam belajar. e. Motif Dalam belajar seseorang tetntu punya motif atau pendorong sehingga dia mau belajar. Motif yang kuat akan berpengaruh dalam belajarnya. Dia akan belajar dengan baik dan perhatian dalam proses pembelajaran. f. Kematangan Kematangan seseorang juga berpengaruh dalam belajar. Seseorang yang pertumbuhannya belum memenuhi untuk melaksanakan sesuatu sudah pasti hasilnya tidak akan memuaskan. g. Kesiapan Kesiapan atau kesediaan sangat berpengaruh dalam belajar. Jika seseorang siap dalam proses belajar maka hasil belajarnya akan baik. Begitu juga sebaiknya jika seseorang tidak siap dalam belajar maka hasilnya tidak akan maksimal. h. Kelelahan jasmani Kelelahan jasmani sepeti tubuh lemah, kurang darah sangat berpengaruh dalam belajar, karena individu tidak akan kosentrasi dalam proses belajar sehingga akan berakibat pada hasil belajar. i. Kelelahan rohani Kelesuhan dan kebosanan merupakan kelelahan rohani yang mempengaruhi belajar seseorang , sehingga tidak ada minat dan motivasi dalam proses belajar. B. Faktor- faktor eksternal Faktor yang berasal dari luar siswa yang mempengaruhi proses hasil belajar yaitu : a. Lingkungan alami Lingkungan alami yaitu faktor yang mempengaruhi dalam proses belajar misalnya keadaan udara, cuaca, waktu, tempat atau gedungnyaalat-alat yang dipakai untuk belajar seperti alat-alat pelajaran. b. Lingkungan social Lingkungan social di sini adalah manusia atau sesama manusia, baik manusia itu ada ( kehadirannya ) ataupun tidak langsung hadirkehadiran orang lain pada waktu sedang belajar, sering kali menggangu aktivitas belajar. C. Faktor instrumental adalah faktor yang adanya dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil yang diharapkan. Faktor instrumental ini antara lain kurikulum ,stuktur program,sarana dan prsarana serta guru. Menurut Sardiman (2010:4-7), ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, antara lain: a. Memberi angka Angka dalam hal ini sebagai symbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa yang justru untuk mencapai angka / nilai yang baik. Sehingga yang di kejar hanyalah nilai ulangan atau nilai raport yang baik. Angka – angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi belajar yang sangat kuat. Yang perlu di ingat oleh guru, bahwa pencapaian angka-angka tersebut di kaitkan dengan nilai efeksinya bukan sekedar kognitifnya saja. b. Hadiah Hadia dapat menjadi motivasi belajar yang kuat ,dimana siswa tertarik pada bidang tertentu yang akan diberikan hadiah, tidak demikian jika hadiah diberikan untuk suatu pekerjaan yang tidak menarik menurut siswa. c. Kompetensi Persaingan, baik yang individu atau kelompok ,dapat menjadi sarana untuk meningkatkan motivasi belajar. karena terkadang jika ada Saingansiswa akan menjadi lebih bersemangat dalam mencapai hasil yang terbaik. d. Ego –involvement Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan menerimanya sebagai tantangan pentingnya tugas dan sehingga bekerja keras adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting . Bentuk kerja siswa dapat terlibat secara kognitif yaitu dengan mencari cara dapat meningkatkan motivasi belajar. e. Memberi ulangan Para siswa akan giat belajar kalau mengetahui akan diadakan ulangan. Tetapi ulangan jangan terlalu sering dilakukan karena akan membosankan dan akan jadi rutinitas belaka. f. Mengetahui hasil Mengetahui hasil belajar bisa dijadikan sebagai alat motivasi belajar anak. Dengan hui hasil belajarnya, siswa akan terdorong untuk belajar lebih giat. Apalagi jika hasil belajar itu mengalami kemajuan, siswa pasti akan berusaha mempertahankannya atau bahkan termotivasi untuk dapat meningkatkannya. g. Pujian Apabila ada siswa yang berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka perlu diberikan pujian. Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan memberikan motivasi yang baik bagi siswa. Pemberiannya juga harus pada waktu yang tepat, sehingga akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi motivasi belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri. h. Hukuman Hukuman adalah bentuk reinforcement yang negatif, tetapi jika diberikan secara tepat dan bijaksana, bisa menjadi alat motivasi belajar anak. Oleh karena itu, guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman tersebut. Dalam upaya meningkatkan motivasi belajar pada siswa maka peran orang tua juga sangat berpengaruh dalam perkembangan anak. Orang tua harus selalu mengembangkan karakter anak yakni membangun jiwa anak dengan nilai-nilai kebaikan. Peran orang tua dalam mendidik nilai-nilai kebaikan kepada anak sangatlah peniting. Orang tua pun harus memiliki sifat dan kebiasaan yang baik pula, yang dapat dijadikan sebagai teladan oleh anak. Lingkungan masyarakat juga akan mendukung motivasi belajar siswa jika lingkungannya baik dan menunjang. Untuk itu, semua elemen seperti orang tua, guru,dan masyarakat dapat bekerja sama dalam menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar. siswa yang pintar pun tidak dapat mencapai hasil yang maksimal jika tidak ada fasilitas yang menunjang dan motivasi dari luar. 2.7 Peranan Bimbingan dan Konseling Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Peranan Bimbingan dan Konseling (BK) sangat penting di sekolah, terutama untuk mengatasi kesulitan belajar siswa. Hampir dapat dipastikan bahwa dalam satu sekolah akan didapati murid-murid yang memiliki masalah kesulitan belajar. Siswa yang mengalami kesulitan belajar tersebut harus diarahkan dan diberi motivasi dalam bentuk bimbingan dan penyuluhan. Untuk menyelenggarakan layanan ini dengan baik, salah satu syarat pokok yang dikuasai adalah memahami hakikat bimbingan dan konseling itu sendiri. Bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses pemberi bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat, serta kehidupan pada umumnya. Bimbingan dapat juga diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan (Yusuf 2009:45). Dalam pengertian lain dikatakan bahwa bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada seseorang (individu) atau sekelompok orang agar mereka itu dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi yang mandiri. Kemandirian ini mencakup lima fungsi pokok, yakni (1) mengenal diri sendiri dan lingkungannya; (2) menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan dinamis; (3) mengambil keputusan; (4) mengarahkan diri; dan (5): mewujudkan diri. (Partowisastro: 2000: 7) Dengan membandingkan pengertian bimbimbingan sebagaimana yang telah dikutip di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang diberikan kepada seseorang atau sekelompok orang secara terus menerus dan sistematis oleh pembimbing agar individu atau sekelompok individu menjadi pribadi yang mandiri. a. Pengertian Bimbingan dan Konseling Menurut Yusuf ( 2009 :37 ) “ Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari istilah “Guidance “ dan “ Counceling “ dalam bahasa inggiris . secara harfiah istilah “guidance “ berasal dari akar kata “ Guide “, yang berarti : (1) mengarahkan (to direct ), (2) memandu ( to pilot ), (3) mengelola ( to manage) , dan (4) menyetir ( to steer ). Secara istilah bimbingan dan konseling merupakan proses pemberian bantuan (proses of helping ) kenselor kepada individu ( konseli ) secara berkesinambungan agar mampu memahami potensi diri dan lingkungannya, menerima diri mengembangkan dirinya secara optimal. Dan menyesuaikan diri secara positif dan konstruktif terhadap tuntutan norma kehidupan ( agama dan budaya ) sehingga mencapai kehidupan yang bermakna (berbahagia), baik secara personal maupun social”. Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu (peserta didik) agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik. Hal senada juga dikemukakan oleh Prayitno dan Erman Amti (2004: 99), Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, atau orang dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku. Sementara Bimo Walgito (2004: 4-5), mendefinisikan bahwa bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan hidupnya, agar individu dapat mencapai kesejahteraan dalam kehidupannya. Chiskolm dalam McDaniel, dalam Prayitno dan Erman Amti (1994: 94), mengungkapkan bahwa bimbingan diadakan dalam rangka membantu setiap individu untuk lebih mengenali berbagai informasi tentang dirinya sendiri. Bimbingan adalah Proses pemberian bantuan (process of helping) kepada individu agar mampu memahami dan menerima diri dan lingkungannya, mengarahkan diri, dan menyesuaikan diri secara positif dan konstruktif terhadap tuntutan norma kehidupan ( agama dan budaya) sehingga men-capai kehidupan yang bermakna berbahagia, baik secara personal maupun social. Definisi Konseling Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuankemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhankebutuhan yang akan datang. (Tolbert, dalam Prayitno 2004 : 101). Jones (Insano, 2004 : 11) menyebutkan bahwa konseling merupakan suatu hubungan profesional antara seorang konselor yang terlatih dengan klien. Hubungan ini biasanya bersifat individual atau seorang-seorang, meskipun kadang-kadang melibatkan lebih dari dua orang dan dirancang untuk membantu klien memahami dan memperjelas pandangan terhadap ruang lingkup hidupnya, sehingga dapat membuat pilihan yang bermakna bagi dirinya. Pengertian Bimbingan dan Konseling Dari semua pendapat di atas dapat dirumuskan dengan singkat bahwa Bimbingan dan Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling (face to face) oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi konseli serta dapat memanfaatkan berbagai potensi yang dimiliki dan sarana yang ada, sehingga individu atau kelompok individu itu dapat memahami dirinya sendiri untuk mencapai perkembangan yang optimal, mandiri serta dapat merencanakan masa depan yang lebih baik untuk mencapai kesejahteraan hidup. b. Tujuan Bimbingan dan Konseling Tujuan bimbingan dan konseling merupakan pernyataan yang menggambarkan hasil yang di harapkan atau sesuatu yang ingin dicapai melalui berbagai kegiatan yang di programkan untuk membantu siswa agar memiliki kemampuan untuk mengembangkan potensi dirinya, atau menginter analisis nilai-nilai yang terkandung dalam tugas-tugas perkembangan yang harus di kuasainya. Tujuan pemebrian layanan bimbingan ialah agar siswa dapat : a. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir, serta kehidupannya di masa yang akan datang. b. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang di milikinya seoptimal mungkin. c. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat dan lingkungan kerjanya. d. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi penyelesaian dengan lingkungan masyarakat maupun lingkungan kerjanya. Secara khusus bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu siswa atau peserta didik agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial, belajar (akademik) dan karir, ( Yusuf , 2009 : 49 ). Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut mereka harus mendapatkan kesempatan untuk : a. Mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas perkembangannya. b. Mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana pencapaian tersebut. c. Memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri d. Menggunakan kemampuanya untuk kepentingannya sendiri e. Meyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya. f. Mengembangkan segala potensi dan kekuatannya yang dimilikinya secara tepat dan nteratur secara optimal. c. Fungsi Bimbingan dan konseling Bimbingan konseling berfungsi untuk membimbing siswa yang bermasalah maupun yang tidak bermasalah. Adapun fungsi bimbingan terdiri dari fungsi pemahaman, fungsi prepensif. Fungsi pengembangan, perbaikan , penyaluran, adaptasi, dan fungsi penyesuaian. 1) Fungsi Pemahaman yaitu : Fungsi bimbingan yang membantu peserta didik ( siswa ) agar memiliki pemahaman terhadap dirinya ( potensinya ) dan lingkungannya ( pendidikan, pekerjaan, dan norma agama ). Berdasarkan pemahaman ini siswa diharpkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif. 2) Fungsi Preventif yaitu : Fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak di alami peserta didik. Melalui fungsi ini konselor memberikan bimbingan kepada siswa tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan diri sendiri. 3) Fungsi Pengembangan yaitu : Fungsi bimbingan yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi –fungsi lainnya konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif yang mempasilitasi perkembangan siswa. 4) Fungsi Perbaikan Yaitu : Fungsi bimbingan yang bersifat kuraktif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada siswa yang mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, social, belajar, maupun karir. 5) Fungsi Penyaluran yaitu : Fungsi bimbingan dalam membantu siswa memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan, program studi, dan memantaapkan penguasaan karir atau jabatan sesuai dengan bakat, minat dan keahlian dan cirri-ciri kepribadian lainnya. 6) Fungsi Adaptasi yaitu : Fungsi bimbingan ini membantu para pelaksana pendidikan, kepala sekolah, staf, konselor, guru untuk menyesuikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidkan. 7) Fungsi Penyesuain yaitu Fungsi bimbingan dalam membantu siswa agar dapat menyesuaikan diri secara dinamis dan konstuktif terhadap program pendidikan, peraturan sekolah atau norma agama. d. Tugas Pokok Guru BK Konseling merupakan proses pertemuan langsung antara konselor dengan konseli (face to face relationship) yang bermasalah. dimana pembimbing membatu konseli dalam memecahkan masaalahnya dan mengusahakan perubahan sikap yang mendasarinya yang mungkin akan bersifat sementara saja. karena adanya tekanan dari luar atau karena adanya sesuatu akan lebih bersifat permanen, sebab perubahan sikap terjadi atas penemuan atau pemahamannya sendiri. ( Sagala , 2009:236) e. Upaya Guru BK Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Bimbingan dan konseling merupakan wadah yang diperuntukan bagi siswa dalam mengatasi masalah atau mengembangkan potensi yang dimilikinya agar lebih optimal. Banyak cara yang dapat ditempuh oleh seseorang guru BK dalam meningkatkan motivasi belajar dalam diri siswa, yaitu dengan memberikan layanan informasi bahwa belajar dapat membantu karakter yang baik dalam kepribadian seseorang. Dalam bimbingan dan konseling pun ada berbagai macam teknik yang dapat kita gunakan, salah satunya adalah dengan menggunakan teknik pengubahan tingkah laku. Bukan hanya itu saja, dalam mengembangkan potensi dan kemandirian siswa dalam pengambilan keputusan dan pilihan untuk mewujudkan kehidupan yang produktif , sejahtera dan peduli kemaslahatan umum dengan memberikan layanan informasih kepada siswa tentang berbagai aspek kehidupan yang berguna bagi siswa seperti cara belajar yang efektif, membangun sikap dan kebiasaan belajar yang positif, etika pergaulan, bahayanya merokok, miras, dan narkoba. Itulah upaya guru BK dalam memberikan layanan konseling individual kepada siswa yang terkait dengan aspek pribadi, social, akademik dan karir. Layanan bimbingan konseling sangat berguna dalam mengorganisasikan dan mengelola program bimbingan konseling. Serta dapat memberikan informasi tentang program bimbingan kepada siswa, orang tua, guru-guru, kepala sekolah, dan staf administrasi. Dengan demikian siswa akan lebih Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar yang dialaminya, Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas atau kewajibannya