Siesta A3 Masak Apa Hari Ini? parenting REPUBLIKA AHAD, 30 JANUARI 2011 Hlm A10 Mengejar Kecukupan Nutrisi Anak Sekolah Malnutrisi? Anda yakin si kecil telah terpenuhi kebutuhan gizinya? Malnutrisi pada rentang usia 7 sampai 12 tahun merupakan rangkaian asuk sekolah pu- proses panjang yang kemungkinan sudah kul 07.00 WIB, terjadi sejak mereka masih balita. Kini, Kevin Athaya dengan padatnya jam belajar, orang tua terkadang hanya kian terseok mengejar kecukupan asupan bisa sarapan se- makanan putra-putrinya. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2010 mengadanya. Ia harus berangkat awal ungkapkan fakta terbaru tentang kesehatan supaya tidak ter- anak sekolah. Angka prevalensi kurus secara lambat. ‘’Makan paginya sering tidak nasional pada pelajar—usia enam sampai 14 tahun—tercatat 13,3 persen pada anak lakihabis,’’ ungkap sang bunda Irma Wulan. Kevin pun masuk kelas dengan ‘bahan laki dan 10,9 persen pada anak perempuan. Kenyataannya, kasus malnutrisi pada bakar’ minim. Perutnya keroncongan menunggu bel istirahat berbunyi. ‘’Sarapan anak sekolah memang tidak banyak yang seadanya akan berpengaruh pada datanya. Mengingat sulit untuk mendapatfungsi kognisi dan konsentrasi serta kapa- kan rinciannya, demi memudahkan, akasitas fisik anak sekolah sehingga akan demisi dan pakar gizi komunitas Prof Dr berdampak pada rendahnya prestasi belajar dr A Razak Thaha MSc SpGK menjadikan anak,’’ komentar Dr dr Saptawati Bardo- absensi siswa sebagai indikator. ‘’Target sono MSc dari Departemen Ilmu Gizi, Fa- kita sekarang meningkatkan hari kehadiran kultas Kedokteran, Universitas Indonesia. siswa,’’ jelas Razak kepada Republika usai Penelitian Saptawati pada 400 anak di 5 Round Table Discussion Dampak KeSD di wilayah DKI Jakarta menunjukkan kurangan Gizi Pada Anak Usia Sekolah dan 94,5 di antaranya mengalami kekurangan Upaya Penanggulangannya, Sabtu (22/1) kalori. Mereka mengonsumsi kalori di ba- di Jakarta. Razak memotret minimnya jumlah hari wah 1.800 kkal. ‘’Laporan ini menunjukkan kurangnya asupan energi dan protein pada masuk pada pelajar SD lebih banyak terjadi di daerah, bukan di perkotaan. Siswa sering anak sekolah,’’ urai Saptawati. Kenyataan tersebut tidak terjadi semata absen menyusul kemerosotan daya tahan akibat keterbatasan ekonomi. Saptawati tubuhnya. Salah satu faktor penyebabnya melihat pola asuh yang kurang baik juga ialah melewatkan sarapan. “Baik lantaran berperan. ‘’Akibatnya anak terbiasa ketiadaan hidangan sarapan maupun kebimengonsumsi makanan yang tidak sehat asaan tidak makan pagi.” Bukan saja kekurangan zat gizi makro, dengan gizi yang tidak seimbang dalam jangka waktu lama.’’ kekurangan zat gizi mikro pada anak sekoSaat menginjak bangku sekolah, anak- lah juga menjadi kasus malnutrisi yang anak menghabiskan enam sampai delapan mencuat. Masih banyak anak yang mengjam di sekolah. Mereka akan kesulitan alami anemia. mengikuti aktivitas belajar tanpa dukungan Padahal, kekurangan zat besi dapat meenergi yang cukup. ‘’Idealnya anak nurunkan konsentrasi di kelas dan memmemerlukan asupan kalori dari buat anjlok prestasi belajar anak. ‘’Pada sarapan sebesar 30 persen siswa SD, anemia terjadi sebagai kelanjutdari total kebutuhan ka- an kekurangan asupan zat besi sejak anak lori dalam seharinya,’’ berusia dua tahun,’’ papar Yulia Rimawati, cetus dokter yang koordinator Gizi Pos Keadilan Peduli akrab disapa Tati Ummat usai peluncuran Gizikita, Ahad ini. (23/1) di Jakarta. n ed: nina chairani Oleh Reiny Dwinanda Asupan energi dan protein yang tipis membuat anak belajar dengan perut keroncongan dan sulit konsentrasi di sekolah. ADITYA PRADANA PUTRA ENERGI: Kekurangan kalori yang pada banyak anak usia SD tak terjadi semata akibat keterbatasan ekonomi. Selain itu juga pola asuh kurang baik yang membuat anak terbiasa mengonsumsi makanan yang tidak sehat. M Mengapa Sarapan penting? Fakta Berbicara... 85 persen Eit, Sarapan Dulu … dari 400 anak SD di Jakarta Utara mengaku sudah sarapan sebelum berangkat ke sekolah. Namun, sebanyak 62 persen responden cilik itu mengatakan kualitas makan paginya tidak lengkap alias seadanya. (Saptawati Bardosono) 94,5 persen dari 220 siswa di 5 SD di wilayah DKI Jakarta mengonsumsi kalori di bawah 1.800 kkal. Ini artinya asupan kalori kurang dari anjuran (angka kecukupan gizi). (Saptawati Bardosono, 2007). Oleh Reiny Dwinanda arapan penting sebagai energi untuk memulai hari, tak terkecuali bagi anak sekolah. Idealnnya, sepertiga atau seperempat kebutuhan nutrisi harian harus tercukupi di saat makan pagi. ‘’Namun, anak-anak sering kali gagal mencapai target itu,’’ kata Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul, Idrus Jus’at PhD. Sarapan seperti apa yang cocok untuk disantap dalam waktu singkat? Idrus mengatakan pada kenyataannya minuman manis dan makanan padat sekadarnya dapat menjadi solusi sementara. ‘’Dengan begitu, ada kombinasi glukosa cepat cerna dan glukosa lambat cerna.’’ Sementara Dr dr Saptati Bardosono MSc menganjurkan agar orang tua menghindari pemberian makanan yang manis, asin, dan gurih (gorengan) sebagai sarapan anak. Sebab, rasa kuat tersebut dapat merusak nafsu makan anak dan juga merusak gigi. ‘’Juga bisa menyebabkan masalah gizi lebih.’’ Lantas, bagaimana dengan anak- S Setelah tidur malam, perut menjadi kosong. Sarapan menjadi energi untuk memulai hari. (Kidshealth.org) Minum susu saja tidak cukup untuk sarapan Anak membutuhkan makanan yang bervariasi guna memenuhi kebutuhan gizinya. Intinya, tidak ada satu pun makanan atau minuman yang komplet kandungan nutrisinya seperti ASI untuk bayi. (Prof dr Razak Thaha MSc SpGK). n reiny anak yang selalu tergesa setiap hari sekolah? Tati mengatakan para pelajar tetap harus sarapan. ‘’Saat anak tidak bisa menghabiskan porsi sarapannya, bawakan bekal makan pagi agar terlengkapi asupan kalorinya sebelum pelajaran dimulai,’’ saran dokter yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Ahli Gizi Medik ini. Bekal, lanjut Tati, haruslah padat gizi, menarik, dan enak. Lalu, porsinya mesti bisa dihabiskan dalam waktu singkat. ‘’Misalnya roti isi, martabak mi campur telur, atau nasi goreng telur plus sayur.’’ Jika porsi makannya belum tercapai, Anda bisa mendidik anak untuk pandai memanfaatkan waktu istirahat. Ajari si kecil untuk menghabiskan bekalnya. ‘’Sediakan kudapan yang seimbang kandungan zat gizinya,’’ Tati memandu. Biskuit, wafer, dan susu kemasan dapat menjadi pilihan untuk menambah asupan kalori anak setelah sarapan. Tetapi, pastikan makanan dan minuman tersebut bukan cuma kaya akan gula. ‘’Yang penting, seimbang gizinya,’’ tutur Tati. Makanan yang manis akan meningkatkan kadar gula darah dengan cepat. Makanan apa yang cocok untuk sarapan? Cobalah bervariasi makanan. Dari keluarga gandum, roti dan sereal bisa disantap. Jangan lupakan protein seperti daging dan kacang-kacangan. Buah dan sayuran juga penting. Lalu, ada susu, yogurt, dan keju yang bisa menyegarkan awal hari anak. DARMAWAN/REPUBLIKA Makanan terbaik untuk sarapan ialah yang memiliki indeks glikemik rendah. Usahakan agar anak seminim mungkin makan pagi dengan makanan yang telah diproses. Dengan begitu kadar gula darah anak akan stabil hingga waktu makan siang tiba. Ini berpengaruh pada konsentrasi dan memori anak (npr.org) n reiny Namun, menurunkannya juga tidak lama. ‘’Alhasil, tubuh akan cepat kekurangan zat gula (glukosa) sebagai sumber energi dan membutuhkan asupan energi lagi dari makanan dan anak merasa lapar,’’ urai Tati. Sebagai ganti makanan kemasan, Tati menyodorkan alternatif lain. Buah-buahan juga dapat menjadi bekal yang nikmat buat pelajar SD. ‘’Pilih saja pisang atau apel yang kaya akan vitamin dan mineral serta aman untuk menjadi bekal karena masih tertutup oleh kulitnya.’’ Pada bagian lain Idrus menyarankan agar anak diberi kesempatan untuk menambah pasokan energinya saat waktu istirahat. Jika mi yang menjadi pilihan favorit anak, jangan risau. ‘’Perkaya saja nutrisinya dengan telur atau tempe goreng iris kotak.’’ Memang, olahan mi tersebut miskin serat. Untuk itu, pastikan saat makan siang dan malam, anak mendapatkan buah serta sayuran. ‘’Jadi, upayakan di rumah, anak mendapatkan makanan yang beraneka ragam,’’ tandas Idrus usai diskusi yang digelar Indonesian Danone Institute Foundation, Kamis (27/1), di Jakarta. n ed: nina chairani DARMAWAN/REPUBLIKA