hasil dan pembahasan

advertisement
15
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kondisi Umum Pertanaman
Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)
(2012), temperatur dan kelembaban udara rata-rata saat penelitian dilakukan
adalah 25.6 oC dan 85% dengan rata-rata curah hujan adalah 308.3 mm/bulan.
Temperatur dan kelembaban udara tersebut sesuai untuk pertumbuhan kacang
panjang, namun curah hujan kurang sesuai. Batas maksimal curah hujan yang
sesuai untuk pertumbuhan kacang panjang 166.67 ml/bulan (Haryanto et al.
2007).
Periode Inkubasi dan Tipe Gejala BCMV
Periode inkubasi adalah waktu yang dibutuhkan virus sejak virus masuk ke
tanaman hingga gejala pada tanaman teramati. Semakin muda tanaman kacang
panjang terinfeksi BCMV, periode inkubasi semakin cepat (Tabel 1). Tanaman
kacang panjang yang diinokulasi BCMV umur 1 MST memiliki periode inkubasi
yang lebih cepat (8-9 HST) dibandingkan dengan perlakuan lain. Periode inkubasi
BCMV pada tanaman yang diinokulasi BCMV umur 3 MST tidak berbeda nyata
dengan tanaman yang diinokulasi BCMV umur 2 dan 4 MST, namun periode
inkubasi cenderung semakin lama dengan semakin tuanya umur tanaman yang
diinokulasi.
Tipe gejala akibat infeksi BCMV berbeda berdasarkan waktu inokulasi
(Tabel 1). Tanaman yang diinokulasi BCMV umur 1 MST menunjukkan gejala
mosaik ringan (2a) sampai mosaik berat dan penebalan pada tulang daun (vein
banding) (Gambar 2b), malformasi daun, tepi daun melengkung ke bawah
(Gambar 2c), sebagian daun menguning pada saat tanaman memasuki fase
pembungaan (Gambar 2d), dan tanaman kerdil. Tanaman dengan gejala daun
menguning juga akan menghasilkan polong dengan gejala mosaik dan malformasi
polong (Gambar 2e). Gejala yang muncul pada tanaman yang diinokulasi BCMV
umur 2 MST hampir sama dengan 1 MST, namun pada tanaman yang dinokulasi
16
BCMV umur 2 MST tidak ditemukan adanya tanaman kerdil. Gejala yang muncul
pada tanaman yang diinokulasi BCMV umur 3 dan 4 MST berupa mosaik ringan
dan sebagian tanaman menunjukkan mosaik berat. Mosaik ringan terlihat pada
awal munculnya gejala sedangkan mosaik berat terlihat setelah 5-10 hari periode
inkubasi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin muda tanaman saat terinfeksi
virus, kepekaan tanaman terhadap infeksi BCMV semakin tinggi.
Tabel 1 Pengaruh inokulasi BCMV pada umur tanaman yang berbeda terhadap
periode inkubasi dan tipe gejala
Waktu inokulasi (MST)
Periode inkubasi (HSI a) b
Tipe gejalac
1
8.22 ± 0.20c
MsR, MsB, MF, Kng, Kd
2
13.75 ± 2.08b
MsR, MsB, MF, Kng
3
15.12 ± 3.42ab
MsR, MsB
4
17.38 ± 2.33a
MsR, MsB
Kontrol
-
Tidak ada gejala
a
HSI = hari setelah inokulasi.
Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata (uji selang berganda Duncan α = 5%).
c
MsR = mosaik ringan, MsB = mosaik berat, MF = malformasi, Kng = kuning, Kd = kerdil.
b
a
Gambar 2
b
c
d
ee
Gejala BCMV. (a) Mosaik ringan, (b) mosaik berat, (c) malformasi
daun, (d) daun menguning, (e) mosaik dan malformasi polong.
Kejadian dan Keparahan Penyakit BCMV
Inokulasi BCMV pada umur tanaman 1-4 MST menunjukkan kejadian
penyakit sebesar 100% (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa infeksi BCMV
pada umur tanaman kacang panjang yang berbeda tidak berpengaruh terhadap
tingkat kejadian penyakit BCMV di lapangan. Berdasarkan data keparahan
penyakit dapat diketahui bahwa semakin muda tanaman diinokulasi BCMV,
keparahan penyakit tanaman cenderung semakin tinggi (Tabel 1). Tanaman
e
17
kacang panjang yang diinokulasi umur 1 MST menunjukkan tingkat keparahan
penyakit yang sangat tinggi yaitu mencapai 94.6% dan berbeda nyata
dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Nilai absorbansi ELISA (NAE) merupakan gambaran kuantitatif virus yang
menginfeksi tanaman. NAE dari setiap perlakuan (1, 2, 3, dan 4 MST)
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata untuk masing-masing perlakuan
inokulasi (Tabel 2).
Tabel 2
Pengaruh inokulasi BCMV pada umur tanaman kacang panjang yang
berbeda terhadap kejadian penyakit, keparahan penyakit, dan nilai
absorbansi ELISA (NAE) tanaman lapangan
Waktu inokulasi
(MST)a
Kejadian
penyakit (%)b
Keparahan
penyakit (%)b
NAEb
Keterangan
1
100 ± 0a
94.6 ± 1.9a
0.98 ± 0.01a
+
2
100 ± 0a
83.8 ± 4.3b
1.00 ± 0.09a
+
3
100 ± 0a
87.1 ± 8.0ab
1.09 ± 0.26a
+
4
100 ± 0a
69.6 ± 6.4c
1.01 ± 0.01a
+
0 ± 0b
0.00 ± 0.0d
0.11 ± 0.03b
-
Kontrol
a
b
MST = minggu setelah tanam.
Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata (uji selang berganda Duncan α = 5%).
BCMV Terbawa Benih
Deteksi virus secara serologi pada tanaman hasil growing on test
menunjukkan bahwa masing-masing benih hasil perlakuan positif terdeteksi
BCMV namun dengan persentase terbawa benih yang bervariasi. Persentase
BCMV terbawa benih komposit perlakuan inokulasi umur 1, 2, 3, dan 4 MST
masing-masing sebesar 30% (6/20), 90% (18/20), 45% (9/20), dan 45% (9/20)
(Gambar 3).
18
BCMV dalam SK (%)
100
90
80
60
40
45
45
3
4
30
20
0
1
2
Waktu inokulasi (MST)
Gambar 3
Persentase BCMV terbawa benih dalam SK berdasarkan umur
tanaman saat terinfeksi virus
Hasil deteksi individu tanaman dari SK yang positif BCMV menunjukkan
bahwa dari masing-masing 100 benih yang diuji, BCMV yang terbawa benih
perlakuan inokulasi 1, 2, 3, dan 4 MST masing-masing sebesar 7%, 66%, 39%,
dan 24% (Gambar 4). Dari data ini diketahui bahwa tanaman yang diinokulasi
BCMV umur 2 MST menunjukkan persentase BCMV terbawa benih yang
tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya.
BCMV terbawa benih (%)
80
66
60
36
40
24
20
7
0
1
2
3
4
Waktu inokulasi (MST)
Gambar 4
Persentase BCMV terbawa benih berdasarkan umur tanaman saat
terinfeksi virus
19
Pengaruh Infeksi BCMV terhadap pertumbuhan Vegetatif dan Generatif
Tanaman Kacang Panjang
Inokulasi BCMV pada umur tanaman yang berbeda memengaruhi
pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman kacang panjang. Pertumbuhan
vegetatif yang terhambat adalah jumlah daun dan tinggi tanaman. Pertumbuhan
generatif yang terhambat adalah masa berbunga dan produksi kacang panjang.
Secara umum, semakin muda tanaman pada saat diinokulasi BCMV, pertumbuhan
vegetatif dan generatif tanaman semakin terhambat.
Jumlah daun. Jumlah daun pada pengamatan 2 MST memperlihatkan hasil
yang berbeda nyata antara perlakuan inokulasi namun jumlah daun mendekati
angka 2 untuk semua perlakuan sehingga dapat dikatakan belum terdapat
penghambatan
pembentukan
daun
akibat
infeksi
virus
(Lampiran
9).
Penghambatan pembentukan daun terlihat jelas saat tanaman berumur 6 MST.
Tanaman yang diinokulasi BCMV umur 1 MST memiliki jumlah daun yang lebih
sedikit dibandingkan dengan perlakuan lainnya (Gambar 5).
30
Minggu 2
Minggu 4
Minggu 6
Jumlah daun
25
a
a
ab
ab
b
20
15
5
ab
a
a
a
10
ab
b
a
a
a
ab
0
1
2
3
4
Kontrol
Waktu inokulasi (MST)
Gambar 5 Pengaruh inokulasi BCMV pada umur tanaman yang berbeda terhadap
jumlah daun
20
Tinggi tanaman. Inokulasi BCMV pada umur tanaman yang berbeda dapat
memengaruhi tinggi tanaman kacang panjang. Secara umum, semakin muda
tanaman terinfeksi BCMV semakin terhambat tinggi tanaman. Efek infeksi
BCMV terhadap tinggi tanaman telah terlihat pada saat tanaman berumur 4 MST
khususnya pada tanaman yang diinokulasi BCMV umur 1 MST (Gambar 6).
Penghambatan tinggi tanaman akibat infeksi virus pada tanaman yang diinokulasi
BCMV umur 1 MST berbeda nyata baik itu pada pengamatan 4 MST maupun
6 MST.
Minggu 2
Minggu 4
Minggu 6
Tinggi tanaman (cm)
300
250
b
200
150
a
a
a
a
a
a
ab
ab
b
100
50
a
a
a
a
a
0
1
2
3
4
Kontrol
Waktu inokulasi (MST)
Gambar 6 Pengaruh inokulasi BCMV pada umur tanaman yang berbeda terhadap
tinggi tanaman
Masa berbunga. Tanaman kacang panjang yang terinfeksi BCMV memiliki
masa berbunga yang lebih lambat dibandingkan dengan tanaman sehat. Semakin
muda tanaman terinfeksi BCMV, masa berbunga juga cenderung semakin lambat.
Tanaman yang diinokulasi BCMV umur 1 dan 2 MST memiliki masa berbunga
masing-masing 46 dan 45 HST; lebih lambat dibandingkan dengan perlakuan lain
dan berbeda nyata dengan kontrol (Gambar 7).
21
Masa berbunga (HST)
47
46
a
a
45
ab
ab
44
b
43
42
41
40
1
2
3
4
Kontrol
Waktu inokulasi (MST)
Gambar 7 Pengaruh inokulasi BCMV pada umur tanaman yang berbeda terhadap
masa berbunga
Produksi. Inokulasi BCMV pada umur tanaman yang berbeda juga
memengaruhi produksi polong kacang panjang. Semakin muda tanaman saat
diinokulasi BCMV, produksi polong per ha juga semakin rendah (Tabel 3).
Di antara umur tanaman yang berbeda saat terinfeksi BCMV, penurunan produksi
yang nyata terjadi saat tanaman kacang panjang terinfeksi BCMV pada umur
1 MST yaitu sebesar 44.9%. Produksi polong pada tanaman yang diinfeksi
BCMV pada umur 2-4 MST cenderung lebih rendah dibandingkan dengan
kontrol, namun tidak berbeda nyata secara statistik.
Tabel 3
Pengaruh inokulasi BCMV pada umur tanaman berbeda terhadap
produksi dan penurunan produksi kacang panjang
Waktu inokulasi (MST)a
Produksi (ton ha-1)b
Penurunan produksi (%)
1
5.490 ± 0.325b
44.9
2
8.154 ± 1.628a
18.1
3
8.839 ± 1.538a
11.3
4
9.395 ± 1.677a
5.7
Kontrol
9.965 ± 0.853a
-
a
b
MST = minggu setelah tanam
Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata (uji selang berganda Duncan α = 5%).
22
Pembahasan
BCMV merupakan salah satu virus yang menginfeksi tanaman kacang
panjang. Inokulasi BCMV pada umur tanaman yang berbeda memengaruhi
periode inkubasi virus. Secara umum, semakin muda tanaman kacang panjang
terinfeksi BCMV, periode inkubasi virus semakin cepat. Periode inkubasi erat
kaitannya dengan kemampuan virus menyebar dari tempat inokulasi ke bagian
tanaman lainnya dan kemudian menunjukkan gejala. Virus mampu menyebar ke
bagian tanaman yang masih muda dengan cepat karena tanaman muda belum
memiliki sistem pertahanan yang kuat terhadap infeksi virus (Agrios 2005).
Selain dipengaruhi oleh umur tanaman saat terinfeksi virus, perbedaan lama
periode inkubasi virus dapat pula dipengaruhi oleh faktor inang, konsentrasi virus,
faktor lingkungan, sifat virus, dan kecepatan perkembangan virus dalam jaringan
serta tingkat kerentanan tanaman terhadap infeksi virus (Walkey 1991;
Susetio 2011).
Inokulasi BCMV pada umur tanaman yang berbeda tidak memengaruhi
kejadian penyakit (100%) dan titer virus (Tabel 2). Menurut Susetio (2011),
kultivar Parade merupakan kultivar yang sangat rentan terhadap infeksi BCMV.
Oleh karena itu, perbedaan umur tanaman saat terinfeksi BCMV bukan faktor
yang memengaruhi tingkat kejadian penyakit dan titer virus di lapangan. Faktor
yang lebih berperan dalam memengaruhi hal di atas kemungkinan adalah faktor
kerentanan tanaman secara genetik. Curah hujan yang tinggi saat penelitian juga
kemungkinan mendukung tingginya kejadian penyakit BCMV di lapangan. Khan
et al. (2011) melaporkan bahwa kejadian penyakit Cucumber mosaic virus (CMV)
pada tanaman mentimun yang ditanam di lapangan meningkat seiring dengan
meningkatnya curah hujan.
Inokulasi BCMV pada umur tanaman yang berbeda memengaruhi tingkat
keparahan penyakit. Semakin muda tanaman terinfeksi BCMV, tingkat keparahan
penyakit cenderung semakin tinggi. Gejala akibat infeksi BCMV yang paling
parah adalah gejala mosaik dan vein banding. Munculnya gejala mosaik
disebabkan adanya area yang terinfeksi dan tidak terinfeksi virus. Area yang
terinfeksi virus biasanya berwarna hijau pucat karena hilangnya atau
berkurangnya produksi klorofil (Walkey 1991). Infeksi Bean yellow mosaic
23
potyvirus (BYMV) pada tanaman kacang buncis (Phaseolus vulgaris, Fabaceae)
dapat menyebabkan penurunan jumlah klorofil a, klorofil b, karotenoid,
karbohidrat, protein, dan asam amino. Persentase penurunan kandungan tanaman
tersebut di atas semakin meningkat seiring dengan meningkatnya umur tanaman
(Hemida 2005). Infeksi BCMV pada umur tanaman yang lebih muda dapat
menyebabkan penurunan klorofil tanaman lebih awal dibandingkan dengan
tanaman yang diinokulasi pada tanaman yang lebih tua. Pengurangan klorofil
yang lebih awal dapat menyebabkan gejala mosaik yang muncul pada tanaman
lebih parah sehingga meningkatkan tingkat keparahan penyakit pada tanaman.
Keparahan yang lebih tinggi pada tanaman muda kemungkinan juga diperberat
karena tanaman belum memiliki ketahanan yang kuat terhadap infeksi virus (Hull
2002).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tanaman yang diinokulasi
BCMV pada umur yang lebih tua (4 MST) menunjukkan keparahan penyakit yang
lebih rendah (69.6%) dibandingkan dengan inokulasi pada umur tanaman yang
lebih muda (Tabel 2). Infeksi BCMV pada tanaman yang lebih tua
mengekspresikan gejala yang lebih ringan dibandingkan dengan tanaman muda
walaupun titer virus tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman yang lebih tua
lebih tahan terhadap infeksi virus (walaupun terinfeksi virus, ekspresi gejala lebih
ringan).
Secara umum, umur tanaman saat terinfeksi BCMV memengaruhi
persentase BCMV terbawa benih. Tanaman buncis kultivar Dubbele Witte yang
diinfeksi BCMV pada umur 10, 20, dan 30 HST menyebabkan BCMV terbawa
benih masing-masing sebesar 41.8%, 2.8%, dan 0.1% (Morales dan Castano
1987). Pada kasus BCMV kacang panjang dalam penelitian ini, persentase BCMV
terbawa benih tertinggi diperoleh pada tanaman yang diinokulasi BCMV umur 2
MST, bukan pada umur 1 MST, kemudian menurun hingga 4 MST. Hal ini
menunjukkan bahwa infeksi virus yang sama pada tanaman yang berbeda
menyebabkan perbedaan masa rentan tanaman terinfeksi virus dan efisiensi
terbawa benih. Persentase BCMV terbawa benih pada tanaman kacang panjang
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman kacang buncis.
24
Rendahnya BCMV terbawa benih pada tanaman yang diinokulasi 1 MST
dibandingkan dengan 2 MST dapat disebabkan oleh pertumbuhan yang sangat
terhambat pada tanaman yang diinokulasi umur 1 MST hingga menyebabkan
rendahnya produksi polong akibat masa berbunga yang lebih terlambat
dibandingkan tanaman sehat. Penghambatan pembentukan polong dapat berakibat
pada penghambatan pembentukan benih kacang panjang. Pembentukan benih
yang terhambat menandakan proses pengangkutan nutrisi tanaman ke benih
terhambat yang berarti pengangkutan virus ke benih juga terhambat.
Persentase BCMV terbawa benih yang tinggi pada tanaman yang
diinokulasi umur 2 MST (66%) menunjukkan bahwa tanaman sangat rentan pada
umur 2 MST yang berimplikasi pada tingginya persentase BCMV terbawa benih.
Selain dipengaruhi oleh umur tanaman saat terinfeksi virus, tingkat infeksi virus
terbawa benih juga sangat dipengaruhi oleh kultivar tanaman. Menurut Mahar
(2012), kacang panjang kultivar Parade merupakan kultivar yang rentan
membawa BCMV dengan persentase virus terbawa benih komersial mencapai
73%.
Untuk mendapatkan benih yang bebas virus, pencegahan infeksi virus harus
dilakukan sejak tanam hingga tanaman memasuki fase berbunga. Berdasarkan
hasil penelitian ini diketahui bahwa benih yang dihasilkan dari tanaman yang
diinokulasi umur 4 MST masih membawa BCMV dengan persentase yang cukup
tinggi yaitu 24% (Gambar 4). Pada umur 4 MST, tanaman masih berada dalam
fase vegetatif sehingga masih memungkinkan virus mencapai bagian bunga ketika
tanaman memasuki fase generatif.
Penularan virus pada benih dapat terjadi umumnya ketika tanaman inang
terinfeksi secara sistemik sebelum masa berbunga. Virus mampu menginfeksi
serbuk sari ataupun sel telur, bertahan pada gamet, dan akan berkembang seiring
dengan pertumbuhan benih (Agarwal dan Sinclair 1997). Ketidakmampuan virus
untuk menginfeksi benih pada saat tanaman memasuki fase pembuahan
disebabkan tidak terdapatnya plasmodesmata antara tanaman dan embrio benih.
Sutic et al. (1999) lebih lanjut menyatakan bahwa infeksi BCMV pada benih
terjadi sebelum fase inisiasi bunga. Fenomena ini tampaknya terkait dengan
transmisi serbuk sari ketika virus masuk ke dalam sel telur pada saat pembuahan.
25
Berdasarkan hasil penelitian ini, untuk menekan infeksi BCMV di lapang perlu
dilakukan pemeliharaan tanaman secara intensif sampai awal masa berbunga agar
infeksi alami BCMV yang dibawa kutudaun vektornya tidak terjadi.
Menurut Udayashankar et al. (2010), benih kacang panjang yang terinfeksi
BCMV sebesar 10%, 5%, dan 3% dapat menyebabkan kejadian penyakit pada
pertanaman selanjutnya sebesar 90%, 53%, dan 37% serta kehilangan hasil
sebesar 74%, 54%, dan 36%. Berdasarkan kejadian penyakit dan kehilangan hasil
akibat BCMV terbawa benih ini diketahui bahwa BCMV terbawa benih memiliki
peran yang sangat penting terhadap kehilangan hasil produksi kacang-kacangan
walaupun dalam persentase terbawa benih yang cukup kecil. Tingginya persentase
BCMV terbawa benih pada penelitian ini (7%-66%) dapat menggambarkan
tingginya kejadian penyakit yang akan timbul jika benih-benih tersebut ditanam di
lapangan. Hal ini dapat diperparah dengan keberadaan A. craccivora yang
merupakan vektor utama BCMV pada tanaman kacang panjang. Untuk itu penting
dilakukan pemeliharaan tanaman di lapangan dalam rangka mencegah terjadinya
infeksi BCMV.
Secara umum, inokulasi BCMV pada umur tanaman kacang panjang yang
berbeda memengaruhi parameter pertumbuhan dan produksi kacang panjang. Efek
penghambatan pembentukan daun terlihat ketika pengamatan 6 MST pada
tanaman yang diinokulasi BCMV umur 1 MST (Gambar 5). Berkurangnya jumlah
daun pada tanaman yang diinokulasi BCMV dapat disebabkan munculnya gejala
mosaik pada daun. Mosaik pada daun menandakan terjadinya penurunan jumlah
klorofil pada tanaman sehingga proses fotosintesis berkurang yang mengakibatkan
terjadinya penurunan pertumbuhan daun (Agrios 2005).
Semakin cepat tanaman terinfeksi BCMV, tinggi tanaman semakin
terhambat. Taiwo dan Akinjogunla (2006) melaporkan bahwa pertumbuhan
kacang panjang yang diinokulasi Cowpea aphid-borne mosaic potyvirus (CabMV)
umur 10 HST lebih terhambat dibandingkan dengan tanaman yang diinokulasi
umur 28 HST (4 MST). Efek penghambatan tinggi tanaman pada penelitian ini
terlihat jelas ketika tanaman diinokulasi BCMV pada umur 1 MST (Gambar 6).
Pada umur 1 MST diduga tanaman belum mempunyai sistem pertahanan yang
26
cukup kuat untuk menghambat replikasi virus sehingga kemampuan virus untuk
menghambat pertumbuhan tanaman juga semakin tinggi.
Penghambatan pertumbuhan tanaman juga dapat disebabkan faktor eksternal
(lingkungan). Matthews (1993) menyatakan bahwa infeksi virus pada tanaman
dapat menyebabkan peningkatan respirasi tanaman. Tanaman kacang panjang
membutuhkan air untuk respirasi khususnya pada umur muda. Adanya infeksi
virus menyebabkan kebutuhan air akan meningkat. Kekurangan air saat umur
tanaman muda dapat menghambat pertumbuhan tanaman (Haryanto et al. 2007).
Curah hujan pada saat penelitian berlangsung yaitu 308.3 mm/bulan. Nilai ini
melebihi curah hujan optimal untuk pertumbuhan kacang panjang (166.67
ml/bulan) (Haryanto et al. 2007). Selain dipengaruhi oleh kekurangan air,
penghambatan pertumbuhan tanaman juga dapat disebabkan kelebihan air pada
pertanaman. Hendriyani dan Setiari (2008) melaporkan bahwa kondisi media
tanam kacang panjang dengan penyiraman setengah kapasitas lapang merupakan
kondisi yang paling optimal bagi pertumbuhan kacang panjang. Penyiraman
melebihi setengah kapasitas lapang dapat menghambat pertumbuhan dan
mengurangi bobot basah tanaman. Penghambatan pertumbuhan tanaman akibat
infeksi BCMV pada tanaman muda yang disertai curah hujan yang tinggi lebih
besar dibandingkan dengan tanaman yang terinfeksi BCMV pada umur tua.
Pengaruh infeksi BCMV terhadap masa berbunga berbeda nyata dengan
kontrol apabila tanaman diinokulasi pada umur 1 dan 2 MST, namun tidak
berbeda nyata dengan kontrol jika tanaman diinokulasi pada umur 3 dan 4 MST
(Gambar 7). Infeksi virus pada tanaman dapat menurunkan kadar hormon
pertumbuhan dan merangsang sintesis zat penghambat pertumbuhan sehingga
dapat
menyebabkan
terhambatnya
pembentukan
bunga
(Agrios
2005).
Terhambatnya pembentukan bunga dapat menyebabkan produksi polong
berkurang. Menurut Kuswanto et al. (2005), tanaman kacang panjang yang
terinfeksi CabMV apabila dapat berbunga tepat waktu akan mampu menghasilkan
polong segar lebih banyak daripada tanaman yang masa berbunganya tertunda.
Tanaman yang terinfeksi virus dapat menjadi kerdil dan menghasilkan
sedikit polong serta masak lebih lambat dibandingkan dengan polong yang tidak
terinfeksi (Muskeshimana et al. 2003). Udayashankar et al. (2010) menyatakan
27
bahwa infeksi virus pada tanaman yang muda akan mengakibatkan kerugian hasil
yang lebih tinggi dibandingkan dengan apabila infeksi terjadi pada tanaman yang
lebih tua. Hal yang sama terbukti dari hasil penelitian ini.
Produksi maksimum kacang panjang kultivar Parade yang tercantum pada
kemasan adalah 20 ton per ha. Rendahnya produksi perlakuan kontrol pada
penelitian ini (9.965 ton per ha) dibandingkan dengan produksi maksimum pada
kemasan dapat dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya tingkat kematangan
polong yang dipanen serta gangguan hama dan penyakit tanaman. Produksi
maksimal yang tercantum pada kemasan benih adalah produksi apabila polong
yang dipanen adalah polong muda. Pada penelitian ini polong kacang panjang
yang dipanen adalah polong tua yang kadar airnya lebih rendah dibandingkan
dengan polong muda. Kadar air polong yang rendah berpengaruh pada bobot
produksi.
Serangan hama dan penyakit selain BCMV yang dominan ditemukan di
lahan kacang panjang adalah kutu daun (Aphis craccivora), penggerek polong
(Maruca sp.), kepik pengisap polong (Nezara viridula), karat daun (Uromyces
phaseoli), dan embun tepung (Erysiphe sp.). Serangan hama dan penyakit di atas
juga berkontribusi menyebabkan penurunan produksi kacang panjang dalam
penelitian ini.
Download