1.1. Latar Belakamg Maralah M t- Bulang merupalcao salah satu komunitaa masyarabt asli yang mendiami bagian Timur dan SeleEan Wilayah Kota BengIcdu "Bulaog" merujuk kepada eatu etnis yang beraed dari etnis Lembalc yang eenantiaea b d i a m dau tin@ di datsren rendah. Pola kehidupan mereka adalah bercocok tanam terutama padi ladang dan smvPh. Di sawing itu, merelca juga bergantung kepada h a i l tanamsn kera~, seperti: kelapq Icaret, clan cengkeh. Hal ini menendakan bahwa merelca banyak menguasai taash p d a n perkebunau. Gambaran kehidupan mas# yeng k d a i t den- maupun penggunaan lahan ini sangat kental dengan nilai-nilai tradisional dalem kehidupannya Tjondronegoro dan W i (1984) meqq&ba bahwa fUogsi sosial dai tanah tidak Mya sebagai tempat tingsal untuk memenuhi kebutuhan pepan clan sumber pendspatan sebagai sand- hidup p e b , Wapi juga terdapat fimgsi- fimgsi sosial yang memunglrinkan mereka melakukan imtmabi dan berkembang. Namun sejak awal tahun 1980-an,akibat pembangunan dan ekonomi m q g yang memasuki pedeaaan, maka timtrul berbagai persodan penting berkaitan den- lahan itu Oleh lcarena sebagian Canah pertanian merelca mulai terusik dan mengalami perubahan, baik kepemilikan, luae maupun fimgsinya, m a h kehidupan aosial-pun terpengaruh. Miaalnya, masalah perubahan nilai-nilai kehidupan keluarga dan nilai-nilai kerja Dalam kootelre perubahan demikiaq Scott (1993) menunjukkan bahwa masdah-masalah itn berakibat juga kepada nilai-nilai hrbungaa palron - klien dimana meningkatnya bun& tani yang ti- berpatron Menurut Vago (19891,penomena sosial tersebut lahir dari sebuah &bat '*embaagunan yang teremaoa!'. Sedanglcan basil tern- Geertz (1977) di Mojdruto, Jawa Tmw dan Tabanen Bdi menyebutbmya setmgai perubahan perilalru masyaralcat yang cukup s i g n i f h n berbtitan dengan fiuqpi ekonominya, laimnnli atruktm soaid yang ada merupakan bagien yang ti- terpisablcan dari lues laham Jadi kemampuam produksi di eektor perknian bagi masyaralcat sengat berpesgaruh pada pola dan nilai-nilai kehidupannya Ddam Icehidupan b e s c m s s ~ p d a umumnya disadari tidak d a gejala sosid y m g sauna sekali terisok dati gwjala lairmya ~~ 1983). Artinyrt pedangurtan d m penbeban menrpakan dua variabel yang mempunyai hubungnn berakibat &am lrehidupan manusia dimnna antara kebuhdmn elcen peabangunan dengan Muhihan l kepentingan den- h pertanian selalu terdapat banyak bentwao aspek lainnya Di lin&mngen masyarelcet desa Panorama ha1 ini sebagai skibat dari wtrhr pmses transformasi strulcha ekouomi (dari pertsnian ke indwtri) dan anobilitas penduduk (dari pedesaan ke perlrotaan) yang pada g i l h m y a menuntut edanya t m m s f m i alolcasi pengguaasn sumbedaya lahan pertanian ke non pertanian sehingga mernpeqpuhi pola kehidupan keluarga hai. Sumber data di Kantor Desa Panorama mengungkqican, bahwa sejak ackmya pembanpmm di daerah ini, sudah lebih dari 80 persea lahnn pertanian telah berubah fUngsi menjadi berbagai faeilitaa umum, seperti: terminal, p a r , perkantoran, jdan rays, taman rekreesi, pertokoan dan pemukimaa pendud& Perubahao fun%si lahan pertanim pedeeaan menjadi pskotaan pernah dilakukan oleh Jellinek (1995) di Desa Kalicacing, Jakartrr dan Buetami Rahman (1999) yang a & spesiwt ke dalam masalah perubahan komunitas sub-kultur longgar di Desa Lumbung k q , Klaten Berdaealcsn hal di alas malca penelitiao ini dilatarbelakeogi oleh euatu minat untuk melihat kelanjlrtan penelitiau terdahulu dalam b u s serupa den- masalah yang lebih terfbkus pada aspek 'I)ampak sosial perubahan fungsi lahan pertanian terhadap nilai-nilai keja dan nilai-nilm kluaqp, di Desa Panorama, Kecamntan Oading Cempaka, Kota Bengkulu", sehingga hasil penelitian ini dibarapkanjuga dapat memberikan pel- peaelitian yaw Iebih mendalam dan spesitlk mengenai proses margidisasi asli Bulang aambaran penelitian ini sebagsimana di atas, cukup relevan untuk disebut den- fakta sosial, sehingga pendeksEsn ftmgsional strutmPal, paradigma seperti yang dikembanglcan oleh Mertonian maupun Parson (1986) l g g k mewamai kemngka pemikiran dan pembahasamya. PcrmrrrPIPhnn Dalam banyak hal pembangunan memang sulit menghindari resiko, baik lbghmgan fisik maupun pada lingkungam komunitas sosial, ksrena dampaknya memi!iki dimenei yang lebih luaa clan kompleks. Di samping sebagai akibat intervensi t e r b d q h g s i lahan, memang pembangunan dipandang sebagai aspek yang dapat memberilcan peluang kerja dan berbagai kemudahan akses &sa ke kota telah mengundang banyak pendatsng ke daerah ini. Hal demikian blah terjadi di l ~ g a ke-hidupan a komunitas masysralcat Bulang yang sarat dengan nilai-nilai ikatan familiiame, p d a dasarnya melakukan adsptasi usaha secara intensif di atas sisa lahan yane mas& berorieutasi paear serta dih pola kerja agraris ke pola kerja non agraris, temyata banyak rnengaudung pergoalan lain dan kompleks dari sebuah solusi itu Berdasarkan ha1 tersebuf rnaka rincian persoalannya ciapat dinunuslcan, sebagai brikut: I ) Bagaimma atrategi yang dilakulcaa masyaralcet Bulang untuk dapstt bertahan hidup dengan tejadioya perubahan h g s i l a b yang semula sebagai petani b d i h sktifibw kehidupan yang berorieutasi non pertaaian 7 2) Bagairnana dampak proees perubahan itu terhadap nilai-nil& sosial masyrwkat, Wususnya nilai-nilai-kerja clan nilai-nilai keluarga ? Tmjnan penemian Men- kepada ruang lingkup permasalaben yang d i f o d a s i l c a n di atas, dan dengan mengasumsikan bahwa telah terjadi p&ahan nil&-nilai soaial budaya sebagai akibat perubahan fungsi lahaq maka tujuan penelitian ini, dapat dimmuskan sebagai bwikut: 1. Menelaab atrategi keluarga petani dalam rnelakukan kegiatan ekonomi dengan sisa lahan pertanian yang semakin sempit 2. Mempelajari perilah rum- petmi terhdap kerja seblab terjadi penyempitan dan peruballao itu 3. Mengideniitikasikan proses-proses perubahan iiu berakibat terhadap nilai-nilai kej a dan nilai-nilai keluarga Manfaat penelitian Temuan yang d i h a s i h penelitian ini dhrapkau mempunyai manfaat akademis dan pralrtis. Secara dademis, hasil kajiau ini dhmpkan clapat bergma dalam usaha menambah khazanah literatur khususnya tentang dempak sosial dari sebuah perubahn yang terencana t e d d a p nilai-nilai s a i d budaya masyarakat Selanjutnya, secara praktis dapat memberikan informasi pentiag kep& masyardcat bahwaproses pembangunan itu, langsung atau tidak langsung maupun bertahp menjadi ancaman perub* yang lama b& terhadap kekuatan-kelcuatan f u n g s i o d dalam tradisi masyarakat dan melahirkan gejala-gejala msrginalisasi di kalangas~masyarakat asli. TLnJananPwtrlu Pernbahan sosial P e r u b b sosial sebagai pewmena sosid, merupalcan suatu gambaran dinamika masyardcat yang mengalami alih nilai-nilai tradisional (Soedjito, 1972), dimana dalam aspek kehidupan masyaralcat pedesaan yang dilandasi semangat kekeluargaam, gotong royong, agamis dan belum berwieatasi lcepital menuju kehidupan yang bergerak ke arah nilai-nilai kapitalis dau Mviduatis. Pergeseran masyardcat Wisional menjdi masyarakat kapitdis digambadmu oleh Lauer (2001) wbagai feoomena penting dari struktra soeial, behubungao dengan pola- pola perilaku dan interaksi sosial. Konsekuensin-j perubahan itu berwujud norma-norma, nilai-nilai dan adaptasi budaya yang dilihat oleh Evers (1980) sebagai akibat dari pengamh luar terhdap s e n d i - a d kehidupan internal. Pudjiwati Sayogyo (1995)menunjukkan perubahan sosid itu merupakan implikasi dari hubungan interaksi antara orsng, oqpmisasi aLau komunitag yang menyangkut struMur sosial, pola nilai, norma dan peranan. Sedangkan Vago (1989) mengahkan dalam prosesnya direncanakan atau tidak, peuomena perubahaa dalam elemennya kmuaun ding berhubungan, sehingga j i b kmlapterdepet perubahan ddam satu elemen akan mempengaruhi elemen lainnya Sementsrs itu temuan Jellinek (1995) dalram k u s pen&* Deaa Kaiicaciag, Jalcarta dan temuan Rahman (1999) pada kasus perubahan komunitas d - k u l u t u r longgar di Lumbung Kerep, Ktaten keduanya mengahkan bahwa pe& implikasi proses pembsngunan kola pada hakekatnya tidak tertetak pada perubahan fungsi lahsn sema@, melainlcan ada perubahan pada nilai-nilai kehidupan h-adisid merelca amtam lain a t m k t n r k o m u n i h primordial semakin merenggang, kehilangan identitas, i h h n hubungan sosial maupun hubungan dalarn keluarga terua brrgeaer ke individualisasi. Pungsi lahan Ban Struktnr Sosi.L Latar belakmg maid budaya masyaralcat yang melembaga clan berakar dalam bhiELrpannya sebagai pet-, hubunganoya terhadap fiulgei menjadi faktor determini& lahan menentukan ('Tjondronegoro dan Wirsdi, 1984), menyebutkan bahwa bagi petani lahao tidak terbatas sebagai aumber ekonomi daa tempat tinggal, tetapi juga terdapad fungsi--i sosial yang memungkinkan mereka melakukau i n t e r h i dan berkembang Selanjutnyq bahwa penyempitan lahan dan mamknya ekonomi uang ke pedesaan membawa pen@ pergeseran struktur sosial yang dapat disejajarkm den- kepada proses individualisasi. Dalam perspektif hgsional strulrhrel, fUngsi itu dapat dihtagorikan sebagai mmber inspirasi dart kehidupan unhk mengembangkan nilai-nilai, sehingga merubah h g s i lahen berarti merubah sumber-sumber kehidupan &am mengembangkm nilai-nilai tersebut (Parson, 1986). Menurut prosesnya, perubahan itu umumnya sigaifikan dalam hat, demogra& sikap dan n i l i , sistem stratifikasi dan aistem keluarga Pada tingkat &atXkaai soeial, pembahaa yang mendasar dalam masyaralcat biasanya t e r n bergerak ke arah modern, setperti pada masyeralceC lradisioaal d h a a a pola kqjanya sering digambadan homogen malca proses p e r g e s m kerjanya telah menimbullcan pembagian kerja yang sangat nyata d m spesialisasi k e j a terus meningkat yang pada g i l h m y a melahirlcao pemhahao sbulctrP pekerjaai hrena Ciagkat mobilitas sosid culcq~t i n u juga Dalam konteks pmubdwm sosial, sebagaimana yang disinyalir oleh Jellinek (1995) baik kaum Merxis maupun Neo-Marxis mengatakan bahwa perubatran fungsi guahr sindchm dalam kehidupan pendudulc kampung perlu dipahami dengan menghubunglcan kontalc enCsra masyarakat hadisioaal pedesaan dengan dunia luar, yaitu kota itu sendiri. Dengan cara ini peavbhtnnya m a t dilihat dari aspek perbedaan yaag beragam mengenai pedapng clan pskeja k l a s bawah (petmi) maupun k e k u a t a a - k e b yang menstmndormagikauuya NiiPf-nilai Kerjr Konsep perubahsn nilai-nilai s o i d buda,ya ini merujuk kepada Parson (1986)yaag dikutip oleh NsrriLun (1992), menyebutkan bahwa dari arsh soeial. aebagai ke~satuansosial dimana perubahan itu bemtolak dari kehidupan m:-t individu termasuk di daI9mnys~Se- dari arah individu dimana orang perorang memiliki sistem keperibadian, persepsi dan sikap. Warn suatu realitas sosial, situasi sosial tersebut sebagai bentuk sosialisasi individu yaag bermotivasi dengan menempatkan situasi sosial si pdalcu m e n ~ g a n t i h nkonsep eksistensi indiviclu, dan g i l i selanjutnya terdapat hdungan yang fungsional aatara perilalcu dengan perubahau yaag terjadi dalam l i i pelaku Demikian juga &bat yang terjadi masa lalu mempengrauhi peiilalru maea selcerang dan memiliki kemungkinan clapat terjadi proses peqplangan perilaku. Dalam konteks kerjq ha1 demikiim menjekma sebagai s u m tin* sosial atau tindakan perorrmgan m e n d sosiologi peril& pengulangan karena adanya -jaran alcan terjadi lagi ''rewar@. Atas b a r ini, malca pet& bukan termasuk dalam stndchu masyarald -is dan mempersepsikan silcap masyarakat pedesaao demikian krPaog pada tempatnya Jadi sebenamya mt-: pedesaan itu temmdc pekerja keras dan dinamis, jika tidak maka merelca sulit memenuhi tuntuten agar tetap hidup (Chambers, 1985). Oteh sebab itu nilai kerja memppkaa peril& rnanusia yang dapat wadi s e b w bagian dari sistem norma masyarakat serta dapat terjd karena individu bebas memilih atternatif tertentu aecara m i d untulr mencapai tujuau lcarena itu adekalanya s i e m norma sosid bersifiit dominan mendorong pembeohrkan nilai- nilai sosial atau bshkan bisa wadi ketika individu memegang p e m pembentukan nilai-nil-a KeIuarga dam Nihi-Nibi Kekerabatan Analisa h g s i o n a l &n&mal memdkirkan keluarjp berdasarkan hak-hak alamiah clan pertimbangan-pertimbangan individualistis teatang perkembangannya Konsep ini dikembangkan Durkheim tahun 1888 &am manfjlat sebuah teari "hukum kontraksi kelurgd', dimana kebudayaan tinggi dapat diiihat sebagai bentuk garis perkembangan keluarga besar ke arah keluarga kecil (Polak, 1991). Artinya pemahaman tenbag fimgsi keluarga tidak hanya diiahirlcan lcarena pertimbangan r a s i o d atas m-ya semata, melainkan bahwa fungsi- fungsinya lahir dalam mgka m e m p e r - struktur yaog memerlukannya, karena sebalilmya fbngsi-fungsi itu mempertahanlcan shvkhP itu sendiri. Jadi perubahan dalam struktur sosial dapat mempengaruhi tejadinya pergeseran pada fungsi keluarp tersebut Mengacu kgada konsep Mmdock (1949). bahwa ada dua hal dalam meniahami funpi-fuugsi apa vang disera6kan kepada tipe kelmga, yakni: pertama bahwa keluarqa ~ n t tmerupakan suatu konsep yang universal. Konsep ini menekankan bahwa bulran hanya pada kebutuhan biologis dasar individual sebagai kebutuhan dasar masyarakat secara keseluruhan. Murdock (1949) mengataha ada empat funpi dasar dalam keluarga, yaitu: funpi biologis, ekonomis, reproduktif clan pendidikau Fungsi dasar ini dapat d h t a k a n sebagai pergrrPafan tertentu yang harus terpenuhi supaya mas# suatu kolektiiitas dengan nilai-nilai yang berkembang tetap hidup sebagai di dalamnya Kedua, keluarga inti bukanlah suatu unit yang signifikan dalam strukhm kekerabatan, sehingga secara h g s i o n a l keluarga rnerupakan prasyarat bagi keberlangsungan masyarakat karena di dalam keluarga terdapat nilai-nilai, norma-norma yaag sesuai den- masyarakat untuk diwariskan kepada generasin- dengan lceta lain keluarga sebagai mediator dari nilai-nilaisosial (Mwdock, 1949 dan Coser, 1964). Terkait den- dinamika perubahan sosial, Blood, Jr (1972) mengatakan bahwa dalam sistem keluarga, pecubahan ihr sangat sulit dideteksi, sepanjang hubungan antara keluarga dengan lingkungannya tetap stabil dan pola kehidupan keluarga terus berlanjut m e n d firngsi-fimgainya Walaupun demikian, perubahan pada bidang norma-norma dan nilai-nilai sering juga terjadi, hanya saja tidak kelihatan bagi para ahli. Agak berbeda dengan Blood, Jr (1972), Worsley (1991) mengatakan industrialisasilah sebagai mesin utama dari sebuah perubahan keluarga yang ditandai dengan hilsmjpya fUnssi-fingsi sentralnya sebagai Buatu unit produktif terutama bagi keluarga tradisional. Hubungan-hubungan intern dalam keluarga trlah menjadi lsbih sederajat atau egalitarian baik antar suami dan istri maupun antar orang tua dan anak-an& Dan menurut Sumarti (2000) perubahan sosial yang berlangsung di pedesaan Jawa dari yang bercirikan agrsris ke masyarakat indusbi, maka yang nampak adalah prestasi individu semakin lebih diiargai dibandingkan status berdasarkan keturunan Saparinah Sadli seperti yang dikutip oieh Megawangi (1993) mensinyalir bahwa dalam perubahan nilai-nilai sosial membuat wanita memiliki kenungkinaa lebih besar untuk t e j u n ke ruang publik sehingga mempengamhi pembagian peran an- suami dan islri dalam suatu keluarga Tugas-tugas yang secara tradisional dilakukan oleh istri, seperti: mengurus kebutuhan anak baik fisik maupun psikologis, pendidikan anak dan penyediaan makanan bagi anggota rumahtaugga sudah bergeser pada sebagian keluarga, dimana suami yang secara tradisional bertugas memberikan status sosial pada keluarga, memberdam nafkah dan mewakili kelusrga dengan pihak l a b dalam masyarakat, telah dapat menerima limpahan tugas dari sang istri. Walaupun ha1 demikian diakuinya tidak mudah dan tidak semua keiuarga cepat mengadopsi nilai-niiai barn itu. Sebab ternyata banyak juga k e l w g a yang masih mencoba bettaban dengaa niiai-nilai tradisiond mereka Pada keluarga yang tetap ingin bertahan itu, maka implikasinya akan muncul konflik antara keluarga tersebut Jadi dapst dipahami bahwa perubahan itu memang tidak mudah dimana banyak -or lain yang mempengaruhhya. Tetapi dapat dipastikan tidak ada yang mampu bertahan atau menghhdarinya secara totalitas. Oleh h n a itu yang paling urgen bagi keluarga ini, adalab melakukan adaptasi agar perubahan itu tidak mengandung implikasi negatifbagi mereka Berdasarkan uraian konseptual di atas, maka kajian perubahan nilai-nilai keluarga dipusatksn dalam kaitannya dengan fimgsi-funpi kesatuan kelP e r t i m b a n g a ~ m dimana secara sosiologis hubungan anak d m keluarga m e r u p a h sosialisasi. Oleh karena seoraog anak pertama lcali alcan menemukan dirinya dalam lingkungan keluarga Goode (1983), menyebutkau sosialisasi tarsebaxt adalah sebuah proses kebudayaan, yakni kebudayaan sebagai sistem nilai- nilai, sikap dan t i o w laku masyardcat. Pada umumnya orang tua meneruskan nilai-nilai sosial budaya kepada snak-auaknya dan mereka menyerapnya, sebab tidak ada orang tua yang memiliki c i a yang beltentangan dengan paudangan hidup mereka terhadap anak-anaknya (Bukhori, 1979). Secara fimgsional (Parson, 1986) rnengaEakan hakekat keluat-ga tidak hanya memenuhi fhgsi-fingsi mensosialisasikan anak-anak, tetapi juga memenuhi fungsi sosialisasi bagi orang &was4 seperti dalam keluarga modern hubungan impersonal dalam tempat keja, maka rumah merupakan saiu Latar utama dimana orang &-a primer, clan suatu mungkin menikmati hubungan-hubungau sosial masyarakaf bisa berlangsung berlapis-lapis tenmmk pendewasaan anak sebagai bagian yrmg integral dssri sebuah proses pembenNcan keluarga dan kelas. ICerangka Pemilriran Dalam perspektif hngsional dmkhmal, mssyarakat adalah satu sistem yang terdiri atas elemen-elemen yang d i n g berhubungan. Perubahan yang terjadi pada satu elemen membawa pengaruh pada bagian yang lainnya (Ritzer, 1985). Sedsngkan Scott (1993)melihat akibat dari aebuah perubahan maka posisi tawar menawar petani menjadi semakin melemah, dan pada g i l h y a mempen-hi strukhP soaial, seperti ke1,angkaan lahan maupun perubahan Ice petani komersial. Pada hal, kelangmqqm hidupnya sangat bergar~tung&ngan arti penting fungsi lahatt, b n a di sitdah mereka selalu bejuang unNr dapat mempertahankan kebidupan bersama keluaga Jadi jika tejadi perubahao pada fungsi lahamya akan melibatkan perubahan nilai-nilai keluarga juga Menurut (Meaton, 1957), memaag perubahan sosial itu merupakan implilcasi logis dari ioduslrialisasi ataupun modernisaei, terutama menyangkut proses penyempitan laLan dan masuknya ekonomi uang ice pedesaan mempengamhi pergeseran struMur sosial yang dapat disejajarkan d e w proses individualisasi clan komersialisd Rahman (1999) dm 3elliaek (1995), keduanya melihat bahwa pwubahan sosial di lingkungan mas# *at mentpakan konsekuensi logis bagi satu komunitas yang mampu menerima dan berempeti dengan unsw Luar. Berpijak pada p e m i k h konseptual di atas, maka impl-i nilai-nilai m r t perubrrhan dam dikatakan sebagai konsekuemi dari kebijakan pembangunan yaag diiancang uatuk meningkatkan t a d kesejahteraan sosial, budaya clan ekonomi masyarakat pedesaan (Sugihen, 1997). Masyarakat pada hakekahlya merespon perubahan tersebut, walaupun temyata respwsi itu menjadi disolusi struktur menghadapi kehadiran pihalr luar sehingga pada akhhya hak- hak mereka atas l h menjadi twbatas, kehilangan sumber-mmber ekonomi dan pergeseran nilai-nilai sosial atau bahkan perkembangan komunitss sosialnya cendenurg memudar, sebagaimana Cmuaa Jellinek (1995) dan Rahman (1999). Bedasdan t d itu, penelitian tentang dampak sosial perubahan terencana pada mas# Bulang di Desa Panorama dapat dilakukan secara spesifik dalam aspek nilai-nilai kerja den nilai-nilai keluarga (lampiran bagan 1).