Seminar Nasionai Peternakan dun Veteriner 2000 STUDI PATOLOGI DARI ABSES MULTIFOKAL PADA KATAK (RANA CA TESBEIANA) BAM 3ANG PONTJO PRIOSOERYANTO, HERNOMOAm HUMINTO, DEwi RATIH AGUNGPRIYONO, EVA HARLINA, SRI ESTUNINGsm, clan SAHAT T.P . SIMANULLANG Laboratorium Patologi Peteriner, Jurusan Parasitologi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor Jalan Taman Kencana No. 3, Bogor 16151 ABSTRAK Studi histopatologi dari kasus penyakit pada katak (Rana catesbeiana) mengungkapkan adanya ulserasi pada kulit paha, punggung dan lengan, yang merusak otot skelet dibawahnya dan disertai pula dengan pembentukan sarang-sarang radang pada organ interna hati, limpa, ginjal clan jantung. Sarang radang pada organ interna merupakan radang granuloma yang ditemukan umumnya dalam stadium kronik. Morfologi bakteri ditemukan baik di daerah ulserasi clan sarang radang organ-organ interna . Bakteri yang teridentifikasi dari daerah ulkus adalah Aeromonas sp., Staphylococcus aureus, Pseudomonas sp., clan dari sampel media air lokasi kolam katak Aeromonas sp. Diperkirakan infeksi bakteri Aeromonas sp. telah membuka Jalan infeksi dari luka kulit kemudian menjadi ulkus yang merusak otot dan melalui bakteriemia membentuk sarang-sarang di organ interna.Bakteri lain yang ditemukan bertinclak sebagai infeksi ganda yang memperparah kondisi penyakit. Penyakit katak pada kasus ini menimbulkan kerugian berupa kernatian, terutama pada katak indukan. Sumber air yang tercemar diduga menjadi salah satu penyebabnya. Kata kunci : Histopatologi, Rana catesbeiana PENDAHULUAN Budidaya katak lembu/bullfrog (Rana catesbeiana) yang berasal dari Amerika Utara tampaknya lebih menguntungkan dibandingkan dengan katak lokal karena memiliki beberapa keunggulan seperti mudah beradaptasi, ukuran tubuh lebih besar, pertumbuhan lebih cepat. Selain ditujukan pada pasar lokal karena banyak dikonsumsi masyarakat, para petenak katak ini juga bertujuan untuk mengekspor pasar luar negeri sebagai sumber devisa sehingga banyak diminati para peternak (AR1E, 1999). Permasalahan utama dalam budidaya Rana catesbeiana adalah penyakit infeksius mewabah dengan tingkat morbiditas clan mortalitas tinggi yang dapat disebabkan oleh virus (GRWA-GRAY clan DESSER, 1992), bakteri (KLINKE clan ELKAN, 1965), fungi clan parasit (SOHN clan LEE, 1997) . Penyakit bakterial tampaknya merupakan penyebab kerugian terbesar dalam penangkaran karena morbiditas clan mortalitasnya yang tinggi (KLINKE clan ELKAN, 1965). Beberapa bakteri diketahui Mycobacterium ranae, Aeromonas hydrophila, Pseudomonas fuorescens, Salmonella paratyphi B, Spirochaeta manitoni clan Bartonella ranarum, Proteus spp., Citrobacter spp. clan (KLINKE clan ELKAN, 1965 ; ANoNIMOUS, dapat menginfeksi clan menyebkan penyakit pada katak yaitu 1998). Studi ini bertujuan mengetahui dan mengkaji perubahan patologik anatomik clan histopatologik serta mengisolasi clan mengindentifikasi bakteri penyebab kasus penyakit pada katak bullfrog. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 2000 MATERI DAN METODE Katak bullfrog (Rana catesbeiana) sebanyak 38 ekor dengan umur berkisar antara 3 bulsn hingga 1,5 tshun dengan anamnese kematian tinggi (40%) dan adanya luka terbuka berupa ulkusulkus dengan besar bervariasi berasal dari suatu peternakan di Jawa Barat Pemeriksaan patologi anatomi dan histopatologi dilakukan pada seluruh organ yang mengalami penyingkiran . termasuk ulkus-ulkus pada kulit . Semua organ yang mengalami perubahan diambil untuk dibuat sediaan histopatologik dengan pewarnaan HE serts untuk isolasi dan identifikasi bakteri. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pemeriksaan anatomi memperlihatkan adanya ulkus-ulkus dengan berbagai ukuran di beberapa bagian tubuh dengan lokasi terbesar pada daerah kaki belakang, bagian ventral tubuh serta punggung. Dite .nukan pula adanya nodul-nodul abses, udema subkutan dan penimbunan cairan di rongga perut serta bercak-bercak perdarahan berbentuk petechiae hingga sugulasio. Pada beberapa bagian tubuh lapisan epidermis kulit tampak kasar dan mudah terkelupas. Perubahan patologik yang utama pada organ interna terutama terjadi pada hati dengan gambaran adanya nodul-nodul dengan aspek multifokal maupun merata. Warna hati bervariasi mulai dari coklat muda, merah coklat dan coklat kehitaman clan rapuh. Ginjal mengalami sedikit pembengkakan dan berwarna merah kecoklatan, kapsul berwarna putih keruh, konsistensi lunak serta ditemukan beberapa nodul kecil. Pada organ limpa ditemukan beberapa nodul kecil, berwarna kelabu dengan konsistensi lunak. Perikardium jantung tampak keruh putih kekuningan, menebal dan tidak transparan . Otot jantung berwarna merah pucat hingga keabua-abuan dan ditemukan nodul-nodul serta bercak-bercak perdarahan . Gambaran histopatologik yang ditemukan pada kulit dengan luka terbuka adalah luka tanpa epitel penutup dan infiltrasi hebat sel radang campuran serta pembentukan fibrin . Pada otot ditemukan infiltrasi sel radang netrofil, limfosit, monosit dan makrofag serta jaringan nekrotik dan kalsifikasi. Kebengkakan yang udematu hingga serabut melintang otot tidak jelas terlihat juga ditemukan. Perdarhan, nekrosis clan deskuamasi kulit yang membentuk ulserasi hingga oto dibawahnya kemungkinan disebabkan oleh enzim dan toksin yang dihasilkan oleh mikroba (Mims, 1987). Pada hati ditemukan sarang radang granuloma dengan bagian-bagian yang nekrosis yang dikelilingi oleh kapsul jaringan ikat clan infiltrasi sel-sel radang. Vakuolisasi pada hepatosit juga ditemukan dan Sinusoid hati tampak meluas. Karakteristik perubahan patologi yang ditemukan pada hati merupakan kombinasi dari perubahan degeneratif dari parenkhim, perubahan proliferatif dari jaringan interstitium dan infiltrasi sel radang kronis terutama limfosit clan makrofag. Tubulus ginjal mengalami dilatasi clan epitel tubulus mengalami nekrosis yang diinfiltrasi oleh sel-sel radang . Sebagian tubulus menghilang clan digantikan oleh jaringan ikat, demikian pula pada glomerolus ditemukan infiltrasi sel-sel radang kronis . Pada beberapa bagian limpa ditemukan adanya jaringan ikat yang menggantikan jaringan limfoid serta banyak ditemukan fragmentasi sel, nekrosis dan vakuolisasi . Pada pericardium maupun otot jantung terjadi peradangan hingga nekrosis dan dibeberapa bagian digantikan dengan jaringan ikat . infiltrasi sel radang clan vakuolisasi serta udema banyak ditemukan. Hasil isolasi dan identifikasi mikroba dari lesio organ ditemukan bakteri Aeromonas sp., Staphylococcus aureus, Pseudomonas sp., Salmonella sp., Acetobacterium sp., Rahnella aquatilis dan Proteus sp . sedangkan dari contoh air hanya ditemukan Aeromonas sp. 558 Seminar Nasional Pelernakan dan Peleriner 2000 Aeromonas sp. merupakan bakteri patogen penting pada satwa akuatik termasuk katak (STOKSKOPF, 1993). Bakteri ini mengakibatkan penyakit septikemia ulseratifa pada katak yang disebut red leg disease (KLINKE da0 ELKAN, 1965). Habitat Aeromonas sp. adalah air dan tanah, terutama tanah dengan kelembaban tinggi . Pada katak, Aeromonas hydrophilla adalah spesies terpenting setelah Aeromonas sobria dan Aeromonas caviae. Bakteri ini memproduksi substansi yang berkaitan dengan virulensinya yaitu enzim dan toksin seperti adhesin, hemolisin, protease dan enetrotoksin (ROBERTS, 1982; HOLDER, 1985) . Protease mengakibatkan perdarahan pada kulit dan jaringan serta merusak komponen-komponen fagositer yang dihasilkan inang seperti Imunoglobulin A da0 G yang menyebabkan resistensi tubuh inang menurun, sehingga invasi bakteri ke dalam tubuh dipermudah termasuk bakteri sekunder lainnya . Protease paling berperan dalam pembentukan ulkus dan furunkulosis kulit dan jaringan lainnya (ROBERTS, 1982) . Pseudomonas sp. adalah salah satu kelompok bakteri patogen yang juga sangat penting pada katak karena dapat mengakibatkan penyakit yang sama dengan red leg disease dengan angka kematian yang tinggi akibat kehilangan cairan tubuh, septikemia dan pneumonia. Bakteri ini ditemukan terutama dalam air dan tanah dan bersifat patogen oportunis pada infeksi kulit dimana invasi kc dalam jaringan sering terjadi lewat luka yang terbuka . Infeksi bakteri ini sangat erat kaitannya dengan kondisi pertahanan tubuh dan dapat berakibat fatal pada inang dengan status kekebalan yang rendah. Salmonella sp. diketahui sebagai salah satu bakteri zoonotik yang penting . Infeksi akibat bakteri ini pada hewan menyebabkan keadaan yang sangat serius karena dapat mengakibatkan enteritis dan septikemia (CLARKE dan GYLEs, 1993). Sumber infeksi oleh bakteri ini terutama adalah air yang terkontaminasi . Pada katak bakteri ini juga dapat menyebabkan enteritis yang berkembang menjadi septikemia seperti pada hewan lain. Red leg disease merupakan penyakit epidemik pada katak, karena penyakit ini sangat menular dan menyerang semua umur dengan tingkat kematian lebih dari 50% dan hewan terinfeksi tanpa pengobatan umumnya tidak mampu bertahan hidup (KLINKE dan ELKAN, 1965) . Penyakit Red leg digambarkan sebagai penyakit septik umum yang disebabkan oleh bakteri hemolitik yang sangat mudah ditularkan. Agen menginfeksi katak lewat kulit dan selalu terjadi septikemia yang mengakibatkan mortalitas yang tinggi. Dahulu penyakit ini dikatakan sebagai akibat infeksi oleh Aeromonas hydrophilla (KLINKE dan ELKAN, 1965), tetapi ternyata diketahui bahwa walaupun Aeromonas hydrophilla hampir selalu ditemukan terlibat, ternyata bakteri lain juga umum ditemukan dan merupakan interaksi dari beberapa bakteri (GLORIOSO et al., 1974) . KESIMPULAN Dari hasil pengamatan pada penyakit yang menyerang katak bullfrog ini dapat disimpulkan bahwa agen penyebab wabah penyakit yang menyerang adalah sekelompok bakteri yang terdapat dalam lingkungan kolam terutana dalam air . Penyakit berjalan kronis dan sistemik hingga terjadi septikemia yang berakibat terjadinya kerusakan pada berbagai organ tubuh dengan tingkat keparahan yang bervariasi. Dari gambaran patologik dan histopatologik serta isolasi dan identifikasi bakteri, diduga penyakit ini adalah red leg disease . Patogenesis penyakit diduga dimulai dari infeksi oleh Aeromonas hydrophilla yang diikuti oleh infeksi sekunder oleh bakteri lain yang memperparah kondisi penyakit. Seminar Nasional Peternakan dan Peteriner 1000 DAFTAR PUSTAKA ANONimous. 1998 . The Merck Veterinary Manual. 8th ed. Publish by Merck and Co., Inc. Whitehouse Station, New Jersey . USA. ARiE, S. 1999. Budidaya Bullfrog. Penebar Swadaya. Jakarta. CLARKS, R.C. and C.L. GYLEs. 1993 . Salmonella. In : Pathogenesis of Bacterial Infections in Animals. 2nd ed. C.L . GYLES . Ed . Iowa State University Press. Ames. Iowa, USA. GLORIOSO, J.C., R.L . AMBURSKI, G.F. AhmURSKI, and D.D. CuLEY. 1974. Microbiological of studies speticemia Bullfrog (Rana catesbeiana) . Am . J. Vet. Res. 35 :1241-1245 . GRt11A-GRAY, J. and S.S . DESSER. 1992 . Cytopathological observations and epizootiology of frog erythrocytic virus in bullfrogs (Rana catesbeiana). J. Wildl. Dis. 28 :34-41 . HOLDER, I.A. 1985 . Bacterial Enzymes and Virulence. CRC Press Inc. USA. H.R and E. ELK". 1965 . The principal disease of lower vertebrates. Book II. Disease ofAmphibians. T.F.H. Publications, Inc. Ltd. The British Crown Colony of Hongkong . KLrNKE, Mims, C.A. 1987. The pathogenesis of Infectious Disease. 3rd. ed . Academic Press. Harcourt BraceJovanovich, Publishers . ROBERTs, R.J . 1982 . Microbial Disease offish. Academic Press. London . W.M . and S.H . LEE. 1997 . Susceptibilit y of some vertebrate hosts to infection with early third-stage larvae of Gnathostoma hispidum . Korean J. Parasitol. 35 :211-213 . SoHN, 1993 . Bacterial diseases of freshwater tropical fishes . In: Fish Medicine . W.B. Saunders Company, Harcourt Brace-Jovanovich, Publishers . London, UK. STOSKOPF, M.K . M.K. Stoskopf. Ed .