Profil demografi dinilai membaik

advertisement
MAKROEKONOMI
2
Bisnis Indonesia, Rabu, 20 Oktober 2010
DINAMIKA
Profil demografi dinilai membaik
Jepang pangkas target ekonomi
Data kependudukan bukan hanya pencapaian 10 tahun terakhir
TOKYO: Pemerintah Jepang menurunkan
proyeksi pertumbuhan ekonomi (produk
domestik bruto/PDB) untuk pertama kali
sejak 20 bulan terakhir akibat penguatan
nilai yen dan pelemahan permintaan global
yang telah memangkas ekspor.
“Kebangkitan ekonomi berhenti,” tulis
laporan dari Kantor Kabinet Jepang yang
dirilis, kemarin. Padahal, bulan lalu, dari kantor yang sama, Pemerintah Jepang melaporkan peningkatan proyeksi kinerja
perekonomian.
Survei Economic Planning Association,
lembaga afiliasi pemerintah, memproyeksikan PDB Jepang tumbuh negatif untuk
pertama kali sejak lebih dari 1 tahun terakhir
selama kuartal IV/2010. Selama kuartal
II/2010, PDB Jepang tumbuh 1,5%.
Laporan itu menyebutkan perekonomian
akan lemah untuk jangka waktu tertentu dan
penurunan ekonomi global berisiko terhadap
ekonomi domestik. Pemerintah memangkas
perhitungan nilai ekspor karena berkurangnya pengiriman barang ke Asia.
Selain menurunkan proyeksi ekonomi,
secara khusus, pemerintah juga menurunkan
perhitungan nilai produksi industri, setelah
produk pabrikan selama Agustus turun ke
angka yang tidak terduga untuk bulan ketiga
secara berturut-turut. (BLOOMBERG/ESU)
BISNIS INDONESIA
Perkembangan jumlah penduduk Indonesia
JAKARTA: BPS melaporkan sejumlah kebijakan yang diluncurkan
pemerintah mampu menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran.
(juta jiwa)
Namun, perbaikan kependudukan itu bukan hanya sekadar
hasil pemerintahan dalam kurun
10 tahun terakhir.
Jumlah penduduk di Indonesia, sejak sensus pertama kali dilakukan Hindia Belanda pada
1930, memang terus membengkak. Pada zaman kolonial, Nusantara masih dihuni 60,7 juta jiwa dan berdasarkan Sensus Penduduk 2010 yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) sudah
mencapai 237,6 juta jiwa.
Pada tahun ini, jumlah penduduk Indonesia yang masih hidup
di bawah garis kemiskinan mencapai 31,02 juta orang atau
13,33%. Angka itu termasuk
2001 2002 2003 2004 2005* 2006 2007 20082009 2010** 2011
208
211
214
217
220
223
226
228
231 234
237
Komposisi angkatan
kerja, Februari 2010
(juta jiwa)
Angkatan kerja
116
Bekerja
107,4
Pengangguran terbuka
8,59
Keterangan:*Survei Penduduk Antar Sensus (Supas)
**Sensus Penduduk 2010
Bukan angkatan kerja
55,02
Sumber: BPS
BISNIS/T. PURNAMA
jumlah penduduk sangat miskin
sebesar 8 juta-9 juta jiwa. Adapun jumlah penduduk hampir
miskin sebesar 24 juta jiwa.
“Total sekitar 60 juta penduduk
miskin dan hampir miskin,” kata
Deputi Bidang Statistik Sosial Badan Pusat Statistik (BPS) Wynandin Imawan dalam acara seminar
Sosialisasi Awal Hasil Sensus Penduduk 2010 di Jakarta, kemarin.
Wynandin menjelaskan tingkat
kemiskinan 13,33% dari total
jumlah penduduk pada tahun ini
masih dalam kisaran yang ditar-
getkan pada tahun lalu 12%13,5%. Adapun dalam rencana
kerja pemerintah pada tahun depan di kisaran 11,5%-12,5%.
Pada Februari 2010, jumlah
pengangguran turun 666.000
orang atau 7,2% menjadi 8,59 juta jiwa dari posisi tahun sebelumnya. Pada kesempatan itu, BPS
menegaskan hasil sensus tersebut
merupakan temuan dari kondisi
lapangan dan tidak dipengaruhi
‘kekuasaan.’
Dalam sensus tersebut juga
mencuat perubahan komposisi
penduduk berdasarkan jenis kelamin. Pada saat ini, jumlah lakilaki mencapai 119,5 juta jiwa lebih banyak dari perempuan yang
mencapai 118 juta jiwa.
“Berarti ada 1,46 juta laki-laki
yang berpotensi tidak mendapat
pasangan,” katanya.
Komposisi gender
Komposisi laki-laki yang lebih
banyak dibandingkan perempuan
itu terjadi di 24 provinsi dari 33
provinsi yang disensus BPS pada
2010 dengan sex ratio paling
besar terdapat di Papua.
Pada kesempatan itu, BPS
mengharapkan pemerintah dapat
memanfaatkan hasil sensus penduduk 2010 untuk memantau
pencapaian target Millennium
Development Goals (MDGs) dan
menjadi baseline bagi kementerian/lembaga dalam penentuan
program dan targetnya.
“Kementerian Pekerjaan Umum
misalnya, mereka pasti punya target berapa persen orang mengonsumsi air bersih. Datanya bisa dilihat di sensus ini, tercapai tidak?
Sensus ini bisa mengidentifikasi
orang yang belum mencapai target MDGs,” kata Wynandin.
Pemerintah menargetkan dapat
mempercepat pencapaian tujuh
Sasaran Pembangunan Milennium (MDGs) pada 2015. Tujuh
sasaran a.l. memberantas penyandang kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk semua, dan mendorong
kesetaraan gender.
Untuk mempercepat pencapaian target MDGs, pemerintah akan
mendorong pemerintah daerah
untuk membuat rencana aksi dan
roadmap yang lebih sistematis.
Pada 27 September, Menteri
PPN/Kepala Bappenas Armida
Salsiah Alisjahbana mengatakan
pemerintah pusat melalui Kementerian Keuangan masih
menggodok jenis insentif untuk
mendorong peran serta pemda
dalam MDGs itu.
“Selain rencana aksi daerah,
ada juga semacam insentif daerah
terkait dengan kemajuan pencapaian MDGs.” (14/LUTFI ZAENUDIN)
([email protected])
Bank Dunia nilai ekonomi Indonesia masih aman
BISNIS INDONESIA
JAKARTA: Bank Dunia memperkirakan derasnya aliran modal
ke pasar finansial Indonesia belum akan menyebabkan bubble
perekonomian Tanah Air.
Ekonom Senior Bank Dunia Enrique Blanco Armas mengatakan
arus modal masuk ke Indonesia
belum menunjukkan tanda-tanda
gelembung ekonomi karena fundamental perekonomian yang masih menjanjikan.
“Hal ini karena secara fundamental perekonomian Indonesia
masih tumbuh cukup tinggi,” kata
Enrique melalui konferensi jarak
jauh, kemarin.
Hingga akhir kuartal III/2010,
dana asing berbentuk hot money
yang masuk ke Indonesia tercatat
sebesar Rp115 triliun. Dari jumlah
itu sekitar Rp74 triliun atau sekitar 64,3% masuk ke surat utang
negara, 17,8% atau Rp20,5 triliun
masuk ke sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan 17,9% atau
Rp20,6 triliun masuk ke saham.
Dia melanjutkan kebijakan
Bank Indonesia dalam menjaga
banjirnya aliran modal, yakni melalui sertifikat Bank Indonesia selama 1 bulan dan menaikkan giro
wajib minimum (GWM Primer)
juga cukup aktif menyerap banjirnya likuiditas.
Pada kesempatan itu, Kepala
Ekonom Bank Dunia untuk Kawasan Asia Timur dan Pasifik Vikram Nehru mengatakan Indonesia dan sejumlah negara di Asia
Timur dan Pasifik perlu merespons risiko aliran modal tersebut.
Menurut dia, pemulihan ekonomi di kawasan itu yang berlang-
sung sangat kuat, likuiditas global
yang melimpah, imbal hasil di negara maju yang masih rendah merupakan magnet untuk investor
yang butuh memutar modalnya.
“Masuknya aliran modal asing
yang cukup besar ke kawasan,
yang diiringi dengan tekanan inflasi dan harga aset semakin meningkat, kini membentuk tantangan kebijakan baru. Kondisi ini
menjadi ancaman bagi stabilitas
makro kawasan,” katanya.
Dia mengatakan sebagian otoritas moneter menahan diri untuk
tidak menerapkan kebijakan pengendalian modal baru, meskipun
beberapa di antaranya membebaskan pembatasan investasi penduduk di luar negeri.
“Jika aliran masuk modal ke
kawasan terus menguat, sementara pertumbuhan global masih
lemah, tantangan bagi otoritasotoritas tersebut adalah menyeimbangkan aliran modal, terutama
penanaman modal asing, dengan
pemberian jaminan daya saing,
stabilitas sektor keuangan dan inflasi yang rendah,” katanya.
Bank Dunia memperkirakan
pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Timur dan Pasifik pada
2010 mencapai 8,9% naik dari posisi sebelumnya 7,3%. Pertumbuhan ekonomi tahun depan diprediksi melambat karena perekonomian negara maju masih belum
menunjukkan kemajuan.
“Pertumbuhan 2011 akan melambat menjadi 7,8%, karena kapasitas cadangan semakin langka,
stimulus fiskal dan moneter secara
bertahap melonggar dan pertumbuhan ekonomi di negara maju
tetap datar,” katanya. (14)
BISNIS/RAHMATULLAH
PERTUMBUHAN EKONOMI: Head of Economic Treasury Research Global Markets &
Investment Management United Overseas Bank Jimmy Koh memberikan penjelasan kepada
peserta diskusi bertema Global Economic Outlook di Jakarta, kemarin. Jimmy Koh pada kesempatan itu membahas mengenai risiko ganda perkembangan perekonomian di Amerika Serikat
serta pertumbuhan ekonomi Asia dalam 12 bulan ke depan.
China naikkan suku bunga
BLOOMBERG
BEIJING: Bank sentral China tanpa terduga menaikkan suku bunga
acuan sebesar 0,25 poin persen untuk pertama kali sejak 2007 di tengah pergerakan laju inflasi tercepat
sejak hampir 2 tahun terakhir.
Pengumuman bank sentral China
(People’s Bank of China/PBOC)
yang dirilis pada situs resminya, kemarin, menyebutkan suku bunga
pinjaman berdurasi 1 tahun dinaikkan menjadi 5,56% dari 5,31%.
Angka itu mulai efektif berlaku
pada hari ini (Rabu, 20 Oktober).
Suku bunga simpanan naik menjadi
2,5% menjadi 2,25%.
Sejumlah ekonom dalam survei
Bloomberg memproyeksikan laju inflasi China naik menjadi 3,6% selama September, meskipun pertumbuhan ekonomi melambat. Secara
resmi, pemerintah akan mengumumkan realisasi inflasi pada 21
Oktober 2010.
Sementara itu, suku bunga tinggi
kemungkinan mendorong spekulasi
arus modal masuk dan menambah
rumit pengelolaan ekonomi, khususnya dalam mencegah penggelembungan nilai realestat.
“Bank sentral ingin tetap pada
kurva inflasi. Ekonomi China tampaknya akan kembali ke jalur yang
benar dan inflasi akan dipangkas,”
ujar David Cohen, ekonom Action
Economics, kemarin. Dia mengekspektasikan China akan meningkatkan lagi suku bunga sebelum akhir
2010.
Sementara itu, pada Senin, 18 Ok-
tober Yi Gang, Wakil Gubernur Bank
Sentral (People’s Bank of China/
PBOC) mengatakan reformasi nilai
tukar harus dilakukan secara bertahap. Pada saat itu, dia menurunkan
suku bunga pinjaman jangka pendek (reference rate).
Kebijakan itu langsung melemahkan nilai tukar yuan, sehingga memicu spekulasi bahwa pemerintah
memperlambat penguatan nilai tukar lokal guna melindungi ekspor.
“Bank sentral kemungkinan sedikit memperlambat upaya penguatan
nilai yuan. Pasar juga melihat ini sebagai sinyal untuk mengambil keuntungan, tetapi secara umum tren masih menunjukkan penguatan yuan,”
jelas Nizam Idris, Currency Strategist
UBS AG, kemarin.
Data yang dikumpulkan Bloomberg menyebutkan nilai yuan yang
tidak diperdagangkan selama 12 bulan turun 0,3% menjadi 6,4306 per
dolar AS pada perdagangan pukul
17:30 di Hong Kong, merefleksikan
perkiraan bahwa yuan akan menguat 3,3% dari 6,6447 per dolar
AS.
Sementara itu, Menteri Keuangan
AS Timothy F. Geithner, awal pekan
ini, mengatakan kebijakan nilai tukar China tidak adil terhadap mintra
dagang karena nilai yuan di bawah
nilai mata uang di pasar negara berkembang.
“Nilai yuan berada di bawah nilai
rata-rata mata uang global. Jadi tidak
adil bagi semua mitra dagang China
karena menciptakan ketidakseimbangan,” paparnya dalam sebuah
panel diskusi di California.
Yuan menguat sebesar 2,8% terhadap dolar AS selama sepanjang tahun ini, naik 4,1% dari real Brasil,
dan 4,8% dari rupee India, sedangkan terhadap rubel Rusia turun
1,5%. China merupakan negara berkembang terbesar di dunia berdasarkan produk domestik bruto
(PDB).
Sementara itu, nilai dolar AS
turun lebih dari 7% sejak 27 Agustus, sewaktu Chairperson bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed)
Ben S. Bernanke memberikan sinyal
sedang mempersiapkan pelonggaran
kebijakan moneter.
Sejumlah perusahaan, mulai dari
Costco Wholesale Corp hingga Deere
& Co mendapatkan manfaat dari pelemahan nilai dolar untuk meningkatkan pendapatan, sementara Dow
Jones Industrial Average berada di
atas 11.000 untuk pertama kali sejak
Mei.
Peningkatan indeks saham itu terjadi seiring dengan peningkatan kepercayaan konsumen dan pelaku
usaha. Namun, jika tidak dapat dikendalikan, penurunan nilai dolar
AS akan meningkatkan biaya hidup
masyarakat dan menghambat penyaluran kredit.
Nilai dolar AS turun merespons penurunan bunga yang menyebabkan
aset di negara itu menarik bagi investor asing. Imbal hasil surat berharga berdurasi 2 tahun menyentuh angka 0,35% pada awal pekan ini.
Penurunan dolar AS ini memunculkan spekulasi bahwa bank sentral akan menambah pembelian
surat berharga. (ESU)
Download