BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Komunikasi Secara etimologi, komunikasi berasal dari bahasa latin, yaitu cum, kata depan artinya dengan atau bersama dengan, dan kata units, kata bilangan yang berarti satu. Dua kata tersebut membentuk kata benda communio, yang dalam bahasa inggris disebut dengan communion, yang berarti kebersamaan, persatuan, persekutuan, gabungan, pergaulan, atau hubungan. Karena untuk melakukan communio diperlukan usaha dan kerja. Kata communio dibuat kata kerja communicate yang berarti membagi sesuatu dengan seseorang, bercakap-cakap, bertukar pikiran, berhubungan, berteman. Jadi, komunikasi berarti pemberitahuan pembicara, percakapan, bertukar pikiran atau hubungan (Hardjana 2003). Banyak alasan mengapa manusia berkomunikasi. Thomas M.Scheidel (Mulyana 2003:3) mengatakan, orang berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas diri, untuk membangun kontak sosial dengan orang di sekitarnya, dan untuk memengaruhi orang lain untuk merasa, berpikir, atau berperilaku sebagaimana yang diinginkan. Namun tujuan utama berkomunikasi sejatinya adalah untuk mengdendalikan lingkungan fisik dan psikologis. Sebagai sebuah proses, komunikasi bersifat kontinu, berkesinambungan, dan tidak memiliki akhir. Komunikasi juga dinamis, kompleks, dan senantiasa berubah (West & Turner 2007:5). Lihatlah perbincangan yang seolah tiada akhir dalam masyarakat, bahkan setelah sebuah peristiwa terjadi berabad-abad sebelumnya. Dialog-dialog di media massa misalnya, selalu saja ada perbedaan pandangan, 14 15 sehingga selalu ada alasan untuk terus berkomunikasi. Begitu juga selalu ada persoalan-persoalan kontemporer yang harus dikomunikasikan. Secara personal, selalu ada yang mengganjal dalam benak manusia jika tidak dikomunikasikan (Edi Santoso 2010:7). Berkomunikasi tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia sehari-hari. Dan banyak yang tidak menyadari bahwa pada prinsipnya tidak ada seorang pun yang dapat melepaskan dirinya untuk berkomunikasi. Dapat kita ketahui juga, bahwa komunikasi itu sangat berperan penting dalam kehidupan sehari-hari untuk dapat terus bersosialisasikan kepada masyrakat-masyarakat disekitar. Alfred Korzybski (Mulyana 2003:7) menyatakan bahwa kemampuan manusia berkomunikasi menjadikan mereka “pengikat waktu”. Pengikat waktu merujuk pada kemampuan manusia pada dari budaya ke budaya. Manusia tidak perlu memulai setiap generasi sebagai generasi yang baru. Mereka cukup mengambil pengetahuan masa lalu, mengujinya berdasarkan fakta-fakta. Melalui komunikasi dengan satu sama lain, kita pun dapat memenuhi kebutuhan emosional dan intelektual kita dengan memupuk hubungan yang hangat dengan orang-orang di sekitar kita. Kebutuhan emosional dan intelektual itu kita peroleh pertama-tama dari orang-orang terdekat kita yaitu keluarga kita, lalu dari orang-orang dekat disekeliling kita seperti kerabat dan teman-teman sepermainan, dan barulah dari masyarakat umumnya, termasuk sekolah dan media massa seperti surat kabar , televisi, dan lain-lain. 16 2.1.2 Definisi Komunikasi Salah satu ahli Laswell mengatakan bahwa komunikasi adalah proses yang menggambarkan siapa mengatakan apa dengan cara apa, kepada siapa dengan efek apa (Suprapto 2011:5). Dan berdasarkan definisi komunikasi diatas menurut para ahli-ahli, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu cara dimana seseorang melakukan proses pertukaran pesan, ide, informasi dan lain sebagainya. Dapat juga menggunakan simbol-simbol atau lambang-lambang bertujuan supaya pesan-pesan tersebut dapat dimengerti oleh pihak-pihak yang terlibat didalam komunikasi, dan kemudian dapat tercapai dalam pengertian yang sama antara penerima komunikasi dan penyampai komunikasi atau pesan. 2.1.3 Proses Komunikasi Menurut Laswell (Suprapto, 2011:9) ada lima komponen komunikasi agar dapat terjadi proses komunikasi yaitu : 1. Pesan Seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikan. Penyampaian pesan dapat dilakukan secara verbal maupun non verbal. 2. Media Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa. 17 3. Komunikator Yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau beberapa orang. Komunikator yang baik adalah orang yang selalu memperhatikan umpan balik. 4. Komunikan Orang yang menerima pesan dari komunikator. Komunikan akan memberikan umpan balik terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator. 5. Umpan balik Respon dari komunikan terhadap komunikator atau pesan yang disampaikan. 2.1.4 Sifat komunikasi Menurut Effendy (2003:53) sifat komunikasi dapat dikelompokan menjadi dua yaitu: 1. Verbal Dalam komunikasi verbal dapat diklasifikasikan dalam dua jenis komunikasi yaitu komunikasi lisan (oral communication) dan komunikasi tulisan (written communication). Dalam komunikasi verbal, informasi disampaikan secara verbal atau lisan. Proses penyampaian informasi secara lisan inilah yang dinamakan berbicara. Kualitas proses komunikasi verbal ini seringkali ditentukan oleh intonasi suara dan ekspresi raut muka serta gerakan-gerakan tubuh (body language). Maksudnya, kata-kata yang diucapkan akan lebih jelas apabila disampaikan dengan intonasi suara, mimic, dan gerakan-gerakan yang tepat. 18 2. Non Verbal Dalam komunikasi non verbal pun dapat diklasifikasikan dalam dua jenis komunikasi yaitu komunikasi kial (body communication) dan komunikasi gambar (pictorial communication). Dalam komunikasi nonverbal, informasi disampaikan dengan menggunakan isyarat, gerak-gerik, suatu barang, waktu, cara berpakaian, atau sesuatu yang dapat menunjukan suasana hati atau perasaan pada saat tertentu. Misalnya, pada saat seseorang sedang sakit atau stress. 2.1.5 Tujuan komunikasi Menurut Suprapto (2011:13) tujuan dari komunikasi adalah menghibur, memberikan informasi dan mendidik. Tetapi pada dasarnya komunikasi memiliki 3 tujuan yaitu : 1. Memberikan informasi, meningkatkan pengetahuan, dan menambah wawasan. Tujuan ini sering disebut tujuan yang kognitif. 2. Menumbuhkan perasaan tertentu, menyampaikan pikiran, ide atau pendapat. Tujuan ini sering juga disebut tujuan yang afektif. 3. Mengubah sikap, perilaku, dan perbuatan. Tujuan ini sering disebut tujuan psikomotorik. Tujuan-tujuan komunikasi dari sudut kepentingan sumber dan penerima (Fajar 2009:62) yaitu: 19 Dari sudut kepentingan sumber : - Mendidik - Menghibur - Memberikan informasi Dari sudut kepentingan penerima : - Menikmati - Mempelajari - Memahami informasi - Menerima atau menolak anjuran 2.1.6 Fungsi komunikasi Komunikasi merupakan suatu siklus atau putaran yang melibatkan paling tidak dua orang.Seperti yang kita ketahui, komunikasi adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini adalah empat fungsi komunikasi berdasarkan kerangka yang dikemukakan oleh Willian I, Gorden (Mulyana 2007:5) yakni : 1. Komunikasi Sosial Fungsi komunikasi sebagai komunikasi social menandakan bahwa komunikasi sangat penting dalam membangun konsep dalam diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangusngan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar daritekanan dan tegangan, antara lain lewat komunikasi yang menghibur, dan dapat memupuk hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi kita pun dapat bekerja sama dengan anggota masyarakat seperti keluarga, kelompok belajar, RT, RW, 20 desa, kota, dan Negara secara keseluruhan untuk mencapai tujuan bersama. 2. Komunikasi Ekspresif Banyak yang tidak mengetahui jika komunikasi ekspresif dengan komunikasi sosial itu berkaitan erat, karena komunikasi ekspresif dapat dilakukan sendiri ataupun dalam kelompok. Komunikasi ekspresif juga tidak bertujuan untuk mempengaruhi orang lain. 3. Komunikasi Ritual Komunikasi ritual dengan komunikasi ekspresif sangatlah berkaitan erat, yang biasanya dilakukan secara kolektif. Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun,pertunangan, siraman, pernikahan, hingga upacara kematian. Dalam acara-acara seperti itulah orang mengucapkan kata-kata atau menampilkan perilaku-perilaku simbolik. Mereka yang berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ritual juga menegaskan kembali komitmen mereka kepada tradisi keluarga, suku, bangsa, negara, ideologi, atau agama mereka. 4. Komunikasi Instrumental Dalam komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum yaitu menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan, dan mengubah perilaku atau menggerakan tindakan, dan juga menghibur. Bila diringkas, maka semua tujuan tersebut dapat disebut membujuk (bersifat persuasif). Yang memiliki arti bahwa 21 pembicara menginginkan pendengarnya mempercayai bahwa fakta atau informasi yang disampaikan akurat dan layak diketahui. 2.1.7 Model Komunikasi Ada beberapa macam model komunikasi dalam buku yang dikutip oleh Mulyana. Diantaranya yaitu model komuikasi Aristoteles, model komunikasi Lasswell, model komunikasi Wilbur Schram, model komunikasi Shanon dan Weaver, model komunikasi Newcomd, model komunikasi Westley dan MacLean, model komunikasi Berlo, model Gerbner, model De Fleur, model Tubbs, dan model Guddykunst dan Kim. Diantara sekian banyaknya model-model komunikasi, maka model yang berkaitan dengan penelitian penulis adalah model Shannon dan Weaver. Karena dalam model Shannon dan weaver ini menyoroti problem dalam penyampaian pesan berdasarkan tingkat kecermatannya. Model ini menggambarkan suatu sumber yang menyandi atau menciptakan pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran kepada seseorang penerima yang menyandi balik atau menciptakan ulang pesan tersebut. Dengan kata lain, model Shannon dan Weaver itu mengasumsikan bahwa sumber informasi meghasilkan pesan untuk dikomunikasikan dari seperangkat pesan yang dimungkinkan. 2.1.8 Komunikasi Efektif Komunikasi yang efektif dapat diartikan sebagai penerimaan pesan oleh komunikan atau receiver sesuai dengan pesan yang dikirim oleh sender atau komunikator, kemudian receiver atau komunikan 22 memberikan respons yang positif sesuai dengan yang diharapkan.Jadi, komunikasi efektif terjadi apabila terdapat aliran informasi dua arah antara komunikator dan komunikan dan informasi tersebut sama-sama direspons sesuai dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut. Ada lima aspek yang harus dipahami dalam membangun komunikasi yang efektif (Khaerul Umam 2012:45), sebagai berikut : 1. Kejelasan (clarity): bahasa ataupun informasi yang disampaikan harus jelas. 2. Ketepatan (accuracy): bahasa dan informasi yang disampaikan harus betul-betul akurat dan tepat. Bahasa yang digunakan harus sesuai dan informasi yang disampaikan pun harus benar. Artinya sesuai dengan hal yang ingin disampaikan. Informasi yang kita ingin kita sampaikan benarbenar kita ketahui. 3. Konteks (contex): bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan tempat komunikasi itu terjadi. Bisa saja, kita menggunakan bahasa dan informasi yang jelas dan tepat, tetapi karean konteks tidak tepat, reaksi yang kita peroleh tidak sesuai dengan yang diharapkan. 4. Alur (flow): keruntutan alur bahasa dan informasi sangat berarti dalam menjalin komunikasi yang efektif. Ketika kita meminjam uang misalnya, kita cenderung mengemukakan kesulitan-kesulitan kita terlebih dahulu, sebelum menyampaikan maksud kita untuk meminjam uang. Begitu pula, saat kita pertama kali menyampaikan perasaan jatuh cinta kepada seseorang. 23 5. Budaya (culture): aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga tata krama dan etika. Bersalaman dengan satu tangan bagi orang sunda mungkin terkesan kurang sopan, tetapi bagi etnis lain, hal tersebut dianggap biasa saja. 2.1.9 Strategi Membangun Komunikasi yang Efektif Dalam berkomunikasi, harus ada cara untuk membangun komunikasi yang efektif. Dan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menciptakan suatu komunikasi yang efektif yaitu seperti : 1. Ketahui mitra bicara (audience). Kita harus sadar mitra bicara kita, apakah dengan orangtua, anak-anak, laki-laki, atau perempuan, status sosialnya, seperti pangkat, jabatan, dan semacamnya, petani, pengusaha, guru dan lain-lainnya. Dengan mengetahui hal tersebut, kita bisa memilih kata-kata yang digunakan dalam menyampaikan informasi atau buah pikiran kita. Artinya, bahasa yang dipakai sesuai dengan bahasa yang mudah dipahami oleh mitra bicara kita. Berbicara dengan orang dewasa tentu sangat berbeda dengan berbicara kepada anak-anak. Berbicara dengan atasan tentu berbeda dengan berbicara kepada bawahan atau teman sederajat. 2. Ketahui tujuan. Tujuan kita berkomunikasi sangat menentukan cara kita menyampaikan informasi. Apabila kita bermaksud membeli atau menjual barang komunikasi, komunikasi kita akan bersifat negoisasi. 24 3. Perhatikan konteks. Konteks disini bisa saja berarti keadaan atau lingkungan pada saat berkomunikasi. Konteks sangat berperan dalam memperjelas informasi yang disampaikan. Misalnya, kata “hemat” dalam kalimat: “Kita harus menghemat uang, waktu, dan tenaga”, sangat berbeda dngan kata “hemat” dalam kalimat : “Menurut hemat saya, kita harus lebih jujur dan terbuka dalam berkomunikasi dengan sesama rekan sekerja.” Tidak hanya kata konteks kalimat, tetapi cara mengucapkan dan tujuan kata itu diucapkan akan membuat makna yang disampaikan berbeda pula. 4. Pelajari kultur. Kultur atau budaya, habit atau kebiasaan orang atau masyarakat juga perlu diperhatikan dalam berkomunikasi. Orang Jawa atau Sunda pada umumnya dikenal dengan kelembutannya dalam bertutur kata. Akan tetapi, tentu tidak berarti mutlak. Maksudnya, bukan berarti orang non-Jawa atau non-Sunda mutlak harus, seperti bertuturnya orang Jawa atau Sunda, meskipun memang itu lebih baik. 5. Pahami bahasa. “Bahasa menunjukan bangsa”, artinya bahasa dapat menjadi ciri atau identitas suatu bangsa. Berbicara identitas berarti berbicara harga diri atau kebanggaan. Dengan memahami bahasa orang lain berarti kita berusaha menghargai orang lain. Akan tetapi, memahami bahasa dalam hal ini tidak berarti harus memahami semua bahasa yang dipakai oleh mitra bicara kita. Hal yang lebih penting adalah memahami gaya orang lain berbahasa. 25 2.1.10 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kelancaran dan Hambatan Berkomunikasi Kelancaran berkomunikasi dengan lisan dipengaruhi oleh berbagai factor seperti berikut. 1. Faktor pengetahuan Semakin luas pengetahuan yang dimiliki seseorang, semakin banyak perbendaharaan kata yang dapat memberikan dorongan bagi seseorang untuk berbicara lebih lancar. 2. Faktor pengalaman Semakin banyak pengalaman yang dimiliki seseorang, menyebabkan seseorang terbiasa menghadapi massa, sering berbicara dimuka umum akan lancar berbicara dalam keadaan apa pun dan dengan siapa pun. 3. Faktor inteligensi Orang yang inteligensinya rendah, biasanya kurang lancar dalam berbicara karena kurang memiliki kekayaan perbendaharaan kata dan bahasa yang baik. 4. Faktor kepribadian Orang yang mempunyai sifat pemalu dan kurang pergaulan, biasanya kurang lancar berbicara. 5. Faktor biologis Kelumpuhan organ berbicara dapat menimbulkan kelainan-kelainan, seperti : 26 • Sulit mengatakan kata desis karena ada kelainan pada rahang, bibir, gigi; • Berbicara tidak jelas, yang disebabkan oleh bibir (sumbing), rahang, lidah tidak aktif; • Berbicara ragu-ragu, gagap yang disebabkan tidak biasa berbicara dengan orang banyak, sifat pemalu. 2.2 Teori Khusus 2.2.1 Definisi Public Relations Posisi seorang Public Relations yang biasa kita ketahui pada umumnya yaitu membantu dan meningkatkan marketing terutama dalam promosi suatu produk atau suatu citra perusahaan atau organisasi. Seorang Public Relations bukan hanya “membantu” marketing, tetapi juga membantu dalam promosi atau aktivitas pemasaran lainnya. Seorang Public Relations juga merupakan fungsi dari manajemen. Public Relations adalah keseluruhan upaya yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya. (Jefkins 2003:9). Public Relations (PR) adalah salah satu bagian dari ilmu komunikasi. Salah satu ilmu yang melandasi lahirnya ilmu komunikasi adalah ilmu sosial, seperti sosiologi, antropologi, politik, dan psikologi melalui para pakarnya, seperti Harold D. Lasswell, Kurt Lewin, Crl I. Hovland, dan Paul F.Lazardfeld. (Ardianto 2010:92). 27 John E. Marston mempunyai definisi yang lebih spesifik, yaitu “Public Relations adalah seni untuk membuat perusahaan Anda disukai dan dihormati oleh para karyawan, konsumen, dan penyalurnya.” (Kasali Rhenals 2003:9). Dari beberapa definisi Public Relations dapat dipahami bahwa seorang Public Relation dapat menjalin hubungan baik dengan publiknya baik internal maupun eksternal. Dan juga kegiatan komunikasi dalam suatu perusahaan dan organisasi. Public relations banyak dipraktikkan di berbagai organisasi dalam rangka menunjang manajemen untuk mencapai tujuannya secara efektif dan efisien. 2.2.2 Fungsi Public Relations Public Relations (PR) menurut Jefkins (2003) adalah bentuk komunikasi yang terencana, baik ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pasa saling pengertian. Dalam mengejar suatu tujuan, semua hasil atau tingkat kemajuan yang telah dicapai harus bisa diukur secara jelas, mengingat PR merupakan kegiatan yang nyata. Kenyataan ini dengan jelas menyangkal anggapan keliru yang menyatakan bahwa PR merupakan kegiatan yang abstrak. Dapat di simpulkan juga, bahwa fungsi dari Public Relations itu adalah menjalin komunikasi dan relasi dengan publik. Efek dari terwujudnya fungsi ini adalah pencapaian tujuan dari organisasi. Bantuan atau cara PR untuk mencapai tujuannya yaitu melalui 28 kegiatan meningkatkan, menjaga atau memperbaiki prestise organisasi, mendeteksi dan menangani isu-isu yang berkembang, dan mengatasi kesalahpahaman dan prasangka (Iriantara 2004:17). Dalam banyak hal, perusahaan dan organisasi menggunakan “informasi masyarakat” atau “komunikasi perusahaan” sebagai penghalusan istilah public relations. Akan tetapi, istilah ini membingungkan public dan media. Wartawan sering disebut “pakar public relations”, meskipun mereka hanya mengerjakan satu bagian dari public relations, yaitu persiapan dan penyebaran informasi ke media berita.Seorang praktisi public relations akan menggunakan konsep-konsep manajemen untuk melakukan persiapan-persiapan, melakukan aksi dan komunikasi, dan ditutup dengan tindakan pengendalian yang disebut evaluasi. Proses Manajemen Public Relations Pengumpulan Fakta Definisi Permasalahan Perencanaan dan Program Aksi dan Komunikasi Gambar 1 Sumber : Khaerul Umam 2012 : 112 29 Pada bagan tersebut tampak bahwa pelaksanaan tugas Public Relations bukanlah semata-mata melakukan aksi, melainkan membutuhkan rencana, yang diikuti langkah-langkah pengendalian melalui suatu proses evaluasi. Dalam buku “Manajemen PR dan Media Komunikasi” yang ditulis oleh Rosady Ruslan (2005:26-27) dan mengutipnya dari Scott M Cutlip dan Allen H. Center disebutkan bahwa secara garis besar fungsi aktivitas Public Relations adalah: 1. Communicator Sebagian dari kemampuan communicator adalah segala yang terkait secara langsung maupun tidak langsung dengan media cetak, elektronik, tatap muka, lisan, dan lainnya. 2. Relationship Dibidang Relationship kemampuannya adalah kemampuan peran PR membangun hubungan yang positif antara lembaga yang diwakilinya dengan publik internal dan eksternal. PR juga berusaha menciptakan sikap saling pengertian, mendukung, percaya, kerja sama, dan bertoleransi di antara kedua belah pihak. 3. Back-up Management Kemampuan dalam Back-up Management adalah kemampuan untuk melaksanakan dukungan manajemen atau menunjang kegiatan lain, seperti bagian manajemen promosi dan pemasaran. 4. Problem Solver Kemampuan dalam Problem Solver adalah kemampuan PR sebagai bagian dari tatanan dan jajaran di dalam perusahaan atau 30 organisasi serta bertanggung jawab memecahkan masalah yang dihadapinya. 5. Conceptor Kemampuan dalam Conceptor adalah kemampuan yang terkait dengan tugas seorang PR menyusun dan menuliskan berbagai macam naskah yang diperlukan perusahaan. 6. Creator Kemampuan dalam Creator adalah kemampuan yang terkait dengan kewajiban PR menciptakan berbagai macam program perusahaan atau organisasi sesuai tujuan dan sasarannya. 7. Good Image Maker Kemampuan sebagai Good Image Maker adalah kemampuan dalam menciptakan citra dan publikasi yang positif.Kemampuan ini merupakan prestasi, reputasi dan sekaligus menjadi tujuan utama manajemen kehumasan suatu lembaga dan perusahaan. 2.2.3 Tujuan Public Relations Tujuan utama Public Relations adalah memengaruhi perilaku orang secara individu ataupun kelompok saat saling berhubungan, melalui dialog dengan semua golongan, serta persepsi, sikap dan opininya terhadap suatu kesuksesan sebuah perusahaan (Toni Greener 2003:46). 31 Jefkins (2003:54) mendefinisikan tujuan public relations adalah sebagai berikut: 1. Mengubah citra umum di mata masyarakat sehubungan dengan adanya kegiatan-kegiatan baru yang dilakukan oleh perusahaan; 2. Meningkatkan bobot kualitas para calon pegawai; 3. Menyebarluaskan cerita sukses yang telah dicapai perusahaan kepada masyarakat dalam rangka mendapatkan pengakuan; 4. Memperkenalkan perusahaan kepada masyarakat luas, serta membuka pangsa pasar baru; 5. Mendukung keterlibatan perusahaan sebagai sponsor dari suatu acara; 6. Memperbaiki hubungan masyarakatnya, berkatitan antara perusahaan dengan terjadinya dan suatu peristiwa yang mengakibatkan kecaman, kesangsian, atau salah paham di kalangan masyarakat terhadap niat baik perusahaan; 7. Meyakinkan masyarakat bahwa perusahaan mampu bertahan atau bangkit kembali setelah terjadinya suatu krisis; 8. Menyebarluaskan kegiatan-kegiatan riset yang telah dilakukan perusahaan agar masyarakat luas mengetahui betapa perusahaan itu mengutamakan kualitas dalam berbagai hal. 32 Tujuan Public Relations terdiri dari dua bagian (Suhandang 2003:53) yaitu : 1. Berusaha dalam membela diri terhadap pendapat masyarakat yang bernada negative, bilamana diserang dan serangan itu kurang wajar apdahal organisasi atau perusahaan tidak bersalah (terjadi miss kesalahpahaman). Dan tindakan seperti inilah yang merupakan salah satu aspek penjagaan atau pertahanan. 2. Berusaha untuk mendapatkan dan menambah penilaian serta itikad baik suatu organisasi perusahaan. Suhandang (2003:47) juga menuliskan bahwan tujuan Public Relations dalam suatu perusahaan adalah untuk mewujudkan efisiensi kerja, dalam arti menggunakan tenaga yang sekecil-kecilnya, untuk mencapai hasil yang sebesarbesarnya. 2.2. 4 Tugas Public Relations Seperti yang telah ketahui secara umum, bahwa seorang Public Relations (PR) itu dapat membantu dan pastinya meningkatkan marketing, terutama produk dan juga promosi citra perusahaan atau organisasi. Berikut ini dalah hal-hal yang menjadi tugas-tugas dari seorang Public Relations (PR) (Suparmo 2011:44) : 1. Dilibatkan dan terlibat ke dalam semua proses pengambilan keputusan. 2. Merancang dan mengelola program-program PR secara sistematik. 33 3. Memberikan nasihat dan anjuran manajerial dan merancang kebijakan komunikasi. 4. Menganalisa dan memanfaatkan hasil penelitian untuk merancang dan mengevaluasi kerja bidang divisi dan departemen Public Relations. 5. Tanggung jawab sosial Public Relations merupakan instrument perusahaan untuk memberikan pertanggungjawaban secara jujur dan terbuka kepada publik maupun pers mengenai informasi yang telah disampaikan. 2.2.5 Peran Public Relations Dalam bidang Public Relations merupakan salah satu aspek manajemen yang diperlukan oleh setiap organisasi, baik organisasi yang bersifat komersial (perusahaan) maupun organisasi yang non komersial. Kehadirannya dibutuhkan karena Public Relations merupakan salah satu elemen yang menentukan kelangsungan suatu organisasi secara positif. Arti penting Public Relations sebagai sumber informasi terpercaya kian terasa pada era globalisasi dan banjir informasi (Anggoro 2003). Public Relations berperan sebagai (Cutlip 2006:46-47): 1. Teknisi Komunikasi Teknisi komunikasi disewa untuk menulis dan mengedit newsletter karyawan, menulis news release dan feature, mengembangkan isi web dan menangani kontak media. 2. Fasilitator Komunikasi Fasilitator komunikasi adalah bertindak sebagai sumber informasi dan agen kontak resmi antara organisasi dan publik. Selain itu 34 juga menyusun agenda diskusi, meringkas, dan menyatakan ulang suatu pandangan, meminta tanggapan, dan membantu mediagnosis dan memperbaiki kondisi-kondisi yang mengganggu hubungan komunikasi diantara kedua belah pihak. 3. Expert Prescriber Expert Prescriber bertugas mendefinisikan problem, mengembangkan program dan bertanggung jawab penuh atas implementasinya. 4. Fasilitator Pemecah Masalah Perannya berkolaborasi dengan manajer lain untuk mendefinisikan dan memecahkan masalah. 2.3 Loyalitas Pelanggan 2.3.1 Definisi Loyalitas Kata dasarnya yaitu Loyal yang berarti setia. Dan Loyalitas dapat diartikan sebagai suatu kesetiaan. Pastinya kesetiaan tanpa adanya paksaan dari pihak lain. Dalam setiap perusahaan-perusahaan biasanya memberikan yang terbaik untuk para pelanggannya, supaya mereka dapat merasa puas akanpembelian produk terhadap suatu perusahaan. Ada juga perusahaan yang mengandalkan kepuasaan pelanggan tersebut sebagai jaminan keberhasilan dikemudian hari. Loyalty (kesetiaan) adalah “suatu komitmen mendalam untuk melakukan pembelian ulang atau berlangganan kembali senuah 35 produk atau jasa yang disukai pada masa depan, walaupun situasi memengaruhi dan usaha-usaha PR mempunyai potensi untuk menyebabkan pengalihan perilaku.” (Khaerul Umam 2012:359). Mengembangkan pelanggan supaya lebih setia, berarti meningkatkan penerimaan organisasi.Akan tetapi, organisasi harus mengeluarkan lebih banyak biaya untuk membentuk kesetiaan pelanggan yang lebih besar (high customer loyalty) itu. Menurut Jhonson, Loyalitas pelanggan adalah (Griffin 2003) suatu kecenderungan untuk membeli atau menggunakan lagi suatu produk atau jasa. Pelanggan yang loyal adalah sebagai berikut: 1. Melakukan pembelian secara berulang kali 2. Mereferensikan kepada orang lain 3. Menunjukan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing 4. Membeli antara produk dan jasa 2.3.2 Definisi Pelanggan Seperti yang kita ketahui, pada umumnya pelanggan adalah orang yang terlibat dalam suatu kegiatan jual beli secara terus menerus. Biasanya jika sudah menjadi pelanggan suatu perusahaan, organisasi, dan lain sebagainya, pastinya akan terjadi negoisasi. 36 2.3.3 Jenis Loyalitas Empat jenis Loyalitas (Griffin 2003) yaitu: 1. Tanpa Loyalitas. Konsumen yang tingkat pengulangannya rendah, dan tingkat ketertarikannya rendah. 2. Loyalitas yang lemah. Konsumen yang tingkat pengulangannya tinggi, tetapi sebenarnya tingkat ketertarikan terhadap produk rendah. 3. Loyalitas tersembunyi. Sikap relatif terhadap produk atau jasa tinggi, tetapi pengulangan pembeliannya rendah. 4. Loyalitas premium. Tingkat loyalitas yang paling tinggi, dimana sikap relatif tinggi dan membeli secara ulang pun tinggi. 2.4 Brand Image 2.4.1 Definisi Brand Image “Merek (brand) adalah produk yang mampu memberikan dimensi tambahan yang secara unik membedakan dari produk-produk lain yang dirancang untuk memuaskan kebutuhan serupa” (Keller 2007:8). Dengan kata lain, merek (brand) mencerminkan keseluruhan persepsi dan perasaan konsumen mengenai atribut dan kinerja produk, nama merek dan maknanya, dan perusahaan yang diasosiasikan dengan merek bersangkutan. Konsumen biasanya tidak menjalin relasi dengan barang atau jasa tertentu, namun sebaliknya membina hubungan yang kuat dengan merek spesifik. Pendek kata, merek merupakan salah satu aset terpenting perusahaan menegaskan bahwa merek adalah intangible asset organisasi yang paling penting. Karena 37 merek sebenarnya janji penjual untuk secara konsisten memberikan tampilan, manfaat, dan jasa tertentu pada pelanggan. Merek-merek terbaik memberikan jaminan atas kualitas. Merek menjadi sangat penting saat ini, karena beberapa faktor sebagai berikut : 1. Emosi konsumen terkadang naik-turun. Merek mampu membuat janji emosi menjadi konsisten dan stabil. 2. Merek mampu menembus setiap pagar budaya dan pasar. 3. Merek mampu menciptakan komunikasi interaksi dengan pelanggan. Semakin kuat suatu merek, makin kuat pula interaksi dengan pelanggan dan makin banyak brand association yang terbentuk dalam merek tersebut. Jika brand association yang terbentuk memiliki kualitas dan kuantitas yang kuat potensi ini akan meningkatkan brand image. 4. Merek sangat berpengaruh dalam membentuk perilaku pelanggan. Merek yang kuat akan sanggup merubah perilaku pelanggan. 5. Merek memudahkan proses pengambilan keputusan pembelian oleh pelanggan. Dengan adanya merek, pelanggan dapat dengan mudah membedakan produk yang akan dibeli dengan produk lain sehubungan dengan kualitas, kepuasan, kebanggaan, ataupun atribut lain yang melekat pada merek tersebut. Pada saat ini pelanggan tidak hanya melihat sesuatu produk dari kualitas dan harga, tetapi juga brand image yang melekat pada produk yang dikonsumsi. Banyak perusahaan yang menyadari hal tersebut, sehingga mereka berlombalomba menciptakan brand image melalui berbagai macam cara promosi. Dalam pendefinisian brand image oleh Keller (2007: 8), disebutkan bahwa persepsi 38 mengenai sebuah merek sebagaimana yang direfleksikan oleh asosiasi merek tersebut dalam ingatan konsumen. Kottler dalam Tjiptono (2005: 156) mendefinisikan citra merek sebagai seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu merek. Karena itu sikap dan tindakan konsumen terhadap suatu merek sangat ditentukan oleh citra merek tersebut. Simamora dalam Tjiptono (2005: 168) mengatakan bahwa citra adalah persepsi yang relatif konsisten dalam jangka panjang. Jadi tidak mudah untuk membentuk citra, sehingga bila terbentuk akan sulit untuk mengubahnya. Citra yang dibentuk harus jelas dan memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan pesaingnya. Saat perbedaan dan keunggulan merek dihadapkan dengan merek lain, muncullah posisi merek. Pada dasarnya sama dengan proses persepsi, karena citra terbentuk dari persepsi yang telah terbentuk lama 2.4.2 Konsep Merek Menurut Keller(2007:5) pengertian merek adalah sebuah merek lebih dari sekedar produk, karena mempunyai dimensi yang menjadi diferensiasi dengan produk lain yang sejenis. Diferensiasi tersebut harus rasional dan terlihat secara nyata dengan performa suatu produk dari sebuah merek atau lebih simbolis, emosional dan tidak kasat mata yang mewakili sebuah merek. Selain itu ada lagi pendapat mengenai definisi merek menurut Aaker mengatakan ”merek dapat dikatakan juga sebagai sebuah janji seorang penjual atau perusahaan untuk konsisten memberikan nilai, manfaat, fitur dan kinerja tertentu bagi pembelinya” 39 Berdasarkan ke-2 pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa suatu merek berfungsi untuk mengidentifikasi penjual ataupun suatu perusahaan yang menghasilkan atau memproduksi suatu produk tertentu yang mampu membedakannya dengan produsen lainnya yang memproduksi barang yang sejenis atau senilai pada setiap mereknya. Bentuk sebuah merek cukup beragam antara lain, seperti berbentuk logo, nama, trademark atau bisa juga yang merupakan gabungan dari ketiganya. 2.4.3 Kegunaan Brand Image Kegunaan brand image yang positif menurut Park dan Srinivasan dalam Patria (2009: 215) terdiri atas 3 bagian, yaitu : 1. Keuntungan yang berkaitan dengan penampilan serta keuntungan yang didapat saat ini, merek yang positif dapat meningkatkan keuntungan yang diraih, dapat membuat konsumen menerima kenaikkan harga diri dari suatu produk, meningkatkan keefektifan marketing komunikasi, dan peningkatan dalam kerjasama perdagangan. 2. Keuntungan berkaitan dengan pendapatan jangka panjang, kesetiaan konsumen terhadap suatu merek sehingga perusahaan lebih kuat dalam menanggapi serangan dari para pesaing, dan lebih kuat dalam menangani krisis pemasaran. 3. Keuntungan berkaitan dengan potensi perubahan untuk berkembang, kesempatan untuk memberikan surat izin untuk membuka cabang, memberikan kekuatan yang positif dalam pemasaran melalui mulut ke mulut, dan kemampuan merek dalam mempermudah pengenalan produk baru sebagai perluasan merek. Peneliti-peneliti telah menemukan bahwa asosiasi merek dapat memiliki pengaruh positif terhadap pilihan konsumen, pilihan konsumen terhadap barang yang 40 lebih disukai dan niat untuk membeli, kerelaan mereka untuk membayar harga yang lebih untuk merek tertentu, menerima perluasan merek, dan merekomendasikan merek tersebut kepada orang lain. 2.4.4 Faktor Pembentukan Brand Image Faktor tertentu yang membentuk brand image menurut David A. Aaker dalam Patria, yaitu : 1. Brand awareness (kesadaran terhadap merek produk). Brand awareness, terjadi ketika masyarakat mengenal suatu produk sebagai milik perusahaan tertentu. Brand awareness terdiri dari perpaduan brand recognition (sebagai kemampuan masyarakat untuk menegaskan sesuatu yang sebelumnya sudah dijelaskan terhadap merek produk suatu perusahaan) dan brand recall (sebagai kemampuan masyarakat dalam menamai suatu merek ketika suatu produk dibagi menjadi beberapa kategori dari kategori akan suatu kebutuhan, serta kategori keinginan). Setelah masyarakat sering mendengar dan melihat keberadaan suatu brand maka akan secara otomatis brand tersebut berada di dalam ingatan yang pertama dalam pikiran masyarakat hal ini akan menjadi suatu produk berada dalam tahap top of mind awareness. Penjelasan mengenai piramida brand awareness dari tingkat terendah sampai dengan tingkat yang tertinggi adalah 1. Unaware of Brand (tidak menyadari merek). Tingkat yang paling rendah dalam piramida kesadaran merek. Dimana konsumen tidak menyadari akan adanya suatu merek. 41 2. Brand Recognition (pengenalan merek). Tingkat minimal dari kesadaran merek. Hal ini penting pada saat seseorang pembeli memilih suatu merek pada saat melakukan pembelian. 3. Brand Recall (peringatan kembali terhadap merek). Peringatan kembali terhadap suatu merek didasarkan pada permintaan seseorang untuk menyebutkan merek tertentu dalam suatu kelas produk. 4. Top of Mind (puncak pikiran). Apabila seseorang ditanya secara langsung tanpa diberi bantuan pengingatan dalam benak konsumen. 5. 2. Brand Association dalam membentuk suatu citra perusahaan tidaklah cukup jika hanya pada brand awareness saja. Namun juga perlu diperhatikan adalah asosiasi dari suatu merek tersebut. Brand association adalah segala hal yang berkait an dengan ingatan mengenai merek. Asosiasi in merupakan atribut yang ada dalam merek itu dan memiliki suatu tingkat kekuatan. Keterkaitan pada suatu merek akan lebih besar apabila pelanggan mempunyai banyak pengalaman berhubungan dengan merek tersebut. Berbagai asosiasi diingat konsumen dapat dirangkai sehingga membentuk kesan terhadap brand image. Asosiasi merek dapat menciptakan suatu nilai bagi perusahaan dan para pelanggan, karena ia dapat membantu proses penyusunan informasi untuk membedakan merek yang satu dengan merek dari merek yang lainnya. Terdapat lima keuntungan menurut Aaker dalam Patria yaitu : 1. Dapat membantu proses penyusunan informasi. Asosiasi-asosiasi yang terdapat pada suatu merek dapat membantu mengikhtisarkan sekumpulan fakta dan spesifikasi yang dapat dengan mudah dikenal oleh pelanggan. 42 2. Adanya diferensiasi. Suatu asosiasi dapat memberikan landasan yang sangat penting bagi usaha pembedaan. Asosiasi-asosiasi merek dapat memainkan peran yang sangat penting dalam membedakan suatu merek dari merek yang lain. 3. Alasan untuk membeli. Pada umumnya asosiasi merek sangat membantu para konsumen untuk mengambil keputusan untuk membeli produk tersebut atau tidak. 4. Menciptakan sikap. Asosiasi merek dapat merangsang perasaan positif yang pada gilirannya akan berdampak positif terhadap produk yang bersangkutan. 5. Basis perluasaan. Asosiasi merek dapat menghasilkan landasan bagi suatu perluasan merek, yaitu dengan menciptakan kesesuaian antara merek dengan sebuah produk. 2.4 Kerangka Berpikir STRATEGI PUBLIC RELATIONS MEDIA CETAK MEDIA SOSIAL MAJALAH, KORAN, FLYER, BANNER, DAN LAIN SEBAGAINYA WEBSITE, TWITTER, BBM, DAN LAIN SEBAGAINYA 43 Jurnal yang peneliti ambil yaitu yang berjudul “Strategi Publikasi Public Relations Dalam Upaya Meningkatkan Loyalitas Tamu di Jogjakarta Plaza Hotel di Jogjakarta” oleh Asta Ayu Susanti dari Universitas Brawijaya. Menurutnya Public Relations melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya mencapai tujuan dalam meningkatkan minat huni tamu di Jogjakarta Plaza dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Karena semua yang menjadi tujuan public relations adalah mengacu pada tujuan organisasinya, demikian pula dengan kegiatan-kegiatan yang dijalankan Public Relations, tentu saja harus yang mendukung pencapaian tujuan Jogjakarta Plaza Hotel termasuk kegiatan publikasi. Tugas seorang Public Relations adalah membina hubungan baik dengan stakeholder internal maupun eksternal untuk mencapai tujuan Jogjakarta Plaza Hotel. Ringkasnya tugas seorang Public Relations adalah membangun hubungan baik dengan stakeholder organisasi baik internal maupun eksternal agar terjalinlah suatu hubungan yang harmonis antara Jogjakarta Plaza Hotel dengan orang-orang yang berhubungan dengan Jogjakarta Plaza Hotel baik yang ada di dalam ataupun di luar Jogjakarta Plaza Hotel.