Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1, No. 1, Januari 2016 ISSN 2477-2240 PENGGUNAAN METODE DRILL PADA MATERI AJAR PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN Sutarmiyati SD Negeri 01 Kepatihan Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas metode drill dengan bermain kartu penjumlahan bilangan pecahan dalam peningkatan prestasi belajar siswa. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah penggunaan metode drill dengan bermain kartu penjumlahan bilangan pecahan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode drill dapat meningkatkan prestasi belajar siswa tentang penjumlahan bilangan pecahan pada pembelajaran Matematika kelas IV. Terbukti dari peningkatan pada nilai rata-rata ulangan pada setiap siklus yaitu pra siklus 64,19; siklus I 71,84; dan siklus II 90,19 diikuti juga peningkatan ketuntasan belajar dengan presentase nilai setiap siklus yaitu pra siklus 24%; siklus I 51%; dan siklus II 96%. Dapat disimpulkan bahwa penerapan metode drill dengan bermain kartu penjumlahan bilangan pecahan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa tentang penjumlahan bilangan pecahan pada pembelajaran Matematika kelas IV. ©2016 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia Kata Kunci: Metode Drill, Bermain Kartu, Prestasi Belajar PENDAHULUAN Fakta di lapangan hasil evaluasi belajar Matematika kelas IV menunjukkan bahwa siswa kelas IV SD Negeri 01 Kepatihan UPT Pendidikan Wiradesa, Kab.Pekalongan tahun pelajaran 2009/2010 materi penjumlahan dua pecahan biasa yang berpenyebut tidak sama, siswa y ang mendapat nilai kurang dari 75 ada 29 orang siswa dari 43 orang, 14 orang siswa sisanya mendapat lebih dari 75. Hal tersebut menunjukkan bahwa 60% siswa kelas IV belum tuntas untuk materi penjumlahan dua pecahan biasa yang berpenyebut tidak sama. Maka dari itu untuk mengatasi masalah tersebut, peneliti melakukan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan metode drill dengan bermain kartu penjumlahan pecahan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam penjumlahan dua pecahan biasa yang berpenyebut tidak sama pada pembelajaran Matematika kelas IV semester I di SD Negeri 01 Kepatihan UPT Pendidikan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Dari uraian di atas maka dapat dirumuskan masalah yaitu yang pertama apakah penerapan metode latihan drill dengan bermain kartu penjumlahan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam menjumlahkan dua pecahan dalam proses pembelajaran Matematika kelas IV. Rumusan masalah kedua yaitu apakah penerapan metode drill dengan bermain kartu penjumlahan dapat meningkatkan ketuntasan siswa menjumlahkan dua pecahan dalam proses pembelajaran Matematika kelas IV. PENGGUNAAN METODE DRILL PADA MATERI AJAR PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN Sutarmiyati 45 Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui efektivitas metode latihan drill dengan bermain kartu penjumlahan untuk meningkatkan prestasi belajar dan ketuntasan siswa dalam menjumlahkan dua pecahan dalam proses pembelajaran Matematika kelas IV. Penelitian ini bermanfaat bagi beberapa pihak. Untuk peneliti lanjutan bisa mendapatkan teori baru tentang peningkatan prestasi belajar siswa melalui penelitian, bagi guru bisa untuk memperbaiki kinerjanya menjadi lebih professional, dan untuk siswa bisa meningkatkan prestasi belajar dan menumbuhkan sikap kritis terhadap prestasi belajarnya. Matematika adalah apa yang kita lakukan sehari-hari yang berkenaan dengan pola-pola, urutan , struktur dan relasi-relasi diantara mereka. Matematika berkembang dari hal-hal yang konkret dan abstrak. Penelitian masyarakat terhadap Matematika sangat bergantung pada kegunaannya untuk memecahkan problem-problem nyata. Ketepatan (eksak) penting dalam matematika sedangkan keketatan Matematika dalam penalaran adalah pesyaratan untuk menjadi tepat secara logis. Pembelajaran Matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah konstektual, si swa secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep Matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga atau media lainnya. Untuk melaksanakan hal tersebut perlu memperhatikan tingkat perkembangan siswa, perkembangan kemampuan anak diawali sensori motorik (0-2 tahun), pra operasional (2-7 tahun), operasional konkret (7-11 tahun) dan operasional (≥ 11 tahun). Berdasarkan hal tersebut, siswa kelas IV termasuk operasional konkret, berarti untuk mengajarkan Matematika harus dimulai dari hal-hal yang konkret kemudian bertahap menuju ke hal-hal yang abstrak. Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk kegiatan belajar mengajar Matematika kepada siswa kelas IV, diantaranya metode ceramah plus diskusi dan tugas, kemudian metode ceramah digabung dengan demonstrasi dan latihan juga dapat dilakukan. Urutan metode ceramah plus diskusi dan tugas adalah guru menguraikan materi pembelajaran, kemudian mengadakan diskusi dan akhirnya memberi tugas kepada siswa. Adapun urutan pelaksanaan metode ceramah plus demonstrasi dan latihan adalah guru meguraikan materi pembelajaran dengan memperagakan dan kemudian latihan (drill). Metode drill adalah suatu metode mengajar dimana siswa diajak sering melakukan latihan. Dengan sering latihan siswa dapat memperoleh kecakapan motoris sperti menulis, menghitung dan menghafalkan huruf.melalui metode ini siswa juga dapat memperoleh kecakapan mental seperti dalam penjumlahan, perkalian. Selain itu metode latihan juga dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan, meningkatkan prestasi belajar dalam menjumlah dan mengalikan bilangan. Penerapan metode drill pada pembelajaran Matematika siswa diharapkan dapat memperoleh kecakapan mental, seperti terampil dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tandatanda dan sebagainya. Menerapkan metode drill pada pembelajaran Matematika dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketetapan dan kecepatan pelaksanaan. Kelebihan metode latihan ketrampilan atau drill sebagai berikut (1) dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat (2) dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda dan sebagainya (3) dapat membentuk kebiasaan, menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan. Untuk menghindari hal yang monoton dan mudah membosankan tersebut, maka metode drill ini dikombinasikan dengan metode bermain kartu model arisan. Pengkombinasian ini dilakukan agar terjadi variasi dalam proses pembelajaran. Penggunaan kartu penjumlahan ini merupakan inovasi yang dilakukan oleh peneliti sendiri. Kartu penjumlahan ini adalah sebuah kertas karton atau kertas manila berbentuk persegi panjang yang berukuran 2cm x 30 cm. Kertas yang digunakan diusahakan berwarna-warni, dengan 46 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1. No. 1 (2016) harapan siswa lebih tertarik pada alat tersebut dan proses pembelajaannya. Pada kertas tersebut dituliskan soal-soal penjumlahan dua angka. Materi soal diambilkan dari materi kelas IV. Langkah-langkah pembelajaran metode latihan ketrampilan atau drill dengan menggunakan kartu penjumlahan adalah sebagai berikut. (a) Kegiatan awal, hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah Tanya jawab tentang mteri yang telah lalu dan berkaitan dengan materi sekaang; (b) Kegiatan inti, hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah siswa memperhatikan penjelasan guru tentang cara menyelesaikan masalah; mengerjakan latihan soal yang tertulis di papan tulis; siswa di bagian dalam beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5 siswa paling banyak. Setiap kelompok berlatih mengerjakan soal latihan dengan bermain kartu penjumlahan. Kemudian siswa dalam kelompok tersebut berdiskusi dan mengerjakan soal tersebut di buku masing-masing; kartu penjumlahan diambil ole guru kemudian ditukar dengan kartu penjumlahan milik kelompok lain. Siswa berlatih lagi mengerjakan soal dengan bermain kartu penjumlahan yang berbeda; beberapa siswa dan kelompok yang berbeda mengerjakan soal di papan tulis. diskusi rnembahas hasil pengerjaan siswa di papan tulis. (c) Kegiatan akhir, hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah siswa mengerjakan evaluasi; diskusi bersama-sama tentang hasil evaluasi; guru mernberi PR untuk dikerjakan di rumah. Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut penggunaan metode pembelajaran drill dengan bermain kartu penjumlahan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam penjumlahan dua pecahan pada proses pembelajaran Matematika kelas IV semester 1, di SD Negeri 0l Kepatihan UPT Pendidikan Wiradesa Kabupaten Pekalongan tahun pelajaran 2009/2010, penerapan metode pembelajaran drill dengan bermain kartu penjumlahan dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa dalam penjumlahan dua pecahan pada proses pembelajaran Matematika kelas IV semester 1 SD Negeri 0l Kepatihan UPT Pendidikan Wiradesa Kabupaten Pekalongan tahun pclajaran 2009/2010. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SD Negeri 01 Kepatihan, UPT Pendidikan Wiradesa, Kabupaten Pekalongan, tahun pelajaran 2009/2010. Waktu penelitian antar bulan Juli sampai dengan Desember 2009. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 01 Kepatihan, UPT Pendidikan Wiradesa, Kabupaten Pekalongan tahun pelajaran 2009/2010. Siswa kelas IV sebanyak 43 orang siswa, terdiri dari 21 orang siswa laki-laki dan 22 orang siswa perempuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes ulangan harian, observasi dan dokumentasi. Tes yang berupa ulangan harian digunakan untuk mendapatkan data tentang siswa yang mengalami kesulitan belajar. Sedangkan observasi digunakan untuk mendapatkan data tentang kualitas dan proses pembelajaran berlangsung. Dokumentasi dipergunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa yang meliputi sebelum, sedang dan sesudah siswa menggunakan metode drill dengan bermain kartu. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah butir soal tes (formulir/ulangan akhir RPP), lembar pengamatan (checklist), serta tabel. Butir soal ulangan harian yang berupa beberapa pertanyaan digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran. Lembar pengamatan (checklist) digunakan untuk mengukur tingkat kualitas pembelajaran yang menggunakan metode drill dengan bermain kartu penjumlahan. Validasi data dilakukan dengan cara observasi, menganalisis lalu membandingkan hasil evaluasi pada kondisi awal, siklus 1, dan siklus 2. Observasi berguna untuk mengamati perubahan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hasil evaluasi untuk menentukan seberapa aktif siswa mengikuti kegiatan pembelajaran. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif komparatif dan analisis deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif komparatif dilakukan untuk PENGGUNAAN METODE DRILL PADA MATERI AJAR PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN Sutarmiyati 47 membandingkan prestasi belajar melalui tes hasil belajar/nilai ulangan antar siklus. Analisis deskriptif kualitatif dilakukan untuk menentukan kualitas pembelajaran berdasarkan hasil observasi dan refleksi. Dalam menentukan indikator keberhasilan peneliti melihat berbagai sudut seperti lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat sekitar, latar belakang keluarga siswa, dan tingkat kemampuan siswa. Indikator keberhasilan juga disusun oleh peneliti berdasarkan refleksi pembelajaran 2 tahun terakhir. Peneliti menetapkan indikator keberhasilan pada penelitian tindakan kelas I V ini akan dicapai apabila ketuntasan minimal hasil belajar 75%. Hal tersebut berarti siswa dikategorikan berhasil apabila mendapat nilai lebih dari atau sama dengan 75. Desain penelitian tindakan kelas IV pada kegiatan siklus I ini terbagi menjadi 4 komponen yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Perencanaan (planning) dalam tahap ini adalah (1)menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) materi penjumlahan pecahan dengan penyebut tidak sama; (2)menyusun instrument pengumpulan data prestasi belajar berupa soal formatif atau ulangan harian; (3)menyusun instrumen observasi terhadap siswa; (4)menyusun instrument observasi terhadap guru; (5)pembagian kelompok belajar. Pelaksanaan tindakan kelas (acting) dalam tahap ini adalah melakukan tindakan kelas sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun. Pengamatan (observing) dilaksanakan pada saat guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi, peneliti mengamati pelaksanaan pembelajaran untuk mendapat data observasi. Refleksi (reflecting) dilaksanakan pada akhir pembelajaran yang berupa tes formatif atau hasil ulangan harian yang dianalisis. Begitu juga hasil observasi dianalisis untuk mendapatkan data yang akan dijadikan umpan balik (refleksi) pada tindakan siklus berikutnya. Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan adalah merefleksi kegiatan pada siklus I, kemudian hasilnya digunakan untuk memperbaiki siklus I, kemudian hasilnya digunakan untuk memperbaiki siklus II. Berdasar pada refleksi siklus I tersebut, maka disusun perencanaan siklus II. Hal-hal Perencanaan (planning) dalam tahap ini adalah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) perbaikan dari siklus I, pelaksanaan tindakan kelas (acting) yaitu guru melakukan tindakan kelas sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun pada siklus II. Pengamatan (observing) dilaksanakan pada saat guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi, peneliti mengamati pelaksanaan pembelajaran untuk mendapat data observasi. Refleksi (reflecting) dilaksanakan pada akhir pembelajaran dengan menganalisis hasil tes formatif atau ulangan harian untuk mendapatkan data yang akan dijadikan umpan balik (refleksi). Pada siklus ini diharapkan penelitian telah berhasil mencapai hasil belajar pada materi penjumlahan pecahan dengan penyebut tidak sama dengan perolehan nilai ketuntasan rata-rata lebih dari atau sama dengan 75. HASIL DAN PEMB AHASAN Siklus I Setelah peneliti melaksanakan proses penelitian dari pra siklus, siklus I dan siklus II dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa dan nilai ketuntasan siswa kelas IV SD Negeri Kepatihan, UPT Pendidikan Wiradesa, kabupaten Pekalongan mengalami peningkatan pada pembelajaran matematika materi penjumlahan dua pecahan. Hal tersebut terlihat pada analisis hasil belajar siswa yang dapat disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Nilai Formatif dan Ketuntasan Belajar Matematika pada Pra Siklus I dan Siklus I Nilai Tes Formatif Pra Siklus Siklus I Nilai Rata-rata Nilai Tertinggi Nilai Terendah 64,19 90 40 71,84 95 50 48 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1. No. 1 (2016) Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil pada kegiatan pra siklus dan siklus I pada materi penjumlahan dua pecahan kelas IV mengalami peningkatan dari pra siklus dengan nilai 64,19 menjadi 71,84. Apabila dihitung peningkatan itu sebesar 11,91%. Hasil klasikal dinyatakan cukup bagus. Hasil observasi keaktifan siswa (descriptive graphic rating scale) pada siklus I didapatkan bahwa dari hasil pengamatan keaktifan siswa pada siklus I sebanyak 12 orang siswa aktif (27,9%), 24 orang siswa cukup aktif (55,81%), dan 7 orang siswa kurang aktif (16,27%). Siklus II Penelitian pada siklus II mengalami peningkatan hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa kelas IV SD Negeri 01 Kepatihan UPT Pendidikan Wiradesa dalam pembelajaran matematika materi penjumlahan dua pecahan. Tabel 2. Nilai Formatif dan Ketuntasan Belajar Matematika pada Pra Siklus I, Siklus I dan Siklus II Nilai Tes Formatif Nilai Rata-rata Nilai Tertinggi Nilai Terendah Pra Siklus 64,19 90 40 Siklus I 71,84 95 50 Siklus II 90,19 100 60 Tabel di atas menunjukan bahwa hasil pada kegiatan pra siklus, siklus I, dan siklus II dengan materi penjumlahan dua pecahan kelas IV mengalami peningkatan dari pra siklus 64,19 menjadi 71,84, lalu meningkat lagi menjadi 90,19 pada siklus II. Apabila di hitung peningkatan itu sebesar 25,54% dengan hasil klasikal dinyatakan bagus. Hasil observasi keaktifan siswa (descriptive graphic rating scale) pada siklus II terjadi peningkatan yang cukup signifikan, keaktifan siswa dalam pembelajaran yaitu 5 orang sisw a yang sangat aktif (11,62%), 27 orang siswa cukup aktif (62,79%), 10 orang siswa aktif mengikuti pembelajaran, dan 2 orang siwa tidak aktif. Pembelajaran dinyatakan berhasil meningkatkan aktivitas siswa, hal ini dapat dibuktikan dari peningkatan rata-rata evaluasi hasil belajar yaitu 64,19 pada pra siklus, kemudian meningkat menjadi 71,84 pada siklus I. Kegiatan perbaikan pembelajaran siklus I berhasil meningkatkan ketuntasan belajar siswa pada kegiatan belajar mengajar pra siklus, ketuntasan siswa hanya 24%, kemudian setelah mengikuti kegiatan perbaikan pembelajaran siklus I, ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 51%. Namun nilai ini belum memenuhi standart yang telah ditentukan yaitu 75%. Oleh karena itu perlu diadakannya perbaikan pembelajaran siklus II. Perbaikan pembelajaran siklus II juga mengalami keberhasilan taraf serap siswa. Peningkatan rata-rata hasil evaluasi belajar sebesar 25,24%, dikarenakan siswa mengikuti kegiatan perbaikan pembelajaran pada siklus II dengan baik dan tekun. Ketuntasan belajar siswa pada siklus II mencapai peningkatan yang sangat signifikan dibandingkan ketuntasan belajar pada pra siklus maupun siklus I. ketuntasan belajar pada pra siklus II mencapai 96%. Hal tersebut menunjukkan bahwa perbaikan pembelajaran siklus II dinyatakan berhasil. Namun keberhasilan pembelajaran pada siklus I dan siklus II tidak diikuti oleh semua siswa kelas IV. Terdapat 2 orang siswa yang tidak mampu meningkatkan prestasi belajarnya. Hal ini terjadi diduga karena siswa tersebut masuk pada program bimbingan khusus. Sudut pandang guru dalam mengajar berdasarkan observasi atau pengamatan terhadap kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran diawali pada proses perbaikan pembelajaran siklus I, kemudian dilanjutkan pada proses perbaikan pembelajaran siklus II. Pada pendahuluan proses perbaikan pembelajaran siklus I, guru belum memotivasi siswa, lupa menyampaikan tujuan pembelajaran, kurang menggali pengetahuan awal siswa. Hal tersebut diperbaiki pada proses PENGGUNAAN METODE DRILL PADA MATERI AJAR PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN Sutarmiyati 49 perbaikan pembelajaran siklus II. Pada proses perbaikan pembelajaran siklus II guru memberi contoh fenomena untuk memotivasi siswa, mengarahkan siswa dengan tujuan yang akan dicapai, efisisen waktu dan menggali pengetahuan awal siswa. Berdasarkan uaraian diatas, secara umum dapat diketahui bahwa kegiatan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas member perubahan positif. Hal tersebut terlihat dari penyerapan materi pelajaran, keaktifan kegiatan belajar siswa, serta peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran. Meski demikian masi terlihat beberapa hal-hal yang agak sulit ditingkatkan seperti kemampuan siswa mengajukan pertanyaan dan ketrampilan mengeluarkan pendapat secara lisan di depan kelas. Untuk melatih serta meningkatkan hal tersebut memerlukan waktu yang cukup lama serta bimbingan yang intensif dari guru pada waktu-waktu yang akan dating. SIMPULAN Berdasarkan uraian kegiatan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas pada bab-bab terdahulu dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode drill dengan bermain kartu penjumlahan pecahan dapat meningkatakan hasil belajar siswa. Penggunaan metode drill dengan bermain kartu penjumlahan pecahan dapat meningkatakan ketuntasan belajar siswa. DAFTAR PUSTAKA Anwar, Syaeful dan Cucu Suhendar. 2008. BSE Mari Belajar Matematika kelas IV. Jakarta: Depdiknas. Badan Standart Nasional Pendidikan, 2007. Standart Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika SD/MI. JakartaS: Depdiknas. Blogspot. Com. 2010. Macam-mcam metode pembelajaran. http://nilaiEka.blogspot.com/2009/04/macammacammetodepembelajaran.html (20 Januari 2010) Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Depdiknas Djamarah, Syaeful Bahri. 2002. Startegi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdiknas. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional no.22 Tahun 2007. SemArang: IPMP Jawa Tengah. Syah, Muhibin. 1995, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung:Remaja Rosdakarya. Theresia, M.HT, Siti M. Amin. 1993. Matematika Mari Berhitung 4. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 50 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1. No. 1 (2016)