BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aristoteles (Seokanto, 2000: 227) mengatakan bahwa di dalam sebuah negara terdapat tiga unsur yaitu, mereka yang sangat kaya, yang berada di tengah dan yang sangat miskin. Kesenjangan status sosial tersebut semakin terlihat dalam masyarakat saat ini. Status sosial menurut Max Weber (1946) adalah posisi atau rangking seseorang maupun kelompok di dalam sosial. Dewasa ini, status sosial dianggap sebagai penentu kehidupan yang akan dijalani seseorang selama hidupnya, terutama status sosial di Korea Selatan (selanjutnya akan ditulis Korea). Dikutip dari www.everyculture.com, status sosial di Korea telah ada sejak zaman kerajaan. Pada zaman itu, masyarakat Korea berpakaian sesuai dengan status sosial yang dimiliki, seperti orang – orang dari status sosial tinggi serta keluarga kerajaan memakai pakaian mewah berserta perhiasan – perhiasan yang umumnya tidak bisa dibeli oleh orang-orang yang berada dikalangan menengah atau bawah. Tetapi pada masa perang Tiongkok – Jepang, pemerintah Jepang menekan pemerintah Korea dan Raja Gojong agar melakukan reformasi finansial juga struktural terhadap sistem kehidupan serta ekonomi yang dianggap tidak lagi sesuai dengan kemajuan zaman. Sementara itu, para petinggi pemerintahan Korea mereka menyadari bahwa mereka harus melakukan sesuatu untuk menyelamatkan 1 2 kondisi negaranya. Kemudian, pada tahun 1894 disahkan Reformasi Gabo. Reformasi ini bertujuan untuk menghapuskan sistem kemasyarakatan yang berbasis Konfusianisme dan membuka pintu pemerintahan untuk orang-orang yang berkemampuan tidak dipandang dari status sosial mereka saja. Sistem reformasi ini mengakibatkan jatuhnya pengaruh kaum bangsawan dalam kehidupan masyarakat Korea. Akan tetapi, warisan dari sistem status sosial pun berpengaruh pada pola psikologi dan perilaku sosial masyarakat Korea hingga saat ini. Pada tahun 1994, terdapat 60 persen masyakarat Korea menganggap dirinya berada di status sosial menengah. Oleh karena itu, dilakukan industrialisasi dan urbanisasi di Korea agar terjadi penyamarataan kelompok dalam kehidupan sosial, tetapi terjadi perbedaan pendapatan antara kelas pekerja dan industrialisasi. Latar belakang, pendidikan, pekerjaan, dan penerima penghargaan (jabatan) dari pemerintah menjadi faktor sosial utama yang berkontribusi terhadap ketidaksamaan kelas dan status sosial di Korea. Orang-orang yang berada di status sosial tinggi cenderung membanggabanggakan apa yang mereka miliki. Dalam situs www.everyculture.com dikatakan bahwa, simbol utama dari status sosial di Korea meliputi ukuran kondominium1 seseorang atau rumah, lokasi tempat tinggal, mobil yang dikemudikan sopir, gaya, dan kualitas pakaian, keanggotan dalam klub golf serta penggunaan sebutan kehormataan dalam sambutan. Menurut klasifikasi pemerintah Korea, ruang 1 Kondominium atau kondo adalah bentuk hak guna perumahan. 3 hunian antara delapan belas dan 25,7 p’yong 2 dianggap sebagai perumahan mewah. Orang-orang di kelas dan status sosial menengah serta menengah atas cenderung tinggal di unit apartemen yang besarnya lebih dari tiga puluh p’yong. Besarnya kilometer persegi dari hak guna perumahan yang dimiliki menjadi barometer kekayaan seseorang. Biasanya mereka yang berada di status sosial tingkat atas, akan tinggal di kawasan elit yang menyajikan kemewahan seperti di kawasan Cheongdam-dong bagian dari Distrik Gangnam yang sudah terkenal hingga mancanegara. Selain itu, gelar akdemik seperti doktor dan pekerjaan profesional layaknya dokter juga melambangkan status sosial yang lebih tinggi. Sehingga, banyak orang tua di Korea berambisi menyekolahkan anak mereka di tempat yang memiliki reputasi sangat baik. Selain itu, ada pula orang tua yang mengirim anaknya untuk bersekolah di luar negeri seperti Amerika. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan gelar atau pekerjaan yang bagus di masa depan untuk bisa mempertahankan status sosial keluarga atau menaikan derajat status keluarganya. Hal-hal yang menjadi simbol utama di atas menyebabkan orang Korea rela melakukan segala hal untuk bisa mengubah nasib dan takdir serta status sosialnya. Misalnya, orang Korea melakukan operasi plastik untuk bisa bekerja menjadi sekretaris di perusahaan besar atau menjadi seorang pramugari. Sebagian dari mereka juga rela menikah dengan orang kaya, walaupun tidak memiliki rasa cinta dan rela mengorbankan perasaannya sendiri, hanya untuk meningkatkan status P’yong adalah satuan meter Korea yang satu p’yongnya sama dengan 3,95 kilometer persegi. 2 4 sosialnya. Kasus seperti di atas tergambar dalam drama televisi Korea Cheongdam-dong Alice. Pemeran utama wanita drama tersebut berada di status sosial menengah ke bawah. Ia memiliki bakat yang hebat dalam bidang fashion, namun sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Hingga pada akhirnya, ia melakukan suatu hal yang dapat mengubah nasib dan takdir buruknya tersebut. Penggambaran status sosial yang muncul dalam drama tersebut menarik untuk diteliti. Oleh sebab itu, berdasarkan latar belakang di atas penelitian ini mengambil judul “Analisis Status Sosial Masyarakat Korea yang Muncul dalam Drama Televisi Korea Cheongdam-dong Alice” dengan Cheongdam-dong Alice sebagai objek penelitiannya. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat diambil adalah sebagai berikut: 1. Apa saja status sosial masyarakat Korea yang muncul dalam drama televisi Korea Cheongdam-dong Alice? 2. Bagaimana representasi status sosial masyarakat Korea yang muncul dalam drama televisi Korea Cheongdam-dong Alice? 3. Bagaimana dampak dari status sosial masyarakat Korea yang muncul dalam drama televisi Korea Cheongdam-dong Alice terhadap para tokohnya? 5 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam Tugas Akhir ini ialah sebagai berikut: 1. Mengetahui status sosial masyarakat Korea yang muncul dalam drama televisi Korea Cheongdam-dong Alice. 2. Mengetahui representasi status sosial masyarakat Korea yang muncul dalam drama televisi Korea Cheongdam-dong Alice. 3. Mengetahui dampak dari status sosial masyarakat Korea yang muncul dalam drama televisi Korea Cheongdam-dong Alice terhadap para tokohnya. 1.4 Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian Tugas Akhir ini adalah rangkaian gambar dan dialog dalam drama televisi Korea yang berjudul Cheongdam-dong Alice. Penelitian ini, hanya akan menganalisis karakter, perilaku dan dialog tokoh yang muncul dalam drama televisi Korea Cheongdam-dong Alice sesuai dengan keadaan status sosial para tokohnya. 6 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat menjadi sebuah referensi dan ilmu tambahan mengenai masalah sosial yang ada di Korea. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai masalah sosial di masyarakat Korea, khususnya status sosial. 1.6 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan metode penulisan deskriptif. Bogdan dan Taylor (Moleong, 2002: 3) mengatakan bahwa metode kulitatif ialah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Sedangkan metode penulisan deskriptif menurut Suharsimi Arikunto (2005) adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Dalam penelitian ini dilakukan beberapa tahapan untuk mendapatkan hasil yang relevan, antara lain sebagai berikut: 7 1. Tahap Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan menonton drama Cheongdamdong Alice yang berjumlah 16 episode, kemudian menentukan adegan adegan yang sesuai dengan rumusan masalah. Melakukan studi pustaka untuk mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan masalah penelitian serta penelusuran internet untuk melengkapi data yang dibutuhkan. 2. Tahapan Analisis Data Adegan dan dialog yang telah ditentukan sebelumnya dipenggal berdasarkan kategori, lalu diterjemahkan. Kemudian, berdasarkan adegan dan teks tersebut dianalisis status sosial masyarakat Korea yang muncul dalam drama Cheongdam-dong Alice. 3. Tahap Penarikan Kesimpulan Setelah melakukan analisis pada adegan dan dialog yang telah dipilih dan diterjemahkan, kemudian ditarik kesimpulan. Kesimpulan tersebut digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang telah ditentukan sebelumnya. 1.7 Tinjauan Pustaka Penelitian ini menggunakan tinjauan pustaka dari Tugas Akhir yang berjudul “Budaya Kerja Orang Korea dalam Drama Televisi Pinocchio” yang ditulis oleh Nur Hidayatun Nikmah pada tahun 2015. Tugas Akhir tersebut menjelaskan tentang budaya kerja orang Korea yang terdapat dalam drama televisi 8 Pinocchio, adegan - adegan yang dipilih ialah adegan yang berhubungan dengan etos kerja yang tergambar dalam diri para tokohnya. Sedangkan dalam penelitian ini membahas mengenai status sosial masyarakat Korea yang muncul dalam drama televisi Cheongdamdong-Alice. Adegan - adegan yang diambil adalah adegan yang berkaitan dengan status sosial yang dialami para tokohnya. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan beberapa buku sosiologi sebagai acuan penulisan Tugas Akhir. 1.8 Sistematika Penulisan Tugas Akhir ini dibagi menjadi empat bab, yakni bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, metode penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan. Selanjutnya bab II berisi landasan teori yang memaparkan tentang teori status sosial, tokoh dan penokohan, serta sinopsis drama televisi Cheongdamdong Alice. Kemudian bab III menjelaskan mengenai penokohan dalam drama televisi Cheongdam-dong Alice dan hasil dari analisis status sosial, representasi, dan dampak dari status sosial yang muncul dalam drama televisi Cheongdamdong Alice. Bab IV adalah bab yang berisi kesimpulan jawaban dari rumusan masalah serta saran mengenai hasil dari Tugas Akhir ini.