22 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Permainan Bermain

advertisement
2 3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Permainan
Bermain merupakan salah satu sarana untuk mengoptimalkan
perkembangan anak dan dapat melatih anak dalam menemukan sesuatu dari
pengalaman yang diperoleh daridunia sekitar.Hidayatullah (2008:4)
mengemukakan bahwa bermain merupakan cara anak untuk bereksplorasi
dan bereksperimen dengan dunia sekitar sehingga anak akan menemukan
sesuatu dari pengalaman bermain. Sementara menurut Joan Freeman dan
Utami Munandar dalam Ismail (2007:16) mengemukakan bahwa bermain
merupakan suatu bentuk aktivitas yang membantu anak mencapai
perkembangan yang utuh, baik secara fisik, intelektual, sosial, moral dan
emosional.
Bermain sebagai bentuk aktifitas anak dalam membantu anak
mencapai perkembangan dan mendapatkan pengalaman dari dunia sekitar,
salah satu bentuk aktifitasnya diwujudkan dalam bentuk kompetisi.Hal ini
dijelaskan oleh Loy, Mcpherson, dan Kenyon dalam Hidayatullah (2008:5)
yang menjelaskan bahwa permainan adalah berbagai bentuk kompetisi
bermain dan hasil dari kompetisi tersebut ditentukan oleh: (a) ketrampilan
fisik, (b) strategi, (c) atau kesempatan, (d) yang dilakukan secara perorangan
atau gabungan.
22
7
Penggunaan Permainan Tradisional..., Sari Anggi Pertiwi, FKIP UMP, 2017
2 38
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bermain
merupakan cara anak usia pra sekolah maupun usia sekolah untuk
bereksplorasi dengan lingkungan sekitar. Bermain sebagai bentuk aktifitas
anak diwujudkan dalam bentuk kegiatan yang membantu anak berkembang
secara fisik, intelektual, sosial, moral dan emosional.Kegiatan tersebut
merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan yaitu kegiatan dalam bentuk
kompetisi bermain baik secara sendiri maupun secara universal.
B. Permainan Tradisional
1. Pengertian Permainan Tradisional
Kearifan lokal adalah hasil dari pola pikir masyarakat yang
bersumber dari kebiasaan dan pengalaman yang dialami oleh
masyarakat.Salah satu kearifan lokal yang ada di Indonesia yaitu
permainan
tradisional.Ismail
(2007:105)
mengemukakan
bahwa
permainan tradisional merupakan jenis permainan yang mengandung
nilai-nilai budaya pada hakikatnya merupakan warisan leluhur yang
harus dilestarikan keberadaannya.Pendapat lainnya disampaikan oleh
Kurniati (2016:2) permainan tradisional pada hakikatnya adalah suatu
aktivitas permainan yang tumbuh dan berkembang di daerah tertentu,
yang sarat dengan nilai-nilai budaya dan tata nilai kehidupan masyarakat
dan diajarkan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi
berikutnya.
23
Penggunaan Permainan Tradisional..., Sari Anggi Pertiwi, FKIP UMP, 2017
2 9
3
Permainan tradisional merupakan salah satu kebudayaan bangsa
yang diwariskan secara turun temurun yang dan berkembang di wilayah
perdesaan sehingga sering disebut juga permainan rakyat.Yunus dalam
Perdani (2013:341)menjelaskan bahwa permainan tradisional sering
disebut juga permainan rakyat, merupakan permainan yang tumbuh dan
berkembang pada masa lalu terutama tumbuh di masyarakat pedesaan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa permainan
tradisional merupakan salah satu jenis permainan yang tumbuh dan
berkembang di daerah tertentu.Permainan tradisional mengandung nilainilai budaya dan tata nilai kehidupan masyarakat dan diajarkan secara
turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya.Permainan
tradisional disebut sebagai permainan rakyat yang tumbuh dan
berkembang di masyarakat pedesaan.
2. Manfaat Permainan Tradisional
Permainan tradisional yang sarat dengan nilai-nilai budaya
mengandung unsur rasa senang, dan hal ini akan membantu
perkembangan anak ke arah lebih baik di kemudian hari. Permainan ini
juga dapat membantu anak dalam menjalin relasi sosial baik dengan
teman sebayanya (peer group) maupun dengan teman yang usianya lebih
muda atau lebih tua.Permainan ini juga dapat melatih anak dalam
memanajemen konflik dan belajar mencari solusi dari permasalahan yang
dihadapinya (Kurniati, 2016:3).
24
Penggunaan Permainan Tradisional..., Sari Anggi Pertiwi, FKIP UMP, 2017
2 103
Permainan tradisional memiliki sisi positif bagi pelakunya.
Khamdani (2010:99) menjelaskan sisi positif yang timbul dari permainan
tradisional yaitu sebagai berikut:
a. Permainan tradisional biasanya dilakukan dalam suasana suka
cita. Permainan tersebut membuat jiwa anak akan terlihat secara
utuh dan suasana keceriaan yang dibangun dari permainan
tersebut akan melahirkan dan menghasilkan kebersamaan yang
menyenangkan. Hal inilah yang menumbuhkan kehidupan
masyarakat dalam suasana rukun.
b. Kerukunan dapat dibangun secara bersama-sama. Permainan
dilakukan secara wajar, dalam hal ini para pelaku akan bekerja
sama dalam membuat aturan main. Para pelaku mulai belajar
untuk mematuhi aturan yang dibuat atas dasar kesepakatan
bersama.
c. Keterampilan anak akan terasah ketika membuat sesuatu
permainan dari bahan di sekitarnya. Daya kreasi anak dalam
mengasah ketrampilannya membuat kemampuan motorik anak
menjadi terasah. Pada sisi lain, proses kreatif merupakan tahapan
dalam mengembangkan daya cipta, karsa, dan imajinasi anak.
d. Pemanfaatan bahan untuk membuat permainan tidak terlepas dari
sumber daya alam di lingkungan sekitar. Akibatnya, akan terjalin
interaksi antara anak dan lingkungan sekitar. Kebersamaan
dengan alam menjadi bagian terpenting dalam proses pengenalan
manusia terhadap lingkungannya.
25
Penggunaan Permainan Tradisional..., Sari Anggi Pertiwi, FKIP UMP, 2017
2 113
e. Hubungan erat dapat melahirkan penghayatan terhadap kenyataan
hidup manusia. Alam merupakan sesuatu yang harus dihayati
keberadaannya. Oleh sebab itulah alam tidak dapat dipisahkan
dalam kehidupan manusia.
f. Melalui permainan tradisional anak memperoleh kesempatan
berkembang sesuai pertumbuhan jiwanya. Permainan tradisional
memberikan kesempatan anak mengembangkan perkembangan
dirinya sesuai dengan pertumbuhan jiwanya.
Selain terdapat sisi positif permainan tradisional bagi pelakunya,
terdapat juga sisi negatif dari permainan tradisional, Kurniati (2016:2528) menjelaskan kekurangan dari permainan tradisional yaitu sebagai
berikut:
a. Kata dalam lagu-lagu yang dinyayikan pada beberapa permainan
tradisional menjurus pada hal-hal yang bernuansa kasar, hal ini
dapat memberikan efek negatif bagi anak karena memang belum
sesuai dengan perkembangan mereka. Sebagai solusi dari
permainan ini redaksi kalimat diganti.
b. Bermain permainan tradisional bersifat pura-pura atau tidak
senyata-nyatanya. Kegiatan bermain ini dilakukan tidak sesuai
dengan kehidupan nyata sehingga anak-anak berperan menjadi
orang lain dan menimbulkan konflik selama permainan.
26
Penggunaan Permainan Tradisional..., Sari Anggi Pertiwi, FKIP UMP, 2017
2 123
c. Bermain permainan tradisional dianggap mengganggu aktivitas
terutama dalam kegiatan pembelajaran karena dapat menimbulkan
kebisingan dan keributan dan hal ini dapat mengganggu proses
pembelajaran di kelas lain.
Adapaun dalam permainan tradisional memiliki ciri khas yang
membedakannya dengan permainan modern. Karakteristik permainan
tradisional menurut Perdani (2013:341-342) yaitu sebagai berikut:
a. Permainan tradisional lebih menggunakan alam sekitar sebagai
sumber bermain dan sebagai sumber alat permainan. Alat dan
bahan diperoleh dari alam sekitar sebagai contohnya, misalkan
mobil-mobilan yang terbuat dari kulit jeruk bali, egrang yang
dibuat dari bambu atau kayu atau batok kelapa, permainan
tembak-tembakan dari tulang daun pisang atau bambu kecil, dan
lain sebagainya.
b. Permainan tradisional lebih sering dimainkan dengan jumlah
pemain yang ramai, walau beberapa dapat dimainkan hanya
berdua atau bertiga. Hal ini merupakan kekuatan dari permainan
tradisional,
yaitu
mengutamakan
interaksi
sosial
dengan
mengutamakan kerjasama, kekompakan, saling asah asih asuh,
dan melatih emosi juga moral anak dalam hal ini anak selain
dituntut untuk bermain jujur juga bermain dengan adil dan penuh
tanggung jawab kepada anggota sepermainannya.
27
Penggunaan Permainan Tradisional..., Sari Anggi Pertiwi, FKIP UMP, 2017
2
13 3
c. Permainan tradisional memiliki nilai-nilai luhur dan pesan-pesan
moral
tertentu
seperti
nilai-nilai
kebersamaan,
kejujuran,
tanggung jawab, sikap lapang dada (kalau kalah), dorongan
berprestasi, menghargai orang lain, keakraban, toleransi, aktif,
kreatif, kemandirian, kepedulian terhadap lingkungan sekitar,
solidaritas, sportivitas, dan taat pada aturan.
d. Memiliki sifat yang fleksibel, yaitu permainan tradisional dapat
dimainkan di dalam ruangan maupun di luar ruangan (walau lebih
banyak dimainkan di luar ruangan atau di lapangan) dan peraturan
permainan pun dapat disesuaikan dengan kesepakatan para
pemain.
e. Pengalaman yang didapat dari pemainnya merupakan pengalaman
yang bersifat emosional yang lahir dari kontak fisik dan kontak
mata juga komunikasi
antarpemain. Pengalaman tersebut
menjadikan pengalaman yang berharga ketika dewasa nanti.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat
permainan tradisional yaitu dapat membantu anak menjalin komunikasi
dengan teman sebaya, dapat mengatasi permasalahan, dapat dilakukan
bersama-sama dalam suasana sukacita, melatih kreativitas dalam
memanfaatkan alam sekitar sebagai lahan permainan dan juga mencari
alat dan bahan yang digunakan untuk membuat permainan tradisional,
melatih ketrampilan sosial, moral, emosional, fisik dan mental anak dan
dapat melestraikan warisan leluhur.
28
Penggunaan Permainan Tradisional..., Sari Anggi Pertiwi, FKIP UMP, 2017
142 3
3. Jenis-jenis Permainan Tradisional
Permainan tradisional dapat dibedakan menjadi dua, yaitu permainan
untuk bermain dan permainan untuk bertanding.Kurniati (2016:3)
menjelaskan ada dua jenis permainan tradisional yaitu permainan untuk
bermain dan permainan untuk bertanding.Permainan untuk bermain lebih
bersifat untuk mengisi waktu senggang, sedangkan permainan untuk
bertanding kurang memiliki sifat tersebut. Permainan rakyat tradisional
untuk bertanding terdiri dari tiga kelompok, yaitu:
a. Permainan yang bersifat strategis (game of strategy), seperti
permainan galah asin.
b. Permainan yang lebih mengutamakan kemampuan fisik (game of
physical skill), seperti permainan bakiak.
c. Permainan yang bersifat untung-untungan (game of change).
Berikut ini jenis-jenis permainan tradisional yang masih banyak
dilakukan oleh anak-anak, yaitu congklak, cublak-cublak suweng, egrang
dan layang-layang.
1) Congklak
Permainan ini merupakan permainan yang menitikberatkan
pada penguasaan berhitung.Permainan congklak dimainkan oleh
dua orang anak.Lokasi untuk melakukan permainan ini dilakukan
di halaman atau ruangan.Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk
permainan ini adalah congklak, biji-bijian atau batu. Prosedur
permainan congklak yaitu sebagai berikut:
29
Penggunaan Permainan Tradisional..., Sari Anggi Pertiwi, FKIP UMP, 2017
215 3
a) Anak-anak mempersiapkan congklak dengan cara menyimpan
biji atau batu di setiap lekukan sebanyak 7 buah.
b) Setelah
semuanya
siap
anak-anak
secara
bersamaan
memainkan congklak sesuai dengan jumlah batu yang dimiliki.
c) Pemain yang pertama kali berhenti, maka pemain tersebutakan
dikatakan
lasut
(berhenti)
dan
harus
menghentikan
permainannya dan menunggu giliran pemain lainnya untuk
bermain congklak.
d) Permainan ini dilanjutkan secara terus dengan memindahkan
satu batu ke batu lainnya. Setiap kubangan hanya boleh diisi
satu batu.
e) Permainan ini akan berhenti apabila batu atau biji yang ada di
arena kubangan telah habis disimpan di gunung. Gunung
tersebut merupakan base camp tempat menyimpan batu
pemain.
f) Pemain yang memiliki jumlah batu terbanyak dinyatakan
sebagai pemenang.
Nilai-nilai karakter yang terkandung dalam permainan congklak
adalah
a) Nilai kejujuran
Permainan congklak dilakukan oleh 2 anak yang bertujuan untuk
mengajarkan nilai kejujuran pada anak yaitu masing-masing anak
saling sportif, tidak berbuat curang, dan tidak menipu
30
Penggunaan Permainan Tradisional..., Sari Anggi Pertiwi, FKIP UMP, 2017
2 3
16
lawannya.Permainan ini dilakukan dengan memindahkan batu
atau biji-bijian pada lubang yang telah disediakan.Pada saat
memindahkan batu atau biji-bijian tersebut, pemain harus jujur
memindahkan baik di lubang miliknya maupun lubang milik
lawan dan tidak boleh memasukkannya ke lubang induk milik
lawan.
b) Nilai kecerdasan
Permainan ini mengajarkan kemampuan berhitung anak dan
melatih otak kiri anak untuk berpikir.Selain itu permainan
congklak melatih anak untuk mengatur strategi agar dapat
mengalahkan lawan.
c) Nilai sosial
Permainan ini mengajarkan nilai sosial pada anak yaitu melatih
anak menjalin hubungan yang baik dengan teman.Selain itu juga
melatih kerjasama dan melatih mengontrol emosi pada anak
(Kurniati, 2016:93).
2) Cublak-Cublak Suweng
Permainan ini dimainkan oleh beberapa anak, minimal tiga
anak.Akan tetapi lebih baik antara 6 sampai delapan anak.Tujuan
dari permainan ini adalah Pak Empo(pemain yang bertugas untuk
menebak) menemukan anting (suweng) yang disembunyikan
seseorang.
31
Penggunaan Permainan Tradisional..., Sari Anggi Pertiwi, FKIP UMP, 2017
2 173
Pada awal permainan beberapa anak berkumpul dan
mengundi atau menentukan salah satu dari pemain untuk menjadi
Pak Empo.Biasanya pengundiannya melalui pingsut atau undian
biasa.Setelah ada yang berperan sebagai Pak Empo, semua
pemain duduk melingkar.Sedangkan Pak Empo berbaring
telungkup di tengah-tengah pemain.Masing-masing anak menaruh
telapak tangannya menghadap ke atas di punggung Pak
Empo.Salah seorang pemain mengambil kerikil atau benda (benda
ini dianggap sebagai anting).Lalu pemain semua bersama-sama
menyanyikan cublak-cublak suweng sambil memutar kerikil dari
telapak tangan yang satu ke yang lainnya, begitu terus sampai
lagu tersebut dinyanyikan beberapa kali.
Setelah sampai di bait terakhir Pak Empo bangun dan pemain
lainnya pura-pura memegang kerikil. Tangan kanan dan kiri
pemain tertutup rapat seperti menggenggam sesuatu.Hal ini untuk
mengecoh Pak Empo yang sedang mencari “suwengnya”.Masingmasing pemain mengacungkan jari telunjuk dan menggesekgesekan telunjuk kanan dan kiri (gerakannya) persis seperti orang
mengiris cabai. Masing-masing pemain semua tetap menyanyikan
18
Sir-sir pong dele gosong secara berulang-ulang sampai Pak Empo
menunjuk salah seorang yang dianggap menyembunyikan anting.
Ketika Pak Empo salah menunjuk maka permainan dimulai
dari awal lagi (Pak Empo berbaring).KetikaPak Empo berhasil
32
Penggunaan Permainan Tradisional..., Sari Anggi Pertiwi, FKIP UMP, 2017
2 3
menemukan pemain yang menyembunyikan antingnya maka
orang tersebut berganti peran menjadi Pak Empo.Permainan
selesai ketika masing-masing pemain sepakat menyelesaikannya.
Nilai-nilai yang terkandung dalam permainan cublak-cublak suweng
menurut Herawati dalam Nugrahastuti, dkk (2016-269-270) adalah
sebagai berikut:
a) Nilai kerjasama
Permainan ini dimainkan oleh beberapa anak sehingga rasa
kebersamaan antar anak menjadi kuat.Permainan cublak-cublak
suweng dimainkan dengan gerak dan lagu. Lagu cublak-cublak
suweng dinyanyikan bersama-sama disertai dengan gerakan yang
sama antar pemainnya sehingga nuansa permainan ini menjadi
suasana kebersamaan.
b) Nilai Kreatifitas
Permainan
cublak-cublak
suweng
melatih
anak
berpikir
kreatif.Permainan ini menggunakan alat yang disebut dengan
suweng, alat yang biasa digunakan adalah biji-bijian, namun
apabila biji-bijian tidak ada bisa menggunakan alat lainnya seperti
kerikil atau kancing baju.
19
c) Nilai kerukunan
33
Penggunaan Permainan Tradisional..., Sari Anggi Pertiwi, FKIP UMP, 2017
2 3
Pada saat memainkan cublak-cublak suweng, biasanya anak
menjadi
senang
dan
memiliki
kesempatan
untuk
bersosialisasi.Rasa senang pada diri anak menjadikan anak
memiliki peran dalam permainan tersebut. Anak-anak yang
pendiam, jahil, aktif maupun pasif dalam permainan akan ikut
serta dalam permainan ini sehingga tercipta suasana kerukunan
antar pemain (Nugrahastuti,dkk, 2016:269-270).
3) Egrang
Egrang merupakan sebuah permainan yang memanfaatkan
galah atau tongkat untuk berdiri dan berjalan diatas permukaan
alas.Egrang telah berkumandang selama ratusan tahun yang
lampau.Permainan ini mengandaikan pemain lebih tinggi dari
tinggi manusia ketika berdiri.Bahan yang biasa dipakai sebagai
egrang adalah bambu atau kayu.Tongkat egrang biasanya
dilengkapi dengan tangga sebagai tempat berdiri atau tali
pengikat.Tempat ini bertujuan untuk meletakkan kaki selama
berjalan dengan egrang.
Seseorang yang akan menggunakan egrang perlu proses
belajar karena memerlukan keseimbangan. Ketika keseimbangan
badan tidak tercapai, seseorang akan terjatuh. Egrang dapat
berbentuk pendek, tetapi dapat pula tinggi. Satu hal yang pasti,
orang yang menggunakan egrang akan berada pada posisi yang
lebih tinggi. Untuk menggunakan egrang, seseorang harus
berpijakan pada bilah bambu atau kayu yang kecil.Kemudian,
34
Penggunaan Permainan Tradisional..., Sari Anggi Pertiwi, FKIP UMP, 2017
20
2 3
kedua tangan berpegangan pada tongkat yang panjang.Kaki mulai
dilangkahkan
secara
perlahan
seperti
ketika
seseorang
berjalan.Permainan ini menuntut unsur ketangkasan, kreativitas
dan keseimbangan.
Nilai-nilai yang terkandung dalam permainan egrang adalah sebagai
berikut:
a) Nilai kerjasama
Permainan ini dimainkan oleh beberapa anak sehingga rasa
kebersamaan
antar
anak
menjadi
kuat.Permainan
egrang
dimainkan oleh beberapa anak dalam hal ini permainan egrang
biasa dilakukan untuk bertanding.Apabila jumlah anak lebih dari
dua anak makan dibentuk kelompok.Oleh sebab itu permainan ini
dapat melatih kerjasama antar kelompok.
b) Nilai kerja keras
Permainan ini membutuhkan ketrampilan dari pemainnya karena
pemain memanfaatkan galah atau bambu untuk berdiri di atasnya.
Untuk terampil dalam bermain egrang para pemain harus berlatih
dahulu untuk menyeimbangkan badan karena orang yang
menggunakan egrang akan berada pada posisi lebih tinggi. Oleh
sebab itu nilai kerja keras tercermin dari semangat para pemain
untuk berlatih menggunakan egrang dan berusaha untuk
mengalahkan lawan.
21
c) Nilai sportivitas
35
Penggunaan Permainan Tradisional..., Sari Anggi Pertiwi, FKIP UMP, 2017
2 3
Permainan ini melatih anak untuk menghargai orang lain.
Permainan ini dilakukan dengan cara bertanding antar masingmasing
kelompok
dan
masing-masing
kelompok
saling
menghargai keputusan yang diperoleh setelah selesai permainan
dan tidak berbuat curang pada saat berlangsungnya permainan.
Oleh sebab itulah permainan ini menjunjung sportivitas yang
tinggi antar kelompok (Khamdani, 2010:25).
4) Ular Naga
Permainan ular naga dapat mengembangkan kepemimpinan
dan kerjasama antarteman.Permainan ini berguna untuk melatih
gerakan dasar berjalan, kemampuan bahasa dan bernyanyi, serta
melatih
kesabaran
untuk
antri
dan
bekerjasama
antar
teman.Permainan ini tidak membutuhkan perlengkapan apapun.
Permainan ini dimulai dengan meminta dua orang teman
yang paling tinggi untuk menjadi gapura.Caranya dengan saling
berpegangan tangan di antara keduanya. Anak-anak yang lain
berbaris ke belakang sambil bernyanyi. Anak yang paling depan
berjalan memasuki gapura kemudian memutar diikuti anak-anak
lainnya. Ketika lagu yang dinyanyikan berhenti, anak yang
tertangkap di gapura akan diberikan pilihan rahasia untuk
bergabung menjadi anggota dari salah satu penjaga gapura.
Gapura yang paling banyak pengikutnya akan menjadi pemenang,
sementara yang kalah harus menangkap orang yang paling
belakang dari lawannya.
36
Penggunaan Permainan Tradisional..., Sari Anggi Pertiwi, FKIP UMP, 2017
2 22
3
Nilai-nilai yang terkandung dalam permainan ular naga adalah
sebagai berikut:
a) Nilai kerjasama
Permainan ini dimainkan oleh beberapa anak sehingga rasa
kebersamaan antar anak menjadi kuat.Permainan ular naga
dimainkan oleh beberapa anak dalam hal ini permainan ular
nagamelatih kerjasama anak supaya tidak menjadi milik
gapura.Oleh sebab itu permainan ini dapat melatih kesabaran anak
yaitu anak-anak antri dan berurutan untuk melewati gapura.
b) Nilai sportivitas
Permainan ular naga dilakukan oleh beberapa anak baik anak lakilaki maupun anak perempuan.Permainan ini dilakukan dengan
masing-masing anak melewati gapura yang dijaga oleh dua anak,
pada saat anak memasuki gapura dan lagu berhenti, maka anak
tersebut harus berhenti untuk menerima pilihan yang ditentukan
berdasarkan kesepakatan kelompok. Permainan ini melatih anak
untuk tidak berbuat curang dan harus menghargai keputusan dari
kelompok pada saat berlangsungnya permainan (Khamdani,
2010:86).
37
Penggunaan Permainan Tradisional..., Sari Anggi Pertiwi, FKIP UMP, 2017
2 23
3
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapatjenisjenis permainan tradisional yang mengandung nilai kebudayaan serta
ketrampilan yang terkandung di dalamnya seperti congklak, egrang,
cublak-cublak suweng, ular naga dan lompat tali. Permainan tersebut
digunakan oleh guru sebagai media untuk menciptakan suasana kelas
yang menyenangkan, permainan tradisional yang digunakan oleh guru
dalam proses pembelajaran SBK adalah cublak-cublak suweng yaitu
dengan cara guru meminta 5 anak untuk bermain sebagai pemegang
suweng dan salah satu anak sebagai Pak Empo.
Inovasi permainan ini dengan cara anak-anak bernyanyi lagu cublakcublak suweng disertai dengan gerakan sehingga terlihat menarik. Selain
permainan cublak-cublak suweng, guru juga memanfaatkan permainan
egrang yaitu guru menyuruh
anakmembuat egrang sesuai dengan
kreatifitas anak untuk dipertandingkan dengan teman-temannya. Oleh
karena itu, diharapkan guru dapat menggunakan permainan tradisional
sebagai media untuk pembelajaran di kelas khususnya pembelajaran Seni
Budaya dan Ketrampilan (SBK), dengan begitu dapat tercipta suasana
kelas yang menyenangkan bagi siswa.
C. Mengelola Pengajaran Permainan Anak
Menentukan dan memelihara lingkungan belajar yang produktif
merupakan bagian penting dari tanggung jawab guru.Guru dapat diartikan
sebagai orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak.
38
Penggunaan Permainan Tradisional..., Sari Anggi Pertiwi, FKIP UMP, 2017
2243
Guru adalah semua orang yang mempunyai kewenangan dan tanggung
jawab terhadap pendidikan anak, baik secara individual ataupun klasikal,
baik di sekolah maupun di luar sekolah. Mengingat demikian berat tugas
dan pekerjaan guru, maka guru harus memenuhi persyaratan-persyaratan
pokok yang mungkin seimbang dengan posisi untuk menjadi guru.Zakiyah
Darajat dkk dalam Sagala (2011:21) menjelaskanbahwa tidak sembarang
orang dapat melaksanakan tugas guru. Tetapi orang-orang tertentu yang
memenuhi persyaratan yang dipandang mampu, yakni (1) bertaqwa kepada
Allah SWT, (2) berilmu, (3) berkelakuan baik, dan (4) sehat jasmani .
Menentukan dan memelihara lingkungan belajar yang produktif
merupakan bagian penting dari tanggungjawab guru. Strategi dalam
mengelola aktivitas anak yang efektif perlu mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut:
1. Merencanakan untuk aktivitas maksimum bagi anak;
2. Guru menempatkan posisi yang tepat pada saat mengjar;
3. Memberikan peralatan yang cukup untuk meningkatkan watu
latihan dan mengurangi waktu menunggu;
4. Membuat kelompok dengan jumlah anggota yang kecil;
5. Menghindari permainan yang mengeliminasi atau menyisihkan
pelajaran;
6. Mempersiapkan peralatan sebelum mulai pelajaran;
7. Menjaga keterlibatan anak melalui suatu aktivitas;
8. Merencanakan aktivitas yang memberikan kesempatan anak
berhasil (Hidayatullah, 2008:18).
39
Penggunaan Permainan Tradisional..., Sari Anggi Pertiwi, FKIP UMP, 2017
2 253
Adapun peran guru adalah memberikan pengalaman belajar untuk
mencapai hasil atau tujuan tertentu. Mulyasa (2011:37-62) menjelaskan
peran guru dalam mengelola situasi pembelajaran dengan menggunakan
permainan tradisional yaitu sebagai berikut:
a. Guru sebagai Pembimbing
Sebagai pembimbing, guru diibaratkan sebagai pembimbing
perjalanan yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya guru
bertanggung jawab terhadap kelancaran perjalanan tersebut.Istilah
perjalanan merupakan suatu proses belajar, baik proses belajar di
kelas maupun di dalam kelas. Sebagai pembimbing, guru harus
merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan,
menetapkan
jalan
yang
ditempuh,
menggunakan
petunjuk
perjalanan, serta menilai kelancaran perjalanan tersebut.Hal tersebut
dilakukan berdasarkan kerjasama yang baik dengan anak, tetapi guru
memberikan pengaruh utama dalam setiap aspek perjalanan.
b. Guru sebagai Pelatih
Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan
keterampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut
guru untuk bertindak sebagai pelatih. Guru harus berperan sebagai
pelatih,
yaitu
bertugas
melatih
anak
dalam
pembentukkan
kompetensi dasar, sesuai dengan potensi masing-masing anak. Oleh
sebab itu, guru harus banyak tahu meskipun tidak mencakup semua
hal, karena itu tidaklah mungkin.
40
Penggunaan Permainan Tradisional..., Sari Anggi Pertiwi, FKIP UMP, 2017
2263
c. Guru sebagai Pendorong Kreativitas
Sebagai orang yang kreatif, guru harus menyadari bahwa
kreativitas merupakan sesuatu yang bersifat universal, oleh karena
itu semua kegiatan harus ditopang, dibimbing dan dibangkitkan oleh
kesadaran itu. Guru adalah seorang kreator dan motivator untuk
mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreativitas tersebut.
Guru harus berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dalam
memahami kebutuhan anak sehingga anak akan menilainya bahwa
guru tersebut merupakan sosok yang kreatif karena melakukan
sesuatu yang berbeda atau tidak monoton.
d. Guru sebagai Evaluator
Evaluasi merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks
karena tidak ada pembelajaran tanpa penilaian, karena penilaian
merupakan proses menetapkan kualitas hasil belajar, atau proses
untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran oleh
anak. Guru perlu memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang
memadai yaitu seperti melaksanakan penilaian dengan teknik yang
sesuai yaitu teknik tes dan nontes, jumlah instrumen yang
diperlukan, dan kemudian dianalisis untuk membuat tafsiran tentang
kualitas prestasi belajar anak, baik dengan acuan kriteria (PAP)
maupun dengan acuan kelompok (PAN). Selain menilai hasil belajar
anak, guru juga perlu menilai dirinya sendiri, baik sebagai
perencana, pelaksana, maupun penilai program pembelajaran.
41
Penggunaan Permainan Tradisional..., Sari Anggi Pertiwi, FKIP UMP, 2017
2 273
Berdasarkan penjelasan tentang permainan tradisional dalam
pembelajaran yang dilakukan oleh guru, dapat ditarik simpulan bahwa
guru harus menjadi pengajar, pembimbing, pendorong kreativitas dan
evaluator bagi siswa.Setiap pembelajaran termasuk pembelajaran dengan
memanfaatkan permainan tradisional diperlukan peran guru untuk
mendampingi siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan
sebagai bentuk media untuk menyampaikan materi yang diajarkan.
D. Pembelajaran Seni Budaya dan Ketrampilan (SBK)
1. Pengertian Seni Budaya dan Ketrampilan (SBK)
Pembelajaran seni budaya dan ketrampilan di sekolah merupakan
bentuk integrasi dari bidang ilmu pendidikan, bidang ilmu seni dan ilmu
pengetahuan.Pembelajaran mencakup seni musik, seni tari dan seni
drama dan juga dibekali keterampilan yang bertujuan agar anak dapat
berekspresi, berkreasi dan berapresiasi terhadap karya seni. Pengertian
mata pelajaran seni budaya dan keterampilan sesuai yang diamanatkan
dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan tidak hanya terdapat dalam satu
mata pelajaran karena budaya itu sendiri meliputi segala aspek
kehidupan. Mata pelajaran seni budaya dan keterampilan diberikan di
sekolah karena keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap
kebutuhan
perkembangan
anak,
yang
terletak
pada
pemberian
pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan bereskpresi atau berkreasi dan
berapresiasi melalui pendekatan: “belajar dengan seni,” “belajar melalui
seni” dan “belajar tentang seni” (BSNP, 2006:185).
42
Penggunaan Permainan Tradisional..., Sari Anggi Pertiwi, FKIP UMP, 2017
2283
2. Tujuan Pembelajaran Seni Budaya dan Ketrampilan (SBK)
Tujuan dari mata pelajaran Seni Budaya dan Ketrampilan (SBK) di
sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah adalah untuk mengembangkan
sikap dan kemampuan siswa agar bisa berkreasi, berkreativitas, dan
menghargai kerajinan atau keterampilan seseorang.Secara umum mata
pelajaran SBK bertujuan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan
anak agar mampu berkreasi dan peka dalam kesenian, atau agar dapat
memberikan kemampuan dalam berkarya dan berapresiasi. Susanto
(2014:265-266) menjelaskan tujuan pembelajaran SBK agar anak
memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Memahami konsep dan pentingnya seni budaya dan ketrampilan
b. Menampilkan sikap apresiasi terhadap seni budaya dan
ketrampilan
c. Menampilkan kreativitas melalui seni budaya dan ketrampilan
d. Menampilkan peran serta dalam seni budaya dan ketrampilan
dalam tingkat lokal, regional, maupun global.
3. Ruang lingkup
Pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan diajarkan di sekolah
karena mengandung keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfaatan
dengan memperhatikan perkembangan anak dalam mencapai multikecerdasan. Susanto (2014:263-264) menjelaskan mata pelajaran SBK
meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
a. Seni rupa, aspek ini berkaitan dengan kemampuan visual dan
ketrampilan tangan yang mencakup pengetahuan, ketrampilan,
dan nilai dalam menghasilkan karya seni. Pada jenjang Sekolah
Dasar (SD) pembelajaranmencakuplukisan, patung, ukiran, cetakmencetak, dan sebagainya.
43
Penggunaan Permainan Tradisional..., Sari Anggi Pertiwi, FKIP UMP, 2017
2 3
29
b. Seni musik, aspek ini berkaitan dengan kemampuan musikal dan
vokal. Pada jenjang Sekolah Dasar (SD) pembelajaran mencakup
kemampuan untuk menguasai olah vokal, memainkan alat musik,
apresiasi kaya musik.
c. Seni tari, aspek ini berkaitan dengan kemampuan mengolah
anggota tubuh. Pada jenjang Sekolah Dasar (SD) pembelajaran
mencakup ketrampilan gerak berdasarkan olah tubuh dengan dan
tanpa rangsangan bunyi, apresiasi terhadap gerak tari.
d. Seni drama, aspek ini berkaitan dengan kemampuan penjiwaan
dan bermain
peran.
Pada jenjang Sekolah
pembelajaran
mencakup
ketrampilan
Dasar
pementasan
(SD)
dengan
memadukan seni musik, seni tari dan peran.
e. Keterampilan, dalam aspek ini berkaitan segala aspek kecakapan
hidup
(life
skills)
yang
meliputi
keterampilan
personal,
keterampilan sosial, keterampilan vokasional dan keterampilan
akademik.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
Seni Budaya dan Ketrampilan (SBK) di Sekolah Dasar merupakan mata
pelajaran yang mengandung seni dan ketrampilan. Pembelajaran SBK di
sekolah bersifat unik, bermakna dan bermanfaat bagi anak karena proses
pembelajarannya memberikan pengalaman estetik sehingga anak dapat
berekspresi atau berkreasi dengan kemampuan yang dimilikinya selain
itu dapat melatih anak untuk menghargai karya orang lain melalui
apresiasi karya seni. Pembelajaran SBK di sekolah dasar terdiri dari seni
rupa, seni musik, seni tari, seni drama dan ketrampilan.
44
Penggunaan Permainan Tradisional..., Sari Anggi Pertiwi, FKIP UMP, 2017
2303
E. Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan merupakan salah satu referensi untuk
menunjukkan bahwa topik penelitian ini menarik dijadikan sebagai
penelitian, namun tidak memiliki kesamaan pada penelitian yang sudah
dilakukan, sehingga dapat menambah pembahasan mengenai permainan
tradisional, penelitian yang relevan dilakukan oleh:
1. Penelitian Prima Nataliya (2015) dengan judul Efektifitas Penggunaan
Media
Pembelajaran
Permainan
TradisionalCongklak
Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berhitung Pada Siswa Sekolah Dasar, hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan rata-rata kemampuan
berhitung siswa SD sebelum dan setelah diberikan media pembelajaran
berupa permainan tradisional congklak dengan nilai t =-5,776 dan p
=0,000<0,05, yaitu rata-rata kemampuan berhitung siswa SD setelah
diberikan media pembelajaran berupa permainan tradisional congklak
lebih tinggi dibandingkan rata-rata kemampuan siswa SD sebelum
diberikan media pembelajaran berupa permainan tradisional congklak.
Hal ini menunjukkan bahwa media pembelajaran berupa permainan
tradisional congklak efektif untuk meningkatkan kemampuan berhitung
siswa SD.
2. Penelitian Laila Hikmawati (2016) dengan judul Kemampuan Guru
Dalam Memanfaatkan Permainan Tradisional di PAUD Sarwo Agung
Bejiharjo Kara, hasil penelitianmenunjukkan bahwa kemampuan guru
dalam memanfaatkan permainan tradisional dalam pembelajaran sudah
45
Penggunaan Permainan Tradisional..., Sari Anggi Pertiwi, FKIP UMP, 2017
2313
baik yaitu guru terlibat langsung dan berperan sebagai pemandu serta
pelaksana permainan tradisional. Sebelum pembelajaran dimulai, guru
sudah menyiapkan perangkat pembelajaran yang meliputi materi ajar,
sarana pembelajaran dan perangkat evaluasi hasil belajar. Guru memulai
pembelajaran dengan kegiatan belajar sambil bermain yang meliputi
bermain ombak banyu, lompat tali dan sundamandah.
3. Penelitian Pallab Ghosh (2015) dengan judul Traditional Sports and
Games Culture Around West Bengal, hasil penelitian menujukkan bahwa
permainan yang berasal dari daerah West Bengal, sebuah negara yang
terletak di wilayah timur Indiatersebut merupakan daerah pedesaan.
Anak-anak bermain di dalam ruangan maupun luar ruangan dengan
menggunakan permainan yang memiliki nilai dan warisan budaya, oleh
karena itu permainan menjadi sumber latihan yang sangat penting baik
fisik maupun mental anak.
4. Penelitian Rusiana dan Nuraeniningsih (2016) dengan judul Teaching
English To Young Learners Through Traditional Games, hasil penelitian
menunjukkan bahwa penggunaan permainan berperan penting dalam
pembelajaran bahasa inggris di SD. Pembelajaran dilakukan dengan cara
guru membuat situasi pembelajaran dalam hal ini siswa memiliki
kesempatan untuk menggunakan bahasa inggris untuk komunikasi,
pertukaran informasi dan mengekspresikan pendapat. Permainan
tradisional efektif digunakan untuk mengajar bahasa inggris.
46
Penggunaan Permainan Tradisional..., Sari Anggi Pertiwi, FKIP UMP, 2017
2 323
Adapun persamaan penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti
dengan keempat penelitian yang relevan tersebut adalah permainan
tradisional dapat dimanfaatkan oleh dalam proses pembelajaran dengan cara
melibatkan guru dan siswa. Guru dapat terlibat dalam memandu
pelaksanaan kegiatan dan siswa dapat mendapatkan pengalaman belajar
dengan menggunakan permainan tradisional. Ketrampilan yang diperoleh
anak melalui bermain permainan tradisional dapat menjadi sumber latihan
fisik dan mental anak.
Perbedaan penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti dengan
keempat penelitian yang relevan tersebut adalah penelitian yang akan
dilaksanakan menekankan pada proses pembelajaran yang menggunakan
permainan tradisional oleh guru dalam mata pelajaran Seni Budaya dan
Ketrampilan (SBK). Metode yang akan digunakan dalam penelitan adalah
metode survei deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.
F. Kerangka Pikir
Menciptakan
suasana
pembelajaran
yang
menyenangkan
dan
bervariasi merupakan suatu tuntutan yang harus dilaksanakan oleh guru
sebagai tenaga pendidik dan pengajar. Berbagai kegiatan yang dapat
menunjang proses pembelajaran digunakan guru salah satunya dengan
memanfaatkan permainan tradisional. Permainan tradisional selain sebagai
sarana bermain anak-anak juga dapat dimanfaatkan oleh guru sebagai media
untuk membantu guru dalam proses pembelajaran di kelas.
47
Penggunaan Permainan Tradisional..., Sari Anggi Pertiwi, FKIP UMP, 2017
233 3
Guru dapat menciptakan suasana pembelajaran dalam bentuk yang
berbeda yaitu suasana pembelajaran dengan menggunakan sarana permainan
tradisional anak. Melalui permainan tradisional dalam pembelajaran di kelas
ini diharapkan siswa menjadi lebih tertarik dalam belajar. Setelah siswa
menjadi tertarik dalam belajar, siswa tersebut mengenal jenis-jenis
permainan tradisional di sekolah dan siswa akan melakukan permainan
tradisional di sekolah.
Kerangka pikir penelitian ini dapat digambarkan pada gambar 2.1
berikut:
Variasi kegiatan
dalam situasi
pembelajaran SBK
Penggunaan
Permainan
tradisional dalam
pembelajaran SBK
Siswa menjadi
lebih tertarik
dalam belajar
Siswa mengenal
dan melakukan
permainan
tradisional di
sekolah
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian
48
Penggunaan Permainan Tradisional..., Sari Anggi Pertiwi, FKIP UMP, 2017
Download